Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL MEKANISASI PERTANIAN

DI SUSUN OLEH :

M. RAYHAN

D0B020004

DOSEN PENGAMPU :

Ir. Mukhsin, M.P.

PROGRAM STUDI D3 AGROBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
MEKANISASI PERTANIAN

1. Alasan Munculnya Mekanisasi Pertanian

Sebagaimana yang sempat saya singgung sebelumnya bahwa pertanian di Indonesia


sudah menjadi budaya dalam beberapa daerah, namun cara klasik yang dianggap sudah kurang
menguntungkan dalam hal waktu dan tenaga (terutama dalam hal waktu dan hasil), serta
berkembangnya dunia teknologi kita, maka muncullah prinsip mekanisasi pertanian itu sendiri
untuk mengatasi beberapa hal yang dianggap menjadi masalah dalam dunia pertanian.

Dengan adanya mekanisasi pertanian, diharapkan tidak terlalu menguras tenaga para
petani, proses pengerjaan yang lebih cepat dan tepat waktu, serta hasil yang didapat dalam
waktu yang lebih cepat dan lebih memuaskan.

Sehingga hal tersebut menempatkan alat dan mesin pertanian menjadi sangat penting
untuk menunjang sistem pertanian dalam setiap tahapan pertanian (mulai dari pengolahan
lahan atau tanah pertanian, pembibitan, penanaman, penyiangan, pemeliharaan, pemupukan,
pemanenan dan bahkan sampai penanganan produk pasca panen).

2. Tujuan Mekanisasi Pertanian

Secara umum, langkah mekanisasi ini bertujuan untuk:

- Meningkatkan produktifitas tenaga kerja pertanian,


- Meningkatkan produktifitas lahan pertanian.
- Menurunkan biaya produksi.
- Meningkatkan efektifitas, efisiensi, kualitas hasil, produktifitas dan mengurangi beban
kerja para petani.
- Mengurangi kerusakan pada produksi pertanian.
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
- Dan lain-lain.
3. Cara Mekanisasi Pertanian

Tujuan dari mekanisasi akan tercapai hanya jika penggunaan dan pemilihan alat yang
tepat dan penggunaan yang benar (cara mekanisasi pertanian dilakukan dengan benar). Selain
itu, persiapan pra penggunaan alat juga sangat diperlukan. Pada mekanisasi pertanian, prinsip
utamanya ialah alat memenuhi kebutuhan lahan, bukan malah sebaliknya. Sehingga dalam
artian ini, kita harus mengenal bagaimana karakteristik lahan pertanian kita, dan apa yang ia
perlukan. Barulah tentukan alat yang tepat untuk lahan tersebut.

Persiapan pra penggunaan alat mekanisai yang harus dilakukan diantaranya adalah:

- Pengelolaan lahan.
- Pengaturan dan manejemen pengairan dengan yang meliputi irigasi dan drainase.
- Pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian. Hal ini untuk mempermudah jika
memang harus membutuhkan alat yang cukup besar, dan mempermudah proses
transportasi pengiriman hasil serta kebutuhan pertanian.

Berdasarkan pengalaman dari dari beberapa Negara di Asia, bahwa cara mekanisasi pertanian
diawali dengan:

- Penataan lahan (atau konsolidasi lahan).


- Keberhasilan dalam pengendalian air (irigasi dan drainase).
- Masukan teknologi biologis dan teknologi kimia.

Berikut adalah beberapa contoh alat mekanisasi pertanian serta cara atau prinsip
penggunaannya.

1. Alat Mesin Penanam

Alat yang satu ini dapat membantu dalam proses penanaman. cara klasik yang biasa
digunakan ialah tenaga manusia dan hewan. Namun saat ini, sudah ada alat penanam
dengan sumber tenaga traktor. Meskipun tenaga penggerak yang digunakan sangat
berbeda (antara cara klasik dan dalam mekanisasi pertanian) tetapi prinsip kerjanya tetap
sama. Itu artinya, alat atau mesin tersebut memang dibuat untuk memenuhi kebutuhan
kita. Yang prinsip kerjanya meliputi:

-  Pembukaan alur atau membuat lubang.


- Mekanisme penjatuhan benih.
-  Penutupan alur atau lubang.

2. Alat Mesin Penyiangan

Alat ini digunakan untuk membantu petani dalam operasi pasca tanan. Dengan tujuan
untuk memelihara lahan dan tanaman yang telah di tanam. Prinsip kerjanya yaitu:
- Memberantas tumbuhan liar atau parasit yang merupakan tanaman pengganggu.
- Memperbaiki tanah serta mempertahankan kadar lengas tanah.
- Memacu kerja mikroorganisme di dalam tanah agar lebih aktif.
- Mengembangkan kandungan unsur hara tanah.
- Menggemburkan tanah.

Alat ini ada dua macam, yakni yang sederhana dan yang kompleks. Yang sederhana
dapat dijalankan secara manual oleh tangan manusia. Sedangkan yang lebih kompleks
lagi adalah alat yang digerakkan menggunakan traktor dengan kapasitas kerja 30-35
ha/hari.

3. Alat Mesin Pemupukan

Pemupukan dilakukan dalam dunia pertanian dengan memasukkan zat ke dalam


tanah untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman supaya lebih
optimal. Ada pula pupuk yang ditambahkan langsung pada bagian tumbuhan, atau pada
saluran irigasi sebagai tambahan nutrisi. Inilah salah satu Peran Biologi dalam Bidang
Pertanian. Sebagai petani, jika anda memahami kebutuhan tumbuhan, manfaat pupuk
dan zat-zat terkait, maka kita akan merasakan manfaat biologi di bidang pertanian.

Dalam meknisasi pertanian, dikenal pula alat yang dapat membantu petani
menyebarkan pupuknya (tentunya tetap memperhitungkan cara yang benar dalam
pemberian pupuk: di siramkan, ditaburkan atau yang lain-lain). Mesin pemupukan
dalam pertanian modern diguakan dengan menggunakan tenaga traktor, ini akan
mempercepat serta menghemat tenaga.

Selain itu, karena banyaknya jenis pupuk, perbedaan manfaat serta perbedaan
cara pengunaan, alat untuk pemupukan pun tidak hanya ada satu macam yang dengan
tenaga traktor itu tadi. Manusia tetap bisa melakukan pemupukan untuk pupuk yang
memang perle hati dalam penggunaannay.
Misalnya seperti alat pengemprot pupuk otomatis namun dapat digunakan
menggunakan tangan manusia sndiri. Karena pemasangan pupuk memang harus sangat
dihati-hati, alat yang satu ini akan membantu petani dengan aman dan nyaman tidak
perlu dikhawatirkan.

Penerapan teknologi secagai cara mekanisasi pertanian yang gagal pernah terjadi
di Srilangka yang disebabkan oleh penerapan mesin yang tidak dengan kondisi dan
karakteristik pertaniannya. hal ini berbanding terbalik dengan Jepang yang berhasil
menerapkan teknologi pertanian dengan melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi
lokal. Itulah mengapa saya katakan diawala bahwa mesin atau alat harus berprinsip
memenuhi kebutuhan lahan bukan malah sebaliknya.

Meskipun penggunaan teknologi akan sangat membantu pertanian, namun


prinsip-prinsip pertanian seperti cara mencegah hama, Cara Meningkatkan Hasil
Pertanian, dampak penggunaan pestisida dan lain-lain, harus tetap diperhatikan.

Kita (baik yang petani maupun bukan) juga harus bersama-sama mengetahui
tentang cara menjaga kesimbangan ekosistem, memperhatikan Perubahan Lingkungan
dan Pelestarian Ekosistem, menjaga Keseimbangan Ekosistem, menghindari
Pencemaran Tanah, melestarikan Pertanian Organik dan lain-lain agar alam kita dapat
terus berkembang dengan baik memenuhi Kebutuhan Makhluk Hidup. Tidak bisa
dipungkitri memang bahwa peran manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan itu
sangat dibutuhkan.

4. Pengertian mekanisasi menurut para ahli

Pengertian mekanisasi adalah sebuah proses penggantian dan penggunaan


berbagai macam mesin serta beragam sarana teknik yang ditujukan untuk menjadi alat
pengganti bagi tenaga manusia maupun hewan.

Dalam dunia industri, pengertian mekanisasi produksi adalah penggunaan mesin


dan alat berat untuk menghasilkan barang. Pada umumnya proses mekanisasi banyak
dilakukan di negara-negara yang sedang berkembang, hal ini ditujukan untuk
mendongkrak pembangunan yang sedang berlangsung di negara tersebut, di mana
segala aspek yang terkait di dalam pembangunan tersebut akan membutuhkan banyak
sekali energi di dalam pelaksanaannya.
Di Indonesia sendiri, proses mekanisasi telah dimulai sejak lama dan menjadi
kunci penting di dalam perkembangan negara kita menuju sebuah negara maju. Salah
satu mekanisasi yang berperan penting di dalam pembangunan di Indonesia adalah
mekanisasi pertanian, di mana hal ini membuat kita dapat menjadi sebuah negara
agraris.

Pengertian mekanisasi pertanian adalah sebuah wujud dari pengaplikasian


berbagai macam prinsip ilmu dan teknologi di bidang pertanian yang dilakukan dalam
bentuk pengelolaan, pengendalian dan pemrosesan di dalam sektor pertanian itu
sendiri.

Baca juga : Pengertian Mekanisasi Pertanian

Di dalam pelaksanaannya, mekanisasi ini akan melibatkan penggunaan berbagai


macam mesin secara keseluruhan atupun sebagian bidang, dengan tujuan
menggantikan tenaga manusia dan hewan.

Mekanisasi di dalam bidang pertanian tidaklah hanya mengacu kepada


penggunaan traktor dan berbagai macam alat bermotor lainnya, namun hal ini juga
terkait dengan keseluruhan alat yang digunakan untuk membantu dan menunjang
terlaksananya berbagai macam kegiatan di dalam pertanian itu sendiri.

Tujuan mekanisasi pertanian adalah:


- Mengelola dan memaksimalkan hasil produksi di dalam sektor pertanian itu sendiri.
- Mencapai target yang telah dicanangkan di dalam pertanian, hal ini menyangkut hasil
panen dan pengendalian hasil setelah panen.
- Memaksimalkan fungsi lahan pertanian, di mana akan banyak waktu pengelolaan tanah
paska panen yang bisa dihemat dan kemudian digunakan sebagai masa tanam produktif
pada lahan pertanian.
- Menghindari terjadinya gagal panen yang diakibatkan oleh kurangnya jumlah tenaga
kerja yang dimiliki oleh sektor pertanian, maka di dalam hal ini penggunaan alat-alat
pertanian modern dapat membantu dan mengurangi resiko tersebut.

Pengertian mekanisasi pertanian

Teknologi pertanian sering dipahami sebagai penggunaan mesin-mesin pertanian


lapang (mechanization) pada proses produksi pertanian, bahkan sering dipandang
sebagai traktorisasi. Pemahaman seperti itu dapat dimaklumi karena introduksi
teknologi di bidang pertanian ketika itu diawali dengan gerakan mekanisasi pertanian
untuk memacu produksi pangan terutama dengan penerapan traktor seperti percobaan
mekanisasi pertanian di Sekon Timor-Timur tahun 1946, pool-pool traktor pada tahun
1958, perusahaan bahan makanan dan pembukaan lahan tahun 1958, serta PN.
Mekatani (Mekanisasi Pertanian) tahun 1962.

Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang.


Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan
yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat
mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh
tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi
lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu
teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam
produksi pertanian. Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang
mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses
produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya
teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan
teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi
robotik. Jenis teknologi tersebut digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan,
dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian.

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan


produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos
produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban
kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa
perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan),
keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia.
Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang
disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan
Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru
memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka.

Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam
pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya
dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara
baik,sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin
pertanian. Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi
irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan
masih banyak lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara sungguh-sungguh dan
profesional.

Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal penting yang harus dilaksanakan
antara lain adalah merencanakan atau memperbaiki kondisi lahan (konsolidasi lahan).
Selain itu juga mendatangkan dan mengupayakan agar prasarana dan sarana pertanian
sampai dan tersedia di lapangan tepat waktu sehingga dapat mengakselerasi
pencapaian visi dan misi pertanian modern. Pengembangan teknologi pertanian
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita
umumnya dan petani khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika teknologi pertanian yang
cocok tersebut telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara kita, maka
ketahanan pangan atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga kemandirian
dalam hal ekonomi dan politik dapat kita wujudkan. Apabila hal tersebut benar-benar
kita miliki, maka dalam menghadapi era global nanti kita sudah punya bekal paling tidak
ketahanan pangan dalam menghadapi beberapa goncangan. Dengan ketahanan pangan
berarti bahaya kekurangan pangan atau kelaparan akibat tajamnya persaingan pada era
global dapat dihindarkan. Pada akhirnya kita punya modal kemandirian minimal dalam
satu aspek pangan dan beberapa aspek lainnya misalnya keutuhan bangsa dan
semangat untuk berkompetesi demi kemajuan bangsa yang berdaulat dan bermartabat.
MEKANISASI, PERAN DAN PENTINGNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

DI SUSUN OLEH :
M. RAYHAN
D0B020004

DOSEN PENGAMPU :

Ir. Mukhsin, M.P.

PROGRAM STUDI D3 AGROBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1. Ketersediaan tenaga kerja dan pekerjaan yang akan digarap.

Salah satu ciri pertanian modern adalah introdusir alat dan mesin dalam sistem
usahatani (budidaya dan pasca panen). Bisa dibayangkan untuk melakukan pengolahan
lahan sawah (olah tanah I dan II) untuk satu hektarnya diperlukan sekitar 40 orang
tenaga Kerja (HOK) atau malahan lebih. Atau jika dengan menggunakan bajak kerbau
per unitnya per hektarnya dibutuhkan waktu sekitar 10 – 12 hari kerja. Dengan traktor
roda dua waktu kerja bisa dipangkas menjadi 2 – 3 hari saja. Ini merupakan suatu
penghematan yang luar biasa. Apalagi saat ini mencari tenaga kerja untuk mengolah
lahan sudah sulit dan harga yang mahal. Jika upah tenaga kerja satu hari mencapai Rp.
60.000,- – Rp. 75.000,-, tentunya untuk mengolah lahan seluas satu hektarnya
memerlukan biaya sekitar Rp. 2.400.000,- sampai Rp. 3.000.000,- (untuk 40 HOK).
Sebagai contoh, jika satu hamparan lahan sawah seluas 200 hektar yang olah lahan
serentak membutuhkan tenaga kerja sebanyak 8.000 HOK. Jika diasumsikan waktu
untuk pengolahan lahan persiapan tanam berkisar interval 21 hari, maka kebutuhan
tenaga kerja berjumlah 380 orang (8.000 HOK dibagi 21 hari). Tentunya pertanyaan
berikutnya apakah tenaga kerja sebanyak itu tersedia dilokasi tersebut ? Begitu juga jika
hamparan lahan sawah luasnya menjadi 500 hektar tentunya jumlah tenaga kerja yang
tersedia harus (500 hektar x 40 HOK = 20.000 HOK), maka dibutuhkan 952 orang.

Berikut kita beralih ke penanaman, dimana untuk satu hektar sawah dibutuhkan
tenaga sebanyak 20 orang, ditambah dengan upah persiapan (mancabuik) benih
sebanyak 5 orang per hektar, jadinya total 25 orang. Dirujuk kepada luasan 200 hektar,
kita memerlukan HOK sebanyak 5.000 HOK, dibagi dengan waktu interval tanam
maksimal 21 hari, maka diperlukan tanaga kerja tanam sebanyak 238 orang. Selanjutnya
jika areal 500 hektar, tentunya kebutuhan tenaga tanam (500 hektar x 25 orang), dibagi
21 didapatkan 595 orang.

Selanjutnya kita bergeser ke proses panen, dimana untuk panen satu hektar
tanaman padi sawah (sabit dan merontok) dibutuhkan sekitar 20 orang (jika dikerjakan
dalam satu hari kerja). Jika dirujuk luasan yang ada seluas 200 hektar, maka kebutuhan
orang untuk panen tentunya 4.000 HOK. Selanjutnya jiga dibagi dengan selang waktu
mengerjakan sama dengan olah lahan yaitu 21 hari maka kebutuhan tenaga kerja adalah
190 orang. Jika luas sawah yang akan dipanen adalah 500 hektar tentunya dibutuhkan
tenaga sebanyak 476 orang. Pertanyaannya berikutnya apakah tersedia jumlah
sebanyak tersebut di lokasi?
Merujuk kepada pernyataan pada uraian pertama di atas, tentunya dapat kita
amati betapa sulitnya tenaga kerja di lapangan saat ini. Ketersediaan tenaga kerja saat
ini yang mau ke sawah didominasi oleh kaum tua dengan umur dominan 35 atau 40
tahun ke atas. Padahal dengan segitu tentunya kemampuan untuk bekerja sudah mulai
menurun.

Kenapa Perlu mekanisasi ???

Peran strategis mekanisasi dalam pembangunan pertanian diantaranya;


Pertama, proses lebih cepat.Dengan mekanisasi, kita dapat melaksanakan pengolahan
lahan, panen dan pasca panen dengan cepat. Apalagi saat ini kita perlu peningkatan
intensitas pertanaman untuk mengejar peningkatan produksi ; ke dua, lebih efisien,
kebutuhan ongkos (cost production) lebih rendah dibandingkan secara tradisional atau
manual, baik untuk olah lahan maupun untuk panen; Ketiga, menekan kehilangan hasil
dan meningkatkan nilai tambah, dengan menggunakanalsintan thresser (perontok) yang
efektif dapat menekan/menurunkan kehilangan hasil ; Keempat, meningkatkan
pendapatan. Mekanisasi pertanian memberikan kontribusi untuk menurunkan biaya
produksi, meningkatnya hasil dan menurunnya susut hasil, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan usaha tani. Namun pada dasarnya, keempat posisi strategis
mekanisasi itu menuntut prasyarat kelengkapan dan kesiapan kelembagaan dan sumber
daya manusia sebagai pelaku pembangunan.

Dalam hal pemanfaatan alsintan, ditetapkan kebijakan yang menyangkut


keterkaitan antara pemerintah, pengusaha dan akademisi (lembaga penelitian dan
perguruan tinggi) dan didalamnya diharapkan memuat beberapa hal sebagai berikut :

- Pemanfaatan dan penempatan teknologi alat dan mesin pertanian yang cocok dan
sesuai lokasi (the right machine on the right land).
- Penempatan jumlah atau rasio alsintan seasuai dengan yang dibutuhkan (lahan dan
alsintan).
- Peningkatan kemampuan SDM petani (operator) sehingga mampu mengelola alsintan
secara lebih baik, terawat dan bertahan lebih lama (mencapai umur produktif).
2. Mekanisasi yang efektif dan efisien.

Mekanisasi diharapkan dapat memecahkan masalah kekurangan tenaga kerja


yang dibutuhkan dalam usahatani, baik saat berproduksi (on-farm), panen (harvesting)
maupun pasca panen, menekan ongkos produksi, menekan kehilangan hasil menuju
efisiensi usahatani sehingga meningkatkan pendapatan petani. Berkenaan dengan
efektivitas dan efisiensi mekanisasi, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu ; 1)
ketepatan alokasi alsintan sesuai kondisi lahan (the right machine on the right land), 2)
kerapatan alsintan sesuai dengan luasan lahan yang ada (rasio jumlah alsintan dengan
luas lahan) dan 3) kesinambungan penggunaan dan perawatan sehingga mencapai umur
produktif alat.

Kesesuaian alsintan dengan kondisi lahan merupakan hal yang perlu


diperhatikan. Misalnya traktor roda dua dengan motor penggerak diesel 8,5 PK akan
efektif pada lahan sawah datar sampai lahan yang sedikit miring. Traktor roda dua 8,5
PK ini kurang efektif bila dialokasikan pada daerah yang berlereng agak besar karena
petakan sawah relatif kecil dan sulit mobilisasi antar petakan. Pada daerah yang lahan
sawahnya berlereng agak besar, akan lebih cocok dan efektif traktor roda dua motor
penggerak 6,5 PK. Begitu juga selanjutnya untuk daerah yang lebih berlereng tinggi
maka akan efektif traktor 5 PK atau jenis bensin yang lebih ringan. Sebaliknya traktor
Diesel 6,5 PK akan kurang efektif bila dialokasikan pada daerah yang datar karena
kemampuan kerja akan berkurang. Misalnya, sebagian besar (dominan) lahan sawah di
Kabupaten Padang Pariaman, Pesisir Selatan, Kota Padang, Dharmasraya, Pasaman
Barat, Agam Barat cocok dengan traktor roda dua 8,5 PK. Sebaliknya, untuk dominan
lahan sawah di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kabupaten 50 Kota, Kota
Padang Panjang, Pasaman, Solok Selatan dominan cocok traktor roda dua 6,5 PK atau
yang agak kecil 5 PK atau jenis penggerak bensin.

Disisi lain, untuk jenis lahan sawah rawa dan relatif dalam maka jenis alsintan
untuk pengolah lahan adalah hidro tiller (kura-kura). Jika dialokasikan traktor roda dua
type bajak dan cocok untuk lahan sawah dangkal tidak akan efektif dan tidak akan
bermanfaat banyak. Maka ketepatan alokasi inilah yang perlu dalam memberikan
bantuan alsintan.

Kerapatan atau rasio alsintan terhadap luas lahan sangat menentukan efektifitas
atau jam kerja alsintan. Menurut teknis, traktor roda dua kisaran rasio dalam satu
musim tanam adalah 20 – 30 hektar. Artinya dalam satu musim tanam, jumlah areal
yang dapat digarap oleh traktor roda dua berkisar minimal 20 hektar atau sampai 30
hektar. Jika dalam satu musim tanam, satu unit traktor hanya bekerja seluas 10 hektar,
artinya alsintan tersebut tidak efektif dan ada kapasitas tidak tergunakan (idle capacity)
seluas 10 hektar. Dengan demikian, maka jika dalam satu kecamatan terdapat luas lahan
sawah 1.500 hektar, maka untuk mengolahan lahan sawah cukup sebanyak 75 unit. Jika
jumlah traktor roda dua sudah mencapai 95 unit atau lebih, maka sesungguhnya sudah
terjadi kelebihan sebanyak 20 unit. Hal ini sudah dapat dikatakan bahwa sudah terjadi
pemborosan investasi (walaupun dibeli sendiri oleh petani ataupun bantuan
pemerintah) atau pemubaziran yang tentunya dana tersebut bisa digunakan untuk
kebutuhan atau bantuan jenis lain yang berguna bagi petani. Berkenaan dengan itu, jika
diamati di lapangan secara kasat mata tergambar jumlah capaian hektar kerja traktor
roda dua sudah rendah, yaitu ada yang 10 atau 12 hektar. Malahan untuk lokasi
tertentu sudah mencapai di bawah 10 atau 8 hektar (ketika ditanya kepada operator).
Hal ini tentunya sudah mengindikasikan kejenuhan traktor roda dua, dimana seharusnya
luasan cakupan kerja sekitar 20 hektar atau lebih dalam satu musim tanam.

Perawatan dan pemeliharaan alsintan juga menentukan efektivitas dan efisiensi.


Jika operator kurang memperhatikan pemeliharaan dan perawatan alsintan
(penggantian oli terlalu lama) dan secara teknis untuk setiap 100 jam kerja. Mesin tidak
akan bertahan lama dan cenderung cepat rusak. Selanjutnya juga jika alsintan sudah
memperlihatkan rusak ringan, tapi tidak dilakukan perbaikan, maka rusak ringan ini akan
menjadi rusak berat. Kalau sudah rusak berat, jam kerja akan menjadi lebih rendah dan
umur pakai alsintan menjadi rendah. Artinya seharusnya alsintan efektif digunakan lebih
dari 10 tahun (bisa mencapai 15 tahun), namaun karena tidak dirawat dan dipelihara,
maka umur produktifnya mungkin saja hanya mencapai 7 atau 8 tahun.

3. Kesimpulan

Alsintan sangat dibutuhkan sekali dalam pembangunan pertanian. Berkaitan


dengan itu, untuk mencapai efektivitas dan efisiensi alsintan, akan ditentukan
kesesuaian tipe/jenis alsintan dengan kondisi lahan (the right machine on the right
land). Selain itu, juga perlu analisis sudah sejauh mana rasio/kerapatan alsintan di suatu
daerah/wilayah. Jika kerapatan sudah melebihi kebutuhan idial tentunya akan berakibat
kepada inefisiensi sumber daya dan berakibat kontra produktif. Keberadaan alsintan
bukan hanya tidak dibutuhkan dilapangan, akan tetapi juga menjadi masalah baru,
seperti perbaikan berkala. Selanjutnya alsintan juga akan cepat rusak, karatan.
Selanjutnya akan menjadi ironis lagi, petani kurang merawat alsintan dan
sebagimmereka berpikiran dan mengira kurang merawat alsintan karena mereka
mengira akan dapat lagi bantuan di tahun mendatang.

Anda mungkin juga menyukai