Anda di halaman 1dari 13

POTENSI LAHAN KERING DI PULAU FLORES

NUSA TENGGARA TIMUR

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lahan kering di NTT mempunyai potensi lebih besar dibandingkan lahan


sawah karena pelunag pengembangan lahan kering sangat terbuka untuk
mengembangkan berbagai komoditi unggulan lahan kering. di NTT sendiri lahan
kering terluas terdapat di pulau flores dengan las 1.193.05 ha. lahan kering di
pulau ini memiliki karakteristik khas yakni fisiografi lahan yang sangat beragam
dari berombak, bergelombang hingga berbukit atau berlereng.

Potensi pengembangan lahan kering cukup besar dibandingkan dengan lahan


sawah karena : (1) sangat dimungkinkan untuk pengembangan berbagai macam
komoditas pertanian untuk keperluan eksport, (2) dimungkinkan untuk
pengembangan pertanian terpadu antara ternak dan tananman,
perkebunan/kehutanan serta tanaman pangan, (3) dimungkinkan dapat membuka
peluang kerja yang lebih besar dengan investasi yang relative lebih kecil
dibandingkan membangun fasilitas irigasi sawah, dan (4) dimungkinkan untuk
pengetasan kemiskinan dan keterbelakangan sebagaianbesar penduduk yang saat
ini menguntungkan hidupnya di lahan kering.

Pertanian di lahan kering juga memiliki masalah seperti sumber air yang
terbatas, kesuburan lahan yang cukup rendah, infrastuktur ekonomi di daerah
lahan kering umumnya tidak sebaik daerah lahan sawah. dan juga penggunanan
teknologi produksi yang terbilang masih sederhana. untuk itu diperlukannya
pengembangan dan pembanganan lahan kering yang baik. Maka dari itu dalam
makalah ini akan dibahas tentang bagaimana pembangunan lahan kering,
potensinya dan karakteristiknya di NTT terkhususnya di Pulau Flores ( Larantuka,
Sikka, Ende, Bajawa, Nagekeo, dan Manggarai).
B. rumusan masalah

1. Bagaimana karakteristik Lahan kering di Pulau Flores?

2. Apa saja potensi dari lahan kering di Pulau Flores?

3. Bagaimana pembangunan lahan kering di Pulau Flores?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui karakteristik Lahan kering di Pulau Flores.

2. Mengetahui potensi dari lahan kering di Pulau Flores.

3. Mengetahui pembangunan lahan kering di Pulau Flores.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Lahan Kering Pulau Flores


Definisi yang diberikan oleh soil Survey Staffs (1998) dalam Haryati (2002),
lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi
air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini dapat
dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl).
Dari pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam
kelompok lahan kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, lading, kebun
campuran, perkebunan, hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang.
Pulau Flores sendiri memiliki lahan kering terluas di provinsi NTT dengan
karkateristik yang beragam. berikut adalah beberapa karakteristik lahan kering di
beberapa wilayah di pulau Flores :
1.1 Ciri/Karakteristik Lahan kering di Flores Timur
Kabupaten Flores Timur merupakan sebuah Kabupaten Kepulauan dengan
Luas wilayah seluruhnya 5.983,38 km², terdiri dari luas daratan 1.812,85 km²
(31 persen luas wilayah) yang tersebar pada 3 pulau besar dan 19 pulau kecil
sedangkan luas lautan 4.170,53 km² (69 persen luas wilayah). Wilayah darat
merupakan daerah potensial untuk pengembangan pertanian baik lahan kering
maupun lahan basah dan peternakan. Pada daerah-daerah sekitar 4 gunung api
sangat cocok untuk Pengembangan pertanian hortikultura dan perkebunan,
karena umumnya daerah-daerah dengan ketinggian beragam tersebut
mempunyai iklim (suhu) yang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Secara
keseluruhan kawasan pertanian di kabupaten Flores Timur seluas 17.641,34
Ha dengan rincian pertanian sawah seluas 128,43 Ha, tegal seluas 3.624,17
Ha dan perkebunan seluas 13.888,74 Ha. Selain itu wilayah darat Kabupaten
Flores Timur masih sangat potensial untuk pengembangan ternak kecil dan
unggas. Dari segi hidrologi, Kabupaten Flores Timur memiliki 79 mata air
yang tersebar di seluruh kecamatan dengan debit antara 0,5–20 liter perdetik.
1.2 Ciri/Karakteristik Lahan Kering di Sikka

Kabupaten Sikka, Nusa tenggara Timur yang terletak di Pulau Flores


adalah salah satu daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1000 – 1900
mm/tahun dengan bulan kering berturut-turut sekitar 6 – 9 bulan. Pada
kondisi iklim yang demikian ini diharapkan dapat ditemukan aksesi kelapa
unggul potensial yang dapat dijadikan materi untuk pengembangan kelapa di
lahan kering iklim kering.
Berdasarkan hal tersebut maka sejak tahun 2002 telah dilakukan
identifikasi plasma nutfah kelapa di Kabupaten Sikka bekerja sama dengan
Dinas Perkebunan NTT. Salah satu desa penghasil kelapa yang memiliki
potensi hasil tinggi adalah Desa Bloro Kecamatan Nita. (saat ini desa tersebut
telah dimekarkan menjadi desa Bloro danNucitada).
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan aksesi kelapa Dalam potensial
yang sesuai untuk dikembangkan pada lahan kering iklim kering.
1.3 Ciri/Karakteristik Lahan Kering di Nagekeo

Pembangunan pertanian yang dikembangkan difokuskan untuk


memenuhi ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat Nagekeo,
baik makanan pokok maupunpelengkap. Kondisi iklim yang kering dan
topografi berbukit membuat pengembangan pertanian di Nagekeo
khususnya dan Flores-Lembata umumnya mengalami hambatan yang
berdampak pada perekonomian yang kurang menggembirakan. Namun
pengembangan pertanian di Kabupaten Nagekeo masih didukung oleh
sumberdaya masyarakat yang rata- rata memiliki ketersediaan lahan
yang cukup luas minimal 0,5 hektare terutama lahanp ersawahan, serta
kemauan yang keras untuk maju. Di samping itu berbagai jenis tanaman
pangan, hortikultura maupun tanaman industri lokal yang sudah
beradaptasi dengan iklim lokal juga cukup banyak.
Dari aspek curah hujan, Kabupaten Manggarai dan Ende merupakan
daerah yang relative basah disbandingkan dengan Kabupaten lain di
NusaTenggaraTimur (Boerdkk,2000), sehingga kedua daerah ini
berpotensi sangat besar untuk dikembangkan pertanian tanaman pangan,
hortikultura, tanaman industri, dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian
Boer, Kabupaten Nagekeo merupakan daerah berlahan kering. Luas
areal secara keseluruhan Kabupaten Nagekeo, yakni luas areal pertanian
dan perkebunannya sebesar 35.349,2 ha dan areal persawahannya hanya
+ 4.000 ha atau + 88% berlahan kering. Sesuai dengan kondisi iklim dan
topografinya ,pengembangan pertanian difokuskan pada pertanian lahan
kering.
Lahan kering mempunyai potensi yang lebih besar dibandingkan
lahan sawah karena di samping sebagai penghasil pangan juga produk
pertanian lainnya dalam arti luas seperti perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan perikanan darat. Petani di lahan kering pada umumnya
mempunyai keinginan yaitu menghasilkan panen yang cukup dari lahan
pertaniannyadanmengelolanyadengancaramengematairdanhara.Penghemata
ndilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, tanaman, hewan dan
ternaknya. Penentu keberhasilan pertanian di lahan kering adalah
ketersediaan air yang cukup dan penguapan yang tidak terlalu tinggi.
Faktor-faktor tersebut dikendalikan oleh curah hujan yang cukup, distribusi
hujan yang merata sepanjang tahun dan radiasi serta suhu udara yang tidak
terlalu tinggi.

Di lahan kering beriklim basah curah hujan cukup bahkan dibeberapa


tempat ada yang tinggi dan suhu udara tidak terlalu tinggi, tetapi
distribusi hujan sepanjang tahun tidak merata maka untuk keberhasilan
usaha tani diperlukan strategi baik dengan memperkecil kehilangan air
tanah dan tanaman maupun dengan meningkatkan penyerapan air oleh
tanaman. Di samping faktor air dan suhu udara, kesuburan tanah dan
topografi juga mempengaruhi keberhasilan usaha tani di lahan kering.
Kesuburan tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologis merupakan
komponen dari kesuburan tanah. Lahan berlereng terutama dengan
kemiringan di atas 15% dan vegetasi yang jarang merupakan lahan
keringyang rawan erosi. Ketiadaan pohon-pohon penguat teras atau
penebangan hutan sangat mempercepat terjadinya erosi.
Kabupaten Nagekeo sebagian besar wilayahnya termasuk daerah yang
berlahan kering, maka diperlukan strategi-strategi yang tepat untuk
mengembangkan usaha pertanian. Jadi sebelum pembahasan tentang
kenyataan dan harapan pertanian Nagekeo yang berkelanjutan maka
akan dibahas tentang karakteristik dan masalah pada pertanian pada
umumnya.
B. Masalah dan Potensi Lahan Kering

1.1 Masalah dan Potensi Lahan Kering di Flores Timur

1. Rendahnya Produktivitas Pertanian (dalam arti luas).

Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan bagi Kabupaten Flores Timur


dilihat dari kondisi geografis dan mata pencaharian penduduk. Walaupun
demikian kenyataan lain menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian
terhadap total PDRB cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan karena sektor pertanian belum dikelola secara optimal melalui
pola pertanian modern, baik ekstensifikasi maupun intensifikasi sehingga
mengakibatkan rendahnya produktivitas pertanian.
2. Rendanya Produktivitas Pertanian (dalam arti luas).

Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan bagi Kabupaten Flores Timur


dilihat dari kondisi geografis dan mata pencaharian penduduk. Walaupun
demikian kenyataan lain menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian
terhadap total PDRB cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan karena sektor pertanian belum dikelola secara optimal melalui
pola pertanian modern, baik ekstensifikasi maupun intensifikasi sehingga
mengakibatkan rendahnya produktivitas pertanian.
3. Perubahan Iklim yang Tidak Menentu

Pemanasan global dengan efek rumah kaca telah berpengaruh terhadap


perubahan iklim yang tidak menentu. Hal ini terlihat kuat pada hampir setiap
tahun saat mulai dan berakhirnya musim hujan dan musim kemarau, cuaca
yang tidak menentu. Kondisi demikian berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas dan pendapatan petani dan nelayan. Iklim yang tidak menentu
tersebut juga mempengaruhi kelancaran mobilitas orang, barang dan jasa
melalui laut, baik dalam wilayah Kabupaten Flores Timur, maupun keluar
dan masuk wilayah Kabupaten Flores Timur.
4. Potensi Wilayah Darat Flores Timur

Kabupaten Flores Timur merupakan sebuah Kabupaten Kepulauan dengan


Luas wilayah seluruhnya 5.983,38 km², terdiri dari luas daratan 1.812,85 km²
(31 persen luas wilayah) yang tersebar pada 3 pulau besar dan 19 pulau kecil
sedangkan luas lautan 4.170,53 km² (69 persen luas wilayah). Wilayah darat
merupakan daerah potensial untuk pengembangan pertanian baik lahan kering
maupun lahan basah dan peternakan. Pada daerah-daerah sekitar 4 gunung api
sangat cocok untuk Pengembangan pertanian hortikultura dan perkebunan,
karena umumnya daerah-daerah dengan ketinggian beragam tersebut
mempunyai iklim (suhu) yang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Secara
keseluruhan kawasan pertanian di kabupaten Flores Timur seluas 17.641,34
Ha dengan rincian pertanian sawah seluas 128,43 Ha, tegal seluas 3.624,17
Ha dan perkebunan seluas 13.888,74 Ha. Selain itu wilayah darat Kabupaten
Flores Timur masih sangat potensial untuk pengembangan ternak kecil dan
unggas. Dari segi hidrologi, Kabupaten Flores Timur memiliki 79 mata air
yang tersebar di seluruh kecamatan dengan debit antara 0,5–20 liter perdetik.

5. Potensi Pariwisata

Panorama alam Flores Timur yang tercermin melalui topografi wilayah


dan sumberdaya alam yang khas, pesisir pantai dan hamparan selat diantara
pulau-pulau besar dan kecil yang indah dan menarik merupakan potensi untuk
pengembangan pariwisata. Selain itu, Flores Timur juga memiliki kekayaan
dan keragaman budaya daerah yang dapat dikembangkan sebagai bagian
integral pembangunan pariwisata Flores Timur. Salah satu even penting yang
dimiliki saat ini adalah Perayaan Pekan Semana Santa setiap tahun, yang
dapat dijadikan sebagai entripoint kegiatan pengembangan pariwisata Flores
Timur. Setiap tahun, Kabupaten Flores Timur dikunjungi banyak wisatawan
baik Domestik maupun mancanegara pada Pekan Semana Santa tersebut
untuk mengikuti Prosesi Jumad Agung. Even ini merupakan kekuatan bagi
Flores Timur untuk mengembangkan obyek-obyek wisata lainnya. Secara
keseluruhan Potensi pariwisata sebanyak 50 obyek terdiri dari 26 potesi
wisata alam dan 24 potensi wisata budaya yang bersentuhan dengan
seremonial adat istiadat dan wisata religius (Samana Santa, Prosesi Jumad
Agung, Benda-benda bersejarah warisan Protugis). Potensi wisata alam yang
memiliki daya tarik adalah danau Waibelen, danau Kotakaya, Pantai
Kawaliwu, Pantai Oa, Pantai Rako dan Pantai Deri. Pantai Rako sangat
potensial untuk dikembangkan kegiatan Selancar.

1.2 Masalah dan Potensi Lahan Kering di Sikka

Masalah: Penyakit paling berbahaya yang sering menyerang pertanaman


kelapa di Indonesia adalah penyakit busuk pucuk (PBP) dan penyakit gugur
buah (PGB) yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora. Hasil
pengamatan selama 4 tahuntidak ditemukan serangan PBP maupun PGB.
Demikian juga pada Tahun 2002 dan 2003 ditemukan beberapa lokasi
pertanaman kelapa di P. Flores terserang hama Aspidiotus destructor, tapi
pertanaman kelapa DSK di Desa Bloro dan Nusi tada tidak terlihat adanya
serangan hama tersebut (Anonim, 2003; Mawikere dan Lolong, 2006)). Hama
penting lainnya seperti Oryctes rhinoceros dan Brontispa sp. yang menyerang
daun, hasil observasi pada daerah-daerah pengembangan kelapa DSK di P.
Flores memperlihatkan indikasi adanya serangan namun tidak meluas dan
masih jauh dibawah ambang ekonomi.
Potensi: Kelapa Dalam Sikka dapat dijadikan materi untuk
pengembangan/peremajaan kelapa di daerah yang memiliki bulan kering
berturut-turut sampai 6 bulan dengan air tanah dangkal. Keunggulan kelapa
Dalam Sikka(DSK) adalah: memiliki potensi produksi tinggi 2.5 ton
kopra/ha/tahun, tumbuh baik pada daerah yang mempunyai bulan kering
sampai 6 bulan dengan curah hujan 1000 – 1900 mm/tahun.

Anda mungkin juga menyukai