I G.M. Subiksa
Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123
ABSTRAK
Pengembangan rice estate sebagai instrumen untuk mewujudkan Kabupaten Merauke sebagai lumbung pangan di
Kawasan Timur Indonesia telah dimulai dengan disusunnya master plan pengembangan rice estate. Dalam master plan tersebut,
telah didelineasi 206 unit kawasan pengembangan yang tiap unitnya meliputi areal seluas 5.000 ha. Pengembangan rice estate
memerlukan perencanaan pengelolaan tanah dan air yang cermat untuk mencapai produktivitas lahan yang tinggi dan berkelanjutan
tanpa merusak lingkungan. Teknologi pengelolaan tanah dan air yang tepat diyakini menjadi kunci keberhasilan pengembangan
kawasan. Hal ini mengingat sebagian besar lahan yang berpotensi untuk dikembangkan merupakan lahan rawa. Kondisi topografi
lahan yang datar dan karakteristik iklim serta hidrologi yang spesifik dan beragam, menyebabkan sistem pengelolaan tanah dan air
akan sangat spesifik lokasi. Model rancang bangun rice estate yang dikembangkan sebaiknya sistem integrasi tanaman ternak
berbasis padi, karena ternak ruminansia dapat saling bersinergi dengan padi mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan dengan
input luar rendah. Ameliorasi, pemupukan berimbang dan pengelolaan bahan organik menjadi komponen teknologi yang sangat
menentukan keberhasilan pengembangan rice estate. Tulisan ini mengulas prospek pengembangan rice estate ditinjau dari aspek
pengolahan tanah dan air, pengelolaan bahan organik dan pemupukan berimbang di Kabupaten Merauke Papua.
Kata kunci : Rice estate, pengelolaan tanah dan air, ameliorasi, pemupukan berimbang
ABSTRACT
Rice estate development as instrument is targeting Merauke as a rice basket in the eastern part of Indonesia has been
started by completing of Master Plan of Rice Estate Development. In the Master Plan, 206 cluster of production zone has been
delineated, where each cluster consisted of about 5,000 ha. Rice estate development requires the appropriate land and water
management planning to reach high land productivity and sustainable agriculture with minimal negative impacts to the
environment. The appropriate soil and water management technologies are believed as key factors to develop this region, because
most of the potential lands were swampy. The flat topography with unique and various climatic and hydrological characteristis lead
to local specific land and water management. Site plan design model of rice estate should be integrated rice base crop livestock
system. Since ruminant could make sinergic interaction with rice, the external input will be lower for sustainable agriculture.
Amelioration, balance fertilization, and organic matter management will become technological components to determine the success
of rice estate development. This paper explains the prospect of rice estate development from the view point of land and water
management, organic matter, and balance fertilization in Merauke Regency, Papua.
Keywords : Rice estate, soil and water management, amelioration, balance fertilization
B
eras adalah komoditas strategis karena man ratio menjadi kriteria penting dalam mengukur
menjadi makanan pokok bagi sebagian tingkat ketahanan pangan baik pada tingkat rumah
besar penduduk Indonesia yang jumlahnya tangga maupun nasional (Adnyana, 2005).
lebih dari 220 juta jiwa. Konsumsi beras Konversi dan fragmentasi lahan sawah
per kapita Indonesia tergolong sangat besar yaitu menyebabkan land man ratio setiap tahun
155 kg/tahun, sehingga kebutuhan beras nasional cenderung semakin rendah. Oleh karenanya
sekitar 34 juta ton per tahun. Sementara itu, ekstensifikasi lahan sawah di luar Jawa diharapkan
ketersediaan lahan per kapita atau land-man ratio mampu memperbaiki kondisi ini dan mendongkrak
Indonesia sekitar 362 m2 per kapita, angka yang produksi beras nasional.
sangat rendah untuk ukuran negara agraris. Land Kabupaten Merauke Provinsi Papua adalah
83
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, Desember 2008
salah satu daerah yang menjadi sasaran program air menjadi faktor penyebab utama. Produksi padi
ekstensifikasi lahan sawah. Kabupaten ini memiliki di wilayah ini sangat memungkinkan dapat
sekitar 1,9 juta ha lahan basah dan 1,2 juta ha ditingkatkan melalui 3 pendekatan yaitu
diantaranya sesuai untuk pengembangan tanaman meningkatkan produktivitas, intensitas tanam dan
padi (DTPH, 2004). Potensi pengembangan padi di perluasan areal. Berdasarkan hasil pengujian
Merauke didukung antara lain oleh sumberdaya varietas padi yang dilakukan di Balai Benih (BB)
alam (khususnya iklim, tanah, dan air) yang sangat Kurik, beberapa diantaranya memiliki potensi
sesuai di sebagian besar lahan di Kabupaten sampai 8,4 t/ha (Makarim et al., 2007). Sementara
tersebut. Untuk mendukung pengembangan rice itu, indeks pertanaman padi yang saat ini sekitar
estate, Dinas Pertanian dan Hortikultura 100% dapat ditingkatkan menjadi minimal 150%
Kabupaten Merauke telah menyusun Master Plan dengan merevitalisasi infrastruktur yang ada saat
Pengembangan Rice Estate. Lahan basah yang ini. Program perluasan areal juga sangat terbuka
potensial untuk pengembangan sawah dibagi lebar mengingat sumberdaya lahan basah yang
dalam 206 kluster yang disebut Kawasan Sentra dimiliki Merauke sangat luas.
Produksi (KSP). Tiap KSP luasnya berkisar antara Kabupaten Merauke saat ini memproduksi
5.000-5.500 ha dimana 4.000 ha diantaranya akan beras 26,5 ribu t/tahun. Bagi Merauke, jumlah
dikembangkan untuk sawah dan sisanya adalah produksi tersebut telah menyebabkan surplus
komponen pendukung seperti peternakan, 14.569 t/tahun (DTPH, 2007a). Oleh karena itu,
perkebunan, industri pengolahan, dan infrastruktur masih terbuka peluang bagi daerah Merauke untuk
(Adnyana et al., 2007b). memasok kekurangan beras, minimal untuk
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke memenuhi kebutuhan Provinsi Papua, melalu
dalam kurun waktu 2000-2005 rata-rata 9,46%. program ekstensifikasi, intensifikasi dan
Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi tercatat peningkatan intensitas tanam padi. Rencana
sebesar 6,07%, lebih tinggi dari angka pencetakan sawah baru di lahan rawa seluas
pertumbuhan ekonomi Nasional 5,60% dan 23.000 ha akan menambah luas areal tanam padi
daripada Provinsi Papua 5,04%. Dari pertumbuhan dari 21.097 ha yang telah berproduksi saat ini
ekonomi Merauke, sektor pertanian merupakan menjadi 44.000 ha. Rencana ekstensifikasi melalui
leading sector yang memberikan sumbangan program kemitraan dengan swasta dalam lima
sebesar 2,71%. Dalam kurun waktu yang sama, tahun ke depan diharapkan dapat membuka areal
sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB rata- baru seluas 200 ribu ha atau sekitar 40 KSP
rata 54,9%, sedangkan sektor jasa 18,0%; sektor (Ladamay, 2007). Apabila kendala pemasaran dan
pengangkutan dan komunikasi 8,0%; dan sektor distribusi bagi surplus produksi padi di Merauke
perdagangan, hotel dan restoran 7,3% (Bupati terpecahkan, maka Merauke dapat berkembang
menjadi lumbung pangan nasional di kawasan
Merauke, 2006; Adnyana et al., 2007). Di sektor
timur Indonesia (KTI). Selain untuk memenuhi
pertanian, subsektor tanaman pangan, khususnya
kebutuhan pangan di KTI, produksi beras dari
padi, memberikan kontribusi yang dominan.
Merauke juga diproyeksikan untuk ekspor ke
Program P2BN yang dicanangkan pemerintah dan
negara tetangga seperti PNG dan Australia.
harga beras yang tinggi di pasar dunia saat ini
merupakan momentum yang baik untuk Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
mengembangkan sektor tanaman pangan, untuk mengulas prospek penerapan teknologi
khususnya padi, di Kabupaten Merauke. pengelolaan tanah dan air dalam rangka
memberikan dukungan teknologi untuk pengem-
bangan rice estate di Kabupaten Merauke
Saat ini luas lahan sawah yang ada di
kabupaten ini hanya 21.742 ha dengan
produktivitas rata-rata 4,0-4,5 t/ha (DTPH, 2007a). POTENSI, PELUANG, DAN KENDALA
Produksi dalam jumlah dan produktivitas dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami fluktuasi Potensi bio-fisik
yang sangat tajam. Kondisi iklim dan terbatasnya
keterampilan petani dalam pengelolaan tanah dan
Sumberdaya lahan
84
I G.M. Subiksa : Prospek Pengembangan Rice Estate di Kabupaten Merauke
85
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, Desember 2008
bendali (long storage) yang dapat menampung air 2008. Dengan tingkat harga beras tersebut maka
hujan di musim hujan. Saluran primer dan agribisnis padi sangat kompetitif dan menjanjikan
sekunder yang telah ada masing-masing keuntungan yang cukup besar. Hal ini juga
sepanjang 242.135 m dan 554.031 m. didukung oleh ketersediaan teknologi usahatani
padi yang sudah mantap untuk kondisi lahan
Sumberdaya genetik padi sejenis.
86
I G.M. Subiksa : Prospek Pengembangan Rice Estate di Kabupaten Merauke
87
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, Desember 2008
Luas
Luas tanam dan
Tanam dan panen
Panenpadi
Padi
21000
19000
Luas (ha)
17000
15000
Luas panen
13000
11000
9000
2001 2002 2003 2004 2005
Produksidan
Produksi danProduktivitas
produktivitas padi
PadiMerauke
Merauke
8
7
Gabah Kering
2
2001 2002 2003 2004 2005
Teknologi pengelolaan air ditujukan untuk terdiri atas saluran tersier dan saluran kuarter.
memanfaatkan sumber daya air semaksimal Pengelolaan air di tingkat makro maupun mikro
mungkin untuk memenuhi kebutuhan tanaman, memerlukan pintu air yang kuat dan efektif dan
meningkatkan ketersediaan hara, menekan diatur oleh instansi yang berwenang. Hal ini untuk
pertumbuhan gulma dan sebagai media pencuci menghindari terjadinya konflik kepentingan
kemasaman dan unsur beracun. Oleh karenanya terhadap air antara petani sawah dengan pencari
saluran drainase yang dikembangkan harus ikan.
didisain agar dapat berfungsi sebagai: 1) Sistem pengelolaan air mikro dibedakan
membuang kelebihan air saat musim hujan; 2) menurut tipologi lahan. Berdasarkan karakteristik
mensuplai air di musim kemarau; dan 3) tanah dan tipe luapan air pasang, lahan basah di
membuang unsur beracun (Widjaja-Adhi et al., Merauke secara umum dapat dibedakan menjadi
2000). Jaringan tata air dalam kawasan lahan pasang surut tipe C dan D dan lahan lebak.
pengembangan terdiri atas tata air makro dan tata Oleh karenanya, lahan potensial tipe C dan D yang
air mikro. Tata air makro teridiri atas saluran primer telah dibuka untuk persawahan, umumnya
dan saluran sekunder. Sedangkan tata air mikro berubah menjadi sawah tadah hujan. Mengelola air
88
I G.M. Subiksa : Prospek Pengembangan Rice Estate di Kabupaten Merauke
Gambar 3. Model rancang bangun KSP KRK-09 di Desa Wapeko (DTPH, 2007b)
pada tipologi lahan ini dalam kawasan yang luas di mengelilingi kawasan reklamasi. Pengaturan waktu
Merauke identik dengan mengelola air hujan. tanam sangat menentukan keberhasilan usahatani
Menurut Widjaja-Adhi et al. (1996) sistem padi pada lahan seperti ini. Di Kalimantan Selatan,
pengelolaan air yang tepat adalah sistem tabat. padi yang ditanam di lahan lebak pada musim
Modifikasi sistem tabat untuk kawasan yang luas kemarau disebut padi rintak dan padi yang ditanam
adalah dengan membuat embung berukuran besar pada awal musim hujan disebut padi surung (Ar-
(bendali atau long storage). Bendali dibangun Riza dan Alihamsyah, 2005). Pada musim padi
untuk cadangan air di musim kemarau dengan surung, diperlukan bantuan pompa air berskala
bantuan pompa air. Hasil penelitian di Sumatera besar untuk mengurangi genangan di dalam polder
Selatan menunjukkan penggunaan pompa air pada saat umur padi masih muda. Namun pada
untuk irigasi padi sawah masih menguntungkan musim kemarau, kondisi genangan sangat dangkal
(Ananto dan Alihamsyah, 1992). Dengan sistem ini
sehingga pompa air tidak diperlukan.
indeks pertanaman (IP) padi dapat ditingkatkan
menjadi 200%. Alternatif sistem irigasi juga dapat dibangun
dengan memanfaatkan rawa-rawa permanen. Air
Di beberapa tempat dekat pantai dan aliran
sungai, pengelolaan air juga berarti mencegah hujan juga memenuhi rawa-rawa permanen yang
masuknya air bersalinitas tinggi dengan membuat menjadi sumber air di musim kemarau. Beberapa
tanggul-tanggul pengaman. Potensi ancaman kawasan rawa seperti rawa Senegi dan Rawa
intrusi air laut cukup besar kemungkinan terjadi di Burung saat ini telah dimanfaatkan airnya untuk
sepanjang pantai selatan dan Kimaam. Ancaman pengairan di musim kemarau. Namun demikian
intrusi air laut dari rembesan air tanah juga terjadi harus diakui lahan yang dapat diairi masih sangat
pada lahan yang memiliki lapisan subsoil terbatas. Dalam jangka panjang, perlu dipikirkan
bertekstur kasar (berpasir). untuk membangun sistem irigasi skala besar dari
Pada lahan yang tergolong lahan lebak, Sungai Digul (Adnyana et al., 2007). Sungai Digul
alternatif pengelolaan air yang dapat diterapkan adalah satu-satunya sungai yang memiliki air tawar
adalah sistem polder dengan membangun tanggul
89
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, Desember 2008
sepanjang tahun dengan debit yang besar. yang memiliki pH 4-5 memerlukan 1-2 ton kapur/ha
Sedangkan sungai-sungai besar lainnya pada (Anwar dan Noor, 1994; Alwi, 1994, Sarwani dan
umumnya airnya asin di musim kemarau. Noor, 1993; Widjaja-Adhi et al., 2000). Namun
hasil pengamatan Subiksa et at. (2006) di
beberapa tempat yang tersebar di pantai selatan
Pengolahan tanah
dan Pulau Kimaam menunjukkan bahwa sebagian
Pengolahan tanah diperlukan untuk lahan basah yang potensial di wilayah ini tidak
memperoleh media tanam yang baik bagi tanaman mengandung lapisan tanah yang mengandung pirit
padi dan mengurangi pertumbuhan gulma. > 2%, sehingga areal pengembangan sawah ini
Sebagian besar areal lahan basah di Merauke relatif aman dari kemungkinan terjadinya
yang baru dibuka memiliki lapisan tanah yang kaya pemasaman hebat kalau permukaan air tanah
bahan organik antara 10-30 cm. Untuk turun di musim kemarau panjang.
mempertahankan bahan organik ini perlu dilakukan Tanah di lapisan atas mengandung bahan
pengolahan tanah agar terjadi inkorporasi bahan organik yang tinggi ditandai dengan warna tanah
organik dengan tanah mineral di bawahnya. yang hitam dan tingkat kemasaman (pH) tanah
Pengolahan tanah juga bertujuan untuk leveling sekitar 5-6. Dengan demikian ameliorasi untuk
dan pelumpuran tanah agar lebih sesuai untuk menanggulangi kemasaman tanah secara umum
sistem perakaran padi. tidak diperlukan. Namun demikian penggunaan
Pengolahan tanah dalam sistem rice estate, kapur kalsit dalam dosis yang rendah (0,5 t/ha)
tidak dapat dilakukan secara manual karena SDM kadang-kadang diperlukan untuk memperbaiki
di Merauke sangat terbatas. Penggunaan alat keseimbangan Ca/Mg (Subiksa et al., 2007).
mesin pengolah tanah berkapasitas besar mutlak Pengapuran juga diperlukan di areal yang
diperlukan agar cepat dan umur tanaman berdekatan dengan tanggul saluran drainase
seragam. Kondisi tanah yang padat karena pemasaman dari galian tanggul.
memungkinkan daya dukung tanah untuk Mengembalikan sisa tanaman dan pupuk kandang
menyangga alsintan pengolah tanah cukup besar. sangat disarankan untuk menjaga kandungan
Lahan basah di sebagian besar wilayah potensial bahan organik tetap tinggi. Hasil pengamatan
cukup terkonsolidasi sehingga mampu menahan pertumbuhan tanaman padi sangat berkorelasi
beban alsintan. Hasil penelitian penggunaan dengan kadar bahan organik tanah. Penerapan
alsintan pengolah tanah di lahan rawa Sumatera konsep SITT dalam pengembangan rice estate
Selatan yang kondisi tanahnya lebih lembek merupakan salah satu teknik penyediaan
tergolong sangat layak dan sangat membantu
amelioran yang murah secara kontinyu. Dengan
memecahkan masalah tenaga kerja. Kedalaman
demikian sistem ini diharapkan menjadi model
olah tanah disesuaikan dengan daya dukung lahan
usaha tani terpadu berkelanjutan dengan input luar
dan lapisan pirit. Pada lahan yang mengandung
rendah.
lapisan pirit yang dangkal, sebaiknya dilakukan
pengolahan dangkal (10-15 cm) agar tidak
membalik lapisan pirit.
Pemupukan berimbang
90
I G.M. Subiksa : Prospek Pengembangan Rice Estate di Kabupaten Merauke
berimbang dan disesuaikan dengan keadaan tidak langsung. Penggunaan kotoran ternak secara
status hara tanah. langsung terlebih dahulu harus dikomposkan
Pada lahan yang tidak mengalami menggunakan dekomposer untuk menghindari
pemasaman (tipologi lahan potensial), status N immobilisasi unsur hara oleh mikroba pengurai.
tanah lapisan atas 0-20 cm umumnya cukup tinggi Penggunaan tidak langsung dilakukan dengan
tetapi di lapisan bawah umumnya rendah Oleh memanfaatkan kotoran ternak sebagai biogas.
karenanya pemupukan N masih diperlukan dalam Sisa hasil proses digestasi biogas dapat langsung
kisaran 200-250 kg/ha. Kadar P (HCl 25%) tanah dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Model SITT
sangat bervariasi, tapi umumnya rendah sehingga dalam pengelolaan bahan organik sudah banyak
masih diperlukan pemupukan SP-36 dengan berhasil meningkat-kan efisiensi usahatani di
kisaran 100-200 kg SP-36/ha. Sementara itu kadar beberapa tempat di Sumatera dan Jawa (Mathius,
K (HCl 25%) umumnya sedang sampai tinggi di 2007).
lapisan atas tetapi rendah di lapisan bawah. Oleh
karenanya pemupukan KCl untuk sebagian besar
areal masih memerlukan 50-100 kg KCl/ha. Pada KESIMPULAN
lahan yang memiliki kadar K tinggi, cukup
dilakukan dengan mengembalikan jerami yang 1. Kabupaten memiliki potensi lahan basah
sudah terdekomposisi. Hasil penelitian di lahan sangat luas yang memungkinkan untuk
sejenis Widjaja-Adhi dan Alihamsyah (1998) pengembangan rice estate. Dari 1,9 juta ha
merekomendasikan pemupukan padi sawah lahan basah yang ada, 1,2 juta ha diantaranya
dengan 250 kg urea, 135 kg SP-36, dan 100 kg memiliki potensi sedang sampai tinggi untuk
KCl. pengembangan padi sawah.
Pada lahan yang memiliki tingkat 2. Berdasarkan hasil kajian faktor internal (sifat
kemasaman tinggi (pH< 5) pupuk yang diperlukan fisik maupun kimia tanah) dan faktor eksternal
lebih tinggi yaitu 300 kg urea, 210 kg SP-36, dan (iklim dan ketersediaan air), lahan basah di
150 kg KCl. sangat disarankan menggunakan Merauke sangat layak dikembangkan untuk
fosfat alam sebagai sumber hara P. Selain persawahan dalam skala rice estate.
harganya jauh lebih murah, penggunaan fosfat
3. Kendala yang dihadapi petani saat ini antara
alam memiliki efektivitas yang setara dengan SP-
lain adalah ketersediaan air karena konflik
36 dan memiliki efek ameliorasi. Hasil penelitian
kepentingan dengan pencari ikan dan salinitas
pada lahan sulfat masam di beberapa tempat
tinggi di musim kemarau. Sedangkan kendala
membuktikan bahwa fosfat alam sangat efektif dan
dalam pengembangan rice estate adalah
residunya masih memberikan pengaruh nyata
sumber daya manusia baik kuantitas maupun
sampai 3 musim tanam (Subiksa et al., 1990;
kualitasnya, infrastruktur, dan kepemilikan
1998; 2000; Suping et al., 2000; Moersidi, 1999).
lahan.
91
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, Desember 2008
6. Pengelolaan air adalah kunci sukses Pengembangan alat dan mesin pertanian
pengembangan rice estate. Pembangunan dalam usahatani lahan pasang surut.
embung raksasa (bendali) sangat penting Dalam Prosiding Seminar Nasional
untuk persediaan air di musim kemarau agar Pengembangan Pertanian Lahan Pasang
frekuensi penanaman padi dapat dilakukan 2 Surut dan Rawa, Cisarua 3-4 Maret 1992.
kali dalam setahun.
Ar-Riza, I. dan T. Alihamsyah. 2005. Optimalisasi
7. Ameliorasi dan pemupukan berimbang pemanfaatan lahan rawa lebak dalam
berdasarkan status hara tanah harus rangka pengembangan padi. Dalam
diterapkan secara konsekuen. Sangat disaran- Prosiding Seminar Nasional Inovasi
kan untuk menggunakan fosfat alam sebagai Teknologi Pengelolaan Lahan rawa dan
sumber P pada lahan yang kemasamannya Pengendalian Pencemaran Lingkungan,
tinggi. Banjarbaru, 5-7 Oktober 2004.
8. Bahan organik harus dipertahankan dengan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
melakukan inkorporasi lapisan atas yang kaya 2007. Pemetaan Zona Agroekosistem
bahan organik dengan lapisan di bawahnya. Tingkat Semi detail, Skala 1:50.000
Selain itu penambahan bahan organik dari Daerah Kecamatan Kurik dan Semangga,
pupuk kandang secara kontinyu akan Kabupaten Merauke. Laporan Akhir. Balai
meningkatkan kesuburan dan produk-tivitas Besar Penelitian dan Pengembangan
lahan secara berkelanjutan. Sumber Daya Lahan Pertanian.
Badan Meteorologi dan Geofisika. 2007. Data
DAFTAR PUSTAKA Iklim: Curah Hujan, Kelembaban Udara,
Suhu Udara dan Penyinaran Matahari di
Adnyana, M.O., I G.M. Subiksa, H. Pane, dan Daerah Merauke. Badan Meteorologi dan
D.K.S. Swastika. 2005. Arah dan Prospek Geofisika, Kabupaten Merauke, Papua.
Pengembangan Tanaman Pangan di
Bupati Merauke. 2006. Usulan program prioritas
Lahan Rawa. Pusat Penelitian dan
pembangunan daerah Kabupaten
Pengembangan Tanaman Pangan. Badan
Merauke. Kabupaten Merauke. Bahan
Litbang Pertanian.
Rapat Kerja dengan DPR RI, 140 hlm.
Adnyana, M.O. 2005. Sitem Integrasi Tanaman
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2004.
Ternak-Bebas Limbah (SITT-BL). Master
Pewilayahan Komoditas Pertanian
Plan Pengembangan Kebun Percobaan
Berdasarkan Zona Agroekologi di
Muara. Puslitbang Tanaman Pangan,
Kabupaten Merauke Provinsi Papua.
Bogor.
Kerjasama Dinas Tanaman Pangan dan
Adnyana, M.O., I G.M. Subiksa, dan A. Karim. Hortikultura Kabupaten Merauke dengan
2007a. Studi Kelayakan Pengembangan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Rice Estate di Kabupaten Merauke-Papua. Papua.
Pusat Penelitian dan Pengem-bangan
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2007a.
Tanaman Pangan. Badan Litbang Kabupaten menuju agropolitan dan
Pertanian. lumbung pangan dalam mendukung
Adnyana, M.O., A.K. Makarim, I G.M. Subiksa, D. ketahanan pangan nasional. Program
Djaenuddin, R. Tjahyo, B. Haryanto, dan Pemerintah Kabupaten Merauke
M. Hendrisman. 2007b. Master, Business disampaikan pada Rapat Kerja di DPR RI.
dan Site Plan Pengembangan Kabupaten Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Merauke sebagai Kawasan Agropolitan Kabupaten Merauke, Papua.
dan Lumbung Pangan Nasional. Dinas Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2007b.
Tanaman Pangan Kabupaten Merauke. Laporan Akhir Survei Investigasi dan
Ananto, E. dan T. Alihamsyah. 1992. Desain Kawasan Sentra Produksi Desa
92
I G.M. Subiksa : Prospek Pengembangan Rice Estate di Kabupaten Merauke
93
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, Desember 2008
94