Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANISASI PERTANIAN

Oleh :
Ayub Pramana
A1D018059

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

PENGENALAN ALAT MESIN PERTANIAN

Oleh :
Ayub Pramana
A1D018059

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alat dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan
dalam usaha pertanian. Alat dan mesin pertanian selalu berhubung sejalan dengan
berkembangnya tingkat peradaban manusia. Para petani di Indonesia belum
mengetahui adanya alat dan mesin penanam sehingga masih banyak yang
memakai cara-cara tradisional dalam kegiatan penanaman.
Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan
pekerjaan dan menghasilkan produk yang lebih baik. Pembangunan pertanian
tanpa teknologi ialah hal yang mustahil. Keduanya berjalan secara beriringan
saling mengikat. Pembangunan pertanian tentu akan sangat berbeda dalam segi
kepraktisan maupun hasil apabila petani tersebut mengadopsi teknologi lain.
Teknik pertanian meliputi suatu usaha tani (teknik penanaman, pemupukan,
pengairan, perlindungan tanaman secara terpadu) dan pasca panen (pengolahan
hasil pengenaan alat perontok yang dapat menekan kehilangan hasil,
penyimpangan hasil pertanian yang dapat meningkatkan kualitas produk
pertanian) dan teknologi yang digunakan dalam pertanian, seperti mesin-mesin.
Penanganan pasca panen merupakan upaya yang sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi dapat tercermin dari penurunan kehilangan
hasil dan tercapainya mutu hasil panen. Penanganan pasca panen merupakan salah
satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan
pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang didasarkan pada
prinsip agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankannya.
Sehubungan dengan hal di atas, maka praktikum alat dan mesin pertanian perlu
dilakukan untuk dapat mengetahui prinsip kerja alat penanam.
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara 1 tentang pengenalan alat mesin pertanian, yaitu:
1. Mengetahui bagian-bagian utama dari alat mesin pertanian.
2. Mengetahui cara-cara penggunaan alat mesin pertanian.
3. Mengetahui kapasitas dan spesifikasi dari alat mesin pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Alat pertanian merupakan salah satu alat yang sangat membantu petani.
Maka dari itu maka diperlukanlah mekanisasi pertanian. Mekanisasi pertanian
diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Mekanisasi pertanian diartikan
sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis
untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut
termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga
manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya.
Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu
teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di
dalam produksi pertanian (Robbins,2005).  Ruang lingkup mekanisasi pertanian
juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi
pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi
yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan
pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi
mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor,
nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik
untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil
pertanian (Mugniesyah, 2006).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia
menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan
penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan
teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi
pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan
akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang
melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi
sendiri untuk digunakan oleh petani mereka ( Sukirno, 1999). Suatu hal yang
paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan teknologi
pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan
prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga
masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian
(Robbins,2005).
Pengembangan teknologi pertanian diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita umumnya dan petani khususnya.
Dapat dipastikan bahwa jika teknologi pertanian yang cocok tersebut telah
berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara kita, maka ketahanan pangan
atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga kemandirian dalam hal
ekonomi dan politik dapat kita wujudkan (Siahaan,2001).  Pada akhirnya kita
punya modal kemandirian minimal dalam satu aspek pangan dan beberapa aspek
lainnya misalnya keutuhan bangsa dan semangat untuk berkompetesi demi
kemajuan bangsa yang berdaulat dan bermartabat (Siahaan,2001). Pembangunan
pertanian akan bergerak dengan baik apabila mengandung 5 (lima) syarat pokok
seperti , teknologi yang selalu berubah pasar bagi hasil –hasil usaha tani
tersedianya saprotan secara local perangsang bagi petani transpotasi selain syarat
pokok tersebut juga terdapat syarat pelancar yaitu pendidikan pembangunan kredit
produksi, kegiatan bersama atau kelompok oleh petani perbaikan dan perluasan
areal lahan perencanaan nasional pembangunan pertanian (Mugniesyah, 2006).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan digunakan sebagai penunjang saat praktikum. Bahan dan alat
yang digunakan dalam praktikum acara ini diantaranya alat tulis, traktor roda dua,
tractor roda empat sprayer, transplanter, dan seeder.

B. Prosedur Kerja

Prosedur yang dilakukan pada praktikum acara satu tentang pengenalan alat
dan mesin pertanian, sebagai berikut:
1. Amati dan gambar semua alat kendali yang ada pada traktor yang digunakan.
2. Catat spesifikasi alat yang digunakan.
3. Memperhatikan lngkah-langkah pengoperasian alsintan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Indonesia merupakan negara agraris yang sudah sejak dahulu menjadikan


sektor pertanian sebagai penopang perekonomian negara. Sampai saat ini pun
sektor pertanian masih tetap menyumbang devisa yang cukup besar bagi
perekonomian negara. Bahkan pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi yang
menghancurkan perekonomian negara, sektor pertanian melalui agribisnis dan
agroindustri justru dapat terus berkembang menjadi penyelamat perekonomian
negara. Namun, dengan sumber daya yang melimpah, proses perkembangan dan
modernisasi sektor pertanian Indonesia berjalan sangat lambat. Salah satu
indikatornya yaitu produktivitas pertanian yang cenderung menurun dan petani
sebagai ujung tombaknya sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan
(Purwadi, 1999).
Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan
pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik. Pembangunan pertanian
tanpa teknologi ialah hal yang mustahil. Keduanya berjalan secara beriringan
saling mengikat. Dalam pembangunan pertanian tentu akan sangat berbeda dalam
segi kepraktisan maupun hasil tani apabila petani tersebut mengadopsi teknologi
dibandingkan ia memakai cara tradisional. Teknik pertanian meliputi usaha tani
(teknik penanaman, pemupukan, pengairan perlindungan tanaman secara terpadu)
dan pasca panen (pengolahan hasil pengenalan alat perontol yang dapat menekan
kehilangan hasil, penyimpanan hasil pertanian yang dapat meningkatkan kualitas
produk pertanian ) dan teknologi yang digunakan dalam pertanian, seperti mesin –
mesin (Ginting, 2003).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Terdapat pengertian lain pula
yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan
dalam proses produksi sampai pada pasca panen (penanganan dan pengolahan
hasil) dan bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis,
namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image
processing bahkan sampai teknologi robotik. Teknologi ini mempunyai kegunaan
baik untuk proses produksi, pemanenan dan penanganan atau pengolahan hasil
pertanian (Santoso, 2007). Mempergunakan alat-alat pertanian pada umumnya
adanya khususnya mempunyai berbagai tujuan, misalnya untuk mempercepat
pekerjaan, untuk mengurangi biaya pengolahan serta untuk mencapai nilai kerja
yang lebih tinggi atau lebih cepat (Rukmana, 1999).
Akbar (2004) menyatakan bahwa alat dan mesin pertanian dalam
perkembangannya dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok, di antaranya
adalah alat dan mesin pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman,
panen dan pasca panen. Pembagian menurut yang membutuhkan dan kebiasaan
daerah dibagi menjadi tiga, yaitu alat tangan, alat yang ditarik dengan ternak dan
alat dengan tarikan mesin. Andrianto (2004) menyatakan bahwa menggunakan
dan menyesuaikan mesin yang mempunyai efisien tinggi, maka kita perlu
menyesuaikan fungsi yang sesuai untuk digunakan di lapangan. Penggunaan
mesin-mesin pertanian pada umumnya mempunyai berbagai tujuan dan fungsi.
Misalnya sphlenter mempunyai contoh tanaman seperti jagung dan trealer
digunakan untuk mengangkut hasil panen dan lain sebagainya. Alat-alat dan
mesin pertanian merupakan bagian yang mutlak pada negara-negara maju
dikarenakan keterbatasan tenaga manusia dan pengefisienan waktu serta tenaga.
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama
digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan
perkembangan kebudayaan manusia. Awal mulanya alat dan
mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau
kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat
ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat
mesin pertanian yang komplek. Perkembangan terjadi pada
pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung
mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian .Sesuai
dengan definisi dari mekanisasi pertanian (agriculture
mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian
adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses
produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses
produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian
(Sukirno, 1999).
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari
tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa
dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan
suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan
dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum,
tujuan mekanisasi pertanian menurut Irwanto (1980) adalah :
a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi
tenaga manusia.
b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.
c. Menurunkan ongkos produksi.
d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.
e. Meningkatkan taraf hidup petani.
f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe
pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian
komersil (comercial farming).
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan
dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi
apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya
yang akan terjadi (Rizaldi, 2006). Perubahan-perubahan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
dilakukan pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada
semua sektor. Tidak terkecuali sektor pertanian. Pertanian
memiliki peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan
rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada
ketahanan pangan.
Alat dan mesin pertanian adalah susunan dari alat-alat yang
kompleks yang saling terkait dan mempunyai sistem transmisi
(perubah gerak), serta mempunyai tujuan tertentu di bidang
pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan masukan
tenaga. Alat dan mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan
pekerjaan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat
mesin pengolahan tanah, alat mesin pengairan, alat mesin
pemberantas hama, dan sebagainya (Hardjosentono, dkk, 2000).
Penggunaan alat dan mesin pertanian di negara-negara maju telah lama
berkembang dan hasilnya dapat dilihat pada berbagai aspek kehidupan di negara
tersebut. Pekerjaan-pekerjaan berat dan melelahkan di bidang pertanian dapat
dikurangi dan produktivitas kerja meningkat sehingga surplus dapat tercapai.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah telah dan akan terus membutuhkan
bahan makanan yang semakin banyak, dan kenaikan produksi pertanian yang
terjadi juga telah didorong oleh kemajuan di bidang non-engineering seperti
penggunaan bibit unggul, pemupukan dan budidaya tanaman yang lebih baik
(Hardjosento, 1987).
Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang.
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap
bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan
yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang
digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan
sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan
sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan
mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian (Hardjosento, 1987). 
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan
bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi
sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya
teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai
menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan
sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan,
dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian. Mekanisasi pertanian dalam arti
luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan
produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin
pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas,
produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari
negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi
pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam
pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan
teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang
disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung
tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya
dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian
baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka ( Djojosumarto,
1995).
Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam
pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang
memadainya dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum
dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan
introduksi mesin-mesin pertanian. Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen
pengairan yang meliputi irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan
transportasi daerah pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya yang belum
disentuh secara sungguh-sungguh dan profesional.
Pembangunan pertanian akan bergerak dengan baik apabila mengandung 5
(lima) syarat pokok seperti , teknologi yang selalu berubah pasar bagi hasil –hasil
usaha tani tersedianya saprotan secara local perangsang bagi petani transpotasi
selain syarat pokok tersebut juga terdapat syarat pelancar yaitu pendidikan
pembangunan kredit produksi, kegiatan bersama atau kelompok oleh petani
perbaikan dan perluasan areal lahan perencanaan nasional pembangunan
pertanian. Pengolahan tanah memerlukan beberapa alat pertanian yang menunjang
proses kegiatan tersebut misalnya bajak, cangkul, traktor dan lain-lain. Selain itu
juga memerlukan alat tanam, alat penyiangan, alat penyemprotan dan alat panen
yang menunjang kegiatan pertanian agar dapat berjalan dengan baik. Alat alat
tersebut termasuk ke dalam alat pra panen yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi maksimum bagi para petani. Alat pasca panen yang digunakan alat
pengeringan dan alat sortasi yang bertujuan kualitas atau nilai tambah dari hasil
panen atau hasil produksi. Salah satu ruang lingkup mekanisme pertanian yaitu
pada bidang mesin-mesin budidaya pertanian. Ilmu yang mempelajari penguasaan
dan pemanfaatan lahan dan tenaga alam untuk saya kerja manusia dalam bidang
pertanian untuk kesejahteraan umat manusia adalah ilmu mekanisme pertanian
(Yunus, 2015).
Santoso (2008) menyatakan bahwa traktor roda empat adalah salah satu alat
pengolah tanah jika dilengkapi dengan peraltn pengolah tanah seperti bajak
singkal, bajak piring, garu piring dan lain-lain. Secara umum, traktor roda empat
adalah traktor dengan tenaga pnggerak dari motor atau diesel dengan didukung
dengan empat buah roda. Traktor ini dirancang untuk bkerja di lahan kering,
bukan unuk lahan sawah. Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang
duduk di atas tempat duduk sambil mengemudikannya. Peralatan yang pengolah
tanah dipasangakan atau disambungkan dengan traktor melalui perangkat yang
disebut three hitch point atau penyambungan titik tiga, yang terdiri dari sepasang
garpu kiri dan kanan, sedangkan satu tuas lainnya berada di bagian atas sitem
penyambungan ttik tiga, disebut top link. Traktor tangan merupakan salah satu
mesin pengolah tanah yang kini mulai banyak digunakan untuk petani dalam
mengolah tanah. Mesin pengolah tanah traktor harus dilengkapi dengan peralatan
pengolah tanahnya seperti bajak, garu ataupun bajak rotari.
Traktor tangan merupakan salah satu mesin pengolah tanah yang kini mulai
banyak digunakan petani dalam mengolah tanah. Mesin pengolah tanah haruslah
dilengkapi dengan peralatan pengolah tanahnya seperti bajak, garu ataupun bajak
rotari. Prinsip kerja traktor tangan adalah mesin pengolah tanah dengan
menggunakan tenaga penggerak motor bakar yang pada umumnya motor diesel.
Traktor roda empat dirangkai dengan peralatan pengolah tanah perlu diatur
dengan disetel posisi peralatannya agar dapat difungsikan dengan baik. Traktor
roda empat dioperasikan dan dilengkapi dengan peralatan pengolah tanah seperti
bajak singkal, bajak piring, garu piring dan lain-lain. Traktor ini dirancang untuk
bidang kering dan bukan untuk lahan sawah (Soentoro, 1997).
Ananto (2004) mengungkapkan bahwa penggunaan sistem penyambungan
ttik tiga membuat pengaturan posisi peralatan yang diinginkan dengan
memanjangkan atau memendekkan tuas penyambung atas. Syarat penggunaan
traktor roda empat dalam pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
1. Atur posisi sudut bajak (peralatan yang lain) dengan
permukan t anah disesuaikan dengan kondisi tanahnya (tanah berat atau
ringan)
2. Pengaturan posisi sudut bajak dilakukan melalui tuas
penyambungan titik tiga.
3. Pasangkan beban penyeimbang di bagian depan traktor
4. Traktor siap dioperasikan untuk mengolah tanah.
Kemampuan suatu benih untuk tumbuh setelah ditanam bergantung pada
varietas benih, kondisi tanah dan air serta lingkungan hidupnya. Tanah yang
ditanam dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja dan alat akan
mempengruhi penempatan benih di dalam tanah yaitu berpengaruh pada
kedalaman tanaan, jumlah benih per lubang, jarak antar lubang dalam baris dan
jarak antar baris. Beragam kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang pertanian sekarang ini telah dikembangkan dengan berbagai jenis
mesin penanam dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat
menghasilkan knerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar pula
(Siregar, 2009).
Alat tanam seeder merupakan alat yang digunakan untuk menanam biji-
bijian sesuai dengan kedalaman dari jumlah yang dikehendaki. Beberapa
penanaman biji antara lain broadcasting (disebar), drill seeding (penanaman acak),
precision drilling (jarak atur), hill dropping (penempatan sekelompok) dan cheek
row palting (penempatan seragam). Suatu agitator ditempatkan di atas lubang
variabel tersebut untk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci, juga
agar aliran benih dapat kontinyu. Suatu roda bercoak digunakan sebagai penjatah
benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang
berputar, karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan
dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada
diameter pirinan, bentuk penghalang dan densitas dari benih (Ginting, 2003).
Transplanter secara umum dibedakan mnjadi dua berdasarkan cara
penyemaian dan persiapan bibit. Mesin pertama memakai bibit yang ditanam atau
disemai di lahan. Mesin ini memiliki kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa
harus mengubah cara persemaiaan bibit yang biasa dilakukan secara tradisional
sebelumnya. Mesin ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga kapasitas
kerja total mesin menjadi kecil. Hal kedua yaitu mesin tanam yang memakai bibit
yang secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkn
perubahan total dalam pembuatan bibit. Persemaian harus dilakukan pada kotak
persemaian bermedia tanah dan bibit dipelihara dengan penyiraman, pemupukan
hingga pengaturan suhu (Purwadi, 1999).
Ginting (2003) menyatakan bahwa budidaya tanaman untuk mengendalikan
gulma, hama dan penyakit tanaman umumnya menggunakan pestisida berbentuk
cair dan tepung. Pengaplikasian pestisida cair digunakan alat penyemprot yang
disebut sprayer, sedangkan untuk pestisida yang berbentuk tepung disebut duster.
Sprayer merupakan alat pengaplikasian pestisida yang sangat dipelrukan dalam
rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Indikator
keberhasilan sprayer sangat diperlukan dari kesesuaian ukuran droplet, aplikasi
yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan
ktetntuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan (Susanto, 2011).
Patong dan Soehardjo (1973) menyatakan bahwa banyak jenis alat semprot
pungungyang bisa digunakan salah satunya adalah sprayer gendong semi
otomatis. Penyemproti ini berisi bahan dasar power mist blower dan duster.
Penggunaan alat semproti ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga pemakaian
pestisida menjadi efektif. Jenis penyemprotan yang sering digunakan oleh petani
adalah penyemprot gendong otomatis dan semi otomatis. Perbedaan kedua jenis
penyemprot ini terletak pada sistem pompanya. Penyemprot gendong otomatis
untuk menyemprotkan cairan secara terus menerus hanya saat itu saja bila tekanan
udara dalam tangki sedang. Penyemprot semi otomatis diperlukan pompaan terus
menerus selama alat itu digunakan.
Uji kinerja sprayer gendong semi otomatis dengan dua jenis nosel yang
berbeda yang dilakukan di lahan dengan tahapan sebagai berikut:
a.Mempersiapkan alat dan bahan serta bahan yang akan digunakan
untuk mengukur debit air
b. Melakukan pengukuran terhadap dua nosel yang berbeda
(Husnan, 2000).
Alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemprotan adalah alat semprot atau sprayer. Bentuk dan mekanisme kerja dari
sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan
oleh nosel, menjadi bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (Djojosumarto,
2004).
Berdasarkan tenaga yang digunakannya, alat penyemprot dibedakan menjadi
dua yaitu alat penyemprot dengan manual dan alat penyemprot dengan pompa
tekanan tinggi. Pemanfaatan translasi (gerakan naik turun) dengan menggunakan
putaran roda (rotasi) agar pompa dapat bekerja untuk menghasilkan udara dengan
tekanan tinggi sehingga masuk ke dalam tangki yang sudah berisi cairan herbisida
melalui selang, dan cairan tersebut yang akan mengatur melalui selang karet
menuju alat pengabut dan menjadi partikel-partikel yang sangat halus (Umar,
2005).
Taufik (2010) menyatakan bahwa sprayer yang digunakan adalah yang
bertipe gendong dengan pompa manual dengan tuas yang digerakkan naik turun
oleh lengan kiri operator. Tekanan pompa diafragma dari sprayer tersebut
menghasilkan tekanan semprotan yang relatif rendah, apalagi pada saat operator
sudah kelelahan untuk menggerakkan tuas pompanya. Hasil pengamatan
menyatakan bahwa kinerja penyemprotannya kurang sempurna, butiran
semprotnya tidak halus dan tidak sampai ke permukaan daun dengan merata.
Salah satu contoh alat mesin pertanian untuk bagian
pengolahan tanah adalah traktor roda dua atau traktor tangan
(power tiller/hand tractor). Traktor roda dua atau traktor tangan
(power tiller/hand tractor) adalah mesin pertanian yang dapat
dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain pekerjaan
dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di
bagian belakang mesin. Mesin ini mempunyai efisiensi tinggi,
karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan
dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan
mesin serba guna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga
penggerak untuk alat alat lain seperti pompa air, alat
pengolahan, gandengan (trailer), dan lain-lain (Hardjosentono et
al, 2000).
Traktor roda dua mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dari traktor roda dua yaitu Harganya lebih murah
dikarenakan komponen yang lebih sedikit, Kontruksinya lebih
sederhana, sehingga perawatan lebih mudah, biaya
pemeliharaan lebih murah dibanding traktor roda empat, bisa
dirakit sendiri di pedesaan, kemampuan untuk digunakan pada
petak yang kecil serta petak yang berada di tengah sawah milik
orang lain serta Penggunaannya lebih mudah, tidak memerlukan
ketrampilan yang tinggi. Adapun kelemahan dari traktor roda
dua yaitu Kekurangan menggunakan traktor tangan adalah biaya
operasionalnya mahal, kebanyakan petani menggunakan bahan
bakar.yang tidak ramah lingkungan (solar) : butuh waktu lama
untuk membajak sawah yang area, teknik penoperasiannya
relatif rumit karena harus dirangkaikan sedemikian rupa (Nawawi,
2001).
Traktor roda empat saat ini sudah tidak asing lagi baki kita
semua, kita dapat menjumpai traktor roda empat dalam kegiatan
dunia pertanian. Penggunaan traktor roda empat sudah sangat
variatif sesuai dengan kebutuhan penggunanya, antara lain
sebagai alat pengolah lahan yang pada umunya digunakan,
sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil komoditas
pertanian, untuk menggerakkan mesin-mesin pertanian serta
pekerjaan-pekerjaan lain yang memungkinkan dilakukan
traktor roda empat, seperti menggali, melubang, membuat
saluran dan sebagainya (Kementrian Pertanian, 2015).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel, tetapi ada
juga yang menggunakan motor bensin atau minyak tanah (kerosin). Daya yang
dihasilkan kurang dari 12 Hp, dengan menggunakan satu silinder. Motor
penggerak dipasang pada kerangka dengan empat buah baut pengencang. Lubang
baut pada kerangka dibuat memanjang agar posisi motor dapat digerakkan maju
mundur. Tujuannya untuk memperoleh keseimbangan traktor dan untuk
menyesuaikan ukuran v-belt yang digunakan. Traktor akan lebih berat ke depan
apabila posisi motor digeser maju, begitu juga sebaliknya. Untuk menghidupkan
motor diesel digunakan engkol, sedangkan untuk motor bensin dan minyak tanah
menggunakan tali starter. Sebagian besar traktor menggunakan motor diesel.
Penggunaan motor diesel umumnya lebih murah baik pada saat pengoperasiannya
maupun perawatannya. Motor diesel lebih awet dibanding motor jenis lain, asal
perawatannya dilakukan dengan baik dan benar sejak awal.
Konstruksi mesin penanam biji-bijian seeder. Bagian utama mesin penanam
terdiri atas:
1. Pembuka alur tipe double disk, bahan stainless steel.
2. Pengumpan (hopper) benih, bahan akrilik transparan untuk
memudahkan
mengontrol volume benih.
3. Matering benih, tipe piringan menyudut (inclined disk)
4. Roda penggerak sekaligus sebagai roda penekan (press wheel)
5. Rangka tipe lengan ayun (swing arm), menghubungkan pembuka alur
dan bagian roda transmisi.
Bagian utama dari alat transplanter antara lain:
1. Tali starter berfungsi untuk menghidupkan mesin penggerak
2. Pengarah berfungsi untuk memadu kelurusan pada sat proses
penanaman dilakukan
3. Tempat penyimpanan bibit berfungsi untuk meletakkan bibit padi
sebagai bahan persediaan bibit apabila bibit padi pada tray penanam
dapat diambil langsung sehingga tidak mengganggu proses penanaman.
4. Meja penanam bibit (tray) berfungsi untuk tempat meletakkan bibit padi
yang akan ditanam melalui jari-jari penanam. Prinsip kerja dari meja
penanam (tray) ini sama halnya dengan mesin ketik manual bergeser
secara perlahan dari kiri kekanan atau sebaliknya.
5. Handel Pengendali terdiri dari dua buah batang stang yang berfungsi
untuk mengedalikan arah penanaman dan dilengkapi oleh dua buah tuas
kopling kanan dan kiri yang berfungsi pada saat pembelokan, bila ingin
berbelok ke kakan maka tuas kanan ditekan dan bila inin berbelok ke
kiri maka kopling kiri ditekan.
6. Lengan Tanam (Planting Arm) berfungsi untuk menggerakkan jari-jari
penanam agar proses penanaman dapat berjalan dengan baik.
7. Transmisi berfungsi untuk memindahkan daya yang terdapat pada
mesin yang kemudian disalurkan ke penggerak lainnya yang
membutuhkan energi gerak berputar yang kemudian diubah menjadi
energi gerak lainnya sesuai dengan kebutuhan.
8. Pelampung (Floating Skid) berfungsi untuk mengapung pada
permukaan air pada lahan sawah agar dapat mengatur ketinggian pada
kedalaman bibit yang akan ditanam.
9. Roda sirip berfungsi untuk memudahkan perpindahan alat pada lahan
sawah yang berair dan becek sehingga memudahkan dalam
pengoperasian dan pengendaliannya.
10. Mesin penggerak adalah sumber tenaga yang berfungsi untuk
menggerak bagian-bagian yang membutuhkan mekanisme penggerak.
Berikut Cara mengoperasikan tractor roda empat:
1. Memulai menjalankan traktor roda empat
a. Lakukan langkah menghidupkan traktor
b. Posisi gas digeser sedikit lebih besar dari posisi idle.
c. Tuas rem parkir dilepas
d. Pedal kopling diinjak penuh
e. Tuas persneleng cepat lambat dibindah ke posisi “cepat” atau
“lambat” f). Tuas persneleng utama dipindah ke posisi jalan (1,2,3
atau R).
f. Pedal kopling utama dilepas pelan-pelan agar traktor tidak
meloncat pada saat mulai jalan.
2. Menjalankan lurus ke depan
a. Lakukan langkah “mulai menjalankan traktor roda empat” .
b. Pada saat traktor berjalan, kedua tangan berada pada kemudi. Posisi
ibu jari keluar.
c. Mata memandang ke depan.
d. Gas diperbesar untuk mempercepat jalannya traktor sesuai
keinginan.
e. Kedua kaki dipindah ke landasan, jangan di pedal gas, kopling atau
rem.
f. Jangan membelokkan stang kemudi.
g. Jangan memindah posisi gigi persneleng Mengoperasikan Traktor
Roda Empat 45
3. Menghentikan tractor
a. Gas dikecilkan pada posisi idle untuk mengurangi kecepatan.
b. Injak pedal kopling sehingga posisi transmisi terlepas.
c. Injak pedal rem, traktror akan berhenti.
d. Persneleng utama dan persneleng cepat lambat dinetralkan.
Alat transplanter memiliki kapasitas dan spesifikasi yang sedang dengan
rincian sebagai berikut: 30 mm Syarat bibit Metode pembibitan Umur bibit : 15 –
20 hari Syarat bibit Metode pembibitan Tinggi bibit : 150 – 200 mm Syarat bibit
Metode pembibitan Ukuran dapog (panjang x lebar) : 180 x 580 mm Syarat bibit
Metode pembibitan Kebutuhan dapog/ha (legowo): 300 buah Syarat bibit Metode
pembibitan Kebutuhan benih/ha : 40 kg Syarat lahan Penyiapan lahan :
Pengolahan sempurna Syarat lahan Penyiapan lahan : Kedalaman lapisan keras
(hardpan)/ kedalaman kaki (foot sinkage) max 250 mm Syarat lahan Penyiapan
lahan Tinggi genangan air saat tanam : 30 – 50 mm Unjuk kerja Kecepatan : 1,5 –
2,5 km/jam Unjuk kerja Kapasitas lapang : 6 – 7 jam/ha Unjuk kerja Jumlah bibiit
per rumpun : 2 – 5 tanaman Unjuk kerja Kedalaman tanam : 30 – 60 mm.

B. Saran

Saran untuk praktikum acara satu tentang pengenalan alat dan mesin
pertanian, yaitu praktikan diharapkan dapat mengamati dan memahami dengan
baik kemudian mencatat segala informasi yang disampaikan oleh narasumber.
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.


Badan Urusan Logistik. 2007. Pedoman Umum Pengadaan Gabah dan Beras
Dalam Negeri Tahun 2007. Divisi Pengadaan Perum Bulog. Jakarta.
Hadiutomo, K. 2012. Mekanisasi Pertanian. IPB Press. Bogor.
Hasbi. 2012. Perbaikan teknologi pasca panen padi di lahan sub optimal. Jurnal
Lahan Suboptimal, 1(2) : 186-196.
Hasbullah, Rokhani, Anggitha Ratri Dewi. 2011. Konfigurasi mesin penggilingan
padi untuk menekan susut dan meningkatkan rendemen giling. Prosiding
Seminar Nasional Perteta. 125-133.
Irawan, M. R. N. 2016. Pengaruh modal usaha dan penjualan terhadap laba usaha
pada perusahaan penggilingan padi ud. Sari tani tenggerejo kedungpring
lamongan. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi, 1(2): 75-82.
Mugniesyah, Siti Sugiah M. 2006. Peranan Penyuluhan Pertanian dalam
Pembangunan Pertanian .Bogor : IPB Press.

Mulyoto, dkk. 2002. Mesin-Mesin Pertanian. PT Graha persada : Jakarta.

Patabang, D. 2012. Karakteristik termal briket arang sekam padi dengan variasi
bahan perekat. Jurnal Mekanikal, 3 (2): 286-292.
Putra, R. E., Suryaningrat, I. B., Soekarno, S. 2015. Ergonomy analysis of mobile
rice milling unit based on anthropometry aspects. Bulletin Ilmu
Pertanian, 1-6.
Putri, R. E., Andasuryani, & Mardalena, L. 2019. Analisis perbandingan konsumsi
energi penggilinggan gabah pada rice milling unit (rmu) statis dan
dinamis. Jurnal Teknologi Pertanian, 8 (1): 29-38.
Rachmat, Ridwan. 2012. Model penggilingan padi terpadu untuk meningkatkan
nilai tambah. Buletin Teknologi Pascananen Pertanian, 8 (2): 99-111.
Robbins,2005. CRC handbook of engineering in agriculture. Boka Raton .F1.CRC
Press.

Setyono, A. 2010. Perbaikan teknologi pascapanen dalam upaya menekan


kehilangan hasil padi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 3(3): 212-226.
Siahaan S. 2001. Penelitian tentang Diklat jarak jauh penyuluhan pertanian dan
dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup petani di Kabupaten
Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Bogor (ID): IPB Press.

Soerjandoko, R.N.E. 2012. Teknik pengujian mutu beras skala laboratorium.


Buletin Teknik Pertanian, 15 (2): 44 - 47.
Sukirno. 1999. Peralatan yang digunakan dalam pertanian. UGM. Yogyakarta.

Suparyono & A. Setyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.


Thahir, R. 2010. Revitalisasi penggilingan padi melalui inovasi penyosohan
mendukung swasembada beras dan persaingan global. Pengembangan
Inovasi Pertanian, 3(3): 171-183.
Ulfa, R., Hariyadi, P., & Muhandri, T. 2014. Rendemen giling dan mutu beras
pada beberapa unit penggiling padi kecil keliling di kabupaten
banyuwangi. Jurnal Mutu Pangan, 1(1): 26-32.
Umar, S. 2011. Pengaruh sistem penggilingan padi terhadap kualitas gilingan di
sentra produksi beras lahan pasang surut. Jurnal Teknologi Pertanian.
Vol. 7 No. 1: 9 - 17.
Utami, I. H., Kramadibrata, A. M., Widyasanti, A., Herwanto, T. 2019. Uji kinerja
dan analisis ekonomi unit penggiling padi (compact rice milling crm-10)
(studi kasus di pt. Bumr (badan usaha milik rakyat) pangan terhubung
pasirhalang, sukaraja, kabupaten sukabumi). Journal of Applied
Agricultural Science and Technology, 3 (1): 15-28.
Widowati, S. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam
Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Buletin AgroBio. 4 (1): 33 -
38.
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

SIMPLE DRIVING TRAKTOR RODA 2 DAN TRAKTOR RODA 4

Oleh :
Ayub Pramana
A1D018059

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negeri agraris dimana sebagian oenduduk


Indonesia berpenghasilkan di bidang pertanian. Mengolah tanah merupakan
kegiatan yang paling awal dalam kegiatan budidaya tanaman. Sebelum melakukan
penanaman maka, tanah yang akan dijadikan media tumbuh bgai tanaman
sedemikian rupa. Pengolahan tanah dilakukan untuk mencipkan kondisi tanah
yang baik bagi tanaman. Pengolahan tanah yang baik akan membuat tanaman
tumbuh lebih optimal.
Dahulu pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan budidaya tanaman
yang cukup berat, mengingat kegiatan mengolah tanaman membutuhkan waktu
yang lama dan memerlukan banyak tenaga. Kegiatan pegolahan tanah yang
demikian merupakan pengolahan tanah secara tradisional. Kini pengolahan tanah
dapat dilakukan seccara lebih mudah, yakni dengan memanfaatkan teknologi yang
ada. Alat dan mesin pertanian yang ada saat ini dapat membuat kegiatan
pengolahan tanah menjadi kegiatan yang lebih mudah dan cepat dilakukan.
Traktor merupakan alat mesin pertanian yang mungkin sudah tidak asing
lagi bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pertania. Traktor dapat
membantu pekerjaan manusia dalam berbagai hal yang menyangkut kegiatan
budidaya, diantaranya pengolahan tanah. Memabajak tanah dengan traktor
contohnya.
Traktor yang ada saat ini memiliki jenis yang beragam, salah satunya yaitu
traktor tangan atau traktor roda dua dan roda empat. Traktor ini banyak
dimanfaatkan untuk kegiatan dalam budidaya tanaman. Mengetahui berbagai
bagaian dan cara kegunaan dari traktor ini sangat penting untuk membantu kita
dalam mengerjakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kedua alat ini.
B. Tujuan

Tujuan yang dilakukannya praktikum acara dua tentang simple driving


tractor roda dua dan empat ini adalah:
1. Mengetahui bagian-bagian utama traktor tangan roda dan traktor roda 4
2. Mengetahui cara-cara mengemudikan traktir tangan dengan traktor roda
empat
3. Belajar mengemudikan traktor tangan dan trakor roda empat
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu mekanisasi pertanian adalah bagian dari industri pertanian hari ini yang
penting karena produksi yang efisien dan pengolahan bahan-bahan tergantung
pada mekanisasi. Oleh karena itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang
keduanya baik di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang
membutuhkan keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka untuk
mengoperasikan, mempertahankan, dan memperbaiki mesin dan peralatan (Shin
and Curtis, 1978).
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan
perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Awal
mulanya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu
kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula
sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek.
Perkembangan terjadi pada pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara
langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian .Sesuai dengan
definisi dari mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan
alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam
proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut
selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Pengolahan tanah merupakan hal yang dianjurkan sebelum melakukan
penanaman. Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah yang telah
memenuhi persyaratan tumbuh bagi suatu tanaman, baik dari segi kecukupan
unsur hara, iklim lingkungan, ketersediaan air yang cukup dan kondisi tanah yang
mudah untuk dilakukan pengolahan lahan. Pengertian dari Pengolahan lahan
adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman
dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Pengolahan tanah
dapat dilakukan secara tradisional maupun modern. Pengolahan secara
tradisional meliputi pengolahan dengan menggunakan tenaga manusia dengan
memakai cangkul dan pengolahan dengan tenaga hewan berupa bajak tradisional.
Sedangkan pengolahan secara modern dapat dilakukan dengan menggunakan
traktor roda dua ataupun roda empat. Traktor pertanian berperan penting sebagai
sumber penggerak peralatan pertanian. Atas dasar bentuk dan ukuran traktor,
maka traktor pertanian dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : traktor
besar, traktor mini, dan traktor tangan (Kementrian Pertanian, 2015).
Traktor tangan merupakan (hand tractor) merupakan sumber penggerek dari
implement (peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan digunakan untuk
mengolah tanah. Sebenarnya traktor tangan ini merupakan mesin yang serba guna,
karena dapat digunakan untuk tenaga penggerek implemen yang lain, seperti
pompa air, alat prosesing, trailer, dan lain – lain (Mulyoto, 2002).
Traktor kecil terdapat dua tipe yaitu traktor roda dua tipe standard an traktor
rantai. Traktor besa dibedakan menjadi traktor roda empat dan traktor mini.
Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin
pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain pekerjaan
dengan alat pengolah tanahnya digandengkan atau dipasang di bagian belakang
mesin. Mesin ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongn
tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan
mesin serba guna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk alat
alat lain seperti pompa air, alat pengolahan, gandengan (trailer), dan lain-lain
(Hardjosentono et al,2000).
Traktor roda empat saat ini sudah tidak asing lagi baki kita semua, kita dapat
menjumpai traktor roda empat dalam kegiatan dunia pertanian. Penggunaan
traktor roda empat sudah sangat variatif sesuai dengan kebutuhan penggunanya,
antara lain sebagai alat pengolah lahan yang pada umunya digunakan,
sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil komoditas pertanian, untuk
menggerakkan mesin-mesin pertanian serta pekerjaan-pekerjaan lain yang
memungkinkan dilakukan traktor roda empat, seperti menggali, melubang,
membuat saluran dan sebagainya (Kementrian Pertanian, 2015).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah traktor roda
empat, traktor tangan dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum mekanisasi pertanian acara satu yaitu:


1. Alat-alat kendali yang ada pada traktor yang digunakan diamati dan digambar
2. Spesifik traktor tangan yang digunakan dicatat.
3. Langkah-langkah pengoperasian traktor, mulai dari menghidupkan traktor,
berjalan maju mundur, belok sampai mematikan traktor diperhatikan
4. Traktor tangan dikemudikan dengan membentuk angka delapan dan gerak
maju-mundur. Traktor roda empat dikemudikan dengan gerak maju mundur.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan
perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Awal
mulanya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu
kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula
sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek.
Perkembangan terjadi pada pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara
langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian .Sesuai dengan
definisi dari mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan
alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam
proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut
selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu
yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima.
Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum,
tujuan mekanisasi pertanian menurut Irwanto (1980) adalah :
a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia.
b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.
c. Menurunkan ongkos produksi.
d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.
e. Meningkatkan taraf hidup petani.
f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan
keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming).
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat
mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya
tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006). Perubahan-perubahan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dilakukan
pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak
terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi
kesejahteraan rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada
ketahanan pangan.
Alat dan mesin pertanian adalah susunan dari alat-alat yang kompleks yang
saling terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai
tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan
masukan tenaga. Alat dan mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan
yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat mesin pengolahan tanah, alat
mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan sebagainya (Hardjosentono,
dkk, 2000).
Ilmu mekanisasi pertanian adalah bagian dari industri pertanian hari ini yang
penting karena produksi yang efisien dan pengolahan bahan-bahan tergantung
pada mekanisasi. Oleh karena itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang
keduanya baik di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang
membutuhkan keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka untuk
mengoperasikan, mempertahankan, dan memperbaiki mesin dan peralatan (Shin
and Curtis, 1978).
Pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad
ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan. Sementara itu penelitian
untuk membuat motor bakar internal di mulai sekitar tahun 1800. Antara tahun
1800 dan 1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi tidak ada satupun
yang memuaskan. Beau de Rochas, insinyur perancis memberikan sumbangan
pemikiran yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Pada tahun
1862 ahli tersebut mengemukakan teori untuk mendapatkan motor bakar internal
yang efisien, dimana harus memenuhi 4 syarat yaitu:
1. Volume silinder sebesar mungkin dengan luas permukaan sekecil mungkin.
2. Kecepatan torak sebesar mungkin.
3. Tekanan sebesar mungkin pada permulaan ekspansi.
4. Ekspansi sebesar mungkin.
Beau de Rochas menambahkan harus ada 4 langkah dari torak di dalam
silinder yaitu langkah pemasukan, pemampatan, penyaluran daya dan
pembuangan. N.A. Otto pada tahun 1876 dari Jerman berdasarkan teori Beau de
Rochas berhasil menciptakan hak paten untuk motor bakar internal bensin.
Selanjutnya pada tahun 1898, Rudolph Diesel yang juga berasal dari Jerman
berhasil membuat motor diesel.Perkembangan selanjutnya adalah ke arah
kenyamanan, keamanan serta pengontrolan jarak jauh. Traktor dikembangkan
tanpa operator dengan pengendalian ultrasonic echo ranging steer dan penggunaan
sel-sel listrik yang menyadap sinar matahari sebagai sumber daya untuk traktor
akibat krisis bahan bakar. Di indonesia sendiri penggunaan traktor kecil dan besar
pada tahun 1970-an mulai berkembang. Traktor tersebut semuanya masih
diimpor. Pada periode 1980-an ada beberapa perusahaan di Indonesia mulai
memproduksi traktor tangan dengan konstruksi sederhana dan harga yang murah
dengan desain yang dicontoh dari Jepang maupun IRRI di Philipina (Dawyin et
al, 1991).
Traktor merupakan kendaraan yang dirancang khusus untuk keperluan
menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian khususnya
implement yang digunakan untuk mengolah tanah. Istilah traktor umum
digunakan untuk mendefinisikan jenis kendaraan untuk pertanian. Implemen
pertanian pada umumnya digerakkan dengan menggunakan kendaraan traktor ini,
ditarik ataupun didorong, dan menjadi sumber utama mekanisasi pertanian.
Penggunaan kata trakto di Negara Inggris, Irlandia, Australia, India, Spanyol,
Argentina, dan Jerman, kata "traktor" umumnya berarti "traktor pertanian", dan
penggunaan kata traktor yang merujuk pada jenis kendaraan lain sangat jarang
sedangkan di Kanada dan Amerika Serikat, kata "traktor" juga berarti truk semi-
trailer. (Supli R, dalam Kardiman, 2017).
Dari asal katanya, traktor berarti alat penghela. Memang fungsi utama
traktor ialah untuk menghela sesuatu. Itulah sebabnya semua traktor tentu pada
bagian belakangnya dilengkapi dengan sambungan untuk tempat menggandeng
alat yang akan dihela tersebut. Pengertian traktor ialah kendaraan bermesin yang
khusus dirancang untuk menjadi penghela. Dari sejarahnya, traktor memang
dirancang awalnya untuk mengganti hewan hela dengan mesin yang lebih kuat.
Traktor adalah alat/mesin penarik beban yang bersumberdaya mekanis. Klasifikasi
traktor dibedakan menjadi dua macam, yaitu berdasarkan kegunaan dan jenis roda
penggeraknya. (Defredo. 2005).
Berdasarkan kegunaannya, traktor dibagi atas :
1. General purpose tractor, yaitu traktor yang dirancang untuk melaksanakan
pekerjaan yang bersifat umum dengan kedudukan poros roda relatif rendah.
2. Special purpose tractor, yaitu traktor yang dirancang untuk melaksanakan
pekerjaan yang lebih khusus, mudah dirangkai atau digandengkan dengan
peralatan khusus (misalnya alat pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman,
pemanen) dengan kedudukan poros roda relatif tinggi.
3. Industrial tractor, yaitu traktor yang dirancang khusus untuk keperluan
industri atau kegiatan pembangunan, biasanya ukuran roda depan dan
belakang sama dan menggunakan dua gardang sehingga kemampuan tarik
traktor besar.
4. Plantation tractor, yaitu traktor yang dirancang untuk dapat dengan mudah
dan aman digunakan pada lahan yang banyak tanamannya. Dibuat dengan
konstruksi pusat titik berat rendah sehingga dapat digunakan pada lahan
dengan kemiringan tinggi. 5. Garden tractor, yaitu traktor yang dirancang
untuk pekerjaan ringan, misalnya pertanian kecil atau pemangkas rumput
dan mempunyai daya yang relatif rendah (±12,5 HP). (Rizaldi, 2006).
Berdasarkan model atau tipenya, traktor dapat dibagi atas :
1. Traktor kecil
a. Traktor roda dua (tipe standar)
- Tipe unit (integral mounted type)
- Tipe gusur (trailing type)
- Tipe kombinasi (combination type)
b. Traktor rantai (crawler)
2. Traktor besar
a. Traktor roda empat (wheel tractor)
b. Traktor rantai (crawler) (Hardjosentono, et al., 2000).
Atas dasar bentuk dan ukuran traktor, maka traktor pertanian dapat
dibedakan menjadi traktor besar, traktor mini, dan traktor tangan.
1. Traktor besar, yaitu traktor yang mempunyai dua poros roda (beroda empat atau
lebih), panjangnya berkisar 2650 hingga 3910 mm, lebar berkisar 1740 hingga
2010 mm, dan dayanya berkisar antara 20 sampai 120 HP.
2. Traktor mini, yaitu traktor yang mempunyai dua poros roda (beroda empat)
tetapi ukurannya relatif lebih kecil, panjangnya antara 1790 hingga 2070 mm,
lebar antara 995 sampai 1020 mm, berat 385 sampai 535 kg, dan daya antara
12,5 sampai 20 HP.
3. Traktor tangan, yaitu traktor pertanian yang hanya mempunyai sebuah poros
roda (beroda dua), panjangnya antara 1740 hingga 2290 mm, lebar antara 710
sampai 880 mm, dan dayanya antara 6 sampai 10 HP. (Rizaldi, 2006).
Berdasarkan besarnya daya motor, traktor tangan dapat dibagi menjadi tiga jenis
yaitu :
1. Traktor tangan berukuran kecil, tenaga penggeraknya kurang dari 5 hp
2. Traktor tangan berukuran sedang, tenaga penggeraknya antara 5 - 7 hp
3. Traktor tangan berukuran besar, tenaga penggeraknya antara 7–12 hp (Ideelok,
2011).
Salah satu contoh alat mesin pertanian untuk bagian pengolahan tanah
adalah traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor). Traktor
roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin pertanian
yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain pekerjaan dengan
alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di bagian belakang mesin. Mesin
ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat
dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan mesin
serba guna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk alat alat
lain seperti pompa air, alat pengolahan, gandengan (trailer), dan lain-lain
(Hardjosentono, dkk, 2000)
Implemen traktor adalahperalatan yang digunakan pada traktor sesuaidengan
kegunaannya. Sebuah traktor tidak dapat digunakan untuk mengolah tanah jika
traktor tersebut tidak dipasangi oleh implement. Implement pada traktor dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan cocok sekali
untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman. Telapak bajak
secara keseluruhan merupakan hal yang sangat esensial untuk pembajakan
yang baik, pemotongan oleh mata bajak dan sedikit pengangkatan irisan alur,
pengendalian sisi samping, kemantapan bajak, sementara singkal
menyelesaikan pengangkatan, penggemburan, dan pembalikan pemotongan
tanah paliran. Terutama pada singkallah tergantung pembajakan yang berhasil.
Lengkung dan panjang singkal menentukan derajat kegemburan yang diberikan
kepada tanah potongan paliran (Smith dan Wilkes, 1990).
b. Bajak rotari telah digunakan di Eropa selama bertahun-tahun, sedangkan petani
Amerika tidak terlalu tertarik pada bajak tipe ini. Yang menjadi sebab
kurangnya minat ini adalah tingginya biaya dan kebutuhan daya. Pada
umumnya bajak rotari dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu mesin bantu tarik,
digerakkan oleh daya disadap, serta tipe kebun swagerak. Bajak rotari ini sama
sekali mempunyai desain yang berbeda dari bajak singkal dan piringan (Smith
dan Wilkes, 1990).
c. Garu adalah peralatan yang digunakan untuk meratakan tanah dan memecahkan
bongkahan-bongkahan tanah, mengaduk tanah, mencegah dan membinasakan
gulma. Dibawah kondisi tertentu, garu dapat digunakan untuk menutup biji.
Ada tiga jenis utama garu, yaitu garu piringan, garu gigi paku dan garu gigi
pegas (Smith dan Wilkes, 1990).
Traktor roda dua mempunyai bagian-bagian yang memiliki fugngsi tertentu
sehingga dapat berjalan dengan baik. Adapun bagian-bagian pada traktor roda dua
antara lain, yaitu:
1. Handle, berfungsi sebagai pegangan operator untuk mengendalikan traktor
2. Tuas gas, berfungsi untuk mengubah kecepatan putaran poros motor
penggerak
3. Tuas kopling, berfungsi untuk mengatur traktor agar berjalan atau berhenti
4. Tuas perseleng utama, berfungsi untuk memindahkan susunan gigi
5. Mesin, berfungsi untuk tenaga penggerak traktor
6. Roda, berfungsi untuk media berjalan traktor
7. Implemen, berfungsi untuk mengolah tanah
8. Tuas kopling kemud, berfungsi untuk mengoprasikan kopling kemudi
sehingga traktor dapat berbelok
9. Lampu, sebagai media penerangan
10. Tangki bahan bakar, berfungsi untuk menampung bahan bakar
11. Van belt, berfungsi untuk penghubung transmisi
12. Penutup tangki bbm, berfungsi untuk menutupi tangki BBM
13. AS roda, berfungsi sebagai tempat mengkaitkan roda
14. Bajak, berfungsi sebagai pengolah tanah
15. Pengatur ketinggian bajak, berfungsi mengatur naik turunnya bajak (Frans
Jusuf Daywint, 2008).
Untuk menghidupkan traktor tangan dilakukan dengan langkah-langkah
berikut :
1. Tuas kopling utama diposisikan “OFF” atau “rem”, sehingga traktor tidak
berjalan pada saat dihidupkan
2. Untuk keamanan, semua tuas persneleng pada posisi netral.
3. Buka kran bahan bakar, sehingga terjadi aliran bahan bakar ke ruang
pembakaran
4. Gas dibesarkan pada posisi “start”, sehingga ada aliran bahan bakar (solar)
yang cukup banyak di ruang pembakaran.
5. Tuas dekompresi ditarik dengan tangan kiri, untuk menghilangkan tekanan
di ruang pembakaran pada saat engkol diputar.
6. Engkol dimasukkan ke poros engkol, lalu putar engkol searah jarum jam
beberapa kali, agar oli pelumas dapat mengalir ke atas melumasi bagian-bagian
traktor. Biasanya dilengkapi dengan indikator, untuk menunjukkan adanya
aliran pelumas.
7. Percepat putaran engkol, sehingga akan menghasilkan cukup tenaga untuk
menghidupkan motor.
8. Lepaskan tuas dekompresi, untuk menghasilkan tekanan, sementara
engkol masih tetap diputar sampai motor hidup.
9. Setelah motor hidup, engkol akan terlepas sendiri dari poros engkol. Hal
ini disebabkan bentuk pengait engkol yang miring.
10. Geser posisi tuas gas pada posisi “idle” atau stasioner
11. Hidupkan motor tanpa beban kurang lebih selama 2-3 menit, agar proses
pelumasan dapat berjalan dengan baik
12. Traktor siap untuk dioperasikan (Nawawi, 2001).
Untuk pemeliharaan dan perawatanTraktor Roda Dua dapat dilakukan
membaca buku petuntuk yang berisi :
1. Petunjuk perawatan : Berisi tentang jadwal perawatan termasuk pelumasan
mesin, transmisi dan oli hidrolik , penggantian filter dan perawatan lainnya.
2. Spesifikasi : Berisi informasi spesifikasi komponen utama system transmisi,
system hidrolik, system rem dan pendingin mesin à type oli dan kapasitasnya.
3. Petunjuk Penggunaan : Berisi dasar-dasar cara mengoperaikan traktor.
Traktor roda dua mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari
traktor roda dua yaitu Harganya lebih murah dikarenakan komponen yang lebih
sedikit, Kontruksinya lebih sederhana, sehingga perawatan lebih mudah, biaya
pemeliharaan lebih murah dibanding traktor roda empat, bisa dirakit sendiri di
pedesaan, kemampuan untuk digunakan pada petak yang kecil serta petak yang
berada di tengah sawah milik orang lain serta Penggunaannya lebih mudah, tidak
memerlukan ketrampilan yang tinggi. Adapun kelemahan dari traktor roda dua
yaitu Kekurangan menggunakan traktor tangan adalah biaya operasionalnya
mahal, kebanyakan petani menggunakan bahan bakar.yang tidak ramah
lingkungan (solar) : butuh waktu lama untuk membajak sawah yang area, teknik
penoperasiannya relatif rumit karena harus dirangkaikan sedemikian rupa
(Nawawi, 2001).
Traktor roda empat saat ini sudah tidak asing lagi baki kita semua, kita dapat
menjumpai traktor roda empat dalam kegiatan dunia pertanian. Penggunaan
traktor roda empat sudah sangat variatif sesuai dengan kebutuhan penggunanya,
antara lain sebagai alat pengolah lahan yang pada umunya digunakan,
sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil komoditas pertanian, untuk
menggerakkan mesin-mesin pertanian serta pekerjaan-pekerjaan lain yang
memungkinkan dilakukan traktor roda empat, seperti menggali, melubang,
membuat saluran dan sebagainya (Kementrian Pertanian, 2015).
Traktor roda empat merupakan suatu peralatan yang diciptakan oleh
manusia yang sangat bermanfaat untuk membantu meringankan tugas manusia
terutamanya pada kegiatan-kegiatan dibidang pertanian. Klasifikasi traktor Roda 4
Berdasarkan fungsinya yaitu:
1. Crawler tractor, yaitu traktor dengan roda rantai
2. Standard Row Crop, umum digunakan di berbagai perkebunan
3. High clearance, traktor dengan jarak antara badan traktor dan tanah (ground
clearance) yang tinggi, cocok untuk perkebunan sayuran atau perawatan tunas
4. Orchard, traktor yang digunakan di wilayah perkebunan pepohonan yang besar,
ukurannya cukup ramping dan mudah membelok
5. Multipurpose, dapat digunakan untuk berbagai keperluan
6. Lawn And Garden, untuk kebun
7. Tree Skidder, digunakan untuk menarik kayu yang baru ditebang
8. Skid Steer Loader, memiliki loader di depannya
9. Four Wheel Drive with front steering wheel, traktor 4WD yang roda depannya
lebih kecil dari roda belakang. Traktor tipe ini memiliki traksi yang besar
sehingga memiliki tarikan yang kuat. Four wheel drive with equal sized wheel
and articulated steel framing. Roda depan dan belakang traktor ini sama
besarnya, bisa digunakan untuk lahan yang berat (Rizaldi, T. 2006).
Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang duduk di atas tempat
duduk sambil mengemudikannya. Peralatan pengolah tanah dipasangkan atau
disambungkan dengan traktor melalui perangkat yang disebut three hitch point
atau penyambungan titik tiga, yang terdiri sepasang garpu kiri dan kanan,
sedangkan satu tuas lainnya berada di bagian atas sistem penyambungan titik tiga,
disebut top link (tuas penyambung bagian atas). Dengan menggunakan sistem
penyambungan ini pengaturan posisi peralatan (bajak, dll.) yang diinginkan dapat
diatur dengan memanjangkan atau memendekkan tuas penyambung atas. Untuk
mengamankan agar traktor tidak terangkat pada saat dioperasikan untuk
pengolahan tanah, maka traktor perlu diseimbangkan dengan memasang beban
tambahan pada bagian depan traktor. Dengan melakukan persiapan seperti ini,
maka traktor telah siap dioperasikan untuk pengolahan tanah(Mulyoto, 1996).
Traktor roda empat mempunyai bagian-bagain yang mempunyai fungsi
masing-masing. Bagian-bagian tersebut akan menunjang penggunaan traktor roda
empat. Adapun bagian-bagian dari traktor roda empat yaitu:
1. Implemen, berfungsi sebagai alat pengolah tanah
2. Roda, berfungsi sebagai media berjalannya traktor
3. Mesin, berfungsi sebagai perangkat utama penggerak traktor
4. Pedal gas, berfungsi untuk mengatur kecepatan traktor
5. Pedal rem, berfungsi untuk menghambat kecepatan traktor
6. Pedal koplimg, berfungsi untuk mengatur jalannya gardon. Apabila diinjak
gardon akan lote
7. Tuas perseling, berfungsi untuk mengatur maju atau mundurnya traktor
8. Tuas hidrolik, berfungsi sebagai mengatur naik turunnya bajak
9. Tuas sili low, berfungsi untuk mengatur mode kecepatan tinggi atau rendah
10. Kemudi, berfungsi sebagai kendali traktor
11. Tuas PTO, berfungsi sebagai pengatur kekuatan gedrak traktor
(Kardiman, 2017).
Traktor dapat digunakan sebagai sumber tenaga untuk menunjang operasi
pertanian yang efektif baik tenaga waktu maupun biaya. Dengan traktor, petani
dapat meningkatkan kapasitas kerja, mengurangi biaya produksi, meningkatkan
hasil pertanian serta mengurangi kelelahan dan kebosanan dalam bekerja. Traktor
memiliki peran dalam usaha pertanian, salah satu diantaranya meningkatkan
kapasitas kerja sehingga luas tanam dan intensitas tanam dapat meningkat.
Sebagai contoh untuk pembanding antara tenaga manusia, tenaga hewan dan
tenaga mesin atau traktor sebagai berikut: hasil pengamatan suatu kegiatan
pengolahan tanah dengan luas I ha, apabila menggunakan tenaga manusia akan
membutuhkan waklu lebih kurang 50 hari, sementara jika menggunakan tenaga
hewan akan membutuhkan waktu lebih kurang 25 hari. Sementara jika
menggunakan tenaga mesin atau traktor hanya membutuhkan waktu lebih kurang
l0 jam (Widata, 2015).
Penggunaan traktor dalam bidang pertanian merupakan suatu tindakan yang
tepat dan tidak terfokus pada kegiatan pengolahan tanah saja, tetapi juga untuk
kegiatan pertanian lainnya. Traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan
tanah, diharapkan dapat mengurangi waktu dan biaya operasional yang
diperlukan. Oleh karena itu, untuk kelancaran pengerjaan pengolahan tanah
dengan alat mekanis, maka diperlukan perhitungan yang tepat antara lain dengan
melihat kondisi lahan yang akan diolah dalam hal ini tingkat kelembaban tanah,
topografi dan pola pembajakan yang tepat (Al-Hadi et al., 2012).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan praktikum mekanisasi pertanian acara satu yaitu:


1. Bagian-bagian utama traktor tangan yaitu tenaga penggerak motor,
kerangka dan transmisi, serta tuas kendali ( tuas persneling utama, tuas
persneling cepat lambat traktor tangan, tuas kopling utama, tuas
persneling mesin rotary traktor tangan, tuas persneling kemudi, tuas gas
traktor tangan dan tuas penyangga depan )
2. Traktor tangan yang digunakan saat praktikum memiliki tenaga
penggerak 6-8 HP. Traktor roda empat pada saat praktikum
menggunakan tenaga penggerak sebesar 36 HP.
3. Traktor tangan dihidupkan dengan cara diengkol, untuk menjalankan
traktor tangan gigi dimasukan dengan menggunakan tuas persneling
gigi dan dorong tuas utama. Membelokkan traktor tangan dengan cara
menekan tuas kanan apabila akan belok ke kanan dan menekan tuas kiri
untuk belok ke kiri. Traktor roda empat dihidupkan dengan cara
memutar kunci kontak ke arah on (kanan), injak penuh pedal kopling
dan putar kunci ke kiri. Lalu putar kunci ke kanan pada posisi start,
setelah mesin hidup lepaskan kunci kontak sehingga kunci kontak
kembali pada posisi on. Mennjalankan traktor roda empat dengan cara
menginjak penuh pedal kopling kemudian pindahkan tuas pengubah
kecepatan utama dan PTO ke kecepatan yang diinginkan, lepas rem
parkir dan kopling perahan lahan, traktor akan mulai bergerak.

B. Saran

Sebaiknya bagian-bagian utama traktor dibahas lebih lanjut agar praktikan


dapat dengan mudah mengoperasikan traktor tangan dan traktor roda empat.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar ARM, Pramudya B, Herodin S, Astika IW. 2014. Pemodelan faktor


ergonomi terhadap produktivitas kerja pada pengolahan tanah pertama
areal padi sawah. Jurnal Keteknikan Pertanian. 18(3): 178-190.

Al-Hadi, B., Yunus, Y. dan M. Idkham. 2012. Analisis sifat fisika tanah akibat
lintasan dan bajak traktor roda empat. Jurnal Manajemen Sumberdaya
Lahan. 1 (1) : 43-53.

Daywin, F.J., L.Katu., M.Djojomartono., R.G.Sitompul dan S.Supardjo. 1976.


Diktat Kuliah Tenaga Pertanian. IPB Press. Bogor.
Frans J. Daywin, Moeljarno D dan R.G. Sitompul : Motor Bakar Internal dan
Tenaga di Bidang Pertanian, 1991 IPB Bogor

Hardjosentono., M. Wajito., E. Rachlan., I. W. Badra dan R. D. Tarmana. 2000.


Mesin-mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Kadirman, M. S. 2017. Klasifikasi Traktor dan Pengelompokan Traktor Roda


Dua dan Roda Empat. Sumber Belajar Penunjang Plpg 2017
Kemendikbud, Jakarta.

Kemendikbud. 2017. Diakses pada 14 Januari 2017 di kemendikbud.go.id.

Kementrian Pertanian. 2015. Modul Traktor Roda Dua (Hand Tractor). Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Jakarta.

Mulyoto. 2002. Mesin-Mesin Pertanian. PT Graha Persada, Jakarta.

Nawawi, 2001. Pengenalan Traktor Tangan (Hand Traktor). Erlangga, Jakarta


Putri, L. 2011. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Traktor Tangan. Skripsi.
IPB, Bogor.

Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU,


Medan.

Santosa, I. N., W. Hermawan, dan E. N. Sembiring. 2007. Konstruksi dan


Pengukuran Kinerja Traktor Pertanian. Teknik Pertanian. Fateta. IPB.
Bogor.

Shin, G. C. and Curtis R. W. 1978. Working in Agricultural Mechanics. Mc


GrawHill Inc, USA.
Smith, H.P. dan Wilkes, H.L. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGM
Press.Yogyakarta.

Sukirno, M.S. 1999. Mekanisasi Pertanian : Pokok Bahasan Alat Mesin


Pertanian dan Pengelolaannya Diktat Kuliah. GM, Yogyakarta.

Susatwa, Andasuryani, Rinaldi S, Dede P. 2012. Modifikasi rotary tiller sebagai


implement pada traktor tangan. Jurnal Keteknikan Pertanian. 5(1):1: 66.

Widata, S. 2015. Uji kapasitas hand tractor untuk pengolah tanah lahan kering.
Jurnal Agro UPY. 6(2). 64-67. ISSN 1978-2276.

Zulpayatun, C. C. E. Margana, G. M. D. Putra. 2017. Performansi traktor tangan


roda dua modifikasi menjadi roda empat multifungsi (pengolahan dan
penyiangan) untuk kacang tanah di Kabupaten Lombok Barat. Jurnal
Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 5(1).206-212.
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

ALAT PENGERING (DRYER)

Oleh :
Ayub Pramana
A1D018059

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan


sebagian air suatu bahan pangan dengan atau tanpa bantuan energi panas .
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang
memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan
dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya
berupa panas. 
Bahan pangan yang dihasilkan dari produk-produk pertanian pada umumnya
mengandung kadar air. Kadar air tersebut apabila masih tersimpan dan tidak

dihilangkan, maka akan dapat mempengaruhi kondisi fisik bahan pangan.


Contohnya, akan terjadi pembusukan dan penurunan kualitas akibat masih adanya
kadar air yang terkandung dalam bahan tersebut . Pembusukan terjadi akibat dari
penyerapan enzim yang terdapat dalam bahan pangan oleh jasad renik yang
tumbuh dan berkembang biak dengan bantuan media kadar air  dalam bahan
pangan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya suatu proses
penghilangan atau pengurangan kadar air yang terdapat dalam bahan pangan
sehingga terhindar dari pembusukan ataupun penurunan kualitas bahan pangan.
Pengeringan dapat dilakukan secara alami maupun secara mekanis (dengan
menggunakan alat pengering). Tipe dan jenis pengering yang digunakan untuk

pengeringan bahan pangan bermacam-macam. Pada umumnya pemilihan tipe


pengering ditentukan oleh jenis komoditas yang akan dikeringkan, bentuk akhir
produk yang dikehendaki, faktor ekonomis dan kondisi jenis alat.
B. Tujuan

Tujuan praktikum acara tiga tentang alat pengering (dryer), yaitu:


1. Mengetahui bagian-bagian alat pengering yang digunakan dan fungsinya.

2. Mengetahui prinsip kerja alat pengering.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Alat dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan
dalam usaha pertanian. Alat dan mesin (alsin) pertanian dikelompokkan menjadi

dua: alsin budidaya tanaman dan alsin pengolahan hasil pertanian . Alsin budidaya

pertanian adalah alsin yang digunakan untuk produksi tanaman dan ternak .
Contoh alsin untuk produksi tanaman adalah alsin pengolah tanah, mesin tanam,
sprayer, mesin pemanen, dan sebagainya . Contoh alsin budidaya ternak adalah

alsin penyiapan pakan, aerator, pemerah susu, dan sebagainya . Alsin pengolahan
hasil pertanian adalah alsin yang digunakan untuk menangani atau mengolah hasil
tanaman atau hasil ternak. Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil
tanaman dan ternak adalah Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi,
mesin pengolah biji sawit, dan sebagainya. (Haryadi, 1982).
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di
kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan
tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh
lagi di dalamya (Winarno, 1994). Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi
lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi
berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya
produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat

di pakai apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian .
Di samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa
kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya
bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu
dan sebagainya (Hardjoanidjojo, 1976). Kerugian yang lainya juga disebabkan
beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya
harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan
dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan,
dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari
daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini daoat juga di lakukan secara vakum .
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap
tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua
permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan
terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan
uap di udara, dan waktu pengeringan (Hardjosentono, 2009).
pengeringan langsung (adiabatik), zat padat bersentuhan dengan udara panas
menurut salah satu sebagai berikut: udara panas ditiupkan melintas permukaan
hamparan atau lembaran zat padat atau melintas satu atau kedua sisi lembaran
atau film sinambung. Proses ini disebut pengeringan dengan sirkulasi

silang. Udara panas ditiupkan mela:ui hamparan zat padat butiran kasar yang

ditempatkan diatas ayak pendukung. Cara ini disebut pengeringan sirkulasi

tembus. Zat padat disiram ke bawah melalui suatu arus udara panas yang bergerak
perlahan-Iahan ke atas, kadang-kadang dalam hal ini terdapat pembawa ikutan
yang tidak dikehendaki daripada partikel halus oleh udara panas . Udara panas
dialirkan melalui zat padat dengan kecepatan yang cukup untuk memfluidisasi
hamparan. Zat padat seluruhnya dibawa ikut dengan arus udara panas kecepatan
tinggi dan diangkut secara pneumatic dari piranti percampuran ke pemisah
mekanik.
pengeringan tidak langsung (non adiabatik) dibedakan terutama menurut
caranya zat padat itu berkontak dengan permukaan panas atau sumber kalor
lainnya yaitu: zat padat dihamparkan di atas permukaan horisontal yang stasioner
atau bergerak lambat dan dimasak hingga kering, pemanasan permukaan ini dapat
dilakukan dengan listrik atau fluida perpindahan kalor seperti uap atau air panas .
Zat padat bergerak di atas permukaan panas, yang biasanya berbentuk silinder,
dengan bantuan pengaduk atau conveyor sekrup atau conveyor dayung. Zat padat
tergelincir dengan gaya gravitasi di atas permukaan panas yang miring atau di
bawa naik bersama permukaan itu selama suatu waktu tertentu dan kemudian
diluncurkan lagi ke suatu lokasi baru (Hadi, 2015).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara tiga tentang alat
pengering (Dryer) adalah pengering tipe rak.

B. Prosedur Kerja

Prosedur yang dilakukan pada acara tiga tentang alat pengering (Dryer)
sebagai berikut:
1. Amati dan gambar alat pengering yang digunakan.
2. Sebutkan bagian-bagian utama dan fungsinya masing-masing.
3. Uraikan prinsip kerja alat pengering yang digunakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Pengeringan adalah suatu proses untuk menghilangkan sejumlah kadar air


pada bahan yang sedang dikeringkan dengan bantuan energi panas yang dilakukan
melalui rambatan panas secara konveksi maupun konduksi diruangan tertutup atau
terbuka (Basmal et al, 2013). Proses pengeringan merupakan salah satu tahap
yang dilakukan terhadap suatu produk pertanian, perikanan dan produk lainnya
dengan tujuan supaya produk tersebut bisa tahan lama dengan nutrisi yang tetap
terjaga. Pada produk perikanan, pengeringan tidak bisa terlepas dari rangkaian
proses dalam pengolahan hasil perikanan baik dalam skala tradisional maupun
modern. Menurut Mulhbauer (1986), Balia (1997) dan Basmal (2013) proses
pengeringan adalah suatu cara yang paling sederhana, murah, efisien dan tidak
mencemari lingkungan serta dapat kontak langsung kepermukaan bahan.
Pengeringan merupakan suatu cara untuk menurunkan kandungan air yang
terdapat didalam suatu bahan (Trayball 1981). Sedangkan menurut Hall (1957)
proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai
batas tertentu sahingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian akibat
biologis dan kimia sebelum bahan diolah (digunakan). Menurut Brooker, Bakker
dan Hall (1974) Kadar air keseimbangan dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara
dalam ruang pengering, suhu dan kelembaban udara, jenis bahan yang
dikeringkan dan tingkat kematangan. Proses pengeringan diperoleh dengan cara

penguapan air. Cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban udara dengan
mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan
lebih besar daripada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini

menyebabkan terjadinya aliran uap dari bahan ke udara.


Proses pengeringan dilakukan melalui dua periode yaitu periode kecepatan
konstan dan periode kecepatan penurunan. Periode kecepatan konstan sering kali
disebut sebagai periode awal, dimana kecepatannya dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan perpindahan massa dan panas (Rao et al,2005). Udara
yang terdapat dalam proses pengeringan mempunyai fungsi sebagai pemberi
panas pada bahan, sehingga menyebabkan terjadinya penguapan air. Fungsi lain
dari udara adalah untuk mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan yang
dikeringkan. Kecepatan pengeringan akan naik apabila kecepatan udara

ditingkatkan. Kadar air akhir apabila mulai mencapai kesetimbangannya, maka


akan membuat waktu pengeringan juga ikut naik atau dengan kata lain lebih capat
(Desrosier,1988).
Pengeringan bahan pangan merupakan salah satu penanganan pascapanen
yang sangat penting. Pengeringan merupakan tahapan operasi rumit yang meliputi
perpindahan panas dan massa serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik
atau kimia, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan mutu hasil maupun
mekanisme perpindahan panas dan massa. Proses pengeringan dilakukan sampai
pada kadar air seimbang dengan keadaan udara atmosfir normal
(Equilibrium Moisture Content) atau pada batas tertentu sehingga aman disimpan
dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya
(Widyotomo dan Mulato, 2005).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengeringan antara lain sebagai
berikut:
1. Luas Permukaan Bahan
Pada umumnya, bahan yang aakn dikeringkan mengalami pengecilan
ukuran, baik dengan cara diiris, dipotong maupun digiling . Ukuran
yang kecil menyebabkan penurunan jarak yang harus ditempuh oleh
udara panas. Panas yang harus bergerak menuju pusat bahan pangan

yang dikeringkan. Demikian juga pergerakan air dari pusat bahan

kepermukaan bahan menjadi lebih pendek.


2. Suhu
Pada umumnya, semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas
dengan bahan  pangan semakin cepat pindah panas ke bahan panngan
dan semakin cepat pula punguapan air dari bahan pangan . Apabila
udara merupakan medium pemanas, maka faktor enting yang perlu
diperhatikan adalah kecepatan aliran udara.
3. Kecepatan Pergerakan Udara
Udara yang bergerak atau bersirkulasi akan lebh cepat mengambil uap
air dibandingkan udara diam. Pada proses pergerakan udara, uap air
dari baha akan diambl dan terjadi mobilitas yang menyebabkan udara
tidak pernah mencapai titik jenuh.
4. Kelembaban Udara
Apabila udara diguakan sebagai medium pengering datau bahan pangan
dikerignkan diudara, semakin kering udara tersebut (kelembaban
rendah) kecepatan pengeringan semain tinggi. Udara kering mempunyai
konsentrasi uap air yang belum mencapai ttiik jenuh, sedangkan udara
lembab hampir jenuh dengan air. Oleh karena itu, udara yang kering
lebih cepat mengambil uap air sehingga kecepatan peneringan lebih
tnggi.
5. Tekanan Atmosfer
Pada tekanan udara 1 atm ai medidih pada suhu 100oC . Jika tekaan
udara lebih rendah dari 1 atm, air lebih cepat memdidih dan titik didih
lebih rendah dari 100oC. Jika pengeringan bahan dilaukan pada suhu
konstan dan tekanan ditirunkan, maka kecepatan penguapan akan lebih
tinggi.
6. Penguapan Air
Penguapan atau evaporasi merupakan proses penghilangan air yang
dilakukan dari bahan pangan yang dikerigkan sampai diperoleh produk
kering yang stabil. Pada proses penguapan air pada bahan, terjadi
proses pengambilan energi dari bahan tersebut sehinga permukaan
bahan menjadi dingin. Proses pendinginan tersebut disebabkan oleh
penyerapan panas laten, tau panas penguapan yang mengubah air
menjadi uap air
7. Lama Pengeringan
Lama pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas.
Karena sebagian besar bahan pangan sensitif terhadap panas maka
waktu pengerigna yang digunakan harus maksimum, yaitu kadar air
bahan akhir yang diinginkan telah tercapai dengan lama pengeringan
yang pendek (Estiasih dan Ahmadi (2009).
Prinsip pengeringan pada umumnya menyangkut proses pemindahan panas
dan pemindahan massa yang terjadi secara bersamaan . Pertama-tama panas harus

ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan


air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus

ditransfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi


panas harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air
yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan

dan cara pemanasan yang digunakan. Dengan sangat terbatasnya kadar air pada
bahan yang telah dikeringkan, maka enzim-enzim yang ada pada bahan menjadi
tidak aktif dan mikroorganisme yang ada pada bahan tidak dapat tumbuh.
Pengeringan alami atau pengeringan manual yaitu pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari langsung atau tidak langsung. Pengeringan alami
memanfaatkan radiasi surya, suhu dan kelembaban udara sekitar serta
kecepatan untuk proses pengeringan. Pengeringan dengan cara penjemuran
mempunyai beberapa kelemahan antara lain tergantung dengan cuaca, sukar
dikontrol,memerlukan tempat penjemuran yang luas, mudah terkontaminasi dan
memerlukan waktu yang lama(Taib, 1988).
Menurut Yuarni (2015) dalam Maryam et al (2019) Tujuan dari pengeringan
adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana mikroorganisme dan
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan akan terhenti, dengan
demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama .
Disamping itu juga pengolahan dapat digunakan untuk meningkatkan nilai tambah
(added value) suatu produk. Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar
air bahan hingga mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju
kerusakan bahan akibat aktifitas biologis dan kimia (Syuhada, 2001). Beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan yaitu suhu dan kelembaban
udara lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, besarnya persentase
kandungan air, daya pengering, efesiensi mesin pengering dan kapasitas
pengeringannya (Dhanika, 2010). Pada saat proses pengeringan suatu bahan,
perpindahan bahan dari massa bahan ke udara berlangsung dalam bentuk uap atau
terjadi pengeringan pada permukaan bahan. Setelah itu tekanan uap air pada

permukaan bahan akan menurun. Setelah kenaikan suhu terjadi pada seluruh
bagian bahan, maka terjadi pergerakan air secara difusi dari bahan ke
permukaannya dan seterusnya proses penguapan bahan pada permukaan bahan
diulang lagi sampai terjadi keseimbangan dengan udara disekitarnya (Hatta,
2019).
Petani pada umumnya masih menggunakan beragam alas penjemur gabah,
misalnya tikar, anyaman bambu, lembaran plastik, karung goni, seng dan kadang-
kadang tanpa alas (tanah, aspal) yang dapat mengakibatkan butir retak dan
bertambahnya benda asing. Dalam musim penghujan, butiran padi rusak karena
penjemuran terhambat dan terjadi akumulasi panas dalam tumpukan jagung yang
ditutup plastik karena tidak sempat diangkat dari penjemuran pada saat hujan
turun atau matahari tidak terik seperti pada malam hari atau musim penghujan .
Alat pengering hybrid energi surya dan biomassa yang telah dirancang ini belum
dilakukan pengujian kinerja berdasarkan sumber energi yang digunakan .
Pengeringan yang baik memerlukan panas yang seragam dan laju pengeringan
yang tidak terlalu cepat, agar tidak terjadi keretakan dan kadar air menjadi lebih
seragam. Syarat ini sukar dipenuhi dengan penjemuran langsung dengan matahari,

karena intensitas panas matahari sulit dikendalikan. Masalah utama pengeringan

dengan menggunakan sinar matahari adalah perubahan cuaca. Lebih-lebih


dibawah kondisi daerah tropis yang basah dimana hujan dan sinar matahari
bergantian, sehingga kehadiran pengering buatan dengan sumber energi lain
masih tetap dibutuhkan.

Ada dua macam pengeringan yaitu tradisional dan modern. Pengeringan


tradisional yang dilakukan hingga saat ini oleh masyarakat yaitu dengan
menjemur cabai rawit (Capsicum frutescen) atau hanya mengangin-anginkan saja
hingga kering, sedangkan pengeringan secara modern yaitu dengan menggunakan
alat atau mesin pengering salah satunya adalah mesin cabinet dryer.

(Kartasapoetra, 1994).Cabinet dryer merupakan pengering mekanis yang

memanfaatkan penguapan energi panas.Kelebihan dari alat pengering ini adalah


pengeringan menggunakan cabinet dryer tidak membutuhkan waktu yang lama
karena suhu yang digunakan dapat dikontrol sesuai dengan sifat fisik bahan
(Ardianto, dkk., 2016). Pengeringan ini memerlukan energi untuk memanaskan
alat pengering, mengimbangi radiasi panas yang keluar dari alat, memanskan
bahan, menguapkan air bahan serta menggerakkan udara (Jamilah et al, 2019).

Berbagai macam bentuk mesin pengering beredar di masyarakat . Mesin


pengering tipe rak (Tray Drayer) adalah salah satu tipe pengering yang sering
digunakan dalam proses pengeringan jagung. Pengeringan dengan menggunakan
mesin pengering tipe rak (Tray Drayer) adalah salah satu cara pengeringan yang
efektif. Proses pengeringan dengan tipe rak (Tray Drayer) dapat dilakukan kapan

saja atau tidak tergantung cuaca dan ruang. Selain itu, pengeringan dengan Tray

dryer tidak membutuhkan banyak tenaga kerja (Rahmat, et al, 2019).


Mesin pengering tipe rak (Tray Dryer) mempunyai bentuk persegi dan
didalamnya terdapat rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan, bahan diletakkan diatas rak yang diletakkan dalam ruang tertutup dan
hanya disediakan jenis lampu pijar 5 watt untuk mengeringkan bahan ketika hujan
turun dan malam hari tiba didalam rak, lubang-lubang untuk saluran udara masuk,
dan buzzer untuk memberitahu ketika bahan sudah kering (Sirait, 2019).
Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau pengering
kabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang
ditebarkan pada baki logam dengan ketebalan 10-100 mm . Pengeringan jenis baki
atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki
yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan panas
yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi
juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut . Rangka bak pengering
terbuat dari besi, rangka bak pengerik di bentuk dan dilas, kemudian dibuat
dinding untuk penyekat udara dari bahan plat seng dengan tebal 0,3mm . Dinding
tersebut dilengketkan pada rangka bak pengering dengan cara di revet serta
dilakukan pematrian untuk menghindari kebocoran udara panas. Kemudian plat
seng dicat dengan warna hitam buram,agar dapat menyerap panas dengan lebih
cepat. Pada bak pengering dilengkapi dengan pintu yang berguna untuk

memasukan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan. Di pintu tersebut dibuat


kaca yang mamungkinkan kita dapat mengetahui temperature tiap rak, dengan
cara melihat thermometer yang sengaja digantungkan pada setiap rak pengering .
Di bagian atas bak pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk
memperlancar sirkulasi udara pada proses pengeringan.

Gambar 3.2. Pengering tipe rak (Tray drayer).


Keterangan gambar:
1. Kipas angin 2. AC
3. Pemanas 4. Pengontrol suhu PID
5. Data taker 6. Thermocouple
7. Thermocouple bola kering 8. Thermocouple bola basah
9. Pintu kaca 10.Timbangan digital
11. Tray 12. Wadah sampel
13. Ruangan Pengering
Alat pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk persegi dan di
dalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan . Beberapa alat pengering
jenis itu rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat
pengering. Ikan-ikan diletakkan di atas rak yang terbuat dari logam dengan alas

yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang tersebut untuk mengalirkan udara

panas dan uap air. Ukuran rak yang digunakan bermacam-macam, ada yang

luasnya 200 cm2 dan ada juga yang 400 cm2 . Luas rak dan besar lubanglubang

rak tergantung pada bahan yang akan dikeringkan . Selain alat pemanas udara,
biasanya juga digunakan kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi udara dalam alat
pengering. Kipas yang digunakan mempunyai kapasitas aliran 7-15 fet per detik .
Udara setelah melewati kipas masuk ke dalam alat pemanas, pada alat tersebut
udara dipanaskan lebih dahulu kemudian dialirkan diantara rak-rak yang sudah
berisi bahan. Arah aliran udara panas di dalam alat pengering dapat dari atas ke

bawah dan juga dari bawah ke atas. Suhu yang digunakan serta waktu

pengeringan ditentukan menurut keadaan bahan. Biasanya suhu yang digunakan

berkisar antara 80-1800C. Tray dryer dapat digunakan untuk operasi dengan
keadaan vakum dan seringkali digunakan untuk operasi dengan pemanasan tidak
langsung. Uap air dikeluarkan dari alat pengering dengan pompa vakum. Alat

tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa biji-bijian .


Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya berlubang-lubang untuk
melewatkan udara panas. Bentuk bak yang digunakan ada yang persegi panjang
dan ada juga yang bulat. Bak yang bulat biasanya digunakan apabila alat

pengering menggunakan pengaduk, karena pengaduk berputar mengelilingi bak.


Kecepatan pengadukan berputar disesuaikan dengan bentuk bahan yang
dikeringkan, ketebalan bahan, serta suhu pengeringan. Biasanya putaran pengaduk

sangat lambat karena hanya berfungsi untuk menyeragamkan pengeringan . Alat


pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut :
1. Bak pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak
pengering dengan ruang tempat penyebaran udara panas (plenum
chamber).

2. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke


plenum chamber dan melewati tumpukan bahan di atasnya.

3. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar


kelembapan nisbi udara pengering menjadi turun sedangkan suhunya
naik.
Keuntungan dari alat pengering jenis itu sebagai berikut :
1. Laju pengeringan lebih cepat
2. Kemungkinan terjadinya over drying lebih kecil.
3. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan yang
dikeringkan.
Pengering mekanis tipe rak (tray dyer) ini adalah desain baru dengan
dimensi alat bagian luar yaitu panjang 100 cm; lebar 60 cm; tinggi 80 cm;
dilengkapi kaki dengan tinggi 6 cm . Sedangkan bagian dalam alat mempunyai

panjang 95 cm; lebar 55 cm; tinggi 73 cm; jumlah rak 4; jarak antara rak 16 cm .
Dimensi alat dirancang demikian untuk memenuhi skala laboratorium yang
disesuaikan dengan tempat dan jumlah produksi (Panggabean et al, 2017).
Pengering mekanis tipe rak ini dilengkapi dengan 2 buah kipas yang dipasang
diatas dan disamping kanan alat. Menurut Mukkun dan Dana (2016), kipas
dipasang dengan tujuan menarik udara lembab yang ada didalam alat pengering
agar proses pengeringan bisa dilakukan dengan baik juga berfungsi untuk
menstabilkan suhu dalam pengering. Lampu pijar 25 watt sebanyak 22 buah,
dengan posisi : atas 2 buah, kanan rak I ada 3 buah, rak II ada 3, rak III ada 2, rak
IV ada 3 dan kiri rak I ada 3, rak II ada 2, rak III ada 2, rak IV ada 3 buah . lampu
pijar digunakan karena dapat menghasilkan panas dan ekonomis untuk keperluan
waktu yang lama dan suhu yang stabil . Elemen pembuat alat pengering mekanis
tipe rak ini adalah kayu dan triplek, pada bagian dalam dilapisi plat aluminium
sebagai penghantar panas yang baik, dilengkapi dengan pintu untuk
penutup/pembuka yang dipasang kaca bening dengan ukuran panjang 29 cm; lebar
18 cm, lubang pada bagian samping kiri alat. Pada bagian luar alat pengering

dipasang tombol on, 1, 2, 3 dan 4 (Indrawati & Nofriawati, 2018).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Prinsip pengeringan pada umumnya menyangkut proses pemindahan panas


dan pemindahan massa yang terjadi secara bersamaan . Pertama-tama panas harus

ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan


air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus

ditransfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi


panas harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air
yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan

dan cara pemanasan yang digunakan. Dengan sangat terbatasnya kadar air pada
bahan yang telah dikeringkan, maka enzim-enzim yang ada pada bahan menjadi
tidak aktif dan mikroorganisme yang ada pada bahan tidak dapat tumbuh.

Gambar 3.3. Alat Pengering


Bagian-bagian alat pengeringan, sebagai berikut:

1. Elevator 5. Blower atau fan


2. Pemasukan gabah 6. Burner
3. Ruang penampung gabah 7. Pengeluar gabah kering.
4. kotak pengering

B. Saran

Saran untuk praktikum acara tiga tentang alat pengering (Dryer), yaitu
praktikan diharapkan dapat mengamati semua bagian-bagian alat pengering
(Dryer) dan selalu mendokumentasikan kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syuhada, 2001, Peralatan Pengaturan Penyeragam Temperatur untuk


Lemari Pengering, Prosiding Seminar Nasional Energi & Managemen.
45-50.
Ardianto,Jamaluddin, Wijaya, Mohammad. 2016.Perubahan Kadar Air Ubi Kayu
Selama Pengeringan Menggunakan Pengering Kabinet.Jurnal.Vol. 3
(2017): 112-116. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Makassar.
Balia, B.K. (1997). Drying and Storage of Cereal Grains, Oxford & IBH
Publishing Co. Pvt.Ltd. India
Basmal, J, Sedayu, B.B & Utomo,B.S.B, (2013). Kinerja Alat Pengering Mekanis
Type Vertikal untuk Ikan Petek (Leiognathus Sp), Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Vol. 08, No. 1, hal. 34-43
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi III. Penerjemah
Muchji Mulyohardjo. Jakarta: Universitas Indonesia.
Dhanika, RN. 2010. Studi Keragaan Mesin Pengering Sistem Hybrid pada
Pengolahan Mocaf (Modified Cassava Flour). Malang.
Estiasih dan Ahmadi.2009. pengeringan pasca panen. Gramedia. Jakarta
Hadi, Syafrul. 2015. Laju Pengeringan Kapulaga menggunakan Alat
Pengering. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 5, No. 1, Hal 49-58.
Hardjoanidjojo S, 1976.Pengantar Keteknikan Pertanian, IPB, Bogor.
Hardjosentono. 2009. Mesin-mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryadi. 1982. Mekanisme Pertanian. Genap Jaya Baru. Jakarta.
Hatta, M., Syuhada, A., & Fuadi, Z. (2019). Sistim Pengeringan Ikan Dengan
Metode Hybrid. Journal of POLIMESIN, 17(1), 9-18.
Jamilah, M., Kadirman, K., & Fadilah, R. (2019). uji kualitas bubuk cabai rawit
(capsicum frutescens) berdasarkan berat tumpukan dan lama pengeringan
menggunakan cabinet dryer. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, 5(1), 98-107.
Muhlbaeur, W. (1986). Energy in Agri. Present Status of Solar Cro Drying.
Energy in Agri, 5 ,121-137.
Mukkun, Y., & Dana, S. (2016). Pembuatan Alat Pengering Ikan Ramah
Lingkungan Dengan Menggunakan Panel Surya, Jurnal Ilmiah Flash,
Vol. 2, No 2, 47-58
Panggabean, T; Triana A.N & Hayati, A. (2017). Kinerja Pengeringan Gabah
Menggunakan Alat Pengering Tipe Rak dengan Energi Surya, Biomassa,
dan Kombinasi, Jurnal Agritech, Vol. 37, No 02, 229-235
Rao, P. S, & Mohapatra, D,. 2005. A thin Layer drying model of parboiled wheat,
journal of food engineering, 71(4), 373-378.
Sirait, R. A. (2019). Rancang Bangun Alat Pengering Ikan Tipe Rak dengan
Menggunakan Kolektor Surya Berbasis Arduino Uno Atmega 328.
Taib, G., G, Said, & S, Wiraatmadja. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan
Hasil Pertanian. Penerbit P.T. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta
Winarno. 1994. Alat dan Mesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

PENGENALAN RICE MILL UNIT

Oleh :
Ayub Pramana
A1D018059

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beras merupakan bahan makanan yang dihasilkan dari tanaman padi. Beras
juga merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Beras memiliki nilai tersendiri bagi orang yang mengkonsumsinya dan tidak
dapatmudah digantikan dengan bahan pangan yang lain. Beras adalah salah satu
bahan makanan yang mengandung gizi dan sebagai sumber tenaga bagi tubuh
manusia.
Penanganan pascapanen padi merupakan upaya sangat strategis dalam
rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca
panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan
kehilangan hasil dan tercapainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu.
Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi
padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan
sebagai cadangan. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik
fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya
mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang
memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan,
sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut
dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut
dengan beras sosoh (beras putih).
Penggilingan padi adalah tahap kegiatan setelah pengeringan, kegiatan ini
bertujuan untuk memisahkan kulit gabah yang akan menghasilkan beras putih dan
hasil sampingnya adalah dedak dan menir. Penggilingan padi ini biasanya
menggunakan huller. Penggilingan padi yang ada di masyarakat umumnya
menggunakan mesin dua tahap yaitu, mesin pecah kulit (husker) dan penyosoh
beras (polisher). Mesin pecah kulit digunakan untuk mengupas gabah dari
kulitnya dan akan menghasilkan beras pecah kulit yang selanjutnya akan
dilakukan penyosohan beras dengan mesin penyosoh dan menjadi beras putih.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:


1. Mengetahui bagian-bagian rice mill unit yang digunakan dan fungsinya.
2. Mengetahui prinsip kerja rice mill unit.
3. Mengukur laju dan rendemen penggilingan gabah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Perontokan bertujuan untuk melepaskan gabah dari malainya, dengan cara


memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai (Mejio 2008). Malai dapat
dirontok secara manual atau menggunakan alat dan mesin perontok. Proses
perontokan gabah memberikan kontribusi cukup besar terhadap kehilangan hasil
padi. Dalam pemanenan, tahapan pemotongan padi dan perontokan gabah menjadi
satu kesatuan dan upah kerja didasarkan pada hasil gabah yang diperoleh (Setyono
et al. 1995). Alat dan cara perontokan gabah dapat dikelompokkan menjadi (1)
iles/injak-injak, (2) pukul/gedig, (3) banting/gebot, (4) menggunakan pedal
thresher, dan (5) menggunakan mesin perontok (Setyono, 2010).
Penggilingan padi mekanis dikembangkan pertama kali oleh Inggris pada
tahun 1860 dengan menerapkan konsep vertikal abrasif. Pengembangan
penggilingan padi modern dipercepat dengan adanya penemuan penyosoh beras
tipe friksi engelberg pada tahun 1897. Jepang kemudian mengadopsi kedua sistem
penyosohan tersebut, dimulai tahun 1908 dan pada tahun 1960 Jepang berhasil
mengembangkan inovasi penggilingan padi kombinasi horizontal abrasif dan
friksi yang disebut dengan compass rice milling system. Temuan teknologi
penggilingan padi Jepang selanjutnya menjadi referensi dunia. Modernisasi
penggilingan padi terus berjalan walaupun prinsip dasar penyosohan tetap
bertumpu pada mekanisme penggerusan (abrasif) dan penggesekan (friksi). Pada
tahun 1975, sistem penggilingan padi dianggap menjadi lebih sempurna lagi
dengan masuknya inovasi sistem penggilingan pelembapan. Perkembangan
penggilingan padi selanjutnya lebih banyak terjadi dalam sistem otomatisasi
kendali komputer dan optik, seperti instrumen pendukung untuk pengukuran
derajat sosoh, pemisahan beras patah, dan analisis rasa beras (Thahir, 2010).
Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong terbesar di
Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja, menangani lebih
dari 40 juta ton gabah menjadi beras giling per tahun. Penggilingan padi
merupakan titik sentral agroindustri padi, karena dari sinilah diperoleh produk
utama berupa beras dan bahan baku untuk pengolahan lanjutan produk pangan dan
industri 1 . Jumlah penggilingan padi di Indonesia sebanyak 108.512 unit yang
terdiri dari 5.133 penggilingan padi besar (PPB), 39.425 pengilingan padi kecil
(PPK), 35.093 rice milling unit (RMU), 1.630 unit penggilingan padi engelberg,
14.153 unit mesin huller dan 13.178 unit mesin penyosoh beras. Jumlah ini
sekaligus menggambarkan potensi usaha penggilingan padi yang cukup besar.
Penggilingan padi yang ada tersebut, telah mengolah puluhan juta ton padi hasil
produksi petani setiap tahunnya dari lahan padi sawah dan ladang seluas kurang
lebih 11,5 juta hektar. Diperkirakan kapasitas kumulatifnya mencapai 109,5 juta
ton gabah kering giling pertahun 3. Menurut BPS 4, produksi gabah mencapai
60,3 juta ton, yang setara dengan 39,2 juta ton beras bila faktor konversinya 65
persen. Hal ini menunjukkan bahwa banyak penggilingan padi yang bekerja di
bawah kapasitas terpasangnya (Rachmat, 2012).
Proses penggilingan ini penting karena turut menentukan kualitas dan
kuantitas beras yang dihasilkan. Dalam hal ini penggunaan mesin penggiling padi
yang baik dapat meningkatkan rendemen dan mutu dari beras giling yang
dihasilkan dibandingkan dengan cara ditumbuk. Penggilingan padi sebagian besar
diusahakan oleh pengusaha swasta yang dalam hal ini adalah pengusaha-
pengusaha kecil. Sedangkan pengusahaan yang dilakukan oleh Koperasi Unit
Desa (KUD) sendiri sebagai unit usaha kelompok masyarakat belum banyak
berkembang. Hal ini menyangkut masalah investasi maupun aspek
manajemennya. Penggilingan tersebut disewakan bagi masyarakat luas untuk
memenuhi kebutuhan beras bagi konsumsi lokal. Pembayaran sewa dihitung
berdasarkan hasil beras yang digiling. Namun pada masing-masing tempat belum
ada standar yang sama untuk ongkos sewa penggilingan padi tersebut (Irawan,
2016).
Penggilingan padi skala besar, yaitu penggilingan padi yang menggunakan
tenaga penggerak lebih dari 60 HP (Horse Power) dan kapasitas produksi lebih
dari 1000 kg/j, baik menggunakan sistem kontinu maupun diskontinu. PPB sistem
kontinu terdiri dari satu unit penggiling padi lengkap, semua mesin pecah kulit,
ayakan, dan penyosoh berjalan secara kontinu, dengan kata lain masuk gabah
keluar beras giling. PBB diskontinu minimal terdiri dari empat unit mesin
pemecah kulit dan empat unit mesin penyosoh yang dioperasikan tidak sinambung
atau masih menggunakan tenaga manusia untuk me-mindahkan dari satu tahapan
pro-ses ke tahapan lain. Penggilingan padi skala sedang menggunakan tenaga
penggerak 40-60 HP, dengan kapasitas produksi 700-1000 kg/j. Umumnya PPS
terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh. PPS ini
menggunakan sistem semi kontinu, yaitu mesin pecah kulitnya kontinu,
sedangkan mesin sosoh-nya masih manual. Penggilingan padi skala kecil ialah
penggilingan padi yang menggunakan tenaga penggerak 20-40 HP, dengan
kapasitas produksi 300- 700 kg/j. Penggilingan padi manual yang terdiri dari dua
unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh ini sering disebut Rice
Milling Unit (RMU). Di pedesaan masih terdapat Huller, yaitu penggilingan padi
yang menggunakan tenaga penggerak kurang dari 20 HP dan kapasitasnya kurang
dari 300 kg/j. Huller terdiri dari satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit
penyosoh. Beras yang dihasilkan mutu gilingnya kurang baik, umumnya untuk
dikonsumsi sendiri di pedesaan (Widowati, 2001).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan adalah rice mill unit, gabah,
timbangan, kantong plastik, dan stopwatch.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan adalah:


1. Bagian-bagian rice milling unit diamati, digambar, dan fungsinya ditulis.
2. Prinsip kerja dicatat.
3. Laju penggilingan gabah diukur.
a. Laju penggilingan gabah adalah perbandingan atara berat gabah yag
digiling dengan waktu yang dibutuhkan.
3600 X w
b. q=
t
q: laju penggilingan (kg/jam)
w: berat gabah
t: waktu (detik)
4. Rendemen penggilingan dihitung (perbandingan berat beras yang dihasilkan
degan berat gabah sebelum digiling), serta persentase kotoran dengan
membandingkan berat kotoran dengan berat gabah sebelum digiling.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Gabah memiliki karakteristik bentuk yang beragam tergantung dari


varietasnya. Secara garis besar butiran-butiran gabah dapat dibedakan menjadi
tiga bagian. Bagian pertama yaitu bagian yang paling luar disebut sekam. Sekam
tersusun atas palea, lemma, dan glume. Bagian kedua disebut lapisan bekatul,
lapisan bekatul tersusun atas lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan silang.
Sedangkan bagian terakhir atau bagian terdalam disebut endosperm (AAK, 1992).
Mutu gabah kering giling (GKG) dari hasil panen dengan kondisi
pertanaman yang baik dan pemanenan sesuai kondisi lingkungan rata-rata baik
menghasilkan mutu beras baik. Beras yang dihasilkan dari putaran rol mesin
pemecah kulit yang seimbang dan tidak terlalu tinggi akan menghasilkan mutu
yang lebih baik, demikian juga dengan silinder mesin penyosoh. Selain itu
kelengkapan dan kondisi lingkungan yang baik akan memberi peluang untuk
menghasilkan beras yang bermutu baik. Sebaliknya apabila putaran terlalu besar
akan berpengaruh terhadap hasil beras giling. Jika tekanan dan deraan rol
pemecah kulit dan silinder penyosoh serta putaran yang tinggi maka akan banyak
menghasilkan butir beras patah dan butir menir (Umar, 2011).
Persentase beras kepala dan beras patah bisa disebabkan lokasi penanaman
atau penanganan pascapanen. Beras patah yang dihasilkan dari penggilingan
terjadi karena faktor gabah yang digiling memiliki kadar air rendah atau terlalu
kering. Beras patah juga dapat disebabkan oleh penyosohan, batu sosoh yang baru
dapat menghasilkan beras patah lebih tinggi. Sedangkan batu sosoh yang sudah
aus menghasilkan beras patah lebih sedikit. Beras patah dan butir menir bisa
terjadi bila pada saat proses penggilingan, gabah memiliki kadar air tinggi atau
terlalu kering (Soerjandoko, 2010).
Penggilingan gabah menjadi beras, merupakan salah satu rangkaian utama
kegiatan penanganan pascapanen padi. Teknologi penggilingan sangat
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Perbandingan
antara beras hasil gilingan terhadap gabah yang digiling disebut rendemen giling.
Penghitungan rendemen giling dapat dilakukan di lapang (rendemen lapang) atau
di Laboratorium (rendemen Laboratorium). Selisih antara rendemen Laboratorium
dan rendemen lapangan disebut susut dalam penggilingan. Susut dalam
penggilingan juga dapat dihitung dari beras yang tercecer saat proses
penggilingan. Besarnya rendemen penggilingan dan kehilangan hasil serta mutu
beras hasil penggilingan tergantung kepada tingkat kematangan biji saat dipanen.
Rendemen beras kepala tinggi diperoleh dari penggilingan gabah yang dipanen
pada saat umur optimum, yaitu 30 - 35 hari sesudah berbunga. Gabah yang
dipanen melebihi umur optimum bila digiling menghasilkan rendemen beras
kepala yang lebih sedikit. Rendemen beras kepala memiliki korelasi positif
dengan indeks kekerasan biji, selain itu keretakan gabah akibat penggunaan mesin
perontok dapat menimbulkan beras pecah/patah sewaktu digiling. Gabah pecah
atau gabah patah dapat juga disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: varietas,
pemupukan, suhu, cara pengeringan, dan kadar air penggilingan (Suparyono &
Setyono, 1993).
Unit penggilingan padi umumnya belum menerapkan sistem jaminan mutu,
bahkan sebagian besar belum mengetahui standar mutu beras, sehingga beras yang
dihasilkan bermutu rendah. Hasil penelitian di lima provinsi sentra produksi padi
menunjukkan sekitar 90% unit penggilingan padi menghasilkan beras bermutu
rendah karena kadar beras pecah lebih dari 25%. Hal ini disebabkan oleh
kesalahan penjemuran dengan ketebalan gabah sekitar 3 cm atau terlalu tipis.
Kehilangan hasil dipengaruhi oleh umur, tipe, dan tata letak mesin penggilingan.
Kehilangan hasil padi selama proses penggilingan berkisar antara 1,2-2,6%
(Setyono, 2010).
Waktu bekerjanya satu proses penggilingan (lama giling) adalah salah satu
faktor yang dapat diamati berkaitan dengan besarnya rendemen penggilingan dan
produktivitas atau kapasitas giling per hari dari suatu perusahaan penggilingan.
Dengan waktu giling yang lebih singkat maka diharapkan kapasitas giling per hari
dapat ditingkatkan. kemungkinan yang mengakibatkan susut giling pada
penggilingan padi kecil antara lain adalah tercecernya beras pecah kulit pada
waktu pengangkutan ke mesin penyosoh, terikutnya gabah dan beras pada sekam,
dan terikutnya beras dan menir pada katul atau dedak (Hasbulloh, 2011).
Penggilingan padi adalah tahap kegiatan setelah pengeringan, kegiatan ini
bertujuan untuk memisahkan kulit gabah yang akan menghasilkan beras putih dan
hasil sampingnya adalah dedak dan menir. Penggilingan padi ini biasanya
menggunakan huller. Penggilingan padi yang ada di masyarakat umumnya
menggunakan mesin dua tahap yaitu, mesin pecah kulit (husker) dan penyosoh
beras (polisher). Mesin pecah kulit digunakan untuk mengupas gabah dari
kulitnya dan akan menghasilkan beras pecah kulit yang selanjutnya akan
dilakukan penyosohan beras dengan mesin penyosoh dan menjadi beras putih
(Hasbi, 2012).
Suismono & Damardjati (2000) menyatakan bahwa pengusahaan
penggilingan padi dapat dibedakan berdasarkan teknik penggilingan yang
digunakan dalam proses produksi, antara lain:
1. Sistem penggilingan padi diskontinyu adalah sistem penggilingan padi
yang menggunakan mesin pemecah kulit dan penyosohan yang manual,
yang masih digerakkan oleh tenaga manusia.
2. Sistem penggilingan padi sistem modifikasi kontinyu adalah sistem
penggilingan padi dengan proses pemecahan kulit berasnya secara
kontinyu, tetapi proses penyosohannya dilakukan secara manual.
3. Sistem penggilingan konitinyu adalah sistem penggilingan padi yang
terdiri dari satu unit mesin penggilingan padi yang secara kontinyu
(langsung atau ban berjalan) kapasitas 1000 kilogram per jam yang
dilengkapi mesin-mesin pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak
beras pecah kulit, penyosoh beras, dan ayakan beras.
Bulog (2007) membagi penggilingan padi atas empat kelompok berdasarkan
sarana yang dimiliki dan kemampuan produksi beras, sebagai berikut:
1. Penggilingan Padi Terpadu (PPT) PPT merupakan gabungan dari
beberapa mesin yang menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai
pengolah gabah menjadi beras, dengan kapasitas lebih besar dari PPB
serta terintegrasi dengan mesin pengering dan silo penyimpanan oleh
elevator dan conveyor.
2. Penggilingan Padi Besar (PPB) PPB memiliki unit peralatan teknik yang
merupakan gabungan dari dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan
dengan kapasitas antara tiga sampai sepuluh ton GKG per jam atau
setara dengan 20 sampai 60 ton beras per hari. Sistem pengolahan PPB
minimum harus melalui empat proses utama, yaitu proses pembersihan
gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah
kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit secara berulang dua
sampai empat kali.
3. Penggilingan Padi Kecil (PPK) PPK memiliki unit peralatan teknik
gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh dengan
kapasitas lebih kecil dari satu sampai tiga ton GKG per jam atau sekitar
lima sampai20 ton beras per hari. Sistem PPK dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap.
4. Penggilingan Padi Sederhana (PPS) PPS merupakan unit peralatan
teknik baik merupakan satu unit tersendiri maupun merupakan gabungan
dari beberapa mesin, dimana proses satu sama lain dihubungkan dengan
tenaga manusia dengan kapasitas 0,5 sampai satu ton GKG per jam atau
kurang dari lima ton beras per hari. Penggilingan dikatakan sederhana
karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak mulai
menggunakan mesin penggilingan padi sampai saat ini secara turun
temurun tanpa perubahan berarti. Beberapa jenis penggilingan
sederhana, antara lain mesin tipe engelberg dan kombinasi dari beberapa
mesin khususnya husker, separator, dan polisher.
Bila ditinjau dari konstruksinya, mesin-mesin penggiling padi dapat
dikelompokan menjadi 3 yaitu penggilingan padi skala kecil (PPK), penggilingan
padi sedang atau rice milling unit (RMU) dan penggilingan padi besar atau rice
milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara ketiganya adalah pada
ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan.
Penggilingan padi yang lengkap kadang kala dilengkapi dengan pembersih gabah
sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil
sampingan dari proses penyosohan. Menurut Hadiutomo (2012) berikut adalah 3
tipe mesin penggilingan tipe skala kecil (PPK), sedang (RMU) dan besar (RMP):
1. Penggilingan padi skala kecil.
Penggilingan padi skala kecil (PPK) merupakan penggilingan padi yang
menggunakan tenaga 20 - 40 HP, dengan kapasitas produksi 300 - 700
kg/jam. Mesin yang digunakan PPK terdiri dari satu mesin pecah kulit
(husker) dan satu mesin penyosoh (polisher). Posisi mesin pecah kulit dan
penyosh PPK ini terpisah sehingga dalam proses pemindahan beras pecah
kulit dari husker ke penyosoh beras/polisher dilakukan secara manual
dengan tenaga manusia. Beras yang dihasilkan dari penggilingan padi PPK
mutu berasnya kurang baik, umumnya beras ini untuk dikonsumsi sendiri.

Gambar penggiling padi skala kecil.


2. Rice milling unit.
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi yang
kompak dan mudah dioperasikan, di mana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali. Kapasitas RMU
mempunyai kapasitas giling < 1,0 ton/jam. Mesin RMU bila dilihat
fisiknya menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun
sesungguhnya memang terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam
rancangan yang kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga
penggerak tunggal yaitu mesin diesel dengan tenaga penggerak 40 - 60
HP. Rangkaian mesin RMU terdapat bagian mesin yang berfungsi
memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi
memisahkan beras pecah kulit (BPK) dan gabah dari sekam yaitu husker.
Sedangkan mesin yang berfungsi menyosoh yang memisahkan beras hasil
pecah kulit dan dedak menjadi beras putih yaitu polisher, mesin pecah
kulit dan penyosoh tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak dan
padat, sehingga praktis dan mudah digunakan (Widowati, 2001).

Gambar rice milling unit.


3. Rice milling plant.
Rice Milling Plant (RMP) merupakan penggilingan padi tiga fase atau
lebih dengan kapsitas produksi lebih besar dari 3,0 ton gabah per jam.
RMP memiliki beberapa rangakain mesin yang terdiri dari mesin
pengering vertikal (vertical dryer), mesin pembersih gabah (cleaner),
mesin pemecah kulit (husker), mesin pemisah gabah (separator), dan
mesin penyosoh beras (polisher) sebanyak tiga unit atau lebih serta
dilengkapi dengan mesin pemisah menir (shifter). Komponen-komponen
mesin penggilingan padi jenis RMP secara umum terdiri dari mesin
pembersih kotoran gabah, mesin pemecah kulit, mesin pemisah gabah dan
beras pecah kulit, mesin pemutih (batu dan besi), mesin pengkilap beras,
mesin pemisah beras utuh, kepala, patah dan menir, timbangan dan yang
terakhir mesin pengemasan. Beras hasil dari mesin RMP menghasilkan
mutu beras SNI I atau yang disebut dengan beras kristal/premium.

Gambar rice milling plant.


Mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi di
masyarakat adalah mesin pecah kulit padi dan mesin penyosoh beras. Kedua
mesin ini yang akan mengubah gabah menjadi beras putih, fungsi dari mesin
pecah kulit adalah untuk memisahkan kulit yang melekat pada gabah yang
seterusnya akan dilakukan penyosohan, fungsi mesin penyosoh yaitu pembersihan
kulit ari pada butir beras untuk menghasilkan beras putih (Hardjosentono et al.,
2000).
1. Menggiling gabah menjadi beras sosoh, hal pertama yang dilakukan
mengupas kulit gabah/rubber roll terlebih dahulu. Syarat utama dari proses
pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling.
Gabah kering giling berarti gabah yang siap digiling yang bila diukur
dengan alat pengukur (moisture tester) akan mencapai 14%. Pada kadar air
ini gabah akan lebih mudah dalam proses penggilingan atau pengupasan
kulit gabah. Prinsip kerja rol karet saat proses pengupasan (hulling head)
terpasang dua buah rol karet yang berputar berlawanan arah, masing-
masing berputar ke arah dalam. Kedua rol duduk pada dua poros terpisah
satu sama lain yang sejajar secara horizontal. Melalui pintu masukan,
gabah akan turun dari bak penampungan dan jatuh diantara dua buah
silinder karet yang telah disetel jarak renggangnya. Gabah dengan ukuran
tertentu akan terjepit diantara kedua silinder tersebut, kulitnya akan
terkoyak sehingga gabah akan terkupas dari kulitnya dan menghasilkan
beras pecah kulit.
2. Beras pecah kulit yang dihasilkan oleh mesin pengupas gabah akan
menghasilkan butiran beras berwarna gelap kotor, kurang bercahaya
karena di bagian luarnya masih dilapisi oleh lapisan kulit ari. Kulit ari atau
lapisan bekatul (dedak halus) dapat dilepaskan dari beras pecah kulit ini,
sehingga berasnya akan nampak lebih putih, bersih dan bercahaya. Proses
pembersihan beras pecah kulit dengan menghilangkan lapisan bekatulnya
menjadi beras sosoh disebut proses penyosohan atau pemutihan beras.
Akhir dari proses ini adalah beras sosoh dengan hasil samping berupa
bekatul atau dedak halus. Beras pecah kulit yang dimasukan ke dalam
ruang penyosohan akan mengalami proses gesekan oleh silinder penyosoh,
dinding dalam ruang penyosohan beras pecah kulit akan mengalami
gesekan antara beras dengan beras dan melepaskan lapisan bekatulnya.
Terdapat dua jenis teknologi yang diterapkan saat ini oleh pabrik
penggilingan padi di Indonesia yaitu single pass dan double pass atau multiple
pass. Teknologi single pass terdiri dari sekali pemecah kulit dan sekali
penyosohan. Sedangkan double pass atau multiple pass adalah teknologi dimana
gabah setelah satu kali pecah diayak untuk memisahkan beras pecah kulit (PK)
dengan gabah yang belum menjadi PK. Jumlah unit penggilingan padi di
Indonesia sebanyak 110.611 unit, terdiri dari 5.011 penggilingan padi besar
(PPB), 39.012 penggilingan padi kecil (PPK), 38.096 rice milling unit (RMU),
2.508 penggilingan padi Engelberg (PPE), 13.321 penggilingan padi huller (H)
dan 12.663 unit penyosohan. Jumlah tersebut didominasi oleh penggilingan kecil
dan RMU yang dilihat dari kualitas maupun rendemen beras yang dihasilkan
masih sangat rendah (Utami et al., 2019).
Kehilangan hasil dalam proses penggilingan disebabkan oleh gabah ikut
terbuang bersama sekam, gabah dan beras tercecer, dimakan burung, ayam atau
tersangkut pada mesin penggilingan. Unit penggilingan padi umumnya belum
menerapkan sistem jaminan mutu, bahkan sebagian besar belum mengetahui
standar mutu beras, sehingga beras yang dihasilkan bermutu rendah. Sekitar 90%
unit penggilingan padi menghasilkan beras bermutu rendah karena kadar beras
pecah lebih dari 25%. Hal ini disebabkan oleh kesalahan penjemuran dengan
ketebalan gabah sekitar 3 cm atau terlalu tipis. Kehilangan hasil dipengaruhi oleh
umur, tipe, dan tata letak mesin penggilingan (Setyono, 2010).
Penggolongan penggilingan padi berdasarkan kapasitas kerja tidak selalu
mengindikasikan bahwa unit penggilingan padi skala yang lebih besar lebih baik
dari skala yang lebih kecil. Kedua model penggilingan padi berpeluang
menggunakan mesin penyosoh yang sama. Penggilingan padi menjadi muara
antara produksi, pengolahan primer, dan pemasaran beras. Dalam kegiatan ini
didapatkan nilai tambah gabah sebesar 400-600% dalam bentuk beras giling.
Industri penggilingan padi mampu menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja secara
langsung dan merupakan industri tertua dan pertama yang tergolong besar di
Indonesia (Thahir, 2010).
Proses penggilingan beras akan memisah sekam dari butir beras dan menjadi
bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa
yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri,
pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya
diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-12% dan beras giling antara 50-
63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut
dapat menimbulkan problem lingkungan (Patabang, 2012).
Teknologi dibidang pertanian sangat dibutuhkan untuk mempermudah dan
mempercepat proses dalam produksi hasil pertanian. Teknologi tersebut
diharapkan dapat menekan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Rice milling
merupakan salah satu teknologi penggilingan gabah yang berperan penting dalam
proses penanganan pascapanen gabah. Rice milling membantu mempercepat
proses pengolahan gabah menjadi beras mengingat kebutuhan beras di Indonesia
semakin meningkat setiap tahunnya. Penggilingan gabah yang biasa digunakan
saat ini yaitu mesin penggilingan gabah statis (menetap) dan dinamis (berjalan).
Penggilingan gabah dinamis dilengkapi dengan mobil yang sudah dimodifikasi
sebagai media transportasi untuk menawarkan jasa penggilingan, sehingga petani
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengangkutan gabah. Sementara itu,
penggilingan gabah statis membutuhkan proses pengangkutan gabah menuju
tempat penggilingan. Pengangkutan ini akan membutuhkan biaya yang lebih besar
dan waktu yang lebih lama. Penggilingan gabah dinamis dianggap lebih efektif
dibandingkan dengan penggilingan gabah statis, sehingga keberadaan
penggilingan gabah statis mulai tergantikan dengan penggilingan gabah dinamis.
Sumber energi yang digunakan pada rice milling unit, diantaranya bahan bakar,
tenaga manusia, mesin, listrik pada penggilingan statis, dan BBM mobil pada
penggilingan dinamis. Rice milling unit menggunakan diesel sebagai tenaga
penggerak (Putri et al., 2019).
Mesin Rice Milling Unit (RMU) adalah mesin pengupas kulit gabah menjadi
beras. Mesin tersebut terdiri dari satu rangkaian unit penggiling (Rice Milling
Unit) yang terdiri dari unit pengupas, penyosoh, dan pemisah sekam. Akan tetapi
ditinjau dari ukuran, mesin penggiling padi ini masih belum efisien karena ukuran
dan kapasitas yang besar (700-900 kg/jam), sehingga bersifat tetap (stasioner) dan
tidak dapat dibawa atau dipindahkan sehingga harganya mahal untuk kalangan
petani menengah kebawah (Putra et al., 2015).
Berdasarkan kapasitasnya, penggiling padi dibedakan menjadi tiga
kelompok (Widowati (2001), yaitu penggiling padi besar, penggiling padi sedang
dan penggiling padi kecil. Penggiling padi besar (PPB) adalah penggiling padi
dengan tenaga penggerak besar (> 60 HP) dan kapasitas produksi lebih dari 1000
kg/jam, baik menggunakan sistem kontinyu maupun diskontinyu. PPB sistem
kontinyu terdiri dari satu unit penggiling padi lengkap, termasuk mesin pecah
kulit, ayakan dan penyosoh, yang beroperasi secara kontinyu memproses gabah
menjadi beras giling. Penggiling padi sedang (PPS) adalah penggiling padi
dengan tenaga penggerak sedang (40-60 HP) dan kapasitas produksi mencapai
700-1000 kg/jam. Penggiling padi kecil (PPK) adalah penggiling padi bertenaga
penggerak kecil (20-40 HP), dengan kapasitas produksi 300-700 kg/jam (Ulfa et
al., 2014).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan adalah:


1. Penggilingan padi yang ada di masyarakat umumnya menggunakan mesin
dua tahap yaitu, mesin pecah kulit (husker) dan penyosoh beras (polisher).
Saat ini sudah ada bagian yang dapat memisahkan beras dengan kulitnya,
pemisah beras dengan batu atau menir, finishing unit untuk memisah beras
cacat, dan sacking untuk pengarungan beras dalam berat tertentu.
2. Prinsip kerja rice mill unit adalah dengan sumber energi berupa listrik untuk
kapasitas besar, dan motor diesel untuk kapasitas kecil. Penggiligan ini akan
memecah kulit ari lalu memproses beras hingga menjadi beras yang siap
dipasarkan.
3. Laju penggilingan gabah adalahperbandingan atara berat gabah yag digiling

3600 X w
dengan waktu yang dibutuhkan. Dihitung dengan cara q=
t

B. Saran

Rice mill unit merupakan salah satu alat yang digunakan dalam
penggilingan beras. Kebersihan alat harus dijaga sehingga alat tidak mudah rusak
dan beras yang dihasilkan juga baik.
DAFTAR PUSTAKA

Setyono, A. 2010. Perbaikan teknologi pascapanen dalam upaya menekan


kehilangan hasil padi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 3(3): 212-226.
Thahir, R. 2010. Revitalisasi penggilingan padi melalui inovasi penyosohan
mendukung swasembada beras dan persaingan global. Pengembangan
Inovasi Pertanian, 3(3): 171-183.
Hasbullah, Rokhani, Anggitha Ratri Dewi. 2011. Konfigurasi mesin penggilingan
padi untuk menekan susut dan meningkatkan rendemen giling. Prosiding
Seminar Nasional Perteta. 125-133.
Badan Urusan Logistik. 2007. Pedoman Umum Pengadaan Gabah dan Beras
Dalam Negeri Tahun 2007. Divisi Pengadaan Perum Bulog. Jakarta.
Irawan, M. R. N. 2016. Pengaruh modal usaha dan penjualan terhadap laba usaha
pada perusahaan penggilingan padi ud. Sari tani tenggerejo kedungpring
lamongan. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi, 1(2): 75-82.
Rachmat, Ridwan. 2012. Model penggilingan padi terpadu untuk meningkatkan
nilai tambah. Buletin Teknologi Pascananen Pertanian, 8 (2): 99-111.
Patabang, D. 2012. Karakteristik termal briket arang sekam padi dengan variasi
bahan perekat. Jurnal Mekanikal, 3 (2): 286-292.
Putri, R. E., Andasuryani, & Mardalena, L. 2019. Analisis perbandingan konsumsi
energi penggilinggan gabah pada rice milling unit (rmu) statis dan
dinamis. Jurnal Teknologi Pertanian, 8 (1): 29-38.
Putra, R. E., Suryaningrat, I. B., Soekarno, S. 2015. Ergonomy analysis of mobile
rice milling unit based on anthropometry aspects. Bulletin Ilmu
Pertanian, 1-6.
Utami, I. H., Kramadibrata, A. M., Widyasanti, A., Herwanto, T. 2019. Uji kinerja
dan analisis ekonomi unit penggiling padi (compact rice milling crm-10)
(studi kasus di pt. Bumr (badan usaha milik rakyat) pangan terhubung
pasirhalang, sukaraja, kabupaten sukabumi). Journal of Applied
Agricultural Science and Technology, 3 (1): 15-28.
Ulfa, R., Hariyadi, P., & Muhandri, T. 2014. Rendemen giling dan mutu beras
pada beberapa unit penggiling padi kecil keliling di kabupaten
banyuwangi. Jurnal Mutu Pangan, 1(1): 26-32.
Aak. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.
Hasbi. 2012. Perbaikan teknologi pasca panen padi di lahan sub optimal. Jurnal
Lahan Suboptimal, 1(2): 186-196.
Hadiutomo, K. 2012. Mekanisasi Pertanian. IPB Press. Bogor.
Widowati, S. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam
Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Buletin AgroBio. 4 (1): 33 -
38.
Umar, S. 2011. Pengaruh sistem penggilingan padi terhadap kualitas gilingan di
sentra produksi beras lahan pasang surut. Jurnal Teknologi Pertanian.
Vol. 7 No. 1: 9 - 17.
Suparyono & A. Setyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soerjandoko, R.N.E. 2012. Teknik pengujian mutu beras skala laboratorium.
Buletin Teknik Pertanian, 15 (2): 44 - 47.
RIWAYAT HIDUP

Nama saya Ayub Pramana dilahirkan di Berau, Kalimantan Timur pada


tanggal 10 Agustus 2000 sebagai anak ke-2 dari 2 bersaudara dari pasangan
Bapak Sutiran dan Ibu Suhaeni. Saat ini saya bertempat tinggal di
Karangwaangkal RT 02 RW 01 Purwokerto Utara. Saya memulai pendidikan
tingkat dasar di SD Negeri 003 tanjung Redeb, SD Negeri 9 Jatiwaringin, SD
Negeri 18 Tanjung Redeb dan lulus pada tahun 2012, kemudian melanjutkan ke
jenjang tingkat menengah pertama di SMP Negeri 9 Tanjung Redeb tahun 2015.
Jenjang pendidikan menengah lulus tahun 2018 di SMA Negeri 4 Berau sebelum
melanjutkan ke Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman, melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Adapula kontak saya yang dapat dihubungi melalui E-mail:
ayub.pramana8@gmail.com serta kontak line @ayub108.

Anda mungkin juga menyukai