Anda di halaman 1dari 2

BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Lahan Kering


Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian
dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari
curah hujan atau menunggu hujan. Lahan ini mempunyai kondisi agro-ekosistem
yang beragam, pada umumnya berlerang dan dengan kondisi yang peka terhadap
erosi. Pertanian lahan kering yang mengandalkan musim hujan karena hanya air
hujan sebagai pasokan kebutuhan air bagi tanaman. Pada umumnya pertanian
lahan kering berada pada ketinggian 500-1500 m diatas permukaan laut. Lahan
kering yang ada sampai saat ini dengan adanya teknologi yang berkembang belum
mampu meningkatkan produktivitas tanah tropika secara optimal. Kerusakan
ekosistem lahan kering humid tropik terlihat dimana-mana karena upaya
pengelolaan yang tidak bijak. Hal ini disebabkan oleh desakan akan kebutuhan
lahan untuk mempertahankan kehidupan dari lapis masyarakat marjinal dan
keinginan yang berlebih dari satu masyarakat kapitalis, telah menimbulkn
penggiringan masyarakat subsistem jauh ke wilayah lahan kering tanah mineral
masam yang rapuh.
Tanah tropika lahan kering sesungguhnya merupakan sumberdaya lahan
yang potensial dan dapat terus dikembangkan untuk wilayah agroekosistem.
Konsepsi pengembangan agroekosistem tanah tropika lahan kering harus
didasarkan pada konsepsi agroekoteknologi. Konsepsi ini bertujuan untuk
menjadikan wilayah dengan produktivitas yang tinggi, tanpa terganggu tingkat
kestabilannya, sehingga tercipta wilayah produktif yang berkelanjutan. Tanah
tropika merupakan tanah yang sudah tua dan rentan. Karakteristik kimia tanah
yang sudah tua membutuhkan masukan energi dan teknologi yang besar sehingga
produktivitasnya tercapai.
Wilaya tropika yang panas dan banyak hujan merupakan potensi yang
mendukung pengembangan agroekosistem pada lahan kering marjinal masam,
tetapi bentang alamnya terletak pada wilayah dengan fisiografi berombak sampai
bergunung merupakan kendala fisik tersendiri yang harus menjadi perhatian
serius. Pengolahan lahan yang tidak baik maka dapat terjadi degradasi lahan.
Lahan kering ini menyediakan produksi cerelia dan peternakan, habitat bagi
spesies tanaman dan hewan serta mikroba.

2.2 Karakteristik Lahan Kering


Variabilitas curah hujan dan distribusinya merupakan ciri utama lahan
kering ini disertai jangka waktu kering yang relatif panjang. Secara umum ada
tiga tipe iklim di lahan kering yaitu mediterania, tropika, dan continental.
Lingkungann lahan kering ini meliputi dingin kering kemudian panas dan kering,
dan akhirnya moderat dan musim hujan. Lahan kering pada umumnya juga
memiliki daya menyerap dan menahan kelembaban relatif rendah dan juga
memiliki kandungan bahan kimia yang dibutuhkan tanaman juga rendah. Nutrisi
tanaman di lahan kering juga rendah, juga kandungan bahan organik tanahnya
rendah. Kondisi ini membuat tingkat kesuburan lahan kering lebih rendah
dibandingkan dengan lahan tadah hujan dan lahan sawah.

2.3 Sistem Usahatani Lahan Kering


Sistem usahatani lahan kering biasanya didefinisikan sebagai usahatani
dikawasan dengan kelembaban tanah kurang memadai dan biasanya dalam bentuk
tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Pertanian lahan kering sangat
bervariasi tergantung pada agro-ekologi dan sosio-ekonomi kawasan pertanian ini.
Termasuk didalamnya sistem peladangan berpindah yang selama ini banyak
dilakukan oleh petani baik tanaman pangan semusim maupun integrasi tanaman
ternak, ataupun padang penggembalaan. Usahatani lahan kering di Indonesia
didominasi oleh padi, ladang, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar, kedelai, dan kacang
tanah. Sistem usahatani lahan kering sangat tergantung dengan curah hujan.
Upaya penyimpanan curah hujan untuk mendukung periode pertumbuhan tanamn
diperlukan, agar resiko dapat diperkecil pada masa pertumbuhan tanaman yang
memerlukan kelembaban tanah.

Anda mungkin juga menyukai