Anda di halaman 1dari 19

JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)

Vol. 5 No. 1, 2021

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI


TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI KOTA DENPASAR, BALI
I Wayan Ruspendi Junaedi1; Putu Agus Dharma Wijaya2; I Gede Agus
Mertayasa3; Gede Nyoman Wiratanaya4; I Made Sumartana5
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika, Bisnis Dan Humaniora Universitas
Dhyana Pura Badung, Bali1,2,3,4; Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Ngurah Rai, Badung, Bali5
Email : ruspendijunaedi@undhirabali.ac.id1; gusdhar99@gmail.com2;
demertayasa1970@gmail.com3; yayakwiratanaya@gmail.com4;
sumartana63@gmail.com5
ABSTRAK
Taman Wisata Mangrove Denpasar atau dikenal dengan Taman Hutan Raya
Ngurah Rai, merupakan kawasan hutan konservasi yang mana hutannya didominasi
oleh vegetasi mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi
pengembangan ekowisata mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Kota Denpasar,
Bali. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Menggunakan
Purposive Sampling yang melibatkan 10 responden, dengan teknik analisis SWOT yang
terdiri dari matriks IE, IFAS/EFAS dan matriks SWOT. Hasil penelitian menunjukkan
10 indikator internal dan ditemukan 9 indikator kekuatan dan 1 indikator kelemahan.
Ada 10 indikator eksternal dan ditemukan 9 indikator peluang serta 1 indikator ancaman.
Keterangan: kekuatan dan peluang pada range 3.00-4.00, dari hasil penelitian
menunjukkan total skor IFAS sebesar 3,14, sedangkan EFAS sebesar 3,09, yang berarti
Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai pada saat ini berada di kuadran I
yaitu posisi pertumbuhan. Dalam analisis SWOT, alternatif strategi pengembangan yang
dapat diterapkan yaitu, Memanfaatkan keunggulan yang dimiliki yang dapat dijadikan
sebagai promosi dan penetrasi pasar dan memanfaatkan media sosial sebagai media
pemasaran. Memperbaiki sarana, prasarana dan fasilitas yang membutuhkan perbaikan
agar tetap layak untuk dinikmati. Mengajak masyarakat dan seluruh stakeholder terkait
untuk selalu memelihara dan menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati yang ada
didalamnya agar tetap lestari.

Kata Kunci : Strategi pengembangan; Analisis SWOT; Tahura Ngurah Rai; Mangrove
Denpasar
ABSTRACT

Denpasar Mangrove Tourism Park, also known as Ngurah Rai Forest Park, is a
conservation forest area where the forest is dominated by mangrove vegetation. This
study aims to determine the strategy of developing mangrove ecotourism in the Ngurah
Rai Grand Forest Park, Denpasar City, Bali. The types of data used are quantitative
and qualitative data. Using purposive sampling involving 10 respondents, with a SWOT
analysis technique consisting of an IE matrix, IFAS/EFAS and a SWOT matrix. The
results showed 10 internal indicators and found 9 indicators of strength and 1 indicator
of weakness. There are 10 external indicators and found 9 opportunity indicators and 1
threat indicator. Note: strengths and opportunities are in the range of 3.00-4.00, the
results of the study show that the total IFAS score is 3.14, while the EFAS is 3.09, which
means that Mangrove Ecotourism at the Ngurah Rai Forest Park is currently in

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1809


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

quadrant I, which means the growth position. In the SWOT analysis, alternative
development strategies that can be applied are, utilizing the advantages they have
which can be used as promotion and market penetration and utilizing social media as a
marketing medium. Improving facilities, infrastructure and facilities that need repairs
so that they are still worthy to be enjoyed. Inviting the community and all relevant
stakeholders to always maintain and protect the environment and the biodiversity in it
so that it remains sustainable.

Keywords : Development strategy; SWOT analysis; Tahura Ngurah Rai; Mangrove


Denpasar

PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan rekreasi yang dilakukan oleh
seseorang maupun kelompok dalam waktu yang sementara. Sektor pariwisata sangat
menguntungkan bagi daerah yang menerima kedatangan wisatawan karena parwisata
adalah sektor yang berperan penting dalam proses pembangunan nasional. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009: Pedoman pengembangan
ekowisata di daerah, tafsirnya adalah untuk mendorong pemerintah daerah
mengembangkan ekowisata di daerahnya. Tujuannya untuk menjaga eksistensi
ekowisata dalam kegiatan pariwisata. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa yang
perlu dikembangkan secara optimal adalah potensi sumber daya alam, lingkungan, dan
keunikan alam dan budaya yang berpotensi menjadi salah satu sektor utama kawasan
ekowisata yang belum optimal. Diperlukan strategi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pembangunan sistem, dan pemberdayaan masyarakat dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, dan ekologi, serta melibatkan
pemangku kepentingan dalam mewujudkan pembangunan ekowisata yang terbaik.
Salah satu wisata alam yang terdapat di Kota Denpasar adalah Taman Wisata
Mangrove atau lebih dikenal dengan sebutan Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Kawasan
Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai merupakan kawasan hutan konservasi yang
mana hutannya didominasi oleh vegetasi mangrove dari tipe prapat (Sonnerattia Alba)
sehingga diketahui bagaikan kawasan hutan Prapat Benoa. Mangrove Information
Centre (MIC) ialah aktivitas riset serta pengembangan hutan mangrove Asia Tenggara
yang berlokasi di Bali, kerjasama dengan Japan International Coorporate Agency
(JICA). (Tabel 1)
Pada dasarnya pemanfaatan sumber daya mangrove yang tidak berbasis manfaat
ekologis akan mengancam kelestarian ekosistem. Roxana (2012: 219) mengemukakan

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1810


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

bahwa pada prinsipnya ekowisata berfokus pada kealamian ODTW, etika perlindungan,
pendidikan dan keberlanjutan. Namun faktanya, membuktikan bahwa pariwisata skala
besar telah menyebabkan kerusakan lingkungan, namun di banyak daerah di Indonesia
perkembangan pariwisata masih dominan. Tidak sedikit juga komunitas di sekitar
ekosistem mangrove yang mengelola lahannya sendiri atau hanya melakukan
pembudidayaan ikan, pertanian dan kegiatan lainnya. Kerusakan ekosistem mangrove di
kawasan masyarakat diyakini telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Mengubah mangrove menjadi tambak , menebang mangrove dan menebang kayu,
penambangan yang tidak bertanggung jawab serta penanganan limbah yang
sembarangan akan mengakibatkan kerusakan pada ekosistem mangrove. Pemanfaatan
ekosistem mangrove sebagai tujuan wisata yang berbasis ecotourism memang menarik
untuk dilakukan, pemanfaatan ekosistem mangrove dalam konsep pariwisata (ekowisata)
dan minat wisatawan ditransformasikan dari industri pariwisata lama, yaitu wisatawan
yang hanya bergerak di bidang pariwisata tanpa konten edukasi dan perlindungan
beralih ke wisatawan baru, yaitu, wisatawan memiliki unsur edukasi dan perlindungan
alam. Dari segi pendidikan, selain industri pariwisata, prioritas diberikan agar
wisatawan memahami pendidikan perlindungan lingkungan, bukan hanya pecinta alam
(Prakoso dan Irawati, 2018: 02).
Oleh karena itu penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk mengembangkan dan
mengelola Taman Hutan Raya Ngurah Rai sebagai ekowisata sehingga aset wisata ini
tetap berkelanjutan serta memberikan manfaat positif bagi stakeholder yang terlibat.
Mengingat bahwa lokasi ekowisata mangrove Tahura Ngurah Rai ini sangat strategis
yaitu terletak diantara pusat bisnis dan industri di wilayah Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung, dikhawatirkan dapat membawa dampak buruk bagi
keberlangsungan ekosistem ekowisata mangrove Tahura Ngurah Rai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, bagaimana strategi pengembangan ekowisata mangrove di Taman
Hutan Raya Ngurah Rai, Kota Denpasar, Bali?
Tujuan Penelitian

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1811


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui strategi pengembangan ekowisata mangrove di Taman Hutan Raya
Ngurah Rai, Kota Denpasar, Bali.
Kajian Pustaka
1) Manajemen Strategis
Menurut Afin (2013: 45), manajemen strategis merupakan suatu cara untuk
mengembangkan dan
mengelola strategi suatu organisasi atau perusahaan sehingga dapat mencapai tujuannya
dengan tepat sesuai dengan tujuan dan waktu yang telah ditetapkan. Manajemen
strategis juga dapat diartikan sebagai serangkaian keputusan yang disusun untuk
menetapkan sasaran tujuan jangka panjang yang diimplementasikan di setiap jajaran
atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
2) Pariwisata
Organisasi pariwisata dunia United Nations World Tourism Organization (UNWTO),
mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang di luar
tempat tinggal dan lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan untuk
berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di tempat yang
dikunjunginya tersebut (dalam Suryadana dan Octavia, 2015: 30). Menurut Undang-
undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa Pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
3) Daya Tarik Wisata
Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan adalah “segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”
4) Ekowisata
Dalam Haryanto (2014: 277), definisi dari organisasi ekowisata dikemukakan oleh
Ecotourism Association pada tahun 1990 yaitu, ekowisata adalah perjalanan ke kawasan
alam yang bertujuan untuk melindungi lingkungan dan melindungi kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Pada awalnya ekowisata dilakukan oleh para

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1812


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

wisatawan yang mencintai alam, selain untuk menjaga budaya dan kesejahteraan
masyarakat, mereka juga berharap destinasi wisatanya tetap lengkap dan lestari.
5) Mangrove
Secara etimologis, istilah mangrove merupakan gabungan dari bahasa Inggris dan
Portugis. Kata Mangue berasal dari bahasa Portugis yang artinya tumbuhan, dan kata
Grove berasal dari bahasa Inggris yang artinya semak atau hutan kecil (Kurniawan,
2016: 24).
6) Strategi Pengembangan Ekowisata
Visi dan misi pengembangan industri pariwisata tanah air adalah menjadikan Indonesia
sebagai destinasi wisata kelas dunia yang berdaya saing, berkelanjutan dan dapat
mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai visi
tersebut, empat (empat) tugas pembangunan kepariwisataan nasional meliputi (Nafi,
2017: 39):
a. Destinasi wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dijangkau, ramah lingkungan,
serta meningkatkan pendapatan negara, wilayah dan masyarakat.
b.Kolaboratif, unggul dan bertanggung jawab dalam pemasaran pariwisata untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
c. Industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mendorong kerjasama bisnis dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya.
d.Organisasi pemerintah, pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat, sumber
daya manusia, peraturan dan mekanisme operasi yang efektif dan efisien untuk
mempromosikan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Tahura Ngurah Rai, Kecamatan Kuta Kabupaten Badung
(639 ha) dan Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar (734,50 ha). Objek penelitian
ini adalah strategi pengembangan ekowisata mangrove di Tahura Ngurah Rai, Kota
Denpasar, Bali.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel lingkungan internal dan
eksternal yaitu:
1.Variabel lingkungan internal mencakup 4A yaitu: Attraction, Accessible,
Amenities,dan Ancillary.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1813


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

2.Variabel Lingkungan Eksternal mencakup Peraturan Pemerintah, Pesaing, Sosial


Ekonomi, Budaya, Keamanan. (Utama, 2017: 248).
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Dalam penelitian ini yang merupakan data yang berupa angka angka seperti
jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke ekowisata mangrove Tahura Ngurah
Rai. Kemudian ada data kualitatif dalam penelitian ini yang berupa keterangan hasil
wawancara, dokumentasi dan observasi yang meliputi hasil studi dan pembahasan dari
hasil studi, serta kajian pustaka. Data yang digunakan dalam penelitian idi adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung ke lapangan.
Data primer berupa kuesioner yang digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan
proses identifikasi Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan External Factor
Analysis Summary (EFAS) dari ekowisata mangrove Tahura Ngurah Rai, Kota Denpasar,
Bali. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-
dokumen hasil penelitian dari Tahura Ngurah Rai.
Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Dalam metode ini responden yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner
adalah orang-orang yang berkompeten dalam bidang pariwisata di Kecamatan Denpasar
Selatan, 7 orang perwakilan dari kantor dinas UPTD. Taman Hutan Raya Ngurah Rai, 2
orang pengelola Taman Hutan Raya Ngurah Rai yang ada di lokasi, dan 1 perwakilan
dari polisi hutan yang ada di kawasan. Jadi keseluruhan responden yang dilibatkan
berjumlah 10 (sepuluh) responden.
Metode Pengumpulan Data
1.Observasi, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai potensi sumber daya
ekowisata mangrove.
2.Wawancara, dilakukan dengan pengelola objek wisata, pengunjung yang berada di
lokasi penelitian dan penduduk setempat. Wawancara dilakukan dengan model
wawancara terstruktur dan mengacu pada pertanyaan yang disusun dan dianggap
sesuai dengan aspek pengembangan ekowisata.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1814


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

3.Studi Dokumen, yang digunakan adalah dokumen yang dimiliki oleh pengelola
Tahura Ngurah Rai berupa profil ekowisata mangrove, petunjuk wisata, peta
mangrove, tiket wisata, dan sebagainya.
4.Kuesioner, metode pengumpulan data dengan memberikan selebaran yang berisi
beberapa pertanyaan dan pernyataan tentang ekowisata mangrove Tahura Ngurah Rai
kepada para wisatawan. Isi kuesioner sesuai dengan pendapat masing-masing
wisatawan, kemudian data tersebut akan dirangkum dan dianalisis.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik analisis SWOT dengan pendekatan kualitatif, yang terdiri dari Strengths,
Weakness, Opportunities and Threats. Analisis SWOT bertujuan untuk memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Tahap Pengumpulan Data
Menganalisis lingkungan internal dan menemukan berbagai kemungkinan
kekuatan dan kelemahan. Metode untuk menentukan Internal Factor Analysis Summary
(IFAS) adalah sebagai berikut:
1.Pada kolom 1, identifikasi apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
2.Memberikan bobot setiap faktor-faktor pada kolom 2. Bobot yang dilakukan
perusahaan dirancang dalam bentuk kuesioner. Total bobot harus 100%.
3.Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (sangat baik) sampai 1 (buruk). Berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian rating dilakukan oleh
manajemen perusahaan.
4.Kalikan bobot di kolom 2 dengan kolom 3 untuk mendapatkan faktor bobot untuk
kolom 4. Hasilnya adalah skor berbobot masing-masing mulai dari 4,0 hingga 1,0.
5.Kolom 5 memberikan komentar atau catatan tentang mengapa faktor tertentu dipilih
dan bagaimana skor bobot dihitung.
6.Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total pembobotan bagi
perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan
tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1815


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

External Factor Analysis Summary (EFAS) disusun untuk mengembangkan


faktor-faktor strategis eksternal dalam kerangka peluang dan ancaman perusahaan.
Metode untuk menentukan External Factor Analysis Summary (EFAS) adalah sebagai
berikut:
1.Diurutkan pada kolom 1 (beberapa peluang dan ancaman).

2.Kolom 2 menentukan bobot masing-masing faktor. Mulai dari 1,0 (sangat penting)
hingga 0,0 (tidak terlalu penting). Pembobotan dilakukan oleh manajemen perusahaan
yang dirancang dalam bentuk angket. Total bobot harus 100%.
3.Berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keadaan usaha, berikan skala
mulai angka 4 (sangat baik) sampai 1 (buruk) dan hitung rating (dalam kolom 3)
untuk masing-masing faktor. Nilai penilaian juga diberikan oleh manajemen
perusahaan.
4.Kalikan bobot di kolom 2 dengan skor di kolom 3 untuk mendapatkan faktor bobot
untuk kolom 4. Hasilnya adalah skor berbobot untuk setiap elemen yang nilainya
bervariasi dari 4,0 (baik) hingga 1,0 (buruk).
5.Kolom 4 memberikan deskripsi atau catatan mengapa elemen tertentu dipilih dan
bagaimana menghitung skor bobot.
6.Tambahkan skor bobot perusahaan yang bersangkutan. Jumlah ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal.
Matriks SWOT
Matriks SWOT secara jelas menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahannya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat kemungkinan pilihan strategis, yang dapat digambarkan pada
Tabel 2.
Strategi yang terbentuk dari matriks SWOT lalu akan dikembangkan alternatif
strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T.
1.Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.
2.Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1816


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

3.Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4.Strategi WT, strategi ini didasarkan pada meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
Diagram pada Gambar 1 dapat mengidentifikasi 9 kuadrat strategi perusahaan,
tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi 3 strategi utama
yaitu, Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan itu sendiri (kuadrat I, II, V) atau
upaya diversifikasi (kuadrat VII dan VIII). Stability Strategy adalah strategi yang
diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah diterapkan. Retrenchment strategy
(kuadrat III, VI, dan IX) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang
dilakukan oleh perusahaan.
Tahapan Pengambilan Keputusan
Setelah analisis langkah selanjutnya, keputusan dibuat dalam bentuk
pengembangan strategis dengan memeriksa posisi kinerja operasi perusahaan yang
ditentukan oleh faktor eksternal dan internal.
Pembahasan
Kelompok hutan Prapat Benoa (RTK.10) pada awalnya ditunjuk sebagai
kawasan hutan berdasarkan Surat Perujukan G.B. 29 Mei 1927 Nomor: 28 B.b.2 dan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 821/Ktps/Um/II/1982 tanggal 10 Nopember
1982 seluas 1.392 Ha. Pada tahun 1952 pernah dilaksanakan pengukuran batas, namun
belum sampai penyelesaian Berita Acara Tata Batasnya. Pada tahun 1982 kelompok
hutan Prapat Benoa (RTK.10) seluruh batasnya telah dilaksanakan rekonstruksi batas
dan tahun 1984/1985 dilaksanakan pengukuran batas fungsi dengan fungsi Hutan
Lindung dari Hutan Produksi. Untuk memperkuat status hukum kelompok hutan Prapat
Benoa (RTK.10) pada tahun 1986 dilakukan pengukuhan batas dengan panjang 51,83
km dengan luas 1.392 Ha. Berita acara tata batas tanggal 5 Februari 1987 dan disahkan
oleh Menteri Kehutanan tanggal 10 februari 1988 serta ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan dengan Surat Keputusan Penetapan Nomor: 067/Kpts-II/1988 tanggal 15
Februari 1988 dengan luas 1.392 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: 885/Kpts-II/1992 tanggal 8 September 1992 kelompok hutan Prapat Benoa
(RTK.10) diubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam dan berdasarkan Surat
keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 544/Kpts- II/1993 tanggal 25 September 1993

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1817


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

ditunjuk menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan nama Taman Hutan Raya
Ngurah Rai. Berdasarkan Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 517/Kpts-II/1997
tanggal 12 Agustus 1997 sebagian kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai pada blok
pemanfaatan pulau Serangan seluas ±80,14 Ha yang terletak di Kota Madya Denpasar
provinsi Daerah Tingkat I Bali diubah fungsinya menjadi Kawasan Hutan Yang Dapat
Dikonversi. Berdasarkan surat persetujuan Menteri Kehutanan Nomor: 647/Menhut-
VIII/1999 tanggal 17 Juni 1999 kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai seluas ±80,14
Ha digunakan untuk pembangunan pengembangan pariwisata a.n. PT. BTID terletak di
Pulau serangan ,Kota Denpasar, Provinsi Bali dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: 5.480/Menhut-VII/2004 tanggal 19 Oktober 2004 kawasan Taman
Hutan Raya NGurah Rai yang disetujui untuk digunakan menjadi pengembangan
pariwisata a.n PT. BTID,seluas ±62,14 Ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.447/Menhut-II/2014 tanggal 30 April 2014 Kawasan Hutan Taman Hutan
Raya Ngurah Rai,kelompok hutan Prapat Benoa (RTK.10) pada Sub kelompok B
diubah fungsinya menjadi Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi, yang terletak di
Kabupaten Badung, Provinsi Bali seluas ±169,95 Ha. Adanya kegiatan tukar menukar
pada kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
seluas 92,674 Ha,diantaranya : Perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai Tahap I
seluas 11,00 Ha,perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai Tahap II seluas 12,034 Ha,
Yayasan Koperasi Sarana Wana Jaya seluas 7,50 Ha dan pengembangan pariwisata
a.n.PT. BTID seluas 62,14 Ha maka luas Kelompok hutan Prapat Benoa (RTK.10)
menjadi 1.299,33 Ha. Banyaknya permasalahan/pelanggaran yang terdapat pada
Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10),
Kepala UPT. Taman Hutan Raya Ngurah Rai melalui Surat Nomor: 522/50/THR.NR
tanggal 6 Mei 2014 mengusulkan untuk dilaksanakan rekonstruksi batas kawasan hutan.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, untuk mengetahui kondisi tanda batas/pal batas
dan rintis batas maka melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar Tahun Anggaran 2015 dilakukan rekonstruksi
batas kawasan hutan sepanjang ±48.203,92 km.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1818


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Ekowisata Mangrove


Taman Hutan Raya Ngurah Rai (SWOT)
Diperoleh penilaian pada masing-masing indikator internal untuk menentukan
kekuatan serta kelemahan sedangkan indikator eksternal untuk menentukan peluang dan
ancaman (Tabel 3-4).
Pemberian Bobot Faktor Internal dan Eksternal
Pemberian bobot untuk masing-masing indikator internal dan eksternal dilakukan
oleh pihak yang terkait dalam mengelola Taman Hutan Raya Ngurah Rai. (Tabel 5-6)
IFAS dan EFAS Pada Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai
Pada tabel 7 dapat dilihat total skor IFAS sebesar 3,14 berada pada posisi kuat
yang berarti Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai dapat meningkatkan
daya tarik wisata agar banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Ekowisata Taman
Hutan Raya Ngurah Rai.
Pada tabel 8, EFAS sebesar 3,09 dimana posisi ini juga berarti Ekowisata
Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai memiliki peluang untuk meningkatkan daya
saing untuk menghadapi pesaingnya.
Berdasarkan 2, diketahui posisi Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya
Ngurah Rai pada saat ini berada di kuadran I yaitu posisi pertumbuhan (growth).
Analisis SWOT
Melalui Matriks SWOT diperoleh alternatif strategi pengembangan yang dapat
diterapkan oleh Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai pada masa yang
akan datang, dapat dilihat pada gambar 3.
Pembahasan Hasil Analisis SWOT
1.Strategi SO (Strength Opportunity)
a. Memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh Ekowisata Mangrove Taman Hutan
Raya Ngurah Rai berupa keindahan alamnya yang dapat dijadikan sebagai promosi
dan penetrasi pasar dan memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran.
b.Mempertahankan dan melestarikan lingkungan yang masih alami agar tetap asri dan
bersih.
c. Tetap memberikan pelayanan yang terbaik, memelihara sarana dan prasarana yang
ada, menambah atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan dan membuat
cinderamata khas yang berkaitan objek wisata mangrove.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1819


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

2.Strategi ST (Strength Threats)


a. Melakukan kerjasama dengan objek wisata yang berada di sekitar untuk membuat
sebuah paket tour yang menggabungkan beberapa objek wisata yang saling
berdekatan.
3.Strategi WO (Weakness Opportunity)
a. Memperbaiki sarana, prasarana dan fasilitas yang membutuhkan perbaikan agar
tetap layak untuk dinikmati.
b.Membangun beberapa spot foto yang menarik agar dapat dijadikan kenang-
kenangan oleh wisatawan.
4.Strategi WT (Weakness Threats)
a. Mengajak masyarakat dan seluruh stakeholder terkait untuk selalu memelihara dan
menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya agar tetap
lestari.
b.Menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap memelihara dan merawat infrastruktur
yang ada di sekitar objek wisata.
c. Bekerjasama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk
membangkitkan pariwisata setempat
KESIMPULAN
Strategi yang dapat diterapkan oleh Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya
Ngurah Rai adalah memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh Ekowisata Mangrove
Taman Hutan Raya Ngurah Rai berupa keindahan alamnya yang dapat dijadikan
sebagai promosi dan penetrasi pasar dan memanfaatkan media sosial sebagai media
pemasaran, mempertahankan dan melestarikan lingkungan yang masih alami agar tetap
asri dan bersih, tetap memberikan pelayanan yang terbaik, memelihara sarana dan
prasarana yang ada, menambah atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan dan
membuat cinderamata khas yang berkaitan objek wisata mangrove, melakukan
kerjasama dengan objek wisata yang berada di sekitar untuk membuat sebuah paket tour
yang menggabungkan beberapa objek wisata yang saling berdekatan, memperbaiki
sarana, prasarana dan fasilitas yang membutuhkan perbaikan agar tetap layak untuk
dinikmati, membangun beberapa spot foto yang menarik agar dapat dijadikan kenang-
kenangan oleh wisatawan, mengajak masyarakat dan seluruh stakeholder terkait untuk
selalu memelihara dan menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati yang ada

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1820


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

didalamnya agar tetap lestari. menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap memelihara
dan merawat infrastruktur yang ada di sekitar objek wisata dan bekerjasama dengan
pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk membangkitkan pariwisata setempat.
Saran
Kepada pihak pengelola diharapkan dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat sekitar kawasan mangrove maupun pesisir untuk senantiasa menjaga
lingkungan agar kawasan mangrove maupun pesisir terbebas dari sampah, limbah dan
hal lain yang dapat mengancam keberadaan hutan mangrove maupun satwa-satwa yang
ada di dalamnya, tetap melakukan kegiatan bersih-bersih kawasan mangrove maupun
pesisir. Meningkatkan kualitas fasilitas yang telah disediakan, sarana dan prasarana
yang ada dan meningkatkan pelayanan informasi, seperti memperbaiki beberapa jalur
track yang sudah miring, keropos dan berlubang demi keselamatan para pengunjung
yang melakukan tracking, membersihkan tower dan tempat peristirahatan yang terkena
vandalisme dan memperbaiki tower yang sudah rusak dan menggencarkan promosi
dalam memperkenalkan objek wisata mangrove pada wisatawan asing maupun lokal,
memanfaatkan social media untuk merancang strategi promosi untuk meningkatkan
jumlah kunjungan seperti menampilkan foto-foto pemandangan hutan, serta satwa-
satwa yang ada di hutan mangrove dan foto pre-wedding di Instagram dan website.
DAFTAR PUSTAKA

Afin., 2013. Menciptakan SDM Berkualitas. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Haryanto, J.T., 2014. Model pengembangan ekowisata dalam mendukung kemandirian
ekonomi daerah studi kasus provinsi DIY. Jurnal Kawistara, 4(3).Irfan, Hasnudi,
Umar Sayed, Sembiring Iskandar., 2004. Survey Potensi Ekowisata di Kabupaten
Dairi. Medan: USU digital Library.
Kurniawan, H., 2016. Resort Di Kawasan Hutan Mangrove Rembang dengan
Penekanan Arsitektur Neo- Vernakular. (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Nafi, M., Supriyadi, B. and Roedjinandari, N., 2017. Pengembangan Ekowisata Daerah.
Buku Bunga Rampai ISBN, pp.978-602.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pengembangan
Ekowisata di Daerah. Jakarta. Prakoso, A.A. dan Irawati, N., 2018. Performa
Hutan Mangrove Wanatirta berbasis Ekowisata. Sekolah Tinggi
Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta.
Rangkuti, Freddy. 2015. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Roxana, DM., 2012. Considerations about ecotourism and nature-based tourism:
Realities and perspectives.
Jurnal Internasional Riset Akademik Ilmu Ekonomi dan Manajemen. 1(5):215-221.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1821


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

Suryadana, Liga dan Octavia, Vanny., 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.


Bandung: Alfabeta. Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
Utama, I Gusti Bagus Rai., 2017. Pemasaran Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1. Daftar Kunjungan Tahun 2019 Taman Wisata Mangrove

Domestik Asing Foto


Bulan Keterangan
Per. Rom. Per. Rom. Prewed. Model
Januari 1889 151 1 0 0 0
Pebruari 1429 100 2 0 0 0
Maret 1140 0 2 0 0 0
April 1032 0 0 0 0 0
Mei 913 0 0 0 0 0
Juni 1113 112 0 0 0 0
Juli 1100 0 2 0 0 0
Agustus 1027 0 0 40 0 0
Septembe 834 0 0 0 0 0
r
Oktober 854 0 0 0 0 0
Nopember 853 0 0 0 0 0
Desember 814 0 1 0 0 0
Sumber: UPTD. TAHURA Ngurah Rai, 2021

Tabel 2 Diagram Matriks SWOT


IFAS Strength (S) Tentukan faktor Weakness (W) Tentukan faktor
EFAS kekuatan internal kelemahan internal
Strategy S - O (Strategi Strategy W - O (Strategi
Opportunity (O) Tentukan
menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
faktor peluang eksternal
untuk untuk
memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang)
Strategy S - T (Strategi Strategy W - T (Strategi meminimalkan
Threat (T) Tentukan faktor
menggunakan kekuatan kelemahan untuk menghindari
ancaman eksternal
kekuatan untuk mengatasi ancaman)
ancaman)
Sumber: Rangkuti (2015:20)

Gambar 1. Matriks Internal Eksternal (IE)

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1822


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

Tabel 3. Indikator-Indikator Internal Sebagai Kekuatan Dan Kelemahan


Nilai
Rata-
No Indikator Internal Rata Keterangan
Rating
1. Daya tarik wisata yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman
hayati berupa hutan Mangrove, hewan darat (jenis-jenis burung, binatang 3,8 Kekuatan
merayap, dll) dan hewan air (jenis-jenis ikan, moluska dan udang)
2. Berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan seperti rekreasi dan olah
raga (kayaking dan canoying, bird watching, camping, tracking, hiking, 3 Kekuatan
fishing),
wisata pendidikan dan penelitian
3. Tersedianya transportasi, jalan raya, jalan setapak dan jembatan
penyeberangan 2,7 Kekuatan

4. Jarak objek wisata mangrove dari pusat kota yang cukup dekat 3,7 Kekuatan
5. Kawasan yang dapat dijangkau operator komunikasi 2,8 Kekuatan
6. Fasilitas yang ada di sekitar objek wisata seperti, kantin, toilet umum dan
2,9 Kekuatan
tempat parkir
7. Kelengkapan dan kualitas sarana prasarana di lokasi objek wisata hutan
mangrove 2,5 Kelemahan

8. Tersedia pusat informasi yang menjelaskan seputar objek wisata mangrove 3,1 Kekuatan
9. Adanya pemandu wisata khusus untuk kawasan mangrove 3,2 Kekuatan
10. Pemberian pelayanan pada saat berada di objek wisata mangrove 3,5 Kekuatan
Sumber: Data diolah, 2021

Tabel 4. Indikator-Indikator Eksternal Sebagai Peluang dan Ancaman


Nilai
Rata-
No Indikator Eksternal Rata Keterangan
Rating
1. Objek wisata yang mendapatkan bantuan dukungan dari pemerintah
berupa Keputusan Menteri Kehutanan No.107/Kpts-II/2003 yang
3,2 Peluang
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan tugas
pembantuan pengelolaan Taman Hutan Raya
2. Adanya kebijakan pemerintah di bidang pariwisata yaitu Pergub Bali
No. 102 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok 3 Peluang
Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Kehutanan Provinsi Bali
3. Objek wisata lain yang tidak saling berdekatan dengan Tahura
Ngurah Rai, seperti Penangkaran Penyu Deluang Sari, Bali Exotic
2,2 Ancaman
Marine Park, Bali Wake Park & Aqualand, Vihara Satya Dharma,
Upside
Down World Bali
4. Keramahtamahan penduduk setempat seperti kelompok nelayan
3,4 Peluang
yang ikut membantu dan memandu wisatwan
5. Peran serta masyarakat dalam mengembangkan objek wisata 3,3 Peluang
6. Tersedianya lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat 3,3 Peluang
7. Adanya kecenderungan masyarakat untuk berwisata 3,4 Peluang
8. Pengenalan daya tarik wisata serta kebudayaan daerah yang ada 2,6 Peluang
9. Kenyamanan wisatawan yang terjamin seperti adanya polisi hutan
3 Peluang
yang berjaga

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1823


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

10. Jaminan keselamatan yang terjamin seperti jembatan yang kokoh


dan tidak ada satwa yang dapat mengancam nyawa manusia seperti 3 Peluang
ular berbisa dan gigitan nyamuk berbahaya
Sumber: Data diolah, 2021.

Tabel 5 Pembobotan Faktor Internal


Bobot
No Indikator Internal (%)
1. Daya tarik wisata yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman hayati berupa hutan
Mangrove, hewan darat (jenis-jenis burung, binatang merayap, dll) dan hewan air (jenis-
jenis ikan, moluska dan udang). 11,7
2. Berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan seperti rekreasi dan olah raga (kayaking dan
canoying, bird watching, camping, tracking, hiking, fishing), wisata pendidikan dan
penelitian. 9,4
3. Tersedianya transportasi, jalan raya, jalan setapak dan jembatan penyeberangan. 9,6
4. Jarak objek wisata mangrove dari pusat kota yang cukup dekat. 10,7
5. Kawasan yang dapat dijangkau operator komunikasi. 8,3
6. Fasilitas yang ada di sekitar objek wisata seperti, kantin, toilet umum dan tempat parkir. 10
7. Kelengkapan dan kualitas sarana prasarana di lokasi objek wisata hutan mangrove. 9,5
8. Tersedia pusat informasi yang menjelaskan seputar objek wisata mangrove. 10,1
9. Adanya pemandu wisata khusus untuk kawasan mangrove. 10,3
10. Pemberian pelayanan pada saat berada di objek wisata mangrove. 10,3
Total 100%
Sumber: Data diolah, 2021.

Tabel 6 Pembobotan Faktor Eksternal


Bobot
No Indikator Eksternal (%)
1. Objek wisata yang mendapatkan bantuan dukungan dari pemerintah berupa Keputusan 9,7
Menteri Kehutanan No.107/Kpts-II/2003 yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan
tugas pembantuan pengelolaan Taman Hutan Raya.
2. Adanya kebijakan pemerintah di bidang pariwisata yaitu Pergub Bali No. 102 Tahun 2011 10,3
Tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas
Kehutanan Provinsi Bali.
3. Objek wisata lain yang tidak saling berdekatan dengan Tahura Ngurah Rai, seperti 8,1
Penangkaran Penyu Deluang Sari, Bali Exotic Marine Park, Bali Wake Park & Aqualand,
Vihara Satya Dharma, Upside Down World Bali.
4. Keramahtamahan penduduk setempat seperti kelompok nelayan yang ikut membantu 10,2
dan memandu wisatwan.
5. Peran serta masyarakat dalam mengembangkan objek wisata. 9,8
6. Tersedianya lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat. 10,8
7. Adanya kecenderungan masyarakat untuk berwisata. 9,9
8. Pengenalan daya tarik wisata serta kebudayaan daerah yang ada. 9,4
9. Kenyamanan wisatawan yang terjamin seperti adanya polisi hutan yang berjaga. 11
10. Jaminan keselamatan yang terjamin seperti jembatan yang kokoh dan tidak ada satwa 11,9
yang dapat mengancam nyawa manusia seperti ular berbisa dan gigitan nyamuk
berbahaya.
Total 100%
Sumber: Data diolah, 2021.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1824


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

Tabel 7. Internal Factor Analysis Summary (IFAS)


Bobot Rating Bobot x
No Indikator Internal (%) Rating
1. Daya tarik wisata yang memiliki keindahan alam dan
keanekaragaman hayati berupa hutan Mangrove, hewan darat
11,7 3,8 0,44
(jenis-
jenis burung, binatang merayap, dll) dan hewan air (jenis-jenis ikan,
moluska dan udang).
2. Berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan seperti rekreasi
dan olah raga (kayaking dan canoying, bird watching, camping, 9,4 3 0,28
tracking, hiking, fishing), wisata pendidikan dan penelitian.
3. Tersedianya transportasi, jalan raya, jalan setapak dan jembatan
9,6 2,7 0,26
penyeberangan.
4. Jarak objek wisata mangrove dari pusat kota yang cukup dekat. 10,7 3,7 0,40
5. Kawasan yang dapat dijangkau operator komunikasi. 8,3 2,8 0,23
6. Fasilitas yang ada di sekitar objek wisata seperti, kantin, toilet
10 2,9 0,29
umum dan tempat parkir.
7. Kelengkapan dan kualitas sarana prasarana di lokasi objek wisata
9,5 2,5 0,24
hutan mangrove.
8. Tersedia pusat informasi yang menjelaskan seputar objek wisata
mangrove. 10,1 3,1 0,31
9. Adanya pemandu wisata khusus untuk kawasan mangrove. 10,3 3,2 0,33
10. Pemberian pelayanan pada saat berada di objek wisata mangrove. 10,3 3,5 0,36
Total 100% 31,2 3,14
Sumber: Data diolah, 2021

Tabel 8. External Factor Analysis Summary (EFAS)


Bobot Rating Bobot x
No Indikator Eksternal (%) Rating
1. Objek wisata yang mendapatkan bantuan dukungan dari
pemerintah berupa Keputusan Menteri Kehutanan No.107/Kpts-
9,7 3,2 0,31
II/2003 yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan tugas
pembantuan pengelolaan Taman Hutan Raya.
2. Adanya kebijakan pemerintah di bidang pariwisata yaitu
Pergub Bali No. 102 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Rincian
Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas 10,3 3 0,31
Kehutanan Provinsi Bali.
3. Objek wisata lain yang tidak saling berdekatan dengan Tahura
Ngurah Rai, seperti Penangkaran Penyu Deluang Sari, Bali
8,1 2,2 0,18
Exotic Marine Park, Bali Wake Park & Aqualand, Vihara Satya
Dharma, Upside Down World Bali.
4. Keramahtamahan penduduk setempat seperti kelompok
10,2 3,4 0,35
nelayan yang ikut membantu dan memandu wisatwan.
5. Peran serta masyarakat dalam mengembangkan objek wisata. 9,8 3,3 0,32
6. Tersedianya lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat. 10,8 3,3 0,36
7. Adanya kecenderungan masyarakat untuk berwisata. 9,9 3,4 0,34
8. Pengenalan daya tarik wisata serta kebudayaan daerah yang 9,4 2,6 0,24
ada.
9. Kenyamanan wisatawan yang terjamin seperti adanya polisi
11 3 0,33
hutan yang berjaga.
10. Jaminan keselamatan yang terjamin seperti jembatan yang
kokoh dan tidak ada satwa yang dapat mengancam nyawa 11,9 3 0,36
manusia seperti ular berbisa dan gigitan nyamuk berbahaya.
Total 100% 30,4 3,09
Sumber: Data diolah, 2021.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1825


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

Gambar 2. Posisi Ekowisata Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai Dalam Matriks IE

Sumber: Data diolah, 2021

Gambar 3 Analisis SWOT


KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

1. Daya tarik wisata yang unik, alami dan 1. Kelengkapan dan kualitas sarana
asri prasarana di lokasi objek wisata
2. Berbagai aktivitas wisata yang dapat mangrove
dilakukan
IFAS 3. Tersedianya transportasi, jalan raya,
jalan setapak dan jembatan
penyeberangan
4. Jarak objek wisata dari pusat kota
yang cukup dekat
5. Adanya akses komunikasi yang baik
EFAS 6. Fasilitas yang ada di sekitar objek
wisata seperti kantin, toilet umum
dan tempat parkir
7. Tersedia pusat informasi
8. Adanya pemandu wisata
9. Pemberian pelayanan pada saat
berada di objek wisata
PELUANG (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

1. Objek wisata yang mendapatkan 1. Memanfaatkan keunggulan yang 1. Memperbaiki sarana, prasarana dan
bantuan dukungan dari pemerintah dimiliki oleh Ekowisata Mangrove fasilitas yang membutuhkan perbaikan
2. Adanya kebijakan pemerintah di bidang Taman Hutan Raya Ngurah Rai berupa agar tetap layak untuk dinikmati.
pariwisata keindahan alamnya yang dapat 2. Membangun beberapa spot foto yang
3. Keramahtamahan penduduk setempat dijadikan sebagai promosi dan menarik agar dapat dijadikan kenang-
4. Peran serta masyarakat dalam penetrasi pasar dan memanfaatkan kenangan oleh wisatawan.
mengembangkan objek wisata media sosial sebagai media
5. Tersedianya lapangan pekerjaan bagi pemasaran.
penduduk setempat 2. Mempertahankan dan melestarikan
6. Adanya kecenderungan masyarakat lingkungan yang masih alami agar
untuk berwisata tetap asri dan bersih.
7. Pengenalan daya tarik wisata serta 3. Tetap memberikan pelayanan yang
kebudayaan daerah yang ada terbaik, memelihara sarana dan
8. Kenyamanan wisatawan yang terjamin prasarana yang ada, menambah
9. Jaminan keselamatan yang terjamin atraksi wisata yang dapat dinikmati
oleh wisatawan dan membuat
cinderamata khas yang berkaitan
objek wisata mangrove.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1826


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi)
Vol. 5 No. 1, 2021

ANCAMAN (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

1. Objek wisata lain yang tidak saling 1. Melakukan kerjasama dengan objek 1. Mengajak masyarakat dan seluruh
berdekatan dengan Tahura Ngurah wisata yang berada di sekitar untuk stakeholder terkait untuk selalu
Rai, seperti Penangkaran Penyu membuat sebuah paket tour yang memelihara dan menjaga lingkungan
Deluang Sari, Bali Exotic Marine Park, menggabungkan beberapa objek dan keanekaragaman hayati yang ada
Bali Wake Park & Aqualand, Vihara wisata yang saling berdekatan. didalamnya agar tetap lestari.
Satya Dharma, Upside Down World 2. Menghimbau seluruh masyarakat
Bali. untuk tetap memelihara dan merawat
infrastruktur yang ada di sekitar objek
wisata.
3. Bekerjasama dengan pemerintah dan
lembaga-lembaga terkait untuk
membangkitkan pariwisata setempat.
Sumber: Data diolah, 2021

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 1827

Anda mungkin juga menyukai