DOI: https://doi.org/10.31289/agr.v5i1.4031
Agrotekma
Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekma
1
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas
2
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11
Penyusunan perencanaan wilayah secara umum yaitu pada tingkat ordo untuk
melalui pemilihan daerah-darah yang menentukan kelas sesuai (suitable) dan
berpotensi untuk pengembangan tidak tidak sesuai (non suitable). Hal ini
terlepas dari keberadaan data atau dikarenakan pada kajian ini hanyadirahkan
informasi sumberdaya lahan (Susanto dan untuk menghasilkan data dan informasi
Sirappa, 2007; Rayes, 2007; FAO, 1996). untuk kepentingan perencanaan
Tujuan dari kajian yang dituangkan dalam penggunaan lahan di tingkat regional
tulisan ini adalah untuk menyusun data dan provinsi sebagai landasan untuk penetapan
informasi secara kewilayahan mengenai wilayah secara geografis untuk
potensi dan ketersediaan sumberdaya pengembangan komoditas kelapa dalam
lahan dasar pertimbangan dalam (Cocos nucifera) di wilayah Kalimantan
perencanaan penggunaan lahan (landuse Tengah.
planning) dalam rangka mendukung Kegiatan analisis data sumberdaya
program pemerintah untuk lahan dilakukan secara deskwork study
pemgembangan komoditas perkebunan berdasarkan informasi sumberdaya lahan
kelapa dalam di Kalimantan Tengah. yang berasal dari peta-peta sistem lahan
yang didukung informasi peta tanah untuk
METODE PENELITIAN seluruh wilayah Kalimantan Tengah
Kajian ini dilaksanakan dengan dengan skala tinjau (1:250.000). Pada
pendekatan konsep evaluasi kesesuaian skala ini meskipun batas-batas poligon
lahan untuk untuk menilai kecocokan suatu tanah belum menunjukkan tingkat presisi
bidang lahan untuk terhadap suatu jenis yang tinggi (Forbes and Eswaran,1981)
tanaman yang akan dikembangkan tetapi informasi pada skala ini sudah dapat
(Davidson, 1992; Dent and Young, 1981; menggambarkan kondisi sumberdaya
FAO, 1976). Prosedur evaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat digunakan untuk
lahan menggunakan teknik pencocokan perencanaan penggunaan lahan (Aubert,
(matching) antara karakteristik 1981; Dent and Young, 1981) dan juga
sumberdaya lahan dan iklim dengan untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan
persyaratan tumbuh tanaman. Prosedur yang memiliki potensi untuk
evaluasi kesesuaian lahan mengacu pada pengembangan dan kawasan-kawasan
Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk intensifikasi pertanian (Rourke, 1981).
Komoditas Pertanian (BBPPSDLP, 2011). Aplikasi sistem informasi geografis
Penilaian kelas kesesuaian hanya dilakukan (GIS) digunakan dalam kajian ini sebagai
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas
alat bantu dalam menyusun sistem data relatif pada siang hari berkisar antara 26oC
base baik dalam format spasial maupun - 30oC sedangkan pada malam hari 15oC -
tabular terhadap hasil evaluasi kesesuaian 26oC dengan kelembaban 82,09%-87,85%
lahan (Berry and Berry, 1988; Burrough, (Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah,
1994) dan analisis spasial untuk 2017). Hasil pantauan terakhir Badan
mendeskripsikan pola sebaran geografis Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
daerah-daerah yang memiliki peruntukkan intensitas hujan bulanan di wilayah
lahan dan poteni pengembangan untuk Kalimantan Tengah berkisar antara 191-
komoditas kelapa dalam (Bernhardsen, 318 mm/bulan. Hasil rekapitulasi data
2002). Diagram alur penelitian secara curah hujan 10 tahun terakhir hingga tahun
umum disajikan pada Gambar 1. 2015 berdasarkan data stasiun-stasiun
iklim Kota Palangkaraya, Pangkalan Bun,
Sampit, Muara Teweh, dan Buntok, curah
hujan tahunan wilayah ini berkisar antara
2.297 mm hingga 3.812 mm. Periode bulan
basah berturut-turut berkisar antara 10-12
bulan sedangkan bulan kering antara 0-2
Gambar 1. Tahapan dan alur kegiatan kajian secara
umum bulan Tingginya curah hujan disebabkan
pengaruh suhu yang mengakibatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
tingginya intensitas penguapan sehingga
Informasi Sumberdaya Lahan dan Iklim
menimbulkan kondisi udara yang jenuh air
Wilayah Kalimantan Tengah dengan
dan awan aktif yang berpotensi hujan.
luas mencapai 15.453.500 Ha berada di
Berdasarkan klasifikasi iklim
daerah jalur garis khatulistiwa (equator)
Schimdt-Ferquson, wilayah Kalimantan
dengan letak geografis pada posisi
Tengah termasuk ke dalam tipe hujan A
koordinat 110o 42’ 48’’ - 115o 50’ 39’’ Bujur
dengan kriteria biofisik kawasan sangat
Timur dan 00o 46’ 58’’ - 03o 33’ 43’’
basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Lintang Selatan. Pada posisi ini, wilayah
Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim
Kalimantan Tengah mendapat penyinaran
Koppen wilayah ini termasuk ke dalam tipe
matahari yang cukup sepanjang tahun
iklim Afa yang dicirikan dengan beriklim
dengan rata-rata suhu minimum 22,6 oC
tropis, suhu rata-rata tahunan pada bulan
dan suhu maksimum 32,08 oC. Perbedaan
terdingin > 18 oC dan pada bulan terkering
suhu antar lokasi relatif kecil dan hanya
curah hujan masih diatas 60 mm/bulan.
dibedakan oleh perbedaan altitude. Suhu
4
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11
Sedangkan hasil analisis spasial seperti rawa gambut dan lahan pasang
berdasarkan peta zona agroklimat surut faktor pembatas untuk kesuburan
(Oldeman et al., 1980), wilayah Kalimantan tanah adalah kemasaman tanah yang
Tengah terbagi menjadi 4 (empat) zona sangat tinggi (Pusat Penelitian Tanah dan
utama yaitu zona A, B1, C1, dan C2. Zona A Agroklimat, 2000; 1995).
terdapat di bagian utara dengan jumlah Karakteristik topografi Kalimantan
bulan basah berturut-turut lebihdari 9 Tengah banyak didominasi oleh wilayah-
bulan dan bulan kering kurang dari 2 bulan, wilayah yang datar mulai dari bagian
sedangkan dibagian tengah dan sebagian selatan mengarah ke tengah dan terus ke
selatan didominasi oleh zona B1 dengan bagian barat hingga timur. Pada bagian
jumlah bulan basah 7-9 bulan dan bulan tengah mulai dijumpai perbukitan dengan
kering kurang dari 2 bulan. Zona C1 dan C2 variasi kisaran lereng dengan tingkat
hanya meliputi kawasan dengan proporsi kecuraman yang meningkat ke arah bagian
yang sedikit di bagian selatan dengan utara. Pada bagian utara rangkaian
dengan jumlah bulan basah 5-6 bulan dan pegunungan dengan kelerengan yang
bulan kering kurang dari 2 bulan sampai 3 curam memanjang dari barat daya ke timur.
bulan. Titik tertinggi untuk wilayah Kalimantan
Wilayah provinsi Kalimantan Tengah Tengah berada pada elevasi 2.200 meter di
secara umum terbagi dalam 2 (dua) tipologi atas permukaan laut terdapat di daerah
lahan yaitu lahan kering (up land) yang sekitar gunung Bukit Raya, kabupaten
berada di bagian tengah dan paling Katingan bagian utara berbatasan dengan
dominan di sebelah utara berbatasan provinsi Kalimantan Barat. Data mengenai
dengan wilayah Kalimantan Barat dan bentuk wilayah (landform) dan topografi
Kalimantan Timur dan lahan basah (wet sangat penting dalam analisis potensi
land) yang tersebar di bagian selatan. wilayah karena berhubungan dengan
Karakteristik lahan kering di wilayah ini karakteristik tanah dan sifat-sifat
sebagian besar terdiri dari tanah-tanah tua lingkungan biofisik lainnya (Djaenudin et
yang sudah banyak mengalami pencucian al., 2002). Kelerengan (slope) merupakan
sehingga memiliki tingkat kesuburan yang bagian penting dari topografi yang dapat
rendah dengan diperberat dengan dijadikan dasar dalam menentukan tipe
ketiadaan bahan pembaharu seperti abu pemanfaatan lahan (Altiery, 1987).
volkan. Sedangkan pada lahan-lahan basah
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas
Table 1 Persyaratan beberapa karakteristik lahan dan iklim untuk kesesuaian lahan tanaman kelapa
C-organik (%)
Kelerengan (s)
Kelas lereng (%) <8 8-15 15-40 >40
Bahaya sulfidik
(xs) >100 75-100 40-75 <40
Kedalaman
sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Bahaya erosi ringan Ringan sedang berat
Bahaya banjir (fh)
Banjir ringan sedang agak berat berat
Penyiapan lahan
(lp) <5 5-15 15-40 >40
Batuan
permukaan (%)
6
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11
7
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas
8
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11
2009). Pada tipologi lahan basah dengan juga untuk meningkatakn kesuburan tanah
mempertimbangkan beberapa kriteria serta menciptakan iklim mikro yang sesuai
yaitu tingkat kematangan gambut, untuk pertumbuhan tanaman kelapa pada
ketebalan gambut, dan drainase atau usia kurang dari 3 tahun (Santosa dan Elsje,
genangan maka pengembangan komoditas 2015).
ini dapat dikembangkan khususnya pada Ditinjau dari aspek pengusahaannya,
lahan-lahan gambut dengan ketebalan usahatani kelapa di Indonesia dapat
kurang dari 1 meter dengan pada jenis dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu:
tanah Haplohemist (Ritung dan Sukarman, pola usahatani pekarangan, kelapa
2016). Pemberian kapur dan pemupukan monokultur, kelapa polikultur, dan kelapa
berimbang sangat diperlukan untuk pasang surut (Nasution dan Rachmat,
mengatasi kendala pada lahan-lahan 1993). Faktor kendala lain yang masih
tersebut. perlu dipertimbangkan adalah serangan
Secara kewilayahan (spatial), dengan hama dan penyakit. Keberadaan faktor
mempertimbangkan konsep tataruang penghambat ini perlu mendapat perhatian
(RTRW) yang ada, maka peruntukan dalam upaya peningkatan produksi kelapa.
alokasi pengembangan dapat diarahkan Tingkat serangan hama dan penyakit pada
pada lahan-lahan terlantar dengan maksud kelapa berbeda-beda antara satu daerah
untuk memulihkan fungsi vegetatif yang dengan daerah lainnya, begitu pula dengan
berdampak pada peningkatan sifat serangannya, ada yang musiman dan
produktivitas lahan (http: ada pula yang bersifat laten. Hal ini dapat
//www.academia.edu/9092508/ diperburuk lagi dengan adanya perubahan
MANAJEMEN_OPTIMAL_LAHAN_TIDUR_U beberapa hama dan penyakit yang semula
NTUK_PEMBANGUNAN_PERTANIAN). tidak penting menjadi penting dengan
Sedangkan pada kawasan-kawasan yang tingkat serangan yang dapat merugikan
tidak jauh dari areal pemukiman, tanaman. Hal ini dapat terjadi sebagai
pengelolaan lahan pada usahatani kelapa akibat dari perubahan keadaan lingkungan,
dalam dapat menerapkan sistem tanaman agroklimat bahkan akibat perubahan
sela (alley cropping) dengan teknologi budidaya
mengintroduksikan beberapa jenis (http://www.litbang.pertanian.go.id/dow
tanaman pangan dan palawija. Sistem nload/one/58/).
usahatani ini memberikan manfaat selain Beberapa hama utama yang dapat
untuk meningkatkan pendapatan (income) menimbulkan kerugian yang cukup besar,
9
A. Bhermana, S. W . Prasetiyo, D. Irwandi, & S. Agustini. Proyeksi Pengembangan Komoditas
10
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5 (1) Desember 2020: 1-11
11