Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA

SULTAN SYARIF HASYIM PEKANBARU


Oleh

1 1
ENNY INSUSANTY dan AZWIN
1
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unilak

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui karakteristik


permasalahan di Tahura Sultan Syarif Hasyim (2) Merumuskan alternatif strategi
pengelolaan Tahura Sultan Syarif Hasyim. (3) Menentukan strategi prioritas yang
dapat direkomendasikan untuk dapat diterapkan dalam pengelolaan Tahura Sultan
Syarif Hasyim. Penelitian ini dilakukan di Taman Hutan Raya Sultan Syarief Hasyim
dengan metode survey dan pengambilan data purposive sampling . Analisis AHP
terhadap pakar menunjukkan strategi yang paling utama adalah pengelolaan
agroforestry dan ekowisata. Berdasarkan analisis SWOT, terdapat strategi
operasional yang harus dilakukan oleh pemerintah (1) membuat regulasi yang
mengatur tentang pengelolaan kawasan konservasi secara khusus (2) Pengembangan
ekowisata dan agroforestry berbasis masyarakat (3) Mengoptimalkan dukungan
masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan Tahura SSH.

Kata kunci: Strategi, AHP, SWOT, agroforestry, ekowisata

PENDAHULUAN peranan penting bagi masyarakat yaitu

sebagai hutan yang berada dalam kota


Taman Hutan Raya (Tahura)
sehingga Tahura menjadi hutan kota
Sultan Syarif Hasyim (SSH)
dan tempat rekreasi alam bagi
merupakan salah satu kawasan hutan
masyarakat sekitar, serta tangkapan air
yang berada di Propinsi Riau dan
bagi Sungai Siak yang membelah kota
tersebar pada tiga kabupaten yaitu
Pekanbaru. Sedangkan bagi para
Kabupaten Siak (12,44%), Kabupaten
petani kawasan ini menjadi sumber
Kampar (37,64 %) dan Kota
produksi dan pemenuhan kebutuhan
Pekanbaru (49,92%) (Yoza. 2006).
sehari-hari masyarakat.
Tahura Sultan Syarif Khasim memiliki

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 56

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
Kawasan Tahura Sultan Syarif lagi hingga taraf yang memprihatinkan

Hasyim telah banyak mengalami akibat penebangan liar (illegal

kerusakan hutan yang diakibatkan logging) dengan presentase penutupan

adanya pembukaan lahan untuk tajuk berkisar antara 0% hingga 70%.

dijadikan areal kebun sawit dan Pada areal yang rusak berat dengan

perladangan. Para penduduk penutupan tajuk 50%, vegetasi

melakukan kegiatan perambahan dan penutup tanah adalah alang-alang,


pengrusakan hutan dengan alasan perdu dan pohon pionir.

untuk memenuhi kebutuhan hidup


Untuk menanggulangi
mereka. Ketersedian sumberdaya lahan
kerusakan fisisk habitat dan
yang sangat terbuka (open acces) di
sumberdaya lebih lanjut dari praktek
Tahura menjadi daya tarik bagi
pemanfaatan sumberdaya kawasan
masyarakat yang membutuhkan
yang cendrung tidak terkendali, serta
sumberdaya lahan. Ribot dan Peluso
tetap terpeliharanya keberadaan dan
(2003) dalam Kartodiharjo 2006
kelestarian ekosistem dengan segenap
menawarkan konsep akses sebagai
fungsi utama kawasan, maka sangat
suatu kemampuan (ability) untuk
diperlukan langkah-langkah stategi
mendapatkan manfaat dari sesuatu,
pengelaan Tahura Sultan Syarif
yang dibedakan dengan mendapatkan
Hasyim secara lebih terencana dan
manfaat yang diperoleh dari adanya
terpadu dalam mengakomodasi
hak (property rights).
berbagai kepentingan baik antar sektor

Tidak efektifnya pola maupun antar pengguna

pengelolaan yang dilakukan oleh (user/stakeholders) terutama

pemerintah yang disebabkan mencakup aspek perlindungan, fungsi

keterbatasan sarana dan prasarana serta ekologis kawasan, dan aspek

sumberdaya, sehingga laju kerusakan pemanfaatan terbatas dengan nilai

semakin bertambah. Menurut Yoza ekonomi, serta pemberdayaan dan

(2006) penutupan vegetasi di Tahura pelibatan masyarakat setempat sesuai

Sultan Syarif Hasyim sudah tidak utuh dengan fungsi dan daya dukung

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 57

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
Tahura Sultan Syarif Hasyim sebagai akan diajukan. Sedangkan alat yang
kawasan konservasi. digunakan berupa alat-alat tulis,
kalkulator, kamera dan software
Tujuan dari penelitian ini
Expect Choise 9.5.
adalah untuk (1) mengetahui
karakteristik
karakteristikpermasalahan
permasalahan di Tahura
Tahura
Sultan Syarif Hasyim (2)
c. Jenis Data dan Metode
Merumuskan alternatif strategi
Pengumpulan Data
pengelolaan Tahura Sultan Syarif

Hasyim. (3) Menentukan strategi Jenis data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini terdiri dari data


prioritas yang dapat
primer dan data sekunder. Data-data
direkomendasikan untuk dapat
yang diperlukan diperoleh melalui
diterapkan dalam pengelolaan Tahura
studi pustaka (desk study) dan
Sultan Syarif Hasyim.
wawancara mendalam dengan
METODE PENELITIAN
stakeholders terkait pengeloaan

a. Tempat dan Waktu Tahura yang terdiri dari masyarakat


Penelitian sekitar hutan, instansi pemerintah,
Penelitian dilaksanakan selama perguruan tinggi dan lembaga non
dua bulan dengan lokasi penelitian pemerintah lainnya.
dilaksanakan di Tahura Sultan Syarif
Metode wawancara ini dapat
Khasim yang merupakan wilayah kerja
digunakan hanya sebagai tool
Dinas Kehutanan Provinsi Riau dan
pengumpulan data bersama-sama
menjadi bagian wilayah dari Kota
instrumen yang lain (Irawan 2007).
Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan
Pengumpulan data primer di lapangan
Kabupaten Siak.
dilakukan dengan teknik wawancara
b. Bahan dan Alat mendalam (dept interview) dengan

Bahan yang digunakan pada menggunakan kuesioner dan atau

penelitian ini adalah kuisioner yang daftar pertanyaan yang dilakukan pada

merupakan kumpulan pertanyaan yang tokoh-tokoh kunci (key informan)

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 58

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
maupun pihak-pihak lain yang terkait HASIL DAN PEMBAHASAN

langsung dengan pengelolaan Tahura.


a. Dorongan dari Luar Tahura
Tokoh-tokoh tersebut baik yang ada di
tingkat provinsi maupun kabupaten Dorongan dari luar terdiri atas

antara lain dari unsur pemerintah, yaitu motif sosial ekonomi. Dorongan social

Dinas Kehutanan (Kabupaten & ekonomi yang menyebabkan

Provinsi), Kecamatan, Kepala Desa. terpilihnya Tahura SSH sebagai

Pemilihan responden dilakukan sumberdaya bagi pemenuhan

dengan menggunakan metode kebutuhan hidup dipengaruhi oleh

purposive sampling. berbagai faktor antara lain pemilikan

lahan, pendapatan, pendidikan dan


d. Teknik Pengolahan dan Analisis
keterampilan, kesediaan lapangan
Data
kerja lain disektor pertanian dan

Analisis data dalam penelitian aksesibilitas.

ini adalaha analisis deskriptif kualitatif


Faktor-faktor tersebut satu
dan kuantitatif. Analisis deskriptif
sama lain saling terkait yang
kualitatif digunakan untuk
menghasilkan resultante berupa
menjelaskan kegiatan pengelolaan
ketidakberdayaan masyarakat untuk
Tahura Sultan Syarif Hasyim.
mendapatkan sumberdaya (lahan) atau
Alat analisis yang digunakan dorongan untuk mendapatkan
selanjutnya dalam penelitian ini adalah sumberdaya yang secara financial
analisis SWOT (Stength, Weakness, dapat dijangkau. Dorongan tersebut
Opportunity, threat) dan analisis AHP didukung oleh berbagai faktor yang
(Analytical Hierarchy process). menjadi daya tarik Tahura SSH
Identifikasi peubah-peubah strategis menyebabkan terjadinya pembukaan
internal dan eksternal serta dan penggarapan lahan dalam kawasan
pengaruhnya terhadap pengelolaan Tahura SSH semakin meningkat.
Tahura Sultan Syarif Hasyim

dijelaskan melalui analisis SWOT.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 59

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
b. Daya Tarik dari Dalam Tahura Kurangnya pengawasan disebabkan

oleh kurangnya ketersediaan


Disamping dorongan yang kuat
sumberdaya manusia (SDM), baik
dari luar, faktor penyebab terjadinya
kwalitas maupun kuantitas serta
penggarapan lahan oleh masyarakat
kurangnya sarana dan prasarana. Para
adalah adanya daya tarik dari dalam
petugas Tahura SSH yang
kawasan Tahura SSH sendiri. Daya
diwawancarai \menyatakan bahwa
tarik dari dalam terdiri atas berbagai
pengawasan Tahura SSH belum
faktor yang secara umum dapat
sepenuhnya dapat dilakukan dengan
dikelompokkan ke dalam
baik karena kurangnya dukungan
keterbukaan/ketersediaan sumberdaya
sumberdaya manusia dan sarana dan
lahan dan adanya kesempatan yang
prasarana.
memungkinkan dilakukannya

pembukaan lahan dalam kawasan Kurangnya tenaga pengawas,

Tahura SSH. Pada dasarnya, terjadinya sementara jalam masuk ke kawasan

okupasi dan penggarapan lahan oleh Tahura SSH tersedia dari berbagai

masyarakat tersebut menunjukkan arah dan kebutuhan masyarakat akan

inkonsistensi kebijakan kehutanan lahan sangat tinggi menyebabkan

serta keterbatasan kemampuan UPTD okupasi lahan tidak dapat dibendung.

Tahura SSH dan Dinas Kehutanan Para penggagarap lahan nampaknya

Propinsi Riau memangku kawasan lebih menguasai lahan. Unit Pelaksana

dengan baik. Teknis Dinas (UPTD) Tahura SSH

sebagai pemangku kawasan, secara


b.1 Kesediaan Sumberdaya Lahan
defacto tidak efektif lagi. Bahkan
yang Sangat Terbuka (Open Access)
lahan garapan tersebut saat ini telah

Kurangnya pengawasan

menyebabkab lahan dalam kawasan


Kondisi ini tentu mengancam
Tahura SSH seolah-olah sumberdaya
kelestarian Tahura SSH. Untuk
alam yang tidak ada pemiliknya,
memenuhi kebutuhannya, para
bersifat terbuka bagi siapa saja.
penggarap lahan akan berusaha

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 60

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
melakukan ekstensifikasi dengan Ditinjau dari perspektif social-
berbagai cara, baik dengan cara ekonomi, fenomena tersebut telah
membeli (mengganti rugi) lahan merupakan hal yang wajar. Petugas
garapan orang lain atau membuka lapangan, umumnya bergaji relative
areal hutan baru. Fenomene jual beli minim jika dibandingkan dengan
dan pembukaan lahan dalam kawasan kebutuhan hidup sehari-hari.
Tahura SSH merupakan hal yang Sementara yang harus mereka jaga
biasa, bukan rahasia lagi, dan telah adalah sumberdaya (lahan) berharga
melembaga di lingkungan para yang memiliki demand tinggi.
peladang. Bahkan para petugas Tahura
b.3 Penegakan Hukum yang
SSH pun, secara personal telah
Kurang Tegas dan Tidak Tuntas
mengetahui. Untuk mendapat uang
kontan yang bersifat mendesak, para Kegiatan penggarapan lahan

penggarap dapat menjual sebagian atau dalam kawasan Tahura SSH sudah

seluruh lahan garapan. berlangsung lama. Namun untuk

mengeluarkan masyarakat yang berada


b.2. Adanya Oknum Petugas yang
di dalam kawasan tidak dapat
Tidak Disiplin
dilakukan secara tuntas. Hal ini terkait

Oknum petugas yang tidak dengan penegakan hukum yang tidak

disiplin berperan cukup besar sebesar berjalan. Lahan yang dikuasai telah

faktor penarik dari dalam yang ditanami pohon sawit yang telah

menyebabkan terjadi penggarapan panen. Untuk mengeluarkan

dalam kawasan Tahura SSH. masyarakat ini UPTD tidak

mempunyai kemampuan karena


Fenomena ini telah
keterbatasan tenaga sehingga perlu
berlangsung lama dan tidak hanya
melibatakan instansi pusat.
terjadi di Tahura SSH, melainkan juga

di wilayah-wilayah lain di Propinsi

Riau, bahkan di Indonesia.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 61

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
c. Strategi yang dipilih oleh Provinsi Riau, Bappeda Propinsi Riau,
masing- masing responden
BLH Kota Pekanbaru, LSM dan

Dalam penelitian ini ada tujuh Perguruan Tinggi.

responden yang dianggap pakar dan Dari hasil analisis dengan

mengetahui keadaan Tahura SSH menggunakan Analisys Hierarchy

yaitu, UPT Tahura SSH, Dinas Process (AHP) dapat dilihat pada

Kehutanan Propinsi Riau, BLH Tabel 1.

Tabel 1. Pilihan Strategi Pengelolaan Tahura SSH Pilihan Responden

No Responden Agroforestry Ekowisata Ekowisata Index Prioritas

Agroforestry consist

1 UPTD 0,354 0,262 0,384 0,01 Eko+agro

Tahura

2 Dishut 0,143 0,579 0,271 0,00 Ekowisata

3 BLH Riau 0,228 0,528 0,244 0,08 Ekowisata

4 BLH kota 0,317 0,168 0,505 0,01 Eko+agro

5 Bappeda 0,352 0,185 0,402 0,00 Eko+agro

6 PT 0,277 0,404 0,319 0,10 ekowisata

7 LSM 0,420 0,258 0,322 0,01 Agroforestry

Dari tabel diatas ada tiga responden yang terdiri dari Perguruan Tinggi

pakar yang memilih strategi untuk (Universitas Lancang Kuning), BLH

melakukan ekowisata dalam Propinsi Riau, dan Dinas Kehutanan.

pengelolaan kawasan Tahura SSH Kemudian yang memilih ekowisata

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 62

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
dan agroforestry terdapat tiga d. Strategi Pendapat Gabungan

responden yaitu Bappeda Propinsi


Setelah dilakukan perhitungan
Riau, BLH Kota Pekanbaru, dan
pendapat gabungan para responden
UPTD. Tahura. Sedangkan yang
menjukkan besarnya kontribusi yang
memilikh agroforestry hanya satu
diberikan terhadap alternatif yang
responden yaitu dari LSM yaitu
ingin dicapai pada strategi pengelolaan
Forum LSM Riau.
kawsan Tahura SSH seperti Tabel 2.

Tabel 2. Skala Prioritas Strategi

No Aspek Bobot Persentase Prioritas

1 Agroforestry 0,299 29,9 3

2 Ekowisata 0,341 34,1 2

3 Agroforestry dan ekowisata 0,360 36,0 1

Sumber. Diolah dari data primer

Dari table diatas menunjukkan bahwa e. Faktor Intenal dan Eksternal

hasil pendapat gabungan para (SWOT)

responden pakar, strategi yang


Apabila perumusan faktor-
diutamakan adalah agroforestry dan
faktor eksternal dan internal dapat
ekowisata dengan bobot 36,0 (36 %),
dirumuskan secara tepat, sudah pasti
kemudian ekowisata dengan bobot
kebijakan yang digulirkan tersebut
34,1 (34,1%) dan agroforestry dengan
dapat berjalan sesuai dengan tujuan
bobot 29,9 (29,9%)
yang diharapkan. Seperti yang

dikemukakan oleh Sun Tzu (1992)

dalam Rangkuti (2006) bahwa apabila

kita telah mengenal kekuatan dan

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 63

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
kelemahan diri sendiri, dan agroforestry dan ekowisata, perlu
mengetahui kekuatan dan kelemahan adanya identifikasi faktor-faktor
lawan, sudah dapat dipastikan bahwa eksternal dan internal yang
kita akan dapat memenangkan mempengaruhi strategi tersebut.
pertempuran. Lebih lanjut konsep sehingga ketika suatu kebijakan
dasar pendekatan ini dinamakan digulirkan tidak menyebabkan
konsep dasar pendekatan SWOT berlebihan bagi penetapan kebijakan
(Strenght, Weakness, Opportunity dan itu sendiri
Threath).
Adapun hasil identifikasi dari
Untuk memperoleh arahan faktor eksternal dan internal beserta
strategi yang tepat dalam penjabaran pembobotan dan skor dapat dilihat
dari strategi utama yang dipilih yaitu pada table berikut.

Tabel 4. Faktor Internal


No Kekuatan Bobot Rating Skor
S1 Potensi luas kawasan tahura 0,055 4 0,218
S2 Merupakan kawasan konservasi 0,023 4 0,094
S3 Dekat dengan ibukota pekanbaru/aksesibilitas 0,086 4 0,343
S4 Ketersediaan sarana/prasarana dan fasilitas 0,091 4 0,364
S5 Keanekaragaman hayati yang tinggi 0,029 3 0,086
S6 Sumbangan terhadap pendapatan asli daerah 0,119 3 0,358
S7 Keberadaan masyarakat dan adat budaya setempat/local 0,096 3 0,288
Kelemahan
W1 Bentang alam yang kritis 0,094 1 0,094
W2 Tidak jelas rencana tata ruang wilayah tahura 0,114 1 0,114
W3 Tidak jelasnya regulasi pengelolaan kawasan 0,101 2 0,203
W4 Kurangnya pelibatan segenap stakeholders dalam pengelolaan kawasan 0,094 2 0,187
W5 Kurangnya aparat yang menjaga keamanan tahura 1
0,099 0,099
TOTAL 2,447
1

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 64

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
Tabel 5. Faktor Eksternal
No Peluang Bobot Rating Skor
O1 Diversifikasi usaha dan peningkatan pendapatan masyarakat 0,082 4 0,328
O2 Optimasi pemanfaatan hasil hutan non kayu 0,072 3 0,215
O3 Tempat pendidikan dan pelatihan 0,056 4 0,226
O4 Dukungan pemerintah dan masyarakat setempat 0,069 3 0,208
O5 Dukungan dunia internasional 0,095 3 0,285
O6 Dukungan dasar hukum yang kuat baik aturan maupun kebijakan

pemerintah 0,074 4 0,297


Ancaman
T7 Tingginya intensitas penebangan liar 0,082 1 0,082
T8 Perambahan hutan 0,064 1 0,064
T9 Pemukiman liar 0,110 1 0,110
T10 Rawan konflik pemanfaatan 0,082 2 0,164
T11 Kondisi ekonomi masyarakat miskin 0,131 2 0,262
T12 Kerusakan hutan tahura yang tak terkendali 0,082 1 0,082
TOTAL 1 2,323
Sumber: data diolah

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 65

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
BERBAGAI PELUANG

(2,4;2,3)

KELEMAHAN KEKUATAN

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 5. Diagram Kuadran Strategi Operasional di Tahura SSH

Dengan mengerahkan segala kekuatan 3. Mengoptimalkan dukungan

yang ada untuk memanfaatkan masyarakat dan pemerintah dalam

peluang, maka arahan operasional pengelolaan Tahura SSH

pengelolaan Tahura SSH adalah Kemudian berdasarkan arahan dari

berupa: strategi kebijakan tersebut, diperoleh

1. Membuat regulasi yang mengatur beberapa kebijakan yang dapat diambil

tentang pengelolaan kawasan yaitu:

konservasi secara khusus 1. menurunkan para perambah yang

2. Pengembangan ekowisata dan berada di sekitar kawasan yang

agroforestry berbasis masyarakat tidak memiliki izin sebelumnya.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 66

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
2. Menindak tegas para petugas yang strategi ekowisata dan kemudian

telah berlaku tidak disiplin dalam strategi agroforestry.

proses pengawasan. 3. Berdasarkan analisis SWOT,

3. Mengembangkan kegiatan terdapat strategi operasional yang

ekowisata dan agroforestry di Tahura harus dilakukan oleh pemerintah

SSH secara kolaboratif dengan (1) membuat regulasi yang

msyarakat disekitar kawasan. Adapun mengatur tentang pengelolaan


bentuk pelibatan terhadap masyarakat kawasan konservasi secara khusus

seperti tertuang pada arahan program (2) Pengembangan ekowisata dan

pelibatan masyarakat agroforestry berbasis masyarakat

(3) Mengoptimalkan dukungan

KESIMPULAN DAN SARAN masyarakat dan pemerintah dalam

Kesimpulan pengelolaan Tahura SSH.

1. Karakteristik permasalahan yang


Saran
mengakibatkan terjadinya
1. Strategi pengelolaan Tahura
kerusakan kawasan Tahura SSH
dengan agroforestry dan
karena faktor dari dalam tahura
ekowisata diharapkan
dan faktor dari luar tahura.
mengandung unsure-unsur
Adapun faktor dari dalam adalah
pendidikan, pembelajaran dan
adanya ketersediaan sumberdaya,
memiliki kontribusi terhadap
adanya oknum petugas yang tidak
masyarakat
disiplin, dan penegakan hukum
2. Pemda selaku pengelola
yang tidak tegas dan tuntas.
diharapkan memiliki prioritas
Dorongan dari luar yaitu
khusus dalam pengembangan
dikarenakan adanya motif sosial
Tahura SSH, karena keadaaan
ekonomi dan aspek kesejahteraan.
Tahura yang sudah
2. Hasil analisis terhadap pakar
memprihatinkan.
menunjukkan strategi yang paling

utama adalah pengelolaan

agroforestry dan ekowisata diikuti

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 67

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, N. 2006. Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis
Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rahman di Propinsi
Lampung) [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB

Irawan P. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.


Departemen Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Jakarta

Kartodihardjo, H 2006. Masalah Kelembagaan dan Arah Kebijakan Rehabilitasi


Hutan dan Lahan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. Vol. 3, No. 1, Maret
2006: 29-41

Suporaharjo.1999. Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Hutan.


Pustaka Latin. Bogor

Yoza, D. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges)
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Khasim Propinsi Riau. [Tesis] Sekolah
Pascasarjana IPB

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2 Februari 2014 Page 68

Printed by BoltPDF (c) NCH Software. Free for non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai