Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“TEKNOLOGI DAN MEKANISASI PERTANIAN”

Disusun Oleh :

a
KATA PENGANTAR

Pertama dan paling utama saya panjatkan puji serta syukur kita
haturkan kehadirat Tuhan yang maha esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
tentang “Teknologi dan Mekanisasi Pertanian” dengan baik dan lancar
tanpa ada kesulitan.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada semua pihak yang telah turut memberikan bantuan kontribusi
dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, makalah ini tidak dapat saya
selesaikan dengan maksimal tanpa adanya dukungan serta bantuan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak


kekurangan, dari mulai penyusunan maupun tata bahasa penyampaian
dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati bisa
menerima saran dan kritik dari pembaca makalah ini, agar saya dapat bisa
memperbaiki serta membuat makalah ini dengan sebaik baiknya.

Saya berharap makalah ini yang saya susun bisa memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan Makalah.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

A. Teknologi Pasca Panen......................................................................3

B. mesin panen dan mesin perontok dalam pertanian............................6

C. Pengeringan Tradisional Dalam Pertanian.......................................10

D. Pengeringan Mekanis Dalam Pertanian............................................13

BAB III PENUTUP.....................................................................................15

A. Kesimpulan....................................................................................... 15

B. Saran.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Combine harvester tipe half feeding.........................................4

Gambar 2. Whole Feeding Type Combine Harvester..........................................5

Gambar 3. Mesin Thresher tipe drum tertutup............................................7

Gambar 4. Mesin Thresher.........................................................................7

Gambar 5. Mesin Dos.................................................................................9

Gambar 6. a.) Mini Combine, b.) combine.............................................................10

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan


teknologi memiliki dampak yang luar biasa terhadao kehidupan manusia.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu
mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya menjadi
lebih baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan.

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan
perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan
manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan
terbuat dari batu atau kayu yang kemudian berkembang menjadi bahan
logam. Susunan alat ini awal mulanya sederhana, kemudian sampai
ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan
dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara
langsung dapat mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian.
Sesuai dengan definisi dari mekanisasi pertanian ( agriculture
mechanization ), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah
untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian
dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut sangat diperlukan
alat mesin pertanian.

Pertanian modern atau pernaian berbudaya industri ( istilah yang


banyak dipakai saat ini ) adalah pertanian yang dikelola dengan kaidah-
kaidah industri yaitu pertanian yang berorientasi pada pasarm serba
efisien dan efektif di dalam penggunaan setiap saran ( input ) produksi
( bibit, pupuk , peralatan dan lainnya ) untuk mencapai produktivitas,
kualitas dan keuntungan yang maksimum.

v
Mekanisasi pertanian meskipun saat ini sudah dianggap sebagai suatu
kebutuhan sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan pertanian
modern, namun perlu disadari bahwa keberhasilan penerapan mekanisasi
diperlukan ketepatan teknologi dan manajemen, disamping berbagai
faktor pendukung lainnya. Sehingga mekanisasi dapat mencapai tujuan
yang dcita citakan dan bukan sebaliknya, yaitu justru menambah masalah
dan beban biaya produksi bagi petani.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka penulis bisa menentukan rumusan masalah
sebagai berikut ini :

1. Apa saja teknologi pasca panen ?


2. Apa saja mesin panen dan mesin perontok dalam pertanian ?
3. Bagaimana pengeringan tradisional ( pengeringan ) ?
4. Bagaimana pengeringan mekanis ?

C. Tujuan Makalah

1. Agar memperoleh nilai.

2. Agar dapat mengetahui teknologi, mesin dan cara pengeringan di

dalam aspek pertanian.

vi
BAB II PEMBAHASAN

A. Teknologi Pasca Panen

Pasca panen ( kegiatan setelah panen ) merupakan masa kegiatan


usaha pertanian yang paling kritis, bukan hanya curahan tenaga kerja
namun juga faktor kritis yang menyangkut masalah susut. Kehilangan
hasil dalam pertanian masih besar dan penanganan pasca panen juga
masih kurang, sehingga produk yang dihasilkan mutunya kurang baik. Jika
potensi penyerapan teknologi pasca panen dapat meningkat dengan
cukup cepat, maka susut karena rusak panen, perontokan, pengeringan
dapat ditekan serendah mungkin.

Untuk tanaman pangan ( padi, jagung dan kedelai ) teknologi


mekanisasi yang ada di pasar sebenarnya sudah tersedia cukup, namun
demikian masalah manajemen sistem mekanisasi menjadi faktor kendala
yang perlu diperhatikan terutama bagi peneliti atau perekayasa
mekanisasi, penyuluh dan praktisi yang bergerak di bidang mekanisasi.
Manajemen sistem mekanisasi meliputi seleksi mesin-mesin yang
didasarkan pada aspek engineering, agronomi, ekonomi, lingkungan fiisk,
sosio kultural dan kelembagaan.

Pada tanaman hortikultura, teknologi pasca panen mampu memberikan


dukungan untuk mempertahankan mutu pada penanganan segar,
meningkatkan nilai tambah pada dengan proses pengolahan yang benar
dan tepat, tanpa mempengaruhi rasa dan aroma. Demikian pula teknik
sensing, teknik kemasan aktif, dan berbagai penerapan teknologi
elektronik dapat membantu dalam grading, sortasi tanpa merusak (Non
Destructive Test). Prinsip-prinsip keteknikan (engineering) ini sekarang
sudah diterapkan oleh negara negara maju, dan bahkan negeri tetangga

vii
Malaysia dan Thailand untuk meningkatkan produk-produk pertaniannya
supaya dapat lebih bersaing di pasar global.

Jenis alat dan mesin panen padi yang telah berkembang di Indonesia
meliputi ani-ani, sabit, reaper, stripper, padi mower dan combine
harvester. Teknologi pemanenan padi di Indonesia sudah mengalami
perkembangan yang cukup pesat selama periode 5 tahun terakhir sejak
tahun 2012. Saat ini penggunaan jenis alat dan mesin panen padi
sederhana seperti ani-ani sudah banyak ditinggalkan petani. Penggunaan
reaper dan stripper masih kurang bisa berkembang di masyarakat, bahkan
sudah mulai ditinggalkan petani. Sejak tahun 2012 barulah mulai
berkembang mesin panen padi tipe mower ( paddy mower ) dan juga
mesin panen padi tipe kombinasi ( combine harvester ).

1. Alat teknologi Half feeding type Combine Harvester


Mesin tipe ini memotong padi pada bagian pangkal bawah
batang padi atau dikenal dengan potong panjang. Setelah dipotong,
jerami dijepit oleh bagian pembawa atau conveyer ke arah drum
thresher untuk dirontokkan. Mesin ini banyak berkembang di
negara Jepang.
Mesin panen padi tipe half feeding terdiri dari beberapa bagian
utama, yaitu komponen pemotong batang padi, pembawa hasil
potongan jerami, perontok (tipe hold-on), pencacah jerami,
penggerak dan tempat kontrol semua komponen.

Gambar 1 Combine harvester tipe half feeding

viii
Mesin ini terdapat 2 lubang pengeluaran (outlet). Outlet utama
adalah keluaran untuk padi. Outlet kedua adalah pengeluaran
potongan jerami. Kapasitas kerja lapang rata-rata mesin ini sebesar
0,06 ha/jam dan losses panen sekitar 2,85 %.
Keuntungan dari penggunaan mesin panen tipe ini adalah
pemotongan jerami dilakukan di dekat permukaan tanah. Karena
itu, setelah dipanen kondisi lahannya bersih dari jerami. Selain itu
jerami hasil panen dipotong atau dicacah menjadi halus dan
disebarkan di atas permukaan tanah.
Adapun kelemahan dari combine tipe ini adalah banyaknya
benturan dan getaran yang dialami sejak proses pemotongan dan
conveying batang padi. Akibatnya, butir padi rontok dan losses
menjadi tinggi untuk varietas padi yang memiliki sifat shattering
habitnya kecil.
2. Whole Feeding Type Combine Harvester

Mesin panen padi tipe ini dikembangkan di Amerika dan Eropa


ini awalnya digunakan untuk memanen gandum. Namun sudah
mulai diadopsi untuk memanen padi. Pemanenan padi dilakukan
dengan cara memotong padi pada bagian batang atas sampai
tengah, sekitar 20-30 cm di bawah malai padi. Hasil potongan padi
kemudian dibawa conveyor masuk ke silinder perontok. Proses
perontokan padi dengan memasukkan seluruh batang padi hasil
pemotongan ke dalam silinder perontok.

Gambar 2. Whole Feeding Type Combine Harvester

ix
Mesin panen padi tipe whole feeding mempunyai beberapa
komponen utama, antara lain pemotong padi (jerami dengan
malainya), pembawa hasil potongan padi, perontok padi (tipe
throw-in), penggerak, dan tempat kontrol semua komponen.
Terdapat 3 lubang pengeluaran (outlet), yaitu outlet 1 adalah
lubang keluaran untuk gabah, outlet 2 untuk pengeluaran jerami,
dan outlet 3 adalah lubang pengeluaran hasil kotoran. Setelah
terpotong oleh pisau pemotong, padi diangkut naik oleh screw ke
inlet perontokan, selanjutnya padi tersebut dirontokkan. Gabah
yang terpisah dari jerami diarahkan ke outlet 1. Sementara jerami
ke outlet 2 dan kotoran di outlet 3. Pada outlet 1 siap ditampung
karung yang telah disiapkan sebelum mesin dioperasikan.

Berbagai inovasi teknologi pertanian termasuk teknologi pascapanen


telah dihasilkan dan didiseminasikan kepada para petani, tetapi yang
terjadi adalah kesenjangan/gap yang makin melebar antara petani kaya
dan petani kecil. Teknologi pertanian yang dihasilkan dinilai terlalu mahal
bagi petani kecil dan mereka tidak mampu untuk menerapkannya
sehingga hanya petani kaya yang mampu menerapkannya. Kondisi ini
yang memperlebar kesenjangan produktivitas, produksi, dan pendapatan
petani.

B. mesin panen dan mesin perontok dalam pertanian

1. Mesin Thresher

Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah


pemotongan dan penumpukan. Pada tahap perontokan biasanya para
petani akan kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan
perontokan, dimana hasil perontokan yang kurang efektif dapat
mencapai lebih dari 5%. Oleh sebab itu cara perontokan padi telah
mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Dalam hal
memudahkan dan memaksimalkan hasil perontokan padi dengan

x
menggunakan mesin thresher padi otomatis, direncanakan
memberikan suatu inovasi terbaru yang dapat menekan proses
kehilangan hasil padi sekitar 3%.

Gambar 3. Mesin Thresher tipe drum tertutup

Bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat mesin tresher padi
otomatis adalah besi siku 20 x 20 x 2 mm untuk rangka, besi plat
untuk body mesin, motor bensin 6,5 HP untuk tenaga penggerak, belt
dan pully serta baling angin untuk memisahkan padi yang berisi dan
padi yang hampa.

Gambar 4. Mesin Thresher

Mesin Thresher bekerja secara optimal dalam memisahkan padi


berisi dan padi yang hampa. Dalam 1 hektar sawah yang memiliki
hasil panen sekitar 60 ton padi dengan harga 1600 rupiah, maka
penghasilan petani akan meningkat dua kali lipat dibandingkan
memakai mesin tresher lama yaitu lebih dari 19.200.000 rupiah atau
dalam 1 hari mampu merontokan padi 2 hektar untuk jam kerja 4-5
jam perhari. Mesin ini juga bisa digunakan di daerah persawahan

xi
yang memiliki kondisi tanah rawa-rawa, karena alas kaki mesin
dirancang khusus.

. Sehingga mesin ini tidak akan terbenam maupun oleng. Selain itu
mesin ini juga dilengkapi dengan sensor sebagai pembaca kecepatan
putaran mesin, oleh sebab itu akan mempermudahkan petani dalam
mengatur kecepatan putaran mesin dengan keadaan padi lembab
ataupun kering, serta mesin ini dilengkapi dengan tool box dan roda
mesin, semuanya ini khusus dirancang dan telah terlaksana dengan
maksimal.

Mesin perontok padi tenaga surya ini memiliki berbagai


keunggulan yang tentunya memudahkan para petani ketika proses
memanen padi. Mesin ini mampu merontokkan padi dari tangkai
jerami dan memisahkan bulir padi dari gabah sebanyak 40 kg dalam
satu jam. Selain membuat waktu panen menjadi lebih cepat, hasil
pemisahannya pun lebih bersih dan mulus.
Mesin ini memiliki beberapa keunggulan seperti waktu menjadi
lebih efisien, alatnya juga fleksibel sehingga mudah dibawa ke mana-
mana dan pastinya ramah lingkungan. Mesin ini mampu merontokkan
90% padi dari batangnya sehingga para petani bisa mengefisienkan
waktu panen dan tenaga.
2. Mesin Dos
Penggunaan mesin dos menggantikan proses panen secara
manual yang biasanya memakan waktu dua hari. Mesin dos menjadi
pilihan bagi mereka yang ingin memanen padi dengan cepat. Dalam
waktu setengah hari saja, petani sudah bisa menjual gabah kering
panen. penggunaan mesin dos pada panen padi masa tanam kedua
tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga memberikan manfaat
dalam hal kebersihan gabah kering panen. Padi yang dirontokkan
dengan mesin dos memiliki tingkat kebersihan yang lebih baik karena

xii
proses pengupasan gabah dari batang padi dilakukan secara
otomatis.

Gambar 5. Mesin Dos

Mesin dos juga berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas


petani. Dengan bantuan mesin tersebut, jumlah padi yang dapat
dipanen dalam sehari meningkat secara signifikan dibandingkan
dengan proses manual. Hal ini memberikan keuntungan bagi petani
dalam meningkatkan hasil panen dan pada akhirnya meningkatkan
pendapatan mereka. pada masa tanam kedua, panen padi merupakan
momen penting bagi petani. Dengan adanya penyedia jasa mesin
perontok padi atau dos, petani dapat lebih efisien dalam memanen
padi mereka dan dapat langsung menjual gabah kering panen.
Keberadaan mesin dos ini tidak hanya membantu meningkatkan
kesejahteraan petani, tetapi juga memanfaatkan teknologi pertanian
untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian secara
keseluruhan. Dengan demikian, penggunaan mesin dos telah
memberikan berkah bagi petani dan penyedia jasa mesin perontok
padi.

3. Mesin Combine dan Mini Combine

Combine dan mini combine memilki prinsip mesin yang sama yang
membedakan adalah ukurannya dan beberapa konstruksi. Untuk mesin

xiii
panen mini combine sendiri bekerja sampai pengarungan gabah yang
sudah lepas dari malaynya dan gabah sudah bersih dari kotoran dan gabah
hampa.

Gambar 6. a.) Mini Combine, b.) combine

Sedangkan pada mesin combine sendiri gabah yang sudah bersih


nantinya akan ditampung pada tempat penampungan yang disebut tangki
gabah yang isinya dapat menampung 3-5 ton gabah bersih. Jadi proses
yang dikerjakan pada mesin mini combine dan combine ini adalah
pemotongan, perontokan, pembersihan yang membedakan untuk mesin
combine sendri dilengkapi dengan alat penampungan. Jenis mesin mini
combine ini meiliki lebar pemotongan 2 dan 4 jalur sedangkan untuk
mesin combine sendiri memiliki lebar pemotongan berkisar 4 – 5 meter
dengan kapasitas kerja 2 sampai 4 jam per hektar karena ukurannya yang
cukup besar maka untuk mesin combine sendiri biasanya digunakan pada
perusahaan-perusaan besar dengan luas petakan 5 – 12 hektar.

C. Pengeringan Tradisional Dalam Pertanian

Petani masih mengeringkan hasil-hasil pertanian dengan


menggunakan metoda pengeringan tradisional yaitu penjemuran secara
langsung di bawah sinaran matahari. Metode pengeringan ini
mempunyai beberapa kelemahan seperti: memerlukan tempat

xiv
penjemuran yang luas, memerlukan waktu yang lama dan kualitas hasil
pengeringan rendah. Kualitas hasil pengeringan yang rendah memberi
dampak kepada ekonomi petani yaitu kurangnya pendapatan dan
kesejahteraan, hal ini disebabkan oleh produk yang dikeringkan
tersebut dijual dengan harga murah. Hal ini juga salah satu
penghalang program pemerintah untuk meningkatkan pendidikan
nasional karena tidak mampunya petani membiayai pendidikan anak-
anak mereka.

Pada proses pengeringan ini memerlukan terpal sebagai wadah untuk


menjemur gabah padi. Pada penelitian ini pengeringan dilakukan selama
20 Menit untuk pengambilan data. Ulasan di atas di ungkapan kepada
teori Jika suhu air makin tinggi maka pergerakan molekul dalam air akan
semakin cepat dan terjadi tumbukan antar molekul, sehingga akan
semakin mempercepat proses perpindahan massa dari cairan ke gas
(berbanding lurus). Air akan menguap sehingga kadar uap air di udara
naik (kelembaban naik) sampai mencapai titik jenuhnya.

Pengeringan tradisional merupakan sistem pengeringan tanpa bantuan


alat pengering. Dalam sektor pertanian sistem pengeringan ini umum
digunakan karena lebih hemat biaya. Pengeringan tradisional lebih
mengandalkan sinar matahari sebagai sumber tenaga sehingga proses
pengeringan akan terhenti apabila cuaca tidak mendukung seperti turun
hujan. Ini merupakan salah satu kelemahan dari pengeringan tradisional.
Selain itu, pengeringan tradisional juga membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam mengeringkan bahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dapat digolongkan


menjadi dua. Pertama, faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang
dikeringkan atau disebut faktor internal seperti ukuran bahan, kadar air
awal dari bahan dan tekanan parsial di dalam bahan. Jika kadar air awal
tinggi dan ukuran bahan besar maka diperlukan waktu yang lebih lama

xv
untuk proses pengeringan. Faktor yang kedua yang mempengaruhi
proses pengeringan adalah faktor yang berhubungan dengan udara
pengering atau disebut sebagai faktor eksternal seperti suhu, kelembaban
dan kecepatan volumetrik aliran udara pengering. Proses utama yang
terjadi pada proses pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi
apabila air yang dikandung oleh suatu bahan keluar dari bahan ke
lingkungan karena panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas ini
dapat diberikan melalui berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan
gas, arang baru ataupun tenaga surya.

Pengeringan dapat dilakukan secara alami atau konvensional


menggunakan energi matahari sebagai sumber panas. Sementara pada
penggunaan alat pengering sumber panas didapatkan dari pemanas
(heater), biomassa, tungku pemanas dan lain sebagainya. Pengeringan
konvensional umumnya masih digunakan karena cenderung lebih murah
dan sederhana untuk dilakukan tetapi dengan resiko kontaminasi bahan
yang cukup besar. Pengeringan dengan menggunakan alat pengering
memerlukan waktu yang lebih cepat dan hasil yang lebih sedikit resiko
terkontaminasi dengan bahan lain dibandingkan dengan pengeringan
konvensional, tetapi biaya produksi yang dikeluarkan cenderung lebih
besar. Kekurangan dan kelebihan ini menjadi pertimbangan untuk
penggunaannya dalam proses pengeringan bahan diantaranya bahan
yang akan dikeringkan, waktu pengeringan, biaya selama pengeringan,
produk yang dihasilkan, sehingga ketepatan antara metode dengan bahan
atau produk yang akan diproses merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas di
mana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian
bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama.

xvi
D. Pengeringan Mekanis Dalam Pertanian

Pengeringan mekanis adalah pengeringan dengan menggunakan


semacam alat untuk membantu terjadinya pengurangan kadar air pada
bahan. Di dalam penggunaan alat pengering ini perlu diperhatikan dan
diawasi yaitu pengaturan suhu, kecepatan aliran udara pengering,
kelembaban nisbi, dan tebal tumpukan bahan yang dikeringkan sehingga
hasil kering yang diharapkan dapat tercapai. Uap air yang terjadi pada
saat pengeringan akan dipindahkan dari tempat pengeringan melalui
aliran udara. Proses aliran udara ini terjadi karena terdapat perbedaan
tekanan.

Perbedaan tekanan udara ini dapat terjadi secara konveksi bebas


maupun konveksi paksa. Alat pengering pada umumnya terdiri dari tenaga
penggerak dan kipas, unit pemanas (heater) serta alat-alat kontrol.
Sebagai sumber tenaga untuk mengalirkan udara dapat digunakan motor
bakar atau motor listrik. Sumber energi yang dapat digunakan pada unit
pemanas adalah elemen pemanas listrik. Semakin tinggi suhu dan
kecepatan aliran udara pengering maka semakin cepat proses
pengeringan, hal itu disebabkan karena makin tinggi suhu udara
pengering, makin besar energi panas yang dibawa udara sehingga makin
banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang
dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka
akan semakin cepat juga massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke
atmosfir.

Pengeringan buatan dilakukan dengan menggunakan pemanasan dari


hasil pembakaran. Media udara dihembus melalui pemanas atau kontak
langsung ke produk yang dikeringkan. Pemanasan udara dapat dilakukan
secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Pada dasarnya,
pengeringan mekanis dibedakan menjadi dua macam yaitu sistem batch
(batch system) dan sistem kontinyu (continuous system). Pada

xvii
sistem batch, bijian dikeringkan dalam suatu wadah dan kontak antara
bijian dengan udara pengering lama/berulang kali. Pada sistem kontinyu,
bijian mengalir secara kontinyu dan kontak dengan udara pengering
hanya sekali saat bijian berada pada kolom/zona pengeringan saja.

Kelebihan menggunakan pengering mekanis adalah dapat


menghasilkan produk berkualitas, suhu terkendali, dan laju bisa
dipercepat. Pengeringan juga tidak tergantung iklim dan cuaca (tidak
harus siang hari tetapi bisa malam hari), cocok untuk komoditas tinggi,
serta ukuran dan kapasitas dapat dibuat besar. Sedangkan kelemahannya
adalah biaya yang tinggi terutama bahan bakar.

xviii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Persepsi masyarakat pada pemanfaatan teknologi traktor sudah


mereka rasakan bagaimana mengunakan teknologi traktor dengan proses
megolah lahan dengan begitu cepat dan dapat meningkatkan hasil
perekonomian pertanian. Selain masyarakat, pemerintah juga berperan
penting dalam pemanfaatan teknologi traktor karena tanpa campur tangan
pemerintah masyarakat tidak dapat memanfaatkan teknologi traktor
dengan sebaik-baiknya dalam mengolah lahan pertanian. . Masyarakat
petani pada pemanfaatan teknologi taktor melalui proses evaluasi maka
dapat di ketahui kelebihan dari sistem pengolahan berbasis masyarakat
ini. keterlibatan semua unsur terkait sangat di perlukan untuk
mengoptimalkan kebijakan meningkatkan kejasama di antara pemerintah
dan masyarakat yang terkait.

B. Saran

Pemerintah daerah dan dinas pertanian agar lebih memperhatikan


masyarakat khususnya yang berpropesi sebagai petani dan tidak secara
langsung mereka juga yang berperan dalam mengawasi perkembangan
para petani. Pengolahan berbasis masyarakat terhadap pemanfaatan
teknologi traktor pada wilayah pertanian perlu di optimalkan dengan cara
memberikan pengetahuan agar hasil pertanian masyarakat meningkat
sesuai dengan yang di harapkan para petani.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Ananto E. E, A. Setyono dan Sutrisno. 2003. Panduan teknis penangnan panen dan
pascapanen padi dalam system usahatani tanaman-ternak. Puslitbangtan, Bogor.

Mentri Pertanian RI, 2013. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Peraturan Menteri Pertanian nomor: 03/Kpts/Hk.060/1/2005 tentang pedoman


penyiapan dan penerapan teknologi pertanian. 2005. Jakarta (ID): Kementerian
Pertanian RI

Sulistiaji, K., 2007. Alat dan mesin (alsin) panen dan perontokan padi di Indonesia

Sudaryanto T, Rusastra IW. 2006. Kebijakan strategis usaha pertanian dalam rangka
peningkatan produksi dan pengentasan kemiskinan. J Penel Pengemb Pertan. 25(4):115-
122.

xx

Anda mungkin juga menyukai