Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

__________________________________________________________________
Nama : REGI SAPUTRA
Nim : 2203010002
Prodi : Agroteknologi
Mata kuliah : Pengelolaan Lahan Suboptimal
Dosen Pengampuh : Dr. Erna Siaga, S.P

Pengantar Praktik Pertanian Berkelanjutan Di Lahan


Judul Suboptimal
Nama Penulis A. Noyara Rahmasary, N. Ihsan Fawzi, I. Zahara

Qurani
Tahun September 2020
Pengertian Lahan Suboptimal Lahan suboptimal dapat diidentifikasikan sebagai lahan
yang menghasilkan hasil panen yang kurang maksimal
(Levitt, 1978). Kata “sub” dalam suboptimal
Mengacu pada lahan yang menghambat pertumbuhan
tanaman karena jumlah air, cahaya atau unsur hara
dibawah angka optimal. Istilah lahan suboptimal mulai
digunakan secara luas untuk menggambarkan karakter
tipikal lahan dengan produktivitas rendah, keuntungan
yang tidak banyak, dan keterbatasan terhadap
penggunaan pertanian. Berbagai istilah yang berbeda
dapat dihubungkan dan digunakan untuk
mengambagambarkan lahan suboptimal tidak subur,
marjinal, rendah potensi, sumber daya yang rendah,
rapuh, rentan, atau terdegradasi. Jenis lahan ini secara
alami sulit untuk diolah menjadi lahan pertanian yang
produktif. Lahan suboptimal memoiliki beberapa
keterbatasan yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
seperti kesalahan dalam mengurus pemanfaatan
sebluelumnya (Lakitan & Gofar, 2013 ); atau dapat
disebabkan oleh penyebab alami seperti (1) kurangnya
ketersediaan air, (2) kondisi tanah asam (pH rendah),
(3) genangan air pasang yang tidak terduga, (4) intrusi
air laut, (5) keracunan pirit, (6) unsur hara tanah yang
buturuk, dan (7) lapisan tipis tanah (tanah berbatu).
Jenis-jenis Lahan Suboptimal Berdasarkan sifat dominannya, lahan suboptimal di
bagi menjdadi dua jenis yaitu lahan kering dan lahan
basah. Prinsipnya, jika lahan terlalu kering atau terlalu
basah apalagi kondisi tergenang air, akan menghambat
pertumbuhan tanaman. Terdapat lima jenis lahan
suboptimal di Indonesia, yaitu (1) lahan kering asam,
(2) lahan kering beriklim kering, (3) lahan pasang surut,
(4) rawa lebak, dan (5) lahan gambut ( Mulyani &
Sarwani,2013 ). Penentuan jenis lahan suboptimal dapat
berdasarkan jenis tanah, curah hujan, dan bentuk lahan.
lahan kering, baik yang asam maupun yang beriklim
kering, tidak pernah tergenang air tawar atau malah
kekurangan air. Kadar air yang rendah di lahan kering
disebabkan oleh curah hujan yang rendah dan
penhuguapan yang tinggi. Di Indonesia, daerah dengan
curah hujan dibawah 2.000mm pertahun dan tidak
pernah tergenang air tawar atau air laut dikatagorikan
menjadi kelahan kering. Terkadang dalam kondisi
ekstrim dimana curah hujan menjadi langkah, lahan
kering dapat berubah menjadi gurun, semak belukar,
padanPadang rumput, sabana, atau tanah berhutan .
Lahan pasang surut, merupakan rawa yang dipengaruhi
oleh naik atau turunnya permukaan air laut disepanjang
garis pantai. Lahan air dapat ditandai dengan lahan
dengan genangan air sepanjang tahun. beberapa daerah
rawa mengandung air asin, sebagai lain payau (agak
asin), dan sisanya air tawar.
Rawa lebak terbentuk dari curah hujan yang
terperangkap di rongga-rongga daratan. Berdasarkan
kedalaman lahan, terdapat tiga jenis rawa lebak sesuai
kedalaman genangan air; (1) rawa dangkal (50cm-
100cm), (2) rawa sedang (100cm-200cm), (3) rawa
dalam (200cm-300cm). Diantara jenis-jenis
tersebut,rawa dangkal memiliki pontetensi paling tinggi
untuk menjadi pertanian porduktroduktif.
Strategi Praktik Pertanian Di Tantangan dalam mengelola lahan suboptimal
Lahan Suboptimal dimulai dari keunikan lahan itu sendiri. Seperti suatu
lanskap pada umumnya, lahan suboptimal
menyediakan jasa lingkungan penting dan
mendukung masyarakat disekitarnya karena
penduduk setempat telah memperoleh manfaat dari
tanah berupa kayu untuk membangun rumah,
makanan, dan tanaman obat untuk dimanfaatkan, dan
akses ke air bersih (Hergoulc’h et al., 2018).
Secara umum persiapan penggunaan lahan
suboptimal untuk pertanian ditentukan oleh tiga
faktor berikut:
1. Pengelolaan lahan untuk menangani kondisi
tanah asam, hara yang buruk, lapisan tanah
tipis dan keracunan pirit.
2. Pengelolaan air, aspek ini sangat penting baik
di lahan kering maupun lahan basah. Pada
lahan kering bertujuan untuk menyediakan
air untuk irigasi, sedangkan pada lahan basah
berfungsi untuk mengatur air,
3. Seleksi kultivar, agar tanaman dapat
beradaptasi meski dalam kondisi kurang
optimal
Bagan di atas menunjukkan bahwa penerapan
pengukuran teknis seperti amelioran, pupuk dan
pengelolaan air yang tepat dapat membawa
perubahan signifikan dalam hasil produksi lahan
suboptimal. Amelioran biasa digunakan untuk
meningkatkan pH tanah, untuk meningkatkan pH
tanah, amelioran biasanya digunakan. Kapur
(misalnya kalsit, dolomit,dan kalsium oksida) , abu,
garam, sekam padi, abu serbuk gergaji, biomassa
gulma dapat digunakan untuk menaikkan pH dan
memungkinkan pemanfaatan lahan untuk produksi
pertanian (Hendronursito dkk, 2019). Selain itu,
pemberian pupuk sangat penting untuk mendapatkan
hasil produksi yang optimal, unsur hara tanah perlu
dikeloladikelola dengan cara pengendalian
pemberian pupuk organik dan kimia untuk
meningkatkan produktivitas (Sulaeman et al, 2017).
Pertanian lahan kering sebagai besar merupakan
pertanian tadah hujan, yang bergantung pada curah
hujan. karenanya tanaman ini hanya produktif pada
musim hujan atau masa taman setahun sekali.
Pengermbambangan sistem irigasi akan
meningkatkan hasil karen akan memungkinkan
penanaman sepanjang tahun. Di daerah tanpa sistem
irigasi, tanaman mengandalkan budidaya yang
beradaptasi dengan ketersediaan air yang rendah.
Tantangan dilahan kering terletak pada pengelolaan
persediaan air untuk tanaman, sedangkan lahan basah
yaitu bagaimana mengatur kelebihan air pada tanah
serta menjaga kelembabannya. Lahan basah,
mengatur tata air sama pentingnya dengan mengelola
lahan. Jumlah permiukaan air yang tepat didalam
tanah menentukan kemampuan tanah untuk bekerja
dengan baik. Sistem penhelogelolaan air yang diatur
dengan baik diperlukan untuk mengontrol kuantitas
dan kualitas air di seluruh tahapan produksi pertanian
tanpa merusak ekosistem.
Dilajhan kering, cara bercocok tanam yang efektif
adalah dengan menggunakan tanaman tahan
kekeringan dan yang dapat menjaga kelembaban
tanah. Adaptasi kultivar pada kondisi suboptimal
akan memberikan tingkat produktivitas yang cukup
tinggi.
Prospek Pertanian Di Lahan Meningkatkan produktivitas pertanian dilahan
Suboptimal dubosuboptimal dapat berkontribusi pada perbaikan
kondisi ketahanan pangan. Alih-alih hanya
mengandalkan intenfikasi lahan, pemanfaatan lahan
telantar atau terdigeraegradasi secara berkelanjutan
dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengamankan
pasokan pangan. Hasil panen yang di hasilkan pada
lahan yang tadinya kurang optimal akan meningkatkan
ketersediaan dan aksesibilitas pangan, teeutrutama
untuk daerah sekitarnya.
Untuk mengetahui krakteristik lahan suboptimal yang
bervariasi, ada tiga aspek yang tidak dapat dipisahkan
yang harus dikerjakan secara bersamaan. Pertama,kea
keadaan tanah yang perlu ditingkatkan dalam segala
aspek baik fisik, kimiawi, maupun (mikro) biologis.
kedua, sumber daya air yang harus diatur dengan
menetarapkan pengelolaan air baik dilahan kering
maupun dilahan basah. Dan terakhir adalah perluasan
budidaya tanaman pertanian adaptif yang diperlukan
untuk mengasihasilkan panen yang optimal.
Kesimpulan Lahan suboptimal dapat diidentifikasikan sebagai
lahan yang menghasilkan hasil panen yang kurang
maksimal (Levitt, 1978). Mengacu pada lahan yang
menghambat pertumbuhan tanaman karena jumlah
air, cahaya atau unsur hara dibawah angka optimal.
Jenis-jenis lahan suboptimal, Berdasarkan sifat
dominannya, lahan suboptimal di bagi menjdadi dua
jenis yaitu lahan kering dan lahan basah. Prinsipnya,
jika lahan terlalu kering atau terlalu basah apalagi
kondisi tergenang udara, akan menghambat
pertumbuhan tanaman. Lahan kering, baik yang asam
maupun yang beriklim kering, tidak pernah tergenang
air tawar atau malah kekurangan udara. Kadar udara
yang rendah di lahan kering disebabkan oleh curah
hujan yang rendah dan penhuguapan yang tinggi.
Lahan pasang surut, merupakan rawa yang
dipengaruhi oleh naik atau turunnya permukaan air
laut di sepanjang garis pantai. Rawa lebak terbentuk
dari curah hujan yang terperangkap di rongga-rongga
daratan. Berdasarkan kedalaman lahan, terdapat tiga
jenis rawa lebak sesuai kedalaman udara; (1) rawa
dangkal (50cm-100cm), (2) rawa sedang (100cm-
200cm), (3) rawa dalam (200cm-300cm).
Tantangan dalam mengelola lahan suboptimal
dimulai dari keunikan lahan itu sendiri. Pengelolaan
lahan untuk menangani kondisi tanah asam, hara
yang buruk, lapisan tanah tipis dan keracunan pirit.
Pengelolaan udara, aspek ini sangat penting baik di
lahan kering maupun lahan basah. Bagan di atas
menunjukkan bahwa penerapan pengukuran teknis
seperti amelioran, pupuk dan pengelolaan udara yang
tepat dapat membawa perubahan signifikan dalam
hasil produksi lahan suboptimal. Amelioran biasa
digunakan untuk meningkatkan pH tanah, untuk
meningkatkan pH tanah, amelioran biasanya
digunakan. Pertanian lahan kering sebagai besar
merupakan pertanian tadah hujan, yang bergantung
pada curah hujan. Tantangan dilahan kering terletak
pada pengelolaan persediaan udara untuk tanaman,
sedangkan lahan basah yaitu bagaimana mengatur
kelebihan udara pada tanah serta menjaga
kelembabannya. Jumlah permukaan udara yang tepat
di dalam tanah menentukan kemampuan tanah untuk
bekerja dengan baik. Dilahan kering, cara cocok
tanam yang efektif adalah dengan menggunakan
tanaman tahan kekeringan dan yang dapat menjaga
kelembaban tanah. Adaptasi budidaya pada kondisi
suboptimal akan memberikan tingkat produktivitas
yang cukup tinggi.

Anda mungkin juga menyukai