Anda di halaman 1dari 8

TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN PENUNJANG AGRIBISNIS

Disusun guna memenuhi tugas kuliah Manajemen Agribisnis


Dosen Pengampu:
Ni Made Suyastiri Yani Permai, IR., MP.

Disusun oleh :
Kelompok 2 PA-E
1. Esti Prasetya Indrawati (134210162)
2. Muhammad Alif Batubara (134210196)
3. Yoga Dwi Andika Prawira (134210286)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan sektor pertanian memegang peran penting dalam meningkatkan
kesejahteraan petani, pendapatan negara, dan ketersediaan lapangan kerja. Pada era revolusi
industry 4.0 ini, sektor pertanian harus dapat mencapai target swasembada pangan
berkelanjutan melalui mekanisasi pertanian. Mekanisasi pertanian yang dimaksud
mencakup segala jenis alat mesin, aplikasi teknologi, dan manajemen penggunaan berbagai
jenis alat mesin pertanian mulai dari pengolahan tanah, penanaman, penyedia air, pemberian
pupuk, perawatan tanaman, hingga proses panen, yang ditujukan untuk mendukung
perkembangan sektor pertanian atau agribisnis dalam era 4.0.
Pengembangan sektor agribisnis yang memiliki tingkat efisiensi, produktifitas, dab dan
memiliki daya saing pasar yang tinggi, akan selalu bergantung pada penanan teknologi.
Peranan teknologi dalam agribisnis diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi
pertanian, dan untuk mengefisienkan para pelaku sektor pertanian agar hasil yang diperoleh
lebih maksimal. Inovasi teknologi dalam sektor ini memiliki peran penting untuk
meningkatkan produktivitas hasil panen.
Selain peran teknologi, peran kelembagaan-kelembagaan penunjang dalam sektor ini
juga menentukan keberhasilan sektor agribisnis. Hal ini dikarenakan kelembagaan-
kelembagaan terkait diharapkan akan mampu berkontribusi pada aksesibilitas petani
terhadap perkembangan sosial ekonomi petani dan aksesibilitas pasar. Kelembagaan
agribisnis lebih terfokus pada kelembagaan sarana produksi, kelembagaan pemasaran hasil
panen, kelembagaan kelompok tani, serta kelembagaan penyuluhan.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui peran teknologi dalam agribisnis
2. Mengetahui sektor agribisnis di era teknologi 4.0
3. Mengetahui lembaga-lembaga penunjang agribisnis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Teknologi dalam Agribisnis


Dalam perkembangannya, teknologi banyak mengalami perubahan atau inovasi baru yang
dimulai dari abad ke-18 yaitu revolusi industri 1.0, pada waktu perang dunia I dan II yaitu
revolusi industri 2.0, lalu awal dekade 1980-an yaitu revolusi industri 3.0, dan saat sekarang
dimana sudah revolusi industri 4.0. Teknologi adalah wadah yang dapat digunakan untuk
melakukan tugas untuk membuat arah kehidupan manusia menjadi baik dan sejahtera.
Teknologi juga dianggap sebagai ilmu pengetahuan dan sumberdaya untuk mencapai tujuan.
Teknologi agribisnis adalah salah satu wadah utama yang digunakan untuk mencapai
tujuan, efisiensi, dan juga produktivitas yang tinggi dalam usaha agribisnis. Dimana teknologi
akan bermanfaat dalam kegiatan usaha agribisnis tersebut. Dalam penentuan jenis teknologi
harus dilihat pada keterkaitan yaitu dengan skala usaha, jenis usaha, kemampuan biaya,
kemampuan SDM, dan juga kebutuhan. Peranan teknologi agribisnis ini dapat membuat
perubahan dalam pertanian konvensional menjadi pertanian modern.
Pembangunan pertanian modern adalah pembangunan pertanian yang berwawasan
agribisnis dengan kaidah-kaidah iptek yang mencakup keseluruhan sistem yang dilaksanakan
secara terpadu mulai dari subsistem budidaya atau produksi, subsistem pengolahan hasil atau
agroindustri, subsistem pemasaran dan distribusi, dan subsistem pendukung seperti
pengembangan sumber daya manusia (SDM), penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
pelayanan informasi pasar. Ciri-ciri pertanian modern adalah :
a. Pemanfaatan sumber daya pertanian (lahan, air, plasma nutfah, modal, tenaga kerja dan
teknologi) secara optimal dan berkelanjutan,
b. Penerapan diversifikasi pertanian yang komprehensif berdimensi horizontal, vertikal
maupun regional
c. Penerapan rekayasa teknologi spesifik lokasi yang dinamis, dan
d. Peningkatan efisiensi sistem agribisnis yang mampu menghasilkan produk pertanian
dengan kandungan iptek yang berdaya saing tinggi, serta memberikan peningkatan
kesejahteraan petani dan masyarakat konsumen secara berimbang.
Peranan teknologi dalam agribisnis
a. Penyerapan tenaga kerja; karakteristik teknologi yang digunakan dalam pengembangan
agribisnis di Indonesia bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar harus memperhatikan
jenis teknologi yang sesuai untuk digunakan sehingga dapat mengurangi jumlah
pengangguran.
b. Mewujudkan pemerataan pembangunan; pemerataan pembangunan sangat ditentukan oleh
teknologi yang digunakan dalam menghasilkan output nasional yaitu apakah bias atau pro
terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh rakyat banyak. Sehingga perlu
digunakan teknologi produksi output nasional yang banyak menggunakan sumberdaya
tersebut.
c. Dalam pelestarian lingkungan; kegiatan agribisnis yang berlandaskan pada pendayagunaan
keanekaragaman ekosistem mempunyai potensi untuk melestarikan lingkungan hidup.
Sehingga diperlukan teknologi yang bersifat ramah lingkungan dan mampu menjaga
keseimbangan alam

2.2 Peluang Sektor Agribisnis di Era 4.0


Revolusi industri 4.0 akan lebih terfokus pada Internet of Things (IoT), yaitu kemampuan
mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk dapat terhubung antara satu dengan yang lainnya
melalui internet. Di era 4.0 ini, tuntutan utama dalam sektor agribisnis adalah untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas makanan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat
Indonesia. Adanya fenomena degradasi lahan, berkurangnya penyedia tenaga kerja profesional,
dan pemanfaatan sumber daya alam yang semakin terbatas akibat kerusakan alam, menjadi
tantangan besar bagi sektor ini.
Kemajuan dan pembangunan dalam sektor agribisnis 4.0 tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan teknologi, revolusi agribisnis didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara
baru dalam bidang ini. Apabila perubahan dalam bidang teknologi ini tidak ada, maka
pembangunan agribisnis pun dapat terhenti. Produksi dapat terhenti kenaikannya bahkan
mengalami penurunan karena degradasi kesuburan tanah atau kerusakan alam yang meningkat.
Dalam bidang ekosistem pertanian, terdapat beberapa peningkatan di bidang-bidangnya, seperti
(a) perubahan rute mata rantai yang sebelumnya melewati beberapa pengepul menjadi langsung
dari produsen kepada konsumen, (b) teknologi efisiensi tanaman seperti adanya teknologi
drone, robot, teknologi irigasi, dll, (c )biokimia dan bioenergi yang meningkatkan pengurangan
resiko ekologis, (d) pertanian terkendali dan vertikal, (e) big data dan penemuan gen yang
memiliki karakter spesifik untuk meningkatkan produktivitas.
Dalam sektor ini, mulai dari proses produksi dapat dipermudah dengan adanya berbagai
teknologi canggih yang dapat mengakses kondisi cuaca, suhu, kondisi tanah, dll. sehingga,
petani dapat dengan lebih tepat untuk melakukan proses produksi. Contoh inovasi teknologi
dalam industry 4.0 adalah teknologi sensor. Teknologi ini dapat memberikan data secara real
time terhadap petani. Teknologi ini memanfaatkan drone untuk mengumpulkan berbagai data,
seperti pertumbuhan hama, penyakit, dan masalah-masalah lainnya. Contoh teknologi sensor
lainnya adalah soil meter atau alat pendeteksi kesuburan tanah, dan alat pendeteksi kematangan
buah otomatis untuk pir, pisang, dan buah persik yang sedang dikembangkan di Wageningen
University, Belanda.
Di negara berkembang seperti Indonesia, akan sangat terlihat ketimpangan dalam hal
tenaga kerja. Adanya peran teknologi canggih yang semakin menjamur, dikhawatirkan dapat
mengganti peran manusia di seluruh kegiatan ekonomi. Hal ini akan berimbas pada
pengurangan tenaga kerja manusia yang digantikan oleh mesin atau robot. Jika hal ini terjadi,
ketimpangan sosial dalam bidang perekonomian akan semakin nyata.
2.2 Lembaga Penunjang Agribisnis
Kelembagaan merupakan organisasi atau sebuah wadah formal maupun informal yang
mengatur tindakan manusia yang berpusat pada tujuan, nilai, dan kebutuhan sosial.
Kelembagaan penunjang agribisnis berarti sebuah organisasi yang berfungsi sebagai
pendukung atau penunjang jalannya kegiatan sektor agribisnis dalam hal melayani dan
mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, usaha tani, dan hilir. Lembaga penunjang agribisnis
meliputi lembaga permodalan, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga penelitian dan
pengembangan, serta lembaga hukum dan undang-undang.
2.2.1. Lembaga Permodalan Mikro Agribisnis (LKM-A)
Lembaga ini hadir untuk menjawab permasalahan dalam hal pembiayaan sektor pertanian
di perdesaan dan untuk menguatkan kelembagaan petani dalam pengembangan agribisnis yang
tidak lepas dari lemahnya akses petani terhadap sumber daya produktif seperti modal, teknologi,
dan informasi pasar. Secara umum, tujuan pembentukan lembaga ini adalah untuk membantu
memfasilitasi permodalan bagi petani. Tujuan khusus adanya LKM-A adalah (a) untuk
meningkatkan kemudahan akses petani terhadap pembiayaan yang diadakan pemerintah atau
pihak lain, (b) meningkatkan produktivitas hasil tani, (c) mendorong pengembangan ekonomi
dan lembaga ekonomi perdesaan, seperti Gapoktan.
2.2.2. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Lembaga ini ditunjang oleh Badan Penelitian dan Pengembangan di setiap departemen
(departemen pertanian, departemen perdagangan dan perindustrian, koperasi, dll.). Kebijakan
dari lembaga ini adalah menyisihkan keuntungan BUMN sebanyak 5% untuk biaya penelitian
dan pengembangan dalam sektor agroindustri. Badan penelitian dan pengembangan pertanian
berada di bawah Kementerian Pertanian. Pada awal berdiri, Badan Litbang Pertanian memiliki
5 pusat penelitian dan pengembangan, yaitu Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman
Industri, Puslitbang Kehutanan, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan.
Lembaga ini bertugas untuk menyelenggarakan penelitian, pengembangan, serta inovasi-
inovasi baru di bidang pertanian. Untuk menjalankan tugasnya, lembaga ini melakukan fungsi
(1) penyususnan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian, (2) pelaksanaan penelitian,
pengembangan, dan inovasi bidang pertanian, (3) penyebarluasan hasil penelitian, (4)
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian, dan (5) pelaksanaan administrasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2.2.3. Lembaga Hukum
Lembaga hukum agribisnis diatur oleh Kementerian Pertanian RI dan Dinas Pertanian.
Adanya lembaga hukum yang mengatur sektor agribisnis berfungsi untuk melindungi seluruh
hak-hak seluruh komponen yang ada dalam sektor ini, dan memberi pedoman kepada pelaku
agribisnis.
Contoh undang-undang yang mengatur tentang agribisnis:
a. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007 tentang Pembentukan Tim
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan.
b. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 47/Permentan/OT.140/5/2007 tentang
pedoman umum pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3
c. UU No. 19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani
d. UU Nomor 04/Permentan/OT.140/2/2012 tentang pedoman umum pengembangan usaha
agribisnis perdesaan.
BAB III
KESIMPULAN

Peran teknologi dalam agribisnis sangat penting. Dimana teknologi dapat membantu dalam
upaya untuk mencapai tujuan, efisiensi, dan juga produktivitas yang tinggi dalam usaha agribisnis
dan juga dapat merubah pertanian konvensional menjadi pertanian modern. Teknologi sangat
berperan penting dalam keberhasilan revolusi indusstri sektor agribisnis 4.0. Pemegang peran
penting lainnya adalah lembaga-lembaga penunjang agribisnis yang terbagi menjadi lembaga
permodalan, lembaga penelitian dan pengembangan, serta lembaga hukum. Jika salah satu
lembaga tidak berjalan sesuai dengan seharusnya, perkembangan agribisnis dapat terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, H. & Andruanyta, H. 2012. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis: Terobosan
Penguatan Kelembagaan dan Pembiayaan Pertanian di Perdesaan. Analisis Kebijakan
Pertanian, 10(2): 143-158.
Hidayat, Syarif Imam. (tanpa tahun). Pengembangan Agribisnis Melalui Manajemen Teknologi.
Pertanian Mapeta, 4(13): 13-17.
Maarif, Mohammad Syamsul. 1996. Pengembangan Agribisnis Berwawasan Inovasi Teknologi:
Suatu Tinjauan Konseptual. Agrimedia, 2(2): 24-27.
Tedjaningsih, T., Suyudi., Nuryaman, H. 2018. Peran Kelembagaan dalam Pengembangan
Agribisnis Mendong. Mimbar Agribisnis, 4(2): 210-226.

Anda mungkin juga menyukai