Anda di halaman 1dari 11

Agrotekma, 5 (1) Desember 2020 ISSN 2548-7841 (Print) ISSN 2614-011X (Online)

DOI: https://doi.org/10.31289/agr.v5i1.4031

Agrotekma
Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekma

Proyeksi Pengembangan Komoditas Kelapa Dalam Secara


Kewilayahan Berbasis Sumberdaya Lahan di Kalimantan
Tengah
Spatial Projection of Coconut Commodity Development Based on
Land Resources in Central Kalimantan
Andy Bhermana*, Sandis Wahyu Prasetiyo, Dedy Irwandi, dan Sri Agustini
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Palangkaraya Kalimantan Tengah, Indonesia
*Coresponding Email: andybhermana@yahoo.com
Abstrak
Pengembangan kelapa dalam sebagai salah satu komoditas unggulan di Kalimantan Tengah sangat
diperlukan untuk memberikan kontribusi terhadap kebutuhan ekspor nasional. Hasil analisis dan
evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa untuk wilayah regional Kalimantan Tengah kelas
kesesuaian lahan untuk kelapa adalah kelas S3 (sesuai marginal). Beberapa faktor pembatas utama yang
dijumpai pada tipologi lahan basah meliputi keberadaan gambut, drainase, ketersediaan hara dan
kemasaman tanah. Sedangkan pada lahan kering adalah kemasaman tanah, kelerengan dan ketersediaan
hara. Hasil analisis spasial lebih lanjut menjelaskan bahwa potensi untuk pengembangan komoditas
kelapa di Kalimantan Tengah memiliki luas potensial sebesar 3.499.712 Ha atau 22,65% dari total luas
wilayah Kalimantan tengah. Secara spasial kawasan-kawasan yang memiliki potensi untuk
pengembangan terdapat dan tersebar di hampir setiap kabupaten. Terdapat 2 wilayah yang tidak
diperuntukkan untuk pengembangan kelapa yaitu kota Palangka Raya dan kabupaten Murung Raya
dikarenakan adanya faktor pembatas yang sulit untuk diatas yaitu jenis tanah berpasir dan kelas
kelerengan yang cukup curam (>30%). Stategi pengembangan komoditas kelapa secara kewilayahan
dapat dialokasikan pada kawasan-kawasan yang memiliki areal lahan terlantar. Sedangkan pada
wilayah-wilayah yang berdekatan dengan pemukiman penduduk perlu diterapkan sistem usahatani
budidaya tanaman sela pada usia pertumbuhan kelapa kurang dari 3 tahun untuk mengoptimalkan
produktivitas sumberdaya lahan dan iklim serta meningkatkan pendapatan
Kata Kunci: Sumberdaya Lahan, Kelapa, Perencanaan, Kalimantan Tengah.
Abstract
The development of coconut as one of the prime commodities in Central Kalimantan is required to contribute
national export needs. The results of analysis and evaluation of land suitability indicated that at regional
level of Central Kalimantan, the land suitability class for coconut is class S3 (marginally suitable). The main
limiting factors found in wetland typology include presence of peat, drainage, nutrient availability and soil
acidity. Whereas on dry land is soil acidity, slope and nutrient availability. The results of further spatial
analysis explain that the potential areas for the coconut commodity development in Central Kalimantan is
3,499,712 Ha or 22.65% of the total areas. Spatially, the potential of development areas are spread within
almost every district. There are 2 areas that is not designated for coconut development, namely the city of
Palangka Raya and Murung Raya regency due to limiting factors existence such as sandy soil type and steep
slope (> 30%). Regional development strategies for coconut commodities can then be allocated to areas that
have abandoned land areas. While at areas surrounding by settlements, they can be implemented by the use
intercropping farming systems at the age of coconut growth for less than 3 years n order to optimize the
land resources and climate productivity while at the same time increasing the income.
Keywords: Land Resource, Coconut, Planning, Central Kalimantan.
How to Cite: A. Bhermana*, S. W., Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. (2020). Proyeksi Pengembangan Komoditas
Kelapa Dalam Secara Kewilayahan Berbasis Sumberdaya Lahan di Kalimantan Tengah. Agrotekma: Jurnal
Agroteknologi dan Ilmu Pertanian. 5 (1): 1-11

1
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas

PENDAHULUAN komoditas karet dan kelapa sawit (BPS


Wilayah Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Tengah, 2018;
luas secara administratif mencapai 15 juta https://republika.co.id/berita/ekonomi/m
hektar memliki potensi ketersediaan akro/17/09/26/owvs57423-kementan-
sumberdaya lahan yang masih cukup luas. dorong-ekspor-kelapa-dalam-volume-
Pengelolaan sumberdaya lahan dengan besar).
mempertimbangkan faktor kelestarian Dukungan pemerintah dalam upaya
lingkungan dapat memberikan kontribusi pengembangan komoditas kelapa telah
pendapatan daerah yang berkelanjutan dilaksanakan melalui optimalisasi lahan-
dari sektor perkebunan seperti komoditas lahan terlantar, peremajaan tanaman dan
kelapa dalam. Lahan-lahan yang berpotensi rehabilitasi perkebunan. Bantuan
untuk pengembangan perkebunan kelapa pemerintah juga mencakup penyediaan
dalam hingga saat ini masih memerlukan bibit, alat dan mesin serta infrastruktur
perencanaan wilayah yang sistematis pendukung lainnya melalui program
disertai pengelolaan lahan (land kebijakan perbenihan yang sudah dimulai
management) yang tepat agar mampu dari tahun 2017 untuk program
memberikan hasil yang optimal. pelaksanaan replanting pada beberapa
Pertumbuhan produksi kelapa secara kawasan dan pendampingan perkebunan.
umum di level nasional masih sangat Dalam rangka mendukung program
rendah. Angka statistik hingga tahun 2017 kebijakan pemerintah tersebut, salah
masih menunjukkan rendahnya nilai satunya adalah melalui penyusunan
produksi dengan persentasi pertumbuhan - identifikasi wilayah untuk pengembangan
2,84% (Pusat Data dan Sistem Informasi kelapa dalam yang berbasis pada potensi
Pertanian, 2017). Dengan total produksi sumberdaya lahan yang tersedia. Konsep
sebesar 14.689 ton, wilayah Kalimantan perencanaan wilayah yang sistematis
Tengah tetap memberikan kontribusi berbasis potensi sumberdaya lahan dapat
terhadap kebutuhan ekspor yang dijadikan sebagai kerangka acuan dalam
menjadikan Indonesia sebagai negara menentukan prospek pewilayahan dengan
eksportir kelapa terbesar kedua setelah menetapkan kawasan-kawasan strategis
Filipina. Pemerintah sendiri telah untuk pengembangan komoditas kelapa
mencanangkan kelapa sebagai komoditas dalam di wilayah regional Kalimantan
perkebunan unggulan untuk prospek Tengah.
ekspor dalam volume yang besar selain

2
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11

Penyusunan perencanaan wilayah secara umum yaitu pada tingkat ordo untuk
melalui pemilihan daerah-darah yang menentukan kelas sesuai (suitable) dan
berpotensi untuk pengembangan tidak tidak sesuai (non suitable). Hal ini
terlepas dari keberadaan data atau dikarenakan pada kajian ini hanyadirahkan
informasi sumberdaya lahan (Susanto dan untuk menghasilkan data dan informasi
Sirappa, 2007; Rayes, 2007; FAO, 1996). untuk kepentingan perencanaan
Tujuan dari kajian yang dituangkan dalam penggunaan lahan di tingkat regional
tulisan ini adalah untuk menyusun data dan provinsi sebagai landasan untuk penetapan
informasi secara kewilayahan mengenai wilayah secara geografis untuk
potensi dan ketersediaan sumberdaya pengembangan komoditas kelapa dalam
lahan dasar pertimbangan dalam (Cocos nucifera) di wilayah Kalimantan
perencanaan penggunaan lahan (landuse Tengah.
planning) dalam rangka mendukung Kegiatan analisis data sumberdaya
program pemerintah untuk lahan dilakukan secara deskwork study
pemgembangan komoditas perkebunan berdasarkan informasi sumberdaya lahan
kelapa dalam di Kalimantan Tengah. yang berasal dari peta-peta sistem lahan
yang didukung informasi peta tanah untuk
METODE PENELITIAN seluruh wilayah Kalimantan Tengah
Kajian ini dilaksanakan dengan dengan skala tinjau (1:250.000). Pada
pendekatan konsep evaluasi kesesuaian skala ini meskipun batas-batas poligon
lahan untuk untuk menilai kecocokan suatu tanah belum menunjukkan tingkat presisi
bidang lahan untuk terhadap suatu jenis yang tinggi (Forbes and Eswaran,1981)
tanaman yang akan dikembangkan tetapi informasi pada skala ini sudah dapat
(Davidson, 1992; Dent and Young, 1981; menggambarkan kondisi sumberdaya
FAO, 1976). Prosedur evaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat digunakan untuk
lahan menggunakan teknik pencocokan perencanaan penggunaan lahan (Aubert,
(matching) antara karakteristik 1981; Dent and Young, 1981) dan juga
sumberdaya lahan dan iklim dengan untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan
persyaratan tumbuh tanaman. Prosedur yang memiliki potensi untuk
evaluasi kesesuaian lahan mengacu pada pengembangan dan kawasan-kawasan
Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk intensifikasi pertanian (Rourke, 1981).
Komoditas Pertanian (BBPPSDLP, 2011). Aplikasi sistem informasi geografis
Penilaian kelas kesesuaian hanya dilakukan (GIS) digunakan dalam kajian ini sebagai
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas

alat bantu dalam menyusun sistem data relatif pada siang hari berkisar antara 26oC
base baik dalam format spasial maupun - 30oC sedangkan pada malam hari 15oC -
tabular terhadap hasil evaluasi kesesuaian 26oC dengan kelembaban 82,09%-87,85%
lahan (Berry and Berry, 1988; Burrough, (Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah,
1994) dan analisis spasial untuk 2017). Hasil pantauan terakhir Badan
mendeskripsikan pola sebaran geografis Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
daerah-daerah yang memiliki peruntukkan intensitas hujan bulanan di wilayah
lahan dan poteni pengembangan untuk Kalimantan Tengah berkisar antara 191-
komoditas kelapa dalam (Bernhardsen, 318 mm/bulan. Hasil rekapitulasi data
2002). Diagram alur penelitian secara curah hujan 10 tahun terakhir hingga tahun
umum disajikan pada Gambar 1. 2015 berdasarkan data stasiun-stasiun
iklim Kota Palangkaraya, Pangkalan Bun,
Sampit, Muara Teweh, dan Buntok, curah
hujan tahunan wilayah ini berkisar antara
2.297 mm hingga 3.812 mm. Periode bulan
basah berturut-turut berkisar antara 10-12
bulan sedangkan bulan kering antara 0-2
Gambar 1. Tahapan dan alur kegiatan kajian secara
umum bulan Tingginya curah hujan disebabkan
pengaruh suhu yang mengakibatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
tingginya intensitas penguapan sehingga
Informasi Sumberdaya Lahan dan Iklim
menimbulkan kondisi udara yang jenuh air
Wilayah Kalimantan Tengah dengan
dan awan aktif yang berpotensi hujan.
luas mencapai 15.453.500 Ha berada di
Berdasarkan klasifikasi iklim
daerah jalur garis khatulistiwa (equator)
Schimdt-Ferquson, wilayah Kalimantan
dengan letak geografis pada posisi
Tengah termasuk ke dalam tipe hujan A
koordinat 110o 42’ 48’’ - 115o 50’ 39’’ Bujur
dengan kriteria biofisik kawasan sangat
Timur dan 00o 46’ 58’’ - 03o 33’ 43’’
basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Lintang Selatan. Pada posisi ini, wilayah
Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim
Kalimantan Tengah mendapat penyinaran
Koppen wilayah ini termasuk ke dalam tipe
matahari yang cukup sepanjang tahun
iklim Afa yang dicirikan dengan beriklim
dengan rata-rata suhu minimum 22,6 oC
tropis, suhu rata-rata tahunan pada bulan
dan suhu maksimum 32,08 oC. Perbedaan
terdingin > 18 oC dan pada bulan terkering
suhu antar lokasi relatif kecil dan hanya
curah hujan masih diatas 60 mm/bulan.
dibedakan oleh perbedaan altitude. Suhu
4
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11

Sedangkan hasil analisis spasial seperti rawa gambut dan lahan pasang
berdasarkan peta zona agroklimat surut faktor pembatas untuk kesuburan
(Oldeman et al., 1980), wilayah Kalimantan tanah adalah kemasaman tanah yang
Tengah terbagi menjadi 4 (empat) zona sangat tinggi (Pusat Penelitian Tanah dan
utama yaitu zona A, B1, C1, dan C2. Zona A Agroklimat, 2000; 1995).
terdapat di bagian utara dengan jumlah Karakteristik topografi Kalimantan
bulan basah berturut-turut lebihdari 9 Tengah banyak didominasi oleh wilayah-
bulan dan bulan kering kurang dari 2 bulan, wilayah yang datar mulai dari bagian
sedangkan dibagian tengah dan sebagian selatan mengarah ke tengah dan terus ke
selatan didominasi oleh zona B1 dengan bagian barat hingga timur. Pada bagian
jumlah bulan basah 7-9 bulan dan bulan tengah mulai dijumpai perbukitan dengan
kering kurang dari 2 bulan. Zona C1 dan C2 variasi kisaran lereng dengan tingkat
hanya meliputi kawasan dengan proporsi kecuraman yang meningkat ke arah bagian
yang sedikit di bagian selatan dengan utara. Pada bagian utara rangkaian
dengan jumlah bulan basah 5-6 bulan dan pegunungan dengan kelerengan yang
bulan kering kurang dari 2 bulan sampai 3 curam memanjang dari barat daya ke timur.
bulan. Titik tertinggi untuk wilayah Kalimantan
Wilayah provinsi Kalimantan Tengah Tengah berada pada elevasi 2.200 meter di
secara umum terbagi dalam 2 (dua) tipologi atas permukaan laut terdapat di daerah
lahan yaitu lahan kering (up land) yang sekitar gunung Bukit Raya, kabupaten
berada di bagian tengah dan paling Katingan bagian utara berbatasan dengan
dominan di sebelah utara berbatasan provinsi Kalimantan Barat. Data mengenai
dengan wilayah Kalimantan Barat dan bentuk wilayah (landform) dan topografi
Kalimantan Timur dan lahan basah (wet sangat penting dalam analisis potensi
land) yang tersebar di bagian selatan. wilayah karena berhubungan dengan
Karakteristik lahan kering di wilayah ini karakteristik tanah dan sifat-sifat
sebagian besar terdiri dari tanah-tanah tua lingkungan biofisik lainnya (Djaenudin et
yang sudah banyak mengalami pencucian al., 2002). Kelerengan (slope) merupakan
sehingga memiliki tingkat kesuburan yang bagian penting dari topografi yang dapat
rendah dengan diperberat dengan dijadikan dasar dalam menentukan tipe
ketiadaan bahan pembaharu seperti abu pemanfaatan lahan (Altiery, 1987).
volkan. Sedangkan pada lahan-lahan basah
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas

Table 1 Persyaratan beberapa karakteristik lahan dan iklim untuk kesesuaian lahan tanaman kelapa

Persyaratan Kelas kesesuaian lahan


penggunaan lahan untuk tanaman kelapa
(Karakteristik S1 S2 S3 N
lahan) (Sangat sesuai) (agak sesuai) (sesuai marginal) (tidak sesuai)
Temperatur (t)
Suhu rata-rata 25-28 23-25 20-23 <20
(oC) 28-32 32-35 >35
Ketersediaan air
(wa) 2000-3000 1300-2000 1000-1300 <1000
Curah hujan 3000-4000 4000-5000 >5000
(mm/tahun)
<3 2-4 4-6
Lama
periode bulan
kering (bln)
Ketersediaan
oksigen (oa) baik, sedang agak terhambat terhambat, agak cepat Cepat, sangat terhambat
Drainase
Media perakaran
(rc) halus, agak halus Agak kasar Sangat halus kasar
Tekstur(*)
>100
<100 75-100 50-75 <50
Kedalaman tanah saprik 100-200 200-300 >300
(cm) Hemik hemik fibrik
Ketebalan gambut
(cm)
Kematangan
gambut
Retensi hara
KPK lempung >16 <16 - -
(cmol(+)kg-1) >20 <20 - -
Kejenuhan Basa 5,2-7,5 4,8-5,2 <4,8 -
(%) 7,5-8,0 >8,0
Kemasaman tanah >8,0 <0,8 -

C-organik (%)
Kelerengan (s)
Kelas lereng (%) <8 8-15 15-40 >40
Bahaya sulfidik
(xs) >100 75-100 40-75 <40
Kedalaman
sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Bahaya erosi ringan Ringan sedang berat
Bahaya banjir (fh)
Banjir ringan sedang agak berat berat
Penyiapan lahan
(lp) <5 5-15 15-40 >40
Batuan
permukaan (%)

6
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11

Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas kelapa dalam yang merepresentasikan pola


Kelapa Dalam sebaran geografis kawasan-kawasan yang
Iklim dan lahan merupakan faktor memiliki peruntukkan lahan untuk
penting yang harus dipertimbangkan pengembangan komoditas kelapa.
dalam pelaksanaan usaha tani kelapa. Informasi peta yang dihasilkan untuk
Beberapa persyaratan berupa karakteristik selanjutnya dapat dijadikan sebagai
lahan dan iklim yang menjadi dasar rekomendasi dan arahan pewilayahan
penetapan tingkat kesesuaian lahan untuk berbasis sumberdaya lahan untuk
usahatani tanaman kelapa disajikan pada pengembangan komoditas kelapa di
Tabel 1. Hasil analisis dan evaluasi Kalimantan Tengah (Gambar 2).
kesesuaian lahan dengan mengacu pada
Arahan Pengembangan Wilayah
Tabel 1 yang dicocokkan (matching)
Hasil analisis spasial lebih lanjut
dengan data karakteristik lahan yang
menjelaskan bahwa potensi untuk
berasal dari informasi sistem lahan dan
pengembangan komoditas kelapa di
peta tanah skala tinjau menunjukkan
Kalimantan Tengah memiliki luas potensial
bahwa untuk wilayah regional Kalimantan
sebesar 3.499.712 Ha atau 22,65% dari
Tengah kelas kesesuaian lahan untuk
total luas wilayah Kalimantan tengah.
kelapa adalah kelas S3 (sesuai marginal).
Secara spasial kawasan-kawasan yang
Beberapa faktor pembatas utama yang
memiliki potensi untuk pengembangan
dijumpai pada tipologi lahan basah
terdapat dan tersebar di hampir setiap
meliputi keberadaan gambut, drainase,
kabupaten. Hanya terdapat wilayah
ketersediaan hara dan kemasaman tanah.
adminitrasi yaitu kota Palangka Raya dan
Sedangkan pada lahan kering adalah
kabupaten Murung Raya yang tidak
kemasaman tanah, kelerengan dan
diarahkan untuk pengembangan
ketersediaan hara.
komoditas kelapa dalam. Kondisi
Hasil evaluasi lahan untuk selanjutnya
sumberdaya lahan untuk wilayah kota
diintegrasikan ke dalam sistem peta yang
Palangka Raya lebih didominasi oleh jenis
mewadahi informasi kelas kesesuaian di
tanah berpasir yang berkembang dari
tingkat ordo mengacu pada peta sistem
bahan kwarsa sehingga dikategorikan
lahan dan jenis tanah skala tinjau. Dalam
sebagai faktor pembatas utama. Sedangkan
format spasial informasi kesesuaian lahan
di wilayah kabupaten Murung Raya
tertuang dalam peta pewilayahan
dijumpai faktor pembatas utama yaitu
komoditas untuk pengembangan tanaman

7
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas

kelas kelerengan yang tergolong curam dan Pengembangan Sumberdaya Lahan


(>30%) sehingga tidak memungkinkan Pertanian, 2016; 2011). Hal ini berlaku juga
untuk dikelola. Berdasarkan hasil analisi untuk wilayah lainnya yang memang tidak
dan evaluasi lahan menunjukkan bahwa sesuai untuk pengembangan komoditas
pada kedua wilayah ini lebih didominasi kelapa dan bila dipaksakan akan
kelas kesesuaian N (tidak sesuai). Upaya berdampak buruk pada kualitas
pengelolaan lahan untuk perbaikan pada sumberdaya lahan baik kerusakan secara
kelas kesesuaian ini sangat sulit untuk fisik dan berimbas pada ekonomi, sehingga
dilakukan karena memerlukan beaya (cost) aspek konservasi lahan tetap diutamakan
yang sangat tinggi (Balai Besar Penelitian (Mather, 1986; Sinukaban, 1989).

Gambar 2. Peta arahan pengembangan komoditas kelapa dalam di Kalimantan Tengah


Pengembangan komoditas ini di mengingat keberadaan faktor pembatas
tingkat regional provinsi dapat diusahakan yang perlu untuk diatasi. Pengelolaan
baik pada tipologi lahan kering dan lahan kesuburan tanah pada lahan kering dapat
basah. Input managemen berupa teknologi dilakukan melalui pemupukan, pengapuran
pengolahan tanah sangat diperlukan dan penambahan bahan organik (Minardi,

8
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11

2009). Pada tipologi lahan basah dengan juga untuk meningkatakn kesuburan tanah
mempertimbangkan beberapa kriteria serta menciptakan iklim mikro yang sesuai
yaitu tingkat kematangan gambut, untuk pertumbuhan tanaman kelapa pada
ketebalan gambut, dan drainase atau usia kurang dari 3 tahun (Santosa dan Elsje,
genangan maka pengembangan komoditas 2015).
ini dapat dikembangkan khususnya pada Ditinjau dari aspek pengusahaannya,
lahan-lahan gambut dengan ketebalan usahatani kelapa di Indonesia dapat
kurang dari 1 meter dengan pada jenis dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu:
tanah Haplohemist (Ritung dan Sukarman, pola usahatani pekarangan, kelapa
2016). Pemberian kapur dan pemupukan monokultur, kelapa polikultur, dan kelapa
berimbang sangat diperlukan untuk pasang surut (Nasution dan Rachmat,
mengatasi kendala pada lahan-lahan 1993). Faktor kendala lain yang masih
tersebut. perlu dipertimbangkan adalah serangan
Secara kewilayahan (spatial), dengan hama dan penyakit. Keberadaan faktor
mempertimbangkan konsep tataruang penghambat ini perlu mendapat perhatian
(RTRW) yang ada, maka peruntukan dalam upaya peningkatan produksi kelapa.
alokasi pengembangan dapat diarahkan Tingkat serangan hama dan penyakit pada
pada lahan-lahan terlantar dengan maksud kelapa berbeda-beda antara satu daerah
untuk memulihkan fungsi vegetatif yang dengan daerah lainnya, begitu pula dengan
berdampak pada peningkatan sifat serangannya, ada yang musiman dan
produktivitas lahan (http: ada pula yang bersifat laten. Hal ini dapat
//www.academia.edu/9092508/ diperburuk lagi dengan adanya perubahan
MANAJEMEN_OPTIMAL_LAHAN_TIDUR_U beberapa hama dan penyakit yang semula
NTUK_PEMBANGUNAN_PERTANIAN). tidak penting menjadi penting dengan
Sedangkan pada kawasan-kawasan yang tingkat serangan yang dapat merugikan
tidak jauh dari areal pemukiman, tanaman. Hal ini dapat terjadi sebagai
pengelolaan lahan pada usahatani kelapa akibat dari perubahan keadaan lingkungan,
dalam dapat menerapkan sistem tanaman agroklimat bahkan akibat perubahan
sela (alley cropping) dengan teknologi budidaya
mengintroduksikan beberapa jenis (http://www.litbang.pertanian.go.id/dow
tanaman pangan dan palawija. Sistem nload/one/58/).
usahatani ini memberikan manfaat selain Beberapa hama utama yang dapat
untuk meningkatkan pendapatan (income) menimbulkan kerugian yang cukup besar,

9
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas

antara lain Kumbang kelapa (Oryctes SIMPULAN


rhinoceros L.), kumbang sagu Klasifikasi kesesuaian lahan untuk
(Rhynchophorus ferrugineus Olivier), ulat kelapa dalam di Kalimantan Tengah secara
pemakan daun kelapa (Artona catoxantha umum adalah kelas S3 (sesuai marginal).
Hampson.), kumbang janur Bronstispa Beberapa faktor pembatas utama yang
longissima (Gestro) dan belalang pedang dijumpai pada tipologi lahan basah
(Sexava sp.) Sedangkan penyakit utama meliputi keberadaan gambut, drainase,
yang menyerang kelapa dalam diantaranya ketersediaan hara dan kemasaman tanah.
adalah penyakit busuk pucuk (PBP) yang Sedangkan pada lahan kering adalah
disebabkan cendawan Phytophthora kemasaman tanah, kelerengan dan
palmivora Butler, penyakit gugur buah ketersediaan hara. Pengembangan
(PGB) dan penyakit layu kelapa (PLK) komoditas kelapa di tingkat regional
(Marhaeni, 2006). provinsi dapat diarahkan pada hampir
Tindakan pengendalian yang dapat seluruh wilayah kabupaten kecuali wilayah
dilakukan untuk mencegah atau administratif Kota Palangka Raya dan
mengurangi serangan hama dan penyakit Kabupaten Murung Raya. Faktor pembatas
pada kelapa, yaitu dengan menggunakan utama di kedua wilayah ini secara berturut
konsep pengendalian yang sehat dan ramah adalah jenis tanah berpasir yang
lingkungan yang dikenal sebagai sistem berkembang dari bahan kwarsa dan kelas
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu kelerengan yang tergolong curam (>30%).
suatu konsep atau cara berpikir dalam Stategi pengembangan komoditas kelapa
upaya pengendalian populasi atau tingkat secara kewilayahan dapat dialokasikan
serangan hama dengan menerapkan pada kawasan-kawasan yang memiliki
berbagai teknik pengendalian yang areal lahan terlantar. Sedangkan pada
kompatibel dalam satu kesatuan untuk wilayah-wilayah yang berdekatan dengan
mencegah kerusakan tanaman dan pemukiman penduduk perlu diterapkan
timbulnya kerugian secara ekonomis serta sistem usahatani budidaya tanaman sela
mencegah kerusakan lingkungan dan pada usia pertumbuha kelapa kurang dari 3
ekosistem (Mahmud, 1990; tahun untuk mengoptimalkan
https://mitalom.com/pengertian-prinsip- produktivitas sumberdaya lahan dan iklim
dasar-dan-konsep-pengendalian-hama- serta meningkatkan pendapatan.
terpadu-pht/).

10
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11

DAFTAR PUSTAKA Marhaeni, L.S. (2006). Inventarisasi Hama dan


Penyakit Penting Pada Tanaman Kelapa.
Altiery, M. A. (1987). Agroecology, The Scientific Jurnal Litbang Pertanian. Volume 7 No.2.
Basis of Alternative Agriculture. Westview 2006. 112-117.
Press. London. Mather, A.S. (1986), Land Use. Longman. London
Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. (2017). and New York.
Provinsi Kalimantan Tengah Dalam Angka. Minardi. (2009). Optimalisasi Pengelolaan Lahan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kering Untuk Pengembangan Pertanian
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBPPSDLP). Tanaman Pangan. Makalah Pengukuhan Guru
Pedoman Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Besar Ilmu Tanah Pada Fakultas Pertanian
Komoditas Pertanian Strategis Tingkat Semi Universitas Sebelas Maret. Disampaikan
Detail Skala 1:50.000. Petunjuk Teknis. Badan dalam Sidang Senat Terbuka Universitas
Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Sebelas Maret Pada tanggal 26 Pebruari 2009.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Nasution, A dan M. Rachmat. (1993). Agribisnis
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBPPSDLP). Kelapa Rakyat di Indonesia: Kendala dan
(2011). Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Prospek. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol
Untuk Komoditas Pertanian. Edisi Revisi 10, No 2-1: 19-28.
2011. Balai Besar Penelitian dan Oldeman, L. R., L. Irsal., and Muladi. (1980). Agro-
Pengembangan Sumberdaya Lahan climatic map of Kalimantan. Central Research
Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Institute for Agriculture. Bogor. Indonesia.
Kementerian Pertanian. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2017).
Bernhardsen, T. (2002). Geographic Information Statistik Pertanian 2017. Kementerian
System. An Introduction. Third Edition. John Pertanian.
Wiley and Sons, Inc. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Atlas
Berry, J. K and J. K. Berry. (1988). Assessing Spatial sumberdaya tanah tingkat eksplorasi skala
Impact of Land use Plans. Journal of 1:1.000.000.
Environmental Management. Volume 27. No. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. (1995). Peta
1: 1-9. potensi pengembangan pertanian provinsi
Burrough, P. A. (1994). Principles of Geographical Kalimantan Tengah Skala 1:500.000.
Information Systems for Land Resources Rayes, L. (2007). Metode Inventarisasi Sumber Daya
Assessment. Clarendon Press. Lahan. Penerbit Andi-Yogyakarta.
BPS Kalimantan Tengah. (2018). Provinsi Ritung, S dan Sukarman. (2016). Kesesuaian Lahan
Kalimantan Tengah Dalam Angka 2018. Gambut untuk Pertanian. Dalam : Fahmudin,
Davidson, D. A. (1992). The Evaluation of Land A., M. Anda., a. Jamil., dan Masganti. Lahan
Resources. Longman group UK Limited. Gambut Indonesia. Badan Litbang Pertanian:
Second Edition. 61-84.
Dent, D. and A. Young. (1981). Soil Survey and Land Sinukaban, N. (1989), Manual Inti tentang
Evaluation. London. Konservasi Tanah dan Air di Daerah
Djaenudin, D., Y. Sulaeman., dan A. Abdurachman. Transmigrasi, PT. Indeco Duta Utama,
(2002). Pendekatan Pewilayahan Komoditas Jakarta.
Pertanian Menurut Pedo-Agroklimat di Santosa, B dan Elsje, T. T. (2015). Pemanfaatan
Kawasan Timur Indonesia. Jurnal Litbang Tanaman Sela Diantara Kelapa. Warta
Pertanian. 21(1): 1-10. Penelitian dan Pengembangan Tanaman
FAO. (1996). Guidelines for Land-use Planning. Soil Industri, Volume 21 No. 1, April 2015: 28-30.
Resources, Management and Conservation Susanto, A. N dan Sirappa, M. P. (2007).
Service. Food and Agriculture Organization of Karakteristik dan Ketersediaan Data
The United Nations. Rome. Sumberdaya Lahan Pulau-Pulau Kecil Untuk
Mahmud, Z. (1990). Pedoman dan Pengendalian Perencanaan Pembangunan Pertanian di
Hama dan penyakit Kelapa. Balai Penelitian Maluku. Jurnal Litbang Pertanian. 26(2).: 41-
Kelapa. Badan Litbang Pertanian. 53.

11

Anda mungkin juga menyukai