Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN LAHAN KERING

UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PERTANIAN

Kelompok 2

Devi Natalia Tlonaen (2110020115)


Dominike Sole Sanwig (2110020117)
Naur
Febi Tamu Rambu Duka (2110020121)
Gherwin Juang Putra (2110020123)
Nony Christine Toamnanu (2110020137)
Rossanly Loniwati Fankari (2110020144)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG
2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara agraris, dimana sumber agraria terutama tanah merupakanaset
yang paling berharga. Selain memiliki fungsi penting bagi kemakmuran dan
kesejahteraanrakyat; juga memiliki fungsi pokok dalam kehidupan, baik sebagai tempat
tinggal maupunsebagai faktor produksi yang utama. Itu artinya, kebutuhan akan tanah bukan
semata-matakebutuhan masyarakat petani (produsen pangan), melainkan juga kebutuhan
masyarakat bukanpetani (konsumen) secara keseluruhan. Masalah agraria merupakan
masalah fundamental, karena baik kehidupan rakyatnya maupun penerimaan
masyarakat/negara bersumber dari produk-produk sumber agraria khususnya di Negara
Indonesia.

Menurut Endriatmo Soetarto (dalam Achdian, 2009: iv) tanah tak lain menghadapkankita
pada mempersoalkan substansi hidup, tanah adalah awal mula terciptanya
kebutuhanakanpangan (penghulu dari seluruh sumber hajat hidup), terutama sekali di negeri
agraris. Tanahadalah langkah mula untuk keberlanjutan kehidupan manusia, dengan adanya
tanah berarti satulangkah untuk bertahan hidup lebih lanjut telah tercapai. Sebagai penghulu
dari seluruhsumberhajat hidup tanah sudah menjadi kebutuhan dasar manusia dan menjadi
hak dasar setiaporang

Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting
dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat
tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan,
pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan
manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan
tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk
perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan
untuk perladangan atau pertanian tanah kering.

1.2. Rumusan Masalah

1. Sejauhmana pemanfaatan lahan kering untuk usaha pertanian di NTT?


2. Bagaimana hambatan dalam pemanfaatan lahan kering untuk usaha pertanian di
NTT?
3. Bagaimana Solusi menghadapi hambatan dalam pemanfaatan lahan kering untuk
usaha pertanian di NTT?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemanfaatan Lahan Kering untuk Usaha Pertanian Di NTT

Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai perananpenting
dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusiauntuktempat
tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan,
pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah
dalamkehidupanmanusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan
penggunaantanahyang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan
untuk perkebunantebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang
digunakan untuk perladanganatau pertanian tanah kering.

Penurunan produksi bahan pangan nasional yang dirasakan saat ini lebih disebabkanoleh
semakin sempitnya luas tanah pertanian yang produktif (terutama di pulau Jawa) sebagai
akibat alih fungsi seperti konversi tanah sawah, ditambah isu global tentang
meningkatnyadegradasi tanah (di negara berkembang). Salah satu alternatif pilihan yang
diharapkandapatmeningkatkan potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi kebutuhan
panganadalahpendayagunaan tanah kering. Selain karena memang tersedia cukup luas,
sebagian dari tanahkering belum diusahakan secara optimal sehingga memungkinkan peluang
dalampengembangannya

Wilayah Nusa Tenggara mempunyai lahan kering beriklim kering seluas 4,9 juta ha
dengan curah hujan <2.000 mm/tahun dan bulan kering 5-10 bulan, bersolum tanah
dangkal dan berbatu. Sebagian lahan tersebut sudah dimanfaatkan menjadi lahan
pertanian terutama jagung, akibatnya produktivitas tanaman jagung rendah dibandingkan
potensi genetiknya, yaitu sekitar 2,5 ton/ha di NTT dan 5,3 ton/ha di NTB dibanding dengan
potensi genetiknya 9 ton/ha. Sejak tahun 2010-2015, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian telah mengembangkan inovasi teknologi pengelolaan lahan kering beriklim
kering dan berbatu di beberapa kabupaten di NTT dan NTB, meliputi penyediaan
sumberdaya air (dam parit, embung, tampung renteng mini, sumur dangkal), pengenalan
varietas unggul baru dan budidaya tanaman pangan. Pembelajaran yang diperoleh
menunjukkan bahwa penyediaan air menjadi titik ungkit untuk meningkatkan indeks
pertanaman dan produktivitas tanaman. Inovasi teknologi yang dibutuhkan petani adalah,
mudah diterapkan, biaya murah, dan efisien tenaga kerja mendorong berlanjutnya
teknologi tersebut meskipun progam tersebut telah selesai. Pada tahun 2014-2018 telah
dilaksanakan kegiatan pertanian konservasi melalui dana hibah barang dan jasa yang
dikelola FAO. Prinsip dasar pertanian konservasi terdiri atas 3 pilar, yaitu olah tanah
terbatas berupa lubang olah permanen, penutupan permukaan tanah, rotasi/tumpangsari.
Lubang tanam tersebut diberi pupuk kandang atau kompos, dan ditanami jagung pada 4
penjuru lubang, dan ditumpangsarikan dengan berbagai kacang-kacangan atau tanaman
merambat seperti labu kuning yang berfungsi sebagai penutup tanah dan penghasilan
tambahan dari kacang-kacangan berumur pendek. Berdasarkan hasil analisis tanah
sebelum dan sesudah implementasi pertanian konservasi menunjukkan bahwa pertanian
konservasi dapat meningkatkan kesuburan tanah, retensi air dan meningkatkan produksi
tanaman jagung.

2.2. Hambatan dalam Pemanfaatan Lahan Kering untuk Usaha Pertanian di NTT

Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga
keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan kering
sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti daerah yang
terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya ditandai dengan adanya
perputaran angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis khatulistiwa dan perputaran
angin yang searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa. Terdapat tiga jenis iklim di
daerah lahan kering, yakni :

 Iklim Mediterania : hujan terjadi di musim gugur dan dingin


 Iklim Tropisme : hujan terjadi di musim panas
 Iklim Kontinental : hujan tersebar merata sepanjang tahun

Kondisi lahan kering tersebut mengakibatkan sulitnya membudidayakan berbagai produk


pertanian. Faktor primer yang diperlukan tanaman untuk tumbuh adalah media tanam, air,
cahaya, angin, dan nutrisi tanaman. Semua faktor yang diperlukan tanaman untuk dapat
tumbuh dengan baik tersebut terhambat oleh kondisi daerah lahan kering yang memiliki iklim
dan cuaca ekstrim.

Permasalahannya di NTT, musim hujan lebih pendek dari pada kemarau. Sehingga
kekeringan lahan tentu terjadi setiap tahunnya. Mereka terus memberikan sosialisasi
pemanfaatan ketika musim kemarau atau di lahan kering. Kendala Permasalahan utama pada
daerah lahan kering adalah ketersediaan air yang minim. Kebutuhan air untuk usahatani
umumnya hanya bergantung kepadaketersediaan air dari sumber air curah hujan. Rendahnya
curah hujan yang menjadi ciri-ciri khas daerah lahan kering mengakibatkan ketersediaan air
untuk irigasi sangat terbatas. Selain itu Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan
kering mengakibatkan tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2), dan
salinasi / penggaraman di tanah. Minimnya vegetasi di daerah lahan kering mengakibatkan
termodinamika pindah panas terjadi secara monoton/ single direction, hal tersebut
mengakibatkan angin melaju dengan kencang, karena angin merupakan dampak dari udara
yang digerakkan oleh perbedaan suhu. Salah satu dampak dari hal tersebut adalah terjadinya
badai gurun (sand storm atau orang arab menyebutnya haboob) yang membawa banyak
material pasir di daerah pemukiman maupun areal pertanian. Tentu saja hal tersebut sangat
menghambat pelaksanaan kegiatan pertanian.

Dengan mengambil analogi manusia, nutrisi sebagai makanan bagi tanaman itu
diumpamakan seperti adanya karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin bagi manusia. Namun
bagi tanaman membutuhkan nutrisi makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Fe, Mn, B, Mo,
Cu, Zn dan Cl). Tingginya kadar garam di tanah pertanian lahan kering mengakibatkan
unsur-unsur nutrisi yang diperlukan tanaman tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang
cukup, karena garam sifatnya mereduksi unsur-unsur makro dan membuat unsur-unsur mikro
bersifat toksit atau beracun bagi tanaman.

2.3. Solusi Menghadapi Hambatan dalam Pemanfaatan Lahan Kering untuk Usaha
Pertanian

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan atau pengatur tanah, pupuk organik
untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan kapur untuk meningkatkan pH tanah atau
gypsum untuk menurunkan pH tanah. penggunaan sistem irigasi yang tepat guna seperti
irigasi tetes ataupun sprinkler tergantung dengan topografi lahan. Bila lahan datar, maka
dapat digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan bergelombang, maka penggunaan sistem
irigasi sprinkler lebih tepat. Kolaborasi penggunaan soil amendment, mulsa dan sistem
isrigasi tepat guna tersebut bertujuan untuk menghemat penggunaan air dan meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pendistribusian nutrisi tanaman. Cara mengatasi kendala tersebut
dengan melakukan penghijauan, atau secara terintegrasi melakukan kegiatan pertanian dan
perkebunan di lahan kering dapat mengurangi dampak tingginya radiasi cahaya matahari.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan pemupukan organik terpadu yang
menyediakan unsur hara tanaman dari bahan-bahan alam untuk mereduksi kandungan
unsur logam dari pupuk-pupuk kimia serta memberikan unsur mikro tanaman dalam bentuk
organik (chillate) yang tidak beracun bagi tanaman di daerah dengan kadar garam yang
tinggi.

Strategi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering

Untuk mencapai keberhasilan usaha pertanian di lahan kering, perencanaan dan


pengembangannya haruslah mengarah kepada tercapainya peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang menggarapnya dan sekaligus harus menjaga kelestarian sumber daya alam
yang dikelola.

1. Peningkatan Produktivitas Lahan dan Produksi Tanaman secara Berkelanjutan

Paket teknologi alternatif yang akan diterapkan dalam rangka peningkatan produktivitas
lahan dan produksi tanaman, haruslah dapat memberikan kompensasi terhadap
keterbatasan kemampuan alamiah lahantersebut. Dalam hal ini teknologi yang sesuai
adalah teknologi tepat guna yang mengutamakan daya dukung lahan, baik dilihat dari upaya
mengeliminasi pengaruh degradasi lahan maupun faktor-faktor pembatas kesuburan tanah,
dan keterbatasan ketersediaan air. Mengingat, kendala utama dalam pertanian lahan kering
seperti yang telah dikemukakan di atas adalah air, unsur hara dan erosi, maka pendekatan
pemecahan masalah ini dapat dilakukan melalui pendekatan tanaman (komoditas) dan
sistem pertanaman. Pendekatan Tanaman (komoditas); Potensi pertanian lahan kering
memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif karena dapat dikembangkan
berbagai jenis komoditas unggulan potensial yang memiliki daya saing, seperti di bidang
tanaman pangan, ada jagung, di bidang hortikultura kita punya jeruk keprok Soe, pisang
baranga, dan dibidang perkebunan serta kehutanan.

Produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh petani-petani kita sangat beragam


sehingga memiliki nilai ekonomi yang rendah, serta permasalahan lainnya adalah efisiensi
ekonomi dari produk-produk pertanian kita relatif rendah, hal ini karena wilayah
pengembanganya terpencar. Untuk itu perlu adanya insiasi oleh pemerintah daerah melalui
kebijakan-kebijakan guna meningkatkan daya-saing produk-produk komoditas unggulan
kita, melalui pendekatan tanaman (komoditas) unggulan berbasis pewilayahan komoditas.
Hal ini penting karena NTT merupakan wilayah kepulauan yang memiliki kondisi agroklimat
yang variatif, serta kultur masyarakat yang beragam. Disamping itu, varietas tanaman sangat
menentukan keberhasilan usaha pertanian di lahan kering. Varietas lokal walaupun
umumnya sudah beradaptasi di lahan kering dan wilayah bersangkutan tetapi hasilnya lebih
rendah dibandingkan dengan varietas unggul.

Pendekatan sistim pertanaman; penerapan sistem tanam yang tepat akan dapat
meningkatkan produktivitas lahan usaha tani. Pendekatan sistem tanam meliputi
pengaturan pola tanam dan peningkatan intensitas pertanaman.Pemanfaatan lahan kering
dengan sistem tumpangsari dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem bertanam secara tunggal (monokultur). Di daerah tropis, pada usaha tani
berskala kecil cara ini lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara bertanam tunggal
karena lebih produktif dan lebih efisien dalam penggunaan ruang dan waktu. Tujuan cara
bertanam ini adalah untuk meningkatkanproduksi tanaman per satuan luas dan waktu serta
selaras dengan tujuan konservasi dan pelestarian sumber daya alam. Dibandingkan sistem
pertanaman tunggal, sistem tumpangsari mempunyai keuntungan:

1. penggunaan sumber daya alam (cahaya matahari, nutrisi, air dan lahan) lebih
optimal:
2. menekan pertumbuhan gulma;
3. mengurangi resiko kegagalan panen;
4. memberikan diversifikasi jenis tanaman dan bahkan menambah kesempatan
kerja.

Hal berikutnya yang dapat dilakukan petani lahan kering adalah peningkatan intensitas
penanaman.Misalnya penanaman dari satu kali ditingkatkan menjadi dua kali dalam
setahun, untuk memanfaatkan sisa legas tanah. Sebagai contoh adalah pemanfaatan lahan
untuk tanaman pangan pada musim hujan yang diikuti dengan pemberaan lahan dengan
tanaman penutup tanah jenis phaseolus lunatus, Crotolaria usaramoensis atau dengan
Mucuna pruriens, yang secara nyata meningkatkan simpanan C-organik tanah dan kuliatas
tanah lahan kering setelah 6 bulan pemberaan (Acosta, 2009; Mateus, 2017). Pendekatan
seperti ini, sesungguhnya dapat memberikan nilai manfaat yang besar bagi petani karena
terjadi penghematan cost dalam berusaha tani, karena petani tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan untuk pengolahan tanah dan pembelian pupuk. Kuncinya terletak pada
pengembalian bahan organik (sisa tanaman) sebagai sumber N dan karbon tanah (Mateus et
al, 2016). Penanaman tanaman penutup tanah tidak memberikan hasil ekonomis langsung
tetapi merupakan sumber nitrogen yang cukup besar melalui fiksasi nitrogen biologis.

2. Perbaikan Infrastruktur Ekonomi

Secara umum, pangsa pasar produk komoditas yang dihasilkan oleh petani lahan kering
masih terbatas, karena konsumen yang terbatas sebagai akibat lemahnya infrastruktur
pendukung dan bentuk produk yang kebanyakan masih berupa bahan mentah (belum
diolah).Sehingga peningkatan produksi dari suatu komoditas dengan pangsa pasar yang
terbatas tidak selalu membawa kepada peningkatan pendapatan nyata.Kerena komoditas
pertanian pada umumnya cepat mengalami kejenuhan pasar yang mengakibatkan harga
merosot.Pemerintah dapat berperan dalam hal ini dengan menciptakan sistem yang dapat
mengendalikan harga komoditas. Pendekatan lainnya adalah, mengusahakan komoditas
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dengan pemasaran yang luas. Untuk itu, pengaturan
kebijakan harga yang lebih efektif dan menguntungkan petani diharapkan dapat
merangsang pemanfaaat lahan kering sebagai kegiatan usaha pertanian. Pembentukan unit-
unit agribisnis dengan kegiatan-kegiatan yang terkonsolidasi secara vertikal dan horizontal
dapat menciptakan perbaikan infrastruktur ekonomi bagi pertanian lahan kering. Dengan
demikian pengembangan komoditas yang beroroentasi industri dan ekspor barangkali
merupakan suatu jalan keluar untuk mengatasi hal ini.

3. Memberikan penyuluhan dan pembelajaran yang berkaitan dengan lahan kering.

Lahan kering adalah kawasan lahan tidak tergenang yang berkaitan dengan daya dukungnya
terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Sumber daya lahan kering berpotensi
besar dalam pembangunan berkelanjutan dan mempunyai layanan ekosistem penting antara
lain penyedia pangan, sandang, pakan, kayu dan air.

Lahan kering menghadapi kendala penataan ruang tidak terkendali, degradasi lahan,
perubahan iklim, dan alih fungsi lahan. Wilayah lahan kering umumnya tertinggal dan
masyarakatnya belum sejahtera sehingga perlu penelitian dan studi lintas disiplin untuk
mengembangkannya.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai perananpenting
dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusiauntuktempat
tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan,
pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah
dalamkehidupanmanusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan
penggunaantanahyang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan
untuk perkebunantebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang
digunakan untuk perladanganatau pertanian tanah kering. Lahan kering ini terjadi sebagai
akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu
udara tinggi dan kelembabannya rendah.

Lahan kering sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen,
seperti daerah yang terdapat pada antisiklon tropisme. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
diperlukan atau pengatur tanah, pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan
kapur untuk meningkatkan pH tanah atau gypsum untuk menurunkan pH tanah. penggunaan
sistem irigasi yang tepat guna seperti irigasi tetes ataupun sprinkler tergantung dengan
topografi lahan. Bila lahan datar, maka dapat digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan
bergelombang, maka penggunaan sistem irigasi sprinkler lebih tepat. Kolaborasi penggunaan
soil amendment, mulsa dan sistem isrigasi tepat guna tersebut bertujuan untuk menghemat
penggunaan air dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendistribusian nutrisi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai