Disusun oleh:
SMAN I BADEGAN
PONOROGO
2021
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan dokumen
kesepakatan global untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dalam
menghadapi tantangan pada proses pembangunan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169
Sasaran yang berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030 dimana salah satu
tujuannya yaitu Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan Layak. Dalam konteks
pembangunan ekonomi, apabila dibandingkan dengan negara lain, Indonesia
digolongkan sebagai negara berkembang dan oleh karena itu dianggap memiliki
tingkat kemakmuran yang masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara
maju. Indonesia sendiri dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang
mengandalkan hasil dari sektor pertanian dan sektor perkebunan sebagai sumber
mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan perekonomian negara.
Sebut saja pada kondisi pandemi COVID-19 ini, salah satu penopang
utama pertumbuhan positif Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian kuartal
lalu ialah subsektor perkebunan dengan kontribusi pada triwulan III sebesar 163,49
triliun rupiah atau 28,59%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat
ekspor perkebunan pada periode Januari-Oktober 2020 sebesar 359,5 triliun rupiah
atau naik 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar 322,1 triliun.
Dengan nilai sebesar tersebut, subsektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar
ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 90,92%. Menteri Pertanian
(Mentan) Syahrul Yasil Limpo mengatakan bahwa, peluang ekspor komoditi
perkebunan sebagai salah satu sumber devisa negara yang masih terus meningkat
meskipun ditengah pandemi COVID-19.
Namun dewasa ini, permasalahan pada lahan perkebunan di beberapa
daerah telah berdampak terhadap perubahan atau penurunan kualitas unsur hara
(degradasi) pada lahan perkebunan. Luas lahan terdegradasi di Indonesia selalu
bertambah luas dan saat ini telah mencapai 14 juta hektar (ha). Namun sayang,
kemampuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk
melakukan rehabilitasi lahan masih terbilang rendah. Direktur Jenderal
Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), Ida Bagus
Putera Prathama menyatakan kemampuan pemerintah untuk merehabilitasi lahan
hanya mencapai 500.700 ha. Menurut Arsyad (2010), salah satu faktor penyebab
degradasi tanah perkebunan yaitu oleh hilangnya unsur hara pada tanah yang
1
nantinya dipastikan akan berdampak buruk pada hasil komoditas perkebunan. Hal
ini dikarenakan, menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa
kesuburan tanah untuk kebutuhan tumbuhan perkebunan sangat tergantung pada
kualitas tanah yang menyediakan unsur hara tanah dalam jumlah yang mencukupi.
Sehubungan dengan hal tersebut, data dan informasi tentang kondisi dan
karakteristik unsur hara pada tanah sebelum dinyatakan terdegradasi perlu diketahui
secara akurat untuk mendukung usaha perlindungan masyarakat yang mendiami
dan memanfaatkan lahan perkebunan tersebut, serta masyarakat juga perlu
menyesuaikan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah agar tidak
memunculkan kerugian di masa yang akan datang. Informasi ini sangat berguna
untuk pengambilan tindakan pekebun pada masa pra-tanam.
Disisi lain, beberapa tanaman di sektor perkebunan Indonesia, juga sangat
rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu
tanam, produksi, dan kualitas hasil. Menurut Suberjo (2009), iklim erat
hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global yang dapat
menurunkan produksi perkebunan antara 5-20%. Hal tersebut dapat terjadi, apabila
pekebun tidak dapat memprediksi dan menyesuaikan tanaman yang cocok ditanam
sesuai iklim yang sedang berlangsung, maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan gagal panen. Sejalan dengan hal tersebut, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ida Nurul Hidayati dan Suryanto di Desa Jatirunggo terkait
pengetahuan pekebun terhadap perubahan iklim, diperoleh hasil sebanyak 23
persen pekebun yang mengetahui dan memahami tentang fenomena perubahan
iklim tersebut. Sedangkan 71 persen pekebun hanya pernah mendengar istilah
perubahan iklim dan merasakan dampaknya saja tanpa dapat menjelaskan definisi
penyebabnya lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
pekebun mengenai isu perubahan iklim yang sedang terjadi masih tergolong rendah,
dan dapat menghambat optimalisasi hasil produk perkebunan dalam skala makro.
Untuk itu, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan dalam dunia perkebunan seperti permasalahan kondisi tanah dan
perubahan iklim. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengembangan sebuah teknologi
oleh Kementrian Pertanian yang menggandeng University of Sydney yaitu
pemanfaatan sensor portable yang digunakan untuk mendeteksi jumlah unsur hara
2
dan kesuburan tanah di Indonesia serta rekomendasi pemupukan. Namun, basic
data yang digunakan dalam teknologi ini belum terlalu lengkap, sehingga belum
mampu memberikan rekomendasi tanaman apa yang cocok ditanam sesuai kondisi
tanah perkebunan tersebut. Padahal informasi tersebut sangat diperlukan oleh
pekebun untuk mendukung proses pengelolaan lahan perkebunan mereka.
Selain itu, untuk mengatasi perubahan iklim dalam dunia pertanian
termasuk pada subsektor perkebunan sebenarnya pemerintah telah meluncurkan
inovasi teknologi yaitu “Kalender Tanam Terpadu” atau (Katam Terpadu) yang
berguna untuk mengantisipasi variabilitas iklim. Akan tetapi, dalam penerapannya
teknologi ini juga belum merata ke berbagai daerah di Indonesia. Hal ini dapat
dibuktikan dari fakta yang ada di kota penulis yaitu Ponorogo yang belum tersentuh
dan tersosialisasikan sama sekali tentang teknologi tersebut. Lalu, bagaimanakah
solusi yang tepat untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kondisi
tanah pada lahan perkebunannya dan kondisi iklim, agar nantinya mereka dapat
mengelola lahan perkebunan sesuai kondisi tersebut?
Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan adanya inovasi baru yang
mampu membantu pekebun dalam mengelola lahan dan merawat tanaman
perkebunannya agar dapat memberikan hasil yang optimal. Untuk itu, penulis
tergerak menawarkan sebuah inovasi berupa teknologi yang diberinama
“BERKEBUN ALA RISKI BILAR” (Belajar Efektifkan Revitalisasi
Perkebunan Ala Riset Kekinian Berbasis Inovasi “Limited Application
Recognition”) Guna Mengoptimalkan Potensi Komoditas Perkebunan
Menuju Pekebun Makmur dan Sejahtera. Teknologi “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” merupakan sebuah teknologi berbasis Internet of Things (IoT)
untuk membantu memberikan rekomendasi kepada pekebun sebelum memutuskan
tanah perkebunan garapannya akan lanjut ditanami atau direvitalisasi berdasarkan
indikator dari kondisi tanah perkebunan dan kondisi iklim. Apabila pekebun ingin
tetap melanjutkan menanam, nantinya teknologi ini akan memberikan pilihan
rekomendasi tanaman tahunan atau tanaman semusim apa yang tepat untuk
ditanami dengan kualitas tanah dan iklim yang ada pada saat itu. Selain itu, pekebun
juga mendapatkan informasi berupa jadwal pengingat mengenai cara perawatan
tanah ataupun tanaman dengan baik dan benar sehingga hasil perkebunan bisa
3
maksimal. Dalam informasi tersebut, pekebun akan dipandu mengenai tata cara
berkebun mulai dari pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman hingga
pemeliharaan tanaman. Dari rangkaian kegiatan tersebut, pekebun akan
mendapatkan notifikasi sebagai pengingat tentang jadwal kegiatan yang harus
dilakukan seperti waktu pengairan, pemberian pupuk dan pengendalian gulma,
hama serta penyakit. Namun, jika pekebun memilih tanah perkebunannya untuk
direvitalisasi, maka teknologi ini akan memberikan pilihan jenis pupuk yang tepat
untuk memperbaiki kualitas tanah perkebunan garapannya terlebih dahulu.
Sistem kerja dari teknologi ini menggunakan software code vision AVR
(CVAVR) dengan dengan bahasa C. Kemudian menggunakan pengintegrasian dari
sistem elektrik dan algoritma program. Kinerja utama dari “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” yaitu membantu memberikan informasi kondisi kesuburan tanah
perkebunan dan kondisi iklim yang sedang berlangsung dengan menggunakan
sensor tanah proximal dan sensor iklim. Selain itu, teknologi ini juga dapat
memberikan pilihan jenis pupuk yang tepat untuk memperbaiki kualitas tanah
perkebunan dengan menggunakan sensor portable. Disisi lain, teknologi
“BERKEBUN ALA RISKI BILAR” juga menyimpan data-data untuk memuat
rekomendasi tanaman apa yang tepat ditanam sesuai kondisi tanah dan iklim yang
sedang berlangsung serta informasi mengenai kegiatan pengelolaan tanah ataupun
tanaman.
4
kepada S-BARB sehingga memudahkan pengguna dalam mengontrol
teknologi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”.
3. UC-BARB (User Control “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”)
UC-BARB merupakan aplikasi dari teknologi “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” yang berfungsi untuk memberikan perintah,
menampilkan informasi, dan mengontrol kinerja dari “BERKEBUN
ALA RISKI BILAR”. UC-BARB dapat menampilkan informasi tentang
kondisi kesuburan tanah dan iklim secara akurat, tampilan pilihan
rekomendasi tanaman yang cocok ditanam, informasi jadwal kegiatan
dalam mengelola tanah dan merawat tanaman, serta rekomendasi
pemupukan apabila pekebun ingin memperbaiki kesuburan tanah
garapannya.
5
5. Pengguna dapat menerima informasi berupa rekomendasi pilihan
tanaman apa yang tepat dengan hasil kondisi tanah dan iklim serta akan
memberikan pilihan jenis pupuk yang tepat untuk memperbaiki kualitas
tanah.
6. Berdasarkan rekomendasi tanaman yang telah dipilih, pengguna akan
memperoleh notifikasi sebagai pengingat mengenai jadwal kegiatan
dalam merawat tanah dan tanaman.
7. Teknologi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR” mulai bekerja dengan
kontrol dari UC-BARB.
Untuk dapat merealisasikan teknologi ini, penulis akan bekerja sama
dengan berbagai pihak diantaranya, yang pertama, Lembaga Pendidikan
(Sekolah), sebagai pendamping dan mentor pertama dalam perencanaan dan
penyusunan awal ide gagasan “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”. Kedua,
Kementrian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan, sebagai pusat informasi
yang akurat dan terpercaya untuk mengumpulkan berbagai sumber data dan
informasi mengenai berbagai tanaman yang cocok ditanam sesuai kondisi tanah dan
iklim. Selain itu, pihak tersebut juga berperan sebagai tokoh penggerak yang paling
tepat untuk mempromosikan dan menyosialisasikan aplikasi “BERKEBUN ALA
RISKI BILAR” kepada masyarakat terutama para pekebun. Ketiga yaitu
Perusahaan Pembuat Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi, sebagai
mitra utama dalam pembuatan aplikasi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”
diharapkan mampu bekerjasama dengan semua pihak, baik dengan penggagas
(penulis) maupun dengan instansi pemerintah terkait. Keempat yaitu Masyarakat,
sebagai pengguna atau pemakai aplikasi “BERKEBUN ALA RISKI BILAR”
diharapkan dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal, sehingga mampu
menjadi media untuk membantu dalam mengelola lahan perkebunannya.
Adapun langkah strategis untuk merealisasikan teknologi “BERKEBUN
ALA RISKI BILAR” akan dilakukan beberapa tahap, yaitu, yang pertama, penulis
akan bekerjasama dengan guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah untuk membahas ide gagasan awal
dan mulai merancang alur berfikir dari teknologi yang ingin dibuat. Kedua, penulis
juga akan mengumpulkan data-data pendukung lainnya melalui teknik studi
6
literature dan wawancara dengan berbagai tokoh dalam bidang teknologi dan
perkebunan. Ketiga, penulis akan bekerjasama dengan ahli IT untuk meminta saran
dan masukan dalam mewujudkan teknologi ini. Keempat, penulis bersama pihak
sekolah menjalin komunikasi aktif dengan Dinas Perkebunan, Direktorat Jenderal
Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan dan Kementrian Riset dan Tekologi untuk
menyebarluaskan dan menyosialisasikan teknologi ini. Kelima atau yang terakhir,
penulis juga membuka diri dan terus berupaya untuk mencari mitra dari berbagai
pihak termasuk perusahaan pembuat teknologi yang ada di Indonesia.
7
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Suci. 2017. Analisis Sektor Perkebunan Sebagai Pendorong Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam.
[SKRIPSI]. Jurusan Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, UIN Raden Intan Lampung.
Mediani, Mesha. 2018. Lahan Kritis Indonesia 14 juta Ha, Pemerintah Kewalahan.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180705172856-20-
311831/lahan-kritis-indonesia-14-juta-ha-pemerintah-kewalahan.
[Diakses pada tanggal 16 Juni 2021 pukul 19:25 WIB].
8
LEMBAR ORISINALITAS KARYA
9
LAMPIRAN
10
Gbr 5. Rekomendasi Gbr 6. Informasi Gbr 7. Rekomendasi
Tanaman Perkebunan Pemeliharaan Tanaman Pemupukan
11
BIODATA PENULIS
1. Ketua Tim
a. Identitas Diri
Nama : Niken Yulistya Rohma
Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 8 Juli 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan : IPS
Email : nikenyulistya487@gmail.com
No. Telp/HP : 088235647190
b. Riwayat Pendidikan
Tahun Masuk-
2010-2016 2016-2019 2019-belum lulus
Lulus
12
nasional bedah buku
yang akan dibukukan
dan diterbitkan oleh
Universitas Negeri
Yogyakarta
Finalis 10 besar lomba
esai nasional
4. Universitas Islam Indonesia 2019
Universitas Islam
Indonesia
Finalis 15 besarlomba
essay nasional My
IKIGAI ASIA dan Kedutaan Besar
5. Dreams to Study in 2019
Perancis di Jakarta
France Kedutaan Besar
Perancis
Juara 2 kategori ide
6. lomba esai nasional SMAIT Insantama Bogor 2020
Smention
Juara Favorit Lomba
7. Essai 4th Universitas Indonesia 2020
Administration Festival
Juara Favorit Esai
Institut Teknologi Sepuluh
8. Lustrum XII tingkat 2020
Nopember
nasional
Juara 2 Essay dan
Poster terfavorit Lomba
9. Ocean Essai Institut Teknologi Bandung 2020
Competition Poseidon
nasional
Poster terfavorit Lomba
Ocean Essai
10. Institut Teknologi Bandung 2020
Competition Poseidon
nasional
13
Finalis 30 besar lomba
11. esai nasional Young Young Entrepreneurship Indonesia 2020
Entrepreneurship
Finalis 10 besar lomba
esai sekaresidenan
Universitas Muhammadiyah
12. Universitas 2020
Ponorogo
Muhammadiyah
Ponorogo
Finalis juara 5 lomba
13. esai nasional Karya Universitas Gadjah Mada 2020
Salemba Empat
Finalis 10 besar
Chemical Paper
14. Universitas Ahmad Dahlan 2020
Competition tingkat
nasonal
Finalis essay Chemition
15. tingkat nasional Universitas Pertamina 2021
Universitas Pertamina
2. Anggota 1
a. Identitas Diri
Nama : Evita Wulandari
Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 17 Juli 2002
JenisKelamin : Perempuan
Jurusan : IPS
Email : evitawulandari65@gmail.com
No. Telp/HP : 081907375957
Alamat :Desa Ciluk, Kecamatan Kauman,
Kabupaten Ponorogo
b. Riwayat Pendidikan
14
SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat
SMP Negeri 1 SMA Negeri 1
Nama Instansi SD Negeri Ciluk
Kauman Badegan
Tahun Masuk-
2010-2016 2016-2019 2019-belum lulus
Lulus
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. Juara 2 The Tenth Olymbasict SMA 2019
Bidang IPS Muhammadiyah 1
Ponorogo
2. Juara 1 Integrated Social Olympiad MAN 2 Ponorogo 2019
3. Juara 3 Olimpiade Sains Ganesha SMAN 1 Ponorogo 2019
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Kategori B
4. Juara 1 OSN Intern SMAN 1 SMAN 1 Badegan 2019
Badegan Ponorogo Ponorogo
5. Juara 1 lomba esai nasional UIN Sunan Ampel 2019
Surabaya
6. 15 besar Penulis Terpilih karya esai Universitas Negeri 2019
nasional bedah buku yang akan Yogyakarta
dibukukan dan diterbitkan oleh
Universitas Negeri Yogyakarta
7. Juara Favorit Lomba Essai 4th Universitas Indonesia 2020
Administration Festival
8. Juara Favorit Esai Lustrum XII Institut Teknologi 2020
tingkat nasional Sepuluh Nopember
9. Finalis 30 besar lomba esai nasional Young 2020
Young Entrepreneurship Entrepreneurship
Indonesia
15
10. Finalis 10 besar lomba esai Universitas 2020
sekaresidenan Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Ponorogo Ponorogo
11. Finalis 10 besar lomba esai nasional Universitas Islam 2019
Universitas Islam Indonesia Indonesia
12. Finalis 10 besar Chemical Paper Universitas Ahmad 2020
Competition tingkat nasonal Dahlan
13. Finalis essay Chemition tingkat Universitas
2021
nasional Universitas Pertamina Pertamina
3. Anggota 2
a. Identitas Diri
b. Riwayat Pendidikan
SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat
SMP Negeri 1 SMA Negeri 1
Nama Instansi SD Srandil
Badegan Badegan
Tahun Masuk-
2010-2016 2016-2019 2019-belum lulus
Lulus
16