DI SUSUN OLEH :
M. RAYHAN
D0B020004
DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
MEKANISASI PERTANIAN
Dengan adanya mekanisasi pertanian, diharapkan tidak terlalu menguras tenaga para
petani, proses pengerjaan yang lebih cepat dan tepat waktu, serta hasil yang didapat dalam
waktu yang lebih cepat dan lebih memuaskan.
Sehingga hal tersebut menempatkan alat dan mesin pertanian menjadi sangat penting
untuk menunjang sistem pertanian dalam setiap tahapan pertanian (mulai dari pengolahan
lahan atau tanah pertanian, pembibitan, penanaman, penyiangan, pemeliharaan, pemupukan,
pemanenan dan bahkan sampai penanganan produk pasca panen).
Tujuan dari mekanisasi akan tercapai hanya jika penggunaan dan pemilihan alat yang
tepat dan penggunaan yang benar (cara mekanisasi pertanian dilakukan dengan benar). Selain
itu, persiapan pra penggunaan alat juga sangat diperlukan. Pada mekanisasi pertanian, prinsip
utamanya ialah alat memenuhi kebutuhan lahan, bukan malah sebaliknya. Sehingga dalam
artian ini, kita harus mengenal bagaimana karakteristik lahan pertanian kita, dan apa yang ia
perlukan. Barulah tentukan alat yang tepat untuk lahan tersebut.
Persiapan pra penggunaan alat mekanisai yang harus dilakukan diantaranya adalah:
- Pengelolaan lahan.
- Pengaturan dan manejemen pengairan dengan yang meliputi irigasi dan drainase.
- Pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian. Hal ini untuk mempermudah jika
memang harus membutuhkan alat yang cukup besar, dan mempermudah proses
transportasi pengiriman hasil serta kebutuhan pertanian.
Berdasarkan pengalaman dari dari beberapa Negara di Asia, bahwa cara mekanisasi pertanian
diawali dengan:
Berikut adalah beberapa contoh alat mekanisasi pertanian serta cara atau prinsip
penggunaannya.
Alat yang satu ini dapat membantu dalam proses penanaman. cara klasik yang biasa
digunakan ialah tenaga manusia dan hewan. Namun saat ini, sudah ada alat penanam
dengan sumber tenaga traktor. Meskipun tenaga penggerak yang digunakan sangat
berbeda (antara cara klasik dan dalam mekanisasi pertanian) tetapi prinsip kerjanya tetap
sama. Itu artinya, alat atau mesin tersebut memang dibuat untuk memenuhi kebutuhan
kita. Yang prinsip kerjanya meliputi:
Alat ini digunakan untuk membantu petani dalam operasi pasca tanan. Dengan tujuan
untuk memelihara lahan dan tanaman yang telah di tanam. Prinsip kerjanya yaitu:
- Memberantas tumbuhan liar atau parasit yang merupakan tanaman pengganggu.
- Memperbaiki tanah serta mempertahankan kadar lengas tanah.
- Memacu kerja mikroorganisme di dalam tanah agar lebih aktif.
- Mengembangkan kandungan unsur hara tanah.
- Menggemburkan tanah.
Alat ini ada dua macam, yakni yang sederhana dan yang kompleks. Yang sederhana
dapat dijalankan secara manual oleh tangan manusia. Sedangkan yang lebih kompleks
lagi adalah alat yang digerakkan menggunakan traktor dengan kapasitas kerja 30-35
ha/hari.
Dalam meknisasi pertanian, dikenal pula alat yang dapat membantu petani
menyebarkan pupuknya (tentunya tetap memperhitungkan cara yang benar dalam
pemberian pupuk: di siramkan, ditaburkan atau yang lain-lain). Mesin pemupukan
dalam pertanian modern diguakan dengan menggunakan tenaga traktor, ini akan
mempercepat serta menghemat tenaga.
Selain itu, karena banyaknya jenis pupuk, perbedaan manfaat serta perbedaan
cara pengunaan, alat untuk pemupukan pun tidak hanya ada satu macam yang dengan
tenaga traktor itu tadi. Manusia tetap bisa melakukan pemupukan untuk pupuk yang
memang perle hati dalam penggunaannay.
Misalnya seperti alat pengemprot pupuk otomatis namun dapat digunakan
menggunakan tangan manusia sndiri. Karena pemasangan pupuk memang harus sangat
dihati-hati, alat yang satu ini akan membantu petani dengan aman dan nyaman tidak
perlu dikhawatirkan.
Penerapan teknologi secagai cara mekanisasi pertanian yang gagal pernah terjadi
di Srilangka yang disebabkan oleh penerapan mesin yang tidak dengan kondisi dan
karakteristik pertaniannya. hal ini berbanding terbalik dengan Jepang yang berhasil
menerapkan teknologi pertanian dengan melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi
lokal. Itulah mengapa saya katakan diawala bahwa mesin atau alat harus berprinsip
memenuhi kebutuhan lahan bukan malah sebaliknya.
Kita (baik yang petani maupun bukan) juga harus bersama-sama mengetahui
tentang cara menjaga kesimbangan ekosistem, memperhatikan Perubahan Lingkungan
dan Pelestarian Ekosistem, menjaga Keseimbangan Ekosistem, menghindari
Pencemaran Tanah, melestarikan Pertanian Organik dan lain-lain agar alam kita dapat
terus berkembang dengan baik memenuhi Kebutuhan Makhluk Hidup. Tidak bisa
dipungkitri memang bahwa peran manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan itu
sangat dibutuhkan.
Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam
pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya
dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara
baik,sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin
pertanian. Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi
irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan
masih banyak lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara sungguh-sungguh dan
profesional.
Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal penting yang harus dilaksanakan
antara lain adalah merencanakan atau memperbaiki kondisi lahan (konsolidasi lahan).
Selain itu juga mendatangkan dan mengupayakan agar prasarana dan sarana pertanian
sampai dan tersedia di lapangan tepat waktu sehingga dapat mengakselerasi
pencapaian visi dan misi pertanian modern. Pengembangan teknologi pertanian
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita
umumnya dan petani khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika teknologi pertanian yang
cocok tersebut telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara kita, maka
ketahanan pangan atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga kemandirian
dalam hal ekonomi dan politik dapat kita wujudkan. Apabila hal tersebut benar-benar
kita miliki, maka dalam menghadapi era global nanti kita sudah punya bekal paling tidak
ketahanan pangan dalam menghadapi beberapa goncangan. Dengan ketahanan pangan
berarti bahaya kekurangan pangan atau kelaparan akibat tajamnya persaingan pada era
global dapat dihindarkan. Pada akhirnya kita punya modal kemandirian minimal dalam
satu aspek pangan dan beberapa aspek lainnya misalnya keutuhan bangsa dan
semangat untuk berkompetesi demi kemajuan bangsa yang berdaulat dan bermartabat.
MEKANISASI, PERAN DAN PENTINGNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
DI SUSUN OLEH :
M. RAYHAN
D0B020004
DOSEN PENGAMPU :
Salah satu ciri pertanian modern adalah introdusir alat dan mesin dalam sistem
usahatani (budidaya dan pasca panen). Bisa dibayangkan untuk melakukan pengolahan
lahan sawah (olah tanah I dan II) untuk satu hektarnya diperlukan sekitar 40 orang
tenaga Kerja (HOK) atau malahan lebih. Atau jika dengan menggunakan bajak kerbau
per unitnya per hektarnya dibutuhkan waktu sekitar 10 – 12 hari kerja. Dengan traktor
roda dua waktu kerja bisa dipangkas menjadi 2 – 3 hari saja. Ini merupakan suatu
penghematan yang luar biasa. Apalagi saat ini mencari tenaga kerja untuk mengolah
lahan sudah sulit dan harga yang mahal. Jika upah tenaga kerja satu hari mencapai Rp.
60.000,- – Rp. 75.000,-, tentunya untuk mengolah lahan seluas satu hektarnya
memerlukan biaya sekitar Rp. 2.400.000,- sampai Rp. 3.000.000,- (untuk 40 HOK).
Sebagai contoh, jika satu hamparan lahan sawah seluas 200 hektar yang olah lahan
serentak membutuhkan tenaga kerja sebanyak 8.000 HOK. Jika diasumsikan waktu
untuk pengolahan lahan persiapan tanam berkisar interval 21 hari, maka kebutuhan
tenaga kerja berjumlah 380 orang (8.000 HOK dibagi 21 hari). Tentunya pertanyaan
berikutnya apakah tenaga kerja sebanyak itu tersedia dilokasi tersebut ? Begitu juga jika
hamparan lahan sawah luasnya menjadi 500 hektar tentunya jumlah tenaga kerja yang
tersedia harus (500 hektar x 40 HOK = 20.000 HOK), maka dibutuhkan 952 orang.
Berikut kita beralih ke penanaman, dimana untuk satu hektar sawah dibutuhkan
tenaga sebanyak 20 orang, ditambah dengan upah persiapan (mancabuik) benih
sebanyak 5 orang per hektar, jadinya total 25 orang. Dirujuk kepada luasan 200 hektar,
kita memerlukan HOK sebanyak 5.000 HOK, dibagi dengan waktu interval tanam
maksimal 21 hari, maka diperlukan tanaga kerja tanam sebanyak 238 orang. Selanjutnya
jika areal 500 hektar, tentunya kebutuhan tenaga tanam (500 hektar x 25 orang), dibagi
21 didapatkan 595 orang.
Selanjutnya kita bergeser ke proses panen, dimana untuk panen satu hektar
tanaman padi sawah (sabit dan merontok) dibutuhkan sekitar 20 orang (jika dikerjakan
dalam satu hari kerja). Jika dirujuk luasan yang ada seluas 200 hektar, maka kebutuhan
orang untuk panen tentunya 4.000 HOK. Selanjutnya jiga dibagi dengan selang waktu
mengerjakan sama dengan olah lahan yaitu 21 hari maka kebutuhan tenaga kerja adalah
190 orang. Jika luas sawah yang akan dipanen adalah 500 hektar tentunya dibutuhkan
tenaga sebanyak 476 orang. Pertanyaannya berikutnya apakah tersedia jumlah
sebanyak tersebut di lokasi?
Merujuk kepada pernyataan pada uraian pertama di atas, tentunya dapat kita
amati betapa sulitnya tenaga kerja di lapangan saat ini. Ketersediaan tenaga kerja saat
ini yang mau ke sawah didominasi oleh kaum tua dengan umur dominan 35 atau 40
tahun ke atas. Padahal dengan segitu tentunya kemampuan untuk bekerja sudah mulai
menurun.
- Pemanfaatan dan penempatan teknologi alat dan mesin pertanian yang cocok dan
sesuai lokasi (the right machine on the right land).
- Penempatan jumlah atau rasio alsintan seasuai dengan yang dibutuhkan (lahan dan
alsintan).
- Peningkatan kemampuan SDM petani (operator) sehingga mampu mengelola alsintan
secara lebih baik, terawat dan bertahan lebih lama (mencapai umur produktif).
2. Mekanisasi yang efektif dan efisien.
Disisi lain, untuk jenis lahan sawah rawa dan relatif dalam maka jenis alsintan
untuk pengolah lahan adalah hidro tiller (kura-kura). Jika dialokasikan traktor roda dua
type bajak dan cocok untuk lahan sawah dangkal tidak akan efektif dan tidak akan
bermanfaat banyak. Maka ketepatan alokasi inilah yang perlu dalam memberikan
bantuan alsintan.
Kerapatan atau rasio alsintan terhadap luas lahan sangat menentukan efektifitas
atau jam kerja alsintan. Menurut teknis, traktor roda dua kisaran rasio dalam satu
musim tanam adalah 20 – 30 hektar. Artinya dalam satu musim tanam, jumlah areal
yang dapat digarap oleh traktor roda dua berkisar minimal 20 hektar atau sampai 30
hektar. Jika dalam satu musim tanam, satu unit traktor hanya bekerja seluas 10 hektar,
artinya alsintan tersebut tidak efektif dan ada kapasitas tidak tergunakan (idle capacity)
seluas 10 hektar. Dengan demikian, maka jika dalam satu kecamatan terdapat luas lahan
sawah 1.500 hektar, maka untuk mengolahan lahan sawah cukup sebanyak 75 unit. Jika
jumlah traktor roda dua sudah mencapai 95 unit atau lebih, maka sesungguhnya sudah
terjadi kelebihan sebanyak 20 unit. Hal ini sudah dapat dikatakan bahwa sudah terjadi
pemborosan investasi (walaupun dibeli sendiri oleh petani ataupun bantuan
pemerintah) atau pemubaziran yang tentunya dana tersebut bisa digunakan untuk
kebutuhan atau bantuan jenis lain yang berguna bagi petani. Berkenaan dengan itu, jika
diamati di lapangan secara kasat mata tergambar jumlah capaian hektar kerja traktor
roda dua sudah rendah, yaitu ada yang 10 atau 12 hektar. Malahan untuk lokasi
tertentu sudah mencapai di bawah 10 atau 8 hektar (ketika ditanya kepada operator).
Hal ini tentunya sudah mengindikasikan kejenuhan traktor roda dua, dimana seharusnya
luasan cakupan kerja sekitar 20 hektar atau lebih dalam satu musim tanam.
3. Kesimpulan