Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No.

3, Desember 2014
ISSN 2089-6697

DESAIN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAN LETAK


KAWASAN HUTAN LINDUNG KABUPATEN MERAUKE

Agustan Latif
Email: agustan.latif@mail.unmus.ac.id
Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknik
Universitas Musamus

ABSTRAK
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat menciptakan kestabilan ekosistem
alam disekitarnya serta dapat diperbaharui dan dilestarikan. Kabupaten Merauke terletak
antara 1370-1410 Bujur Timur dan 50-90 Lintang Selatan. Kabupaten Merauke memiliki
luas 46.790,63 km2 atau 14,67 persen dari luas wilayah Provinsi Papua dan merupakan
kabupaten terluas di Provinsi Papua, sehingga memiliki kawasan hutan terbesar di propinsi
Papua.
Pembuatan rancangan aplikasi system informasi geografis pemetaan hutan menurut
klasifikasi sebagai potensi hutan lindung di kabupaten Merauke, perancangan menu
aplikasi terdapat modul yaitu peta sebagai visualisasi data yang diambil dari modul
ArcMap. Modul berfungsi menvisualisasikan peta Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pemetaan hutan menurut klasifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama ini dihasilkan analisis data dan
rancangan basisdata, serta tampilan aplikasi. Kawasan hutan lindung kabupaten merauke
sebesar 218.336 Ha (4,67% dari luas total Kabupaten Merauke). Belum adanya penataan
ruang kawasan hutan lindung secara signifikan dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Selain itu masih rendahnya pemahaman warga dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan kususnya hutan lindung.

Kata kunci: SIG, Hutan Lindung, Kabupaten Merauke

PENDAHULUAN Papua dan merupakan kabupaten terluas


A. Latar Belakang di Provinsi Papua.
Kabupaten Merauke terletak Teknologi penginderaan jauh
antara 1370 – 1410 Bujur Timur dan 50 – (remotesensing) dan sistem informasi
90 Lintang Selatan. Kabupaten Merauke geografis (SIG)terbukti mampu
memiliki luas 46.790,63 km2 atau menyediakan informasi datageospasial
14,67 persen dari luas wilayah Provinsi setiap objek dipermukaan bumi

248
secaracepat, sekaligus menyediakan secara optimal dijaga daya dukungannya
sistem analisa keruangan yang akurat, secara lestari dan diurus dengan akhlak
sehingga dapat dilakukan upaya mulia, adil, bijaksana, terbuka,
pendataan keberadaan hutan di kabupaten profesional, serta bertanggung jawab.
Merauke. Bahwa pengurusan hutan yang
Kawasan lindung merupakan berkelanjutan dan berwawasan mendunia
sistem penyangga kehidupan yang sangat harus menampung dinamika aspirasi dan
berperan dalam keseimbangan peranserta masyarakat, adat dan budaya
lingkungan. Pengelolaan sumber daya serta tata nilai masyarakat yang
alam dan lingkungan hidup yang tidak berdasarkan pada norma hukum
sesuai dengan daya dukungnya dapat Nasional.
menimbulkan krisis pangan, krisis air, Keberadaan hutan layaknya patut
krisis energi dan lingkungan (Sudarmadji, kita ketahui sehingga kita dapat menjaga
2007). Namun pada kenyataan kawasan- kelestariannya dengan mengupayakan
kawasan lindung yang seharusnya agar hutan tersebut dapat terjaga
dipertahankan kelestariannya justru ekosistemnya dan di lindungi sebagai
banyak yang rusak dan berubah fungsi Hutan lindung khususnya Hutan yang
(Alikodra dan Syaukani, 2004) berada di Kabupaten Merauke. Dengan
Hutan lindung di kabupaten adanya Sistem Informasi Geografis
Merauke merupakan kawasan hutan yang Pemetaan dan Letak Kawasan Hutan
harus dijaga kelestariannya karena sifat Lindung Kabupaten Merauke diharapkan
alamnya diperuntukkan guna mengatur dapat bermanfaat dan mempermudah
tata air, pencegahan bencana banjir dan masyarakat tanpa menguras tenaga,
erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah biaya, dan waktu.
yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Penelitian ini berawal pada desain
setempat. penerapan teknologi informasi khususnya
Hutan sebagai salah satu penentu penerapan Sistem Informasi Geografis
sistem penyangga kehidupan dan sumber dan Penginderaan Jauh (remote sensing),
kemakmuran rakyat, cenderung menurun sehingga pada penelitian selanjutnya
kondisinya. Oleh karena itu dapat mengimplementasikan SIG secara
keberadaannya harus dipertahankan menyeluruh sehingga dalam

249
penyelenggaraannya dapat 2. Manfaat Penelitian
mempermudah penyebaran informasi Manfaat penelitian ini agar
terkait keberadaan hutan, baik hutan instansi terkait maupun masyarakat
lindung maupun hutan yang berada di dapat mengetahui letak hutan yang
kabupaten Merauke. dilindungi serta ikut menjaga
B. Rumusan Masalah kawasan hutan lindung di kabupaten
Masalah yang akan dibahas dalam Merauke, sehingga ekosistem alam
penelitian ini yaitu bagaimana di wilayah tersebut terlindungi.
mendesain/ merancang aplikasi Sistem
Informasi Geografis yang mampu dan TINJAUAN PUSTAKA
dapat menampilkan klasifikasi tentang A. Tinjauan Pustaka
pesebaran wilayah hutan sebagai potensi Penelitian yang dilakukan oleh
hutan lindung, agar mudah dalam Pamuji (2013) tentang pemetaan hutan
mengetahui letak hutan yang berpotensi menurut klasifikasi potensi hutan lindung
sebagai hutan lindung di kabupaten di Kabupaten Blora, dimana hasil
Merauke. penelitiannya dapat membantu
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian masyarakat dan pegawai perhutani
1. Tujuan Penelitian mengetahui letak wilayah yang
Peneliltian ini pada dasarnya berpotensi sebagai hutan lindung di
adalah rencana penelitian jangka kawasan dan bisa melestarikan hutan
panjang, dimana pada tahap awal ini lindung di KPH Randublatung. Sehingga
peneliti melakukan desain system ekosistem alam di kabupaten Blora bida
informasi geografis dan diharapkan kembali normal hijau dan subur.
akhir dari penelitian mendatang Nugroho dkk. (2010) meneliti
dapat membangun system aplikasi pemetaan daerah rawan longsor dengan
berbasis SIG yang dapat penginderaan jauh dan system informasi
mengklasifikasikan lahan yang geografis dimana studi kasus pada
memiliki potensi sebagai hutan penelitian ini di hutan lindung kabupaten
lindung di kabupaten Merauke dalam mojokerto, hasil penelitian ini
bentuk peta digital. memperlihatkan kawasan hutan lindung
kabupaten Mojokerto memiliki tingkat

250
kerawanan longsor rendah (13,28 Ha) keberhasilan pertumbuhan tanaman
kerawanan longsor sedang (177,24 Ha) berkisar antara 70,38% - 91,28%.
dan kerawanan longsor tinggi (427,15 Kegiatan reboisasi yang dilakukan
Ha). mampu memperbaiki mutu lingkungan,
Penelitian yang dilakukan oleh dengan menekan tingkat erosi berkisar
Santoso dkk. (2011) tentang analisis 70,38% hingga 91,28% dan pencapaian
penataan ruang kawasan lindung target berkisar 70,38% hingga 91,28%
kabupaten Pandeglang dengan aplikasi (hasil pendugaan pada selang
GIS dan remot sensing, hasil kepercayaan 95%).Tinjauan Objek
penelitiannya menunjukkan bahwa Penelitian
kawasan lindung legal formal Kabupaten Kabupaten Merauke terletak
Pandeglang sebesar 173.160,13 Ha antara 1370 – 1410 Bujur Timur dan 50
(61,85 % dari luas total kabupaten – 90 Lintang Selatan. Kabupaten
Pandeglang), Gap antara kawasan Merauke memiliki luas 46.790,63 km2
lindung legal formal dengan kawasan atau 14,67 persen dari luas wilayah
lindung aktual sebesar 99.957,20 Ha Provinsi Papua dan merupakan
(33,55 %). kabupaten terluas di Provinsi Papua,
Nahib dan Wijaya (1999) meneliti sehingga memiliki kawasan hutan
SIG untuk monitoring keberhasilan terbesar di propinsi Papua.
reboisasi di kabupaten Kupang Propinsi
B. Potensi Kehutanan
Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian
Hutan Lindung di Kabupaten
ini yakni pemanfaatan teknologi inderaja
Merauke merupakan Kawasan hutan yang
dan SIG untuk pemantauan reboisasi
harus dijaga kelestariannya karena sifat
dapat mempermudah pelaksanaan
alamnya diperuntukkan guna mengatur
kegiatan, karena lebih cepat, akurat dan
tata air, pencegahan bencana banjir dan
efisien. Berdasarkan hasil analisis tutupan
erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah
lahan dari citra landsat dua periode
yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
waktu, diketahui keberhasilan luas areal
setempat.
reboisasi di kabupaten Kupang pada
Kawasan Hutan adalah wilayah-
selang kepercayaan 95% berkisar antara
wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
56,73% - 84,22%, sedangkan

251
ditetapkan oleh pemerintah untuk Cagar Alam (CA) adalah
dipertahankan keberadaannya sebagai Kawasan suaka alam yang karena
hutan tetap. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil keadaannya mempunyai kekhasan
Hutan Kayu (IUPHHK) adalah izin untuk tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
memanfaatkan hasil hutan kayu pada ekosistem tertentu perlu dilindungi dan
hutan produksi pada lokasi tertentu dalam pengembangannya berlaku secara alami.
jumlah dan jenis yang ditetapkan dalam Suaka Margasatwa (SM) adalah
surat izin, meliputi kegiatan perencanaan, Kawasan suaka alam yang mempunyai
penebangan, pengangkutan, penggunaan, ciri-ciri khas berupa keaneka-ragaman
pembinaan dan pengamanan hutan. dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk
Pinjam Pakai Kawasan Hutan adalah kelangsungan hidupnya dapat dilakukan
penggunaan atas sebagian kawasan hutan pembinaan terhadap habitatnya. Kawasan
kepada pihak lain untuk kepentingan Pelestarian Alam adalah Kawasan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
tanpa mengubah status, perubahan maupun di perairan yang mempunyai
peruntukkan dan fungsi kawasan tersebut. fungsi perlindungan sistem penyangga
Pelepasan Kawasan Hutan adalah kehidupan, pengawetan keanekaragaman
mengubah peruntukan kawasan produksi jenis tumbuhan dan satwa serta
yang dapat dikonversi menjadi bukan pemanfaatan secara lestari sumberdaya
kawasan hutan untukkeperluan usaha dan alam hayati dan ekosistemnya.
perikanan tanpa budidaya pertanian Taman Nasional (TN) adalah
menyediakan tanah pengganti. Kawasan pelestarian alam yang dikelola
Annual Allowable Cut (AAC) engan sistem zonasi yang dimanfaatkan
adalah jumlah luas areal hutan yang dapat untuk tujuan pengembangan ilmu
dipanen atau jumlah kayu yang dapat pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan
dipungut dalam suatu jangka perusahaan rekreasi serta perlindungan ekosistem.
atau jangka waktu tertentu sedemikian Taman Hutan Raya (TAHURA)
rupa hingga terjamin usaha perusahaan adalah Kawasan pelestarian alam yang
hutan, terdiri dari Etat luas (hektar), Etat terutama dimanfaatkan untuk tujuan
Volume (meter kubik) dan Etat jumlah koleksi tumbuhan dan/atau satwa, alami
pohon (batang). dan buatan, jenis asli dan/atau bukan

252
asli, pengembangan ilmu pengetahuan, (HPT) adalah Kawasan hutan yang
pendidikan, dan latihan, budaya, digunakan untuk kegiatan budidaya hasil-
pariwisata dan rekreasi. Taman Wisata hasil hutan secara terbatas dengan tetap
Alam (TWA) adalah Kawasan memperhatikan fungsinya sebagai hutan
pelestarian alam di darat dan di laut yang untuk melindungi kawasan di bawahnya.
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata Hutan Produksi Tetap (HP)
dan rekreasi alam. adalah Kawasan yang karena
Taman Buru (TB) adalah pertimbangan kebutuhan sosial ekonomi
Kawasan yang didalamnya terdapat satwa masyarakat dan negara perlu
buru dan memungkinkan untuk dipertahankan sebagai kawasan hutan
diselenggarakannya perburuan secara produksi yang berfungsi untuk
teratur serta ditetapkan dan dibina untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi
kepentingan rekreasi dan perburuan. kepentingan negara, masyarakat, industri
Hutan Lindung (HL) adalah dan ekspor.
Kawasan hutan yang karena sifat Hutan Produksi Yang Dapat
alamnya diperuntukkan guna mengatur Dikonversi (HPK) adalah Kawasan
tata air, pencegahan bencana banjir dan hutan produksi yang dapat dirubah
erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. peruntukannya guna memenuhi
Kawasan Suaka Alam adalah kebutuhan pengembangan transmigrasi,
Kawasan dengan ciri khas tertentu baik di pertanian, pangan, perkebunan, industri,
darat maupun di perairan yang pemukiman, lingkungan dan lain-lain.
mempunyai fungsi pokok sebagai
C. Software ArcGis 10.1
kawasan pengawetan keaneka-ragaman
ArcGis merupakan salah satu
jenis tumbuhan dan satwa beserta
aplikasi perangkat lunak sistem informasi
ekosistemnya yang juga berfungsi
geografis yang dikembangkan oleh
sebagai penyangga kehidupan.
Environmental Systems Research
Hutan Fungsi Khusus (HFK)
Institute (ESRI) yang telah banyak
adalah Kawasan hutan yang ditunjuk
dipakai baik kalangan akademisi, militer,
dengan fungsi khusus untuk suatu
pemerintah, maupun masyarakat dunia
kepentingan tertentu seperti hutan
penelitian. Hutan Produksi Terbatas

253
dalam membuat aplikasi yang berbasis C. Metode Analisis
sistem informasi geografis. Metode analisis yang digunakan
Didalam ArcGis terdapat ArcMap dalam penelitian ini adalah metode desain
dan ArcCatalog. ArcMap adalah jendela berorientasi Aliran Data (DAD) dengan
untuk membuat mengedit, menganalisis menggunakan kakas Data Flow Diagram.
dan manajemen sistem informasi Teknik ini digunakan untuk mendapatkan
geografis sedangkan ArcCatalog adalah persyaratan kebutuhan aliran data,
jendela untuk mengelola dan mengatur struktur data dan sistem data bank yang
semua informasi dari sistem informasi akan dibangun. Pada tahapan
geografis. pembangunan perangkat lunak digunakan
metode Waterfall dan untuk teknik
METODOLOGI PENELITIAN pengujian digunakan teknik pengujian
A. Tahapan Penelitian Blackbox. Teknik pengujian blackbox ini
Tahapan penelitian merupakan diterapkan untuk menguji perancangan
gambaran sistematis pelaksanaan fungsional data bank,aliran data
penelitian mulai dari tahap pengumpulan sertastruktur data bank yang dibangun.
data, analisis dan perancangan data bank
D. Instrumen Penelitian
potensi Lokal Kampung dimana penulis
Instrumen yang digunakan dalam
melakukan survay pengambilan data di
penelitian ini adalah kaka satau pun
kampung-kampung berikut: Kampung
software yang dapat mendukung tahapan
Malind, Kaiburse, Onggari, Domande
desain data spasial hutan kabupaten
dan Sota.
Merauke. Kakas yang digunakan untuk
B. Lokasi Penelitian memodelkan data bank dalam penelitian
Penelitianini dilakukan pada ini adalah Ms. Visio dan test case,
bagian hutan lindung wilayah Kabupaten dengan Hardware meliputi seperangkat
Merauke khususnya pada Distrik Malind komputer yang kompatibel dengan kakas
( Kampung Malind, kampung Keiburse, tersebut.
Kampung Domande, Kampung Onggari,
dan Sota ).

254
E. Pengumpulan Data 84. Proses pembuatan untuk tahap desain
1. Data primer sistem ini adalah sebagai berikut:
Data primer yang digunakan 1. Pengolahan data peta dilakukan
dikelompokkan menjadi tiga sebagai dengan menggunakan softaware
berikut: ArcGis 10.1
a) Data peta tematik, data kehutanan 2. Hasil master data dari dinas
BPS 2012, sebagai data rujukan kehutanan dan hasil survay
penulis saat melakukan survay ke (observasi) ke lapangan
lokasi-lokasi seperti sungai, dikumpulkan dan selanjutnya
pantai dan hutan. dibuat desain kebutuhan sistem
b) Observasi pengamatan lapangan, menggunakan Data Flow Diagram
kegiatan observasi / survay (DFD) sebagai mode berorientasi
lapangan ini dilakukan untuk aliran data.
melihat secara langsung kondisi 3. Hasil desain kemudian
lapangan dan diimplementasikan menggunakan
c) Wawancara, wawancara aplikasi Visio untuk membuat
dilakukan kepada stakeholder desain basis data.
yaitu kehutanan, dan masyarakat Identifikasi dan klasifikasi kawasan hutan
adat yang ada di kampung- lindung adalah sebagai berikut:
kampung. 1. Kawasan lindung aktual distribusi
fungsi hutan diperoleh dari peta
2. Data Sekunder
distribusi kawasan hutan Dinas
Data sekunder yang digunakan yaitu peta
Kehutanan Kabupaten Merauke.
dan data kehutanan BPS 2012, data peta
2. Kawasan lindung aktual rencana
BAPEDA Kab. Merauke serta data foto
tataruang wilayah diperoleh dari
hasil survay lapangan terhadap beberapa
peta alokasi ruang kabupatern
kampung.
Merauke.
F. Pengolahan Data
3. Kawasan lindung direncanakan
Semua data spasial yang digunakan akan
berdasarkan Keputusan Presiden
diubah ke dalam format shapefile(*.shp)
Nomor 32 Tahun 1990 dan Surat
dengan proyeksi UTM-48S, datum WGS-
Keputusan Menteri Pertanian

255
Nomor 837 Tahun 1980. kiri kanan sungai
Pembagiannya adalah sebagai besar dan 50 meter di
berikut: kiri kanan anak sungai
a. Kawasan yang memberikan yang berada di luar
perlindungan kawasan pemukiman. Pada
bawahnya. kawasan pemukiman
1) Kawasan hutan berupa jalan inspeksi
dengan lereng 40% 15 meter.
2) Kawasan hutan yang 3) Kawasan sekitar
mempunyai danau/ waduk: daratan
ketinggian 2.000 mdpl 100 meter dari titik
atau lebih pasang tertinggi ke
3) Kawasan hutan arah darat.
dengan faktor-faktor c. Kawasan suaka alam dan
lereng lapangan, jenis cagar budaya terdiri dari
tanah, curah hujan Taman Nasional dan Taman
yang melebihi nilai Wisata Alam.
skor 175 d. Kawasan rawan bencana.
4) Kawasan yang
mempunyai jenis G. Analisis Data
tanah sangat peka 1. Analisis dan Perancangan Sistem
dengan lereng >15% Hasil pengumpulan data dari
b. Kawasan perlindungan dinas Kehutanan Kabupaten Merauke
setempat kemudia dianalisis data spasial kemudian
1) Sempadan pantai: dibuat basis datanya dan relasi antar
daratan sepanjang tabel, kemudian dipetakan menggunakan
tepian 100 meter dari software visio trknik dan ArcGIS 10.1.
titik pasang tinggi ke 2. Evaluasi kawasan hutan lindung
arah darat. Proses evaluasi dilakukan pada
2) Sempadan sungai: beberapa aspek kajian yaitu:
daratan 100 meter di

256
a. Analisis tupoksi dan kebijakan mengetahui kinerja dalam
Analisis data tupoksi pengendalian pamanfaatan ruang.
dilakukan dengan c. Analisis kemungkinan
mengelompokkan tupoksi penyimpangan alokasi kawasan
masing-masing instansi ke dalam hutan lindung
aspek manajemen dan kategori Analisis kemungkinan
kawasan lindung. Analisis ini penyimpangan fungsi kawasan
bertujuan untuk mengetahui hutan lindung dilakukan dengan
kewenangan dan tanggung jawab metode union pada analisis
setiap instansi dalam pengelolaan Summary. Dari analisis tersebut
kawasan lindung. akan diperoleh persentasi
Analisis kebijakan penyimpangan kawasan hutan
dilakukan dengan studi pustaka lindung.
dan dijabarkan secara deskriptif. 3. Konsep strategi dan arahan
Analisis kebijakan dilakukan kebijakan manajemen kawasan
untuk mengetahui kebijakan- hutan lindung
kebijakan daerah dan pusat dalam Konsep yang diajukan dibuat
mendukung pengelolaan kawasan berdasarkan analisis tupoksi instansi
hutan lindung. terkait, kebijakan tata ruang, struktur
b. Analisis pola dan struktur ruang, pola ruang dan analisis data
ruang wawancara. Konsep ini berupa rumusan
Analisis dilakukan dengan yang dapat digunakan sebagai alternatif
membandingkan peta kawasan penyelesaian masalah dalam menajemen
hutan lindung, kawasan lindung kawasan hutan lindung.
aktual DFH dan kawasan lindung 4. Penyajian hasil tampilan user
aktual RTRWP. Analisis pola interface
ruang bertujuan untuk mengetahui Penyajian hasil pada penelitian ini
konsistensi pada saat penetapan dilakukan dengan mengolah data peta
kawasan hutan lindung sedang tematik berdasarkan kriteria kawasan
analisis struktur ruang untuk hutan lindung yang diperoleh dari data
dinas terkait dalam hal ini Dinas

257
Kehutanan Kabupaten Merauke, yang HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian dibuat analisis dan rancangan A. Hutan Kabupaten Merauke
tampilan user interface. Desain sistem ini Kawasan hutan Papua yang
dilakukan dengan menggunakan software merupakan kawasan hutan terluas di
visio teknik dan pembuatan aplikasi pada Indonesia (berdasarkan SK Menhutbun
penelitian menggunakan software No.891/Kpts/II/1999 adalah 42.224.850
ArcGIS 10.1, dalam perancangan peta ha). Kemudian berdasarkan UU No. 21
yang disajikan hanyalah peta hasil Tahun 2001 tentang Otonomi Daerah,
perancangan yang disajikan Provinsi Papua dipecah menjadi 2 (dua)
menggunakan proyeksi UTM-48S, datum provinsi yaitu Provinsi Papua dan Papua
WGS-84 dan skala grafis pada penelitian Barat. Luas kawasan hutan Provinsi
lanjutan. Papua, secara de yure (hasil paduserasi
dengan RTRWP) masih dalam proses
updating dan belum ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan.

258
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 3, Desember 2014
ISSN 2089-6697

Tabel 1. Luas hutan menurut fungsi dan tipe hutan di kabupaten merauke
(Departemen Kehutanan Provinsi Papua, 2011)

Berdasarkan Tabel 1 sedangkang Luas hutan lindung


menunjukkan bahwa terdapat 3 tipe hutan Kabupaten Merauke sebesar 218.336 Ha.
di Kabupaten Merauke diantaranya hutan Kabupaten Merauke memiliki taman
primer, hutan sekunder dan non hutan nasional wasur dengan luas sekitar
berdasarkan data Dinas Kehutanan dan 413.810 ha dan suaka marga satwa
Perkebunan Kabupaten Merauke tahun dengan luas sekitar 696.100 ha. Pada
2007 – 2011. tahun 2011, produksi hutan terbesar
Luas hutan di Kabupaten berasal dari kayu bulat kecil yaitu
Merauke, berdasarkan data sampai akhir sebanyak 137.269,7 m3 (58,04 %)
2011 luas hutan di Kabupaten (Republik Indonesia Badan Pusat
Meraukesebesar 4.672.332 Ha, Statistik, 2012)

259
Tabel 2. Produksi hasil hutan menurut jenisnya 2007 – 2011 (Departemen Kehutanan
Provinsi Papua, 2011)

Berdasarkan Tabel 2 produksi gambar relasi antar tabel. Relasi antar


hasil hutan menurut jenisnya di tabel menunjukkan tabel-tabel yang
Kabupaten Merauke, dapat dilihat bahwa saling berelasi.
terdapat 12 jenis produksi namun dari 12 Tabel 1 menunjukkan relasi antar
tersebut hanya terdapat 5 produksi hasil tabel dalam perancangan sistem, dimana
hutan yang dihasilkan. dapat dilihat bahwa tabel kampung
berelasi dengan tabel distrik yang
B. Analisis Data
berfungsi untuk menentukan suatu
1. Analisis dan perancangan sistem
kampung berada pada distrik tersebut,
Perancangan basis datamerupakan
tabel kampung juga berelasi dengan tabel
perancangan untuk memperlihatkan data-
hutan lindung untuk menunjukkan suatu
data yang terhubung dalam sistem, hal ini
kampung memiliki hutan lindung, dapat
dapat dinyatakan dengan menggunakan
dilihat pada Gambar 1 berikut:

260
Gambar 1. Relasi antar tabel
Gamber 2. merupakan gambar Entity gambar ini menunjukkan ERD data non
Relationship Diagram (ERD), dimana Spasial berikut:

Gambar 2. Entity Relationship Diagram data Non Spasial


Gambar 2. dapat dijelaskan bahwa pada – 90 Lintang Selatan. Kabupaten
distrik (yang terdiri dari Id_Distrik, dan Merauke memiliki luas 46.790,63 km2
Nama Distrik) memiliki banyak atau 14,67 persen dari luas wilayah
kampung, dimana setiap kampung (yang Provinsi Papua dan merupakan
terdiri dari Id_Hutan lindung, dan Hutan kabupaten terluas di Provinsi Papua.
Lindung) terdapat hutan lindung. Kabupaten Merauke memiliki 20 distrik.
2. Evaluasi kawasan hutan lindung Distrik Waan merupakan distrik terluas,
Kabupaten Merauke terletak yaitu mencapai 5.416,84 km2 Sementara
antara 1370 – 1410 Bujur Timur dan 50 itu Distrik Semangga merupakan distrik

261
dengan luas wilayah terkecil, hanya Mappi dan Kabupaten Boven Digoel,
mencapai 326,95 km2 atau hanya 0,01 sebelah timur berbatasan dengan Papua
persen dari total luas Kabupaten New Guinea, sementara itu di sebelah
Merauke. Luas perairan Kabupaten selatan dan barat berbatasan dengan Laut
Merauke mencapai 5.089,71 km2 Arafuru.Kabupaten Merauke merupakan
Kabupaten Merauke dibatasi oleh dataran rendah yang hanya memiliki
daratan dan lautan. Di sebelah utara kelas ketinggian antara 0 hingga 60 meter
berbatasan langsung dengan Kabupaten dari permukaan laut.
Tabel 3. Luas kawasan hutan berdasarkan kualifikasi SDA dan manajemen
No. Kabupaten/Kota APL HL HP HPK HPT KSA/KPA Perairan Total (Ha)
1 ASMAT 25.053 333.533 761.876 236.908 70.352 311.191 149.359 1.888.272
2 BIAK NUMFOR 14.622 120.175 33.665 - 56.350 4.269 14 229.095
3 BOVEN DIGOEL 40.709 91.395 1.742.012 821.868 71.956 - 29.958 2.797.898
4 JAYAPURA 30.231 494.615 139.581 311.719 276.903 80.052 11.230 1.344.331
5 JAYAWIJAYA 141.285 118.952 89.583 180.812 - 754.008 5.248 1.289.888
6 KEEROM 96.043 340.221 97.907 189.189 161.099 8.460 5.985 898.904
7 MAPPI 15.148 158.618 1.557.283 868.530 29.937 - 79.103 2.708.619
8 MEMBERAMO RAYA 7.701 495.727 880.474 187.814 225.368 898.420 72.161 2.767.665
9 MERAUKE 207.465 256.902 1.270.548 1.475.259 - 1.457.705 115.330 4.783.209
10 MIMIKA 60.253 503.119 195.459 592.329 160.281 688.991 94.776 2.295.208
11 NABIRE 82.455 440.041 255.621 159.639 302.688 132.778 12.482 1.385.704
12 PANIAI 7.102 1.127.076 230.783 180.997 24.779 49.377 21.279 1.641.393
13 PEG. BINTANG 19.807 1.370.983 12.915 92.087 8.354 4.728 11.602 1.520.476
14 PUNCAK JAYA 4.710 430.934 - 297.253 - 347.953 8.121 1.088.971
15 SARMI 19.082 186.501 370.406 318.565 273.286 271.787 13.163 1.452.790
16 SUPRIORI 20.919 561 - - - 40.773 - 62.253
17 TOLIKARA 6.427 644.000 - 137.068 - 347.626 22.763 1.157.884
18 WAROPEN 19.765 235.618 133.702 151.859 10.508 - 3.749 555.201
19 YAHUKIMO 9.655 831.078 338.943 188.966 6.096 179.268 12.379 1.566.385
20 YAPEN 224 15.146 2.889 25.090 87.954 112.146 106 243.555
21 KOTA JAYAPURA 13.766 11.789 30.829 24.327 3.308 9.877 1.462 95.358
Jumlah 842.422 8.206.984 8.144.476 6.440.279 1.769.219 5.699.409 670.270 31.773.059

Berdasarkan data Tabel 3 luas kabupaten-kabupaten di wilayah


kawasan hutan berdasarkan kualifikasi administrasi Propinsi Papua dan Papua
Sumber Daya Alam (SDA) dan Barat, sehingga Kabupaten merauke
manajemen hutan di Papua dapat dilihat memiliki sumbar daya hutan yang
bahwa kawasan hutan untuk wilayah memiliki potensi pemanfaatan yang
Kabupaten Merauke yang terluas diantara besar.

262
Berdasarkan hasil survay tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
lapangan yang dilakukan ditemukan Nasional, Keputusan Presiden Nomor 32
beberapa hal yang menjadi perhatian Tahun 1990 tentang Pengelolaan
dalam evaluasi pemanfaatan hutan di Kawasan Lindung dengan Surat
Kabupaten Merauke, Belum adanya Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837
penataan ruang kawasan hutan lindung Tahun 1980 tentang Kriteria dan Tata
secara signifikan dalam mewujudkan Cara Penetapan Hutan Lindung.
pembangunan yang berkelanjutan, Pengelolaan lingkungan hidup mengacu
dimana suatu proses penataan ruang pada undang-undangan Nomor 32 Tahun
dimulai dari perencanaan tataruang 2009 tentang Perlindungan dan
kemudian pemanfaatan ruang. Ketiga hal Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam
tersebut harus menjadi satu kesatuan pelaksanaan pembangunan diera otonomi
yang utuh dalam mempertahankan daerah, kebijakan Pemda didasarkan pada
kawasan hutan lindung di Kabupaten Undang-undang Nonor 32 Tahun 2004
Merauke. Selain itu masih rendahnya tentang pemerintah daerah, bahwa setiap
pemahaman warga dalam menjaga dan daerah mempunyai kewenangan dalam
melestarikan lingkungan kususnya hutan mengelola sumber daya alam yang ada di
lindung, hal ini terlihat dari banyaknya daerahnya.
penebangan liar dan pembakaran hutan Penetapan kawasan hutan lindung
yang semakin memprihatinkan. pada dasarnya dilakukan untuk menjaga
3. Konsep dan strategi arahan kelestarian lingkungan hidup. Inti
kebijakan manajemen kawasan pengelolaannya bertujuan agar tetap
hutan lindung terjaga fungsi lindung. Oleh karena itu
Konsep dan strategi kebijakan akibat yang ditimbulkan dengan
manajemen kawasan hutan lindung diatur penyalagunaan fungsi hutan lindung akan
oleh pemerintah pusan dan daerah. menyebabkan terjadinya bencana alam
Kebijakan pemerintah pusan dalam dan penurunan kualitas lingkungan hidup.
manajemen kawasan hutan lindung Koordinasi antar instansi Pemda
diantaranya berupa. Undang-undang No. Kabupaten Merauke dengan pemerintah
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. pusat dalam hal manajemen kawasan
Peraturan pemerintah No. 26 Tahun 2008 hutan lindung diperlukan dalam rangka

263
mewujudkan kolaborasi manajemen 4. Penyajian hasil tampilan user
kawasan lindung yang baik.strategi dan interface
arahan kebijakan dapat dilakukan dengan Berdasarkan hasil analisis dan
melakukan koordinasi dalam setiap perancangan basis data terhadap
pelaksanaan kegiatan-kegiatan kebutuhan sistem, maka berikut
pemberdayaan masyarakat sekitar dan merupakan hasil tampilah user
penunjukkan salah saru instansi untuk interfacedesain sistem yang dapat dilihat
menjadi koodinator. pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Hasil desain tampilan user interface


keterangan sehubungan dengan apa yang
Gambar 3 menunjukkan hasil desain user ditampilkan pada layar.
interface dimana terlihat ada beberapa
kotak yang menghiasi desain tampilan
diantaranya layar utama akan
menampilkan peta kemudian judul peta
tematik serta legenda atau keterangan-

264
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 3, Desember 2014
ISSN 2089-6697

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan dari penelitian awal ini adalah 1. Alikodra, H. S. dan Syaukani, H. R.
sebagai berikut: 2004. Bumi Makin Panas, Banjir Makin
1. Kawasan hutan lindung kabupaten Luas: Menyibak Tragedi Kehancuran
merauke sebesar 218.336 Ha (4,67% Hutan. Penerbit Nuanda. Bandung
dari luas total Kabupaten Merauke). 2. Republik Indonesia Badan Pusat
2. Belum adanya penataan ruang kawasan Statistik Kabupaten Merauke. 2012.
hutan lindung secara signifikan dalam Merauke Dalam Angka. Merauke
mewujudkan pembangunan yang 3. Departemen Kehutanan Provinsi Papua.
berkelanjutan. 2011. Buku Data dan Informasi
3. Selain itu masih rendahnya Pemanfaatan dan Penggunaan
pemahaman warga dalam menjaga dan Kawasan Hutan. Jayapura
melestarikan lingkungan kususnya 4. Nahib, I. dan Wijaya, J., 1999, Aplikasi
hutan lindung, hal ini terlihat dari Inderaja dan SIG untuk Monitoring
banyaknya penebangan liar dan Keberhasilan Reboisasi di Kabupaten
pembakaran hutan yang semakin Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur,
memprihatinkan. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol.
Saran dari penelitian ini adalah sebagai V, No. 2:55-66
berikut: 5. Nugroho, J., A., Sukojo, B., M., dan
1. Penetapan kawasan hutan lindung dan Sari, I., L., 2010, Pemetaan Daerah
penunjukkan suatu instansi yang Rawan longsor denga Penginderaan
diberikan kewenangan atau mandat dan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
tanggung jawab pengelolaannya perlu (Studi Kasus Hutan Lindung Kabupaten
dilakukan dalam alokasi ruang Mojokerto), ITS Surabaya
RTRWP. 6. Pamuji, ., D., 2013, Sistem Informasi
2. Kantor lingkungan hidup menjadi Geografis (SIG) Pemetaan Hutan
salah satu pihak yang dapat dmenjadi Menurut Klasifikasi Sebagai Potensi
pilihan untuk menjadi koordinator dan Hutan Lindung di Kabupaten Blora,
pengelolaan dalam manajemen Skripsi, Fakultas Teknologi
kawasan hutan lindung. Informatika, Universitas STIKUBANK
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut Semarang.
untuk menghasilkan sebuah sistem
secara menyeluruh.

265
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 3, Desember 2014
ISSN 2089-6697

7. Santoso, R. S. Soekmadi, R. dan 8. Sudarmadji. 2007. Pembangunan


Prastyo, L. B. 2011. Analisis Penataan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan
Ruang Kawasan Lindung Kabupaten Otonomi Daerah. Makalah disampaikan
Pandeglang dengan Aplikasi GIS dan dalam Seminar Nasional Dies UGM ke-
Remote Sensing. Media Konservasi 58 Pembangunan Wilayah Berbasis
Vol. 16, No. 1. Bogor Lingkungan di Indonesia. Yogyakarta

266

Anda mungkin juga menyukai