Anda di halaman 1dari 17

Pendidikan, Riset, dan Teknologi

PLANTATION SMART COMPETITION


DIESNATIONT 2021
POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA

“BERKEBUN ALA RISKI BILAR”

(Belajar Efektifkan Revitalisasi Perkebunan Ala Riset Kekinian Berbasis


Inovasi “Limited Application Recognition”) Guna Mengoptimalkan Potensi
Komoditas Perkebunan Menuju Pekebun Makmur dan Sejahtera

Diajukan Untuk Mengikuti Lomba Esai Siswa SLTA/Mahasiswa


Tingkat Nasional

Disusun oleh:

1. Niken Yulistya Rohma (0041815073)


2. Evita Wulandari (0028638887)
3. Azahra Dea Pasya K (0042552154)

SMAN I BADEGAN
PONOROGO
2021
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan dokumen
kesepakatan global untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dalam
menghadapi tantangan pada proses pembangunan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169
Sasaran yang berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030 dimana salah satu
tujuannya yaitu Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan Layak. Dalam konteks
pembangunan ekonomi, apabila dibandingkan dengan negara lain, Indonesia
digolongkan sebagai negara berkembang dan oleh karena itu dianggap memiliki
tingkat kemakmuran yang masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara
maju. Indonesia sendiri dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang
mengandalkan hasil dari sektor pertanian dan sektor perkebunan sebagai sumber
mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan perekonomian negara.
Sebut saja pada kondisi pandemi COVID-19 ini, salah satu penopang
utama pertumbuhan positif Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian kuartal
lalu ialah subsektor perkebunan dengan kontribusi pada triwulan III sebesar 163,49
triliun rupiah atau 28,59%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat
ekspor perkebunan pada periode Januari-Oktober 2020 sebesar 359,5 triliun rupiah
atau naik 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar 322,1 triliun.
Dengan nilai sebesar tersebut, subsektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar
ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 90,92%. Menteri Pertanian
(Mentan) Syahrul Yasil Limpo mengatakan bahwa, peluang ekspor komoditi
perkebunan sebagai salah satu sumber devisa negara yang masih terus meningkat
meskipun ditengah pandemi COVID-19.
Namun dewasa ini, permasalahan pada lahan perkebunan di beberapa
daerah telah berdampak terhadap perubahan atau penurunan kualitas unsur hara
(degradasi) pada lahan perkebunan. Luas lahan terdegradasi di Indonesia selalu
bertambah luas dan saat ini telah mencapai 14 juta hektar (ha). Namun sayang,
kemampuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk
melakukan rehabilitasi lahan masih terbilang rendah. Direktur Jenderal
Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), Ida Bagus
Putera Prathama menyatakan kemampuan pemerintah untuk merehabilitasi lahan
hanya mencapai 500.700 ha. Menurut Arsyad (2010), salah satu faktor penyebab
degradasi tanah perkebunan yaitu oleh hilangnya unsur hara pada tanah yang

1
nantinya dipastikan akan berdampak buruk pada hasil komoditas perkebunan. Hal
ini dikarenakan, menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa
kesuburan tanah untuk kebutuhan tumbuhan perkebunan sangat tergantung pada
kualitas tanah yang menyediakan unsur hara tanah dalam jumlah yang mencukupi.
Sehubungan dengan hal tersebut, data dan informasi tentang kondisi dan
karakteristik unsur hara pada tanah sebelum dinyatakan terdegradasi perlu diketahui
secara akurat untuk mendukung usaha perlindungan masyarakat yang mendiami
dan memanfaatkan lahan perkebunan tersebut, serta masyarakat juga perlu
menyesuaikan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah agar tidak
memunculkan kerugian di masa yang akan datang. Informasi ini sangat berguna
untuk pengambilan tindakan pekebun pada masa pra-tanam.
Disisi lain, beberapa tanaman di sektor perkebunan Indonesia, juga sangat
rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu
tanam, produksi, dan kualitas hasil. Menurut Suberjo (2009), iklim erat
hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global yang dapat
menurunkan produksi perkebunan antara 5-20%. Hal tersebut dapat terjadi, apabila
pekebun tidak dapat memprediksi dan menyesuaikan tanaman yang cocok ditanam
sesuai iklim yang sedang berlangsung, maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan gagal panen. Sejalan dengan hal tersebut, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ida Nurul Hidayati dan Suryanto di Desa Jatirunggo terkait
pengetahuan pekebun terhadap perubahan iklim, diperoleh hasil sebanyak 23
persen pekebun yang mengetahui dan memahami tentang fenomena perubahan
iklim tersebut. Sedangkan 71 persen pekebun hanya pernah mendengar istilah
perubahan iklim dan merasakan dampaknya saja tanpa dapat menjelaskan definisi
penyebabnya lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
pekebun mengenai isu perubahan iklim yang sedang terjadi masih tergolong rendah,
dan dapat menghambat optimalisasi hasil produk perkebunan dalam skala makro.
Untuk itu, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan dalam dunia perkebunan seperti permasalahan kondisi tanah dan
perubahan iklim. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengembangan sebuah teknologi
oleh Kementrian Pertanian yang menggandeng University of Sydney yaitu
pemanfaatan sensor portable yang digunakan untuk mendeteksi jumlah unsur hara

2
dan kesuburan tanah di Indonesia serta rekomendasi pemupukan. Namun, basic
data yang digunakan dalam teknologi ini belum terlalu lengkap, sehingga belum
mampu memberikan rekomendasi tanaman apa yang cocok ditanam sesuai kondisi
tanah perkebunan tersebut. Padahal informasi tersebut sangat diperlukan oleh
pekebun untuk mendukung proses pengelolaan lahan perkebunan mereka.
Selain itu, untuk mengatasi perubahan iklim dalam dunia pertanian
termasuk pada subsektor perkebunan sebenarnya pemerintah telah meluncurkan
inovasi teknologi yaitu “Kalender Tanam Terpadu” atau (Katam Terpadu) yang
berguna untuk mengantisipasi variabilitas iklim. Akan tetapi, dalam penerapannya
teknologi ini juga belum merata ke berbagai daerah di Indonesia. Hal ini dapat
dibuktikan dari fakta yang ada di kota penulis yaitu Ponorogo yang belum tersentuh
dan tersosialisasikan sama sekali tentang teknologi tersebut. Lalu, bagaimanakah
solusi yang tepat untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kondisi
tanah pada lahan perkebunannya dan kondisi iklim, agar nantinya mereka dapat
mengelola lahan perkebunan sesuai kondisi tersebut?
Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan adanya inovasi baru yang
mampu membantu pekebun dalam mengelola lahan dan merawat tanaman
perkebunannya agar dapat memberikan hasil yang optimal. Untuk itu, penulis
tergerak menawarkan sebuah inovasi berupa teknologi yang diberinama
“BERKEBUN ALA RISKI BILAR” (Belajar Efektifkan Revitalisasi
Perkebunan Ala Riset Kekinian Berbasis Inovasi “Limited Application
Recognition”) Guna Mengoptimalkan Potensi Komoditas Perkebunan
Menuju Pekebun Makmur dan Sejahtera. Teknologi “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” merupakan sebuah teknologi berbasis Internet of Things (IoT)
untuk membantu memberikan rekomendasi kepada pekebun sebelum memutuskan
tanah perkebunan garapannya akan lanjut ditanami atau direvitalisasi berdasarkan
indikator dari kondisi tanah perkebunan dan kondisi iklim. Apabila pekebun ingin
tetap melanjutkan menanam, nantinya teknologi ini akan memberikan pilihan
rekomendasi tanaman tahunan atau tanaman semusim apa yang tepat untuk
ditanami dengan kualitas tanah dan iklim yang ada pada saat itu. Selain itu, pekebun
juga mendapatkan informasi berupa jadwal pengingat mengenai cara perawatan
tanah ataupun tanaman dengan baik dan benar sehingga hasil perkebunan bisa

3
maksimal. Dalam informasi tersebut, pekebun akan dipandu mengenai tata cara
berkebun mulai dari pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman hingga
pemeliharaan tanaman. Dari rangkaian kegiatan tersebut, pekebun akan
mendapatkan notifikasi sebagai pengingat tentang jadwal kegiatan yang harus
dilakukan seperti waktu pengairan, pemberian pupuk dan pengendalian gulma,
hama serta penyakit. Namun, jika pekebun memilih tanah perkebunannya untuk
direvitalisasi, maka teknologi ini akan memberikan pilihan jenis pupuk yang tepat
untuk memperbaiki kualitas tanah perkebunan garapannya terlebih dahulu.

Sistem kerja dari teknologi ini menggunakan software code vision AVR
(CVAVR) dengan dengan bahasa C. Kemudian menggunakan pengintegrasian dari
sistem elektrik dan algoritma program. Kinerja utama dari “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” yaitu membantu memberikan informasi kondisi kesuburan tanah
perkebunan dan kondisi iklim yang sedang berlangsung dengan menggunakan
sensor tanah proximal dan sensor iklim. Selain itu, teknologi ini juga dapat
memberikan pilihan jenis pupuk yang tepat untuk memperbaiki kualitas tanah
perkebunan dengan menggunakan sensor portable. Disisi lain, teknologi
“BERKEBUN ALA RISKI BILAR” juga menyimpan data-data untuk memuat
rekomendasi tanaman apa yang tepat ditanam sesuai kondisi tanah dan iklim yang
sedang berlangsung serta informasi mengenai kegiatan pengelolaan tanah ataupun
tanaman.

Teknologi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR” memiliki beberapa


komponen hard dan soft, diantaranya:

1. S-BARB (Smart “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”)


S-BARB merupakan komponen hardware yang terdiri dari sensor tanah
proximal dan berfungsi untuk mendeteksi unsur hara pada tanah yang
memiliki akurasi sebanding dengan hasil laboratorium, sensor iklim,
sensor portable, mikrokontroler, dan power supply.
2. Web server
Web server merupakan tempat pertukaran data dari S-BARB dengan UC-
BARB. Web server akan memberikan data tentang kinerja dari S-BARB
kepada UC-BARB. Kemudian UC-BARB dapat memberikan perintah

4
kepada S-BARB sehingga memudahkan pengguna dalam mengontrol
teknologi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”.
3. UC-BARB (User Control “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”)
UC-BARB merupakan aplikasi dari teknologi “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” yang berfungsi untuk memberikan perintah,
menampilkan informasi, dan mengontrol kinerja dari “BERKEBUN
ALA RISKI BILAR”. UC-BARB dapat menampilkan informasi tentang
kondisi kesuburan tanah dan iklim secara akurat, tampilan pilihan
rekomendasi tanaman yang cocok ditanam, informasi jadwal kegiatan
dalam mengelola tanah dan merawat tanaman, serta rekomendasi
pemupukan apabila pekebun ingin memperbaiki kesuburan tanah
garapannya.

Adapun cara menggunakan teknologi “BERKEBUN ALA RISKI


BILAR” yaitu sebagai berikut:

1. Memasang teknologi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR” pada lahan


perkebunan.
2. Menghidupkan teknologi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR” pada
tombol on atau off.
3. Membuka aplikasi UC-BARB pada gadget.
4. Mulai mengaktifkan perangkat pada teknologi “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” agar dapat mulai memberikan informasi serta dapat
melakukan pengendalian atau controlling.
Kemudian, sistem kerja dari aplikasi “BERKEBUN ALA RISKI
BILAR” antara lain sebagai berikut:
1. S-BARB melakukan inisialisasi sensor tanah proximal dan sensor iklim.
2. Sensor tanah proximal dan sensor iklim mulai mendeteksi unsur hara
tanah dan kondisi iklim. Setelah itu sensor portable akan langsung
membuat rekomendasi pemupukan yang tepat untuk meningkatkan
kualitas tanah.
3. S-BARB mulai mengirimkan data tentang kinerja teknologi ini kepada
web server.
4. UC-BARB mengakses web server untuk mendapat informasi.

5
5. Pengguna dapat menerima informasi berupa rekomendasi pilihan
tanaman apa yang tepat dengan hasil kondisi tanah dan iklim serta akan
memberikan pilihan jenis pupuk yang tepat untuk memperbaiki kualitas
tanah.
6. Berdasarkan rekomendasi tanaman yang telah dipilih, pengguna akan
memperoleh notifikasi sebagai pengingat mengenai jadwal kegiatan
dalam merawat tanah dan tanaman.
7. Teknologi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR” mulai bekerja dengan
kontrol dari UC-BARB.
Untuk dapat merealisasikan teknologi ini, penulis akan bekerja sama
dengan berbagai pihak diantaranya, yang pertama, Lembaga Pendidikan
(Sekolah), sebagai pendamping dan mentor pertama dalam perencanaan dan
penyusunan awal ide gagasan “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”. Kedua,
Kementrian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan, sebagai pusat informasi
yang akurat dan terpercaya untuk mengumpulkan berbagai sumber data dan
informasi mengenai berbagai tanaman yang cocok ditanam sesuai kondisi tanah dan
iklim. Selain itu, pihak tersebut juga berperan sebagai tokoh penggerak yang paling
tepat untuk mempromosikan dan menyosialisasikan aplikasi “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” kepada masyarakat terutama para pekebun. Ketiga yaitu
Perusahaan Pembuat Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi, sebagai
mitra utama dalam pembuatan aplikasi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”
diharapkan mampu bekerjasama dengan semua pihak, baik dengan penggagas
(penulis) maupun dengan instansi pemerintah terkait. Keempat yaitu Masyarakat,
sebagai pengguna atau pemakai aplikasi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”
diharapkan dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal, sehingga mampu
menjadi media untuk membantu dalam mengelola lahan perkebunannya.
Adapun langkah strategis untuk merealisasikan teknologi “BERKEBUN
ALA RISKI BILAR” akan dilakukan beberapa tahap, yaitu, yang pertama, penulis
akan bekerjasama dengan guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah untuk membahas ide gagasan awal
dan mulai merancang alur berfikir dari teknologi yang ingin dibuat. Kedua, penulis
juga akan mengumpulkan data-data pendukung lainnya melalui teknik studi

6
literature dan wawancara dengan berbagai tokoh dalam bidang teknologi dan
perkebunan. Ketiga, penulis akan bekerjasama dengan ahli IT untuk meminta saran
dan masukan dalam mewujudkan teknologi ini. Keempat, penulis bersama pihak
sekolah menjalin komunikasi aktif dengan Dinas Perkebunan, Direktorat Jenderal
Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan dan Kementrian Riset dan Tekologi untuk
menyebarluaskan dan menyosialisasikan teknologi ini. Kelima atau yang terakhir,
penulis juga membuka diri dan terus berupaya untuk mencari mitra dari berbagai
pihak termasuk perusahaan pembuat teknologi yang ada di Indonesia.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi


“BERKEBUN ALA RISKI BILAR” mempunyai kelebihan yaitu dapat menjadi
teknologi alternatif untuk membantu pekebun dalam mengelola lahan dan merawat
tanaman perkebunan berdasarkan indikator kualitas tanah dan keadaan iklim yang
efektif dan efisien. Sehingga dapat mencegah kerugian akibat gagal panen dan
kesejahteraan pekebun pun dapat meningkat. Selain itu, penggunaan alat ini tidak
membutuhkan keahlian khusus, jadi dapat digunakan untuk semua kalangan.
Terlepas dari itu semua, teknologi ini merupakan sarana yang dapat digunakan
dalam mewujudkan pengembangan yang strategis terhadap potensi komoditas
perkebunan di Indonesia sehingga diharapkan mampu membantu Indonesia agar
lebih siap dalam menuju SDG’s 2030.

7
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Suci. 2017. Analisis Sektor Perkebunan Sebagai Pendorong Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam.
[SKRIPSI]. Jurusan Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, UIN Raden Intan Lampung.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Peluang Ekspor Perkebunan Masih


Bertahan. http://ditjenbun.pertanian.go.id/2020/. [Diakses pada tanggal 16
Juni 2021, pukul 11.26 WIB].

Hidayati, Ida Nurul, Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap


Produksi Pertanian Dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan
Kekeringan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol. 16, No. 1.

Mediani, Mesha. 2018. Lahan Kritis Indonesia 14 juta Ha, Pemerintah Kewalahan.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180705172856-20-
311831/lahan-kritis-indonesia-14-juta-ha-pemerintah-kewalahan.
[Diakses pada tanggal 16 Juni 2021 pukul 19:25 WIB].

Ngoyo, Muhammad Fardan. 2015. Mengawal Sustainable Development Goals


(SDGs); Meluruskan Orientasi Pembangunan yang Berkeadilan. Jurnal
Sosioreligius Vol. 1 No. 1 Hal. 77.

Sofia, Hanni. 2018. Kementan Kembangkan “Sensor Portable” Deteksi Kesuburan


Tanah. https://babel.antaranews.com/berita/74273/kementan-
kembangkansensor-portable-deteksi-kesuburan-tanah. [Diakses pada
tanggal 19 Juni 2021, pukul 20:09 WIB].

Suhendra, Zulfi. 2016. Langkah Kementan Hadapi Perubahan Iklim di Sektor


Pertanian.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2602999/langkahkementan-hadapi-
perubahan-iklim-di-sektor-pertanian. [Diakses pada tanggal 19 Juni 2021,
pukul 19:47 WIB].

Uly, Yohana Artha. 2020. Di Tengah Pandemi, Subsektor Perkebunan Masih


Tumbuh Positif dan Sumbang Ekspor Besar.
https://money.kompas.com/read/2020/12/10/200659926/di-tengah-
pandemi-subsektorperkebunan-masih-tumbuh-positif-dan-sumbang-
ekspor?page=all#page2. [Diakses pada tanggal 17 Juni 2021, pukul 14.09
WIB].

Wahyunto, Ai Dariah. 2014. Degradasi Lahan di Indonesia: Kondisi Existing,


Karakteristik, dan Penyeragaman Definisi Mendukung Gerakan Menuju
Satu Peta. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 8 No. 2.

8
LEMBAR ORISINALITAS KARYA

9
LAMPIRAN

Gbr 1. Penerapan “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”

Gbr 2. Login Gbr 3. Data Kinerja Gbr 4. Hasil Analisis

10
Gbr 5. Rekomendasi Gbr 6. Informasi Gbr 7. Rekomendasi
Tanaman Perkebunan Pemeliharaan Tanaman Pemupukan

11
BIODATA PENULIS
1. Ketua Tim
a. Identitas Diri
Nama : Niken Yulistya Rohma
Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 8 Juli 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan : IPS
Email : nikenyulistya487@gmail.com
No. Telp/HP : 088235647190

Alamat : Desa Gelangkulon, Kecamatan Sampung,


Kabupaten Ponorogo

b. Riwayat Pendidikan

SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat

SD Negeri 1 SMP Negeri 1 SMA Negeri 1


Nama Instansi
Gelangkulon Badegan Badegan

Tahun Masuk-
2010-2016 2016-2019 2019-belum lulus
Lulus

c. Penghargaan yang Pernah Diraih

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

Juara 1 kategori pelajar


lomba esai nasional Direktorat Jenderal Kesenian,
1. seni rupa Kementerian Kementerian Pendidikan dan 2019

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Kebudayaan
Juara 1 lomba esai
2. UIN Sunan Ampel Surabaya 2019
nasional
15 besar Penulis
3. Universitas Negeri Yogyakarta 2019
Terpilih karya esai

12
nasional bedah buku
yang akan dibukukan
dan diterbitkan oleh
Universitas Negeri
Yogyakarta
Finalis 10 besar lomba
esai nasional
4. Universitas Islam Indonesia 2019
Universitas Islam
Indonesia
Finalis 15 besarlomba
essay nasional My
IKIGAI ASIA dan Kedutaan Besar
5. Dreams to Study in 2019
Perancis di Jakarta
France Kedutaan Besar
Perancis
Juara 2 kategori ide
6. lomba esai nasional SMAIT Insantama Bogor 2020

Smention
Juara Favorit Lomba
7. Essai 4th Universitas Indonesia 2020

Administration Festival
Juara Favorit Esai
Institut Teknologi Sepuluh
8. Lustrum XII tingkat 2020
Nopember
nasional
Juara 2 Essay dan
Poster terfavorit Lomba
9. Ocean Essai Institut Teknologi Bandung 2020

Competition Poseidon
nasional
Poster terfavorit Lomba
Ocean Essai
10. Institut Teknologi Bandung 2020
Competition Poseidon
nasional

13
Finalis 30 besar lomba
11. esai nasional Young Young Entrepreneurship Indonesia 2020

Entrepreneurship
Finalis 10 besar lomba
esai sekaresidenan
Universitas Muhammadiyah
12. Universitas 2020
Ponorogo
Muhammadiyah
Ponorogo
Finalis juara 5 lomba
13. esai nasional Karya Universitas Gadjah Mada 2020

Salemba Empat
Finalis 10 besar
Chemical Paper
14. Universitas Ahmad Dahlan 2020
Competition tingkat
nasonal
Finalis essay Chemition
15. tingkat nasional Universitas Pertamina 2021

Universitas Pertamina

2. Anggota 1
a. Identitas Diri
Nama : Evita Wulandari
Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 17 Juli 2002
JenisKelamin : Perempuan
Jurusan : IPS
Email : evitawulandari65@gmail.com
No. Telp/HP : 081907375957
Alamat :Desa Ciluk, Kecamatan Kauman,
Kabupaten Ponorogo

b. Riwayat Pendidikan

14
SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat
SMP Negeri 1 SMA Negeri 1
Nama Instansi SD Negeri Ciluk
Kauman Badegan
Tahun Masuk-
2010-2016 2016-2019 2019-belum lulus
Lulus

c. Penghargaan yang Pernah Diraih

Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. Juara 2 The Tenth Olymbasict SMA 2019
Bidang IPS Muhammadiyah 1
Ponorogo
2. Juara 1 Integrated Social Olympiad MAN 2 Ponorogo 2019
3. Juara 3 Olimpiade Sains Ganesha SMAN 1 Ponorogo 2019
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Kategori B
4. Juara 1 OSN Intern SMAN 1 SMAN 1 Badegan 2019
Badegan Ponorogo Ponorogo
5. Juara 1 lomba esai nasional UIN Sunan Ampel 2019
Surabaya
6. 15 besar Penulis Terpilih karya esai Universitas Negeri 2019
nasional bedah buku yang akan Yogyakarta
dibukukan dan diterbitkan oleh
Universitas Negeri Yogyakarta
7. Juara Favorit Lomba Essai 4th Universitas Indonesia 2020
Administration Festival
8. Juara Favorit Esai Lustrum XII Institut Teknologi 2020
tingkat nasional Sepuluh Nopember
9. Finalis 30 besar lomba esai nasional Young 2020
Young Entrepreneurship Entrepreneurship
Indonesia

15
10. Finalis 10 besar lomba esai Universitas 2020
sekaresidenan Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Ponorogo Ponorogo
11. Finalis 10 besar lomba esai nasional Universitas Islam 2019
Universitas Islam Indonesia Indonesia
12. Finalis 10 besar Chemical Paper Universitas Ahmad 2020
Competition tingkat nasonal Dahlan
13. Finalis essay Chemition tingkat Universitas
2021
nasional Universitas Pertamina Pertamina

3. Anggota 2
a. Identitas Diri

Nama : Ahzara Dea Pasya Khoirunisa


Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 23 Desember 2004
JenisKelamin : Perempuan
Jurusan : IPS
Email :ahzaradhea@gmail.com
No. Telp/HP : 085231456613
Alamat :Desa Srandil, Kecamatan Jambon,
Kabupaten Ponorogo

b. Riwayat Pendidikan
SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat
SMP Negeri 1 SMA Negeri 1
Nama Instansi SD Srandil
Badegan Badegan
Tahun Masuk-
2010-2016 2016-2019 2019-belum lulus
Lulus

16

Anda mungkin juga menyukai