Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya

Lokal di Era Revolusi Industri 4.0


ISBN: 978-602-50605-8-8

SMART FARMING: TEKNOLOGI PGPR UNTUK KEBERLANJUTAN


PERTANIAN LAHAN KERING

Ida Ekawati1)
1)
Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unija,

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memrediksi penduduk dunia terus


meningkat hingga mencapai 8,1 milyar jiwa pada tahun 2025 dan akan meningkat
hingga 9,6 milyar pada tahun 2050 (Kompas, 15 Juni 2013). Suatu tantangan besar
untuk memberi makan penduduk dunia, sementara saat ini lahan terdegradasi dan
kerusakan lingkungan semakin meningkat dengan adanya tekanan penduduk.
Sementara, menurut Badan Pusat Statistik penduduk Indonesia tahun 2019
diprediksi mencapai 267 juta jiwa. Tentunya kebutuhan pangan semakin meningkat
dengan berjalannya waktu, pertanian harus mencukupi kebutuhan tersebut. Oleh
karena itu produktivitas pertanian signifikan perlu ditingkatkan di era saat ini dan
mendatang. Pendekatan yang diperlukan yaitu keberlanjutan produksi, dan
teknologi ramah lingkungan. Inovasi teknologi baru perlu dikembangkan dan
diaplikasikan (Glick, 2014). Lahan kering yang merupakan bagian terbesar lahan
pertanian di Indonesia memerlukan inovasi teknologi modern untuk
mengoptimalkan potensinya menghasilkan pangan. Tanpa teknologi sulit untuk
memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia. Fokus pembahasan pada tulisan ini
mengarah pada teknologi PGPR (plant growth promoting rhizobacteria) dalam
mewujudkan lahan pertanin yang smart untuk peningkatan produksi pangan
berkelanjutan khususnya untuk lahan kering.

Pertanian Presisi dan Smart farming (pertanian cerdas) mulai


Farming dikenal. Beberapa peneliti telah
Era revolusi industri 4.0 telah mendifinisikan precision farming,
merambah dunia pertanian. yang pada dasarnya pengertian
Perkembangan teknologi di era ini precision farming adalah sistem
sangat cepat dan menuntut adanya managemen pertanian yang bertujuan
adaptasi dari semua sektor, termasuk untuk meningkatkan produktivitas
pertanian. Perubahan dibidang dan penggunaan sumberdaya baik
pertanian menunjukkan adanya melalui peningkatan hasil atau
pembaharuan teknologi, dimana berkurangnya input dan efek
teknologi konvesional mulai lingkungan yang merugikan dengan
digantikan dengan teknologi modern memanfaatkan teknologi informasi
berbasis internet maupun digital. (Balafoutis et al., 2017). Teknologi
Aplikasi-aplikasi baru bermunculan digunakan untuk mengelola
untuk efisiensi sistem produksi sumberdaya secara efisien agar
pertanian. Istilah precision farming menghasilkan produksi pertanian
(pertanian presisi) maupun smart yang lebih produktif dan

615
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

berkelanjutan dengan pendekatan dari udara tepat pada daun


presisi dan efisiensi sumberdaya. tanaman, ketinggian semprot 70
Serangkaian teknologi dibutuhkan cm dari permukaan tanah
seperti GPS, GIS, penginderaan jarak (Santoso dan Hariyanto, 2017).
jauh, sistem teknologi informasi Alat lainnya yaitu traktor yang
untuk meningkatkan efisiensi, dijalankan dengan remote
produktifitas, dan keuntungan sistem kontrol. Petani tidak perlu
produksi pertanian yang ramah keliling lahan, cukup
lingkungan. mengendalikan traktor di pinggir
Pertanian presisi kadang lahan.
dikenal dengan smart farming yang 2. Smart pemupukan menggunakan
menggambarkan aplikasi teknologi teknologi nano
informasi komunikasi modern di Teknologi nano merupakan
bidang pertanian, platform fenomena baru di bidang
dihubungkan dengan perangkat tablet pemupukan. Penggunaan
atau handphone dalam pengumpulan teknologi ini didesain untuk
informasi status hara, kelembaban meningkatkan efisiensi
udara, kondisi cuaca yang diperoleh penggunaan nutrisi, sehingga
dari perangkat yang ditanamkan pada mengurangi efek terhadap
lahan pertanian. Dengan bantuan lingkungan (Calabi-Floody,
teknologi petani mendapatkan 2018). Material pupuk berukuran
informasi yang tepat dan dapat mikrometer diubah menjadi
mengambil keputusan yang tepat berukuran nanometer.
dalam menjalankan usahataninya. Pemanfaaatan teknologi nano
Sebagai misal, tepat dalam memilih memungkinkan pemberian
varietas, tepat menentukan waktu pupuk sesuai kebutuhan, aplikasi
tanam, tepat dosis pupuk dan tindakan pupuk fosfat alam dengan
budidaya lainnya. Selanjutnya, diikuti teknologi nano hingga berukuran
dengan penggunaan alat pertanian 100 nm telah dicoba dapat
yang serba pintar. Sebagai gambaran meningkatkan ketersediaan P
aplikasi teknologi smart farming di dalam tanah (Widowati et
Indonesia di antaranya yaitu: al.,2012). Sementara, Veronica
1. Alat pertanian pintar et al. (2015) menyatakan bahwa
Sprayer drone digunakan untuk penggunaan teknologi nano
pemupukan lewat daun dan memiliki keuntungan
penyemprotan pestisida. Sprayer menurunkan penggunaan input
drone ini dilengkapi dengan pertanian dan memperbaiki
remote control operator, kualitas pangan.
sehingga dapat dikendalikan dari 3. Sistem informasi kalender tanam
jarak jauh. Mekanisme kerja Badan Penelitian dan pengembangan
drone menyemprotkan Pertanian Kementrian Pertanian telah
liquid dengan wujud kabut (fog) meluncurkan Si Katam Terpadu,

616
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

suatu aplikasi kalender tanam media air sesuai kebutuhan


berbasis web dan android. Aplikasi kelembaban tanah yang diperlukan
ini menyajikan predikti waktu tanam (Sinaga, 2019).
sampai pada tingkat kecamatan, Beberapa contoh pemanfaatan
varietas unggul yang tepat, teknologi informasi komunikasi di
rekomendasi pemupukan yang bidang pertanian tersebut
rasional. Produk ini dapat diakses menggambarkan bahwa sektor
melalui pertanian di Indonesia mulai
http://katam.litbang.deptan.go.id/ dan beradaptasi dengan perkembangan
menjadi pedoman bagi pengguna teknologi era revolusi industri 4.0.
sebelum memasuki musim tanam ke Proses usahatani diharapkan lebih
depan (Ramadani et al., 2013). efisien dan dapat meningkatkan
4. Aplikasi bercocok tanam padi dan produksi pangan. Teknologi smart
cabe keriting berbasis android farming merupakan teknologi modern
Institut Teknologi Padang menyikapi pertanian di masa depan.
tantangan di era revolusi industri 4.0,
membuat terobosan baru untuk Smart farming dengan teknologi
pencapaian pertanian presisi dengan PGPR (plant growth promoting
aplikasi bercocok tanam padi dan rhizobacteria)
cabe keriting berbasis android Sebagaimana dikemukan
(Harison et al., 2017). Aplikasi ini sebelumnya oleh Rehman (2015)
dapat digunakan sebagai transfer bahwa smart farming didasarkan pada
pengetahuan, dimana petani lebih pemikiran tentang bioteknologi, nano
mudah mempelajari cara budidaya teknologi dan teknologi informasi.
padi dan cabe keriting dengan Ketiga aspek ini mengarahkan
pendekatan pengelolaan tanaman pemikiran pertanian cerdas. Di
terpadu (PTT). bidang bioteknologi, yang menjadi
5. Smart Agri Sistem untuk mendeteksi perhatian para peneliti saat ini yaitu
kelembaban tanah bioteknologi PGPR untuk
Aplikasi ini digunakan untuk meningkatkan produksi pangan dan
mengontrol kelembaban tanah pada keberlanjutannya. Peningkatan
lahan pertanian secara otomatis produksi tanaman tidak terlepas dari
dengan menggunakan smartphone tanah sebagai media tumbuh
Android. Pengguna dapat melihat tanaman. Tanah penuh dengan
kadar kelembaban pada lahan melalui kehidupan mikroskopis seperti
pembacaan sensor serta mengontrol bakteri, jamur, actinomycetes,
kembali dengan memberikan respons ptotozoa, algae. Bakteri merupakan
tertentu. Bila diketahui kadar air penghuni terbesar dibandingkan
kurang, maka sensor akan “ON” dan dengan mikroorganisme lainnya
otomatis memberikan pemberitahuan (Alexander, 1977; Glick, 2012).
pada android melalui aplikasi. Alat ini Bakteri ini ada yang merugikan dan
dapat melakukan penyiraman dengan ada pula yang bermanfaat bagi

617
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

pertumbuhan tanaman, seperti bakteri Bakteri tersebut selain mampu


yang memacu pertumbuhan tanaman menyediakan N bagi tanaman juga
yang sering disebut PGPR. menghasilkan hormon tumbuh IAA
Kelompok bakteri ini hidup di sekitar dan giberilin (Subba Rao, 1986).
perakaran dengan membentuk koloni Bakteri pelarut fosfat adalah
menyelimuti permukaan akar. Energi bakteri yang dapat melarutkan fosfat
pertumbuhannya diperoleh dengan yang tidak tersedia menjadi bentuk
memanfaatkan eksudat akar (Morgan tersedia bagi tanaman. Bakteri ini
et al., 2005; Haghighi,2011). memobilisasi P dengan memroduksi
Perannya dalam memacu asam organik dan ensim fosfatase
pertumbuhan tanaman dengan (Antoun, 2012). Penggunaan
berbagai cara, di antaranya pelarutan kelompok bakteri ini ditujukan untuk
fosfat, fiksasi nitrogen udara, meningkatkan efisien pemupukan P,
menghasilkan hormon tumbuh, karena rendahnya P tersedia dalam
aktivitas anti jamur, induksi resistensi tanah. Aplikasi pupuk P ke dalam
sistemik (Bhattacharyya dan Jha, tanah hanya 15-20% yang dapat
2012). Berbagai peran pgpr ini akan diserap oleh tanaman (Ginting et al., -
menyuburkan tanah, terbukti terdapat ). Pemberian bakteri pelarut fosfat
korelasi positif antara variabel dan penambat N mampu
pertumbuhan, sifat kimia tanah, dan meningkatkan kadar N dan P tanaman
populasi bakteri rhizofer (Kaushal tomat (Astuti et al., 2013). Sementara
dan Kaushal, 2018). Bakteri yang penelitian Cahyani et al.(2018)
masuk golongan PGPR adalah bakteri menunjukkan bahwa pemberian
pemfiksasi N, bakteri pelarut fosfat, PGPR pada pertanaman kentang
bakteri penghasil hormon tumbuh, dapat meningkatkan kadar N dan P
bakteri yang dapat berfungsi sebagai tanah, serta produksi umbi. Penerapan
biokontrol OPT, bakteri yang dapat teknologi PGPR ini akan mengurangi
mengurangi stress kekurangan air kebutuhan pupuk anorganik dalam
maupun stress garam. budidaya tanaman. Pada awalnya
Inokulasi bakteri pemfiksasi akan mengurangi, namun bila
N Azospirillum dan Azotobacter pada diterapkan secara terus menerus pada
tanaman gandum membantu akhirnya akan menggantikan
penyediaan nitrogen pada tingkat penggunaan pupuk anorganik yang
pemupukan N maksimal 120 kg N/ha, selama ini digunakan serta dapat
dan kedua bakteri tidak menunjukkan digunakan sebagai strategi
antagonisme (Alizadeh dan membersihkan lingkungan (Glick,
Ordookhani, 2011). Sementara hasil 2012).
penelitian Kifle (2013) menunjukkan Berbagai hasil penelitian
bahwa inokulasi bakteri pemfiksasi N terkait PGPR telah membuktikan
yang dikombinasikan dengan bahwa rhizobakteria ini mampu
sepertiga dosis N dapat meningkatkan menyediakan unsur hara yang
pertumbuhan jagung dan gandum. dibutuhkan tanaman dan dapat

618
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

meningkatkan produksi tanaman. Berbagai peran PGPR sebagai


Oleh karena itu, dengan kemajuan bakteri penghuni lingkungan
bioteknologi, rhizobakteria ini dapat perakaran telah dibahas, kondisi
dimodifikasi dan diformulasikan rhizosfer dapat dimodifikasi untuk
untuk menghasilkan konsorsium mewujudkan interaksi akar dengan
PGPR yang lebih meningkatkan mikroba yang menguntungkan guna
produksi tanaman. Ini merupakan meningkatkan produktivitas dan
peluang untuk industrialisasi PGPR keberlanjutan sistem pertanian
sehingga petani lebih mudah (McNear,2013). PGPR sebagai
menerapkan teknologi ini guna biofertilizer dapat menggantikan
meningkatkan kesejahteraannya. pupuk anorganik yang selama ini
Pemanfaatan PGPR yang digunakan. Dengan memberdayakan
dikombinasikan dengan penggunaan rhizobakteria dan siklus biologi maka
peralatan teknologi informasi seperti pelayanan agroekosistem dapat
smart agri untuk mendeteksi diperbaiki menuju keberlanjutan
kelembaban tanah akan semakin pertanian. Selain itu, peran PGPR
berpeluang meningkatkan produksi sebagai biokontrol dalam bentuk
pangan. biopestisida untuk mengendalikan
hama dan patogen tanaman telah
Peran PGPR dalam mewujudkan dianggap praktek baik untuk
keberlanjutan pertanian lahan mempertahankan agroekosistem
kering (Mishra et al., 2015). Pupuk biologi
yang terdiri atas bakteri pemfiksasi N,
Lahan kering yang pada pelarut fosfat dan kalium, strain
umumnya miskin unsur hara, bakteri lain juga dilaporkan dapat
mengalami tekan penduduk sehingga menekan populasi Meloidogyne
lahan tersebut diusahakan secara incognita yang menyerang tanaman
intensif untuk mencukupi kebutuhan cabe dan tomat (Youssef dan Eissa,
pangan. Penggunaan pupuk 2014).
anorganik berlebihan sehingga PGPR yang menghasilkan
kondisi tanah semakin terdegradasi, ACC deaminase selain menghasilkan
lingkungan tercemar. Hal ini
hormon tumbuh juga melindungi
mengancam keberlanjutan pertanian. tanaman melawan kekeringan,
Proses produksi pada pertanian cekaman garam, dan patogen (Glick,
berkelanjutan mengarah pada 2014).
penggunaan produk hayati yang Nampak bahwa PGPR penghasil
ramah terhadap lingkungan. Untuk ACC deaminase dapat melindungi
mewujudkan keberlanjutan pertanian, tanaman dari tekanan abiotik maupun
kondisi lahan kering perlu diperbaiki biotik. Ini berarti permasalahan lahan
dengan teknologi yang ramah kering yang mana tanaman sering
lingkungan, salah satunya teknologi mengalami stress air maupun garam
PGPR.

619
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

dapat diatasi dengan penggunaan DAFTAR PUSTAKA


PGPR.
Lingkungan rhizosfer yang Alexander. 1977. Introduction to Soil
Microbiology. John Wiley &
smart dengan tumbuhnya bakteri
Sons. New York.
bakteri bermanfaat berfungsi sebagai
biofertilizer, biokontrol, penghasil Alizadeh, O. and K. Ordookhani.
2011. Use of N2-fixing Bacteria
hormon tumbuh, dan pelindung
Azotobacter, Azosprilium in
terhadap stress lingkungan akan Optimizing of Using Nitrogen in
mendorong pertumbuhan dan Sustainable Wheat Cropping.
produksi tanaman yang lebih baik. Advances in Environmental
Biology, 5(7): 1572-1574
Kesimpulan Antouna, H. 2012. Beneficial
Microorganisms for the
Tantangan pertanian di masa Sustainable Use of Phosphates in
mendatang yaitu memberikan makan Agriculture. Procedia
penduduk dunia yang semakin Engineering 46: 62 – 67
meningkat. Oleh karenanya produksi Astuti, Y.W., L.U.Widodo, I.
pertanian mesti ditingkatkan untuk Budisantoso. 2013. Pengaruh
mencukupi kebutuhan pangan. Bakteri Pelarut Fosfat Dan
Perkembangan teknologi di era Bakteri Penambat Nitrogen
revolusi industri 4.0 dapat terhadap Pertumbuhan Tanaman
Tomat pada Tanah Masam.
dimanfaatkan dalam rangka Biosfera 30 (3): 134-142
meningkatkan produktivitas tanaman
Balafoutis, A., B. Beck, S. Fountas, J.
dengan pendekatan smart farming dan
Vangeyte, T. van der Wal, I.
precision farming. Pendekatan ini Soto, M. Gómez-Barbero, A.
membantu petani untuk mengambil Barnes, and V. Eory. 2017.
keputusan tindakan budidaya secara Precision Agriculture
tepat berdasarkan informasi yang Technologies Positively
diterimanya, hal ini akan membantu Contributing to GHG Emissions
dalam peningkatkan produksi. Mitigation, Farm Productivity
and Economics. Sustainability 9
Pengembangan smart farming salah
(1339): 1-28
satunya didasarkan pada pemikiran
bioteknologi, yang di antaranya Bhattacharyya, P.N dan D.K. Jha.
2012. Plant growth-promoting
teknologi PGPR. Kumpulan
rhizobacteria (PGPR):
mikroorganisme bermanfaat ini dapat emergence in agriculture. World
diekploitasi dan diformulasikan J Microbiol Biotechnol
sebagai konsorsium bakteri rizosfer 28:1327–1350
yang berperan sebagai biofertilizer, Cahyani, A.T., M.I Putrayani,
biopestisida, penghasil hormon Hasrullah, M. Ersyan, T. S.
tumbuh untuk dimanfaatkan sebagai Aulia, A.M. Jaya. 2017.
pendukung terwujudnya pertanian Teknologi Formulasi
lahan kering yang berkelanjutan. Rhizobakteria Berbasis Bahan
Lokal dalam Menunjang

620
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

Bioindustri Pertanian world. Microbiol Res 169:30–


Berkelanjutan. Hasanuddin 39
Student Journal. 1(1): 16-211 Kaushal, M. dan R. Kaushal. 2018.
Calabi-Floody, M., J. Medina, C. Rhizobacterial switching
Rumpel, L. M. Condron, M. towards climate smart
Hernandez, M. Dumont, M. de la agroecosystems. Applied
Luz Morak. Smart Fertilizer as Ecology and Environmental
Strategy for Sustainable Research 16(5):7253-7270.
Agriculture. Kifle, M.H. 2013. Evaluation of
Ginting, R.C.B, R. Saraswati, E. Diazotrophic Bacteria as
Husen. Mikroorganisme Pelarut Biofertilizers. University of
Fosfat. Dalam Suriadikarta dan KwaZulu-Natal
Simanungkalit. Pupuk Organik Pietermaritzburg, South
dan Hayati. Africa, Thesis.
http://balittanah.litbang.pertania https://pdfs.semanticscholar.o
rg/408b/c6673409e236c08bb
n.go.id/ind/dokumentasi/buku/p
140dcab1f1b93405d13.pdf
upuk/pupuk7.pdf
Haghighi, B. J., O.A. Alizadeh, dan McNear, J.D.H. 2013. The
A. H. Firoozabadi. 2011. The rhizosphere – roots, soil and
everything in between. Nature
Role of Plant Growth Promoting
Education Knowledge 4(3):1
Rhizobacteria (PGPR) in
Sustainable Agriculture. Mishra J, Arora N.K. 2016.
Advances in Environmental Bioformulations for plant
Biology, 5(10): 3079-3083 growth promotion and
Harison, M. Putri, W.Daratul. 2017. combating phytopathogens: a
Perancangan Aplikasi Bercocok sustainable approach. In:
Tanam Padi dan Cabe Kriting Bioformulations: for
Berbasis Android. Jurnal sustainable agriculture.
Nasional Teknologi dan Sistem Springer, India, pp 3–33
Informasi- 03(02): 306-312 Mishra J, Tewari S, Singh S, Arora
Ramadhani, F., E. Runtunuwu, dan H. NK .2015. Biopesticides where
Syahbuddin. 2013. Sistem we stand? In: Arora NK (ed)
Teknologi Informasi Kalender Plant microbe symbiosis:
applied facets. Springer, New
Tanam Terpadu. Informatika
Delhi, pp 37–75
Pertanian, 22 (2): 103 - 112
Morgan, J. A. W., G. D. Bending and
Glick, B.R. 2012. Plant Growth- P. J. White. 2005. Biological
promoting Bacteria: costs and benefits to plant–
Mechanisms and Applications. microbe interactions in the
Scientifica, Article ID rhizosphere. Journal of
2012963401 Experimental Botany, 56,
Glick, B.R. 2014. Bacteria with ACC (417): 1729–1739
deaminase can promote plant Rehman, A. 2015. Smart Agriculture:
growth and help to feed the An Approach towards Better

621
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

Agriculture Management. file/kti/DIPLOMA_IPA_FRISCI


Omics Group.ebooks. LIA_PERMATA_YUDIKA_SI
Santoso, D.W., dan K. Hariyanto. NAGA_19028347_KTI.pdf
2017. Pengembangan Sistem
Subba Rao, N.S. 1995. Soil
Penyemprotan Pada Platform
Pesawat Tanpa Awak Berbasis microbiology and Plant Growth.
Quadcopter Untuk Membantu Science Publisher,New
Petani Mengurangi Biaya Hampshire, USA.
Pertanian Dalam Mendorong Veronica, N. T. Guru, R. Thatikunta,
Konsep Pertanian Pintar (Smart N. Reddy, S. 2015. Role of Nano
Farming). Angkasa 9 (2): 49-56 fertilizers in agricultural farming.
Shaimaa, H., Abd-Elrahman, and International Journal of
M.A.M. Mostafa. 2015. Environmental Science and
Applications of Nanotechnology Technology, 2015, 1(1),1-3
in Agriculture: An Widowati, L. R., Husein, W. Hartatik.
Overview.Egypt. J. Soil Sci. 55, 2012. Peluang Formulasi Pupuk
No. 2, pp. (2015) Berteknologi Nano. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi
Sinaga, F.P.Y. 2019. Sas (Smart Agri Pemupukan dan Pemulihan
System) :Sistem Cerdas Lahan Terdegradasi. Hal. 307-
Pengontrolkelembaban Tanah 316, Bogor 29-30 Juni 2012
Pada Lahan Pertanian Dengan Youssef, M.M.A., M.F.M. Eissa.
Logika Fuzzyberbasis Iot 2014. Biofertilizers and their
(Internet Of Things) Melalui role in management of plant
Smartphone Androiduntuk parasitic nematodes. A review.
E3 Journal of Biotechnology
Mewujudkan Indonesia Sebagai
and Pharmaceutical Research
Lumbung Pangan Dunia. 5(1): 001-006
http://pilmapres.ristekdikti.go.id/

622

Anda mungkin juga menyukai