Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Manajemen Produksi Pengelolaan Agribisnis

Mata Kuliah : Manajemen Agribisnis

Dosen Pengampu : Siti Hamidah,MP.

Disusun oleh:

1. Salsabila Rezkia P. (134210027)

2. Aqilah Hasna C. (134210111)

3. Sittahusna Berliana H. (134210116)

2. Marchell David Rismawan (134210146)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
hayati yang beraneka ragam jenisnya (biodiversity). Salah satu sumber daya alam
hayati tersebut adalah berbagai macam tumbuhan, mulai dari tumbuhan tingkat
rendah (jamur, lumut, paku-pakuan, dan lain-lain) sampai tumbuhan tingkat tinggi
(berbagai jenis Angiospermae) yang menghuni berbagai tipe habitat. Dengan adanya
kekayaan sumber daya hayati, kekayaan tersebut patut kita pakai dan olah sebaik dan
sebijak mungkin.

Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Dalam arti luas, agribisnis
diartikan sebagai suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mulai mata rantai produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang
ada hubungannya dengan komoditi pertanian dalam arti luas (usahatani,
perkebunanan, kehutanan, perikanan, perternakan) yang bertujuan untuk memperoleh
keutungan (profit oriented). Dengan kata lain, agribisnis merupakan suatu kegiatan
yang bertujuan memproleh keutungan yang meliputi sebagian atau seluruh sektor
agribisnis, yaitu sektor masukan, sektor produksi, sektor pengeluaran

Manajemen produksi merupakan bagian dari bidang manajemen yang


memiliki peran untuk melakukan koordinasi beragam kegiatan agar tujuan bisnis bisa
tercapai. Untuk mengatur produksi, perlu adanya keputusan yang ada hubungannya
dengan suaha mencapai tujuan. Sehingga, barang dan jasa yang dihasilkan sesuai
dengan yang sudah direncanakan. Manajemen produksi sangat terkait dengan
keputusan mengenai proses produksi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Di samping manajemen produksi, terdapat pula manajemen pengolahan


produk yang merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan
penggunaan sumber-sumber daya berupa sumber daya manusia, sumber daya alat, dan
sumber daya dana serta bahan secara efektif dan efisein untuk menciptakan dan
menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Manajemen pengoalahan produk juga
dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas suatu usaha. Manajemen
pengoalahan produk bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya guna memproduksi
dan menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk mencapai tujuan dari sebuah
usaha atau organisasi.

Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya baik perusahaan yang bergerak


dalam bidang jasa maupun barang mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh
keuntungan. Selain itu perusahaan juga ingin memberikan kepuasan kepada
konsumen atas produk yang yang dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi
tolak ukur dari keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk yang berkualitas,
dan yang diinginkan oleh konsumen.

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam hayati. Salah satu
sumber kekayaan tersebut berasal dari banyaknya rempah-rempah, contohnya yaitu
kunyit. Kunyit merupakan bahan pangan alami yang baik untuk menghangatkan dan
meningkatkan stamina tubuh manusia. Oleh sebab itu, kunyit banyak dimanfaatkan
untuk berbagai produk olahan seperti minuman jamu kunyit. Obat tradisional bukan
hal yang baru lagi bagi masyarakat Indonesia. Salah satu obat tradisional bangsa
Indonesia yang masih dikonsumsi hingga saat ini yakni berbentuk jamu, dimana jamu
ini telah dikenal sejak jaman nenek moyang. Jamu yang beredar di masyarakat pada
saat ini antara lain jamu gendong, jamu godogan, jamu serbuk, dan jamu kunyit asam.

Industri jamu di Indonesia saat ini semakin berkembang pesat dikarenakan


meningkatnya permintaan dari masyarakat. Jamu tradisional tidak memberikan efek
samping bagi kesehatan dan merupakan obat warisan nenek moyang sebelum obat-
obatan kimia. Pada masa kini, masih banyak masyarakat yang menggemari jamu
tradisional, terlebih di jaman sekarang banyak dokter-dokter menggunakan obat
herbal sebagai resep pengobatan. Kunyit (Curcuma domestica VAL.) merupakan
salah satu tanaman obat dalam suku Zingiberaceace yang mempunyai potensi cukup
tinggi untuk dibudidayakan. Pemakaian kunyit dari waktu ke waktu cenderung
meningkat baik di dalam negeri maupun di berbagai negara di dunia.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian, klasifikasi, morfologi, dan peran kunyit

2. Mengetahui konsep Manajemen Pengolahan Produk Kunyit Menjadi Jamu


BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian, Klasifikasi, Morfologi, dan Peran Kunyit
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang
tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar
hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl,
ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari
bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut
tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas,
tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di
India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman kunyit termasuk ke


dalam klasifikasi sebagai berikut :
• Divisio : Spermatophyta
• Sub-diviso : Angiospermae
• Kelas : Monocotyledoneae
• Ordo : Zingiberales
• Famili : Zungiberaceae
• Genus : Curcuma
• Species : Curcuma domestica Val

Famili Zingiberaceae yang tumbuh di dunia diperkirakan terdapat 47 genera dan 1400
spesies, bagi yang tumbuh di daerah tropika maupun sub tropika. Paling sedikit terdapat
8 jenis temu-temuan yang banyak digunakan sebagai bahan obat-obatan di Indonesia.
Termasuk didalamnya temu ireng (Curcuma aerugionosa ROXB.), temulawak (C.
Xanthorrhiza ROBX.), temu putih, bengle (Zingiber purpureum ROXB), lempuyang
gajah(Z. zerumbet), temu kunci (Boesenbergia pandurata), jahe dan tanaman kunyit
(Curcuma domestica Val.) (Kartasapoetra, 1992).
Di berbagai daerah kunyit mempunyai nama yang beragam. Misalnya kunyir, koneng
atau koneng temen(Sunda), kunyit (Aceh), kuning (Gayo), kuning, unik (Batak), kunyit
(Melayu), cahang (Dayak), kunyit (Lampung), kunyit, janar (Banjar), kunir, kunir betis,
temu kuning (Jawa), konye, temo koneng (Madura), kunyik (Sasak), huni (Bima),
alawahu (Gorontalo), uni, kuni (Toraja), kunyi (Makasar), unyi (Bugis), kumino, unine,
uninum (Ambon), rame, kandeifu, nikwai, mingguai, jaw (Irian).

Susunan tumbuhan tanaman kunyit terdiri atas akar, rimpang, batang semu, pelepah
daun, daun, tangkai bunga dan kuntum bunga. Sistem perakaran tanaman kunyit
termasuk akar serabut berbentuk benang (fibrosus) yang menempel pada rimpang.
Kedalaman rimpang dalam tanah sekitar 16 cm panjang akar kurang lebih 22,50 cm tebal
rimpang muda 1,61 cm dan rimpang tua 4 cm. Tiap rumpun tanaman kunyit dapat
tumbuh rimpang 7-10 buah, dan anakan antara 11-15 tanaman (Rukmana, 1991).

Rimpang kunyit bercabang-cabang, dan secara keseluruhan membentuk rumpun.


Bentuk rimpang sangat bervariasi, umumnya bulat panjang dan kulit rimpang mudah
berwarna kuning/muda serta daging kuning. Rimpang tua kulitnya berwarna jingga
kecoklatan dan dagingnya jingga terang agak kuning. Rasa rimpang enak dan berbau
khas aromatik sedikit agak pahit serta pedas. Rimpang-rimpang kunyit tumbuh dari umbi
utama. Umbi utama bentuknya bervariasi antara bulat panjang, pendek dan tebal, lurus
atau pun melengkung. Batang tanaman kunyit relatif pendek membentuk batang semu
dari pelepah-pelepah daun yang menutup satu sama lain (Hernani, 2002).

Daun tumbuh berjumbai dengan ukuran panjang sekitar 35 cm, lebar 14 cm, berwarna
hijau, dan tiap tanaman terdiri atas 9-10 helai daun. Bunga keluar dari ujung batang semu
dengan panjang karangan bunga 10- 15 cm serta berwarna merah. Kuntum bunga tumbuh
putih-bergaris hijau dan diujungnya merah jambu, sedangkan yang terletak dibagian
bawah berwarna hijau muda (Rukmana, 1991).

Secara keseluruhan tanaman kunyit tumbuh berbentuk terna yang dapat mencapai
ketinggian 1 meter, merumpun selebar lebih kurang 24 cm. Iklim dan ketinggian tempat
tanaman kunyit dapat tumbuh didaerah tropika maupun subtropika. Di Indonesia dapat
tumbuh sepanjang tahun di daerah-daerah dataran rendah sampai dataran tinggi±2000 m
dpl. Meskipun daya adaptasi tanaman kunyit cukup luas, tetapi kisaran pertumbuhan dan
produksi yang optimum adalah pada kondisi iklim suhu udara 19º-30ºC, curah hujan
antara 1500-4000 mm pertahun, dan masih dapat tumbuh baik ditempat yang sedikit
ternaung (Cheppy, 2002).

Kunyit memiliki khasiat sebagai jamu dan obat tradisional. Senyawa yang terkandung
dalam kunyit (kurkumin dan minyak atsiri) berperan sebagai antioksidan, antitumor,
antikanker, antimikroba, antiracun. Secara tradisional kunyit digunakan oleh masyarakat
di berbagai negara untuk mengobati penyakit seperti penyakit yang disebabkan oleh
mikroba parasit, gigitan serangga, cacar, sakit perut (diare, sembelit, kembung),
gangguan pencernaan, gangguan hati, gangguan asma, menghilangkan gatal,
menghilangkan penyakit kulit, dan mengurangi rasa nyeri. Dalam kehidupan sehari-hari,
kunyit berperan penting untuk merawat kulit dan membantu menyembuhkan luka.
Kunyit telah lama dikenal sebagai rimpang yang sangat berkhasiat dan digunakan
sebagai obat tradisional serta obat luka. Ekstrak rimpang kunyit berguna dalam proses
penyembuhan luka.

B. Konsep Manajemen pengolahan produk kunyit


1. Perencanaan Pengolahan Produk Kunyit
Perencanaan Pengolahan Produk Kunyit dapat dilakukan dengan dimulai dari
pemilihan komoditas yang akan digunakan dalam proses produksi, pemilihan
lokasi dalam proses produksi, penyediaan fasilitas dan masukan, perencanaan
bahan pelengkap seperti misalnya dengan pencetakan stiker dalam pengemasan,
pemilihan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksim dan terakhir
perencanaan design produk.
2. Pengorganisasian input dan sarana pengolahan produk kunyit

1. Penentuan Kebutuhan Tenaga Kerja, dimana penentuan jumlah tenaga


kerja diperhitungkan dengan mengidentifikasi kegiatan dan beban
kerja, sehingga dapat ditentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan tersebut.. Struktur organisasi terdiri dari
pengurus (ketua, sekretaris, bendahara), pengawas, manajer usaha, dan
karyawan.
2. Perencanaan penggunaan sarana pendukung guna melancarkan proses
kegiatan produksi
3. Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan Produk Kunyit
Adapun proses untuk dijadikan bakal jamu antara lain:
a. Sortasi Awal

Sortasi awal dilakukan sebelum kunyit dicuci yaitu dengan memisahkan kunyit
menurut ukuran dan mutu, hal ini biasanya dilakukan oleh petani penyedia
simplisia. Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari
kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma
b. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk memperoleh simplisia yang bersih dan bebas


kotoran yang mungkin terikut saat pemanenan dan pengangkutan.
c. Pengubahan bentuk/Peranjangan

Pengubahan bentuk produk tanaman obat menjadi bentuk- bentuk lain seperti
irisan, potongan, dan serutan bertujuan memudahkan kegiatan pengeringan,
pengepakan serta pengolahan selanjutnya menjadi bahan baku obat.

Pengecilan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya. Simplisia


kunyit yang dikirim oleh pengepul ukurannya masih beragam atau bermacam-
macam ada yang sudah berbentuk kepingan kecil-kecil dan ada yang masih
berukuran besar-besar, tetapi juga tegantung dari jenis masing-masing bahan.

Pada umumnya semakin tipis bahan yang dikeringkan akan semakin cepat
proses penguapan air berlangsung sehingga dapat mempercepat pengeringan.
Namun irisan, yang terlalu tipis juga tidak baik karena senyawa aktif yang
terkandung akan mudah menguap dan simplisia juga akan lebih mudah rusak
saat di kemas .
d. Pengeringan
Produk tanaman obat sebagai bahan baku industri obat dan kosmetik
tradisional biasanya dikonsumsi dalam bentuk kering, sedangkan produk segar
digunakan terbatas untuk memenuhi kebutuhan industri minyak atsiri dan
dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Pengeringan juga berfungsi sebagai
mencegah terjadinya pencemaran serta kontaminasi oleh jamur atau patogen
yang dapat menurunkan kualitas atau mengakibatkan keracunan pada saat
bahan di konsumsi.

Adapun tahapan dalam pengolahan simplisia untuk menjadi jamu serbuk,


antara lain:
a. Peramuan Bahan Baku

Setelah simplisia kunyit dan bahan jamu yang lain sudah melalui proses
sortasi dan pengecilan ukuran maka bahan siap untuk di ramu menjadi
bahan baku jamu serbuk. Ramuan ini adalah ramuan dasar yang
digunakan untuk macam jamu, sesuai dengan jenis dan kegunaannya.
Proses ramu yang dilakukan dengan cara bahan-bahan yang diperlukan di
tuang ke wadah yang sudah dibersihkan, kemudian semua bahan di
campur sampai rata. Setelah itu bahan siap digiling.
b. Penggilingan dan Pengayakan

Cara penggilingannya yaitu pertama mesin di hidupkan setelah itu bahan


ramuan bahan baku dimasukkan sedikit demi sedikit. Setelah hancur
hingga berbentuk serbuk kasar kurang lebih membutuhan waktu 30 menit
dengan kapasitas mesin untuk menampung bahan baku 300 kg, maka
bahan akan keluar dari mesin dan masuk dalam karung panjang yang
berfungsi sebagai penampung hasil gilingan, sehingga bahan tidak
bertaburan di sekitar ruangan.

Setelah melalui proses penggilingan pertama bahan dari dalam karung


panjang yang masih berupa serbuk kasar dikeluarkan dan di tuang dalam
wadah (bak) yang sudah dibersihkan. Bahan serbuk hasil gilingan masih
dalam keadaan panas maka perlu di diamkan sebentar, agar lebih dingin
untuk menuju proses gilingan selanjutnya.Setelah serbuk kasar agak
dingin maka siap untuk di giling lagi menjadi serbuk yang agak halus.
Caranya masih seperti pada proses gilingan yang pertama, mesin
dihidupkan kemudian bahan dimasukkan dalam mesin selama 20 menit
untuk bahan 300 kg dan setelah itu hasilnya akan keluar menjadi serbuk
yang agak halus. Hasil penggilingan yang kedua ini perlu didinginkan
dulu sebelum dilakukan proses pengayakan.

Pengayakan dilakuakan dengan tujuan agar serbuk jamu benar- benar


halus. Setelah selasai penggilingan yang kedua dingin maka siap untuk
menjalankan proses selanjutnya yaitu pengayakan. Cara pengayakan
mesin dihidupkan kemudian serbuk dituang pada ayakan sambil diaduk-
aduk dengan kayu panjang. Hasil ayakan akan jatuh ke bawah dalam
bentuk serbuk halus.
c. Penyimpanan Awal

Gudang ini bersifat sementara yaitu berfungsi sebagai tempat


penampungan sebelum serbuk bahan baku di ramu menjadi jamu serbuk
jadi. Serbuk bahan baku yang sudah mengalami beberapa proses di
simpan dalam karung plastik yang diberi kode dan tanggal pembuatan.
Penyimpanan dengan karung plastik bertujuan untuk mengantisipasi
kemungkinan- kemungkinan yang tidak diinginkan, misalnya kerusakan
bahan baku kunyit karena air hujan, perlindungan terhadap gangguan tikus
atau serangga serta mengantisipasi kerusakan atau kebocoran karung yang
menyebabkan bahan - bahan terjatuh atau tercecer.
d. Peramuan Bahan Jadi

Ramu jamu jadi merupakan inti dari proses lanjutan dari proses ramu
bahan baku. Proses ramu jamu jadi adalah proses menambahkan bahan
yang diperlukan setiap macam jamu.

Caranya, bahan yang di perlukan di tambahkan kemudian diaduk sampai


rata. Setelah itu, bahan bisa disebut sebagai jamu serbuk jadi yang siap
untuk di kemas.
e. Pemeriksaan laboratorium
Jamu Bisma Sehat sebelum berlanjut pada proses berikutnya, pengemasan
diambil sampelnya terlebih dahulu untuk diperiksa di laboratorium. Di PJ.
Bisma Sehat pemeriksaaan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Petugas dari Dinas
Kesehatan datang dan mengambil sampel produk, kemudian di bawa ke
laboratorium untuk diperiksa.

Setelah 3 hari pemeriksaan laboratorium akan dikirim kembali ke PJ. Bisma


Sehat. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain meliputi
homogenitas campuran, kadar air, derajat halus, khasiat, dan kandungan logam
beratnya. Selain itu juga memeriksa angka kuman, kandungan bakteri, jamu
dan efek sampingnya.
6. Pengemasan

Pengemasan perlu dilakuakn dengan tujuan agar bahan tersimpan secara baik
serta terjaga kualitasnya. Dalam pengemasan ada 4 tahapan yaitu kemas
dalam, kemasan luar, pres dan packing.
Kemasan di P.J Bisma Sehat ada 2 macam antara lain kemasan kertas, dan
kemasan plastik. Cara untuk kemasan kertas dalam yaitu serbuk jamu yang
sudah jadi di tuang dalam mesin pengisi yang sudah di atur takaran untuk
setiap kemasan adalah 7 gram. Kemasan dengan sendirinya sudah terisi jamu,
selanjutnya dilakukan kemasan luar yang terbuat dari kertas juga yang di beri
cap P.J Bisma Sehat serta nama, manfaat, komposisi, dan cara membuatannya.
Cara pengemasannya yaitu jamu yang sudah di kemas dalam kertas di
masukkan dalam kemasan kertas kemudian di lem dan siap menuju proses
packing.

Untuk cara kemasan plastik ada 2 macam, yang kemasan plastik pertama
serbuk yang sudah jadi di tuang dalam mesin pengisi yang sudah di atur
takaran untuk setiap kemasan adalah 7 gram. Kemasan dengan sendirinya
sudah terisi jamu dan siap menuju proses packing. Dan kemasan plastik yang
kedua di isi dengan cara manual dengan menggunakan sendok makan dengan
takaran untuk setiap kemasan 250 gram, 500 gram dan 1000 gram. Proses
kemasan ini menggunakan mesin pres. Cara pengepresannya adalah alat pres
di hidupkan kemudian ujung dari plastik kemasan di jepitkan dalam mesin
pres. Fungsi pengepresan adalah agar kemasan plastik tertutup rapat sehingga
bahan tidak tumpah. Setelah itu menuju proses packing.

Packing merupakan kegiatan paling akhir dari pengemasan. Urutan


kegiatannya adalah 10 sampel jamu dimasukkan dalam kantong plastik kecil
yang di sablon P.J Bisma Sehat kemudian dari 40 plastik tadi di masukkan
dalam 1 plastik besar dan ditambahkan etiket di dalamnya.

Setelah proses pecking selesai jamu serbuk siap di pasarkan tetapi tidak semua
langsung dipasarkan ada sebagian digunakan sebagai cadangan atau stok.
Cadangan ini simpan dalam rak – rak yang diletakkan dalam ruangan
tersendiri untuk menunggu pemasaran selanjutnya. Daerah pemasaran jamu
P.J Bisma Sehat yaitu wilayah kabupaten Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo,
dan provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Gorontalo, Nusa
Tenggara Timur.
7. Penyimpanan Akhir

Produk P.J Bisma Sehat yang telah dikemas kemudian disimpan pada ruang
terpisah yang tergantung dari jenis bahan yang disimpan. Pada saat
penyimpanan ruang yang digunakan harus ruangan yang bersih dan terbebas
dari serangga, binatang pengerat, cukup penerangan, terjamin peredaran
udaranya dan suhu harus sesuai sebelum dilakukan pemasaran.
e. Pengemasan

Pengemasan hasil tanaman obat yang masih segar ataupun kering telah lama
dilakukan. Tujuan utama dari kegiatan pengemasan atau pengepakan adalah
sebagai berikut :

1. Mengumpulkan suatu hasil produk tanaman suatu unit sesuai


pemanfaatannya.
2. Menyimpan bahan secara aman agar terhindari dari pencemaran atau
kotoran.

3. Melindungi hasil produk tanaman selama dalam perjalanan, saat


pemasaran maupun penyimpanan.

4. Mempermudah pengangkutan atau pemindahan simplisia dari satu


tempat ke tempat lain.
Pengemasan simplisia tergantung pada jenis dan tujuan pengemasannya.
Bahan dan kemasan harus sesuai sehingga bahan terhindar dari kerusakan dan
sesuai dengan segi pemanfaatannya baik untuk keperluan pengangkutan atau
tujuan penyimpanan
f. Penyimpanan

Dalam dunia pertanian, penyimpanan merupakan bagian dari proses produksi


sebelum hasil tersebut digunakan oleh konsumen. Untuk itu, dalam
pembangunan gudang penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal-hal
berikut:

1. Tempat penyimpanan atau gudang harus mempunyai ventilasi udara


yang cukup baik.
2. Bebas dari kebocoran.

3. Terpisah dari tempat penyimpanan bahan atau alat-alat lain yang tidak
sejenis.

4. Berpenerangan cukup serta dapat mencegah masuknya sinar matahari


yang berlebihan.
5. Bersih dan bebas dari sampah dan limbah yang memungkinkan
menjadi sarang penyakit.

Penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa sehingga


tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan yang disimpan. Dalam
jangka waktu tertentu perlu diperlakukan pemeriksaan gudang secara rutin,
meliputi pengecekan dan pengujian mutu seluruh simplisia yang ada didalam
gudang. Dengan cara tersebut dapat diketahui lebih dini simplisia yang masih
bermutu dan yang tidak bermutu lagi. Kerusakan akibat penyimpanan dapat
berupa kehancuran, berubah warna, rasa dan bau. Simplisia demikian harus
segera dikeluarkan untuk selanjutnya dimusnahkan atau dibuang (Yuli, 1992).
4. Pengawasan Pengolahan Produk Kunyit

Pengawasan dalam kegiatan produksi perlu dilakukan yaitu: pada kegiatan


perencanaan atau desainnya, proses produksinya, monitoringnya maupun tindak
lanjut dari monitoring itu. Pengawasan dilakukan pada seluruh aspek kegiatan
yang berkaitan dengan produksi, meliputi: pada kegiatan proses produksi, pada
kualitas produksi;,pada biaya produksi/operasi yang dikeluarkan, pada tenaga
kerja yang melakukan kegiatan produksi.
a. Pembelian bahan baku

Para manajer melakukan tugas-tugas berikut ketika persediaan barang.


Pertama memilih pemasok bahan baku dengan memperhatikan karekteristik
seperti harga, kecepatan, kualitas, layanan dan ketersediaan kredit. Kedua
mencoba mendapatkan potongan/diskon menurut volume. Ketiga
menyerahkan produksi kepada pemasok.
b. Pengawasan persediaan bahan baku

Pengawasan persediaan adalah proses pengelola persediaan pada tingkat yang


meminimkan biaya. Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah proses untuk
menjamin bahawa bahan baku tersedia bila mana diperlukan.
c. Routing (Rute)

Routing ialah urutan (rute) tugas yang perlu dilakukan untuk menghasilkan
sebuah produk. Bahan baku biasanya dikirimkan ke masing-masing pos kerja
(work station) agar dapat dipakai sesuai spesifikasi proses produksi. Bagian
tertentu dari proses produksi diselesaikan disetiap pos kerja. Proses routing
biasanya dievaluasi secara periodik untuk menentukan apakah bias
ditingkatkan sehingga mendapat proses produksi yang lebih cepat dan murah.
d. Penjadwalan

Penjadwalan adalah tindakan menentukan periode waktu untuk setiap tugas


dalam proses produksi. Jadwal produksi adalah rancangan untuk timing dan
volume tugas produksi. Penjadwalan dapat menunjukkan kapan setiap tugas
harus diselesaikan.
e. Pengawasan Kualitas

Kualitas adalah dimana derajat dimana barang atau jasa memuaskan


persyaratan atau harapan pelanggan. Pengawasan kualitas merupakan proses
untuk menentukan apakah kualitas barang atau jasa memenuhi tingkat kualitas
yang diharapkan dan mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan pada
proses produksi. Kualiatas dapat diukur dengan menilai beberapa karakteristik
yang meningkatkan kepuasan pelanggan. Pengawasan dilakukan pada berbagai
waktu dari aktivitas produksi meliputi: pada saat menentukan desain atau
rancangan produk; pada saat perencanaan proses produksi; pada aktivitas
monitoring; pada akhir proses produksi
5. Evaluasi Pengelolaan Produk Kunyit

Evaluasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa


media pembelajaran yang sedang dikembangkan terjamin berkualitas baik. Oleh
karena itu, untuk memastikan kualitas media pembelajaran, perlu dilakukan
evaluasi formatif yang akan mengungkapkan kekurangannya dan kemudian
dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan saran/ masukan.

Sejauh ini, pembuatan minuman jamu tradisional dari kunyit umumnya


mengutamakan kualitas sensori dan mengesampingkan sifat fungsional dan
hygienitas. Penjual dalam meracik minuman jamu sangat bervariasi baik dari
formula bahan maupun dari prosesnya. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi
kualitas produk. Mutu bahan, proses dan sanitasi penjual dalam pembuatan
minuman jamu yang belum dilakukan dengan baik dapat memunculkan masalah
keamanan pangan awal berupa cemaran mikrobiologis.
Terkait kendala dalam produksi kunyit, masih di sekitar kurangnya modal
petani, kurang meratanya teknologi yang sampai kepada petani, pola produksi
juga masih sangat tersebar, sarana prasarana kurang memadai, transportasi dan
biaya distribusi tinggi, pemusatan agroindustri di kota kota besar, dan sistem
kelembagaan di perdesaan cenderung lemah
6. Pengendalian Pengelolaan Produk Kunyit
Pengendalian produksi dapat dilakukan dengan beberapa cara,seperti:

a. Pemeriksaan Dan Pengendalian Bahan Baku, pada pengendalian tahap


ini dilakukan pemeriksaan yang ditujukan untuk menjamin pemakaian bahan
baku dan bahan pemabantu yang hanya memenuhi syarat standar bahan baku
yang sudah ditetapkan. Pengendalian ini dilakukan terhadap faktor-faktor
produksi terutama terhadap kualitas pembantu yang digunakan, karena bahan
baku dan bahan pembantu sangat mempengaruhi akan kualitas produk yang
dihasilkan nanti.
b. Pemeriksaan Dengan Pengendalian Produk Proses Produksi, Dalam
tahap ini pengendalian produksi dibutuhkan untuk mengidentifikasi terhadap
penyimpangan-penyimpangan serta melakukan tindakan pencegahan atau
perbaikan. Pada tahap ini pemeriksaan dilaksanakan setelah proses produksi
selesasi dilakukan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen produksi agribisnis dapat diartikan sebagai perangkat keputusan untuk


mendukung proses-proses produksi agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi proses dari
produksi tersebut.

Faktor-faktor yang sangat penting dan harus diputuskan dalam praperencanaan Agribisnis,
khususnya subsistem produksi primer adalah pemilihan lokasi produksi dan pertimbangan
fasilitas, serta skala usaha. Perencanaan proses produksi terdiri dari biaya produksi dan
penjadwalan proses produksi. Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan
pembiayaan. Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada
pemanenan dan penanganan pasca panen, terutama untuk komoditas yang memiliki gestation
period yang relatif pendek, seperti tanaman holtikultura. Pola produksi dapat dibagi dalam
beberapa bentuk, antara lain berdasarkan: Jumlah komoditas yaitu komoditas tunggal,
komoditas ganda, dan multikomoditas sistem produksi, yaitu pergiliran tanaman dan produksi
massa.

Manajemen produksi dalam usaha pengelolahan hasil pertanian (agroindustri) juga


memerlukan penanganan yang lebih serius karena sangat tergantung kepada ketersediaan
masukan, terutama kontinuitas bahan baku dan ketersediaan pasar.Penanganannya diantara
lain adalah perencanaan agroindustri, pemilihan Teknologi dan pemilihan lokasi.
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan, 2008, Manajemen Pemasaran, edisi pertama, cetakan kedelapan,.


Penerbit : Raja Grafindo, Jakarta.

Subagyo, Drs. Pangestu (2000). Manajemen Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta:


BPFE-Yogyakarta.

Reksohadiprojo, Sukanto., Gitosudarmo, Indriyo., (2000), Manajemen Produksi,.


Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta

Handoko.T.Hani.2001.Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,Edisi.


II.BPFE Yogyakarta : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai