Anda di halaman 1dari 7

DAYA DALAM BIDANG PERTANIAN

SISTEM PERTANIAN PRESISI DI INDONESIA KHUSUSNYA DI WILAYAH NTB

Oleh :
HAMROL HAIROMI
J1B013037

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVVERSITAS MATARAM
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Teknologi Pertanian Indonesia berkembang dengan pesat. Dari proses produksi di hulu

hingga pengolahan di hilir. Banyak aplikasi teknologi yang digunakan dalam industri
pertanian modern di Indonesia guna mengejar hasil yang tinggi dengan biaya produksi yang
rendah. Itulah yang sekarang pesat dikembangkan, pertanian presisi atau lebih kerennya
disebut precision farming,

karena sumber daya produksi pertanian kita sudah terbatas.

Sumber daya air, tanah, pupuk, manusia dan faktor produksi lainnya sudah berkurang baik
dari segi kualitas dan kuantitas sehingga sudah harus dioptimalkan untuk mendapatkan hasil
produk pertanian yang optimal dan berkualitas tinggi. Era abad 21 ini akan diwarnai isu yang
akan terus berkembang. Isu perubahan iklim, keterbatasan sumber daya, ketahanan pangan,
dan perdagangan bebas mau tidak mau akan mendorong pertanian Indonesia menuju arah
indstri pertanian. Tuntutan industrialisasi akan segera datang dalam waktu dekat untuk
menjamin ketahanan pangan nasional, daya saing komoditas di kancah internasional, isu
sustainability, dan lingkungan. Untuk itulah pertanian presisi ada, untuk menyongsong era
baru pertanian Indonesia yang tidak lagi dengan cara-cara konvensional, tetapi harus
dimodernisasi ke arah industrialisasi pertanian.
1.2.
Rumusan masalah
1.Apa itu pertanian presisi.?
2.Tujuan dari pertanian presisi.?
3.Bagaimana pertanian presisi di NTB.?
1.3.

Tujuan
1. Mengetahui apa itu pertanian presisi
2. Mengetahui tujuan dari pertanian presis
3. Mengetahui bagaimana pertanian presisi di NTB

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pertanian Presisi


Pertanian presisi merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan
pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa,dan mengelola informasi keragaman spasial
dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum,berkelanjutan, dan
menjaga lingkungan. Tujuan dari pertanian presisi adalah mencocokkan aplikasi sumber daya
dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan
karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan. Pertanian presisi merupakan revolusi dalam
pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi. Sistem Informasi Manajemen
(Management Information System) dalam pertanian presisi meliputi Sistem Informasi
Geografis (Geographical Information System).
Definisi tersebut menunjukkan keunggulan dari pertanian presisi yakni disamping
meningkatkan produksi pertanian, efisiensi, dan keuntungan, sekaligus menurunkan dampak
negatif pada lingkungan. Pertanian presisi (precision farming) dapat disamakan dengan
berbagai istilah lain. Istilah-istilah lain yang berhubungan dengan pertanian presisi antara lain
precision agriculture, prescription farming, site specific management (Pierce dan Nowak,
1999). Pada artikel ini, istilah-istilah tersebut dianggap sama dan dapat digunakan secara
bergantion serta memiliki arti yang sama.
2.2 pertanian Presisi Sebagai Teknologi Baru
Pertanian Presisi atau PF sebagai teknologi baru yang sudah demikian berkembang di
luar Indonesia perlu segera dimulai penelitiannya di Indonesia untuk memungkinkan
perlakuan yang lebih teliti terhadap setiap bagian lahan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dengan meningkatkan hasil, menekan biaya produksi dan mengurangi dampak
lingkungan. Maksud tersebut dapat dicapai dengan PF melalui kegiatan pembuatan peta hasil
(yield map), peta tanah (soil map), peta pertumbuhan (growth map), peta informasi lahan
(field information map), penentuan laju aplikasi (variable rate application), pembuatan yield
sensor, pembuatan variable rate applicator, dan lain-lain. Penggabungan peta hasil, peta
tanah, peta pertumbuhan tanaman menghasilkan peta informasi lahan (field information map)
sebagai dasar perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi yaitu dengan

diperolehnya variable rate application. Pelaksanaan kegiatan ini akan lebih cepat dan akurat
apabila sudah tersedia variable rate applicator.
2.3.Penggunaan

SIG

sebagai

Basis

Data

Pertanian

Presisi

Tidak diragukan lagi bahwa pertanian presisi membutuhkan data banyak dan
bervariasi. Pierce dan Nowak (1999) dengan jelas menyebutkan bahwa pertanian presisi
membutuhkan perolehan, pengelolaan, analisis dan penyajian sejumlah besar data yang
bersifat keruangan dan temporal. Banyaknya data dalam pertanian presisi terkait dengan
kenyataan bahwa data yang dibutuhkan dalam pertanian presisi adalah data keruangan
(spatial) dan data temporal. Peranan SIG sebagai Sistem Pengelolaan Basis Data (Database
Management Systems) berperanan sangat sentral dalam Pertanian preseisi. Kemampuan SIG
dalam melakukan berbagai analisis data keruangan serta kemampuan dalam menyimpan
data dalam jumlah yang besar telah membuat SIG alat yang handal dalam pertanian presisi.
Seperti dikemukakan oleh Pierce dan Nowak (1999) yang menyatakan bahwa karena
kenyataan bahwa pertanian presisi berhubungan dengan variabel-variabel keruangan dan
temporal dan karena pertanian presisi merupakan sistem pertanian berbasis data maka
kemampuan analisis keruangan SIG lah yang memungkinkan pertanian presisi. Dengan kata
lain kemampuan SIG lah yang telah memungkinkan perubahan sejumlah besar data dalam
pertanian presisi menjadi informasi yang dibutuhkan untuk pengambian keputusan. Dengan
kemampuan tersebut maka analisis kecenderungan (trend analysis), analisis pola (pattern
analysis) dan analisis hubungan dapat dilakukan dengan menggunakan data-data yang
sudah tersimpan dalam Sistem Informasi Geografis.
Oleh karena itu SIG dapat berfungsi sebagai alat pengambilan keputusan (decision support
systems) untuk pertanian presisi. Pemanfaatan SIG sebagai basisdata untuk pertanian presisi
terutama sangat berguna pada saat membuat prescription map. Seperti disebutkan dalam
Pierce dan Nowak (1999) prescription map merupakan sebuah atau beberapa peta yang dibuat
dari peta-peta kondisi (contional maps), yang diperoleh dan yang sudah disimpan dalam
Sistem Informasi Geografis. Dengan kenyataan ini maka jeaslah bahwa dengan kemampuan
menyimpan data-data dalam jumlah besar maka sangatlah mungkin untuk membuat
prescription map berdasarkan sejumlah data yang telah tersimpan dalam SIG. Disamping itu,
kemampuan Sig untuk dapat menyimpan data dari berbagai sumber telah memungkinkan
pembuatan prescription map lebih efektif dan efisien.
2.4. Tujuan Pertanian Presisi

Sistem

pertanian

(a)

memiliki

Meningkatkan

(
(c)

presisi

b)

(d)

bahan

utama,

efisiensi

Perbaikan

Penggunaan

tujuan

Konservasi

produksi,

kualitas

kimiawi

yaitu

yang

produksi,
lebih

efisien,

energi,

dan

(d) Perlindungan tanah dan air tanah.


2.5. Pertanian Presisi di NTB
Sistem pertanian presisi merupakan konsep baru yang populer dalam produksi, yang
dapat diterjemahkan sebagai sistem menyeluruh yang dirancang untuk mengoptimasi
produksi pertanian melalui aplikasi teknologi informasi tanaman, teknologi lanjutan dan
praktek manajemen. Suatu pendekatan menyeluruh pada pertanian presisi dimulai degan
perencanaan tanaman dan meliputi olah tanah, penanaman, aplikasi kimiawi, pemanenan, dan
pengolahan pasca panen.
Penerapan sistem pertanian di Nusa Tenggara Barat belum menuju teknologi cermat
dan terukur. Kondisi ini dapat dilihat dengan masih minimnya hasil produktivitas tanaman
padi petani dalam pencapaian kedaulatan pangan nasional.
Teknologi pertanian cermat dan terukur atau presisi sangat diperlukan karena dapat
meningkatkan produksi pangan khususnya beras secara optimal secara berkelanjutan. Namun,
memang hal ini belum banyak teraplikasikan karena masih baku nya sistem yang lama
digunakan petani dalam mengelola lahan pertaniannya. Selama ini petani masih pakai cara
yang baku dalam mengelola lahannya seperti dalam pemberian pupuk, pestisida, bibit dan
pengolahan

lahan

serta

pengolahan

pasca

panen.

Dengan perubahan iklim yang saat ini terjadi di hampir seluruh dunia menjadi
tantangan sendiri bagi sistem pertanian. Sebab, musim tanam, penggunaan pupuk,
pengendalian hama dan penyakit akan berbeda pada masing-masing lahan pertanian dan
daerah

di

Nusa

Tenggara

Barat.

Penerapan pertanian presisi ini merupakan sistem budidaya yang tepat untuk
menghasilkan produktivitas tanaman dengan optimal, biaya produksi yang tidak banyak,
produksi berlimpah dan ini membawa keuntungan yang besar kepada petani. "Pertanian
presisi ini sudah diberlakukan negara-negara maju. Kita akan menuju sistem tersebut dengan
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani, penyuluh, elemen masyarakat
serta didukung dengan kemauan pemerintah dalam membantu petani di NTB

Kebijakan pertanian, menjadi tanggung jawab bersama antara petani, masyarakat dan
pemerintah. Apalagi dengan otonomi daerah saat ini, peran kabupaten/kota sangat penting
dalam melakukan kebijakan dalam peningkatan produktivitas tanaman dengan teknologi
pertanian secara akurat dan tepat sasaran agar dapat diterapkan di NTB.

DAFTAR PUSTAKA

Doerge,

T.A.

Management

Zone

Concept

dalam

http://www.ipni.net/publication/ssmg.nsf/0/C0D052F04A53E0BF852579E500761AE
3/$FILE/SSMG-02.pdf. Diakses Tanggal 5 Juni 2016.
Setiawand, dan Ernan Rustiadie. 2009. Sistem Informasi Geografis dalam Pertanian
Presisi Aplikasi pada Kegiatan Pemupukan di Perkebunan Tebu dalamPROSIDING
SEMINAR NASIONAL HIMPUNAN INFORMATIKA PERTANIAN INDONESIA 2009 ISBN :
978 979 95366 0 7
Robinson, T.P, Metternicht, G 2006. Testing the performance of spatial interpolation
techniques for mapping soil properties dalam Computers and Electronics in Agriculture 50
(2006) 97108

Anda mungkin juga menyukai