Kata Kunci : Strategi pengembangan; Analisis SWOT; Tahura Ngurah Rai; Mangrove
Denpasar
ABSTRACT
Denpasar Mangrove Tourism Park, also known as Ngurah Rai Forest Park, is a
conservation forest area where the forest is dominated by mangrove vegetation. This
study aims to determine the strategy of developing mangrove ecotourism in the Ngurah
Rai Grand Forest Park, Denpasar City, Bali. The types of data used are quantitative
and qualitative data. Using purposive sampling involving 10 respondents, with a SWOT
analysis technique consisting of an IE matrix, IFAS/EFAS and a SWOT matrix. The
results showed 10 internal indicators and found 9 indicators of strength and 1 indicator
of weakness. There are 10 external indicators and found 9 opportunity indicators and 1
threat indicator. Note: strengths and opportunities are in the range of 3.00-4.00, the
results of the study show that the total IFAS score is 3.14, while the EFAS is 3.09, which
means that Mangrove Ecotourism at the Ngurah Rai Forest Park is currently in
quadrant I, which means the growth position. In the SWOT analysis, alternative
development strategies that can be applied are, utilizing the advantages they have
which can be used as promotion and market penetration and utilizing social media as a
marketing medium. Improving facilities, infrastructure and facilities that need repairs
so that they are still worthy to be enjoyed. Inviting the community and all relevant
stakeholders to always maintain and protect the environment and the biodiversity in it
so that it remains sustainable.
PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan rekreasi yang dilakukan oleh
seseorang maupun kelompok dalam waktu yang sementara. Sektor pariwisata sangat
menguntungkan bagi daerah yang menerima kedatangan wisatawan karena parwisata
adalah sektor yang berperan penting dalam proses pembangunan nasional. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009: Pedoman pengembangan
ekowisata di daerah, tafsirnya adalah untuk mendorong pemerintah daerah
mengembangkan ekowisata di daerahnya. Tujuannya untuk menjaga eksistensi
ekowisata dalam kegiatan pariwisata. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa yang
perlu dikembangkan secara optimal adalah potensi sumber daya alam, lingkungan, dan
keunikan alam dan budaya yang berpotensi menjadi salah satu sektor utama kawasan
ekowisata yang belum optimal. Diperlukan strategi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pembangunan sistem, dan pemberdayaan masyarakat dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, dan ekologi, serta melibatkan
pemangku kepentingan dalam mewujudkan pembangunan ekowisata yang terbaik.
Salah satu wisata alam yang terdapat di Kota Denpasar adalah Taman Wisata
Mangrove atau lebih dikenal dengan sebutan Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Kawasan
Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai merupakan kawasan hutan konservasi yang
mana hutannya didominasi oleh vegetasi mangrove dari tipe prapat (Sonnerattia Alba)
sehingga diketahui bagaikan kawasan hutan Prapat Benoa. Mangrove Information
Centre (MIC) ialah aktivitas riset serta pengembangan hutan mangrove Asia Tenggara
yang berlokasi di Bali, kerjasama dengan Japan International Coorporate Agency
(JICA). (Tabel 1)
Pada dasarnya pemanfaatan sumber daya mangrove yang tidak berbasis manfaat
ekologis akan mengancam kelestarian ekosistem. Roxana (2012: 219) mengemukakan
bahwa pada prinsipnya ekowisata berfokus pada kealamian ODTW, etika perlindungan,
pendidikan dan keberlanjutan. Namun faktanya, membuktikan bahwa pariwisata skala
besar telah menyebabkan kerusakan lingkungan, namun di banyak daerah di Indonesia
perkembangan pariwisata masih dominan. Tidak sedikit juga komunitas di sekitar
ekosistem mangrove yang mengelola lahannya sendiri atau hanya melakukan
pembudidayaan ikan, pertanian dan kegiatan lainnya. Kerusakan ekosistem mangrove di
kawasan masyarakat diyakini telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Mengubah mangrove menjadi tambak , menebang mangrove dan menebang kayu,
penambangan yang tidak bertanggung jawab serta penanganan limbah yang
sembarangan akan mengakibatkan kerusakan pada ekosistem mangrove. Pemanfaatan
ekosistem mangrove sebagai tujuan wisata yang berbasis ecotourism memang menarik
untuk dilakukan, pemanfaatan ekosistem mangrove dalam konsep pariwisata (ekowisata)
dan minat wisatawan ditransformasikan dari industri pariwisata lama, yaitu wisatawan
yang hanya bergerak di bidang pariwisata tanpa konten edukasi dan perlindungan
beralih ke wisatawan baru, yaitu, wisatawan memiliki unsur edukasi dan perlindungan
alam. Dari segi pendidikan, selain industri pariwisata, prioritas diberikan agar
wisatawan memahami pendidikan perlindungan lingkungan, bukan hanya pecinta alam
(Prakoso dan Irawati, 2018: 02).
Oleh karena itu penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk mengembangkan dan
mengelola Taman Hutan Raya Ngurah Rai sebagai ekowisata sehingga aset wisata ini
tetap berkelanjutan serta memberikan manfaat positif bagi stakeholder yang terlibat.
Mengingat bahwa lokasi ekowisata mangrove Tahura Ngurah Rai ini sangat strategis
yaitu terletak diantara pusat bisnis dan industri di wilayah Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung, dikhawatirkan dapat membawa dampak buruk bagi
keberlangsungan ekosistem ekowisata mangrove Tahura Ngurah Rai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, bagaimana strategi pengembangan ekowisata mangrove di Taman
Hutan Raya Ngurah Rai, Kota Denpasar, Bali?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui strategi pengembangan ekowisata mangrove di Taman Hutan Raya
Ngurah Rai, Kota Denpasar, Bali.
Kajian Pustaka
1) Manajemen Strategis
Menurut Afin (2013: 45), manajemen strategis merupakan suatu cara untuk
mengembangkan dan
mengelola strategi suatu organisasi atau perusahaan sehingga dapat mencapai tujuannya
dengan tepat sesuai dengan tujuan dan waktu yang telah ditetapkan. Manajemen
strategis juga dapat diartikan sebagai serangkaian keputusan yang disusun untuk
menetapkan sasaran tujuan jangka panjang yang diimplementasikan di setiap jajaran
atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
2) Pariwisata
Organisasi pariwisata dunia United Nations World Tourism Organization (UNWTO),
mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang di luar
tempat tinggal dan lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan untuk
berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di tempat yang
dikunjunginya tersebut (dalam Suryadana dan Octavia, 2015: 30). Menurut Undang-
undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa Pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
3) Daya Tarik Wisata
Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan adalah “segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”
4) Ekowisata
Dalam Haryanto (2014: 277), definisi dari organisasi ekowisata dikemukakan oleh
Ecotourism Association pada tahun 1990 yaitu, ekowisata adalah perjalanan ke kawasan
alam yang bertujuan untuk melindungi lingkungan dan melindungi kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Pada awalnya ekowisata dilakukan oleh para
wisatawan yang mencintai alam, selain untuk menjaga budaya dan kesejahteraan
masyarakat, mereka juga berharap destinasi wisatanya tetap lengkap dan lestari.
5) Mangrove
Secara etimologis, istilah mangrove merupakan gabungan dari bahasa Inggris dan
Portugis. Kata Mangue berasal dari bahasa Portugis yang artinya tumbuhan, dan kata
Grove berasal dari bahasa Inggris yang artinya semak atau hutan kecil (Kurniawan,
2016: 24).
6) Strategi Pengembangan Ekowisata
Visi dan misi pengembangan industri pariwisata tanah air adalah menjadikan Indonesia
sebagai destinasi wisata kelas dunia yang berdaya saing, berkelanjutan dan dapat
mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai visi
tersebut, empat (empat) tugas pembangunan kepariwisataan nasional meliputi (Nafi,
2017: 39):
a. Destinasi wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dijangkau, ramah lingkungan,
serta meningkatkan pendapatan negara, wilayah dan masyarakat.
b.Kolaboratif, unggul dan bertanggung jawab dalam pemasaran pariwisata untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
c. Industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mendorong kerjasama bisnis dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya.
d.Organisasi pemerintah, pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat, sumber
daya manusia, peraturan dan mekanisme operasi yang efektif dan efisien untuk
mempromosikan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Tahura Ngurah Rai, Kecamatan Kuta Kabupaten Badung
(639 ha) dan Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar (734,50 ha). Objek penelitian
ini adalah strategi pengembangan ekowisata mangrove di Tahura Ngurah Rai, Kota
Denpasar, Bali.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel lingkungan internal dan
eksternal yaitu:
1.Variabel lingkungan internal mencakup 4A yaitu: Attraction, Accessible,
Amenities,dan Ancillary.
3.Studi Dokumen, yang digunakan adalah dokumen yang dimiliki oleh pengelola
Tahura Ngurah Rai berupa profil ekowisata mangrove, petunjuk wisata, peta
mangrove, tiket wisata, dan sebagainya.
4.Kuesioner, metode pengumpulan data dengan memberikan selebaran yang berisi
beberapa pertanyaan dan pernyataan tentang ekowisata mangrove Tahura Ngurah Rai
kepada para wisatawan. Isi kuesioner sesuai dengan pendapat masing-masing
wisatawan, kemudian data tersebut akan dirangkum dan dianalisis.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik analisis SWOT dengan pendekatan kualitatif, yang terdiri dari Strengths,
Weakness, Opportunities and Threats. Analisis SWOT bertujuan untuk memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Tahap Pengumpulan Data
Menganalisis lingkungan internal dan menemukan berbagai kemungkinan
kekuatan dan kelemahan. Metode untuk menentukan Internal Factor Analysis Summary
(IFAS) adalah sebagai berikut:
1.Pada kolom 1, identifikasi apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
2.Memberikan bobot setiap faktor-faktor pada kolom 2. Bobot yang dilakukan
perusahaan dirancang dalam bentuk kuesioner. Total bobot harus 100%.
3.Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (sangat baik) sampai 1 (buruk). Berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian rating dilakukan oleh
manajemen perusahaan.
4.Kalikan bobot di kolom 2 dengan kolom 3 untuk mendapatkan faktor bobot untuk
kolom 4. Hasilnya adalah skor berbobot masing-masing mulai dari 4,0 hingga 1,0.
5.Kolom 5 memberikan komentar atau catatan tentang mengapa faktor tertentu dipilih
dan bagaimana skor bobot dihitung.
6.Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total pembobotan bagi
perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan
tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.
2.Kolom 2 menentukan bobot masing-masing faktor. Mulai dari 1,0 (sangat penting)
hingga 0,0 (tidak terlalu penting). Pembobotan dilakukan oleh manajemen perusahaan
yang dirancang dalam bentuk angket. Total bobot harus 100%.
3.Berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keadaan usaha, berikan skala
mulai angka 4 (sangat baik) sampai 1 (buruk) dan hitung rating (dalam kolom 3)
untuk masing-masing faktor. Nilai penilaian juga diberikan oleh manajemen
perusahaan.
4.Kalikan bobot di kolom 2 dengan skor di kolom 3 untuk mendapatkan faktor bobot
untuk kolom 4. Hasilnya adalah skor berbobot untuk setiap elemen yang nilainya
bervariasi dari 4,0 (baik) hingga 1,0 (buruk).
5.Kolom 4 memberikan deskripsi atau catatan mengapa elemen tertentu dipilih dan
bagaimana menghitung skor bobot.
6.Tambahkan skor bobot perusahaan yang bersangkutan. Jumlah ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal.
Matriks SWOT
Matriks SWOT secara jelas menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahannya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat kemungkinan pilihan strategis, yang dapat digambarkan pada
Tabel 2.
Strategi yang terbentuk dari matriks SWOT lalu akan dikembangkan alternatif
strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T.
1.Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.
2.Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
3.Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4.Strategi WT, strategi ini didasarkan pada meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
Diagram pada Gambar 1 dapat mengidentifikasi 9 kuadrat strategi perusahaan,
tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi 3 strategi utama
yaitu, Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan itu sendiri (kuadrat I, II, V) atau
upaya diversifikasi (kuadrat VII dan VIII). Stability Strategy adalah strategi yang
diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah diterapkan. Retrenchment strategy
(kuadrat III, VI, dan IX) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang
dilakukan oleh perusahaan.
Tahapan Pengambilan Keputusan
Setelah analisis langkah selanjutnya, keputusan dibuat dalam bentuk
pengembangan strategis dengan memeriksa posisi kinerja operasi perusahaan yang
ditentukan oleh faktor eksternal dan internal.
Pembahasan
Kelompok hutan Prapat Benoa (RTK.10) pada awalnya ditunjuk sebagai
kawasan hutan berdasarkan Surat Perujukan G.B. 29 Mei 1927 Nomor: 28 B.b.2 dan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 821/Ktps/Um/II/1982 tanggal 10 Nopember
1982 seluas 1.392 Ha. Pada tahun 1952 pernah dilaksanakan pengukuran batas, namun
belum sampai penyelesaian Berita Acara Tata Batasnya. Pada tahun 1982 kelompok
hutan Prapat Benoa (RTK.10) seluruh batasnya telah dilaksanakan rekonstruksi batas
dan tahun 1984/1985 dilaksanakan pengukuran batas fungsi dengan fungsi Hutan
Lindung dari Hutan Produksi. Untuk memperkuat status hukum kelompok hutan Prapat
Benoa (RTK.10) pada tahun 1986 dilakukan pengukuhan batas dengan panjang 51,83
km dengan luas 1.392 Ha. Berita acara tata batas tanggal 5 Februari 1987 dan disahkan
oleh Menteri Kehutanan tanggal 10 februari 1988 serta ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan dengan Surat Keputusan Penetapan Nomor: 067/Kpts-II/1988 tanggal 15
Februari 1988 dengan luas 1.392 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: 885/Kpts-II/1992 tanggal 8 September 1992 kelompok hutan Prapat Benoa
(RTK.10) diubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam dan berdasarkan Surat
keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 544/Kpts- II/1993 tanggal 25 September 1993
ditunjuk menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan nama Taman Hutan Raya
Ngurah Rai. Berdasarkan Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 517/Kpts-II/1997
tanggal 12 Agustus 1997 sebagian kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai pada blok
pemanfaatan pulau Serangan seluas ±80,14 Ha yang terletak di Kota Madya Denpasar
provinsi Daerah Tingkat I Bali diubah fungsinya menjadi Kawasan Hutan Yang Dapat
Dikonversi. Berdasarkan surat persetujuan Menteri Kehutanan Nomor: 647/Menhut-
VIII/1999 tanggal 17 Juni 1999 kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai seluas ±80,14
Ha digunakan untuk pembangunan pengembangan pariwisata a.n. PT. BTID terletak di
Pulau serangan ,Kota Denpasar, Provinsi Bali dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: 5.480/Menhut-VII/2004 tanggal 19 Oktober 2004 kawasan Taman
Hutan Raya NGurah Rai yang disetujui untuk digunakan menjadi pengembangan
pariwisata a.n PT. BTID,seluas ±62,14 Ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.447/Menhut-II/2014 tanggal 30 April 2014 Kawasan Hutan Taman Hutan
Raya Ngurah Rai,kelompok hutan Prapat Benoa (RTK.10) pada Sub kelompok B
diubah fungsinya menjadi Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi, yang terletak di
Kabupaten Badung, Provinsi Bali seluas ±169,95 Ha. Adanya kegiatan tukar menukar
pada kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
seluas 92,674 Ha,diantaranya : Perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai Tahap I
seluas 11,00 Ha,perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai Tahap II seluas 12,034 Ha,
Yayasan Koperasi Sarana Wana Jaya seluas 7,50 Ha dan pengembangan pariwisata
a.n.PT. BTID seluas 62,14 Ha maka luas Kelompok hutan Prapat Benoa (RTK.10)
menjadi 1.299,33 Ha. Banyaknya permasalahan/pelanggaran yang terdapat pada
Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10),
Kepala UPT. Taman Hutan Raya Ngurah Rai melalui Surat Nomor: 522/50/THR.NR
tanggal 6 Mei 2014 mengusulkan untuk dilaksanakan rekonstruksi batas kawasan hutan.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, untuk mengetahui kondisi tanda batas/pal batas
dan rintis batas maka melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar Tahun Anggaran 2015 dilakukan rekonstruksi
batas kawasan hutan sepanjang ±48.203,92 km.
didalamnya agar tetap lestari. menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap memelihara
dan merawat infrastruktur yang ada di sekitar objek wisata dan bekerjasama dengan
pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk membangkitkan pariwisata setempat.
Saran
Kepada pihak pengelola diharapkan dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat sekitar kawasan mangrove maupun pesisir untuk senantiasa menjaga
lingkungan agar kawasan mangrove maupun pesisir terbebas dari sampah, limbah dan
hal lain yang dapat mengancam keberadaan hutan mangrove maupun satwa-satwa yang
ada di dalamnya, tetap melakukan kegiatan bersih-bersih kawasan mangrove maupun
pesisir. Meningkatkan kualitas fasilitas yang telah disediakan, sarana dan prasarana
yang ada dan meningkatkan pelayanan informasi, seperti memperbaiki beberapa jalur
track yang sudah miring, keropos dan berlubang demi keselamatan para pengunjung
yang melakukan tracking, membersihkan tower dan tempat peristirahatan yang terkena
vandalisme dan memperbaiki tower yang sudah rusak dan menggencarkan promosi
dalam memperkenalkan objek wisata mangrove pada wisatawan asing maupun lokal,
memanfaatkan social media untuk merancang strategi promosi untuk meningkatkan
jumlah kunjungan seperti menampilkan foto-foto pemandangan hutan, serta satwa-
satwa yang ada di hutan mangrove dan foto pre-wedding di Instagram dan website.
DAFTAR PUSTAKA
Afin., 2013. Menciptakan SDM Berkualitas. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Haryanto, J.T., 2014. Model pengembangan ekowisata dalam mendukung kemandirian
ekonomi daerah studi kasus provinsi DIY. Jurnal Kawistara, 4(3).Irfan, Hasnudi,
Umar Sayed, Sembiring Iskandar., 2004. Survey Potensi Ekowisata di Kabupaten
Dairi. Medan: USU digital Library.
Kurniawan, H., 2016. Resort Di Kawasan Hutan Mangrove Rembang dengan
Penekanan Arsitektur Neo- Vernakular. (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Nafi, M., Supriyadi, B. and Roedjinandari, N., 2017. Pengembangan Ekowisata Daerah.
Buku Bunga Rampai ISBN, pp.978-602.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pengembangan
Ekowisata di Daerah. Jakarta. Prakoso, A.A. dan Irawati, N., 2018. Performa
Hutan Mangrove Wanatirta berbasis Ekowisata. Sekolah Tinggi
Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta.
Rangkuti, Freddy. 2015. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Roxana, DM., 2012. Considerations about ecotourism and nature-based tourism:
Realities and perspectives.
Jurnal Internasional Riset Akademik Ilmu Ekonomi dan Manajemen. 1(5):215-221.
4. Jarak objek wisata mangrove dari pusat kota yang cukup dekat 3,7 Kekuatan
5. Kawasan yang dapat dijangkau operator komunikasi 2,8 Kekuatan
6. Fasilitas yang ada di sekitar objek wisata seperti, kantin, toilet umum dan
2,9 Kekuatan
tempat parkir
7. Kelengkapan dan kualitas sarana prasarana di lokasi objek wisata hutan
mangrove 2,5 Kelemahan
8. Tersedia pusat informasi yang menjelaskan seputar objek wisata mangrove 3,1 Kekuatan
9. Adanya pemandu wisata khusus untuk kawasan mangrove 3,2 Kekuatan
10. Pemberian pelayanan pada saat berada di objek wisata mangrove 3,5 Kekuatan
Sumber: Data diolah, 2021
Gambar 2. Posisi Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai Dalam Matriks IE
1. Daya tarik wisata yang unik, alami dan 1. Kelengkapan dan kualitas sarana
asri prasarana di lokasi objek wisata
2. Berbagai aktivitas wisata yang dapat mangrove
dilakukan
IFAS 3. Tersedianya transportasi, jalan raya,
jalan setapak dan jembatan
penyeberangan
4. Jarak objek wisata dari pusat kota
yang cukup dekat
5. Adanya akses komunikasi yang baik
EFAS 6. Fasilitas yang ada di sekitar objek
wisata seperti kantin, toilet umum
dan tempat parkir
7. Tersedia pusat informasi
8. Adanya pemandu wisata
9. Pemberian pelayanan pada saat
berada di objek wisata
PELUANG (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
1. Objek wisata yang mendapatkan 1. Memanfaatkan keunggulan yang 1. Memperbaiki sarana, prasarana dan
bantuan dukungan dari pemerintah dimiliki oleh Ekowisata Mangrove fasilitas yang membutuhkan perbaikan
2. Adanya kebijakan pemerintah di bidang Taman Hutan Raya Ngurah Rai berupa agar tetap layak untuk dinikmati.
pariwisata keindahan alamnya yang dapat 2. Membangun beberapa spot foto yang
3. Keramahtamahan penduduk setempat dijadikan sebagai promosi dan menarik agar dapat dijadikan kenang-
4. Peran serta masyarakat dalam penetrasi pasar dan memanfaatkan kenangan oleh wisatawan.
mengembangkan objek wisata media sosial sebagai media
5. Tersedianya lapangan pekerjaan bagi pemasaran.
penduduk setempat 2. Mempertahankan dan melestarikan
6. Adanya kecenderungan masyarakat lingkungan yang masih alami agar
untuk berwisata tetap asri dan bersih.
7. Pengenalan daya tarik wisata serta 3. Tetap memberikan pelayanan yang
kebudayaan daerah yang ada terbaik, memelihara sarana dan
8. Kenyamanan wisatawan yang terjamin prasarana yang ada, menambah
9. Jaminan keselamatan yang terjamin atraksi wisata yang dapat dinikmati
oleh wisatawan dan membuat
cinderamata khas yang berkaitan
objek wisata mangrove.
1. Objek wisata lain yang tidak saling 1. Melakukan kerjasama dengan objek 1. Mengajak masyarakat dan seluruh
berdekatan dengan Tahura Ngurah wisata yang berada di sekitar untuk stakeholder terkait untuk selalu
Rai, seperti Penangkaran Penyu membuat sebuah paket tour yang memelihara dan menjaga lingkungan
Deluang Sari, Bali Exotic Marine Park, menggabungkan beberapa objek dan keanekaragaman hayati yang ada
Bali Wake Park & Aqualand, Vihara wisata yang saling berdekatan. didalamnya agar tetap lestari.
Satya Dharma, Upside Down World 2. Menghimbau seluruh masyarakat
Bali. untuk tetap memelihara dan merawat
infrastruktur yang ada di sekitar objek
wisata.
3. Bekerjasama dengan pemerintah dan
lembaga-lembaga terkait untuk
membangkitkan pariwisata setempat.
Sumber: Data diolah, 2021