Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering


Herbiciding at Dry Land Sugarcane Plantation
Gatot Pramuhadi
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian
InstitutPertanian Bogor (IPB)
Kampus IPB Darmaga, PO Box 220 Bogor 16002
Email: gpramuhadi@yahoo.com

Naskah diterima : 16 Agustus 2012 Revisi Pertama : 30 Agustus 2012 Revisi Terakhir : 17 September 2012

ABSTRAK

Aplikasi herbisida (herbiciding) di kebun tebu lahan kering dapat digunakan untuk mengantisipasi
penurunan produktivitas tebu akibat serangan hama maupun persaingan tumbuh dengan gulma. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas dan efisiensi aplikasi herbisida dengan menggunakan
knapsack sprayer (KS), knapsack power sprayer (KPS), dan boom sprayer (BS). Aplikasi herbisida
dilakukan di areal kebun tebu lahan kering milik PT Laju Perdana Indah (LPI), Palembang pada bulan
Maret 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan KPS lebih efektif dibanding KS karena
gulma-gulma yang mati setelah herbiciding yang menggunakan KPS sebesar 77,0 persen, sedangkan
yang menggunakan KS sebesar (53,6-59,5) persen. Kecepatan operasi aplikasi herbisida rata-rata
dengan menggunakan KS, KPS, dan BS berturut-turut sebesar 0,56 m/detik, 0,59 m/detik, dan 2,00 m/
detik sehingga mempengaruhi besar kapasitas lapang efektif aplikasi herbisida berturut-turut sebesar
(0,10-0,11) ha/jam, 0,20 ha/jam, dan 2,66 ha/jam. Besar debit aliran herbisida dengan menggunakan
KS, KPS, dan BS berturut-turut sebesar (60,69-65,40) liter/jam, 85,30 liter/jam, dan 1206,00 liter/jam,
sehingga menghasilkan throwput capacity sebesar (588,64-617,01) liter/ha, 418,94 liter/ha, dan 453,87
liter/ha. Perbedaan hasil unjuk kerja ketiga jenis sprayer tersebut menghasilkan perbedaan efisiensi
aplikasi herbisida. Dengan menggunakan KS dan KPS terjadi ketidakefisienan (inefficiency) sebesar
(47,2-54,3) persen dan 4,7 persen, atau terdapat pemborosan aplikasi herbisida sebesar (188,64-
217,01) liter/ha dan 18,94 liter/ha. Penggunaan BS ternyata lebih efisien yaitu terdapat penghematan
sebesar 146,13 liter/ha (24,4 persen).

kata kunci: herbiciding, gulma, sprayer,efektivitas, efisiensi

ABSTRACT

Herbiciding at dry land sugarcane plantation can be used to anticipate decreasing sugarcane
productivity caused by pest attack or growing competition with weeds. The objective of the research
was to determine herbiciding effectiveness and efficiency using knapsack sprayer (KS), knapsack
power sprayer (KPS), and boom sprayer (BS). Herbiciding was conducted on dry land sugarcane area
of Laju Perdana Indah (LPI) Company, Palembang in March 2012. The results showed that the use
of KPS was more effective than KS because the killed weeds after herbiciding using KPS was 77.0
percent, whereas using KS was (53.6-59.5) percent Herbiciding operational speeds using KS, KPS,
and BS were 0.56 m/s, 0.59 m/s, and 2.00 m/s in average respectively, so that they influenced effective
field capacity herbiciding of (0.10-0.11) ha/h, 0.20 ha/h, and 2.66 ha/h respectively. Herbicide solution
debits using KS, KPS, and BS were (60.69-65.40) litre/h, 85.30 litre/h, and 1206.00 litre/h, so that
they produced capacities of (588.64-61.01) litre/ha, 418.94 litre/ha, and 453.87 litre/ha. Difference in
performances of the three sprayers would produce differences in herbiciding efficiency. The use of KS
and KPS would produce inefficiency of (47.2- 54.3) percent and 4.7 percent, or there was any herbicide
solution prodigality or providence of (188.64- 217.01) litre/ha and 18.94 litre/ha. The use of BS was
more efficient because it could save herbicide solution of 146.13 litre/ha (24.4 percent).

keywords: herbiciding, weeds, sprayer, effectiveness, efficiency

PANGAN, Vol. 21 No. 3 September 2012: 221-231 221


I. PENDAHULUAN TSH =f(TCH, RG) [1]
lenilik Peraturan Menteri Perindustrian
M;IrI Nomor : 11/M-IND/PER/1/2010, yang Secara matematis, bisa dituliskan TSH
TCH * RG, dimana TSH = ton sugar per hectare,
=
menggantikan Peraturan Menteri Perindustrian
atau produktivitas gula (ton/ha), TCH = ton cane
Rl Nomor : 116/M-IND/PER/10/2009, tentang
per hectare produktivitas tebu (ton/ha), dan RG
Peta Panduan (Road Map) Pengembangan
= rendemen giling (persen). Jadi, semakin besar
Klaster Industri Gula, disebutkan bahwa kriteria
TCH dan RG maka TSH akan semakin besar
keberhasilan program peningkatan produktivitas
pula. Artinya, untuk meningkatkan TSH perlu
lahan tebu adalah penerapan mekanisasi dalam
upaya-upaya yang mengarah kepeningkatan
budidaya tebu khususnya untuk mengatasi
TCH dan RG. Diantara kedua variabel ini maka
kelangkaan tenaga kerja pada lahan kering di
luar Jawa. Adapun target yang ingin dicapai, TCH merupakan variabel utama karena RG
minimum dengan kemajuan sebesar 80 persen, baru diperoleh setelah diperoleh TCH. Dengan
yaitu peningkatan produktivitas tebu (TCH = demikian, harus diupayakan secara seksama
ton cane per hectare) dari 74 ton/ha menjadi langkah-langkah untuk meningkatkan TCH,
90 ton/ha, dan rendemen giling dari 7,7 persen termasuk diantaranya adalah peran kegiatan
menjadi 8,5 persen, sehingga bisa diperoleh pemeliharaan tanaman, seperti herbiciding,
produktivitas gula (TSH = ton sugar per hectare) guna menekan pertumbuhan gulma di sekitar
dari (5,70 - 6,93) ton/ha menjadi (6,29 - 7,65) tanaman tebu lahan kering.
ton/ha.
1.1. Pengendalian Gulma
Trisnanto (2012), menambahkan bahwa
target pencapaian swasembada gula tahun Pengertian pengendalian (control
2014 adalah dengan produksi gula nasional harus dibedakan dengan pemberantasan
sebesar 5,7 juta ton, terdiri atas 2,96 juta ton (eradication). Pengendalian gulma (weed
Gula Kristal Putih (GKP) dan 2,74 juta ton control) dapat didefinisikan sebagai proses
Gula Rafinasi (GKR). Produksi sebesar itu membatasi infestasi gulma sehingga tanaman
dengan asumsi luas lahan tanaman 766,610 ha, dapat dibudidayakan secara produktif dan
produktivitas tebu 87,48 ton/ha, produksi tebu efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada
67,06 juta ton, dan rendemen giling rata-rata 8,5 keharusan untuk membunuh seluruh gulma,
persen. Realitasnya pada tahun 2011 produksi melainkan cukup menekan pertumbuhan dan
gula nasional turun menjadi sekitar 2,15 juta ton atau mengurangi populasinya sampai pada
dari target sebesar 2,7 ton (menurun dibanding tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi
tahun 2010 yang bisa mencapai 2,3 juta ton). tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh
dari penekanan gulma sedapat mungkin
Secara umum permasalahan yang dihadapi seimbang dengan usaha ataupun biaya yang
oleh industri gula terjadi pada kegiatan on- dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian
farm dan off-farm. Disisi on-farm masalah yang
bertujuan hanya menekan populasi gulma
cukup menonjol adalah rendahnya tingkat
sampai tingkat populasi yang tidak merugikan
produktivitas gula yang saat ini hanya mencapai
secara ekonomik atau tidak melampaui ambang
kisaran 6 ton/ha. Dengan demikian, misi yang
ekonomik (economic threshold), sehingga
diemban oleh Pemerintah Rl, sesuai strategi dan
sama sekali tidak bertujuan menekan populasi
kebijakan, adalah meningkatkan produktivitas
gulma sampai nol. Pemberantasan merupakan
dan efisiensi. Realisasi di lapangan adalah
usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik
meningkatkan rendemen gula melalui sistem
sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya,
pengolahan yang baik pada kegiatan budidaya
sehingga populasi gulma sedapat mungkin
tebu, yaitu penanaman, pembibitan tebu, dan
ditekan sampai nol (Sukman dan Yakup, 2002).
pemeliharaan (Peraturan Menteri Perindustrian,
Di areal tebu lahan kering gulma lebih
Nomor: 11/M-IND/PER/1/2010).
beragam dan lebih berbahaya. Gulma-gulma
Dapat disebutkan bahwa produktivitas gula dominan, yang menjadi pesaing kuat, yang
(TSH) merupakan fungsi dari produktivitas tebu berakibat merugikan, terdiri atas gulma daun
(TCH) dan rendemen giling (RG), atau dapat lebar dan merambat, gulma daun sempit, dan
dituliskan ke dalam persamaan [1]. teki-tekian. Gulma daun lebar dan merambat

222 PANGAN, Vol. 21 No. 3 September2012: 221-231


terdiri atas: Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, empat 80 hp. Kecepatan kerja pada kisaran
Boreria alata, Amaranthus dubius, Spigelia 1,52 km/jam.
anthelmia, Commelina elegans, Mikania
Late pre-emergence adalah pengendalian
micrantha, dan Momordica charantia. Gulma
gulma yang dilakukan pada saat gulma sudah
daun sempit terdiri atas Digitaria ciliaris,
tumbuh dengan 2-3 daun dan tanaman tebu
Echinochloa colonum, Eleusine indica,
sudah berkecambah. Late pre-emergence
Dactylocta aegyptium, dan Brachiaria distachya,
dilaksanakan karena terjadi keterlambatan
sedangkan gulma golongan teki adalah Cyperus
aplikasi pre-emergence, sedangkan post
rotundus.
emergence dilaksanakan pada saat gulma sudah
Pengendalian gulma dapat dilakukan
tumbuh dan biasanya dilakukan 1 hingga 2 kali.
menggunakan tiga metode, yaitu metode
Post emergence diaplikasikan secara manual
pengendalian gulma secara kimia, mekanis, dan
menggunakan hand sprayer, atau knapsack
manual. Untuk sistem reynoso, pengendalian
sprayer, atau knapsack power sprayer.
gulma tebu lebih dominan dilakukan secara
manual. Sementara itu, di lahan kering lebih Pengendalian gulma secara manual
umum pengendalian gulma secara kimia, baik dilaksanakan oleh tenaga kerja manusia
pada saat pre-emergence (pra-tumbuh), latepre- menggunakan peralatan sederhana, seperti
emergence (awal tumbuh), dan post emergence parang, dan dilaksanakan pada saat kondisi
(setelah tumbuh). Dalam hal ini, yang dimaksud tanaman tebu masih dalam stadia peka terhadap
emergence adalah saat tunas tebu mulai herbisida. Pada saat tersebut kebanyakan
bermunculan (tumbuh), atau sprouting. Adapun didominasi oleh gulma merambat, dan populasi
herbisida yang umum dipakai untuk herbiciding gulma tersebut hanya di spot-spot tertentu
gulma tebu ditunjukkan pada Tabel 1. saja. Aplikasi metode pengendalian gulma
Pengendalian gulma pra-tumbuh (pre- tebu secara manual terlaksana ketika tersedia
emergence) adalah pengendalian gulma yang cukup tenaga kerja dan ketika herbisida yang
dilakukan pada saat gulma dan tanaman tebu akan diaplikasikan tidak tersedia di pasaran
belum tumbuh. Pre-emergence dilaksanakan lokal (setempat). Kapasitas kerja pengendalian
pada 3 hingga 5 hah setelah tanam bibit tebu, gulma secara manual ditentukan oleh jumlah
atau tanaman tebu keprasan (ratoon). Aplikasi tenaga kerja manual dan jenis gulma yang
dikendalikan.
herbisida dilaksanakan dengan menggunakan
boom sprayer yang mempunyai lebar kerja 12 Pengendalian gulma secara mekanis
meter (8 baris) yang ditarik oleh traktor roda dilakukan dengan menggunakan implemen tine

Tabel 1. Jenis dan Dosis Herbisida yang Umum untuk Herbiciding Gulma Tebu
Waktu Aplikasi Herbisida Bahan Aktif Dosis Aplikasi
Karmex Diuron 2,50 kg/ha
Pre-Emergence
DMA 2,4- DAmin 1,50 kg/ha

Karmex Diuron 1,50 kg/ha


Late Pre-Emergence DMA 2,4- DAmin 1,50 liter/ha
Amexon / Gesapax Ametrin 1,50 liter/ha

Amexon / Gesapax Ametrin 2,00 liter/ha


DMA 2,4-DAmin 0,75 liter/ha
Post Emergence 1
Gramoxon Paraquat 0,50 liter/ha
Sanvit Surfaxtan 0,50 liter/ha

Post Emergence II Gramoxon Paraquat 2,50 liter/ha


Sumber: http://binaukm.com

Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering Herbiciding at Dry LandSugarcanePlantation (Gatot Pramuhadi) 223
cultivator dan terra tyne yang ditarik traktor roda tunas-tunas tebu (sprouting) dan pada saat
empat. Metode pengendalian gulma secara masa-masa kritis persaingan tumbuh tebu
mekanis dilaksanakan pada saat penggemburan dengan gulma pada umur tebu sekitar 3-4
tanah, yaitu pada saat tanaman tebu berumur bulan setelah tanam (Pramuhadi, 2005).
45 hah setelah tanam.

Pengendalian gulma pada saat tunas tebu II. METODOLOGI


muncul, pada saat umur tebu masih muda, dan Penelitian herbiciding gulma tebu lahan
pada saat umur tebu lebih dari 45 hah setelah kering dilaksanakan mulai bulan Maret 2012
tanam dapat dilakukan secara chemis (kimiawi) hingga April 2012 di areal kebun tebu lahan
dengan menggunakan berbagai jenis sprayer,
kering Hak Guna Usaha (HGU) Divisi I PT PG
seperti: knapsack sprayer, knapsack power Laju Perdana Indah (LPI), site OKU Timur,
sprayer, dan boom sprayer. Oleh karena sifatnya
Palembang, Sumatera Selatan.
yang dinamis dan tidak terkendala oleh umur
pertumbuhan tebu, maka metode khemis ini Bahan yang digunakan dalam penelitian
banyak dipilih oleh beberapa perusahaan tebu herbiciding ini adalah bahan aktif herbisida, air
di Indonesia untuk melaksanakan herbiciding bersih, dan bahan bakar (solar dan bensin).
(pengendalian gulma menggunakan herbisida). Alat dan mesin untuk herbiciding gulma tebu,
yaitu : (i) sprayer gendong semi-otomatis
Herbiciding di areal kebun tebu lahan (knapsack sprayer) tipe I; (ii) knapsack sprayer
kering dimaksudkan untuk mengantisipasi tipe II; (iii) sprayer gendong bermotor (knapsack
persaingan tumbuh tebu dengan gulma power sprayer); dan (iv) sprayer bentangan
dengan cara mematikan gulma yang tumbuh lebar (boom sprayer). Traktor roda empat 75
di sekitar tanaman tebu, sehingga diharapkan
hp (56 kW) digunakan untuk mengoperasikan
dapat menekan pertumbuhan gulma di sekitar
boom sprayer. Dalam Gambar 1 ditunjukkan
tanaman tebu, terutama pada saat pemunculan

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1. Sprayer-sprayer yang Digunakan dalam Penelitian Herbiciding Gulma Tebu Lahan
Kering (a) Knapsack Sprayer Tipe I, (b) Knapsack Sprayer Tipe II, (c) Knapsack Power
Sprayer, dan (d) Boom Sprayer

224 PANGAN, Vol. 21 No. 3 September2012: 221-231


gambar keempat sprayeryang digunakan dalam yaitu : (i) Luas areal lahan teraplikasi herbisida
penelitian ini. Adapun spesifikasi keempat (AH), ha; (ii) Lama waktu aplikasi (TH), jam; (iii)
sprayer tersebut ditunjukkan pada Tabel 2. Volume larutan herbisida yang diaplikasikan
Peralatan ukur dan uji yang digunakan (VH), liter; (iv) Volume bahan bakarterpakai (VF),
dalam penelitian ini, yaitu: (i) peralatan pengukur liter; (v) Konsumsi bahan bakar (Fc), liter/jam;
debit penyemprotan (gelas ukur 1,5 liter dan (vi) Kapasitas lapang efektif herbiciding (KLEH),
stopwatch); (ii) peralatan uji tekanan kerja ha/jam; (vii) Debit aplikasi larutan herbisida (QH),
(pressure gauge); (iii) peralatan pengamatan liter/jam; (viii) Kapasitas pengeluaran larutan
weed cover (bingkai pengamatan berukuran herbisida / throwput capacity (Tc), liter/ha, (ix)
50 cm x 50 cm dengan jumlah 100 kotak Penutupan gulma / weed cover (Wc), %; (x)
pengamatan); (iv) peralatan ukur konsumsi Biaya konsumsi bahan bakar (Fcc), Rp/jam; (xi)
bahan bakar (gelas ukur dan stopwatch); dan Biaya aplikasi larutan herbisida (BAH), Rp/jam;
(v) tangki air. (xii) Biaya tetap / fixed cost (BT), Rp/jam; (xii)
Biaya operasional / variable cost (B0), Rp/jam;
Parameter-parameter atau variabel- dan (xiii) Biaya aplikasi herbisida / herbiciding
variabel penelitian untuk mengkaji efektivitas cost (Hc), Rp/ha
dan efisiensi herbicidinggulma tebu lahan kering Prosedur penelitian mengacu kepada
di PT LPI (Laju Perdana Indah), Palembang diagram skematik rancangan penelitian

Tabel 2. Spesifikasi Tiga Jenis Sprayeryang Digunakan dalam Penelitian Herbiciding Gulma Tebu
Spesifikasi Satuan KnaPsack
Knapsack Knapsack Knapsack Boom Sprayer
Sprayer I Sprayer II Power Sprayer
Merk ALPHA TASCO TASCO JACTO
Condor BX-
Tipe Alpha 16 Mist 15 TF900
12/75
Panjang mm 332 427 470 1550

Lebar mm 170 246 320 2500


Tinggi mm 493 517 623 2150

Panjang selang mm 1480 1100 1221

Diameter selang mm 9,9 13,7 12,5


Panjang pipa mm 530 520 602

Diameter pipa mm 9,9 12,7 9,6


Panjang boom mm 7000

Jarak antar nozzle mm 500


Bobot kosong kg 3,2 4,2 10 255

Kapasitas tangki liter 16 15 25 600

Debit liter/detik 0,017 0,018 0,024 0.335

Tekanan kerja kg/cm2 2,2 2,2 2,5 3,5


Tipe nozzle Flat Flat Hollow Cone Flat

Lebar kerja efektif cm 129 1> 102.4 2»


droplet/
Jumlah droplet 28-1741> 10-2442'
cm2
Ukuran droplet mikron m 203 1> 192 2»

Harga Rp/unit 175.000 310.000 1.550.000 51.300.000

1> Test Report: Hand Sprayer TASCO 425. Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2008
2) Tesf Report: Backpack Power Sprayer TASCO TF-900. Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2010a

Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering Herbiciding at Dry Land Sugarcane Plantation (Gatot Pramuhadi) 225
herbiciding, sebagaimana ditunjukkan dalam knapsack power sprayer dilakukan pada saat
Gambar 2. post-emergence, sedangkan aplikasi herbisida
Prosedur penelitian herbiciding gulma menggunakan boom sprayer dilakukan pada
tebu lahan kering adalah : saat pre-emergence. Pada saat herbiciding
Pertama, perlakuan yang diberikan, yaitu: (i) menggunakan dosis aplikasi herbisida yang
aplikasi herbisida menggunakan knapsack telah ditetapkan oleh PT LPI, Palembang.
sprayer tipe I dan II di petak lahan A (petak Kedua, dosis bahan aktif herbisida untuk
46A2 ; luas 0,40 ha ; weed cover 92,55 persen), herbiciding gulma tebu ditunjukkan pada Tabel 3.
(ii) aplikasi herbisida menggunakan knapsack Ketiga, bahan aktif herbisida dilarutkan
power sprayer di petak lahan B (petak 7D10 menggunakan air bersih hingga 400 liter (post-
; luas 0.93 ha ; weed cover 98,40 persen); emergence di lahan A dan B menggunakan
dan (iii) aplikasi herbisida menggunakan knapsack sprayer dan knapsack power sprayer)
boom sprayer di petak lahan C (petak 45A1 ; dan dilarutkan hingga 600 liter (pre-emergence
luas 0.94 ha ; weed cover 0 persen). Aplikasi di lahan C menggunakan boom sprayer).
herbisida menggunakan knapsack sprayer dan Keempat, data penutupan gulma tebu (weed

Lahan A Knapsack Sprayer


(0.40 ha ; W&ecfcoverSZtSS^fe) I dan II

Lahan B
J"L Knapsack Pewer
(0.93 ha } WeedcuverSS.Wtfo) Sprayer

Lahan C
n n &&&m Sprayer
(0.94ha; Mteeriftt?Mf?r0%)

Bahan aktiF herbisida (liter/ha) —•• Herb/tiding Air pelarut bahan aktiF (liter)

Luas lahan Volume Lama


i Volume bahan
teraplikasi aplikasi larutan bakarterpakai
(ha) (liter) (liter)

ri_
Konsumsi Harga
bahan bakar bahan bakar
Kapasitas Debit aplikasi Harga (liter/jam) (Rp/liter)
lapsing eFektiF herbisida herbisida
(ha/jam) (liter/jam) (Rp/liter)

Biaya aplikasi Biaya konsumsi Upah


he rbis ida bahan bakar operator
(Rp^am) (Rp/jam) (Rp^am)

Waktu
opera si onal
Biaya Biaya (jam/Ttahun)
opera si ona! tetap
(Rp^am) (Rp/jam)
Bia ya
penyusutan
(Rp/tahun)
Biaya total
(Rp/jam)

Biaya aplikasi herbisida Efisiensi


(Rp/ha) h&rbfvfding

Gambar 2. Diagram Skematik Rancangan Penelitian Herbiciding Gulma Tebu Lahan Kering

226 PANGAN, Vol. 21 No. 3 September2012: 221-231


Tabel 3. Dosis Bahan Aktif Herbisida yang Diaplikasikan untuk Herbiciding Gulma Tebu
Dosis bahan aktif herbisida (liter/ha) Volume
Jenis dan tipe bahan
sprayer aktif
Ametryn Glyphosate Sticker Paraquat D-amina
^ 2'4 Diuron herbisida
(|iter)
Knapsack
2,5 2,0 0,5 0,5 1,5 7,0
sprayer(t\pe I)
Knapsack
2,5 2,0 0,5 0,5 1,5 7,0
sprayer(t\pe II)
Knapsack
2,5 2,0 0,5 0,5 1,5 7,0
power sprayer
Boom sprayer 1,5 2,5 4,0
Harga (Rp/liter) 36.950 34.500 6.700 27.000 32.273 25.000

cover) diambil secara acak sebanyak 10 sampel B TOT


setiap perlakuan yang diamati hingga 5 HSA Hr [11]
KLE,
(hah setelah aplikasi) herbisida .
Kelima, pada saat herbiciding dilakukan
pengukuran: (a) weed cover (Wc, %), (b) luas Keterangan:
lahan teraplikasi herbisida (AH, ha), (c) volume KLEH = kapasitas lapang efektif herbiciding,
aplikasi larutan herbisida (VH, liter), (d) lama ha/jam
waktu herbiciding (TH, jam), dan (e) volume AH = luas areal lahan teraplikasi herbisida,
bahan bakar terpakai (VF, liter). ha
Keenam, hitung dan analisis variabel-variabel
TH = lama waktu aplikasi herbisida
penelitian (persamaan [2] hingga persamaan
(herbiciding), jam
[11])
Q = debit aplikasi larutan herbisida, liter/
jam
KLEHrl =^-
rp [2] V, = volume larutan herbisida yang
1H diaplikasikan, liter
= konsumsi bahan bakar, liter/jam
[3]
V, = volume bahan bakar terpakai, liter
= kapasitas pengeluaran larutan
F =^
1 c — [4] herbisida (throwput capacity), liter/ha
B AH = biaya aplikasi larutan herbisida, Rp/
Tr.= Qh jam
[5]
KLE H H = harga herbisida, Rp/liter
cc
= biaya konsumsi bahan bakar, Rp/jam
BM =QhHH [6]
BB
= harga bahan bakar, Rp/liter
= biaya operasional (variable cost), Rp/
1F C = F H B
£ C11 [7] jam
= upah operator, Rp/jam
[8]
Bo=Ba +Fc + U0 BT = biaya tetap (fixed cost), Rp/jam
BP = biaya penyusutan, Rp/tahun
BT = — [9] W( = waktu operasional sprayer, jam/tahun
B TOT = biaya total, Rp/jam
TOT ~^D ~ J-Jt [10] H = biaya aplikasi herbisida (herbiciding
cost), Rp/ha

AplikasiHerbisidadi KebunTebuLahan KeringHerbiciding at DryLand Sugarcane Plantation (Gatot Pramuhadi) 227


III. HASIL DAN PEMBAHASAN menilai keefektifan, atau efektivitas herbiciding
(sesuai diagram skematik rancangan penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa herbiciding sebagaimana ditunjukkan dalam
efektivitas dan efisiensi herbiciding menggunakan Gambar 2) adalah penutupan gulma (weed
tiga jenis sprayer (knapsack sprayer, knapsack cover). Dalam Gambar 3 ditunjukkan contoh
power sprayer, dan boom sprayer) memberikan pemasangan atau penempatan bingkai
hasil yang berbeda, sebagaimana ditunjukkan pengamatan untuk menghitung weed cover
pada Tabel 4. pada saat sebelum dan sesudah herbiciding.
3.1. Efektivitas Herbiciding Penutupan permukaan tanah oleh gulma
Tiga jenis sprayer (knapsack sprayer, (weed cover) setiap perlakuan post-emergence
knapsack power sprayer, dan boom sprayer), (knapsack spraying dan knapsack power
yang digunakan dalam penelitian ini, spraying), menunjukkan hasil yang berbeda.
memperlihatkan efektivitas herbiciding yang Dalam hal ini, efektivitas herbiciding pada saat
berbeda-beda. Salah satu parameter untuk pre-emergence (menggunakan boom sprayer)

Tabel 4. Hasil Perhitungan untuk Menentukan Efektivitas dan Efisiensi Herbiciding Gulma Tebu

Knapsack Knapsack Knapsack Boom


Parameter / Variabel Satuan
Sprayer I Sprayer II PowerSprayer Sprayer
Luas lahan teraplikasi ha 0,20 0,20 0,94 0,93
Volume aplikasi larutan liter 123,2 117,7 393,8 422,1
Lama waktu aplikasi jam 2,03 1,80 4,62 0,35
Volume bahan bakar liter - - 0,7 27

Kecepatan operasi m/detik 0,56 0,56 0,59 2,00


Kapasitas lapang 0,204 2,657
ha/jam 0,098 0,111
efektif
Debit aplikasi herbisida liter/jam 60,69 65,40 85,30 1206,00
Konsumsi bahan bakar liter/jam - - 0,69 7,14
Harga bahan bakar Rp/liter - - 4.500 7.705

Throwput capacity liter/ha 617,01 588,64 418,94 453,87


Gulma mati % 53,6 59,5 77,0 0

Weed cover awal % 92,55 92,55 98,40 0


Weed cover pada 5
% 46,4 40,5 23,0 0
HSA
Ketidaikefisiehan
liter/ha 217,01 188,64 18,94 -146,13
larutan
Ketidakefisiehah
% 54,3 47,2 4,7 -24,4
larutan
Biaya aplikasi 25.181,61 46.145,08 294.702,39
Rp/jam 22.291,92
herbisida
Biaya konsumsi b. 3.588,00 29.179,29
Rp/jam - -

bakar
Upah operator Rp/jam 7.464,29 7.464,29 7.464,29 7.464,29
Waktu operasional unit jam/tahun 2.520 2.520 2.520 2.520

Harga unit sprayer Rp/unit 175.000 310.000 1.550.000 259.825000

Biaya penyusutan Rp/tahun 157.500 279.000 1.395.000 23 384 250

Biaya operasional Rp/jam 29.756,20 32.645,90 64.661,65 339.350,24


Biaya tetap Rp/jam 62,50 110,70 553,60 9.279,50
Biaya total Rp/jam 29.818,70 32.756,60 65.215,25 348 629,74
Biaya aplikasi 317.575,82 127.712,46
Rp/ha 303.156,73 294.809,50
herbisida

228 PANGAN, Vol. 21 No. 3 September 2012: 221-231


(a) (b)
Gambar 3. Contoh Pemasangan/Penempatan Bingkai Pengamatan untuk Menghitung Weed
Cover: (a) Sebelum Herbiciding, dan (b) Setelah Herbiciding

tidak bisa dibandingkan dengan efektivitas larutan herbisida ke gulma-gulma tebu menjadi
herbiciding pada saat post-emergence lebih merata ke seluruh bagian biomassa gulma
(menggunakan knapsack sprayer dan knapsack di atas permukaan tanah. Dengan demikian,
power sprayer). Boom sprayer tidak bisa penggunaan knapsack power sprayer (sprayer
digunakan untuk post-emergence karena tinggi gendong bermotor) lebih efektif dibanding
tanaman tebu, yang berumur lebih dari 3 bulan knapsack sprayer (sprayer gendong semi-
setelah tanam, sudah mencapai rata-rata lebih otomatis).
dari 1,5 m, sehingga penggunaan boom sprayer Penggunaan knapsack sprayer tipe II
dikhawatirkan akan merusak tanaman tebu
(TASCO) mempunyai efektivitas herbiciding
tersebut.
yang berbeda dengan knapsack sprayer tipe
Pada saat pre-emergence tidak dapat I (ALPHA). Knapsack sprayer TASCO lebih
dilakukan pengukuran weed cover karena gulma efektif dibanding knapsack sprayer ALPHA
tebu belum bermunculan, sehingga tujuan karena TASCO mampu menyebabkan gulma-
utama pre-emergence adalah untuk mencegah / gulma tebu yang mati sebesar 59,5 persen
menahan munculnya gulma - gulma tebu hingga (weed cover pada 5 HSA sebesar 40,5 persen)
tunas-tunas tebu bermunculan (sprouting). dibanding ALPHA yang mampu mematikan
Diharapkan dengan bermunculannya tunas- gulma tebu sebesar 53,6 persen (weed cover
tunas tebu pada awal pertumbuhan dapat / pada 5 HSA sebesar 46,4 persen).
mampu bersaing dengan pertumbuhan gulma 3.2. Efisiensi Herbiciding
yang bermunculan setelah tunas-tunas tebu
tumbuh. Kecepatan operasi, atau kecepatan maju
pada saat herbiciding, rata-rata menggunakan
Penggunaan knapsack power sprayer pada knapsack sprayer, knapsack power sprayer, dan
saat post-emergence di areal kebun tebu lahan boom sprayer berturut-turut sebesar 0,56 m/
kering mengakibatkan gulma-gulma tebu yang detik, 0,59 m/detik, dan 2,00 m/detik. Perbedaan
mati sebesar rata-rata 77,0 persen (weed cover kecepatan operasi ini telah menyebabkan
pada 5 HSA (hari setelah aplikasi) sebesar 23,0 perbedaan besar kapasitas lapang efektif
persen), sedangkan dengan menggunakan herbiciding, yaitu berturut-turut sebesar (0,098
knapsack sprayer tipe I dan II gulma yang mati - 0,111) ha/jam, 0,204 ha/jam, dan 2,657 ha/
sebesar rata-rata 53,6 persen dan 59,5 persen jam, sehingga penggunaan boom sprayer untuk
(weed cover pada 5 HSA sebesar 46,4 persen herbiciding di areal kebun tebu lahan kering akan
dan 40,5 persen). Jumlah droplet knapsack jauh lebih efisien dibanding knapsack sprayer
power sprayer yang lebih banyak dan ukuran maupun knapsack power sprayer. Untuk alasan
droplet yang lebih halus dibanding knapsack inilah maka boom sprayer banyak dipilih untuk
sprayer (Tabel 2) menyebabkan penyebaran herbiciding gulma tebu.

Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering Herbicidingat Dry LandSugarcanePlantation (Gatot Pramuhadi) 229
Besar debit larutan herbisida rata-rata bahwa herbiciding menggunakan boom sprayer
menggunakan knapsack sprayer, knapsack ternyata paling efisien, karena biaya aplikasi
power sprayer, dan boom sprayer berturut-turut herbisida (herbiciding cost) paling rendah, yaitu
sebesar (60,69 - 65,40) liter/jam, 85,30 liter/jam, sebesar Rp 127.712,46/ha. Biaya herbiciding
dan 1206,00 liter/jam, sehingga menghasilkan menggunakan knapsack power sprayer (Rp 317.
throwput capacity sebesar (588,64 - 617,01) 575,82/ha) lebih besar dibanding menggunakan
liter/ha, 418,94 liter/ha, dan 453,87 liter/ha. Besar knapsack sprayer (Rp 294.809,50/ha - Rp 303.
throwput capacity menggunakan knapsack 156,73/ha), karena terdapat biaya tambahan
power sprayer yang lebih rendah dibanding berupa biaya konsumsi bahan bakar bensin.
knapsack sprayer menyebabkan penggunaan
Knapsack sprayer TASCO mempunyai
knapsack power sprayer lebih efisien dibanding kapasitas lapang efektif herbiciding sebesar
knapsack sprayer. Hal ini berkaitan erat dengan
0,111 ha/jam (lebih tinggi dibanding ALPHA
jumlah dan ukuran droplet yang dihasilkan.
sebesar 0,098 ha/jam), sehingga penggunaan
Knapsack sprayer, yang menghasilkan ukuran
TASCO akan lebih efisien karena waktu yang
droplet yang lebih besar dibanding knapsack
digunakan untuk menyelesaikan herbiciding
power sprayer, menjadi kurang efektif dan
akan lebih singkat dibanding ALPHA. Disamping
kurang efisien dibanding knapsack power
itu, penggunaan knapsack sprayer TASCO
sprayer. Dengan demikian, pada saat aplikasi
juga lebih efisien dibanding ALPHA karena
herbisida (herbiciding) akan terjadi pemborosan
besar throwput capacity, ketidakefisienan
(ketidakefisienan) dan penghematan larutan
aplikasi larutan herbisida, dan biaya herbiciding
herbisida.
menggunakan TASCO lebih rendah dibanding
Perbedaan hasil unjuk kerja ketiga jenis ALPHA, yaitu sebesar 588,64 liter/ha, 47,2
sprayer tersebut menghasilkan perbedaan persen, dan Rp 294.809,50/ha, sedangkan
keefisienan aplikasi herbisida. Dengan menggunakan ALPHA sebesar 617,01 liter/ha,
menggunakan knapsack sprayer dan knapsack 54,3 persen, dan Rp 303.156,73/ha.
power sprayer menyebabkan ketidakefisienan
(inefficiency) larutan herbisida sebesar (47,2
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
- 54,3) persen dan 4,7 persen, atau terdapat
pemborosan aplikasi larutan herbisida sebesar 4.1. Kesimpulan
(188,64 - 217,01) liter/ha dan 18,94 liter/ Beberapa kesimpulan hasil penelitian
ha, sedangkan menggunakan boom sprayer herbiciding gulma tebu lahan kering di PT LPI,
ternyata lebih efisien yaitu terdapat penghematan Palembang, Sumatera Selatan, yaitu:
sebesar 146,13 liter/ha (24,4 persen). Pertama, herbiciding menggunakan sprayer,
Boom sprayer, yang dioperasikan dengan yang menghasilkan ukuran droplet yang lebih
kecepatan operasi paling tinggi sebesar 2,00 kecil (lebih halus) akan lebih efektif dalam
m/detik (7,20 km/jam) dan debit aplikasi larutan mematikan gulma-gulma tebu lahan kering.
herbisida paling besar sebesar 1206,00 liter/ Kedua, penghematan maupun pemborosan
jam, menghasilkan kapasitas lapang efektif aplikasi larutan herbisida ditentukan oleh besar
herbiciding paling tinggi sebesar 2,66 ha/jam. throwput capacity (liter/ha) yang dipengaruhi
Namun boom sprayer menghasilkan throwput oleh besar kapasitas lapang efektif herbiciding
capacity lebih rendah dibanding knapsack (ha/jam) dan debit aplikasi larutan herbisida
sprayer. Kondisi ini menunjukkan bahwa (liter/jam).
terdapat hubungan antara kecepatan operasi Ketiga, knapsack power sprayer lebih efektif
dan debit herbiciding dengan throwput capacity dalam mengendalikan gulma tebu lahan kering
yang dihasilkan. Nampak bahwa kecepatan di PT LPI, Palembang dibanding knapsack
operasi boom spraying masih terlampau tinggi sprayer.
sehingga terdapat sisa di dalam tangki larutan Keempat, boom sprayer paling efisien
sebesar 24,4 persen (146,13 liter/ha). digunakan untuk herbiciding pada saat pre-
emergence di areal kebun tebu lahan kering,
Keefisienan herbiciding juga dapat
sehingga penggunaan boom sprayer untuk
dianalisis berdasarkan biaya aplikasi herbisida.
herbiciding tetap dipertahankan oleh pabrik-
Berdasarkan hasil analisis ekonomi ditunjukkan
pabrik gula nasional.

230 PANGAN, Vol. 21 No. 3 September 2012: 221-231


Kelima, herbiciding gulma tebu lahan kering
BIODATA PENULIS :
menggunakan knapsack sprayertipe II (TASCO)
lebih efektifdan lebih efisien dibanding knapsack
sprayer tipe I (ALPHA). Gatot Pramuhadi dilahirkan di Purworejo, 18 Juli
1965, adalah seorang dosen tetap di Departemen
4.2. Saran Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Fakultas
Saran yang bisa diajukan berkenaan dengan Teknologi Pertanian (Fateta), Institut Pertanian
hasil penelitian ini, diantaranya yaitu : Bogor (IPB). Menyelesaikan pendidikan S1
Pertama, perlu diteliti secara lebih komprehensif Mekanisasi Pertanian, di Universitas Gadjah
mengenai hubungan antara kecepatan operasi, Mada Yogyakarta pada tahun 1991, pendidikan
debit aplikasi larutan herbisida, dan throwput S2 Ilmu Keteknikan Pertanian, IPB pada tahun
capacity terhadap akurasi herbiciding supaya 1998, dan pendidikan S3 Ilmu Keteknikan
tidak terjadi pemborosan ataupun penghematan Pertanian, IPB pada tahun 2005.
(sisa) larutan herbisida yang diaplikasikan
Kedua, perlu diteliti lebih lanjut hubungan antara
jumlah dan ukuran droplet, dosis bahan aktif
herbisida (liter/ha), dan besar throwput capacity
(liter/ha) terhadap efektivitas herbiciding, seperti
weed cover dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

[BPMA] Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2008. Test


Report : Hand Sprayer TASCO 425. Balai
Pengujian Mutu Alsintan

[BPMA] Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2010a. Test


Report: Backpack Power Sprayer TASCO TF-
900. Balai Pengujian Mutu Alsintan
[BPMA] Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2010b.
Teknik Pemeliharaan Tebu dalam Usaha
Budidaya Tebu. http://binaukm.com/2010/06/
teknik-pemeliharaan-tebu-dalam-usaha-
budidava-tebu/ [Diakses 15 Juni 2012]
Menteri Perindustrian Rl. 2010. Peta Panduan
(Road Map) Pengembangan Klaster Industri
Gula. Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor : 11/M-IND/PER/1/2010
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 116/M-IND/PER/10/2009
Tentang Peta Panduan (Road Map)
Pengembangan Klaster Industri Gula
Pramuhadi, G. 2005. Pengolahan Tanah Optimum
pada Budidaya Tebu Lahan Kering. [Disertasi]
Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB
Sukman, Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan
Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

Trisnanto, W.R. 2012. Utopia Swasembada Gula.


http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/
read/cetak/2012/05/14/186415/1 Q/Utopia-
Swasembada-Gula. [Diakses 13 Juni 2012]

Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering Herbicidingat Dry LandSugarcanePlantation (Gatot Pramuhadi) 231

Anda mungkin juga menyukai