Sumber Pustaka 1. Mangunwidjadja, Djumali & Sailah, Illah. 2008. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta : Penebar Sawadaya. 2. Hadiutomo, Kusno. 2012. Mekanisasi Pertanian. Bogor : IPB Press. Kontrak Perkuliahan
1. Maksimal Keterlambatan 15 menit.
2. Komponen Nilai : – Tugas Mandiri (Bobot 20%) – UTS (Bobot 40% ) – UAS ( Bobot 40% ) Rencana Pembelajaran Semester 1. Peluang, hambatan mekanisasi dan pola pengembangan mekanisasi di Indonesia 2. Tenaga untuk Mekanisasi Pertanian 3. Motor bakar torak (combution enggine) 4. Elektrifikasi dan instrumentasi pertanian (Prescission Farming) 5. Mekanisasi Pembukaan lahan dan pengolahan tanah 6. Mekanisasi pembuatan pupuk organik dan penanaman 7. Mekanisasi irigasi dan drainase 8. Mekanisasi perlindungan tanaman 9. Mekanisasi proses panen dan pasca panen 10. Pengenalan gambar teknik dan rancang bangun alat mesin pertanian 11. Bangunan dan lingkungan pertanian 12. Perbengkelan Pertanian Mekanisasi pertanian yang cocok tidak mesti harus mutakhir dan canggih, tetapi pengembangan mekanisasi pertanian tersebut harus dapat diterapkan dan dikembangkan sendiri oleh masyarakat petani kita
(Dr. Ir. H. Sumarjo Gatot Irianto, MS, D.A.A)
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian TUJUAN HARAPAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui berbagai jenis Alsintan yang
telah ada, sesuai dengan tahapan produksi pertanian 2. Mampu memilih alsintan/teknologi yang sesuai dengan kebutuhan (spesifik lokasi) 3. Mampu memilih alsintan yang ekonomis 4. Mampu mengoperasikan alsintan,melakukan perbaikan perawatan sederhana terhadap alsintan 5. Mampu merancang & membangun alsintan sederhana Pendahuluan • Program revitalisasi pertanian dititikberatkan kepada tiga pilar utama : 1. Ketahanan pangan (produktivitas) 2. Pengembangan agribisnis (efisiensi, produktivitas dan mutu produk) 3. Kesejahteraan petani (keuntungan bertambah dan berkelanjutan)
Pertanian masih menjadi mata pencaharian bagi
38 % penduduk indonesia (BPS, 2014) dan 29,46 % (BPS, 2018)
Dari ketiga pilar pembangunan pertanian, peran
mekanisasi dirasakan sangat penting dan strategis 1. (produktivitas) 2.(efisiensi, produktivitas dan mutu produk) 3.(keuntungan bertambah dan berkelanjutan) • Salah satu masalah mendasar yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di indonesia adalah rendahnya penguasaan mekanisasi pertanian (MP).
• Penguasaan MP mencakup tiga hal :
1.Penyerapan teknologi alat dan mesin pertanian (alsintan) tepat guna. Pada umumnya petani/ pelaku usaha tidak memiliki data yang memadai tentang jenis alsintan tepat guna yang bisa diserap sesuai kebutuhan
2. Penyesuaian teknologi alsintan tepat guna (rendahnya kemampuan dan
keterampilan petani/ pelaku usaha dan pengusaha alsintan dalam melakukan penyesuaian teknologi alsintan yang ada dengan kebutuhan produksinya.
3. Penciptaan/ rekayasa teknologi alsintan tepat guna. Masih rendahnya kemampuan
dan keterampilan bengkel/ pengrajin/ pabrikan dalam hal penciptaan/ rekayasa alsintan dan penerapan yang cocok dengan kebutuhan petani/ pelaku usaha BPS (2018) Pilihan teknologi alsintan yang tepat merupakan bagian yang sangat penting mengingat pilihan inilah yang akan menentukan apakah proses produksi semakin efisien, pengelolaan produksi semakin efektif, produktivitas, dan mutunya akan semakin meningkat. Fakta Kondisi Lahan Sawah di Indonesia Pengertian Mekanisasi Mekanisasi pertanian dalam arti luas identik dengan “agricultural engineering” yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang penggunaan serta pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya karya manusia dalam bidang pertanian untuk kesejahteraan manusia. Mekanisasi pertanian dalam arti sempit (agricultural mechanization) yaitu semua kegiatan penggunaan atau penerapan alat mesin pertanian baik yang digerakkan dengan tenaga manusia, hewan, motor maupun, mekanis lainnya seperti arus air dan angin untuk mengurangi kelelahan kerja, meningkatkan efisiensi dan produktivitas sehingga dapat meningkatkan mutu produk, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian. Faktor pendukung dan penghambat penerapan MP Secara singkat faktor pendukung dan penghambat penerapan MP : 1. Aspek Ekonomi 2. Aspek Sosial 3. Aspek Teknis Faktor pendukung peningkatan penerapan MP 1. Penerapan teknologi adalah suatu jalan meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan, kenyamanan kerja, kualitas kerja dan mengefisienkan penggunaan waktu dan energi. 2. Keterbatasan tenaga kerja manusia (beralih ke industri padat karya) dan tenaga hewan (berebut dengan konsumsi ternak) Faktor penghambat penerapan MP Penerapan Mekanisasi Pertanian menurut Pardede (2011) dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, yaitu :
1. Ekonomi 6. Kondisi lapangan (Faktor
Alam) 2. Teknis (Teknologi) 7. Faktor Sumber Daya Manusia 3. Fungsional dan Fasilitas penunjang operasi 4. Ergonomi 8. Sosial budaya 5. Kesehatan dan keselamatan 9. Kebijakan kerja 10. Koordinasi antar sektor 11. Informasi Permasalahan Mekanisasi Pertanian di Indonesia Terdapat sejumlah permasalahan dalam upaya pengembangan teknologi pertanian berupa alat dan mesin pertanian (alsintan) di dalam negeri yakni:
a. sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan) masih lemah,
b. pemanfaatan dan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) masih kurang,
c. skala usaha penggunaan alat dan alsintan belum memadai,
d. dukungan perbengkelan masih lemah,
e. belum mantapnya kelembagaan alsintan,
f. belum optimalnya pengelolaan alsintan di sub sektor peternakan, dan
g. masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan pengembangan alsintan
serta terbatasnya daya beli maupun permodalan akibat daya tukar produk pertanian yang makin menurun. Adapun tantangan yang dihadapi dalam Faktor Penghambat pengembangan teknologi alat dan mesin pertanian Perkembangan MP adalah: (1) menyiapkan perangkat peraturan perundangundangan tentang alsintan, Permodalan (2) menumbuh kembangkan industri dan penerapan alsintan, Kondisi Lahan (3) mengembangkan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri untuk meningkatkan efisiensi penggunaan Tenaga kerja alsintan, (4) engembangkan lembaga pengujian alsintan Tenaga Ahli yang terakreditasi di daerah dalam rangka otonomi daerah, (5) mengembangkan alsintan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan alsintan