Anda di halaman 1dari 30

Review Jurnal

“In Vitro Regeneration of Clematis Plants in the Nikita Botanical Garden via
Somatic Embryogenesis and Organogenesis”

“Regenerasi In Vitro Tanaman Clematis di Kebun Raya Nikita Melalui Somatik


Embriogenesis dan Organogenesis”

Aisyah Nabilla A24190003


Anisa Nurazizah A24190007
Firdha Annisa Hakiki A24190144
Adiva Aulia A24190136
Mohamad Pandu Agung A24190137
Daftar Isi
01
Pendahuluan
You could describe the
topic of the section here

Bahan dan Metode


02 You could describe the
topic of the section here

03
Hasil dan Pembahasan
You could describe the
topic of the section here

04
Kesimpulan
You could describe the
topic of the section here
Pendahuluan
● Genus Clematis L. merupakan bagian dari keluarga buttercup (Ranunculaceae Juss.)
● Tanaman Clematis banyak digunakan sebagai ornamen taman namun banyak spesies yang memiliki nilai
ekonomi yang menguntungkan karena tanaman ini mengandung minyak esensial, tanin, vitamin C, dan
beberapa memiliki efek fungisidal yang mampu menghambat perkembangan fungi.
● Terdapat sekitar 24 spesies dan 236 kultivar tanaman Clematis di Nikita Botanical Garden. Koleksi berharga ini
membantu dalam melestarikan spesies Clematis dan menyediakan berbagai fitur morfologi untuk
perkembangan pemuliaan tanaman.
● Tanaman Clematis berbunga besar diperbanyak secara vegetatif karena sebagian besar hibrida tidak memiliki
keturunan benih yang layak. Banyak dari bibit yang dibudidayakan seringkali tidak cukup dekoratif dan gagal
menampilkan fitur estetika dari tanaman induk. Selain itu, tanaman clematis dipengaruhi secara signifikan oleh
virus, jamur, dan bakteri yang tidak hanya mengurangi sisi estetika, tapi juga mempersulit perbanyakan secara
massal.
● Metode perbanyakan secara konvensional tidak efisien untuk menghasilkan jumlah tanaman yang diinginkan
serta tidak dapat memenuhi permintaan industri bahan baku makanan dan medis. Namun, metode
bioteknologi modern yang berkembang telah berhasil memultipikasi tanaman langka dan tunggal serta
kultivar baru dan pemuliaan.
Pendahuluan
● Kapasitas morfogenik pada tanaman dapat diwujudkan dengan berbagai cara seperti melalui organogenesis
dan somatik embriogenesis. Telah banyak studi yang mempelajari terkait kapasitas morfogenetik kultivar dan
spesies clematis tertentu namun masih dibutuhkan evaluasi yang menyeluruh dan kuat tentang kapasitas
regeneratif tanaman clematis yang dibudidayakan secara in vitro di bawah pengaruh gabungan dari berbagai
faktor seperti genotipe, ZPT, intensitas cahaya, dan suhu.
● Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk menilai potensi morfogenetik eksplan dari 13 kultivar
clematis di bawah pengaruh berbagai faktor budidaya, pada tahap induksi pembentukan struktur morfogenik
dan regenerasi tanaman.
● Harapannya hasil penelitian ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman sehat di masa depan dan
pembuatan in vitro bank gen.
Bahan dan Metode
Metode
1 Bahan Tanaman dan Pembentukan Budidaya
Bahan tanam dalam pembentukan budidaya menggunakan eksplan
yang berasal dari tanaman induk terdiri dari 13 kultivar Clematis
diantaranya Alpinist, Ay-Nor, Bal Tsvetov, Crimson star, Crystal
fountain, Kosmicheskaya melodiya, Lesnaya opera, Madame julia
correvon, Nevesta, Nikitsky rosovyi, Nikolay rubtsov, Serenada
kryma, dan Vechniy zov.
Bahan dan Metode
Metode
1 Bahan Tanaman dan Pembentukan Budidaya
Langkah-langkah :
1. Bahan tanaman diisolasi dengan menggunakan larutan etanol
70% selama 1 menit. Kemudian dilanjutkan larutan yang
mengandung klorin 0,3-0,4% selama 15 menit dan laritan
thimerosal (Sigma, AS) dengan 1-2 tetes Tween 20.
2. Setelah ditambahkan pada setiap reaktan, pucuk sepanjang 3
cm di uci sebanyak 3 kali dalam air suling steril. Kemudian
pucuk disterilisasi dengan frekuensi kontaminasi dari 10%.
Bahan dan Metode
Metode
1 Bahan Tanaman dan Pembentukan Budidaya
Langkah-langkah :
3. Media kultur induksi ditambahkan dengan 0.89 μM
6-benzylaminopurine (BAP, Sigma, Amerika Serikat), 30 g/L sukrosa,
dan 9 g/L agar (PanReac, Spanyol).
4. Setelah itu, ntuk menghilangkan infeksi virus, 10 mg/L virocid
ribavirin (Virazole, 1-β-Dribofuranosyl-1,2,4-triazole-3-carboxamide,
Duchefa Biochemie, Holland) lalu ditambahkan ke media pada
tahap pengenalan eksplan.
5. Subkultur dilakukan dengan interval selama 2 minggu. Semua
penanganan dan perawatan dilakukan dalam kondisi aseptik di
dalam lemari aliran laminar SC2 (ESCO, Singapura).
Bahan dan Metode
Metode
2 Induksi Organogenesis dan Regenerasi
Bahan untuk menginduksi organogenesis dan regenerasi
menggunakan tunas makro dan stek makro dari 13 kultivar, media
kultur MS dan vitamin MS dengan berbagai ZPT, 2,20-8,90μM BAP
dalam kombinasi dengan 0,049 μM naphthylacetic acid (NAA,
Duchefa Biochemie, Holland) atau 3.0–9.0 μM thidiazuron (TDZ,
Duchefa Biochemie, Holland), ditambah dengan 100 mg/L
myo-inositol (Duchefa Biochemie, Holland), 30 g/L sukrosa, dan 9
g/L agar.
Bahan dan Metode
Metode
2 Induksi Organogenesis dan Regenerasi
Langkah-langkah :
1. Media MS dengan 0.89μM BAP sebagai kontrol. Kemudian
media kultur dengan pH antara 5.7-5.8 diautoklaf pada suhu
120°C selama 7-12 menit dalam sterilisasi LAC 5060S (Daihan
Labtech, Korea Selatan).
2. Zat pengatur tumbuh dan vitamin disterilkan dengan
penyaringan dingin melalui filter GP MILLEX (0,22 μm).
Kemudian ditambahkan ke media setelah autoklaf.
Bahan dan Metode
Metode
2 Induksi Organogenesis dan Regenerasi
Langkah-langkah :
3. Bejana kultur (100-250 ml/botol) dengan eksplan disimpan di
ruang pertumbuhan “BIOTRON” dan di ruang pertumbuhan
tanaman (MLR-352-PE, Panasonic, Jepang) pada suhu 24±1°C,
dengan fotoperiode 16 jam di bawah lampu fluoresen cahaya
putih dingin (Philips TL, 40 W intensitas cahaya 37,5 μmol m−2
s−1).
4. Subkultur pada setiap kultivar dilakukan selama 3-4 minggu.
Bahan dan Metode
Metode
3 Induksi Embriogenesis Somatik dan Regenerasi
Tanaman
Bahan menggunakan 13 kultivar dengan 1-2 ruas media MS yang
dipadatkan dengan vitamin MS, 100 mg/L myo-inositol, dan zat
pengatur tumbuh yang berbeda. Media kultur MS dengan 1,8μM
zeatin dan 0,04 μM indole-3-butyric acid (IBA, Duchefa
Biochemie, Holland) untuk menginduksi pembentukan kalus.
Induksi pembentukan kalus embriogenik, 0,9–6,8μM zeatin
(Sigma, AS) atau 0,9–6,8 μM 2,4-D (asam 2,4-diklorofenoksiasetat,
Sigma, AS), Sukrosa 30 g/L, agar-agar 9 g/L
Bahan dan Metode
Metode
3 Induksi Embriogenesis Somatik dan Regenerasi
Tanaman
Media dengan 0,4-4,6μM IBA dan 1,8 μM zeatin untuk menginduksi
pembentukan embrio somatik sekunder, embrio somatik primer.
Kalus pada media MS dengan 0,4-4,6μM zeatin untuk menginduksi
embriogenesis somatik tidak langsung. Media MS dengan 0,89 atau
2,22μM BAP untuk menginduksi pembentukan embrio somatik
sekunder, embrio somatik primer. Media MS dengan 0,44-8,9 μM
BAP dan 0,09 μM IBA untuk menginduksi embriogenesis somatik
langsung dalam 5 kultivar (Ay-Nor, Crimson Star, Crystal Fountain,
Kosmicheskaya Melodiya, Lesnaya Opera, Nivesta, Serenada Kryma,
dan kultivar Vechniy Zov.
Bahan dan Metode
Metode
3 Induksi Embriogenesis Somatik dan Regenerasi
Tanaman
Langkah-langkah untuk menginduksi embriogenesis somatik tidak langsung :
1. Pembuluh kultur (botol 100 atau 250 ml) dengan tunas mikro, potongan
mikro, dan embrio somatik disimpan pada suhu 24± 1◦C, dengan
fotoperiode 16 jam di bawah lampu fluoresen cahaya putih dingin
(Philips TL, 40 W: 37,5 μmol m-2 S-1 Intensitas cahaya).
2. Induksi embriogenesis somatik, wadah kultur dengan kalus ditempatkan
di ruang pertumbuhan dengan suhu (20–30◦C) san intensitas cahaya
(5–60 μmol m2 S1) diatur di bawah fotoperiode 16 jam.
3. Subkultur setiap kultivar dilakukan dengan selama 3-4 minggu.
Bahan dan Metode
Metode
3 Induksi Embriogenesis Somatik dan Regenerasi
Tanaman
Langkah-langkah untuk menginduksi embriogenesis somatik
langsung :
1. Kultur diinkubasi pada suhu 24±1°C, fotoperiode 16 jam di
bawah lampu fluoresen cahaya putih dingin (Philips TL, 40 W:
37,5 μmol m-2 S-1 Intensitas cahaya).
2. Subkultur setiap kultivar dilakukan dengan selama 3-4
minggu.
Bahan dan Metode
Metode
Analisis Histologi Struktur Morfogenik
4
Bahan menggunakan 4 kultivar dengan 6 struktur Alpinist, Madame
Julia Correvon, Crystal Fountain dan Nevesta.
Langkah-langkah :
1. Kalus dan embrio somatik difiksasi dalam larutan
formalinaseto-alkohol (FAA). Setelah difiksasi, bahan
dipindahkan ke larutan etil alkohol 70%. Isopropil alkohol
digunakan untuk dehidrasi material.
2. Kemudian, bahan dipertahankan dalam dua larutan xilena,
masing-masing selama 2 jam. Setelah itu, dibenamkan dalam
parafin. Infiltrasi dengan parafin dilakukan selama 7 hari.
Bahan dan Metode
Metode
Analisis Histologi Struktur Morfogenik
4
Langkah-langkah :
3. Bagian serial kalus dan embrio somatik dipotong menjadi 10 μm
tebal dengan mikrotom semi-otomatis putar RMD-3000
(MedTehnikaPoint, Rusia).
4. Kemudian ditempelkan pada slide permanen yang diwarnai
dengan metil hijau-pironin dan biru alcian, serta hematoksilin dan
biru alcian.
5. Slide di analisis menggunakan metode medan terang dan
pengamatan cahaya terpolarisasi di bawah mikroskop.
Bahan dan Metode
Metode
5 Analisis Statistik
Langkah-langkah :
1. Setiap perlakuan terdiri dari lima wadah kaca dengan empat
eksplan masing-masing kultivar Clematis (tunas mikro, stek
mikro, kalus, embrio somatik) dan diulang dalam rangkap tiga.
2. Kemudian catat jumlah tunas vegetatif yang meregenerasi
kalus atau embrio somatik selama 2-4 minggu. Pada jumlah
tunas mikro per eksplan ditentukan setiap bulan.
3. Kemudian amati data jumlah tunas mikro yang diregenerasi per
eksplan, panjang eksplan, dan jumlah ruas dianalisis, statistik
rata-rata analisis varians (ANOVA) dan standar deviasi untuk
menemukan variabilitas antara perlakuan yang berbeda.
HASIL PENGAMATAN
● Faktor pendorong eksplan adalah jenis konsentrasi zpt
● Minggu 1: diamati perkembangan tunas vegetatif
● Minggu 2: diamati pembentukan tunas mikro tunggal
● Minggu 3-4: respon terbaik dalam hal jumlah kalus
morfogenik, tunas adventif, dan pembentukan tunas
mikro diamati pada media dengan TDZ. Pada minggu
ke-4 jumlah tunas telah mencapai 10-15 per eksplan
● BAP: sedikit meningkatkan jumlah tunas adventif dan
regenerasi tunas mikro
● Perlakuan dengan zpt TDZ menghasilkan jumlah
regenerasi tunas mikro lebih banyak dibanding zpt BAP
● Konsentrasi 8,90 M BAP dan 0,049 M NAA
menghasilkan tunas mikro adventif dengan panjang
maksimum.
Hasil Pengamatan

A. Struktur globular pada permukaan tunas vegetatif


dalam kultivar Nevesta setelah 20 hari induksi
embriogenesis somatik
B. Embrio pada tahap pertumbuhan globular dan
torpedo dari kultivar Crystal Fountain
C. Zona aktif meristematik dan pembentukan embrio
globular dalam kultivar Nevesta
D. Embrio somatik dari kultivar Crystal Fountain pada
berbagai tahapan perkembangan
E. Pengembangan planlet dari embrio somatik dari
kultivar Nevesta
F. Planlet yang dikembangkan dari embrio somatik dari
kultivar Crystal Fountain
Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Tdk Langsung
2,4-D dalam media kultur pada Dua jenis sel hadir dalam massa
konsentrasi 4,6µM dan 6,8 µM embriogenik: pertama, memiliki
merangsang pembentukan kalus sitoplasma yang relatif padat, dinding
berwarna putih non-embriogenik. sel yang cukup tipis, dan vakuola yang
sangat kecil (sel embriogenik); yang
Media yang mengandung 1,8µM dari kedua dicirikan oleh sel dengan
zeatin, sel-sel kalus yang dikultur sitoplasma dan vakuola besar (sel
secara aktif membelah. Kalus non-embriogenik).
embriogenik juga terbentuk pada
2,3µM dan 4.6 µM zeatin.
Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Tdk Langsung
Kehadiran zeatin dalam medium Perkecambahan embrio somatik
menginduksi pembentukan struktur terjadi selama periode budidaya yang
bipolar di permukaan dan di dalam cukup lama (30–40 hari)
kalus.
Embrioid paling banyak per eksplan
Semua embrio non-zigotik baru (25) diperoleh pada media MS yang
berwarna hijau muda dan dilengkapi dengan 1,8µM zeatin
terhubung erat dengan kalus ibu.
Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Tdk Langsung
Embrioid somatik pada media kultur Frekuensi embriogenesis sekunder
dengan konsentrasi zeatin lebih tergantung pada konsentrasi IBA
tinggi dari 1,8 μM tidak terjadi. dalam media kultur. Konsentrasi IBA
optimal adalah 0,9µM.
Subkultur selanjutnya dari embrio
somatik diletakkan di media dengan Konsentrasi tinggi IBA menghambat
1,8μM zeatin dikombinasikan pertumbuhan embrioid dan secara
dengan berbagai konsentrasi IBA signifikan mengurangi frekuensi
menyebabkan embrioid sekunder embriogenesis sekunder dalam
terbentuk. kultivar clematis.
Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Tdk Langsung (faktor fisik)

Penurunan atau kenaikan suhu Mengurangi tingkat cahaya menjadi


secara signifikan mempengaruhi 12,5 µmol m2 S1 sangat mengurangi
jumlah embrioid somatik yang jumlah pembentukan embrio somatik.
berkembang. Intensitas cahaya optimal ditentukan
menjadi 37,5 µmol m2 S1.
Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Langsung
Induksi embriogenesis somatik langsung terjadi di semua 13 kultivar clematis
yang dipelajari.

Di dasar kuncup dalam kultivar 'Alpinist’,'Bal Tsvetov,' 'Madame Julia Correvon,'


'Nikitsky Rosovyi,' dan 'Serenada Kryma', hanya embrio somatik tunggal yang
terbentuk.

Kemampuan eksplan untuk membentuk embrioid bergantung pada konsentrasi


BAP. Konsentrasi BAP yang optimal adalah 2.20µM.
Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Langsung
Dalam media kontrol yang kekurangan zat pengatur tumbuh, perkembangan
tunas mikro kadang-kadang teramati pada beberapa kultivar.

Tunas kultivar clematis dari kelompok Lanuginosa dan Florida menunjukkan


kapasitas morfogenetik yang lebih tinggi.

Pembentukan embrio somatik selalu terjadi langsung di permukaan tunas


vegetatif, paling sering di zona sel meristematik puncak.

Setelah 20 hari kultur, beberapa struktur globular terlihat jelas


Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Langsung
Awalnya, struktur ini terletak sangat dekat satu sama lain. Dalam bentuk ini,
pada saat yang sama mereka bisa sampai ke tahap jantung, torpedo, atau
kotiledon. Setelah 30-40 hari kultur, embrio mulai terpisah satu sama lain
dengan mudah.

Ciri khas embrioid selama periode ini adalah perkecambahan akar, setelah itu
regenerasi tunas mikro dimulai.

Frekuensi embriogenesis sekunder bervariasi di seluruh kultivar yang dipelajari.

Embrio sekunder paling sering terbentuk di sepanjang tepi kotiledon embrioid


somatik.
Hasil Pengamatan Embriogenesis Somatik
ES Langsung
Awalnya, pembentukan struktur bulat transparan diamati, tetapi kemudian
menjadi putih dan ukurannya bertambah.

Plantlet berikutnya berkembang dan membentuk tanaman spesifik kultivar


yang frekuensi keseluruhannya rata-rata 80% -95%.
Zat Pengatur Tumbuh pada Tanaman Clematis DISKUSI

■ Sitokinin berfungsi meningkatkan pembelahan sel, proses pertumbuhan, merangsang


diferensiasi sel, histogenesis, dan pembentukan tunas.
■ Zeatin, BAP, dan TDZ sebagai sitokinin utama dalam kultur jaringan dan organ tanaman
clematis
■ Auksin 2,4-D, nAA, IBA digunakan untuk menginduksi proses organogensis dan
embriogenesis somatik
■ Auksin, mengaktifkan proses pembelahan sel dan peregangan, diperlukan untuk
pembentukan sistem vaskular dan akar pada tanaman
■ Interaksi auksin-sitokinin mengatur koordinasi pembentukan dan pertumbuhan tunas
utama dan lateral
Kesimpulan
-Pemberian TDZ pada media kultur menunjukkan peningkatan kapasitas
regeneratif dengan pembentukan tunas adventif untuk 13 kultivar.

-Faktor utama yang mempengaruhi proses regenerasi embrio somatik


diantaranya: genotip tanaman induk, ZPT (BAP dan IBA), temperatur 26◦C dan
intensitas cahaya sebesar 37.5 µmol m−2 s −1.

-Pada kasus somatik embriogenesis langsung dan tidak langsung,


embriogenesis sekunder selau diobservasi dimana hal ini meningkatkan
frekuensi pembentukan embrio somatik dan regenerasi tanaman secara
signifikan pada 8 kultivar.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai