Anda di halaman 1dari 7

Smart Farming 4.

0: Masa Depan Pertanian Indonesia


August 4, 2021 / by biopsagrotekno

Smart Farming 4.0 Menjadi Harapan untuk Masa


Depan Pertanian Indonesia
BANDUNG — Smart farming 4.0 merupakan metode pertanian cerdas berbasis
teknologi, dimana terdapat beberapa teknologi pertanian yang digunakan di antaranya
penyiraman otomatis, drone sprayer (drone penyemprot pestisida dan pupuk cair),
drone surveillance (drone untuk pemetaan lahan) serta soil and weather sensor (sensor
tanah dan cuaca).

Salah satu karya anak bangsa dalam mendukung smart farming 4.0 yakni
ENCOMOTION, sistem irigasi pintar yang mampu mengetahui kondisi lingkungan di
sekitar tanaman, diciptakan oleh BIOPS Agrotekno Indonesia, sebuah perusahaan
teknologi pertanian dari Bandung.

“Smart farming adalah sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu
petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas” Kata Hasna Luthfiyah
selaku RnD Manager BIOPS Agrotekno Indonesia.

Smart Farming, Presisi, dan Terintegrasi


Penerapan metode smart farming 4.0 bukan sekedar tentang penerapan teknologi
pertanian. Namun, kunci utama dari metode ini adalah tentang data yang terukur. Apa
saja yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai hasil produksi yang optimal? Apa yang
harus dilakukan petani? Semua pertanyaan ini bisa dijawab dengan penerapan metode
smart farming 4.0.

Baca juga: Penerapan Internet of Things (IoT) Solusi di Sektor Pertanian

Keberadaan sensor tanah dan cuaca yang terpasang di lahan pertanian, akan
membantu petani dalam mendapatkan data tentang tanamannya. Data yang dapat
diperoleh dari sensor ini di antaranya seperti kelembapan udara dan tanah, suhu, pH
tanah, kadar air, curah hujan, hingga kecepatan angin. Data tersebut dapat digunakan
petani untuk memantau kondisi lahannya.

Sistem Irigasi Pintar ENCOMOTION misalnya, suatu sistem yang digunakan untuk
melakukan penyiraman secara tepat dan presisi. Sistem irigasi pintar ENCOMOTION ini
menggunakan dua alat yang bernama SiJamoor dan SiRamot. Sijamoor berperan
sebagai sensor untuk memantau kondisi lingkungan sekitar tanaman sedangkan
SiRamot berperan sebagai alat yang mengatur jumlah air yang akan diberikan pada
tanaman.
Pada dasarnya, SiJamoor merupakan sensor cuaca yang akan memantau dan
mengumpulkan data secara berkala mengenai suhu, kelembapan, intensitas cahaya,
curah hujan, serta kecepatan dan arah angin. Kemudian data tersebut secara otomatis
akan terkirim dan tersimpan pada dashboard dan aplikasi Encomotion. Kemudian data
tersebut akan digunakan oleh SiRamot (alat pengatur) untuk menentukan jumlah air
yang diberikan pada tanaman. Penyiraman otomatis akan dilakukan oleh sistem irigasi
pintar pada pukul 8 pagi dan 4 sore.

Penerapan metode smart farming 4.0 bisa jadi solusi bagi berbagai permasalahan di
sektor pertanian Indonesia. Masa depan pertanian Indonesia adalah pertanian yang
cerdas berbasis teknologi.

Penulis: Ayu Rizka Ananda


Modernisasi Pertanian - Smart Farming
Precision Agriculture 4.0
Admin Distan | 20 Januari 2020 |

Oleh : Edi Wirawan


Staf Bidang Penyuluhan....
Modernisasi Pertanian - Smart Farming Precision Agriculture 4.0
Perkembangan industri di Indonesia memasuki tahap baru, semua industri berlomba-
lomba menggunakan teknologi yang menjadi ciri khas dari revolusi industri tersebut.
Untuk lebih mudah memahami Revolusi Industri 4.0 ini, kunci utamanya yaitu berbasis
jaringan internet. Jaringan internet ini akan terintegrasi atau terhubung dengan mesin
atau perangkat, karena menggunakan jaringan internet sebagai penghubung maka
secara otomatis untuk mengoperasikan mesin atau perangkat tersebut dapat dilakukan
secara jarak jauh.

Revolusi 4.0 pada bidang pertanian menerapkan metode "Smart Farming Precision
Agriculture" yang secara garis besar metode ini terbagi menjadi 2 garis besar yaitu smart
farming dan precision agriculture
a. Smart farming (pertanian pintar) yaitu penggunaan platform yang dikonektivitaskan
dengan perangkat teknologi (contoh : tablet dan handphone) dalam pengumpulkan
informasi (contoh : status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca dsb) yang
diperoleh dari lapang dari perangkat yang ditanamkan pada lahan pertanian.
b. Precision Agriculture (pertanian presisi) lebih kepada penggunaan input berupa
pestisida dan pupuk sesuai kebutuhan berdasarkan informasi olahan data pada tablet
sehingga tidak ada kelebihan dalam dosis pengaplikasiannya karena dipenuhi
berdasarkan kekurangannya. Dampak baik yang ditimbulkan pada pengaplikasian pupuk
atau pestisida sesuai kebutuhan akan menjaga kesehatan dan kelestarian tanah,
optimalisasi penggunaan input dan saving cost.
Dalam prakteknya di lapang metode smart farming precision agriculture ini
menggabungkan antara platform berbasis IoT (Internet of Things) dengan alat dan mesin
pertanian (alsintan). Tentunya agar hal tersebut selaras alat produksi pertanian tidak lagi
dioperasikan secara konvensional namun dikendalikan dengan teknologi, oleh karena itu
alsintan harus ditingkatkan atau di-upgrade.
Upgrading alat pertanian disini dapat berupa penggabungan 2 perangkat yang dirakit
berdasarkan kebutuhan atau penambahan teknologi pada suatu perangkat (contoh :
penambahan sensor, GPS, wifi dsb) sehingga kompatibel dengan platform yang sesuai.
Kementrian Pertanian melalui Balitbangtan sangat menggenjot pembaharuan teknologi
alsintan ini mengingat Alsintan merupakan hal yang sangat vital.

1. Sprayer Drone
Sprayer Drone merupakan alat yang menggabungkan 1 teknologi dan 1 metode
aplikasi, yaitu drone (pesawat tanpa awak) dan folliar application (pemupukan lewat
daun). Alat ini digunakan untuk pemupukkan dan penyemprotan pestisida pada
tanaman. Layaknya sebuah drone alat ini bekerja dipermukaan udara, yang dahulu
penyemprotan pestisida dan pemupukan harus dilakukan dengan menelusuri lahan
pertanian, namun dengan menggunakan sprayer drone ini dapat dikendalikan dengan
jarak jauh karena dikoneksikan dengan wifi pada remote control operator. Drone ini juga
dilengkapi dengan sensor dan GPS (Global Positioning System). Mekanisme kerja
drone menyemprotkan liquid dengan wujud kabut (fog) dari udara tepat pada daun
tanaman atau lebih dikenal dengan folliar application. Kelebihan yang didapatkan
dengan menggunakan drone ini sangat menguntungkan yaitu dapat mengatasi
kekurangan tenaga kerja lapang dan pengaplikasian pestisida serta pupuk dapat
menjangkau luasan area 5 hektar dalam 1 jam.

2. CI Agriculture (HARA)
Merupakan startup pertanian lokal berbasis IoT (Internet of Things), startup ini
menggunakan jaringan internet baik untuk pengumpulan, pertukaran data dan
kontroling alat dilapang yang terhubung dengan gadget. Fokus utama CI Agriculture
yaitu pengembangan sistem manajemen pertanian dengan menggunakan big data
analystic. Big data analystic adalah kumpulan data yang diperoleh dari lapang, data
yang dikumpulkan dapat berupa data anomali cuaca, status hara dan kondisi tanah,
serta berasal dari pencitraan satelit dan drone. Data yang diperoleh kemudian akan
diolah, kemudian data tersebut akan menghasilkan informasi yang akurat dan update
sehingga dapat membantu petani dalam membuat keputusan dalam proses produksi.
Smart Faming Precision Agriculture kuncinya adalah meningkatkan produktivitas dan
laba dengan penggunaan teknologi melalui minimalisasi penggunaan input produksi.
Smart Faming Precision Agriculture 4.0 merupakan teknologi yang belum sepenuhnya
diterapkan di Indonesia, tentunya akan terdapat banyak kesulitan untuk mengenal
teknologi ini. Untuk mengatasinya kita harus sabar dan terus belajar mengadopsi
teknologi ini secara mandiri ataupun pada negara yang sudah berhasil menerapkannnya.
Pada hakekatnya dibutuhkan waktu yang tidak singkat, perlu ketekunan dan niat yang
mantap.
Harapan Bangsa Indonesia dengan adanya revolusi industri 4.0 dibidang pertanian tidak
hanya sekedar bagaimana meningkatkan profit dengan meminimalisir penggunaan input
produksi saja namun bagaimana mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan.
Pemenuhan kebutuhan pangan secara mandiri ini tentunya tidak dapat berjalan jika
hanya pemerintahnya saja yang berusaha keras dalam mengadopsi teknologi ini,
masyarakat indonesia tentunya juga harus mendukung dengan mengenal, belajar dan
ikut mempraktikan teknologi ini bersama pemerintah....>>>
Smart Farming 4.0
Smart Farming 4.0 merupakan metode pertanian cerdas berbasis teknologi. Teknologi
yang digunakan dalam Smart Farming 4.0 diantaranya Agri Drone Sprayer (Drone
penyemprot pestisida dan pupuk cair), Drone Surveillance (Drone untuk pemetaan
lahan) serta Soil and Weather Sensor (Sensor tanah dan cuaca).

Teknologi karya anak bangsa ini merupakan hasil produksi RiTx, unit bisnis PT Mitra
Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB), sebuah perusahaan teknologi agrikultur dari
Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Samsul Widodo mengatakan,


penerapan teknologi di sektor pertanian mampu meningkatkan potensi daerah.

“Teknologi seperti ini sangat perlu untuk pertanian di Indonesia. Agriculture bisa jadi
agri”cool”ture dan menarik minat anak muda untuk bertani. Potensi daerah pun bisa
meningkat” ujarnya.

Pertanian Cerdas, Terukur, dan Terintegrasi

Penerapan metode Smart Farming 4.0 bukan sekedar tentang penerapan teknologi.
Namun, kunci utama Smart Farming 4.0 adalah tentang data yang terukur. Apa saja
yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai hasil produksi yang optimal? Apa yang
harus dilakukan petani? Semua pertanyaan ini bisa dijawab dengan penerapan metode
Smart Farming 4.0.

Agri Drone Sprayer misalnya, digunakan untuk menyemprot pestisida serta pupuk cair
dengan lebih presisi. Pemberian pupuk dan pestisida secara berlebih pun bisa dihindari.
Tak hanya itu, didukung dengan penggunaan Drone Surveillance, pemetaan lahan juga
bisa dilakukan. Dari hasil pemetaan, petani bisa mengetahui kondisi tanaman di lahan
mereka.

Keberadaan Soil and Weather Sensor (Sensor tanah dan cuaca) yang terpasang di
lahan pertanian, juga akan membantu petani dalam memantau kondisi tanaman. Data
yang dapat diperoleh dari sensor ini diantaranya seperti kelembapan udara dan tanah,
suhu, pH tanah, kadar air, hingga estimasi masa panen.

Terintegrasi dengan aplikasi berbasis android RiTx, peringatan dini akan diterima petani
jika terjadi anomali terhadap kondisi lahan mereka. Tak hanya itu, petani juga akan
mendapatkan rekomendasi, demi mencegah terjadinya kerusakan terhadap lahan dan
tanaman.

Penerapan metode Smart Farming 4.0 bisa jadi solusi bagi berbagai permasalahan di
sektor pertanian Indonesia. Masa depan pertanian Indonesia adalah pertanian yang
cerdas berbasis teknologi.

Anda mungkin juga menyukai