Anda di halaman 1dari 120

ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN PADA

TIPOLOGI KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG MERAPI


DI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Geografi

Oleh
Muh Chamim
3211414044

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Jumat
Jumat
Tanggal : 23 Agustus 2019
23 Agustus 2019

Pembimbing

Wahyu Setyaningsih, ST. MT


NIP.197912222006042001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Geografi

Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si.


NIP.196210191988031002

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Kamis

Tanggal Muh: Chamim


10 Oktober 2019

Dr.Juhadi, M.Si.
NIP.195801031986011002

Penguji II Penguji III

Drs.Heri Tjahjono, M.Si. Wahyu Setyaningsih.ST, MT.


NIP. 196802021999032001 NIP. 197912222006042001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A.


NIP. 196308021988031001

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian maupun
secara leseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
di kutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 5 September 2019

Muh Chamim
3211414044

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

 Setiap masa yang kamu lalui adalah keharusan. Seperti hidup yang bagaikan
sebuah buku, untuk mencapai ending, kamu harus melewati halaman-
halaman sebelumnya, nikmati saja setiap prosesnya.
 Mengubah masa lalu adalah hal yang mustahil. Kamu hanya perlu belajar
dari sana untuk jadikan hidupmu ke depan lebih berharga.

Persembahan

Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur lepada Allah SWT kupersembahkan
skripsi ini untuk :

1. Bapak Suhardi dan Ibu Aslamiyatun yang telah memberikan kasih sayang,
selalu mendukung dan mendoakan dalam setiap perjalanan perkuliahan
dengan sepenuh hati.
2. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Geografi atas segala ilmu dan pembelajaran yang
telah diberikan dalam perkuliahan.
3. Teman-teman Geografi 2014 yang telah memberikan dukungan dan bantuan
selama kuliah di Geografi.

v
PRAKATA

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
kebesaranNya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kesesuaian
Penggunaan Lahan Pada Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Di
Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan
keluarga, dosen pembimbing, serta teman-teman. Dengan rendah hati penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.
2. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan pada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Eva Banowati, M.Si., selaku Ketua Prodi Studi Geografi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Wahyu Setyaningsih ST. MT., selaku Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Dr. Juhadi, M.Si., dan Drs. Heri Tjahjono, M.Si. selaku dosen penguji yang
telah memberikan koreksi dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
7. Kepala desa dan Staf kelurahan Di Kecamatan Kemalang, Kabupaten
Klaten yang telah memberikan izin untuk melakukan observasi serta
membantu, mengarahkan dan memberikan informasi selama proses
penelitian.

vi
8. Badan Perencanaan Penelitian Daerah Kabupaten Klaten, dan Dinas
Penataan Ruang Kabupaten Klaten yang telah memberikan data pendukung
dalam skripsi.
9. Keluarga tercinta Bapak Suhardi, Ibu Aslamiyatun, Kakakku Siti Laelatul
Fuziah, Adikku Laela Selviana yang memberikan kasih sayang tanpa batas.
10. Sahabat, dan teman-teman yang memberikan semagat, motifasi, serta
bantuan yang sangat berarti selama proses pengerjaan skripsi ini.
11. Teman-teman Geografi angkatan 2014 yang memberikan dorongan maupun
dukungan serta bantuan.
12. Teman-teman Kost, KKN dan teman lainnya yang selalu menemani dan
memberi banyak pelajaran hidup selama masa kuliah.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dan mendukung dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga semua bimbingan, dorongan, motivasi, semangat, dukungan, dan


bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat
ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada


kekurangannya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, tetapi usaha
maksimal telah penulis lakukan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, September 2019

Penulis

vii
SARI

Chamim, Muh. 2019. Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan pada Tipologi


Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Di Kecamatan Kemalang Kabupaten
Klaten. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing Wahyu Setyaningsih ST. MT.

Kata Kunci : Kesesuaian penggunaan lahan, tipologi kawasan rawan


bencana, tanggapan masyarakat.

Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten merupakan daerah yang terletak di


lereng Gunung Merapi dan merupakan salah satu daerah yang terkena langsung
dampak dari erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Sehingga Kecamatan
Kemalang ini termasuk ke dalam daerah kawasan rawan bencana letusan Gunung
Merapi. Pertumbuhan penduduk yang tiap tahun meningkat mengakibatkan
kebutuhan penggunaan lahan pada daerah tersebut juga ikut meningkat. Dengan
kondisi seperti itu, pengendalian pemanfaatan ruang menjadi sangat penting
dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam upaya
mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan ketentuannya agar bisa meminimalis
kerugian dari dampak jika terjadi letusan Gunung Merapi baik itu kerugian material
atau immaterial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian
penggunaan lahan dan tanggapan masyarakat terhadap arahan penggunaan lahan
pada tipologi kawasan rawan bencana gunungapi Kecamatan Kemalang.
Teknik pegambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel arela
dan sampel acak. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi,
wawancara dan observasi lapangan. Teknik pengolahan data menggunakan teknik
skoring sesuai dengan parameter yang ditentukan. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskiptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan lahan pada daerah tipologi
kawasan rawan bencana gunung api di Kecamatan Kemalang yang sesuai dengan
peraturan penggunaan lahan seluas 50,02 km2 atau 84,85% dari luas seluruh
wilayah Kecamatan Kemalang. Sedangkan daerah yang tidak sesuai dengan aturan
penggunaan lahannya mempunyai luas 8,93 km2 atau 15,15%. Ketidak sesuaian
penggunaan lahan ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat belum
mengetahui tentang adanya peraturan arahan penggunaan lahan tersebut.
Saran dari hasil penelitian ini adalah perlu adanya sosialisasi yang merata
kepada masyarakat tentang pentingnya peraturan penggunaan lahan tersebut. Dan
masyarakat di Kecamatan Kemalang juga seharusnya tanggap terhadap peraturan
yang ada di daerah mereka mengingat daerah yang mereka tinggali merupakan
daerah dengan tingkat resiko tinggi terhadap bencana lentusan Gunung Merapi.

viii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ................................................ Error! Bookmark not defined.


PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
SARI .................................................................................................................... viii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 6
E. Batasan Istilah .............................................................................................. 6
1. Kesesuaian penggunaan lahan .................................................................. 6
2. Arahan pengguanaan lahan....................................................................... 7
3. Tipologi kawasan rawan bencana ............................................................. 7
4. Tanggapan Masyarakat ............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 8
1. Gunung Merapi ......................................................................................... 8
2. Tipologi Kawasan Rawan Bencana ........................................................ 11

ix
3. Kesesuaian Penggunaan Lahan .............................................................. 14
4. Satuan Medan ......................................................................................... 18
5. Tanggapan masyarakat ........................................................................... 19
B. Penelitan yang relevan ............................................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 25
A. Populasi Penelitian ..................................................................................... 25
B. Sampel Penelitian ....................................................................................... 25
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 27
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 28
1. Alat ......................................................................................................... 28
2. Teknik pengumpulan data ...................................................................... 29
E. Teknik pengolahan data ............................................................................. 30
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 35
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 35
1. Kondisi fisiografis lokasi penelitian ....................................................... 35
2. Kondisi demografis lokasi penelitian ..................................................... 40
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 42
1. Kesesuaian penggunaan lahan ............................................................... 42
2. Tanggapan Masyarakat ........................................................................... 73
C. Pembahasan ................................................................................................ 77
1. Kesesuaian penggunaan lahan ................................................................ 77
2. Tanggapan masyarakat ........................................................................... 79
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 82
A. Simpulan .................................................................................................... 82
B. Saran ........................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Penelitian


Relevan
.................................................................................................................
21
Tabel 3.1 Jumlah Responden Dalam
Penelitian
.................................................................................................................
25
Tabel 3.2 Matrikas Pembobotan Penentuan Tipologi KRB Gunung
Api
.................................................................................................................
29
Tabel 3.3 Kelas dan Kriteria Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung
Api
.................................................................................................................
31
Tabel 3.4 Ketentuan Penggunaan Lahan Dalam Tipologi Kawasan Rawan
Bencana Gunung
Api
.................................................................................................................
32
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Kemalang Berdasarkan
Desa
.................................................................................................................
35
Tabel 4.2 Luas Topografi Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
36

xi
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Kemalang Tahun 2018 Berdasarkan
Jenis
Kelamin
.................................................................................................................
38
Tabel 4.5 Data Kemiringan Lereng Di Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
39
Tabel 4.6 Data Geologi Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
41
Tabel 4.7 Data Curah Hujan Tahunan Kecamatan Kemalang
.................................................................................................................
44
Tabel 4.8 Luas Wilayah Berdasarkan Jarak Dari
Sungai
.................................................................................................................
46
Tabel 4.9 Data Luas Wilayah Dari Puncak Gunung
Merapi
.................................................................................................................
48
Tabel 4.10 Data Unit Medan Di Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
54
Tabel 4.11 Daerah Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung Api I Kecamatan
Kemalang

xii
.................................................................................................................
57
Tabel 4.12 Daerah Kawasan Rawan Bencana Gunung Api II Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
58
Tabel 4.13 Daerah Kawasan Rawan Bencana III Gunung Api Kecamata
Kemalang
.................................................................................................................
59
Tabel 4.14 Penggunaan Lahan Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
61
Tabel 4.15 Kesesuaian Penggunaan Lahan di Tipologi Kawasan Rawan Bencana
I Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
63
Tabel 4.16 Kesesuaian Penggunaan Lahan di Tipologi Kawasan Rawan Bencana
II Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
64
Tabel 4.17 Kesesuaian Penggunaan Lahan di Tipologi Kawasan Rawan Bencana
III Kecamatan
Kemalang
.................................................................................................................
65

xiii
Tabel 4.18 Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Penggunaan Lahan Pada
Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung
Api
.................................................................................................................
68
Tabel 4.19 Tabulasi Hasil Penelian Tanggapan
Masyarakat
.................................................................................................................
69
Tabel 4.20 Pendapat Masyarakat Yang
Setuju
.................................................................................................................
70
Tabel 4.21 Pendapat Masyarakat Yang Tidak
Setuju
.................................................................................................................
70

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta letusan G. Merapi tahun 1911-


2006
....................................................................................................................................
10
Gambar 2.2 Kerangka
berpikir
....................................................................................................................................
22
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamtan
Kemalang
....................................................................................................................................
34
Gambar 4.2 Peta Topografi Kecamatan
Kemalang
....................................................................................................................................
37
Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Kecamatan
Kemalang

xv
....................................................................................................................................
43
Gambar 4.4 Peta Geologi Kecamatan
Kemalang
....................................................................................................................................
45
Gambar 4.5 Peta Curah Hujan Kecamatan
Kemalang
....................................................................................................................................
47
Gambar 4.6 Peta Jarak Wilayah Dari Sungai Di Kecamatan
Kemalang
....................................................................................................................................
49
Gambar 4.7 Peta Wilayah Jangkauan Awan Panas Kecamatan
Kemalang
....................................................................................................................................
52
Gambar 4.8 Peta Unit Medan Kecamatan
Kemalang
....................................................................................................................................
56
Gambar 4.9 Peta Kelas Tipologi Kawasan Rawan Bencana Kecamatan
Kemalang
............................................................................................................
60
Gambar 4.10 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan
Kemalang
....................................................................................................................................
62

Gambar 4.11 Peta Penggunaan Kesesuaian Penggunaan Lahan Kecamatan


Kemalang

xvi
............................................................................................................
66

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Geologi lembar lembar surakarta (1408-2)............................87

Lampiran 2. Peta geologi lembar geologi lembar Yogyakarta (1408-3)............86

Lampiran 3. Citra satelit kecamatan kemalang...................................................87

Lampiran 4. Surat izin observasi dari BAPPEDA Kab. Klaten.........................88

Lampiran 5. Lembar pengesahan skripsi dari Dinas PUPR Kab. Klaten...........89

Lampiran 6. Instrumen sosial penelitian.............................................................92

Lampiran 7. Instrumen fisik penelitian...............................................................95

Lampiran 8. Hasil wawancara............................................................................96

Lampiran 9. Dokumentasi penelitian..................................................................98

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gunung Merapi dengan ketinggian 2980 meter di atas permukaan laut,

merupakan salah satu gunungapi teraktif di Indonesia, bahkan di dunia (Ma’arif

dan Hizbaron, 2014). Secara geografis, Gunung Merapi terletak pada posisi 7˚

32,5’ Lintang Selatan dan 110˚ 26,5’ Bujur Timur, dan secara administratif

terletak pada 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman di D.I.Yogyakarta

dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten di Provinsi

Jawa Tengah (Sutikno, dkk. 2007)

Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan

Geologi (BPPTKG). Gunung Merapi rata – rata meletus dalam siklus pendek

yang terjadi setiap 2 - 5 tahun, sedangkan siklus menengah setiap 5 - 7 tahun.

Aktivitas letusan Gunung Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010 tergolong

erupsi yang besar dibandingkan erupsi dalam beberapa dekade terakhir. Karena

secara umum total volume erupsi Merapi berkisar antara 100 sampai 150 km 3,

dengan tingkat efusi berkisar 105 m3 per bulan dalam seratus tahun

(Berthommier, 1990), sedangkan volume material piroklastik hasil erupsi bulan

September tahun 2010 ditaksir mencapai lebih dari 140 juta m3 (Tim Badan

Litbang Pertanian dalam Ilham 2010). Letusan Gunung Merapi terkini terjadi

pada tanggal 1 Juni 2018 pukul 21:00 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ±

1.000 m di atas puncak atau ± 3.968 m di atas permukaan laut. (BPPTKG, 2018)

1
2

Letusan yang terjadi pada tahun 2010 menimbulkan bencana yang

menyebabkan jumlah korban sebanyak 341 orang meninggal dunia, 368 orang

mengalami luka – luka dan 61.154 orang mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Di Kabupaten Klaten sendiri jumlah korban meninggal ada sebanyak 36 orang,

30 orang mengalami luka – luka dan 4.321 orang mengungsi ke tempat

pengungsian. (BNPB, 2010)

Selain menimbulkan korban dan luka – luka, erupsi Gunung Merapi juga

berdampak pada sektor permukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi, dan lintas

sektor yang mengakibatkan terganggunya aktivitas dan pelayanan umum di

daerah sekitar Gunung Merapi. Salah satu daerah yang terkena langsung dampak

dari erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 adalah Kecamatan Kemalang

Kabupaten Klaten. Kecamatan Kemalang ini merupakan daerah yang terletak

dilereng Gunung Merapi, terletak pada posisi 110.27.48 BT, 7.35.21

LS, dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter diatas permukaan laut. Di Desa

Balerante, Kecamatan Kemalang terdapat permukiman yang hanya berjarak

sekitar empat kilometer dari puncak Gunung Merapi, sehingga Kecamatan

Kemalang ini masuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Rawan

Bencana.

Berdasarkan data BPPTKG Letusan tahun 2010 membuat sebagian puncak

Gunung Merapi menghilang serta membentuk kawah besar seukuran 423 x 374

meter dengan kedalaman 140 meter yang robek di sisi tenggara dengan lebar

robekan 303 meter. Secara administrasi daerah tenggara ini merupakan wilayah
3

Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten, sehingga mengakibatkan Kecamatan

Kemalang ini beresiko tinggi terkena dampak dari letusan Gunung Merapi.

Akibat tingginya potensi terkena dampak bencana letusan tersebut aturan

Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Klaten atau Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menggelar acara

Rencana Aksi Relokasi dan Pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Korban

Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi di Hunian Sementara (Huntara) yang

terletak di Bumi Perkemahan Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, tetapi

masyarakat di daerah Kecamatan Kemalang tidak bersedia untuk direlokasi

dikarenakan masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai

petani, hanya mempunyai lahan didaerah Kecamatan Kemalang tersebut.

Sehingga masyarakat takut tidak dapat memenuhi kebutuhannya di derah hunian

baru. Pelaksana Harian BPBD Jateng, Sarwa Pramana menilai penolakan warga

karena mereka belum memahami niat Pemprov melakukan relokasi.

(Tribunejateng.com, Senin, 2 Mei 2011 08:02)

Jumlah penduduk Kecamatan Kemalang mengalami pertumbuhan setiap

tahunnya, pada tahun 2010 jumlah penduduk adalah 34.006 jiwa dan jumlah

penduduk pada tahun 2016 adalah 36.086 jiwa (BPS Kabupaten Klaten, 2018).

Pertumbuhan penduduk itu mengakibatkan meningkatnya kebutuhan lahan,

sehingga masyarakat menggunakan kawasan lindung untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Karena Kecamatan Kemalang merupakan daerah yang

terletak di lereng Gunung Merapi penduduk terpaksa menempati lokasi yang


4

rawan terkena dapak dari letusan Gunung Merapi seperti di daerah bantaran

sungai dan daerah yang berpotensi terlanda awan panas.

Tindakan masyarakat tersebut menyebabkan tingkat kerawanan bencana

menjadi semakin meningkat, manakala lahan yang seharusnya digunakan

sebagai kawasan lindung, digunakan masyarakat sebagai tempat hunian atau

lahan pertanian. Dengan kondisi seperti itu, pengendalian pemanfaatan ruang

menjadi sangat penting dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah

dalam upaya mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan ketentuannya agar

tingkat resiko dampak bencana letusan gunung merapi menurun.

Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong penulis untuk

mengadakan penelitian yang berjxsweujhyudul “Analisis Kesesuaian

Penggunaan Lahan Pada Tipologi Kawasan Rawan Bencana Merapi Di

Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten” mengingat pentignya kesesuaian

lahan terhadap peruntukannya. Daerah tersebut termasuk dalam wilayah

Kawasan Strategis Nasional sehingga penataan ruangnya harus sangat sesuai

agar stabilitas daerah tersebut terjaga.


5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang terhadap

arahan penggunaan lahan dalam Perda no 11 tahun 2011?

C. Tujuan penelitian

1. Mengetahui kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang terhadap

arahan penggunaan lahan dalam Perda no 11 tahun 2011.

2. Mengetahui tanggapan masyarakat yang tinggal di daerah Kawasan Rawan

Bencana terhadap penerapan aturan pembatasan penggunaan lahan dalam

Perda no 11 tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

dan sebagai bahan kajian ilmiah khususnya dalam bidang ilmu Geografi

terkait tentang penggunaan lahan dan kesesuaian lahan

b. Dijadikan bahan referensi atau penelitian agar terdapat wacana yang

diharapkan berubah menjadi suatu tindakan nyata dalam ilmu maupun

pelestarian alam yang tentunya dimulai dari dunia pendidikan demi

kelangsungan kehidupan dimasa depan.


6

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi pertimbangan masyarakat Kecamatan Kemalang dalam

mengelola lahan sehingga masyarakat mengetahui pentingnya keseuaian

lahan di daerah tipologi kawasan rawan bencana gunungapi.

b. Memberi masukan kepada pemerintah untuk dapat mengeluarkan

peraturan atau kebijakan yang dapat menyelesaikan berbagai permasalah

tentang kesesuaian penggunaan lahan di daerah tipologi kawasan rawan

bencana gunung api .

c. Memberikan informasi kepada dinas atau instansi yang terkait untuk dapat

memperbaiki memberikan kebijakan yang tepat.

E. Batasan Istilah

Pengertian dalam penelitian ini perlu adanya penegasan istilah agar

diperoleh pengertian yang sama dan pembaca tidak mengalami perbedaan

presepsi yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Penegasan istilah juga

dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Adapun istilah-istilah

yang perlu diberi batasan sebagai berikut :

1. Kesesuaian penggunaan lahan

Penggunaan lahan adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap

lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian

dan permukiman (FAO/UNNEP, 1999). Kesesuian penggunaan lahan dalam

penelitian ini adalah perbandingan penggunaan lahan aktual tahun 2019 di

Kecamatan Kemalang dengan acuan penggunaan lahan dalam Peraturan


7

Daerah Kabupaten Klaten no 11 tahun 2011 tentang Rencana tata ruang

wilayah Kabupaten Klaten tahun 2011-2031.

2. Arahan pengguanaan lahan

Arahan pengguanaan lahan adalah acuan masyarakat dalam menggunakan

lahan yang dimaksud dalam peneliatian ini yaitu arahan penggunaan lahan

sesuai dalam Peraturan Daerah no 11 tahun 2011 tentang rencana tata ruang

wilayah Kabupaten Klaten yang diturunkan dari peraturan mentri pekerjaan

umum nomor 21/PRT/M/2007 tentang pedoman penataan ruang kawasan

rawan letusan gunung berapi .

3. Tipologi kawasan rawan bencana

Tipologi kawasan rawan bencana gunung api adalah penggolongan kawasan

sesuai dengan karakter dalam pedoman penataan ruang kawasan rawan

bencana gunung api yaitu meliputi kondisi formasi geologi, kemiringan

lereng, curah hujan, jarak dari sungai dan jangkauan awan panas.

4. Tanggapan Masyarakat

Tanggapan atau persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

orang dalam memahami informasi dengan lingkungannya, baik melalui

penglihatan, penghayatan, perasaan maupun penciuman. yang di maksud

tanggapan masyarakat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat

tentang adanya peraturan penggunaan lahan di daerah kawasan rawan

bencana lerusan gunung berapi. (Thoha, 2001 dalam Purwanto, 2018)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Gunung Merapi

Gunung Merapi mempunyai ketinggian 2986 meter diatas permukaan

laut. Terletak di perbatasan empat kabupaten yaitu Kabupaten Sleman,

Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Posisi

geografinya terletak pada 7°32’30” LS dan 110°26’30” BT. Menurut data dari

BPPTKG Gunung Merapi muncul di bagian selatan dari kelurusan dari

jajaran gunungapi di Jawa Tengah mulai dari utara ke selatan yaitu Ungaran-

Telomoyo-Merbabu-Merapi dengan arah N165°E. Kelurusan ini merupakan

sebuah patahan yang berhubungan dengan retakan akibat aktivitas tektonik

yang mendahului vulkanisme di Jawa Tengah. Aktivitas vulkanisme ini

bergeser dari arah utara ke selatan, dimana Gunung Merapi muncul paling

muda.

Sejarah letusan Gunung Merapi mulai tercatat sejak awal masa kolonial

Belanda sekitar abad ke-17. Letusan sebelumnya tidak tercatat secara jelas.

Sedangkan letusan-letusan besar yang terjadi pada mas sebelum periode

Merapi baru, hanya didasarkan pada penentuan waktu relatif. Secara umum,

letusan Gunung Merapi dapat dirangkum sbb :

8
9

a. Periode 3000 – 250 tahun yang lalu

Tercatat lebih kurang 33 kali letusan, dimana 7 diantaranya merupakan

letusan besar. Dari data tersebut menunjukkan bahwa letusan besar terjadi

sekali dalam 150-500 tahun (Andreastuti dkk, 2000).

b. Pada adad ke - 19

Pada periode ke- 19 atau periode Merapi baru telah terjadi beberapa kali

letusan besar yaitu abad ke-19 (tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan abad

ke-20 yaitu 1930-1931. Erupsi abad ke-19 jauh lebih besar dari letusan

abad ke-20, dimana awan panas mencapai 20 km dari puncak.

Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall,

2000).

c. Pada abad ke-20

Aktivitas Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan, dimana

letusan terbesar terjadi pada tahun 1931. Sudah ¾ abad tidak terjadi letusan

besar.

Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus

dalam 4 tahun. Masa istirahat berkisar antara 1-18 tahun, artinya masa

istirahat terpanjang yang pernah tercatat andalah 18 tahun. Secara umum,

letusan Merapi pada abad ke-18 dan abab ke-19 masa istirahatnya relatif lebih

panjang, sedangkan indeks letusannya lebih besar. Akan tetapi tidak bisa

disimpulkan bahwa masa istirahat yang panjang, menentukan letusan yang

akan datang relatif besar. Karena berdasarkan fakta, bahwa beberapa letusan

besar, masa istirahatnya pendek. Atau sebaliknya pada saat mengalami


10

istirahat panjang, letusan berikutnya ternyata kecil. Ada kemungkinan juga

bahwa periode panjang letusan pada abad ke-18 dan abad ke-19 disebabkan

banyak letusan kecil yang tidak tercatat dengan baik, karena kondisi saat itu.

Jadi besar kecilnya letusan lebih tergantung pada sifat kimia magma dan sifat

fisika magma. (PVMBG, 2014)

Menurut data kegunung apian PVMBG erupsi Gunung Merapi tahun

2010, merupakan erupsi besar pertama setelah 80 tahun sejak erupsi besar

tahun 1930 atau tahun 1931. Secara kronologis, erupsi diawali oleh letusan

vulkanian dan menghasil semburan awan panas pada 26 Oktober 2010, pukul

17.02 WIB yang mengarah ke sektor selatan antara Kali Kuning dan Kali

Gendol sejauh 8 km. Awan panas pertama ini menyapu Dusun Kinahrejo dan

sekitarnya yang menyebabkan korban tewas sebanyak 26 jiwa, termasuk Juru

Kunci Merapi, Mbah Marijan. Setelah itu aktivitas erupsi sedikit mereda,

tetapi suara gemuruh masih terus berlangsung.

Aktivitas erupsi meningkat kembali pada tanggal 29 Oktober 2010.

Erupsi tersebut menghasilkan awan panas yang makin membesar hingga

mencapai puncaknya pada 5 November 2010. Erupsi Merapi 2010 bersifat

eksplosif membentuk kolom letusan setinggi 10 km dari puncak serta awan

panas (aliran piroklastik) yang mengarah ke Kali Gendol (tenggara) sejauh

15 km dari puncak. Letusan ini juga membentuk kawah dengan diameter 480-

600 m.

Hingga lestusan terakhir terjadi pada tanggal 1 Juni 2018 pukul 21:00

WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.000 m di atas puncak atau ± 3.968
11

m di atas permukaan laut. Letusan tersebut termasuk ke dalam jenis letusan

freatik. Letusan G. Merapi dicirikan oleh keluarnya magma ke permukaan

membentuk kubah lava di tengah kawah aktif di sekitar puncak. Munculnya

lava baru biasanya disertai dengan pengrusakan lava lama yang menutup

aliran sehingga terjadi guguran lava.

Lava baru yang mencapai permukaan membetuk kubah yang bisa

tumbuh membesar. Pertumbuhan kubah lava sebanding dengan laju aliran

magma yang bervariasi hingga mencapai ratusan ribu meter kubik per hari.

Kubah lava yang tumbuh di kawah dan membesar menyebabkan

ketidakstabilan. Kubah lava yang tidak stabil posisinya dan didorong oleh

tekanan gas dari dalam menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan

panas. Awan panas akan mengalir secara gravitasional menyusuri lembah

sungai dengan kecepatan 60-100 km/jam dan akan berhenti ketika energi

geraknya habis. Inilah awan panas yang disebut Tipe Merapi yang menjadi

ancaman bahaya yang utama. (PVMBG, 2014)

2. Tipologi Kawasan Rawan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007)


12

Menurut Paripurno (2008) dalam Wahyu (2010), bencana merupakan

fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu, ancaman, dan

kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan

terjadinya risiko pada komunitas. Bencana terjadi apabila komunitas

mempunyai tingkat kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan tingkat

ancaman yang mungkin terjadi. Bencana terjadi apabila masyarakat dan

sistem sosial yang lebih tinggi yang bekerja padanya tidak mempunyai

kapasitas untuk mengelola ancaman yang terjadi padanya. Ancaman, pemicu

dan kerentanan, masing-masing tidak hanya bersifat tunggal, tetapi dapat

hadir secara jamak sehingga disebut bencana kompleks. Bencana tidak dapat

ditentukan secara pasti waktu terjadinya dan skala kerusakannya sehingga

perlu upaya untuk melakukan suatu kegiatan yang mampu meminimalkan

ataupun meniadakan kerugian jika terjadi bencana.

Kawasan rawan bencana adalah daerah yang memiliki risiko tinggi

terhadap ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis, geologis

dan demografis maupun karena ulah manusia. Kawasan rawan bencana

termasuk dalam kawasan lindung. Sesuai dengan definisinya adalah wilayah

yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan

hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Sehingga

pada kawasan rawan bencana dilakukan pembatasan kegiatan atau tidak boleh

dilakukan kegiatan budidaya. (Undang - Undang no 24 tahun 2007)

Kawasan rawan bencana gunung berapi adalah kawasan yang sering

atau berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung berapi


13

(Muta’ali, 2013). Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi disusun

berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, distribusi produk erupsi

terdahulu, penelitian dan studi lapangan.

Berdasarkan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan

Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi (Perturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007). Jenis potensi bahaya Merapi yang

dapat mengancam manusia dan harta benda terdiri atas awan panas, hujan abu

lebat dan lontaran batu (pijar) dan lahar, sedangkan lava jarang mencapai

lereng bawah yang berpenduduk, jadi tidak membahayakan. Berdasarkan

potensi bahaya yang mungkin terjadi pada masa mendatang, sejarah kegiatan,

distribusi sebaran produk letusan dan posisi kubah serta tingkat kegiatan saat

ini dan mengacu pada Standar Nasional lndonesia (SNI 13-4689-1998).

Tipologi kawasan adalah penggolongan kawasan sesuai dengan

karakter dan kualitas kawasan, lingkungan, pemanfaatan ruang, penyediaan

prasarana dan sarana lingkungan, yang terdiri dari kawasan mantap, dinamis,

dan peralihan. (Peraturan Mentri PU No 21 Tahun 2007).

Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi dibagi dalam

tiga kelas yaitu Tipologi Kawasan Rawan Bencana I, II dan III.

a. Tipologi Kawasan Rawan Bencana I


14

Kawasan Rawan Bencana I terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang

berpotensi terlanda:

1) Kawasan rawan bencana terhadap lahar/banjir. Kawasan ini terletak di

sepanjang sungai di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai

yang berhulu di daerah sekitar puncak.

2) Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan

angin dan kemungkinan terkena lontaran batu (pijar).

b. Tipologi Kawasan Rawan Bencana II

Kawasan Rawan Bencana II terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang

berpotensi terlanda:

1) Aliran massa berupa: awan panas, aliran lava, dan lahar.

2) Lontaran berupa: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar).

c. Tipologi Kawasan Rawan Bencana III

Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan

sumber bahaya yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu

dan lontaran batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana III hanya di

apilikasikan bagi gunung berapi yang sangat giat dan sering meletus. Oleh

karena tingkat kerawanan yang tinggi, kawasan ini tidak diperkenankan

untuk daerah permukiman.

3. Kesesuaian Penggunaan Lahan

Penggunaan lahana (land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur

tangan) manusia terhada plahan dalam rangka memenuhi kebutuhan


15

hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat

dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian

dan bukan pertanian. (Arsyad, 1989)

Pemanfaatan lahan atau tata guna lahan (land use) adalah pengaturan

tentang penggunaan lahan. Tata guna lahan terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu:

tata guna yang berarti penataan atau pengaturan penggunaan, hal ini

merupakan sumber daya manusia dan tanah yang berarti ruang, hal ini

merupakan sumber daya alam serta memerlukan dukungan berbagai unsur

lain seperti air, iklim, tubuh tanah, hewan, vegetasi, mineral, dan sebagainya.

Jadi secara prinsip dalam tata guna lahan diperhitungkan faktor geografi

budaya atau faktor geografi sosial dan faktor geografi alam serta relasi antara

manusia dengan alam (Jayadinata, 1999).

Pemanfaatan ruang merupakan bagian dari perencanaan penataan

ruang, yang diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam peraturan tersebut dinyatakan

bahwa tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik

yang direncanakan maupun yang tidak. Berdasarkan pengertian tersebut,

penataan ruang pada hakekatnya adalah proses perencanaan ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Selain itu, penataan ruang dapat diartikan sebagai upaya mewujudkan

tata ruang yang terencana, dengan memperhatikan keadaan lingkungan alam,

lingkungan buatan, lingkungan sosial, interaksi antar lingkungan, tahapan

pengelolaan dan pembangunan serta pembinaan kemampuan kelembagaan


16

dan sumber daya manusia yang ada berdasarkan kesatuan wilayah nasional

dan ditujukan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan

undang- undang di atas, produk penataan ruang dibedakan menjadi penataan

raung wilayah Nasional,wilayah Provinsi,dan wilayah Kabupaten/Kota.

(Suranto, 2008)

Oleh karena itu penggunaan lahan didalam kawasan rawan bencana

juga perlu diatur dalam peraturan daerah agar kestabilan wilayah tersebut

terjaga dan juga bertujuan untuk meminimalisir dampak dari bencana yang

akan datang. Adapun ketentuan penggunaan lahan dikawasan rawan bencana

menurut peraturan daerah nomor 11 tahun 2011 yaitu:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana Gunung

Merapi pada Kawasan Rawan Bencana III disusun dengan ketentuan:

1) Wilayah yang terkena dampak langsung tidak diperbolehkan untuk

permukiman.

2) Wilayah tidak terdampak langsung diarahkan untuk tidak

dikembangkan untuk permukiman.

3) Prasarana dan sarana sangat terbatas hanya untuk memfasilitasi

permukiman yang masih ada.

4) Tidak diperbolehkan kegiatan penambangan pasir.

5) Permukiman yang sudah ada diizinkan dan tidak boleh dikembangkan

lebih lanjut.

6) Diperbolehkan konservasi dan gardu pengawasan merapi.


17

7) Kawasan yang ada dipersiapkan untuk peka terhadap adanya bencana,

baik ketersediaan infrastruktur maupun perilaku masyarakat serta

kelembagaan yang ada.

b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana Gunung

Merapi pada Kawasan Rawan Bencana II disusun dengan ketentuan:

1) Diarahkan untuk pembatasan kegiatan budidaya terbangun.

2) Peningkatan kapasitas dalam mitigasi bencana dan apabila kondisi

merapi sudah waspada harus siap-siap untuk mengungsi atau

meninggalkan tempat.

3) Pembatasan pembangunan prasarana dan sarana yang bersifat strategis.

4) Permukiman eksisting dibatasi pengembangannya.

5) Diperbolehkan budidaya pertanian tanaman keras dan semusim,

pariwisata alam, pendidikan dan penelitian, pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan ekowisata yang tidak mengganggu

fungsi lindung.

c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana Gunung

Merapi pada Kawasan Rawan Bencana I disusun dengan ketentuan.

1) Masih diperbolehkan penambangan pasir, apabila bencana lahar telah

berlalu.

2) Pembatasan kegiatan budidaya.

3) Cara penyelamatan diri dengan menjauhi daerah aliran sungai.


18

4. Satuan Medan

Analisis dan klasifikasi medan adalah analisis, klasifikasi serta

pemetaan medan yang didasarkan pada relief, proses yang terjadi dimasa

lampau dan sekarang, jenis batuan dan strukturnya, tanah, hidrologi, vegetasi

dan penggunaan lahan ( Van Zuidam dkk, 1979)

Bentanglahan adalah suatu bagian ruangan di permukaan bumi yang

terdiri atas suatu sistem yang kompleks yang terbentuk oleh pengaruh timbal

balik antara batuan, tumbuhan, binatang dan manusia serta dari bentuk

fisiogniminya membentuk suatu kesatuan yang mudah di bedakan (Van

Zuidam, 1979). Bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan terbentuk oleh

proses – proses alami yang mempunyai komposisi dan julat karakteristik

fisikal dan visual tertentu dimanapun bentuklahan itu dijumpai.

Evaluasi medan adalah proses pelaksanaan penilaian medan untuk

keperluan tertentu meliputi interpretasi hasil seurvei dan studi mengenai

relief, tanah, batuan, proses geomorfologi, hidrologi, vegetasi dan

penggunaan lahan dalam rangka mengidentifikasi dan membandingkan

macam – macam kemungkinan penggunaan lahan yang sesuai dengan tujuan

evaluasi.

Medan adalah suatu bidang lahan yang berhubungan dengan sifat – sifat

fisik permukaan dan dekat permukaan yang kompleks dan penting bagi

manusia (Van Zuldam, 1979).

Satuan medan adalah medan yang merupakan bagian dari bentuk lahan

atau bentuk lahan yang kompleks yang mempunyai hubungan dengan


19

karakteristik medan atau pola-pola dari komponen medan yang utama.

Satuan medan merupakan gambaran dari karakteristik eksternal dan internal

suatu bentuk lahan (Van Zuidam, 1979 dalam Tjahjono, 2003).

5. Tanggapan masyarakat

Tanggapan merupakan sebagai suatu pengalaman tentang objek

peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menggunakan informasi dan

menafsirkan pesan. Dengan kata lain tanggapan atau persepsi adalah proses

yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia.

Tanggapan merupakan pemaknaan hasil penglihatan termasuk tanggapan

tentang lingkungan yang menyeluruh dimana individu berada dan dibesarkan,

dan kondisi merupakan stimulus dan persepsi. (Surahkkamat, 1980).

Adapun jenis atau macam-macam tanggapan dilihat dari fungsinya ada

dua yaitu tanggapan fungsi primer dan tanggapan fungsi sekunder.

Tanggapan fungsi primer adalah tanggapan-tanggapan yang berpengaruh

pada kehidupan kejiwaan (berpikir, perasaan dan pengenalan). Sedangkan

apabila tanggapan-tanggapan yang sudah disadari dan masih terus

berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan kita, fungsi tanggapan ini disebut

dengan fungsi sekunder (Kartono, 1996).

Menurut Agus Sujanto (1993) tanggapan diklasifiksikan ke dalam tiga

bagian :

a. Menurut indera yang mengamati tersebut


20

1) Tanggapan auditif adalah jenis tanggapan suara yang memakai indera

pendengar.

2) Tanggapan visual adalah jenis tanggapan yang memakai indera pelihat.

3) Tanggapan perasa yaitu jenis tanggapan yang memakai indera perasa.

b. Menurut terjadinya

1) Tanggapan ingatan, artinya orang orang itu mempunyai tanggapan yang

baik sekali mengenai kejadian yang telah berlalu.

2) Tanggapan fantasi, artinya orang yang mempunyai tanggapan yang

baik sekali bagi apa yang telah diangan-angankan/dibayangkan.

3) Tanggapan fikir, artinya orang yang mempunyai tanggapan yang baik

sekali bagi apa yang telah dipikirkannya.

c. Menurut Lingkungannya

1) Tanggapan benda (kebendaan) artinya orang itu mempunyai tanggapan

yang baik sekali tentang benda-benda yang ada di lingkungannya.

2) Tanggapan perkataan, artinya orang itu mempunyai tanggapan yang

baik sekali mengenai apa-apa yang telah dikatakan individu di

sekelilingnya.
21

Tabel 2.1. Daftar Penelitian Relevan


No Nama Judul Tujuan Metode Hasil
Cindi P Kesesuaian 1. Mengetahui bagaimana 1. Metode 1. Kawasan permukiman yang berada pada kawasan
Welang, Lahan kesesuaian lahan permukiman deskriptif yang tidak layak bangun berada pada wilayah yang
dkk (2016) Permukiman pada kawasan yang masuk dalam dengan teknik berlokasi di Kecamatan Tomohon Timur dengan
overlay luas wilayah 6 Hektar dengan prosentase 0,6% dari
Pada Kawasan kawasan rawan bencana gunung
luas persebaran kawasan permukiman di Kota
Rawan Bencana berapi di Kota Tomohon. Tomohon. Begitu juga dengan kawasan
Gunung Berapi peruntukan permukiman dalam Rencana Pola
Di Kota Ruang RTRW Kota Tomohon kawasan
Tomohon peruntukkan permukiman yang berada pada
kawasan yang tidak layak bangun hanya berada
pada wilayah yang berlokasi di Kecamatan
Tomohon Timur dengan luas wilayah 6 Hektar
dengan prosentase 0,4% dari luas kawasan
peruntukkan permukiman dalam Rencana Pola
Ruang RTRW Kota Tomohon.
22

2. Andika Analisis Risiko 1. Mengetahui tingkat risiko bencana 1. Metode survey 1. Tingkat risiko bencana erupsi Gunung Merapi di
Surya Ardi Bencana Erupsi erupsi Gunung Merapi di 2. Metode Kecamatan Dukun memiliki beberapa tingkatan
(2017) Gunung Merapi Kecamatan Dukun. deskriptif risiko. Tingkat risiko dibagi menjadi tiga tingkat
Di Kecamatan 2. Mengetahui sebaran risiko yaitu sedang, rendah, dan sangat rendah.
Dukun bencana erupsi Gunung Merapi di 2. Sebaran risiko bencana akibat erupsi Gunungapi di
Kabupaten Kecamatan Dukun. Kecamatan Dukun tersebar diseluruh wilayah.
Magelang Sebaran risiko dengan tingkat risiko sedang
mendominasi sebagian wilayah Desa Sengi dan
Desa Kalibening.
B. Penelitan yang relevan
23

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil


3. Joko Kajian 1. Mengidentifikasi karakteristik fisik 1. Teknik analisis 1. Daerah penelitian mempunyai tingkat potensi
Purwoko Pemanfaatan alam yang ada di Gununglurah; kualitatif dan terhadap gerakan tanah yang bervariasi.
Suranto Lahan 2. Menganalisis kapasitas dan analisis 2. Kejadian bencana tanah longsor di daerah
(2008) Pada Daerah kerentanan masyarakat di kuantitatif penelitian sangat dipengaruhi oleh tingkat potensi
Rawan Bencana Gununglurah; 2. Metode survei bencana gerakan tanah dan aktivitas masyarakat
Tanah Longsor 3. Menganalisis dasar penyebab yang tidak memperhatikan keseimbangan
Di Gununglurah, pemanfaatan lahan di Gununglurah; lingkungan;
Cilongok, 4. Menganalisis kebijakan pemerintah 3. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di daerah
Banyumas tentang penataan ruang; penelitian sebagian terjadi penyimpangan
5. Menganalisis pemanfaatan lahan terhadap peraturan pemerintah tentang penataan
pada daerah rawan bencana alam ruang yang telah ditetapkan sebagai kawasan
tanah longsor di Gununglurah. fungsi lindung dan kawasan penyangga.
4. Fauzi Analisis 1. Mengetahui penggunaan dan 1. Metode 1. Penggunaan lahan di Kecamatan Kutoarjo Lahan
Iskandar, Kesesuaian pemanfaatan bidang tanah di deskriptif dengan luas total 3920,73 hektar didominasi oleh
dkk Penggunaan Kecamatan Kutoarjo dan dengan teknik sawah sebesar 46,167% atau seluas 1810,10
(2016) Lahan Terhadap bagaimana kaitan dengan rencana overlay hektar, dan kampung jarang kampung jarang
Rencana Tata pola ruangnya. sebesar 28,289% atau seluas 1109,14 hektar.
Ruang/Wilayah 2. Hasil dari kesesuaian lahan didapatkan luasan
Di Kecamatan sebesar 3.620,782 hektar (92,35%) sesuai dengan
Kutoarjo apa yang direncanakan, sementara seluas 299,995
Menggunakan hektar atau 7,65% dari luasan kecamatan
Sistem Informasi penggunaan lahannya tidak sesuai.
Geografis
24

C. Kerangka Berpikir

Kecamatan Kemalang terletak Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan Kondisi fisik Kecamatan Kemalang
di lereng Gunung Merapi penggunaan lahan meningkat setiap tahunnya

Kemiringan Geologi Aliran lahar Jangkauan awan panas Curah hujan


lereng

Tipologi kawasan rawan bencana


gunung api Kecamatan Kemalang

Perda Klaten no 11 tahun 2011 Citra Satelit


tentang penataan ruang Resolusi Tinggi (CSRT)

Pengetahuan masyarakat daerah tipologi


Arahan penggunaan lahan di kawasan Penggunaan lahan daerah
kawasan rawan bencana tentang arahan rawan bencana gunung api KRB gunung api
penggunaan lahan

Evaluasi kesesuaian lahan di daerah


rawan bencana gunung api
Tanggapan Masyarakat tentang aturan
pengguanaan lahan pada daerah tipologi
KRB Gunung Merapi Kecamatan Kemalang Peta Kesesuaian Pengguaaan Lahan
Tipologi KRB Gunung Merapi

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah daerah yang termasuk dalam tipologi

kawasan rawan bencana gunung api di Kecamatan Kemalang yang meliputi 13

desa yaitu Desa Balerante, Bawukan, Bumiharjo, Dompol, Kemalang ,

Kendalsari, Keputran, Panggang, Sidorejo, Talun, Tangkil, Tegalmulyo, dan

Desa Tlogowatu serta masyarakat yang tinggal di dalamnya.

B. Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua teknik sampel yang pertama yaitu

menggunakan teknik sampel area (Area Sampling) untuk membatasi daerah

penelitian beradasarkan kelas tipologi kawasan rawan bencana gunung api.

Teknik penentuan sampel yang kedua yaitu menggunakan teknik sample random

(Random sampling) atau sampel yang ditentukan secara acak (Liesnoor, 2008).

Teknik sampel random ini digunakan untuk menentukan jumlah responden

dalam penelitian ini.

Penentuan jumlah sampel masyarakat yang berada dalam tipologi kawasan

rawan bencana gunungapi ditetapkan menggunakan metode slovin (Sevilla dkk,

1960), dengan rumus sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

25
26

Keterangan : n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Batas toleransi yang digunakan yaitu 14%. terdapat 13 desa yang masuk

ke kedalam kawasan rawan bencana gunungapi dengan jumlah kepala keluarga

sebanyak 12.589 jiwa (Kecamatan Kemalang dalam angka 2018)

Jumlah sampel masyarakat dalam kawasan rawan bencana gunungapi :

12.589
𝑛=
1 + 12.589(0,14)2

12.589
𝑛=
1 + 12.589 (0,0196)

12.589
𝑛=
1 + 246,74

12.589
𝑛=
247,44

𝑛 = 50,8

Menentukan jumlah sampel per desa adalah :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛


× 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus diatas dapat

diketahui jumlah sampel responden per desa dalam tabel 3.1


27

Tabel 3.1 Jumlah Responden Dalam Penelitian


No Desa Jumlah KK Jumlah Sampel
1 Balerante 532 2
2 Bawukan 930 4
3 Bumiharjo 1020 4
4 Dompol 832 3
5 Kemalang 807 3
6 Kendalsari 1767 7
7 Keputran 1616 6
8 Panggang 434 2
9 Sidorejo 1156 5
10 Talun 631 3
11 Tangkil 860 3
12 Tegalmulyo 1111 4
13 Tlogowatu 893 4
Jumlah 12589 50
Sumber : Data olahan tahun 2019
Wawancara juga dilakukan terhadap instansi yang terkait dengan

peraturan kesesuaian penggunaan pada tipologi kawasan rawan bencana yaitu

dinas pekerjaan umum bagian tata ruang dan badan penanggulangan bencana

daerah Kabupaten Klaten. Wawancara terhadap instasi dilakukan untuk

mengklarifikasi tentang pendapat masyarakat tentang peraturan penggunaan

lahan pada tipologi kawasan rawan bencana Kecamatan Kemalang.

C. Variabel Penelitian

Variabel yaitu segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2012), Variabel dalam penelitian ini

adalah :
28

1. Kesesuaian penggunaan lahan

a. Tipologi kawasan rawan bencana gunung api

1) Kondisi fisik Kecamatan Kemalang

- Kemiringan lereng

- Struktur batuan

- Curah hujan

- Jarak dari sungai

- Jangkauan awan panas

2) Penggunaan lahan kawasan rawan bencana Kecamatan Kemalang

- Citra satelit Kecamatan Kemalang

- Peta RBI Kabupaten Klaten

2. Tanggapan masyarakat

a. Pengetahuan Masyarakat

b. Respon Masyarakat

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut

a. Laptop, digunakan untuk mengolah dalam software dan menyusun

laporan penelitian.

b. Microsoft office, digunakan untuk mengolah data penelitian.

c. Software arcgis 10.3, digunakan untuk analisis data sapasial dan

pembuatan peta.
29

d. Kamera dan alat rekam, digunakan untuk dokumentasi pada saat

pengambilan data penelitian.

e. Gps, digunakan untuk menanadai koordinat pada saat pengambilan data

dalam penelitian.

f. Instrumen penelitian, digunakan untuk mengumpulkan data data primer

2. Teknik pengumpulan data

a. Metode wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang

peraturan penggunaan lahan pada kawasan rawan bencana letusan gunung

api. Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur dimana

pewawancara membuat daftar pertanyaan yang akan disajikan, dalam hal

ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka dengan

menggunakan quisioner yang berupa instrumen sosial (terlampir).

Wawancara akan dilakukan kepada dua kategori responden yaitu

wawancara terhadap masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana dan

wawancara terhadap apatur pemerintah daerah setempat yang mengetahui

tentang peraturan penggunaan lahan daerah kawasan rawan bencana.

Wawancara dilaksanakan secara langsung dan bertatap muka dengan

responden.

b. Survey lapangan

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui penggunaan lahan secara

langsung di daerah penelitain.


30

c. Metode dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan

megumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang

dibutuhkan berupa data spasial berupa peta ataupun data non-spasial

berupa data kependudukan dan data sosial di Kecamtan Kemalang. Data

Spasial berupa peta dasar seperti peta administrasi Kecamatan Kemalang,

peta penggunaan lahan, peta geologi, peta kemiringan lereng, data curah

hujan, data aliran sungai dan data jangakauan awan panas. Data non-

spasial berupa data jumlah penduduk dari Kecamatan Kemalang dalam

angka 2018

E. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan metode pengharkatan

(scoring) dilanjutkan dengan analisis diskriptif. Skoring merupakan perkalian

antara “pembobotan” dengan “nilai kemampuan”, dan dari hasil perkalian

tersebut dibuat suatu rentang nilai kelas yang menunjukkan nilai kemampuan

lahan didalam menghadapi bencana alam letusan gunung berapi.

Pembobotan yang diberikan dalam zonasi ini sesuai dengan pengaruh

setiap parameter terhadap dampak yang diakibatkan jika terjadi adanya letusan

gunung berapi. tingkat kepentingan informasi setiap parameter yang sangat

tinggi, artinya informasi tersebut adalah informasi yang paling diperlukan untuk

mengetahui zonasi bencana alam.

Nilai kemampuan yang diberikan dalam zonasi ini adalah dari angka 1

hingga 5. Nilai 1 adalah nilai terendah suatu wilayah terhadap kemampuannya


31

untuk stabil terhadap bencana letusan gunungapi. Nilai 5 adalah nilai untuk

daerah yang tidak stabil terhadap bencana alam letusan gunung api. Berikut

adalah matriks pembobotan penentuan kelas tipologi kawasan rawan bencana

Gunung Api.

Tabel 3.2 Matriks Pembobotan Penentuan Kelas Tipologi KRB Gunung Api
Kod
Nilai
No Parameter Kelas Informasi e Bobot Skor
Kemampuan
Unit
Struktur Andesit, granit, diorit,
Batuan metamorf, breksi volkanik,
1
aglomerat, breksi sedimen,
konglomerat A 10
Batupasir, tufa kasar,
1 batulanau, arkose, 2 10
greywacke, batugamping Bp 20
Pasir, lanau, batulumpur,
3
napal, tufa halus, serpih P 30
Lempeng, lumpur,
4
lempung organik, gambut L 40
Kemiringan Datar (0 - 5%) Kl1 1 20
Lereng Miring (5%-15%) Kl2 2 40
2 20
Curam (15%-40%) Kl3 3 60
Terjal (>40%) Kl4 4 80
Curah 2000 - 2500 (mm/thn) Ch1 1 20
Hujan 2500 - 3000 (mm/thn) Ch2 2 40
3 3000 - 3500 (mm/thn) Ch3 3 20 60
3500 - 4000 (mm/thn) Ch4 4 80
4000 - 4500 (mm/thn) Ch5 5 100
Jarak Aliran > 700 meter Sg1 0 0
Lahar 500 - 700 meter dari sungai Sg2 1 15
4 15
250 - 500 meter dari sungai Sg3 3 45
< 250 meter dari sungai Sg4 5 75
Jangkauan > 5 km dari puncak Ap1 0 0
Awan Panas 5 - 10 Km dari puncak
2
5 (Berpotensi Terlanda) Ap2 35 70
< 5 Km dari puncak
4
(Sering Terlanda) Ap3 140
Sumber : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Hasil penjumlahan tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kelas.

Menurut Abbler (1972), klasifikasi merupakan suatu proses pengelompokan


32

data yang bersifat induktif sebagai generalisasi secara sistematik dari suatu objek

atau fenomena (Sitawati, 2002). Klasifikasi kelas tipologi kawasan rawan

bencana letusan gunung api menggunakan rumus dari Saputra dan Wiratnawati

(2006) yaitu:

Nmaks − Nmins
𝑁𝑖 =
Jk

Keterangan = Ni : Nilai interval

Nmaks : Jumlah harkat tertinggi

Nmins : Jumlah harkat terendah

Jk : Jumlah kelas yang diinginkan

Jumlah kelas tipologi kawasan rawan bencana gunung api yang

dikehendaki berjumlah 3 kelas. Jumlah harkat tertinggi diperoleh dari hasil

penjumlahan harkat tertinggi setiap parameter sehingga dapat diperoleh nilai

sejumlah 435, sedangkan jumlah harkat tertinggi diperoleh dari jumlah skor

terkecil setiap parameter yang digunakan sehingga dapat diperoleh skor ter

rendah yaitu 65. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh kelas tipologi

kawasan rawan bencana letusan gunung api dengan nilai interval sebagai berikut

435 − 50
𝑁𝑖 =
3

385
𝑁𝑖 =
3
33

𝑁𝑖 = 128,3

Nilai interval yang diperoleh adalah 128,3. Berdasarkan hasil perhitungan

jumlah nilai interval maka kelas-kelas tipologi kawasan rawan bencana

gunungapi dibagi berdasarkan nilai interval tersebut. Kriteria kelas tipologi

kawasan rawan gunung api di Kecamatan Kemalang dapat dilihat pada Tabel.3.3

berikut ini:

Tabel 3.3 Kelas dan Kriteria Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung Api
No Topologi Nilai Keterangan
1) Kawasan yang berpotensi terlanda banjir lahar dan tidak menutup
kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Selama
letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa
hujan abu lebat dan lontaran batu pijar.
50 - 2) Kawasan yang memiliki tingkat risiko rendah (berjarak cukup jauh dari
1 KRB I
178,3 sumber letusan, melanda kawasan sepanjang aliran sungai yang dilaluinya,
pada saat terjadi bencana letusan, masih memungkinkan manusia untuk
menyelamatkan diri, sehingga risiko terlanda bencana masih dapat dihindari).

1) Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar dan lava,
lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran
178,4
panas dan gas beracun.
2 KRB II – 2) Kawasan yang memiliki tingkat risiko sedang (berjarak cukup dekat
306,6 dengan sumber letusan, risiko manusia untuk menyelamatkan diri pada saat
letusan cukup sulit, kemungkinan untuk terlanda bencana sangat besar)
1) Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran
atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas
dan gas beracun. Hanya diperuntukkan bagi kawasan rawan letusan gunung
306,6- berapi yang sangat giat atau sering meletus.
3 KRB III 2) Kawasan yang memiliki risiko tinggi (sangat dekat dengan sumber letusan.
435
Pada saat terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan
cepat terlanda bencana, makhluk hidup yang ada di sekitarnya tidak mungkin
untuk menyelamatkan diri).

Sumber : Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana

F. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode deskirptif

kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui kekesuaian


34

lahan pada daerah tipologi kawasan rawan bencana gunung api. Analisis

deskriptif juga digunakan untuk mengetahui perbandingan peraturan

penggunaan lahan dengan kondisi aktual penggunaan lahan di lapangan.

Tabel 3.4 Ketentuan Penggunaan Lahan Dalam Tipologi


Kawasan Rawan Bencana Gunung Api
Tipologi
Peruntukan Ruang
KRB 1 KRB 2 KRB 3
Hutan Produksi
Hutan Kota
Hutan Rakyat
Pertanian Sawah
Pertanian Semusim
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Pertambangan
Industri
Pariwisata
Permukiman
Perdagangan dan Perkantoran
Keterangan: = Dapat dibangun dengan syarat
= Tidak Layak untuk dibangun
Sumber : Pedoman penataan ruang no 21 tahun 2007

Analisis deskriptif kualitatif juga dilakukan untuk mengetahui tanggapan

masyakarat terhadap peraturan penggunaan lahan dalam tipologi kawasan rawan

bencana gunung api.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Kondisi fisiografis lokasi penelitian

a. Luas, letak dan batas wilayah

Kabupaten Klaten terletak di sebelah selatan Jawah Tengah dan

berbatasan dengan Provinsi Yogyakarta. Lokasi penelitian ini adalah

Kecamatan Kemalang yang merupakan salah satu dari 26 kecamatan di

Kabupaten Klaten. Secara astronomis Kecamatan Kemalang terletak pada

110⁰28’ hingga 110⁰31’ bujur timur dan pada 7⁰35’ hingga 7⁰39’ lintang

selatan.

Secara administrasi Kecamatan Kemalang terletak di sebelah utara

kabupaten klaten dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman

Sebelah Utara : Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten

Sebelah Selatan : Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten

Secara administratif Kecamatan Kemalang terdiri dari 13 Desa, yaitu

Desa Balerante, Bawukan, Bumiharjo, Dompol, Kemalang , Kendalsari,

Keputran, Panggang, Sidorejo, Talun, Tangkil, Tegalmulyo, dan Desa

Tlogowatu.

35
36

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kecamtan Kemalang


37

Berikut adalah tabel luas wilayah masing – masing desa di

Kecamatan Kemalang :

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Kemalang Berdasarkan Desa


No Desa Luas (Km2) (%)
1 Balerante 5,96 10,1
2 Bawukan 3,61 6,1
3 Bumiharjo 2,97 5,0
4 Dompol 2,87 4,9
5 Kemalang 2,80 4,8
6 Kendalsari 4,84 8,2
7 Keputran 2,24 3,8
8 Panggang 3,13 5,3
9 Sidorejo 10,85 18,4
10 Talun 3,42 5,8
11 Tangkil 3,64 6,2
12 Tegalmulyo 7,45 12,6
13 Tlogowatu 5,16 8,7
Jumlah 58,95 100,0
Sumber : BPS Kecamatan Kemalang tahun 2018

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Kemalang pada

tabel 4.1 dapat diketahui bahwa luas Kecamatan Kemalang adalah 58,95

km2. Desa terluas di Kecamatan Kemalang adalah Desa Sidorejo yaitu

10,85 km2 atau 18,4% dari total luas seluruh wilayah Kecamatan

Kemalang, dan desa terkecil adalah Desa Keputran yaitu 2,24 km2.
38

b. Topografi

Kecamatan Kemalang berada pada ketinggian 200 – 2500 meter

diatas permukaan laut (mdpl), dengan puncak tertinggi di lereng Gunung

Merapi.

Tabel 4.2 Data Ketinggian wilayah Kecamatan Kemalang


No Topografi Luas (km2) %
1 200 - 400 mdpl 2,85 4,8
2 400 - 1000 mdpl 45,66 77,6
3 1000 - 1500 mdpl 5,83 9,9
4 1500 - 2000 mdpl 2,12 3,6
5 2000 - 2500 mdpl 1,33 2,3
6 Lebih dari 2500 mdpl 1,06 1,8
Jumlah 58,86 100,0
Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa di Kecamatan

Kemalang ketinggian wilayahnya bervariatif dari 200 mdpl hingga 2500

mdpl. Sebagian besar wilayah di Kecamatan Kemalang berada pada

ketinggian antara 400-1000 mdpl dengan luas 45,66 km2 atau 77,6% dari

total keseluruhan wilayah Kecamatan Kemalang. Secara administratif

daerah yang mepunyai mempunyai tingkat elevasi paling tinggi yaitu 2500

mdpl hanya ada 3 desa yaitu Desa Balerante, Sidorejo dan Tegalmulyo, ini

di akibatkan karena 3 desa ini berada pada lereng Gunung Merapi.


39

Gambar 4.2. Peta Ketinggian Wilayah Kecamatan Kemalang


40

2. Kondisi demografis lokasi penelitian

a. Jumlah penduduk lokasi penelitian

Data monografi Kecamatan Kemalang tahun 2018 menunjukkan

bahwa jumlah penduduk Kecamatan Kemalang berjumlah 36.086 jiwa,

yang terdiri dari 17.899 laki-laki dan 18.187 perempuan. Jumlah penduduk

di Kecamatan Kemalang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Kemalang Tahun 2018


Berdasarkan Jenis Kelamin
No Desa L (jiwa) P (jiwa) Jumlah (jiwa)
1 Balerante 945 900 1845
2 Bawukan 1585 1543 3128
3 Bumiharjo 1008 1015 2023
4 Dompol 1093 1113 2206
5 Kemalang 1352 1341 2693
6 Kendalsari 2045 2035 4080
7 Keputran 1707 1703 3410
8 Panggang 757 817 1574
9 Sidorejo 2148 2186 4334
10 Talun 998 1096 2094
11 Tangkil 1396 1440 2836
12 Tegalmulyo 1191 1214 2405
13 Tlogowatu 1674 1784 3458
Jumlah 17899 18187 36086
Sumber : Kecamatan Kemalang dalam angka tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Kecamatan Kemalang paling banyak adalah Desa Sidorejo yaitu 4334

jiwa. Jumlah penduduk terendah di Kecamatan Kemalang adalah desa

panggang yaitu 1574 jiwa.


41

b. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk menunjukkan jumlah penduduk pada suatu

daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk di Kecamatan

Kemalang tahun 2018 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Kecamtan Kemalang

Jumlah Kepadatan
No Desa Penduduk Luas (km2) Penduduk
(jiwa) (jiwa/km2)
1 Balerante 1845 5,96 310*
2 Bawukan 3128 3,61 867*
3 Bumiharjo 2023 2,97 682*
4 Dompol 2206 2,87 768*
5 Kemalang 2693 2,80 961*
6 Kendalsari 4080 4,84 842*
7 Keputran 3410 2,24 1.521*
8 Panggang 1574 3,13 503*
9 Sidorejo 4334 10,85 399*
10 Talun 2094 3,42 612*
11 Tangkil 2836 3,64 779*
12 Tegalmulyo 2405 7,45 323*
13 Tlogowatu 3458 5,16 671*
Jumlah 36086 58,95 9.237*
* : hasil pembulatan
Sumber: Data olahan tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa daerah dengan

kepadaatan penduduk paling tinggi adalah Desa Keputran yaitu 1.521

(jiwa/km2). Sedangkan desa yang mempunyai kepadatan penduduk

terendah adalah Desa Balerante dengan kepadatan penduduk 310

(jiwa/km2).
42

B. Hasil Penelitian

1. Kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang

Kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang ditentukan

dengan dua tahapan. Tahap yang pertama yaitu menentukan tipologi kelas

kawasan rawan bencana gunung api berdasarakan dengan aturan oleh Pusat

Vilkanologi dan Mitigasi Bencan (PVMBG) dalam Standar Nasional

Indonesia (SNI 13-4689-1998) dengan menggunaakan parameter yang telah

ditentukan. Tahap kedua yaitu membandingkan penggunaan lahan

Kecamatan Kemalang dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.21/PRT/M/007 yang diturunkan dalam peratuaran daerah no 11

tahun 2011 tentang peraturan tata ruang daerah Kabupaten Klaten.

a. Penentuan tipologi kawasan rawan bencana

Proses awal dalam penataan ruang berbasis mitigasi kawasan letusan

gunung berapi dilakukan dengan penetapan tipologi kawasan rawan

bencana letusan gunung berapi. Penetapan kelas tipologi kawasan rawan

bencana dilakukan dengan metode skoring atau pembobotan yang disusun

berdasarkan beberapa parameter yang telah ditentukan yaitu kemiringan

lereng, struktur batuan, jangkauan awan panas, curah hujan, dan jangkauan

aliran lahar.
43

1) Struktur Batuan

Merupakan pencerminan dari kondisi kekuatan batuan didalam

menerima beban dan tekanan. Semakin kuat suatu batuan di dalam

menerima beban dan tekanan, maka akan semakin stabil terhadap

kemungkinan longsor dan amblasan, terutama pada saat terjadi

goncangan akibat aktifitas gunung berapi

Selain itu aspek sifat fisik batuan dilihat juga dari sisi

kekompakkannya, kekerasannya maupun material pembentuknya.

Untuk itu ada beberapa kelompok jenis batuan yang dibedakan

berdasarkan pengkelasan tersebut (Rudi Suhendar).

Urutan pertama menunjukkan kelompok batuan yang relatif

kompak, lebih resisten terhadap gempa dan lebih stabil terhadap

kemungkinan longsoran dan amblasan. Urutan selanjutnya nilai

kemampuannya semakin mengecil. Kelompok batuan tersebut yaitu:

a) andesit, granit, diorit, metamorf, breksi volkanik, aglomerat,

breksi sedimen dan konglomerat.

b) batupasir, tuf kasar, batulanau, arkose, greywacke dan

batugamping

c) pasir, lanau, batulumpur, napal, tuf halus dan serpih

d) lempung, lumpur, lempung organik dan gambut.


44

Berdasarkan peta gelologi lembar surakarta (1408-2) dan peta

geologi lembar Yogyakarta (1408-3) Kecamatan Kemalang secara

geologi terdiri dari 3 formasi batuan yaitu formasi dasit (Da), batuan

merapi tua (Qmp) dan batuan gunung api merapi (Qvm). Dari tiga

formasi tersebut formasi yang terluas adalah formasi batuan gunung

api (Qvm) dengan luas 44,4k km2 atau 75,3 % dari total luas

Kecamatan Kemalang. Formasi dasit (Da) yaitu 0,5 km2 atau 0,9% dari

total luas Kecamatan Kemalang.

Secara administrasi formasi dasit (Da) berada di sebelah utara

Kecamatan Kemalang dan berada di puncak Gunung Merapi. Formasi

batuan merapi tua (Qmp) berada di 5 (lima) desa yaitu Desa

Tegalmulyo, Sidorejo, Balerante, Kendalsari dan Desa Talun.

Tabel 4.5 Data Struktur Batuan Kecamatan Kemalang

No Formasi Luas (km2) %


1 Dasit (Da) 0,5 0,9
2 Batuan Merapi Tua (Qmp) 14,0 23,8
3 Batuan Gunungapi Merapi (Qvm) 44,4 75,3
Jumlah 58,9 100,0

Sumber : Peta gelologi lembar surakarta (1408-2) dan peta


geologi lembar Yogyakarta (1408-3)
45

Gambar 4.4. Peta Struktur Batuan Kecamatan Kemalang


46

2) Kemiringan lereng

Kemiringan lereng dapat memberikan gambaran tingkat stabilitas

terhadap kemungkinan terjadinya longsoran atau runtuhan tanah dan

batuan, terutama pada saat terjadi aktifitas gunung berapi. Semakin

terjal lereng maka potensi untuk terjadinya gerakan tanah dan batuan

akan semakin besar, walaupun jenis batuan yang menempatinya cukup

berpengaruh untuk tidak terjadinya longsoran.

Informasi kemiringan lereng yang dipakai untuk zonasi

kerawanan bencana ini dibagi menjadi empat kelas yaitu:

a) Datar (<2%-5% )

b) Miring (5% - 15%)

c) Curam (15% - 40%)

d) Terjal (> 40 %)

Kondisi lereng juga akan mempengaruji lahu aliran awan panas

akibat letusan gunung api. Jika kemirinagan lebih dari 15% laju awan

panas dan material vukanik lainnya akan menjadi lebih cepat sedangkan

pada kemiringan lereng kurang dari 15% laju lairan akan lebih lambat.

Wilayah di Kecamatan Kemalang daerah dengan kemiringan

lereng datar (<2%-5%) mempunyai luas 9,21 km2, daerah miring (5%-

15%) mempunyai luas 37,95 km2, daerah curam (15%-40%)

mempunyai luas 6,62 km2, dan daerah yang terjal (>40%) mempunyai

luas 8,95 km2.


47

Daerah dengan kemiringan lereng yang terjal secara administrasi

mencakup 3 desa yaitu Desa Balerante, Desa Sidorejo, dan Desa

Tegalmulyo. Tiga desa ini mempunyai kemiringan lereng yang terjal

karena berada dekat dengan puncak Gunung Merapi. Sedangkan untuk

wilayah desa lainnya di dominasi dengan keadaan lereng yang miring,

ini dikarenakan sebagian besar wilayah di Kecamatan Kemalang berada

di lereng Gunung Merapi.

Daerah dengan kelas kemiringan datar secara administrasi

mendominasi wilayah Desa Keputran, Desa Kemalang dan Desa

Dompo. Daerah dengan kelas kemiringan yang datar ini berada paling

jauh dari puncak Gunung Merapi.

Data kemiringan lereng daerah Kecamatan Kemalang dapat

dilihat dalam tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.6 Data Kemiringan Lereng Di Kecamatan Kemalang


No Lereng Keterangan Luas (km2) %
1 <2% - 5% Datar 5,43 9,21
2 5% - 15% Miring 37,95 64,37
3 15% - 40% Curam 6,62 11,24
4 >40% Terjal 8,95 15,18
Jumlah 58,95 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2019
48

Gambar 4.3. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Kemalang


49

3) Curah hujan

Berdasarkan data Kecamatan Kemalang dalam angka dapat

diketahui bahwa curah hujan di Kecamatan Kemalang antara 2000-

4000 mm/tahun. Peta data curah hujan diambil dari hasil interpolasi

data di stasiun curah hujan. Curah hujan terendah di Kecamatan

Kemalang adalah 2000 - 2500 mm/tahun, daerah yang mempunyai

curah hujan terendah ada 8 desa yaitu Desa Kemalang, Desa Keputran,

Desa Dompol, Desa Kendalsari, Desa Talun, Desa Bawukan dan

sebagian Desa Tangkil dengan luas area 9,27 Km2 atau 15,73% dari

seluruh luas Kecamatan Kemalang.

Curah hujan tertinggi di Kecamatan Kemalang adalah 3500 -

4000 mm/tahun. Daerah yang mempunyai curah hujan tertinggi ada tiga

desa yaitu Desa Balerante, Desa Tegalmulyo dan Desa Sidorejo dengan

luas wilayah 13,11 Km2 atau 22,25% dari luas wilayah Kecamatan

Kemalang.

Tabel 4.7 Data Curah Hujan Tahunan Kecamatan Kemalang


No Curah Hujan Luas (km2) %
1 2000 - 2500 mm/tahun 9,27 15,73
2 2500 - 3000 mm/tahun 24,98 42,39
3 3000 - 3500 mm/tahun 11,58 19,64
4 3500 - 4000 mm/tahun 13,11 22,25
Jumlah 58,94 100,00
Sumber : Bapppeda Kabupaten Klaten tahun 2018
50

Gambar 4.5 Peta Curah Hujan Kecamatan Kemalang


51

4) Jarak dari sungai

Kecamatan Kemalang dilewati oleh sungai yaitu sungai Kali

Woro. Daerah yang terletak di sekitar sungai ini adalah daerah yang

berpotensi terlanda lahar. Terutama pada daerah yang terletak di daerah

lembah atau bagian hilir sungai dan perluasan aliran lahar ini sering

terjadi terutama pada belokan – belokan sungai dengan tebing rendah.

Kelas jarak radius sungai dibagi menjadi 3 kelas yaitu radius < 250 m,

200 – 500 m, dan 500 – 700 m semakin dekat dengan sungai maka

resiko bahaya terkena lahar juga akan semakin tinggi.

Luas wilayah yang memiliki jarak kurang dari 250 m dari sungai

adalah 19, 52 km2 atau 33,12% dari total wilayah Kecamatan

Kemalang, daerah yang berjarak antara 250-500 m dari sungai

mempunyai luas 13,31 km2 atau 22,57% dan daerah dengan jarak 500-

750 m dari sungai mempunyai luas 10,08 km2 atau 17,10 %.

Tabel 4.8 Luas Wilayah Berdasarkan Jarak Dari Sungai


No Nama Luas (km2) %
1 < 250 m 19,52 33,12
2 250 - 500 m 13,31 22,57
3 500 - 750 m 10,08 17,10
Jumlah 58,95 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2018
52

Gambar 4.6. Peta Jarak Wilayah Dari Sungai Di Kecamatan Kemalang


53

5) Jangkauan awan panas

Kawasan yang berpotensi terlanda material lontaran / jatuhan

piroklastik dalam Standardisasi Nasional Indonesia ditentukan dengan

mempertimbangkan sifat gunungapi bersangkutan tanpa

mempertimbangkan arah angin. Perhitungan untuk menentukan

diameter kawasan yang berpotensi terlanda lontaran / hujan abu lebat

pada menggunakan rumus peluruhan ekploison ketebalan terhadap

jarak.

Berdasarkan Fierstein dan Natherson (1992), digunakan model

matematik yang cocok untuk segala bentuk isopach. Tinggi kolom

letusan di perkirakan dari jarak dimana 2 segmen garis ketebalan

berpotongan (Spark, 1992). Sedangkan dispensial indeks ditentukan

berdasarkan (Walker, 1973) . Hasil dari kombinasi dari metoda-metoda

ini diperoleh area dengan jari jari 5- 10 km dari pusat letusan sebagai

kawasan yang berpotensi terlanda material lontaran / hujan abu lebat.

Jangkauan awan panas dibagi menjadi 2 kelas yaitu daerah yang

sering terdampak awan panas dan daerah yang berpotensi terlanda

awan panas. Daerah yang terlanda awan panas adalah daerah yang

berjarak kurang dari 5 km dari puncak Gunung Merapi, daerah yang

berjarak kurang dari 5 km dari puncak Gunung Merapi di Kecamatan

Kemalang mempunyai luas 9,88 km atau 16,77% dari total wilayah

Kecamatan Kemalang. Secara administrati desa yang mempunyai jarak


54

kurang dari 5 km dari puncak Gunung Merapi ada tiga desa, yaitu Desa

Balerante, Desa Tegalmulyo dan Desa Sidorejo.

Daerah yang kedua adalah daerah yang berpotensi terlanda awan

panas, daerah ini mempunyai jarak antara 5 – 10 km dari puncak

Gunung Merapi, daerah yang berjarak antara 5 – 10 km dari puncak

Gunung Merapi mempunyai luas 33,37 km2 atau 37,94% dari total luas

Kecamatan Kemalang. Secara administrasi daerah yang mempunyai

jarak 5 – 10 km dari puncak merapi ada 8 desa yaitu Desa Balerante,

Desa Tegalmulyo, Desa Sidorejo, Desa Tlogowangu, Desa Kendalsari,

Desa Panggang, Desa Bimiharjo dan Desa Tangkil. Data luas daerah

per radius dari puncak Gunung Merapi dapat dilihat dalam tabel 4.9

Tabel 4.9 Data Luas Wilayah Dari Puncak Gunung Merapi


No Jarak Puncak Luas (Km2) %
1 < 5 km 9,88 16,77
2 5 - 10 km 22,37 37,94
3 > 10 km 26,70 45,30
Jumlah 58,95 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2018
55

Gambar 4.7. Peta Wilayah Jangkauan Awan Panas Kecamatan Kemalang


56

6) Penentuan tipologi kawasan rawan bencana Gunung Merapi

Penentuan tipologi kawasan rawan bencana gunungapi di

Kecamatan Kemalang dilakukan dengan teknik overlay (tumpang

susun) dari 5 variabel yang masing-masing sudah berbentuk peta dan

berharkat sesuai dengan kelasnya. Parameter yang digunakan yaitu peta

kemiringan lereng, peta geologi, peta curah hujan, peta jarak dari

sungai, dan peta jangkauan awan panas.

Penentuan tipologi kawasan rawan bencana gunungapi dilakukan

dengan empat tahapan, yang pertama yaitu memebuat unit medan dari

parameter yang telah ditentukan kemudian memberikan skor sesuai

nilai dan bobot setiap parameter yang digunakan sehingga akan

diperoleh skor dari masing masing kelas. Tahap ketiga adalah

melakukan penjumlahan dari skor masing masing parameter yang

nantinya akan diperoleh manjadi skor total. Tahap ke empat adalah

memasukkan jumlah dari skor total ke dalam jenis tipologi kawasan

rawan bencana gunungapi yang telah di tentukan.

Klasifikasi tipologi kawasan rawan bencana dibagi menjadi 3

kelas. Wilayah dengan jumlah skor total kurang dari 132 adalah tipologi

kawasan rawan bencana I, daerah yang mempunyai skor antara 132 –

263 adalah daerah dengan tipologi kawasan rawan bencana II. Dan

daerah yang mempunyai skor lebih dari 236 merupakan daerah tipologi

kawasan rawan bencana III.


57

Tabel 4.10 Data Unit Medan di Kecamatan Kemalang


Struktur Batuan Kemiringan Lereng Curah Hujan Jangkauan Awan Panas Jarak Sungai Skor
No Formasi Hujan Jarak Kode Tipologi
Total
Batuan NK B S Lereng NK B S (mm/th) NK B S Jarak NK B S Sungai NK B S
1 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 > 750 m 0 15 0 50 A,Kl1,ch1,ap1,sg1 KRB I
2 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 500 - 750 m 1 15 15 65 A,Kl1,ch1,ap1,sg2 KRB I
3 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 > 750 m 0 15 0 70 A,Kl1,ch2,ap1,sg1 KRB I
4 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 > 750 m 0 15 0 70 A,Kl2,ch1,ap1,sg1 KRB I
5 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 500 - 750 m 1 15 15 85 A,Kl1,ch2,ap1,sg2 KRB I
6 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 500 - 750 m 1 15 15 85 A,Kl2,ch1,ap1,sg2 KRB I
7 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 > 750 m 0 15 0 90 A,Kl2,ch2,ap1,sg1 KRB I
8 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 > 750 m 0 15 0 90 A,Kl2,ch2,ap1,sg1 KRB I
9 Qmp 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 250 - 500 m 3 15 45 95 A,Kl1,ch1,ap1,sg3 KRB I
10 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 250 - 500 m 3 15 45 95 A,Kl1,ch1,ap1,sg3 KRB I
11 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 500 - 750 m 1 15 15 105 A,Kl2,ch2,ap1,sg2 KRB I
12 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 500 - 750 m 1 15 15 105 A,Kl2,ch2,ap1,sg2 KRB I
13 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 > 10 km 0 35 0 > 750 m 0 15 0 110 A,Kl2,ch3,ap1,sg1 KRB I
14 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 250 - 500 m 3 15 45 115 A,Kl1,ch2,ap1,sg3 KRB I
15 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 250 - 500 m 3 15 45 115 A,Kl2,ch1,ap1,sg3 KRB I
16 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 250 - 500 m 3 15 45 115 A,Kl2,ch1,ap1,sg3 KRB I
17 Qmp 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 125 A,Kl1,ch1,ap1,sg4 KRB I
18 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 125 A,Kl1,ch1,ap1,sg4 KRB I
19 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 250 - 500 m 3 15 45 135 A,Kl2,ch2,ap1,sg3 KRB I
20 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 250 - 500 m 3 15 45 135 A,Kl2,ch2,ap1,sg3 KRB I
Tabel berlanjut ke halaman berikutnya
58

Lanjutan Tabel 4. 10. Data Unit Medan di Kecamatan Kemalang


Struktur Batuan Kemiringan Lereng Curah Hujan Jangkauan Awan Panas Jarak Sungai Skor
No Formasi Hujan Jarak Kode Tipologi
Total
Batuan NK B S Lereng NK B S (mm/th) NK B S Jarak NK B S Sungai NK B S
21 Qvm 1 10 10 >2% - 5% 1 20 20 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 145 A,Kl1,ch2,ap1,sg4 KRB I
22 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 145 A,Kl2,ch1,ap1,sg4 KRB I
23 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 145 A,Kl2,ch1,ap1,sg4 KRB I
24 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 > 750 m 0 15 0 160 A,Kl2,ch2,ap2,sg1 KRB I
25 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 165 A,Kl2,ch2,ap1,sg4 KRB I
26 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 165 A,Kl2,ch2,ap1,sg4 KRB I
27 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 2000 - 2500 1 20 20 > 10 km 0 35 0 < 250 m 5 15 75 165 A,Kl3,ch1,ap1,sg4 KRB I
28 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 175 A,Kl2,ch2,ap2,sg2 KRB I
29 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 175 A,Kl2,ch2,ap2,sg2 KRB I
30 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 > 750 m 0 15 0 180 A,Kl3,ch2,ap2,sg1 KRB II
31 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 > 750 m 0 15 0 180 A,Kl2,ch3,ap2,sg1 KRB II
32 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 195 A,Kl3,ch2,ap2,sg2 KRB II
33 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 195 A,Kl2,ch3,ap2,sg2 KRB II
34 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 195 A,Kl2,ch3,ap2,sg2 KRB II
35 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 > 750 m 0 15 0 200 A,Kl3,ch3,ap2,sg1 KRB II
36 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 > 750 m 0 15 0 200 A,Kl2,ch4,ap2,sg1 KRB II
37 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 > 750 m 0 15 0 200 A,Kl2,ch4,ap2,sg1 KRB II
38 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 205 A,Kl2,ch2,ap2,sg3 KRB II
39 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 205 A,Kl2,ch2,ap2,sg3 KRB II
40 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 215 A,Kl3,ch3,ap2,sg2 KRB II

Tabel berlanjut ke halaman berikutnya...


59

Lanjutan Tabel 4. 10. Data Unit Medan di Kecamatan Kemalang


Struktur Batuan Kemiringan Lereng Curah Hujan Jangkauan Awan Panas Jarak Sungai Skor
No Formasi Hujan Kode Tipologi
Total
Batuan NK B S Lereng NK B S (mm/th) NK B S Jarak NK B S Jarak Sungai NK B S
41 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 215 A,Kl2,ch4,ap2,sg2 KRB II
42 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 215 A,Kl2,ch4,ap2,sg2 KRB II
43 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 > 750 m 0 15 0 220 A,Kl3,ch4,ap2,sg1 KRB II
44 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 225 A,Kl3,ch2,ap2,sg3 KRB II
45 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 225 A,Kl2,ch3,ap2,sg3 KRB II
46 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 225 A,Kl2,ch3,ap2,sg3 KRB II
47 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 235 A,Kl2,ch2,ap2,sg4 KRB II
48 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 235 A,Kl2,ch2,ap2,sg4 KRB II
49 Qvm 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 235 A,Kl4,ch3,ap2,sg2 KRB II
50 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 235 A,Kl3,ch4,ap2,sg2 KRB II
51 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 500 - 750 m 1 15 15 235 A,Kl3,ch4,ap2,sg2 KRB II
52 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 245 A,Kl3,ch3,ap2,sg3 KRB II
53 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 245 A,Kl3,ch3,ap2,sg3 KRB II
54 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 245 A,Kl2,ch4,ap2,sg3 KRB II
55 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 245 A,Kl2,ch4,ap2,sg3 KRB II
56 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 2500 - 3000 2 20 40 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 255 A,Kl3,ch2,ap2,sg4 KRB II
57 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 255 A,Kl2,ch3,ap2,sg4 KRB II
58 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 255 A,Kl2,ch3,ap2,sg4 KRB II
59 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 265 A,Kl4,ch3,ap2,sg3 KRB II
60 Qvm 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 265 A,Kl4,ch3,ap2,sg3 KRB II

Tabel berlanjut ke halaman berikutnya..


60

Lanjutan Tabel 4. 10. Data Unit Medan di Kecamatan Kemalang


Struktur Batuan Kemiringan Lereng Curah Hujan Jangkauan Awan Panas Jarak Sungai Skor
No Formasi Hujan Jarak Kode Tipologi
Total
Batuan NK B S Lereng NK B S (mm/th) NK B S Jarak NK B S Sungai NK B S
61 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 265 A,Kl3,ch4,ap2,sg3 KRB II
62 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 250 - 500 m 3 15 45 265 A,Kl3,ch4,ap2,sg3 KRB II
63 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 275 A,Kl3,ch3,ap2,sg4 KRB II
64 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 275 A,Kl3,ch3,ap2,sg4 KRB II
65 Qmp 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 275 A,Kl2,ch4,ap2,sg4 KRB II
66 Qvm 1 10 10 >5% - 15% 2 20 40 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 275 A,Kl2,ch4,ap2,sg4 KRB II
67 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 > 750 m 0 15 0 290 A,Kl3,ch4,ap3,sg1 KRB II
68 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 295 A,Kl4,ch3,ap2,sg4 KRB II
69 Qvm 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 295 A,Kl4,ch3,ap2,sg4 KRB II
70 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 295 A,Kl3,ch4,ap2,sg4 KRB II
71 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 295 A,Kl3,ch4,ap2,sg4 KRB II
72 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 500 - 750 m 1 15 15 305 A,Kl4,ch3,ap3,sg2 KRB II
73 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 500 - 750 m 1 15 15 305 A,Kl3,ch4,ap3,sg2 KRB II
74 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 500 - 750 m 1 15 15 305 A,Kl3,ch4,ap3,sg2 KRB II
75 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 > 750 m 0 15 0 310 A,Kl4,ch4,ap3,sg1 KRB III
76 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 315 A,Kl3,ch3,ap3,sg3 KRB III
77 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 315 A,Kl3,ch3,ap3,sg3 KRB III
78 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 5 - 10 km 2 35 70 < 250 m 5 15 75 315 A,Kl4,ch4,ap2,sg4 KRB III
79 Da 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 500 - 750 m 1 15 15 325 A,Kl4,ch4,ap3,sg2 KRB III
80 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 500 - 750 m 1 15 15 325 A,Kl4,ch4,ap3,sg2 KRB III

Tabel berlanjut ke halaman berikutnya..


61

Lanjutan Tabel 4. 10. Data Unit Medan di Kecamatan Kemalang


Struktur Batuan Kemiringan Lereng Curah Hujan Jangkauan Awan Panas Jarak Sungai Skor
No Formasi Hujan Jarak Kode Tipologi
Total
Batuan NK B S Lereng NK B S (mm/th) NK B S Jarak NK B S Sungai NK B S
81 Qvm 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 500 - 750 m 1 15 15 325 A,Kl4,ch4,ap3,sg2 KRB III
82 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 335 A,Kl4,ch3,ap3,sg3 KRB III
83 Da 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 335 A,Kl3,ch4,ap3,sg3 KRB III
84 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 335 A,Kl3,ch4,ap3,sg3 KRB III
85 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 335 A,Kl3,ch4,ap3,sg3 KRB III
86 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 345 A,Kl3,ch3,ap3,sg4 KRB III
87 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 345 A,Kl3,ch3,ap3,sg4 KRB III
88 Da 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 355 A,Kl4,ch4,ap3,sg3 KRB III
89 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 355 A,Kl4,ch4,ap3,sg3 KRB III
90 Qvm 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 250 - 500 m 3 15 45 355 A,Kl4,ch4,ap3,sg3 KRB III
91 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 365 A,Kl4,ch3,ap3,sg4 KRB III
92 Qvm 1 10 10 >40% 4 20 80 3000 - 3500 3 20 60 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 365 A,Kl4,ch3,ap3,sg4 KRB III
93 Da 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 365 A,Kl3,ch4,ap3,sg4 KRB III
94 Qmp 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 365 A,Kl3,ch4,ap3,sg4 KRB III
95 Qvm 1 10 10 >15% - 40% 3 20 60 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 365 A,Kl3,ch4,ap3,sg4 KRB III
96 Da 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 385 A,Kl4,ch4,ap3,sg4 KRB III
97 Qmp 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 385 A,Kl4,ch4,ap3,sg4 KRB III
98 Qvm 1 10 10 >40% 4 20 80 3500 - 4000 4 20 80 < 5 km 4 35 140 < 250 m 5 15 75 385 A,Kl4,ch4,ap3,sg4 KRB III
Sumber : Data olahan Tahun 2019
62

Gambar 4.8 Peta Unit Medan Kecamatan Kemalang


63

Berdasarkan hasil olahan data di atas dapat diketahui bahwa

Kecamatan Kemalang mempunyai 98 unit medan dengan nilai skor dari

50 sampai dengan 385. Dari data unit medan tersebut maka dapat

dilakukan pengkelasan tipologi kawasan rawan bencana sesuai dengan

ketentuan yang digunakan. sehingga dapat diketahui bahwa di

Kecamatan Kemalang sebanyak 29 unit medan masuk kedalam kelas

tipologi kawasan rawan I dengan jumlah luasan 31,45 km2 (53,32%),

45 unit medan masuk ke dalam kelas tipologi kawasan rawan bencana

II dengan jumlah luasan 17,92 km2 (30,39%), dan sebanyak 24 unit

medan masuk ke dalam kelas tipologi kawasan rawan bencana III

dengan jumlah luasan 9,85 km2 (16,26%).

Tabel 4.11 Daerah Tipologi Kawasan Rawan Bencana


No Tipologi Luas (km2) %
1 KRB I 31,45 53,35
2 KRB II 17,92 30,39
3 KRB III 9,58 16,26
Jumlah 58,95 100,00
Sumber: Data olahan tahun 2019

Daerah tipologi kawasan rawan bencana I di Kecamatan

Kemalang mempunyai luas 31, 45 km2 atau 53,35 % dari total luas

Kecamatan Kemalang. Secara administrasi daerah tipologi rawan

bencana I Kecamatan Kemalang mencakup 12 desa, dengan desa yang

mempunyai wilayah tipologi kawasan rawan bencana I terluas adalah

Desa Kendalsari yaitu 4,06 km2 (12,92%). Data kelas tipologi kawasan

rawan bencana I dapat dilihat dalam tabel 4.11


64

Tabel 4.12 Daerah tipologi kawasan rawan bencana Gunung Api I


Kecamatan Kemalang

No Tipologi Desa Luas (Km2) %


1 KRB I Balerante 0,03 0,11
2 KRB I Bawukan 3,61 11,47
3 KRB I Bumiharjo 2,58 8,20
4 KRB I Dompol 2,87 9,13
5 KRB I Kemalang 2,80 8,91
6 KRB I Kendalsari 4,06 12,92
7 KRB I Keputran 2,24 7,13
8 KRB I Panggang 2,48 7,90
9 KRB I Sidorejo 0,07 0,23
10 KRB I Talun 3,42 10,89
11 KRB I Tangkil 3,64 11,58
12 KRB I Tlogowatu 3,63 11,54
Jumlah 31,45 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2019

Kelas tipologi kawasan rawan bencana gunung api II di

Kecamatan Kemalang mempunyai luas 17,92 km2 atau 30,35 % dari

total seluruh wilayah Kecamatan Kemalang dan secara administratif

mencakup 7 desa di Kecamatan Kemalang yaitu Desa Balerante, Desa

Bumiharjo, Desa Kendalsari, Desa Panggang, Desa Sidorejo, Desa

Tegalmulyo dan Desa Tlogowatu.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa desa yang

mencakup kawasan rawan bencana gunungapi II terluas adalah Desa

Sidorejo yaitu 7,53 km2 atau 42,00 % dari total luas seluruh wilayah

tipologi kawasan rawan bencana II Kecamatan Kemalang. Data kelas

tipologi kawasan II dapat dilihat dalam tabel 4.12


65

Tabel 4.13 Daerah tipologi kawasan rawan bencana Gunung Api II


Kecamatan Kemalang
No Tipologi Desa Luas (Km2) %
1 KRB II Balerante 3,82 21,30
2 KRB II Bumiharjo 0,39 2,17
3 KRB II Kendalsari 0,78 4,36
4 KRB II Panggang 0,64 3,59
5 KRB II Sidorejo 7,53 42,00
6 KRB II Tegalmulyo 3,23 18,05
7 KRB II Tlogowatu 1,53 8,53
Jumlah 17,92 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2019

Daerah Tipologi kawasan rawan bencana gunungapi III di

Kecamatan Kemalang mempunyai luas 9,58 km2 atau 16,26% dari total

seluruh luas Kecamatan Kemalang. Secara administrasi daerah tipologi

kawasan rawan bencana III ini mencakup bagian utara Kecamatan

Kemalang yang terdiri dari tiga desa yaitu Desa Balerante, Desa

Sidorejo dan Desa Tegalmulyo. Desa yang memiliki wilayah daerah

kawasan rawan bencana III terluas adalah desa Tegalmulyo yaitu 4,22

km2. Data tipologi kawasan rawan bencana gunung api III dapat dilihat

dalam tabel 4.13.

Tabel 4.14 Daerah tipologi kawasan rawan bencana Gunung Api III
Kecamatan Kemalang
No Tipologi Desa Luas (Km2) %
1 KRB III Balerante 2,11 22,00
2 KRB III Sidorejo 3,26 33,97
3 KRB III Tegalmulyo 4,22 44,03
Jumlah 9,58 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2019
66

Gambar 4.9. Peta Kelas Tipologi Kawasan Rawan Bencana Kecamatan Kemalang
67

b. Penentuan kesesuaian lahan

Penentuan kesesuaian lahan dilakuan dengan cara membandingkan

ketentuan penggunaan lahan berdasarkan tipologi kawasan rawan bencana

gunung api yang di muat dalam peraturan dengan kondisi penggunaan

lahan di lapangan. Ketentuan penggunaan lahan pada kawasan rawan

bencana gunungapi diperoleh dari peraturan daerah no 11 tahun 2011.

Tentang peraturan penataan ruang Kecamatan Kemalang yang diturunkan

dar Permen PU No.21/PRT/M/007 tentang pedoman penataan ruang

kawasan rawan bencana gunung api.

Data penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang diperoleh dari data

dokumetasi dan data interpretasi citra satelit yang kemudian di verifikasi

dengan melakukan survei lapangan. Dari hasil penelitain dapat diketahui

sebagian besar penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang adalah tegalan,

ini dikarenakan mayoritas mata pencaharian masyarakat di Kecamatan

Kemalang adalah sebagai petani.

Tabel 4.15 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemalang


No Penggunaan Lahan Luas (Km2) %
1 Permukiman 22,45 38,17
2 Sawah Irigasi 0,54 0,91
3 Tegalan 27,15 46,15
4 Pertambangan 1,41 2,40
5 Hutan Lindung 7,28 12,38
Jumlah 58,83 100,00
Sumber : data olahan tahun 2019
68

Gambar 4.10 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemalang


69

Berdasarkan hasil perbandingan antara peraturan penggunaan lahan

dengan penggunaan lahan sebenarnya dapat diketahui bahwa pada daerah

tipologi kawasan rawan bencana gunungapi I di Kecamatan Kemalang

penggunaan lahannya sudah sesuai dengan ketentuan penggunaan yang di

atur dalam peraturan daerah no 11 tahun 2011. Penggunaan lahan di daerah

tipologi kawasan rawan bencana I terdiri dari daerah permukiman, sawah

irigasi, tegalan dan daerah pertambangan.

Penggunaan lahan terluas di daerah tipologi kawasan rawan bencana

I adalah permukiman yaitu 15,56 km2 atau 49,48% dari luas seluruh

wilayah kawasan rawan bencana I Kecamatan Kemalang. Tingginya angka

penggunaan lahan untuk daerah permukiman ini dikarenakan pada tipologi

kawasan rawan bencana gununung api satu memiliki kemiringan lereng

yang relatif darat, sehingga cocok untuk digunakan sebagai daerah

permukiman.

Tabel 4.16 Kesesuaian penggunaan lahan pada kelas tipologi


kawasan rawan bencana I Kecamatan Kemalang
Penggunaan Luas
No Tipologi Keterangan %
Lahan (km2)
1 Sawah Irigasi KRB I Sesuai 0,54 1,71
2 Tegalan KRB I Sesuai 14,73 46,83
3 Pertambangan KRB I Sesuai 0,62 1,98
4 Permukiman KRB I Sesuai 15,56 49,48
Jumlah 31,45 100,00
Sumber : data olahan tahun 2019

Dearah tipologi kawasan rawan bencana II penggunaan lahannya

ada tiga yaitu pertambangan, permukiman, hutan lindung dan tegalan.


70

Penggunaan lahan terluas adalah tegalan yaitu 10,57 km2 atau 58,99% dari

luas seluruh wilayah Kecamatan Kemalang.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada tipologi

kawasan rawan bencana gunung api II daerah yang tidak sesuai dengan

ketentuan penggunaan lahannya mempunyai luas 6,58 km2 atau 36,79%

dari total luas tipologi kawasan rawan bencana II tersebut. Daerah yang

tidak sesuai denga ketentuan penggunaan lahan ini adalah daerah dengan

penggunaan lahan permukiman.

Sedangkan daerah yang sesuai dengan ketententuan peraturan

penggunaan lahan pada tipologi kawasan rawan bencana II mempunyai

jumlah luasan 11,33 km2 atau 58,01% dari total seluruh daerah kawasan

rawan bencana II. Daerah yang sesuai dengan ketentuan penggunaan lahan

ini adalah daerah dengan penggunaan lahan tegalan, pertambangan dan

daerah hutan lindung.

Tabel 4.17 Kesesuaian penggunaan lahan pada kelas tipologi kawasan


rawan bencana II Kecamatan Kemalang
Penggunaan Luas
No Tipologi Keterangan %
Lahan (Km2)
1 Hutan Lindung KRB II Sesuai 0,04 0,23
2 Tegalan KRB II Sesuai 10,57 58,99
3 Pertambangan KRB II Sesuai 0,72 3,99
4 Permukiman KRB II Tidak Sesuai 6,59 36,79
Jumlah 17,92 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2019

Daerah tipologi kawasan rawan bencana III di Kecamatan Kemalang

penggunaan lahannya terdiri dari Hutan lindung, permukiman, tegalan dan

pertambangan. Sebagian besar daerah tipologi kawasan rawan bencana III


71

digunakan untuk darah hutan lindung, ini dikareknakan daerah kawasan

rawan bencana III mempunya jarak yang dekat dengan puncak Gunung

Merapi dan berpotensi tinggi untuk terkena dampak dari awan panas.

Pada kawasan rawan bencana III daerah yang sesuai dengan

ketentuan penggunaan lahan mempunyai luas 7,28 atau 54,10 % dari luas

kawasan rawan bencana III, daerah yang sesuai ini merupakan daerah

dengan penggunaan lahan hutan lindung. Daerah yang tidak sesuai dengan

ketentuan pada kawasan rawan bencana III mempunyai luas 6,17 km2 atau

45,90 % dari luas kawasan rawan bencana III. Daerah yang tidak sesuai ini

merupakan daerah dengan penggunaan lahan permukiman, tegalan dan

pertambangan.

Tabel 4.1 Kesesuaian penggunaan lahan pada kelas tipologi kawasan


rawan bencana II Kecamatan Kemalang
Penggunaan Luas
No Tipologi Keterangan %
Lahan (Km2)
1 Hutan Lindung KRB III Sesuai 7,24 75,59
2 Tegalan KRB III Tidak Sesuai 1,85 19,35
3 Pertambangan KRB III Tidak Sesuai 0,07 0,73
4 Permukiman KRB III Tidak Sesuai 0,42 4,33
Jumlah 9,58 100,00
Sumber : Data olahan tahun 2019
72

Gambar 4.11 Peta Kesesusaian Penggunaan lahan Kecamatan Kemalang


73

2. Tanggapan Masyarakat

a. Informasi mengenai peraturan penggunaan lahan

Informasi mengenai pengetahuan masyarakat terhadap peraturan

penggunaan lahan pada kawasan rawan bencana gunungapi dimaksudkan

untuk menegetahui sejauh mana informasi peraturan penggunaan lahan

kawasan rawan bencana ini dalam masyarakat. Dari hasil penelitian dapat

diketahui bahwa di Kecamatan Kemalang masyarakatnya sudah

mengetahui bahwa daerah yang mereka tinggali masuk ke dalam kawasan

rawan bencana Gunung Merapi. Akan tetapi sebagian besar masyarakat

tidak mengetahui tentang pengaturan penggunaan lahan pada kawasan

rawan bencana letusan gunung api.

Hasil dari wawancara terhadap 50 orang responden sebanyak 34

orang (68,0%) tidak mengetahui tentang peraturan penggunaan lahan pada

kawasan rawan bencana letusan gunung api. Dan hanya sebanyak 16 orang

(31,0%) responden yang mengetahui peraturan penggunaan lahan pada

kawasan rawan bencana. Data menegenai pengetahuan masyarakat tentang

kesesuaian penggunaan lahan pada daerah tipologi kawasan rawan

bencana letusan gunung api dapat dilihat pada tabel 4.18


74

Tabel 4.18 Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan


Penggunaan Lahan Pada Tipologi KRB Gunungapi

Frekuensi (f)
Jumlah
No Desa Tidak
Sampel Mengetahui
Mengetahui
1 Balerante 2 2 0
2 Bawukan 4 2 2
3 Bumiharjo 4 0 4
4 Dompol 3 1 2
5 Kemalang 3 1 2
6 Kendalsari 7 1 6
7 Keputran 6 2 4
8 Panggang 2 2 0
9 Sidorejo 5 1 4
10 Talun 3 1 2
11 Tangkil 3 1 2
12 Tegalmulyo 4 2 2
13 Tlogowatu 4 0 4
Jumlah 50 (100,0%) 16 (32,0%) 34 (68,0%)
Sumber : Hasil pengolahan data wawancara tahun 2019

b. Pendapat masyarakat mengenai peraturan penggunaan lahan

Pendapat masyarakat digunakan untuk mengetahui tanggapan

masyarakat tentang adanya peraturan penggunaan lahan pada daerah

tipologi kawasan rawan bencana gunung api. Dari hasil penelitian dapat

diketahui bahwa sebagian besar masyarakat tidak setuju dengan adanya

peraturan yang mengatur penggunaan lahan pada daerah rawan bencana

gunung api Kecamatan Kemalang.

Hasil wawancara menunjukan bahwa dari 50 orang yang telah

dilakukan wawancara sebanyak 39 orang (78,0%) reponden penelitian


75

tidak setuju dengan adanya peraturan penggunaan lahan tersebut. Dan

sebanyak 11 orang (22,0%) responden penelitian setuju dengan adanya

peraturan tersebut. Data mengenai tanggapan masyarakat terhadap adanya

peraturan penggunaan lahan pada daerah tipologi kawasan rawan bencana

gunungapi dapat dilihat dalam tabel 4.19.

Tabel 4.19 Tabulasi Hasil Penelian Tanggapan Masyarakat


Frekuensi (f)
Jumlah
No Desa Tidak
Sampel Setuju
Setuju
1 Balerante 2 0 2
2 Bawukan 4 1 3
3 Bumiharjo 4 0 4
4 Dompol 3 1 2
5 Kemalang 3 0 3
6 Kendalsari 7 1 6
7 Keputran 6 1 5
8 Panggang 2 2 0
9 Sidorejo 5 1 4
10 Talun 3 1 2
11 Tangkil 3 1 2
12 Tegalmulyo 4 2 2
13 Tlogowatu 4 0 4
Jumlah 50 11 (22,0%) 39 ( 78,0%)
Sumber : Hasil pengolahan data wawancara, 2019

Banyak alasan yang melatarbelakangi pendapat para responden

tentang adanya peaturan penggunaan lahan pada tipologi kawasan rawan

bencana gunung api di Kecamatan Kemalang baik itu yang setuju (lihat

tabel 4.20) maupun yang tidak setuju (lihat tabel 4.21).


76

Tabel 4.20. Pendapat Masyarakat Yang Setuju


No Alasan Setuju Frekunsi (f)
1 Keselamatan Masyarakat 5
2 Kelestarian lingkungan 2
3 Mengurangi dampak Letusan Gunung Merapi 3
4 Menaati peraturan 1
Jumlah 11
Sumber : Data penelitian tahun 2019

Masyarakat yang setuju dengan peraturan penggunaan lahan tersebut

kebanyakan berasalan bahwa peraturan tersebut memang bertujuan untuk

keselamatan masyarakat, mengurangi dampak jika terjadi bencana

Gunung Merapi, dan untuk kelestarain lingkungan. Selain itu ada juga

masyarakat yang setuju karena memang sudah kewajibannya untuk

menaati peraturan yang ada.

Tabel 4.21. Pendapat Masyarakat Yang Tidak Setuju


No Alasan Tidak Setuju Frekunsi (f)
1 Turun temurun tinggal di daerah tersebut 17
2 Hanya mempunyai lahan daerah tersebut 13
3 Pekerjaanya berada lokasi penelitian 9
Jumlah 39
Sumber : Data penelitian tahun 2019
77

Masyarakat yang tidak setuju dengan peraturan tersebut karena

sebagian besar masyarakat sudah tinggal secara turun temurun di

Kecamtan Kemalang dan ada juga yang beralasan bahwa mereka hanya

punya tanah dan pekerjaan di daerah tersebut sehingga banyak masyarakat

enggan untuk pindah dari tempat tersebut.

C. Pembahasan

1. Kesesuaian penggunaan lahan

Berdasarkan hasil penelitan dapat diketahui bahwa penggunaan lahan

pada kawasan rawan bencana gunungapi di Kecamatan Kemalang yang sudah

sesuai dengan ketentuan penggunaan lahan dalam peraturan daerah no 11

tahun 2011 mempunyai luas 50,02 km2 atau 84,85% dari luas seluruh wilayah

Kecamatan Kemalang. Sedangkan daerah yang tidak sesuai dengan ketentuan

penggunaan lahan mempunyai luas 8,93 km2 atau 15,15% dari luas seluruh

wilayah Kecamatan Kemalang.

Daerah kelas tipologi kawasan rawan bencana gunungapi III adalah

daerah yang mempunyai luas 9,58 km2 dengan daerah yang sesuai dengan

ketentuan penggunaan seluas 7,24 km2 (75,59%) dan daerah yang tidak

sesuai seluas 2,34 (24,41%) km2. Daerah tipologi kawasan rawan bencana III

adalah daerah yang dilarang keras oleh pemerintah digunakan sebagai

kawasan budidaya dan hanya boleh digunakan sebagai daerah kawasan

lindung. Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Klaten saat erupsi Gunung

Merapi yang terjadi pada tahun 2010 puluhan rumah warga di salah satu

dukuh di Desa Balerante rusak parah akibat sapuan awan panas dari Gunung
78

Merapi. Tingginya angka ketidaksesuaian penggunaan lahan pada daerah

kawasan rawan bencana gunungapi III ini (24,41%) disebabkan karena masih

ada masyarakat yang tinggal dan beraktifitas pada daerah ini. Daerah tipologi

kawasan rawan bencana III secara administrasi mencakup tiga desa yaitu

Desa Balerante, Desa Tegalmulyo dan Desa Sidorejo. Pada tipologi kawasan

rawan bencana III ini seluas 0,42 km2 (4,33%) digunakan untuk daerah

permukiman, dengan jumlah 655 kepala keluarga yang tinggal di derah ini.

Daerah permukiiman pada daerah ini mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Selain itu pada daerah tipologi kawasan rawan bencana III ini

seluas 1,85 km2 (19,35%) digunakan untuk daerah pertanian dan 0,07 km2

(0,73%) digunakan untuk daerah pertambangan.

Daerah tipologi kawasan rawan bencana II adalah daerah dengan luas

17,92 km2. Daerah ini berpotensi terlanda awan panas aliran lava, lontaran

atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran lahar

dan gas beracun. Pada daerah tipologi kawasan rawan bencana II ini masih

diperbolehkan untuk aktifitas budidaya, akan tetapi tidak boleh digunakan

untuk daerah permukiman. Sedangkan dari hasil penelitian pada daerah

tipologi kawasan rawan bencana gunung api II daerah yang digunakan untuk

daerah permukiman mempunyai luas 6,59 km2 (36,79%). Secara administrasi

permukiman pada kawasan rawan bencana II mencakup seluruh desa di

Kecamatan Kemalang dengan jumlah penduduk yang tinggal sebanyak 5.754

kepala keluarga. banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah kawasan


79

rawan bencana II ini membuat tingkat kerawanan bencana semakin

meningkat.

Daerah tipologi kawasan rawan bencana I daerah dengan tingkat

ancaman dampak letuasan gunung merapi yang rendah. Deara tipologi

kawasan rawan bencana I ini adalah daerah yang berpotensi terkena

banjir/lahar dan tidak menutup kemungkinan terkena perluasan awan panas

dan aliran lava. sehingga daerah ini diperbolehkan untuk kegiatan budidaya.

Pada daerah tipologi kawasan rawan bencana gunungapi I diizinkan untuk

kegiatan budidaya dengan syarat pemilihan jenis vegetasi yang sesuai serta

mendukung konsep kelestaraian lingkungan sehingga jika berdasarkan

peraturan daerah Kabupaten Klaten no 11 tahun 2011 daerah ini sudah sesuai

dengan ketentuan penggunaan lahannya.

2. Tanggapan masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui sebanyak 34 (68%)

reponden tidak mengetahui adanya peraturan penggunaan lahan. Tingkat

pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap peraturan penggunaan lahan

ini akan mengakibatkan angka ketidak sesuaian penggunaan lahan pada

kawasan rawan bencana menjadi tinggi. Sebagian besar masyarakat yang

tidak mengetahui peraturan ini mengaku bahwa masyarakat belum mendapat

sosialisi tentang peraturan penggunaan lahan dari pemerintah. Akan tetapi

dari sebagian masyarakat ada yang sudah mengetahui tentang adanya

peraturan tersebut.
80

Ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan penggunaan lahan ini

dikarenakan sosialisasi tentang peraturan penggunaan lahan oleh pihak

instansi yang berkewajiban untuk mensosialisasikan peraturan tersebut

dilakukan kepada perwakilan masyarakat dari Kecamatan Kemalang.

Sehingga dalam hal ini ada penyampaian yang kurang merata kepada

masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa sebagian besar

masyarakat menolak adanya peraturan penggunaan lahan pada topologi

kawasan rawan bencana Gunung Merapi. Dari 50 orang responden sebanyak

39 orang (78%) tidak setuju dengan peraturan tersebut. Masyarakat yang

tidak setuju beralasan bahawa mereka sudah tinggal di daerah ini secara turun

temurun sehingga akan sulit untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru.

Masyarakat yang menolak juga beralasan bahwa mereka kebanyakan hanya

mempunyai lahan di daerah tersebut sehingga akan sulit jika mereka harus

berpindah ke tempat lain. Tidak adanya tindakan serius dari pemerintah

membuat masyarakat tidak jera untuk melakukan pelanggaran terhadap

peraturan yang berlaku.

Masyarakat juga ada yang beranggapan bahwa peraturan tersebut

memang harus ada mengingat daerah yang mereka tinggali adalah daerah

yang rawan terhadap letusan Gunung Merapi. Dari 50 jumlah respinden ada

11 orang (22%) setuju dengan adanya peraturan tersebut.

Ketidaktahuan dan penolakan terhadap peraturan penggunaan lahan

pada tipologi kawasan rawan benacan ini mengakibatkan adanya aktifitas dari
81

masyarakat di daerah kawasan rawan bencana. Adanya aktifitas masyarakat

ini membuat tingginya angka ketidaksesuaian penggunaan lahan pada

kawasan tipologi kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai ketentuan penggunaan lahan di

tipologi kawasan rawan bencana Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara umum kesesuaian pengguanaan lahan di Kecamatan Kemalang pada

tipologi kawasan rawan bencana Gunung Merapi masih di bilang cukup

rendah mengingat luas daerah tidak sesuai dengan ketentuan penggunaan

lahannya seluas 8,93 km2 atau 15,15% dari luas seluruh wilayah Kecamatan

Kemalang. Daerah dengan tingkat ketidak sesuaian tertinggi terdapat pada

daerah tipologi kawasan rawan bencana III dikarenakan pada kawasan ini

tidak diperbolehkan untuk daerah budidaya dan daerah pada tipologi kawasan

rawan bencana III ini beresiko tinggi terkena dampak dari letusan gunung

berapi.

2. Banyak masyarakat yang mengaku belum mengetahui adanya peraturan

penggunaan lahan pada tipologi kawasan rawan bencana Gunung Merapi dan

banyak juga masyarakat yang tidak setuju dengan adanya peraturan tersebut.

Karena sebagian besar masayarakat masih tinggal dan mengelola lahan pada

daerah tipologi kawasan rawan bencana tersebut.

82
83

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan beberapa saran yang bisa

diajukan adalah sebagai berikut

1. Tingginya angka daerah yang tidak sesuaian dengan peraturan penggunaan

lahan diakibatkan kerena tingkat pengetahuan manyarakat yang rendah

terhadap peraturan penggunaan lahan di daerah kawasan rawan benacana

sehingga perlu adanya sosialisasi yang merata kepada masyarakat tentang

pentingnya peraturan penggunaan lahan tersebut.

2. Masyarakat seharusnya tanggap terhadap peraturan yang ada di daerah

mereka mengingat daerah yang mereka tinggali merupakan daerah dengan

tingkat resiko tinggi terhadap bencana lentusan Gunung Merapi.


84

DAFTAR PUSTAKA

Andreastuti, S.D., Alloway, B.V., and Smith, I.E.M., 2000. A detailed


tephrostratigraphic framework at Merapi Volcano, Central Java,
Indonesia: implications for eruption prediction and hazard assessment.
Journal Volcanology Geothermal Resources, 100, h. 51-68.

Ardi, A. S., & Sumunar, D. R. S. (2017). Analisis Risiko Bencana Erupsi Gunung
Merapi Di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Geomedia: Majalah
Ilmiah dan Informasi Kegeografian, 15(1).

Arsyad, S. 1989. Pengawetan tanah dan air. Bogor. Departemen Ilmu tanah IPB.

Berthommier, P. 1990. Etude volcanologique du Merapi (Centre-Java).


Téphrostratigraphie et Chronologie. Mécanismes éruptifs. Thèse Doct.III
ème cycle. Univ. Blaise Pascal: Clermont–Ferrand, 115 pp.

Badan Nasional Penanggunlangan Bencana (BNPB). 2010. Ketangguhan Bangsa


dalam mengahdapi bencana.Jakarta :Gema BNPB. ISBN 2088- 6527

BPPTKG. 2018. Siaran Pers 6 Juni 2018 Pukul 09.00 Wib. Yogyakarta. BPPTKG

Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Kecamatan Kemalang Dalam Angka 2006.
Klaten. BPS Kabupaten Klaten

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Kecamatan Kemalang Dalam Angka 2010.
Klaten. BPS Kabupaten Klaten

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Kecamatan Kemalang Dalam Angka 2018.
Klaten. BPS Kabupaten Klaten

Badan Litbang Pertanian. 2006. Laporan Merapi Tim PSEKP, Bogor

FAO, U. 1999. Terminology for Integrated Resources Planning and


Management. Food and Agriculture Organization/United Nations
Environmental Programme. Rome, Italy/Nairobi, Kenia.
85

Fierstein, J. Nathensan,M. 1992. Another look at the calculation off fallout tephra
volume, Bull. Vulcanol.54, 156 – 167

Ilham, N. 2010. 1.8. Dampak Erupsi Gunung Merapi Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Petani.

Iskandar, F., Awaluddin, M., & Yuwono, B. D. 2016. Analisis Kesesuaian


Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang/wilayah Di Kecamatan
Kutoarjo Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi
Undip, 5(1), 1-7.

Jayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan
dan Wilayah. Bandung : Penerbit ITB.

Kartono, K. 1996. Psikologi Umum. Mandar Maju.

Liesnoor. Dewi. 2009. Erosi dan Mitigasi Bencana. Jurusan Geografi, Semarang:
UNNES.

Ma’arif, Syamsul dan Dyah Rahmawati Hizbaron. 2013. Strategi Menuju


Masyarakat Tangguh Bencana Dalam Perspektif Sosial. Yogyakarta: Ugm
Press.

Melati, F. F., Hendrawan, D., & Sitawati, A. 2002. Land Use And Water Quality
Relationships In The Ciliwung River Basin, Indonesia. Jakarta (ID): Trisakti
University.

Muta’ali Lutfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta: Badan
Penerbit Geografi Universitas Gajah Mada

Newhall. 2000. 10,000 years of explosive eruptions of Merapi volcano,


CentralJava: Archaeological and modern implications. Journal
Volcanology and Geothermal Research, 100, h. 9-50.

Nomor, U. U. R. I. (24). 2007. Penanggulangan Bencana.


86

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031

Permen, P. U. No 21 tahun 2007. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Letusan


Gunung Api dan Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi.

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten. No 11 tahun 2011. Peraturan Tata Ruang


Kabupaten Klaten.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum. No 21 tahun 2007. Pedoman Penataan Ruang


Daerah Kawasan Rawan Bencana Gunung Api.

Purwanto, Nova. 2018. Perilaku Sadar Lingkungan Pemukim Bantaran Sungai


Jelai, Kabupaten Sukamara. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Vol
14 no 1 (41-50) ISSN: 1858-3903.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). (2008). Pengenalan


Gunungapi. Bandung: PVMBG.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). 2014. Data Dasar
Gunungapi: Gunung Merapi, Jawa Tengah. Badan Geologi.

Saputra, A. dan Wiratnawati, R. 2006. Analisis Tingkat Kerawanan Bencana Alam


Geologi Berbasis Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Daerah
Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jabar. Publikasi Ilmiah
Pendidikan dan Pelatihan Geologi. , II, (1), 23-30.

Sevilla, Consuelo G. et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company.
Quezon City.

Setyaningsih, Wahyu dan Moh Sholeh. 2010. Pemetaan daerah rawan bencana
gerakan tanah di wilayah Grabag Kabupaten Magelang Propinsi Jawa
Tengah. Sainteknol: Jurnal Sains dan Teknologi

Sparks, R.S.J, dkk. 1992. Sedimentation of tephra fall deposit. Bulletin of


Vulcanology 54: 685-695
87

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suhendar, Rudy, dan Rajiyowiryono, Hardoyo. Pertimbangan Kondisi Geologi


Lingkungan Jakarta Utara Untuk Rencana Reklamasi. 2003. Buletin
Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology), Vol. 13 No.
I: 52-59.

Sujanto, A. 1993. Psikologi Umum Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Bumi.

Surahkkamat, W. 1980. Psikologi Pemula. Jenmart. Bandung.

Suranto, J. P. 2008. Kajian Pemanfaatan Lahan Pada Daerah Rawan Bencana


Tanah Longsor di Gununglurah, Cilongok, Banyumas, 1–165.

Sutikno, dkk. 2007. Kerajaan merapi Sumber Daya Alam & Daya Dukungnya.
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas
Gadjah Mada

Standarisasi Nasional Indonesia. 1998. 13-468-1998 Penyusunan Peta Kawasan


Rawan Bencana Gunung Api. Jakarta : BSN

Tjahjono, Heri 2003. Kerentanan Medan terhadap Longsoran dan Gerakan Tanah
(Suatu aplikasi pendekatan survey medan), Tesis, Fakultas Geografi UGM,
Yogyakarta.

Tribunjateng.com. 2 Mei 2011 08:02. Warga Balerante Tetap Tolak Relokasi.


KLATEN http://jateng.tribunnews.com/2011/05/02/warga-balerante-tetap-
tolak-relokasi.

Van R.A Zuidam, 1979. Terain Analysis and Clasification Using Aerial
Photograph, A Gomorphological Approach. Enscede. ITC.

Walker, GPL. 1973. Exposife Volcanic Eruption, A New Classification Scheme.


geologisch rundsch 62:431-446
88

Welang, C. P., Mononimbar, W., & Poli, H. 2016. Kesesuaian Lahan Permukiman
Pada Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi Di Kota
Tomohon. Spasial, 3(3), 136-145.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Geologi lembar lembar S urakarta (1408-2)

87
Lampiran 2. Peta Geologi lembar lembar Yogyakarta (1408-2)

88
Lampiran 3. Peta Citra Satelit Kecamatan Kemalang tahun 2018

89
Lampiran 4. Surat Izin Observasi Penelitian Skripsi BAPPEDA

90
Lampiran 5. Surat Laporan Pengesahan Skripsi Dinas PUPR Kabupaten Klaten

91
Lampiran 6. Instrumen Sosial Penelitian

INSTRUMEN WAWANCARA PENELITIAN LAPANGAN


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL

1. Identitas Responden
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Mata pencaharian pokok :

2. Daftar Pertanyaan kepada Masyarakat

a. Apakah Saudara tau daerah yang Saudara tempati merupakan daerah yang
rawan terhadap bencana merapi?
Jawab : Ya / Tidak
b. Apakah daerah yang Saudara tempati pernah mengalami dampak letusan
gunung merapi?
Jawab : Ya / Tidak
c. Sudah berapa lama Saudara tinggal di daerah ini?
Jawab :
d. Apa alasan Saudara menempati daerah tersebut?
Jawab :
e. Apakan Saudara juga mempunyai lahan petanian/ perkebunan di kawasan
lereng merapi?
Jawab : Ya / Tidak
f. Apakah Saudara mengetahui tentang peraturan daerah no 11 tahun 2011
yang mengatur penggunaan lahan di kawasan merapi?
Jawab : Ya / Tidak
g. Apakah pernah ada sosialisasi dari pemerintah tentang peraturan daerah no
11 tahun 2011? Oleh siapa dan berapa kali?
Jawab : Ya / Tidak

92
h. Bagaimana tanggapan Saudara tentang peraturan daerah no 11 tahun 2011
yang mengatur penggunaan lahan di kawasan merapi?
Jawab :
i. Apakah ada setuju dengan peraturan daerah no 11 tahun 2011?
Jawab : Ya / Tidak
j. Apa alasan Saudara Setuju/Tidak setuju dengan Perda no 11 tahun 2011?
Jawab :

93
Lampiran7. Instrumen Sosial Penelitian

INSTRUMEN WAWANCARA PENELITIAN LAPANGAN


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL

1. Informasi Umum
a. Nama :
b. Instansi/Jabatan :
2. Pertanyaan
a. Apakah ada peraturan yang mengatur tentang penggunaan lahan di
daaerah kawasan rawan bencana?
Jawab :
b. Apakah masyarakat sudah mengetahui tentang peraturan tersebut?
Jawab :
c. Apakah sudah pernah ada sosialisasi tentang peraturan penggunaan
lahan di kawasan rawan bencana gunungapi?
Jawab :
d. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya peraturan
tersebut :
Jawab :
e. Apakah ada pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan
tersebut?
Jawab :
f. Apakah tindakan yang dilakukan terhadap masyarakat yang
melanggar peaturan tersebut?
Jawab :
g. Apakah ada tindakan pencegahan untuk mengurangi pelanggaran
ketentuan penggunaan lahan didalam peraturan daerah yang berlaku?
Jawab :

94
Lampiran 8. Instrumen fisik penelitian

INSTRUMEN FISIK PENELITIAN LAPANGAN


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL

1. Lokasi
a. Nomor titik : ..................................................
b. Desa : ..................................................
c. Titik koordinat : ..................................................

2. Deskripsi wilayah
a. Daerah kawasan rawan bencana: I / II / III
b. Luas Wilayah : ......................................................
c. Penggunaan lahan : ......................................................
d. Daerah peruntukan : ......................................................
e. Kesesuaian penggunaan lahan : Sesuai / Tidak Sesuai
f. Nomor foto dokumentasi : .........................................................
g. Deskripsi Kondisi wilayah :...........................................................
...............................................................................................................
......................................................
Foto dokumentasi wilaya

95
Lampiran 8. Rekap Data Wawancara Penelitian

Tabel rekap data responden penelitian


Jenis
NO Nama Desa Umur Pekerjaan Pengetahuan Pendapat
Kelamin
1 Jaiman Balerante L 32 Pedagang Tau Tidak Setuju
2 Jumadi Balerante L 28 Penambang Tau Tidak Setuju
3 Supirno Bawukan L 52 Perangkat desa Tau Setuju
4 Hadi Bawukan P 60 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
5 Wagino Bawukan L 45 Buruh Tau Tidak Setuju
6 Agus Slamet Bawukan L 50 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
7 Muna Bumiharjo P 30 Pedagang Tidak Tau Tidak Setuju
8 Eko Madyan Bumiharjo L 42 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
9 Wagiyono Bumiharjo L 53 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
10 Warno Bumiharjo L 59 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
11 Parno Dompol L 49 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
12 Triyono Dompol L 42 Petani Tau Tidak Setuju
13 Khristiawarti Dompol P 28 Ibu Rumah tangga Tidak Tau Setuju
14 Sumarso Kemalang L 56 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
15 Yatno Kemalang L 48 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
16 Gigih Kemalang L 38 Petani Tau Tidak Setuju
17 Jumadi Kendalsari L 52 Petani Tau Tidak Setuju
18 Slamet Kendalsari L 43 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
19 Tukiran Kendalsari L 34 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
20 Misdi Kendalsari L 29 Penambang Tidak Tau Tidak Setuju
21 Sutarmin Kendalsari L 62 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
22 Topel Priyanto Kendalsari L 47 Penambang Tidak Tau Tidak Setuju
23 Ani Mulyani Kendalsari P 38 Ibu Rumah tangga Tidak Tau Setuju
24 Kasri Keputran L 53 Pedagang Tau Tidak Setuju
25 Sriyanto Keputran L 46 Petani Tau Setuju
26 Sutiyo Keputran L 35 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
27 Siti Mulyani Keputran P 28 Ibu Rumah tangga Tidak Tau Tidak Setuju
28 Retno Utami Keputran P 27 Ibu Rumah tangga Tidak Tau Tidak Setuju
29 Maidah Keputran P 41 Ibu Rumah tangga Tidak Tau Setuju
30 Suyoto Panggang L 42 Sekertaris Desa Tau Setuju
31 Arifin Panggang L 38 Buruh Tau Tidak Setuju
32 Yahmin Sidorejo L 37 Perangkat desa Tidak Tau Tidak Setuju
33 sri daryanti Sidorejo P 42 Petani Tidak Tau Setuju

96
Lanjutan tabel rekap data responden penelitian

Jenis
NO Nama Desa Umur Pekerjaan Pengetahuan Pendapat
Kelamin
34 sumarso Sidorejo L 53 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
35 roni irawati Sidorejo L 44 Penambang Tidak Tau Tidak Setuju
36 joko susilo Sidorejo L 56 Satpam Tau Tidak Setuju
37 saiful Talun L 28 Sopir Tidak Tau Tidak Setuju
38 wanto Talun L 30 Buruh Tidak Tau Setuju
39 maryadi Talun L 55 Petani Tau Tidak Setuju
40 dewi hiliani Tangkil P 30 Buruh Tidak Tau Tidak Setuju
41 sulomo Tangkil L 45 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
42 mulyono Tangkil L 56 Petani Tau Setuju
43 marino Tegalmulyo L 57 Petani Tidak Tau Setuju
44 samiyang Tegalmulyo L 62 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
45 sarwo utomo Tegalmulyo L 29 Sopir Tau Tidak Setuju
46 nardi Tegalmulyo L 33 Tukang parkir Tau Setuju
47 suratno Tlogowatu L 47 Penambang Tidak Tau Tidak Setuju
48 supadmo Tlogowatu L 49 Petani Tidak Tau Tidak Setuju
49 siti jamuah Tlogowatu P 50 Ibu Rumah tangga Tidak Tau Tidak Setuju
50 bangkit s Tlogowatu L 31 Petani Tidak Tau Tidak Setuju

97
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Tabel dokumentasi penelitian


Tipologi Penggunaan
NO Desa Koordinat Dokumentasi
Kawasan Lahan

Desa 442473,485.
1 KRB I Permukiman
Bawukan 9154331,921,

Desa 447700,983.
2 KRB I Sawah Irigasi
Keputran 9151841,188

Desa 44653,106.
3 KRB I Tegalan
Tangkil 9157826,075

98
Desa 445178,123.
4 KRB I Pertambangan
Dompol 9155679,135

Desa 443336,619.
5 KRB II Permukiman
Sidorejo 9160522,078

Desa 443336,619.
6 KRB II Tegalan
Kendalsari 9160522,078

Desa
444056,288.
7 Tlogowan KRB II Pertambangan
9160077,577
gu

99
Desa Hutan 441241,115.
8 KRB III
Sidorejo Lindung 9161548,664

Desa 441219,949.
9 KRB III Permukiman
Balerante 9161061,829

Desa
443029,710.
10 Tegalmuly KRB III Tegalan
9162977,417
o

Desa 441452,782.
11 KRB III Pertambangan
Balerante 9160977,163

100

Anda mungkin juga menyukai