Anda di halaman 1dari 6

PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI LAHAN LEBAK

SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENGEMBANGAN


LAHAN PERTANIAN KE LUAR PULAU JAWA
Sudaryanto Djamhari
Pusat Teknologi Produksi Pertanian – TAB
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung BPPT 2, Lantai 17

Abstract
The rice production in Indonesia is not balance with the population rate. This
condition is caiseb by the productive agriculture land is coverted into housing area,
industries/factories, roads, etc. The “Rawa Lebak” has a high potential to be
developed become productive agricultural land. But, there are severval constrains
which have to be overcome, that is the source of water, where where in the dry
season there are drought and in the rainy season there are fload, the land is not
fertile, and produtivity is low. Ogan Komering Ilir (OKI) District have “ Rawa Lebak”
land area to a high of 164,034 hectars. In not deep and middle “rawa lebak” types
have high potensial to be developed irrigation agricultural land trough technology
application in water management ang cultivation which can increase the
agricultural index to 3 times anually and rice production reach to a high of 7,00
tons/ha (dry reap). Therefore, “rawa lebak” can be used as alternative in the
agriculture developmen outside Jawa.

Kata kunci : rawa lebak, teknologi, produksi, pengembangan pertanian

1. PENDAHULUAN Kendala yang dihadapi pada lahan rawa


lebak adalah fisiko-kimianya berupa genangan
1.1. Latar Belakang air dan banjir yang datangnya tidak menentu,
mendadak, dan bila musim kemarau terjadi
Kendala program pemerintah pada kecukupan kekeringan sehingga lahan hanya dapat
kebutuhan pangan adalah laju kecepatan kenaikan diusahakan satu kali dalam setahun, tingginya
produksi pangan tidak dapat mengimbangi laju kemasaman dan rendahnya kesuburan tanah,
kecepatan kenaikan penduduk, penyebabnya antara masalah biologisnya adalah tingginya gulma dan
lain adalah lahan pertanian terus menyempit serangan hama dan penyakit, hal ini
digantikan dengan perumahan, pabrik, dan jalan. menyebabkan produktivitas relatif rendah.
Menurut Hilman Manan 2008, bahwa dari tahun 1999 Peningkatan pengelolaan lahan rawa lebak
– 2002, konversi lahan pertanian ke non pertanian melalui penerapan teknologi pengelolaan air,
sebesar 110.000 hektar kemudian diterangkan lagi lahan, dan meningkatkan ketrampilan dalam
bahwa dari data Badan Pertanahan Nasional, tiap budidaya adalah solusi yang tepat untuk dapat
tahun sawah beririgasi berkurang 35.000 hektar. menaikan indeks pertanaman (IP 300%) dan
Ekstensifikasi di Pulau Jawa tidak mungkin produktivitas sehingga produksi pertanian
karena sudah tidak ada lahan yang datar yang cocok khususnya tanaman pangan dapat menjadi
untuk tanaman pangan sehingga harus kontributor dalam ketahanan pangan.
dikembangkan di luar Pulau Jawa. Lahan rawa lebak
memiliki prospek yang cukup besar untuk 1.2. Tujuan Penelitian
dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif.
Lahan rawa lebak diperkirakan mencapai areal Mengembangkan teknologi pengelolaan air,
seluas 13,3 juta hektar yang tersebar di Pulau perbaikan lahan, budidaya, dan meningkatkan
Sumatra seluas 2,8 juta hemtar, Pulau Kalimantan ketrampilan di lahan rawa lebak untuk
seluas 3,6 juta hektar, Sulawesi seluas 0,6 juta meningkatkan produksi padi sebagai usaha
hektar, dan Pulau Papua seluas 6,3 juta hektar. untuk pengembangan lahan pertanian ke luar
Berdasarkan tipologi lahan dapat dibedakan menjadi Pulau Jawa.
3 bagian yang terdiri lebak dangkal seluas 4,167 juta
hektar, lebak tengahan seluas 6,025 juta hektar, dan
lebak dalam seluas 3,038 juta hektar, Aminuddin
Daulay 2003.

___________________________________________________________________________________
64 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 1 April 2009 Hlm. 64-69
2. BAHAN DAN METODE b). lebak tengahan terjadi diantara lebak
dangkal dengan lebak dalam, dengan
Lokasi penelitian terletak di Desa Tanjung Seteko kedalaman air antara 50 – 100 cm dengan
Kecamatan SP. Padang, Kabupaten Ogan Komering masa genangan antara 3 – 6 bulan, dan
Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini termasuk c). lebak dalam mempunyai kedalaman air lebih
tipe rawa lebak dangkal atau pematang yang dari 100 cm dengan masa genangan lebih
digenangi air setiap tahunnya sekitar 3 bulan, dari 6 bulan.
disamping itu lahan sudah pernah diusahakan dan Luas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir
2
dikelilingi oleh petani lainnya sehingga akan adalah 21.689 km atau sekitar 19,1 % dari luas
mempermudah untuk dijadikan percontohan bagi Sumatra Selatan, dengan kepadatan penduduk
2
petani disekitarnya. Penelitian dengan mengambil sebesar 46 jiwa per km . Daerah Ogan
luas tanah untuk percontohan seluas 5 hektar yang Komering Ilir sebagian besar ± 65 % atau
diambil dari tanah petani, waktu penelitian dimulai 164.034 hektar merupakan daerah rawa lebak,
pada bulan April sampai dengan bulan Oktober tahun sedangkan daratannya ± 35 %-nya. Dari luas
2003. lahan rawa lebak tersebut, telah diusahakan
Pembahasan pada tulisan ini menjelaskan sebesar 79.200 ha, Dinas Pertanian Tanaman
tentang pengembangan teknologi dalam pengelolaan Pangan 1996. Kabupaten Ogan Komerin Ilir
air, lahan, dan meningkatkan ketrampilan petani, masih mempunyai potensi lahan rawa lebak
untuk menjadikan lahan rawa lebak sebagai potensi untuk dapat dikembangkan menjadi lahan
dalam pengembangan lahan pertanian ke luar Pulau pertanian sebesar 84.834 ha.
Jawa. Waluyo dkk. pada 1994, melakukan
Data diambil dari data primer langsug pada lokasi penerapan teknologi pengelolaan air dan
penelitian, sekunder dari informasi dari narasumber budidaya di Daerah Ogan Komering Ilir dengan
petani dan aparat pedesaan dan makalah-makalah menentukan waktu tanam sebagai berikut, bulan
yang berhubungan dengan penelitian. Pengambilan Oktober – Januari tanaman padi, Februari – Mei
sampel tanah dilakukan pada bulan Juli tahun 2003 tanam padi, dan Juni – September tanaman
dengan sistem sampel secara diagonal diambil pada jagung dan produktivitas tanaman padi
setiap titik diagonal kemudian dicampur dan diambil dihasilkan sebesar 6,0 – 7,0 ton per hektar
sebagai bahan untuk dianalisis. Analisis tanah gabah kering panen (GKP).
dilakukan di Laboratorium Jurusan Tanah, Instintut Penerapan teknologi baru harus dilakukan
Pertanian Bogor (IPB) kemudian hasil analisis tanah untuk dapat meningkatkan potensi lahan rawa
ditabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dan lebak dengan pembuatan sawah berbentuk
kualitatif. surjan yang dapat mengairi air lahan baik pada
musim kemarau maupun hujan, dengan teknik
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ini maka penggunaan lahan dapat dioptimalkan
menjadi 3 (IP 300%) kali tanam per tahun dan
3.1. Potensi Lahan Rawa Lebak teknik budidaya agar produktivitas dapat
ditingkatkan.
Lahan rawa lebak lebih memiliki prospek yang besar Melalui penerapan teknologi tersebut di atas
untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian yang Kabupaten Ogan Komering Ilir berpotensi
produktif karena tipe gambutnya dangkal, dengan sebagai kontributor dalam Program Ketahan
mudah untuk dibuat sawah dan ditanami tanaman Pangan Nasional dengan memanfaatkan lahan
pangan yang pada akhirnya akan dapat mendukung rawa lebak baik yang telah diusahakan oleh
tercapainya tujuan pembangunan di bidang pertanian petani maupun yang belum diusakan untuk
nasional yang berkaitan dengan program pemerintah dikembangkan sebagai pertanian yang
dalam peningkatan ketahanan pangan nasional, berpengairan dengan luasan 164.034 hektar
pengembangan agribisnis, dan pemanfaatan tenaga dengan produktivitas sebesar 7,0 ton GKP dan
kerja. dapat diusahakan 2 kali tanam tanaman padi
Menurut informasi Litbang Pertanian Lahan maka akan dihasilan sebesar 1.148.238 ton
Pasang Surut, Barito Kuala, Kalimantan Selatan GKP dngan konversi ke beras sebesar 57 %
2003, lamanya genangan pada lahan rawa lebak maka Kabupaten Ogan Komering Ilir akan dapat
berdasarkan topografi, dibagi tiga tipe rawa lebak, menghasilkan beras sebesar 654.495,66 ton per
yaitu: tahun dan ditambah 1 kali tanam tanaman
a). lebak dangkal atau pematang, terletak dibagian pangan lainnya.
tanggul sungai yang mempunyai kedalam air
kurang dari 50 cm dengan masa genangan
kurang dari 3 bulan,

___________________________________________________________________________________
Peningkatan Produksi Padi Di...............(Sudaryanto Djamhari) 65
3.2. Karakteristik Lahan Rawa Lebak digunakan untuk sawah berpengairan disebut
tabukan dan bagian yang ditinggikan disebut
Daerah rawa lebak merupakan daerah yang rendah, guludan digunakan untuk padi gogo atau
karena rendah dan dekat dengan aliran sungai maka palawija. Pengelolaan lahan sawah rawa
selalu dipengaruhi dengan adanya pasang surutnya dengan sistem surjan akan memberi manfaat
air sungai. Pasang surutnya air dipengaruhi oleh ganda dari segi produktivitas lahan dan
musim, apabila musim penghujan air sungai pasang pendapatan petani. Guludan dibuat setinggi 1
dan lahan tergenangi air, dan apabila musim meter, penentuan tinggi guludan didasarkan dari
kemarau air sungai surut maka lahan menjadi kering. keterangan masyarakat tani dan aparat desa
Tanah yang terbentuk dari bahan endapan sungai bahwa rata-rata genangan air antara 0,50 - 0,60
yang tidak mengandung sulfidik dan kebanyakan meter kemudian untuk lebih amannya agar air
termasuk jenis tanah aluvial. tidak naik melalui guludan, kemudian guludan
Macam dan tingkat kendala suatu lahan dapat dibangun setinggi 1 meter sehingga apabila
diperkirakan bila tanahnya diketahui. Nama tanah pada musim penghujan dan air tidak naik
memberi penjelasan sekurang-kurangnya macam melebihi guludan sehingga sawah tetap aman.
kendala yamg akan dihadapi, serta sifat dan Sistem pengelolaan air mikro berfungsi
kelakuannya terhadap penerapannya suatu untuk : (a) mencukupi kebutuhan
teknologi. Oleh karena itu, nama tanah juga memberi evapotranspirasi tanaman dan dengan demikian
petunjuk bagaimana lahan sebaiknya dimanfaatkan. cukup air untuk penerapan hara optimum, (b).
Daerah lebak tidak terus menerus digenangi mencegah pertumbuhan gulma, khususnya
dengan air, penggenangan air tergantung dari dalam budidaya sawah, (c) mencegah keadaan
topografi lahan, pola hujan, dan tingginya air air dan tanah toksik bagi tanaman melalui
setempat. Bagian lahan yang lebih tinggi mempunyai penggelontoran dan pencucian, (d) mengatur
jangka waktu genangan air yang lebih singkat, tinggi air di sawah dan tinggi air tanah sehingga
sedangkan dataran yang lebih dalam mempunyai lapisan pirit selalu dalam keadaan anaerob
jangka waktu genangan air yang lebih lama. sehingga tidak oksidasi, dan (e) menjaga
IPG Wijaya Adhi 1986, membedakan lahan rawa kualitas air di lahan dan di saluran, IPG Widjaja
lebak menjadi 4 tipe antara lain: Adhi dkk. 1995.
Tipe A.: lahan yang selalu terluapi air pasang, baik Saluran mikro di lokasi penelitian telah
pasang besar (spring tide) maupun pasang disederhanakan, yaitu pada pintu masuk dan
kecil (neap tide). keluar air di persawahan tidak dibuat pintu
Tipe B: lahan yang hanya terluapi pasang besar secara permanen, tetapi diganti dengan paralon,
Tipe C: lahan yang tidak pernah terluapi walaupun untuk pintu masuk 2 paralon dan untuk keluar 2
pasang besar. Air pasang mempengaruhi paralon yang masing-masing parolon
secara tak langsung; air tanah dekat berdiameter 8 inch untuk menghindari genangan
permukaan tanah, < 50 cm. dan pembuangan air, ujung paralon ditutup
Tipe D: lahan yang tidak pernah terluapi air pasang dengan paralon tegak yang tingginya melebihi
dan air tanah lebih dalam dari 50 cm dari dari tinggi guludan sehingga genangan air dari
permukaan tanah. luar tidak dapat masuk dan tanaman di dalam
sawah terselamatkan dan untuk membuang air
3.3. Pengelolaan Air dari dalam sawah dengan cara merendahkan
paralon sejajar dengan sawah atau disesuaikan
Pengelolaan air dapat diartikan dengan dengan kebutuhan air didalam sawah. Dengan
memanfaatkan penggunaan air secara tepat untuk cara seperti ini sawah akan dapat dimanfaatkan
meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas 3 kali tanam dalam 1 tahun atau indeks
lahan. Pengelolaan air di lahan rawa lebak petanaman menjadi 300 %.
mempunyai arti penting karena apabila ada
kelebihan air di sawah maka dapat segera dibuang 3.4. Hasil Analisis Tanah
dan apabila kekurangan air di dalam sawah maka
akan segera ditambah, dengan cara ini tanaman Lahan rawa lebak sering digenangi air sehingga
akan terjaga dari kebutuhan air baik di musim terbentuk dari endapan sungai dan tanaman
penghujan maupun kemarau. atau rumputan yang proses pelapukannya
Sistem surjan dapat dikembangkan pada lahan belum sempurna pada kondisi yang demikian
tipe B dan C. Pada tipe B tabukan harus sempit dan lahan belum siap untuk ditanami karena proses
jarang, sedangkan lahan tipe C tabukan harus lebar. dekomposi belum sempurna dan tanah
Sistem surjan yang diterapkan di lokasi adalah mempunyai pH rendah.
merupakan salah satu teknik pengelolaan air di rawa Menurut Sonson Garsoni 1999, ada 13 unsur
lebak. Pada sistem surjan, bagian yang rendah hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman

___________________________________________________________________________________
66 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 1 April 2009 Hlm. 64-69
untuk layak berproduksi. Semua unsur hara tersebut  N-total, kandungan unsur N sebesar 0,33%,
dapat dibagi menjadi: tiga hara unsur makro primer, termasuk kategori sedang.
yakni Nitrogen, Kalium, dan Pospor; tiga hara makro  P (Phospor) tersedia (ppm), kandungan
sekunder, yakni Magnesium, calsium, dan Sulfur; unsur P sebesar 28,2 ppm termasuk
sisanya adalah tujuh hara unsur mikro yang meliputi kategori tinggi.
Fe, Cu, Mn, Cl, Zn, B, dan Mo.  K (Kalium), kandungan unsur hara K
Hasil analisis tanah yang dilakukan di sebesar 1,88 me/100 g, temasuk dalam
Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, kategori sangat tinggi.
Institut Pertanian Bogor (IPB) yang hasilnya adalah  Ca (kalsium), kandungan unsur hara Ca
sebagai berikut: sebesar 7,84 me/100 g termasuk dalam
kategori sangat sedang.
Tabel 1. Hasil analisis tanah di Desa Tanjung Seteko  Mg (Magnesium), kandungan unsur hara
Kecamatan SP. Padang, Juli 2003 sebesar 2,80 me/100 g, termasuk kategori
No Unsur tinggi.
1. pH-H2O 4,29
2. N (%) 0,33 Kandungan unsur makro antara sedang
P (ppm) 28,2 sampai dengan tinggi, namun demikian untuk
K (me/100g) 1,88 mengoptimalkan unsur-unsur tersebut dapat
3. Mg (me/100g) 2,80 diserap oleh akar tanam dengan optimum maka
Ca (me/100g) 7,84 langkah yang harus dilakukan adalah dengan
4. Fe (me/100g) 18,60 meningkatkan pH dan memberikan mikro
Cu (me/100g) 1,28 organisme tanah seperti azoto bacter, bakteri
Mn (me/100g) 31,32 fotosintetik, serta bakteri pengambil asam
Zn (me/100g) 17,36 laktat, Lactobacillus, Actinomycetes, ragi
5 Tekstur:
- Pasir 1,30
dan jamur mikoriza agar unsur hara menjadi
- Debu 32,21 tersedia bagi tanam dan mempercepat
- Liat 66,49 dekomposi.
Sumber : Lab. Jurusan Tanah-IPB, Juli 2003
3.4.3. Unsur Mikro
3.4.1. Derajat Keasaman Tanah atau pH Tanah  Fe (Fero/i), kandungan unsur hara sebesar
18,60 ppm.
Hasil analisis pH-H2O (derajat keasaman tanah)  Cu (Cupro), kandungan unsur hara sebesar
menunjukkan 4,29,tergolong pH rendah. pH tanah 1,28 ppm.
yang rendah akan mempengaruhi unsur mikro antara  Zn (Zincum/seng), kandungan unsur hara
lain; Fe, Mn, dan Al akan terus meninggi, bila ini sebesar 17,36 ppm.
terjadi berakibat buruk dan dapat meracuni tanaman.  Mn (Mangan), kandungan unsur hara pada
Cara yang dilakukan adalah dengan memberi kapur lapisan atas sebesar 31,32 ppm.
jenis dolomit {CaMg(C O3)2} sebanyak antara 2 – 4
ton. Penambahan dolomit dimaksudkan untuk Besar kecilnya kandungan unsur mikro
manaikan pH tanah antara 1 - 2, sehingga tanah sangat erat hubungannya dengan pH tanah,
dapat mencapai pH 5,29 – 6,29 dan ini akan ideal semakin rendah pH tanah kandungan unsur
untuk perkembangan tanaman padi dan palawija. mikro semakin tinggi, dengan tingginya unsur Fe
Bahan-bahan amelioran yang ideal adalah dapat berakibat fatal bagi tanaman karena
mempunyai sifat-sifat kejenuhan basa tinggi, dapat unsur mikro seperti P. K, Ca, S, dan MG tidak
meningkatkan pH tanah, serta memiliki kandungan dapat beredar dalam tanah, pada kondisi yang
unsur hara yang lengkap, sehingga juga berfungsi demikian tanaman tidak mampu untuk
sebagai dan mempunyai kemampuan memperbaiki mendapatkannya, solusi yang diberikan adalah
struktur tanah rawa, Widodo 2000. memberi kapur seperti tersebut di atas, maka pH
tanah akan naik dan unsur tersebut akan dapat
3.4.2. Unsur Hara Makro mudah di serap oleh akar tanaman.
Unsur Makro Primer dan Sekunder, dan Mikro, baik 3.4.4. Tekstur Tanah
unsur hara makro primer dan sekunder (lihat tabel 1)
maupun unsur hara mikro adalah sebagai berikut Kandungannya tekstur tanah yang terdiri dari
Unsur Makro pasir, debu, dan liat, dari campuran lapisan atas
dan bawah adalah sebagai berikut: pasir

___________________________________________________________________________________
Peningkatan Produksi Padi Di...............(Sudaryanto Djamhari) 67
sebesar 1,30 %, debu sebesar 32,21 %, dan liat Dilihat dari letak lahan dan lamanya genangan
sebesar 66,49 % dengan komposisi seperti ini tanah yang terjadi pada waktu musim hujan ± 3 bulan,
sangat lembut relatif sulit untuk menyerap air dan maka lahan rawa lebak di Desa SP. Padang
pada musim kemarau tanah akan retak-retak.untuk dapat dikatagorikan sebagai lebak dangkal atau
mengatasi kondisi seperti ini, hal dilakukan adalah pematang. Dengan dibuatnya sawah sistem
membuat drainase yang baik sehingga pada waktu surjan maka pengelolaan lahan rawa lebak
kelebihan air maka air akan cepat mengalir dan tidak mempunyai beberapa keuntungan antara lain
menggenangi tanaman dalam waktu yang relatife pada lahan sawah intensites tanam dapat
lama. Sedangkan untuk mengatasi fisik tanah ditingkatkan menjadi 3 kali tanam dalam 1
dilakukan dengan menambah pupuk organik tahun, stabilitas produksi lebih mantap, dan
sebanyak 2 ton dan disiram dengan EM4. Bahan diversifikasi tanaman, misalnya padi, jagung,
organic dimaksudkan untuk merubah tekstur tanah kacang tanah, kedele, kacang hijau, tanaman
agar lebih gembur dan menambah unsur hara tanah. buah (mangga dan jeruk) pada lahan tabukan
Sedangkan menurut Winarti Kusumoharjo yang akan lebih banyak dilakukan. Untuk itu, maka
disampaikan oleh Widodo 2000, EM singkatan dari pergiliran tanam di Desa SP. Padang dianjurkan
efective micro-organism adalah suatu kultur seperti pada tabel 3.
campuran mikro organisme jasad renik pembongkar Hidrologi lahan rawa lebak cocok untuk
atau pengurangi. Organisme ini antara lain berupa tanaman padi, oleh sebab itu padi merupakan
bakteri pembusuk sebagai penyubur tanah, terdiri salah satu komponen utama dalam sistem
dari jenis azoto bacter, bakteri fotosintetik, ragi dan usahatani masyarakat lahan rawa lebak.
jamur mikoriza, serta bakteri pengambil asam laktat. Berdasarkan hasil penelitian dengan
Menurut Prof. Suhardi yang dikutip olah Haryanto menggunakan varietas unggul, padi di lahan
1999 bahwa bakteri rizobium dan mikoriza adalah lebak dapat mencapai 5,0 – 7,0 ton gabah
bakteri yang berperan dalam pemanfaatan hara kering panen per hektar, sehingga prospeknya
fospat dan unsur nitrogen udara. sangat baik dalam meningkatkan produksi serta
pendapatan petani melalui pengembangan
3.4.5. Pengelolaan Lahan sistem usahatani terpadu, Waluyo dan Supartha
1994.

Tabel 2. Pola tanam pada sawah sistem surjan, rawa lebak dangkal
Bulan
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb
Lahan sawah : Padi Palawija Padi
Lahan tabukan : Palawija Palawija Padi gogo

3.4.6. Meningkatkan Ketrampilan Petani upaya perlu dilakukan untuk meyakinkan


petani agar mau menerima dan menerapkan
Dalam usaha untuk menerapkan teknologi baru teknik budidaya di lahan rawa lebak.
disuatu daerah tidaklah mudah akan segera diterima Kebun contoh berfungsi sebagai sarana
oleh masyarakat setempat. Menurut Didit penyuluhan dan demonstrasi budidaya,
Herdikiagung 1992, bahwa di dalam penerapannya, kemudian dilakukan pembinaan agribisnis
teknologi akan berhadapan dengan faktor budaya, dengan memberikan bantuan teknik dan
perilaku, dan nilai-nilai dimasyarakat. Disamping itu sarana produksi berupa bibit dan sarana
tidak akan lepas dari latar belakang sosiokultur, produksi lainnya yang besarnya disesuaikan
tingkat pendidikan dan resistensi terhadap dengan kepemilikan lahan petani, rencana
perubahan yang berlainan akan menimbulkan komiditas yang akan ditanam adalah tanaman
persepsi yang berlainan pula terhadap penerapan pangan dan palawija (padi, jagung, dan
teknologi dimasyarakat. Reaksi yang timbul dapat kacang tanah).Tahap berikutnya adalah
berupa penerimaan atau penolakan terhadap mengajak petani yang berminat untuk turut
teknologi, disamping itu dampak ekologi yang serta dalam pertanian di lahan rawa lebak.
ditimbulkannya. Petani yang menjadi anggota kelompok tani
Secara tradisional petani sangat sulit menerima dan akan mendapatkan bantuan pinjaman
introduksi berbagai hal baru, demikian juga dalam sarana produksi yang berupa ; pompa, bibit,
mengintroduksi komoditas usahatani baru. Berbagai pestisida, dan pupuk. Sedangkan komponen

___________________________________________________________________________________
68 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 1 April 2009 Hlm. 64-69
produksi lain seperti lahan dan tenaga kerja
disediakan oleh petani. Disamping itu institusi terkait Anonim. 2003. Mengenal Lahan Rawa
seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian Lahan Pasang Surut, Barito
(BPPT) memberikan bimbingan yang terkait dengan Kuala – Kalimantan Selatan
penggunaan teknologi, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Daerah OKI memberikan penyuluhan Barsoni, S., 1999. Mencari Penyubur Terbaik
tentang pertanian, dan instansi terkait lainnya dalam Majalah FOKUS Edisi 142, 1999
berperan sesuai fungsinya.
Daulay, Aminuddin, 2003. Penumbuhan
4. KESIMPULAN Kantong Penyangga Padi Di Lahan Rawa
Lebak Tahun 2003” Februari 2003, Deptan.
Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut: Herdikiagung, Dadit, 1992. Persepsi
a). Petani di Ogan komering Ilir dalam Masyarakat Terhadap Penerapan
mengusahakan lahan rawa lebak masih Teknologi Laporan Khusus, Staf
menunggu surutnya air pasang dengan cara ini Perencanaan Umum, Menteri Negara riset
lahan hanya dapat diusahakan 1 kali tanam dan Teknologi, Jakarta.
dalam 1 tahun sehingga produksi yang dihasilkan
per tahunnya sedikit. Haryanto, 1999. Angin Segar Bagi Pertanian
b). Melalui penerapan teknologi pengelolaan air dan Organik” Majalah Semai Bulan Februari
perbaikan budidaya maka lahan rawa lebak 1999.
dapat diusahakan 3 kali tanam dalam 1 tahun (IP
300%) dengan pola pertanaman (cropping Manan, Hilman, 2008. di dalam Lahan
pattern), sebagai berikut padi – padi – palawija Pertanian Belum Menjadi Prioritas, Harian
dan produktivitas dapat ditingkat sampai 7,00 ton Kompas, 4 Maret 2008.
gabah kering panen (GKP).
c). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa pH Waluyo, 1995. Teknologi Pola Tanam dan
tanah rendah, yaitu sebesar 4,29 sehingga perlu Kendala Pengembangan Pada Lahan
penambahan amelioran jenis kapur dolomit Rawa Lebak Makalah disajikan pada materi
sebanyak 2 - 4 ton untuk meningkatkan pH 1 – 2 latihan PPL di BPP Cilikah, Agustus 1995,
agar tanaman padi dan palwija dapat tumbuh BPPTP Kayu Agung, OKI.
secara optimal. Diketahui unsur hara makro
dalam katagori sedang sampai dengan tinggi, Widarjanto dan Ariani. E, 2004. Pengelolaan
untuk menjadikan unsur hara tanah dalam dan Pemanfaatan Lahan Rawa Untuk
kondisi tersedia maka diperlukan penambahan Pembangunan Transmigrasi. Dirjen PSKT.
mikro organisme yang gunanya membantu Departemen Tenaga Kerja dan
dekomposi tanah dan ketersediaan unsur hara Transmigrasi.
bagi tanaman.
c). Penerapan teknologi baru petani belum dapat Widodo. 2000. Pupuk yang Akrab Lingkungan,
langsumg menerima, untuk mengatasi dilakukan dalam Majalah Komoditas Edisi Khusus,
pembinaan dan bimbingan dengan Tahun II, 3 – 26 Januari 2000.
mengikutsertakan petani binaan secara langsung
mengerjakan dilahannya masing-masing. Widjaya-Adhi IP.G 1986. Pengelolaan Lahan
d). Lahan rawa lebak yang marginal dapat Rawa Pasang Surut dan Lebak, Pusat
ditingkatkan melalui penerapkan teknologi yang Penelitian Tanah, Bogor.
tepat. Dengan demikian Kabupaten OKI yang
mempunyai lahan rawa lebak seluas 164.034 Widjaja-Adhi IP.G dkk., 1995. Status Prioritas
hektar berpotensi untuk dikembangkan menjadi Penelitian Pengelolaan dan
lahan pertanian yang perpengairan untuk Pengembangan Lahan Rawa di Indonesia
tanaman pangan sebagai pengganti lahan di dalam Prosiding Pertemuan Teknis
pertanian di Pulau Jawa yang telah beralih Penelitian Tanah dan Agroklimat, 10 – 12
fungsi. Januari 1995, Cisarua, Bogor. Departemen
Pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. 40 Tahun Balittra Balai .Penelitian
Tanaman Pangan Lahan Rawa, Badan Peneltian
dan Pengembangan Pertanian, Deptan.

___________________________________________________________________________________
Peningkatan Produksi Padi Di...............(Sudaryanto Djamhari) 69

Anda mungkin juga menyukai