Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRAKTIKUM MEKANISASI PERKEBUNAN

MEKANISASI DI PERKEBUNAN

Kelompok 5 :
1. Maulida Tandya Wijayanti (19.04.003)
2. Alfiana Fauziyah (19.04.010)
3. Rahmad Hidayat Daulay (19.04.020)
4. Firda Rachma Ulimvia (19.04.027)
5. Ilham Rizqi Syafrizal (19.04.039)
6. Saldi (19.04.047)
7. Putri Cahya Pertiwi (19.04.058)
8. Fadilah Wiranata Harahap (19.04.071)
9. Fitrah Kholil Harahap (19.04.096)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM DIPLOMA III
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................5

A. Pengertian Mekanisasi Perkebunan..............................................................5

B. Ruang Lingkup..............................................................................................5

C. Peranan..........................................................................................................7

D. Keunggulan...................................................................................................7

E. Kelemahan....................................................................................................8

BAB IV PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanisasi pertanian khususnya di perkebunan memiliki posisi
strategis dengan makna yang kompleks. Secara umum makna tersebut
merupakan manfaat mekanisasi itu sendiri. Pertama, peningkatan
produktivitas yang dapat dicapai dengan memberikan input yang dapat
menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Kedua, efisiensi proses yang
berarti bahwa penggunaan mekanisasi dapat meningkatkan efektivitas
proses yang berdampak pada penurunan biaya per unit. Secara ekonomi
efektivitas akan menghasilkan usaha yang lebih efisien. Ketiga,
peningkatan kualitas dan pembentukan nilai tambah. Keempat,
peningkatan pendapatan yang merupakan kontribusi penurunan biaya
produksi, meningkatnya hasil dan berkurangnya susut hasil.
Mekanisasi di dalam perkebunan merupakan salah satu cara untuk
mengolah lahan dan mengganti tenaga kerja manusia dalam rangka
meningkatkan produktivitas usaha tani. Penggunaan alat atau mesin
modern dapat mengefisienkan waktu ataupun mengurangi jumlah tenaga
kerja dibandingkan dengan sistem pertanian tradisional yang
menggunakan banyak tenaga kerja dan menghabiskan waktu yang lama
untuk menyelesaikan pekerjaan pertanian. Kemajuan dan perkembangan
mekanisasi dimulai dari tahap ke tahap. Dimulai dari perkebunan yang
masih menggunakan tenaga mekanik kasar sampai berkembang menjadi
peralatan yang ukuran dan efisiensinya lebih meningkat sehingga petani
dapat meningkatkan hasil pertanian dengan tenaga kerja dan biaya yang
lebih rendah.
Penggunaan mekanisasi dalam proses budidaya perkebunan telah
mulai diterapkan semenjak semakin berkembangnya teknologi 4.0. Akan
tetapi masih ada beberapa komoditi perkebunan yang menerapkan tenaga
manual dalam proses budidaya maupun produksinya. Penggunaan tenaga
mekanisasi atau pun manual dipertimbangkan baik dari segi modal,
sumber daya manusia, dan kondisi lahan. Oleh karena itu makalah ini

1
disusun untuk mengetahui mekanisasi di dalam perkebunan serta
kelemahan dan kekurangan mekanisasi.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari mekanisasi perkebunaan
2. Mengetahui tentang ruang lingkup dari mekanisasi di perkebunan
3. Mengetahui keunggulan dari mekanisasi perkebunan
4. Mengetahui kelemahan dari mekanisasi perkebunan.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang mempunyai peranan


yang penting dan strategis dalam perekonomian, terutama dalam meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara melalui ekspor,
penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
baku industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing serta
optimalisasi pengelolaan sumber daya alam harus diselenggarakan, dikelola,
dilindungi dan dimanfaatkan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional dan
bertanggung-jawab, sehingga mampu meningkatkan perekonomian rakyat, bangsa
dan negara. Sub sektor perkebunan mencakup semua jenis kegiatan tanaman
perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun perusahaan perkebunan.
Komoditi yang dicakup antara lain: coklat, cengkeh, karet, tebu, kelapa, kelapa
sawit, kopi, tembakau, teh, jahe, jambu mete, jarak, kapas, kapuk, kayu manis,
kemiri, kina, lada, pala, vanili, rami, serat karung serta tanaman perkebunan
lainnya. Dalam meningkatkan hasil perkebunan perlu adanya dukungan dalam
proses budidayanya sampai dengan produksinya salah satunya penerapan
mekanisasi alat-alat pertanian di perkebunan.
Mekanisasi perkebunan merupakan salah satu atau serangkaian alat yang
digunakan dalam membatu dari proses budidaya tanaman sampai dengan proses
pengolahan hasil perkebunan. Secara konseptual, mekanisasi perkebunan adalah
proses pengenalan dan penggunaan bantuan yang bersifat mekanis untuk
melangsungkan operasi perkebunan. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut
termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga
manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya.
Mekanisasi perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, meningkatkan produktivitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin juga dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas hasil, dan mengurangi
beban kerja (Aldillah, 2016).
Penggunaan mekanisasi pada subsektor perkebunan dapat membantu
pemerintah dalam menegakkan peraturan pemerintah tentang kebijakan larangan
membakar dalam membuka hutan dan lahan untuk kegiatan bercocok tanam

3
sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2001 (Khaswarina, 2018). Adanya
pembukaan lahan dengan cara dibakar dipengaruhi oleh keterbatasan tenaga kerja
dan modal yang dimiliki serta cara ini dinilai lebih mudah akan tetapi,
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga diharapkan dengan
penerapan mekanisasi dapat menekan pembakaran lahan dalam upaya pembukaan
lahan. Selain itu, dengan menerapkan mekanisasi di perkebunan dapat
menciptakan konteks “perkebunan modern”, di mana penggunaan mesin dapat
meningkatkan luas dan intensitas tanam, mempercepat pekerjaan, menekan biaya,
mengurangi losses, dan meningkatkan produksi. Produktivitas dalam bidang
pertanian maupun perkebunan dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak
faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis, teknologi yang digunakan, lahan
pertanian, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat
pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani. Selain faktor – faktor tersebut praktek
manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) juga sangat
mempengaruhi produktivitas (Wijaya, 2017). Dimana hal tersebut akan
berpengaruh terhadap hasil pendapatan yang diperoleh perusahaan dan para petani
yang membudidayakan komoditas perkebunan.
Ruang lingkup mekanisasi perkebunan mencakup mesin budidaya
perkebunan yang digunakan dari tahap pembukaan lahan, penanaman,
pemeliharaan dan panen. Juga meliputi pada bidang teknik tanah dan air (irigasi),
serta dalam bidang pengolahan hasil perkebunan.
Penerapan mekanisasi perkebunan di Indonesia masih belum mencakup
keseluruhan. Sebagian besar perkebunan yang telah menerapkan mekanisasi
dalam proses budidayanya yaitu perusahaan besar atau petani yang bermitra
dengan perusahaan tersebut. Ketidakmampuan penggunaan mekanisasi di
perkebunan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti modal, kondisi lahan, tenaga
kerja, dan tenaga ahli.

4
BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Mekanisasi Perkebunan


Mekanisasi merupakan sebuah proses penggantian dan penggunaan
berbagai macam mesin serta beragam sarana teknik yang ditujukan menjadi
alat pengganti bagi tenaga manusia maupun hewan. Dalam dunia industri, ada
mekanisasi produksi yaitu penggunaan mesin dan alat berat untuk
menghasilkan barang. Mekanisasi perkebunan merupakan salah satu atau
serangkaian alat yang digunakan dalam membatu dari proses budidaya
tanaman sampai dengan proses pengolahan hasil perkebunan. Secara
konseptual, mekanisasi perkebunan adalah proses pengenalan dan
penggunaan bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi
perkebunan.
Alat dan mesin pertanian (alsintan) sebagai salah satu bentuk
pengembangan teknologi pertanian mempunyai peranan yang sangat penting
dan strategis dalam rangka mendukung pemenuhan produksi perkebunan
yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk,
menurunnya daya dukung lahan dan rendahnya intensitas pertanaman.
Program mekanisasi pertanian salah satu sebagai bentuk pengembangan
teknologi di bidang perkebunan dimaksudkan sebagai solusi untuk mengatasi
sulitnya tenaga kerja di sektor perkebunan, efektif dan efisiensi dalam proses
budidaya tanaman perkebunan serta memaksimalkan hasil produksi yang
diperoleh dan meminimalkan losses saat panen dikarenakan tidak
terpenuhinya standar operasional yang telah ditetapkan dalam
pelaksanaannya.
Mekanisasi dalam perkebunan bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, meningkatkan produksi lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Implementasi mekanisasi pada perkebunan tentunya dinilai
lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja
manual, akan tetapi penggunaan alat alsintan harus disesuaikan dengan
modal, kondisi sosial dan budaya serta topografi dan kondisi lahan yang ada.
Mekanisasi pertanian khususnya di perkebunan memiliki posisi
strategis dengan makna yang kompleks. Secara umum makna tersebut

5
merupakan manfaat mekanisasi pertanian itu sendiri. Pertama, peningkatan
produktivitas yang dapat dicapai dengan memberikan input yang dapat
menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Kedua, efisiensi proses yang berarti
bahwa penggunaan mekanisasi dapat meningkatkan efektivitas proses yang
berdampak pada penurunan biaya per unit. Secara ekonomi efektivitas akan
menghasilkan usaha yang lebih efisien. Ketiga, peningkatan kualitas dan
pembentukan nilai tambah. Keempat, peningkatan pendapatan yang
merupakan kontribusi penurunan biaya produksi, meningkatnya hasil dan
berkurangnya susut hasil. Mekanisasi di perkebunan memberikan kontribusi
untuk menurunkan biaya produksi, meningkatnya hasil dan menurunnya susut
hasil, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan usaha tani
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mekanisasi perkebunan seiring berjalannya zaman
modern, tentunya di dalam sebuah perkebunan alat – alat mekanisasinya
semakin berkembang dengan perkembangan teknologi dan modernisasi
pertanian. Menurut Mugniesyah dan Machfud 2006, bahwa saat ini teknologi
mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen bukan
hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanisasi, namun sudah mulai
menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing,
bahkan sampai teknologi robotik. Penggunaan mesin sudah mencakup baik
untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil
pertanian. Ruang lingkup mekanisasi perkebunan meliputi beberapa bidang
antara lain:

1. Bidang mesin budidaya perkebunan


Peralatan mekanisasi semakin banyak di inovasi untuk peralatan
perkebunan sehingga tercipta alat seperti mesin penanam, mesin
pemeliharaan tanaman, dan mesin panen.
2. Bidang teknik tanah dan air
Dalam bidang ini merupakan pengolahan tanah dan air seperti
persiapan lahan dan pembuatan drainase harus menggunakan alat
mekanisasi serta pembuatan jalan. Pengolahan lahan menggunakan alat
mekanisasi dapat mempercepat proses pengerjaan, rata-rata dalam 7 jam

6
traktor dapat menyelesaikan luasan lahan 4 – 5 Ha pada setiap tahapan
pengolahan tanah.
Letak sumber air yang bersebrangan dan ketinggiannya lebih tinggi
dari pada lokasi lahan budidaya menyebabkan penggunaan teknik
gravitasi pada saat irigasi tidak efektif untuk digunakan untuk itu perlunya
digunakan alat mekanisasi seperti pompa air mekanis agar dapat mengalir
ke tempat yang memiliki letak lebih tinggi dari sumber air. Selain itu,
pemeliharaan jalan juga meliputi kegiatan pembukaan jalan baru
menggunakan alat Grader dengan cara meratakan atau menyorok tanah
yang dilakukan sebanyak 2 kali.
3. Bidang mesin pengolahan hasil perkebunan

Dengan adanya mekanisasi baik itu di perkebunan maupun di


pertanian diharapkan proses pengerjaan mulai dari pengolahan sampai
menjadi hasil perkebunan lebih mudah dan efisien.

C. Peranan
Mekanisasi pertanian mempunyai makna dalam hal umum yaitu untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan produktivitas lahan,
dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin juga
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas,
kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani, menjaga kelestarian
lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani.
Pada awal perkembangannya, mekanisasi pertanian di Indonesia
mengalami banyak hambatan baik dalam hal teknis, ekonomis, maupun
sosial. Penggunaan alat dan mesin pertanian baru mengalami peningkatan
sejak tahun 1970-an karena kesadaran petani yang semakin tinggi akan
manfaat mekanisasi pertanian. Kesadaran ini muncul bersamaan dengan
penerapan kebijakan untuk program swasembada beras pada waktu itu,
sehingga semua usaha untuk peningkatan produksi padi diupayakan dengan
prioritas tinggi, terutama pada pembangunan irigasi, penyuluhan dan
perluasan areal pencetakan sawah baru. Dari tahun ke tahun kemampuan
untuk melakukan alih teknologi di bidang alat dan mesin pertanian semakin

7
meningkat. Jika kemampuan ini diukur dengan jumlah produsen dan industri
alat dan mesin pertanian, hal ini dapat dijadikan acuan dalam capacity
transfer alih teknologi dalam memproduksi teknologi mekanisasi pertanian.
(Aldillah, 2015).
D. Keunggulan
Mekanisasi yang mencakup Teknologi dan mesin sebagai bentuk
modernisasi pada sektor pertanian dapat ditinjau sebagai salah satu solusi
pemecahan permasalahan yang kerap terjadi di perkebunan, dalam penerapan
mekanisasi tentu terdapat keunggulan-keunggulan yang oleh petani dapat
dijadikan pertimbangkan dalam penerapan mekanisasi di perkebunan, antara
lain :

1. Lebih cepat dalam melakukan proses pengolahan lahan, perawatan


komoditi, panen dan pasca panen
2. Lebih efisien dalam menekan Cost Production dibanding dengan cara
tradisional (manual)
3. Meningkatkan pendapatan karena selain menekan Cost production, juga
dapat mengurangi tingkat kehilangan hasil produksi
4. Dapat Meningkatkan produktivitas dan efisiensi pekerjaan
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi

E. Kelemahan
Sebagai komponen dalam sistem meningkatkan produktivitas hasil
tanaman, alat dan mesin pertanian yang akan digunakan di dalam perkebunan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem itu sendiri. Dinamika
perubahan yang mewarnai perkembangan agribisnis akan berpengaruh pula
pada ciri alsintan yang dibutuhkan selain itu ada pula kelemahan lain dari
mekanisasi perkebunan diantarnya yaitu:

1. Permodalan
Umumnya di Indonesia mempunyai lahan yang relatif sempit dan
kurang dalam permodalannya, sehingga tidak semua petani yang
menanam komoditi perkebunan mampu untuk membeli alsin pertanian
yang harganya relatif mahal.

8
2. Kondisi Lahan
Topogarafi lahan pertanian di Indonesia kebanyakan bergelombang
dan bergunung-gunung sehingga menyulitkan untuk dalam pengoperasian
mesin-mesin pertanian yang digunakan diperkebunan. Seperti pemupukan
pada tanaman tebu menggunakan Sufa ataupun kegiatan pembumbunan
menggunakan Teraten yang dilakukan pada kondisi lahan yang berbatu
dan memiliki banyak sungai yang mengakibatkan baut pada implement
patah terkena benturan batu saat dioperasikan dan penggunaan alat yang
tidak dapat mencakup keseluruhan luasan karena dibatasi oleh sungai
ataupun kondisi lahan yang miring.
3. Tenaga kerja
Tenaga kerja di Indonesia cukup melimpah atau banyak. Oleh
karena itu bila digantikan dengan tenaga mesin, dikhawatirkan
menimbulkan dampak pengangguran. Dampak tersebut akan berpengaruh
di bidang sosial, di lingkup perkebunan bila kegiatan budidaya dari
pengolahan lahan sampai dengan panen menggunakan mekanisasi maka
hubungan antara masyarakat dengan perusahaan akan renggang karena
jumlah tenaga kerja yang terserap dari ruang lingkup masyarakat
emplasment semakin berkurang.
4. Tenaga Ahli
Kurangnya tenaga ahli atau orang yang kompeten dalam
menangani mesin-mesin pertanian. Mengingat hal tersebut, terutama poin
nomer 3 maka perngembangan mekanisasi pertanian di Indonesia
menganut asas mekanisasi pertanian selektif, yaitu mengintrodusir alat
dan mesin pertanian yang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
mekanisasi merupakan sebuah proses pergantian dan penggunaan berbagai
macam mesin serta beragam sarana teknik yang ditujukan menjadi alat
pengganti bagi tenaga manusia maupun hewan. Ruang lingkup mekanisasi
perkebunan terbagi menjadi 3 bagian yaitu bidang mesin budidaya
perkebunan, bidang teknik tanah dan air, serta bidang mesin pengolahan hasil
perkebunan. Pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat khususnya bagi
para petani.

B. Saran
Dengan semakin majunya teknologi di bidang perkebunan diharapkan
perusahaan perkebunan khususnya dapat meningkatkan kualitas serta
menerapkan perkembangan teknologi mekanisasi pada perkebunan. Selain itu
setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan alat
mekanisasi diharapkan perusahaan perkebunan dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam mengimplementasikan alsintan di perkebunan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aldillah, R. 2016. Kinerja Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian dan Implikasinya


dalam Upaya Percepatan Produksi Pangan di Indonesia. Forum
Penelitian Agro Ekonomi 34 (2): 163 – 177.

Ginting, E. N., dan Wiratmoko, D. 2021. Potensi dan Tantangan Penerapan


Precision Farming dalam Upaya Membangun Perkebunan Kelapa
Sawit Yang Berkelanjutan. WARTA Pusat Penelitian Kelapa
Sawit 26(2): 55-66.

Khaswarina, S. dan Eliza. 2018. Analisis Keberlanjutan Perkebunan Karet di


Pulau Sarak Kabupaten Kampar Riau. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan
Humaniora 20(1): 65 – 69.

Mugniesyah, dan Machfud S. S. 2006. Peranan penyuluhan pertaian dalam


pembanguan pertanian. Bogor(ID): IPB Press
Wijaya, A. K., M. Noor, dan I. Surya. 2017. Strategi Dinas Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan dalam Meningkatkan Produktivitas
Pertanian di Kelurahan Tani Aman Kecamatan Loa Janan Ilir Kota
Samarinda. E-Journal Ilmu Pemerintahan 6 (2): 737-748.

11

Anda mungkin juga menyukai