Anda di halaman 1dari 8

Konservasi Sumberdaya Hutan Jurnal Ilmu Ilmu Kehutanan

Volume 1, Nomer 1, Tahun 2016 61 - 68

KEBERHASILAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM


REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
Yudi Hermawan1),
1)
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Malang
Sri Sulastri2),
2)
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Malang
Niniek Dyah Kusumawardani 3)
3)
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Malang

ABSTRAK
Rehabilitasi hutan dan lahan bertujuan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan
lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap
terjaga. Faktor penting yang menentukan keberhasilan RHL adalah partisipasi masyarakat. Keikutsertaan masyarakat
yang tempat tinggalnya berbatasan langsung dengan kawasan hutan lebih ditekankan agar kelompok masyarakat
memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga hutan. Tujuan penelitian untuk mengetahui mekanisme pengelolaan
program RHL Kabupaten Karangasem, mengukur keberhasilan kelompok tani dalam kegiatan RHL, mengetahui
kendala-kendala RHL di areal penanaman.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Data yang digunakan ialah data
primer dari responden dengan wawancara terstruktur, kuesioner dan observasi. Data sekunder dari instansi seperti,
Dinas Kehutanan dan Perkebunan, perpustakaan daerah dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan skoring.
Mekanisme pelaksanaan program RHL di Kabupaten Karangasem sangat dominan dengan tipe sektoralnya yang
mengarah pada kebijakan yang diakomodir dari atas. Tingkat keberhasilan Kelompok Tani Mekar Sari dalam
kegiatan RHL termasuk dalam kategori tinggi dengan skor nilai rata-rata 67,57. Kendala yang dihadapi dalam
kegiatan RHL adalah perlakuan yang salah terhadap bibit dalam proses pengangkutan, ketersediaan air yang sangat
kurang dan akses jalan menuju lokasi penanaman yang susah untuk ditempuh.
Kata kunci: Keberhasilan, Kelompok Tani, Rehabilitasi Hutan dan Lahan

SUCCESS OF FARMER GROUPS IN FOREST AND


LAND REHABILITATION PROGRAMS
ABSTRACT
Forest and land rehabilitation aims to restore, maintain, and improve the function of forests and land so that power
support, productivity and its role in supporting the system buffer life stay awake. An important factor that determines
the success of RHL is community participation. Community participation the residence directly adjacent to forest
areas more emphasised so that community groups have a responsibility to maintain the forest. The purpose of the
study to find out the mechanism of management of Karangasem Regency RHL program, measure the success of the
farmer groups in the activity of RHL, knowing the constraints of planting acreage in RHL.
Methods used in sampling purposive sampling. The data used the primary data of the respondents with the structured
interviews, questionnaires and observation. Secondary data from agencies such as the Forestry and plantations,
regional library and other institutions concerned. Further data obtained were analyzed with descriptive qualitative
methods and approaches skoring.
Program execution mechanism in RHL Karangasem Regency was dominant with type sectoral that leads to the
accommodate policy from above. The success rate of Mekar Sari farmer groups in the activity of RHL belongs in the
category of high-score average value 67,57. Obstacles faced in the activity of RHL is treatment of seeds in the
process of transportation, the availability of water is very less and the access road to the planting site hard to reached.
Keywords: Success, Farmer Groups, Forest and Land Rehabilitation

PENDAHULUAN pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan


Kawasan hutan ialah wilayah tertentu yang hasil hutan bukan kayu. (Dephutbun, 1999).
ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah Hutan dalam fungsi lindung mengalami kerusakan
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan yang sangat parah. Salah satu penyebab kerusakan
tetap. Kemudian dalam pasal 6 Undang-Undang adalah kebakaran hutan dan gunung meletus.
Nomor 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa kawasan Kebakaran hutan dan gunung meletus tersebut
hutan memiliki 3 fungsi pokok yakni konservasi, mengakibatkan penurunan luas hutan dan
lindung dan produksi. Hutan lindung adalah keanekaragaman hayati yang awalnya tersedia
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok dalam jumlah yang sangat besar menjadi
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan berkurang. Kebakaran hutan merupakan kerusakan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, yang bersifat eksplosif, artinya kerusakan
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, kebakaran terjadi dengan cepat dan sangat luas.
dan memelihara kesuburan tanah. Pemanfaatan Menurut Peraturan Pemerintah No 76 Tahun 2008
hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan,
62 Konservasi Sumberdaya Hutan Jurnal Ilmu Ilmu Kehutanan

rehabilitasi hutan dan lahan bertujuan untuk Tujuan Penelitian


memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan a. Mengetahui mekanisme pengelolaan program
fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, rehabilitasi hutan dan lahan Kabupaten
produktivitas dan peranannya dalam mendukung Karangasem.
sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. b. Mengukur keberhasilan kelompok tani dalam
Rehabilitasi hutan dan lahan pertama kali kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
dilaksanakan di Kabupaten Karangasem pada
tahun 1977 dengan istilah “Penghijauan dan
c. Mengetahui kendala-kendala rehabilitasi hutan
dan lahan di areal penanaman.
Reboisasi”. Kegiatan tersebut merupakan program
MATERI DAN METODE
nasional di seluruh Indonesia, penanggung jawab
Lokasi pelaksanaan penelitian ditentukan secara
kegiatan penghijauan dan reboisasi ialah bupati
sengaja (purposive) di Dusun Bantas, Desa
setempat, pimpinan proyek ialah kepala Dinas
Baturinggit, Kecamatan Kubu, Kabupaten
Pertanian karena saat itu Dinas Kehutanan di
Karangasem. Kecamatan Kubu dipilih karena
Kabupaten belum ada, dan untuk pimpinan
memiliki lahan kritis paling tinggi di Kabupaten
pelaksanaan ialah salah satu staf kecamatan
Karangasem. Penelitian dilaksanakan pada bulan
petugas lapangan penghijauan yang pada saat ini
Mei - Juni 2016.
disebut penyuluh kehutanan lapangan. Tugas dari
Metode yang digunakan pada penelitian ialah
penyuluh kehutanan lapangan tersebut ialah
survei dan observasi. Data yang dikumpulkan ialah
membantu dalam teknis dan administrasi dan juga
data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat/
data primer melalui wawancara yang ditujukan
kelompok tani yang mendapatkan kegiatan yaitu
kepada responden dengan menggunakan alat bantu
cara membuat bibit yang baik dan cara menanam
daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) kepada
tanaman kayu yang baik sesuai aturan yang ada.
anggota Kelompok Tani Mekar Sari di Dusun
Pada tahun 2004 program penghijauan dan
Bantas Desa Baturinggit Kecamatan Kubu
reboisasi yang dilaksanakan di Kabupaten
Kabupaten Karangasem yang berjumlah 35 orang.
Karangasem berubah menjadi program
Metode yang digunakan dalam pengambilan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
sampel dilakukan secara sensus terhadap semua
Kawasan hutan lindung Kabupaten Karangasem
anggota Kelompok Tani Mekar Sari. Data
dengan luas 14.260,43 ha, terletak di 8 (delapan)
sekunder yang diperoleh berupa data umum yang
kecamatan yakni Kecamatan Rendang, Sidemen,
ada pada instansi Dinas Kehutanan dan
Manggis, Karangasem, Abang, Bebandem, Selat
Perkebunan, Perpustakaan Daerah dan lembaga -
dan Kubu. Kawasan hutan di Kecamatan Kubu
lembaga lain yang terkait.
merupakan salah satu areal hutan yang dalam
A. Mekanisme Pengelolaan Program RHL
kondisi kritis akibat kebakaran dan gunung
Kabupaten Karangasem
meletus yang terjadi dan dianggap perlu untuk
Informasi mekanisme pengelolaan program
dilakukan rehabilitasi.
rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten
Mengingat bahwa Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Karangasem diperoleh dari hasil wawancara
menjadi kegiatan yang sangat diprioritaskan
langsung dengan petugas pelaksana kegiatan dan
dengan melibatkan berbagai pihak terkait tidak
pemerintah terkait yang dideskripsikan secara
hanya pemerintah ataupun swasta tetapi juga
kualitatif.
masyarakat luas. Faktor penting yang menentukan
B. Keberhasilan Kelompok Tani
keberhasilan RHL adalah partisipasi masyarakat
Keberhasilan kelompok tani diukur dengan tingkat
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga
partisipasi masyarakat yang dinilai melalui
evaluasi program RHL. Keikutsertaan masyarakat
keterlibatan masyarakat dalam berbagai program
yang tempat tinggalnya berbatasan langsung
kegiatan, seperti partisipasi dalam perencanaan,
dengan kawasan
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan tersebut.
hutan lebih ditekankan agar kelompok masyarakat
Menurut Daniel (2002), persentase partisipasi
yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai
dihitung dengan menggunakan rumus :
petani memiliki rasa tanggung jawab untuk
menjaga hutan. Kegiatan RHL di Dusun Bantas, P(%)=ni/N x 100%
Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu Kabupaten
Keterangan:
Karangasem masih banyak permasalahan yang
P : Persentase partisipasi
sering terjadi, seperti kebakaran hutan dan lahan,
ni : Jumlah sampel pada kategori-i (tinggi, sedang
pencurian kayu, hingga permasalahan yang belum
atau rendah)
bisa diatasi ialah kekurangan air saat musim
N : Jumlah seluruh sampel
kemarau. Oleh karenanya, perlu dikaji bagaimana
Tingkat partisipasi masyarakat dikelompokkan
keberhasilan kelompok masyarakat tersebut dalam
dalam 3 kategori, yaitu:
pelaksanaan program RHL?
Hermawan, Keberhasilan Kelompok Tani Dalam Program Rehabilitasi Hutan Dan Lahan 63

a. Tingkat partisipasi tinggi berada pada interval mekanisme perencanaan dalam kebijakan RHL di
skor 66,68 – 100 wilayah Kabupaten Karangasem lebih mengarah
b. Tingkat partisipasi sedang berada pada interval pada kebijakan yang diakomodir dari atas (top
skor 33,34 – 66,67 down planning). Prosedur tahap perencanaan
c. Tingkat partisipasi rendah berada pada interval sebagai berikut:
skor 0 – 33,33 1. Penetapan Calon Lokasi
C. Kendala-Kendala Rehabilitasi Hutan dan Lahan a. Sebelum rancangan disusun, terlebih dahulu
di Areal Penanaman dilakukan pemantapan calon lokasi tersebut
Semua informasi tentang kendala- kendala RHL yang dilaksanakan oleh Dinas terkait dan
di areal penanaman tersebut akan diperoleh BP DAS setempat, sebagaimana tertuang
melalui observasi di lapangan dan wawancara dalam RTT (Rencana Teknis Tahunan).
yang ditujukan kepada Kelompok Tani Mekar Sari, Secara lokasi reboisasi adalah kawasan
petugas pelaksana kegiatan dan pemerintah terkait hutan terdegradasi/terbuka diutamakan di
dideskripsikan secara kualitatif. wilayah hulu DAS yang tidak dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN berfungsi secara optimal dalam berproduksi
1. Mekanisme Pengelolaan Program RHL di dan perlindungan DAS. Lokasi definitif
Kabupaten Karangasem ditetapkan oleh Kepala Dinas Kehutanan
Mekanisme dan alur penyusunan program RHL dan Perkebunan Kabupaten Karangasem
dapat dilakukan secara berjenjang dari tingkat BP dan BP DAS Unda Anyar.
DAS Unda Anyar, Dinas Kehutanan dan b. Lokasi yang telah definitif, dilakukan
Perkebunan Kabupaten Karangasem, UPTD prakondisi terhadap masyarakat setempat.
Dishutbun Kecamatan Kubu dan hingga kelompok Khusus untuk reboisasi yang selanjutnya
tani. Mekanisme ini juga dapat dimanfaatkan dilakukan sosialisasi kepada kelompok tani.
dalam rangka evaluasi pelaksanaan RHL, yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
BP DAS Unda Anyar
2. Penataan Areal
Tujuan penataan areal ialah untuk menentukan
batas areal, luas, batas blok, petak dan anakan
petak serta mengidentifikasi permasalahan
Dishutbun Kabupaten
Karangasem yang berkaitan dengan penguasaan lahan.
3. Informasi Bio-Fisik dan Sosial-Ekonomi
Informasi ini ditujukan untuk memperoleh
UPTD Dishutbun kesesuaian tanaman, pola kerja, tata waktu dan
Kecamatan Kubu
tata norma kehidupan masyarakat sekitar,
sehingga dapat diperoleh rancangan dan
Individu/Petani Kelompok Tani pelaksanaan yang sesuai. Informasi ini antara
lain:
a. Bio-Fisik, meliputi situasi lapangan,
Gambar 2. Mekanisme perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program RHL di Kabupaten Karangasem.
diantaranya topografi, curah hujan/musim
tanam, tanah/lahan, jenis tanaman, sarana
Keterangan:
prasarana, pola tanam setempat.
Mekanisme perencanaan
b. Sosial-Ekonomi, antara lain demografi, hak
Mekanisme pelaksanaan
kepemilikan lahan, budaya kerja, adat
Mekanisme evaluasi
istiadat, organisasi sosial, keadaan harga,
sarana prasarana, termasuk transportasi dan
Secara umum pelaksanaan RHL di Kabupaten
komunikasi.
Karangasem dilakukan dengan 3 (tiga) tahap,
4. Pengolahan dan Analisis Data
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil survei dilakukan tabulasi,
A. Tahap Perencanaan
sortasi dan validasi informasi sebagai bahan
Alur mekanisme perencanaan program RHL
untuk penyusunan rancangan. Pola tanam
menggunakan Desentralistic mechanism.
dirancang sesuai dengan kaidah teknis RHL
Desentralistic mechanism ialah penyerahan
dan teknik konservasi tanah.
kewenangan dari pemerintah pusat kepada
5. Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
a. Sesuai dengan analisis rencana
tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan
pekerjaan/komponen kegiatan yang
aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara
dihasilkan atas hasil survei dan pengolahan
kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan sistem
data maka dilakukan analisis kebutuhan dan
perencanaan program RHL nampak bahwa
peralatan per komponen pekerjaan.
64 Konservasi Sumberdaya Hutan Jurnal Ilmu Ilmu Kehutanan

b. Berdasarkan analisis rencana pekerjaan lokal dan jenis tanaman MPTS (Multi Purpose
dihitung kebutuhan tenaga kerja, kemudian Trees Species). Adapun jenis tanaman yang
berdasarkan survei sosial ekonomi dari desa digunakan Gmelina (Gmelina arborea), mahoni
setempat dan pemenuhan tenaga kerja yang (Swietenia macrophylla), albesia (Albizia
dibutuhkan. falcataria), ampupu (Eucalyptus urophylla) dan
c. Pembuatan analisis kebutuhan (bahan, cempaka (Magnolia champaca).
peralatan dan tenaga kerja) dan harga pasar C. Monitoring dan Evaluasi
yang wajar disajikan dalam Rencana Mekanisme penilaian kinerja program RHL masih
Anggaran Biaya per komponen kegiatan. dilaksanakan secara sentralistik (sentralistic
6. Pembuatan Gambar dan Peta mechanism) berjenjang mulai dari penilaian
Hasil pengumpulan data, sket lapangan dan tingkat lapangan, kabupaten, propinsi dan pusat
buku ukur, dilakukan pengolahan dan analisis (nasional). Hasil monitoring dan evaluasi (monev)
data dan dituangkan dalam gambar dan peta. lapangan kemudian dibuatkan laporan bulanan,
a. Peta situasi skala 1 : 100.000 – 1 : 250.000 triwulan, semesteran serta tahunan dan termasuk
yang menunjukkan situasi dan letak lokasi dengan usulan tindak lanjut atas masalah yang
kegiatan pada wilayah DAS, dihadapi kelompok tani. Laporan RHL dibuat
kabupaten/kota. secara berjenjang dengan penjelasan sebagai
b. Peta rancangan yang menggambarkan peta berikut:
kerja dengan memuat batas-batas blok, 1. Laporan lapangan
petak, rencana jalan inspeksi, rencana Laporan lapangan dibuat oleh Atasan
tanam, dengan skala 1: 1.000 – 1 : 10.000. Langsung Bendaharawan, kegiatan yang
c. Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah meliputi laporan kemajuan fisik dan keuangan
perpetaan dengan inzet lokasi, ruang serta permasalahan yang ada, disampaikan
penilaian dan pengesahan peta. secara bulanan, triwulan dan tahunan sesuai
dengan format yang ada.
d. Gambar/bestek yang perlu dibuat ialah: 2. Laporan Kabupaten
1) Gubuk kerja Laporan kabupaten dibuat oleh Kepala Dinas
2) Papan nama Teknis yang mengurusi bidang Kehutanan pada
3) Tata ruang/tata letak pertanaman (pola kabupaten/kota. Laporan tersebut berisi
tanam) perkembangan kegiatan RHL pada wilayahnya,
B. Tahap Pelaksanaan permasalahan yang dihadapi, saran tindak
Mekanisme pelaksanaan program RHL dikerjakan lanjut yang tertuang dalam laporan triwulan,
langsung oleh individu/petani dan kelompok tani. laporan semesteran dan laporan tahunan.
Kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada Disamping laporan dibuat oleh Kepala Dinas
kegiatan reboisasi dilaksanakan sesuai dengan Teknis yang mengurusi bidang Kehutanan pada
jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat dan kabupaten/kota, diwajibkan pula bagi Bupati
disepakati. Tahapan pada tata waktu pelaksanaan untuk menyampaikan laporan pertanggung
penanaman meliputi: pembersihan lapangan, jawaban RHL di wilayah kerjanya yang
penentuan arah larikan, pemasangan ajir, berisikan kebijakan yang diambil, kewenangan
pembuatan lubang tanam, distribusi bibit ke lubang pelaksanaan kabupaten, masalah yang timbul
tanam, dan penanaman. serta tindak lanjut.
Penyiapan kelembagaan terutama ditujukan bagi 3. Laporan Propinsi
petani yang terbentuk dalam kelompok tani dan Laporan propinsi dibuat oleh Kepala Dinas
bekerjasama dengan pendamping (penyuluh Kehutanan Provinsi, BP DAS Unda Anyar
kehutanan lapangan) dalam rangka penguatan yang menangani RHL dan Gubernur Propinsi
kelembagaan. Pendampingan kelompok peserta yang bersangkutan. Laporan propinsi berisi
kegiatan RHL di Kabupaten Karangasem perkembangan kegiatan pada propinsi yang
dilakukan oleh penyuluh kehutanan untuk bersangkutan selama kurun waktu tertentu
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan (triwulan, semesteran dan tahunan), permasalah
kegiatan bersifat teknis di lapangan terkait yang dihadapi serta upaya penyelesaian
program RHL. Pemilihan jenis dan pengadaan masalah.
tanaman reboisasi dalam program RHL di wilayah Laporan Gubernur berisi pertanggung jawaban
Kabupaten Karangasem sepenuhnya ditentukan pelaksanaan RHL yang ada di wilayahnya yang
oleh pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang berisi kebijakan yang telah diambil, perkembangan
pengadaannya dilaksanakan berdasarkan tingkat realisasi fisik dan keuanganHermawan,
permasalahan yangKelompok Tani Dalam Pro
Keberhasilan
kesesuaian kondisi spesifik lokasi dan mempunyai dihadapi, serta upaya tindak lanjut yang diperlukan.
fungsi konservasi. Komposisi jenis tanaman terdiri
dari tanaman kayu-kayuan dan tanaman unggulan 2. Keberhasilan Kelompok Tani Dalam RHL
Tingkat Partisipasi Kelompok Tani dalam perencanaan RHL. Pembimbingan dalam
Kegiatan RHL menganalisis modal yang dibutuhkan, bibit, pupuk
Dusun Bantas merupakan akses terdekat menuju yang dibutuhkan dan semuanya itu merupakan
ke areal penanaman RHL di lokasi sumber air. materi dalam penyusunan rancangan RHL
Kondisi jalan yang berpasir dan memiliki tingkat 2. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani dalam
kemiringan yang cukup tinggi dimana jalan Tahap Pelaksanaan RHL
tersebut merupakan jalan satu-satunya menuju Distribusi tingkat partisipasi kelompok tani dalam
areal penanaman menjadi salah satu tantangan ke tahap pelaksanaan program RHL, ditunjukkan
areal penanaman. Oleh karena itu pula, pelaksana pada Tabel 8.
RHL merekrut Kelompok Tani Mekar Sari untuk Tabel 8. Distribusi tingkat partisipasi kelompok
ikut berpartisipasi dalam kegiatan RHL ini. tani dalam tahap pelaksanaan program
Tingkat partisipasi kelompok tani yang dinilai RHL
dalam penelitian ini ialah tingkat partisipasi No. Kategori
Skor Frekuensi Proporsi
kelompok tani dalam tahap perencanaan, (orang) (%)
pelaksanaan dan evaluasi program RHL. 1. Tinggi 66,68–100 27 77,14
1. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani dalam 2. Sedang 33,34–66,67 8 22,86
Tahap Perencanaan RHL 3. Rendah 0–33,33 0 0
Distribusi tingkat partisipasi kelompok tani dalam
Jumlah 35 100
tahap perencanaan program RHL, ditunjukkan
pada Tabel 7. Sumber: Data olahan pribadi, 2016
Berdasarkan pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa
tingkat partisipasi kelompok tani dalam
Tabel 7. Distribusi tingkat partisipasi kelompok pelaksanaan program RHL yang berkategori tinggi
tani dalam tahap perencanaan program sebanyak 27 orang (77,14%), kategori sedang
RHL (22,86%). Hal ini dikarenakan kegiatan dalam
Frekuensi Proporsi pelaksanaan merupakan kegiatan inti dalam
No. Kategori Skor
(orang) (%) program RHL. Selain karena merupakan kegiatan
1. Tinggi 66,68–100 4 11,43 inti, tingkat partisipasi masyarakat terhadap
2. Sedang 33,34–66,67 31 88,57 pelaksanaan RHL dimotivasi oleh manfaat yang
0–33,33 akan diperoleh kelompok tani.
3. Rendah 0 0
Bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan terdiri
Jumlah 35 100 dari 3 bagian yakni:
Sumber: Data olahan pribadi, 2016 1. Kegiatan persiapan, dilaksanakan pada bulan
Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat diketahui Maret hingga bulan Agustus tahun 2015.
bahwa tingkat partisipasi kelompok tani dalam Kegiatan ini mencakup pengangkutan bibit dari
perencanaan program RHL yang berkategori tinggi Dinas Kehutanan dan Perkebunan ke lokasi
ada sebanyak 4 orang (11,43%), kategori sedang dekat areal penanaman, pembuatan pondok
(88,57%) dan rendah (0%). Tingkat partisipasi penanaman, pembuatan papan nama,
kelompok tani dalam perencanaan program RHL pembersihan areal penanaman dan pembuatan
termasuk kategori sedang dapat dinilai dari jalur tanam.
keaktifan responden pada keanggotaan Kelompok 2. Kegiatan penanaman dilaksanakan pada bulan
Tani Mekar Sari dalam setiap pertemuan yang September tahun 2015. Kegiatan ini mencakup
diadakan, serta pengajuan ide-ide tentang pembuatan lubang tanam, pemasangan ajir dan
perencanaan program RHL yang dilaksanakan atau penanaman. Kegiatan penanaman dilakukan
bahkan anggota kelompok tani yang ikut dalam pada musim hujan dimaksudkan agar
mempersiapkan pertemuan tersebut masih rendah kebutuhan bibit terhadap air tercukupi.
dengan skor jawaban hasil wawancara sebagian 3. Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan pasca
besar anggota kelompok tani menjawab tidak kegiatan penanaman. Kegiatan ini mencakup
pernah, yaitu skor nol (0). pemeliharaan tanaman hingga berumur dewasa.
Kurang dilibatkannya anggota kelompok tani Untuk mencapai hasil yang maksimal, kelompok
dalam perencanaan RHL, karena hanya perwakilan tani sebelumnya diberi pelatihan dan diberitahu
pengurus dan penyuluh kehutanan lapangan yang tentang beberapa hal penting seperti teknik
berperan dalam kegiatan tersebut. Namun pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam
demikian penyuluh telah melaksanakan bimbingan hingga penanaman.
dalam hal perencanaan yakni: mendampingi, Khusus untuk daerah di sekitar sumber mata air
mengayomi dan memfasilitasi pengurus dalam atau tempat penampungan air, jenis tanaman yang
melakukan pertemuan yang membahas dipilih adalah albesia (Albizia falcataria), gmelina
(Gmelina arborea), dan ampupu (Eucalyptus
66 Konservasi Sumberdaya Hutan Jurnal Ilmu Ilmu Kehutanan

urophylla). Semua jenis tanaman ini merupakan Kebakaran hutan terjadi karena faktor alam dan
hasil pembibitan dari KRPH Kecamatan Abang. faktor buatan. Faktor manusia dimaksud adalah
3. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani dalam tindakan manusia baik yang disengaja maupun
Tahap Evaluasi RHL tidak disengaja.
Distribusi tingkat partisipasi kelompok tani dalam Kenyataan di lapangan yang terjadi, kelompok tani
tahap evaluasi program RHL, ditunjukkan pada yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan RHL
Tabel 9. tersebut keseluruhannya berasal dari Desa
Tabel 9. Distribusi tingkat partisipasi kelompok Baturinggit atau bisa dikatakan penduduk asli. Hal
tani dalam tahap evaluasi program RHL ini yang membuat Kelompok Tani Mekar Sari
No Kategori
Skor Frekuens Proporsi semangat untuk memajukan tempat tinggalnya
i (%) agar mendapatkan kesejahteraan.
1. Tinggi 66,68–100 25 71,43 4. Rekapitulasi Tingkat Partisipasi
2. Sedang 33,34–66,67 10 28,57 Kelompok Tani
3. Rendah 0–33,33 0 0
Rekapitulasi tingkat partisipasi kelompok tani
terhadap kegiatan RHL ditunjukkan pada Tabel 10.
Jumlah 35 100 Tabel 10. Rekapitulasi tingkat partisipasi
Sumber: Data olahan pribadi, 2016 kelompok tani terhadap kegiatan
Kegiatan evaluasi dilakukan bertujuan untuk RHL
Partisipasi
mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan RHL No. Rata-rata Kategori
Kelompok Tani
yang telah dilaksanakan dan mengidentifikasi 57,86
1. Perencanaan Sedang
kendala-kendala yang telah terjadi selama kegiatan.
Evaluasi yang telah dilakukan hanya sebatas 2. Pelaksanaan 75,71 Tinggi
pertanggungjawaban anggota kelompok tani 3. Evaluasi 69,14 Tinggi
kepada ketua Kelompok Tani Mekar Sari tentang Jumlah 202,71
kegiatan yang telah dilaksanakan mulai dari proses
Rata-rata 67,57 Tinggi
pembibitan, pengangkutan bibit ke areal
penanaman, kegiatan penanaman, hingga Sumber: Data olahan pribadi, 2016
penyiraman bibit yang telah ditanam. Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa rata-rata
Luas lahan kritis di wilayah Desa Baturinggit pada tingkat partisipasi kelompok tani terhadap ketiga
tahun 2006 seluas 40 ha dan sampai saat ini luas kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan dan
lahan kritis tersebut telah ditanami semua oleh evaluasi termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini
kelompok tani di Desa Baturinggit sehingga tidak terjadi karena dalam upaya peningkatan program
lagi terdapat lahan kritis di wilayah tersebut. RHL yang lebih maju, peran Kelompok Tani
Kembalinya kondisi hutan di wilayah Desa Mekar Sari memberikan kontribusi tinggi dalam
Baturinggit menjadi baik, tidak hanya menjadi kegiatan pelaksanaan dan evaluasi RHL mulai dari
keinginan pemerintah tetapi juga menjadi harapan proses pengangkutan bibit, penanaman bibit
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan hingga kegiatan pemeliharaan tanaman hingga
tersebut. Ketergantungan kelompok tani terhadap umur dewasa. Kelompok Tani Mekar Sari menjadi
keberadaan hutan terkait dengan hal ketersediaan salah satu kelembagaan masyarakat yang berperan
air dan kesuburan tanah. Oleh karena itu, penting karena Kelompok Tani Mekar Sari
kelompok tani bersedia untuk menjaga tanaman merupakan pelaku utama dalam program RHL
yang telah ditanam tersebut. untuk meningkatkan kelestarian dan kesejahteraan
Pandangan positif dari masyarakat memberi Dusun Bantas.
dampak baik terhadap keberhasilan program RHL 3. Kendala-Kendala RHL di Areal Penanaman
khususnya kelangsungan hidup tanaman yang telah Beberapa kendala RHL yang terjadi di areal
ditanam. Meskipun begitu, sudah seharusnya penanaman meliputi ketersediaan bibit dan
setiap kegiatan tetap dilakukan evaluasi kerja kegiatan penanaman.
sebagai bahan koreksi untuk kegiatan yang sama a. Bibit
pada masa mendatang. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui
Evaluasi kerja tidak sekedar tentang target bibit beberapa jenis bibit dari persemaian di KRPH
yang sudah ditanam dan keberhasilan tumbuhnya Abang yang direncanakan akan ditanam pada
saja tetapi juga dampak kegiatan terhadap kondisi kegiatan RHL tersebut diantaranya Gmelina
sosial ekonomi kelompok tani. Hal ini menjadi (Gmelina arborea), mahoni (Swietenia
penting, karena kegagalan yang sering terjadi macrophylla), albesia (Albizia falcataria), ampupu
dalam program RHL khususnya di kawasan Desa (Eucalyptus urophylla) dan cempaka (Magnolia
Baturinggit disebabkan oleh sulitnya mendapatkan champaca). Jumlah keseluruhan bibit yang
air, akses menuju areal penanaman miring dan disediakan untuk ditanam ialah 75.000 batang
berpasir dan sering terjadi kebakaran hutan.
Hermawan, Keberhasilan Kelompok Tani Dalam Program Rehabilitasi Hutan Dan Lahan 67

yang akan ditanam di lahan masyarakat yang membuat banyak bibit tidak dapat bertahan hidup
lokasi penanamannya mencakup 4 kabupaten yaitu: dan akhirnya mati setelah ditanam yang
Kabupaten Karangasem, Bangli, Klungkung dan disebabkan karena bibit telah kehilangan unsur
Buleleng dengan luas lahan 375 ha. Semua jenis hara yang awalnya terdapat di polibag dan
tanaman yang telah dipilih merupakan tanaman mengalami stres saat harus dipindahkan ke
yang dianggap sesuai dengan tempat tumbuhnya. lingkungan baru.
Rencana penanaman bibit di lapangan disesuaikan b. Kegiatan Penanaman
berdasarkan tempat tumbuh dan kondisi topografi Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, telah
lahan. Jenis gmelina (Gmelina arborea) terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan jarak
direncanakan ditanam di daerah tempat tanam yang berbeda dalam setiap jenisnya. Untuk
perlindungan air/sumber air yang jumlah bibitnya jenis gmelina, jarak tanam yang digunakan adalah
sebanyak 400 pohon. Jenis ini dapat tumbuh 3 m x 3 m, mahoni 5 m x 5 m, albesia 10 m x 10 m,
dengan baik di daerah dengan musim kemarau dan ampupu 15 m x 15 m guna memenuhi luasan
yang basah maupun kering, yaitu pada tipe curah 55 ha. Sedangkan untuk mangga dan jambu mete,
hujan A sampai D. Jenis tumbuhan ini tumbuh jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 5 m
pada tanah yang agak liat dengan ketinggian guna memenuhi luasan 55 ha. Namun di lapangan,
sampai 1.000 mdpl. Gmelina termasuk tanaman masih ditemukan tanaman yang ditanam tidak
penghasil kayu yang produktif. Nilai ekonomis sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan.
kayu ini yang tinggi membuat tanaman ini ditanam Salah satu penyebabnya adalah kondisi kawasan
dari tepi Daerah Aliran Sungai (DAS), di kebun, di yang curam sehingga sulit terjangkau untuk
halaman sehingga dapat bernilai ekonomi bagi dilakukan pembuatan lubang tanam dan kegiatan
masyarakat setempat. penanaman.
Jenis mahoni (Swietenia macrophylla) termasuk Kendala pelaksanaan penanaman di lapang,
tumbuhan tropis dan dapat tumbuh di lokasi mana diantaranya:
saja tidak tergantung pada jenis tanah dan 1. Ketersediaan air masih kurang, karena
kesuburan tanah. Tumbuhan mahoni berpotensi pemerintah Kabupaten
bila ditanam dalam skala besar, khususnya di Karangasem belum merealisasikan proyek
daerah kering terutama untuk memperoleh kayu pembangunan cubang air atau tempat
berkualitas tinggi. Jenis ini juga digunakan pada penampungan air buatan untuk Kelompok Tani
agroforestri untuk meningkatkan kualitas tanah Mekar Sari. Disamping itu, jarak antara areal
dan tanaman hias yang baik untuk tujuan penanaman dengan sumber air sangat jauh
konservasi. Ampupu (Eucalyptus urophylla) sehingga memerlukan biaya tambahan untuk
merupakan pohon endemik asli Indonesia, pada membeli air dari truk tangki guna melakukan
umumnya terdapat pada zona iklim basah sampai penyiraman bibit dan kebutuhan sehari-hari
kering yaitu tipe hutan C, D dan E pada klasifikasi 2. Akses jalan menuju areal penanaman yang
Schmidt dan Ferguson. Eucalyptus urophylla menanjak dan berpasir membuat para petani
mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur, kesulitan apabila pergi ke kawasan tersebut.
berbatu dan tanah rawa. Untuk pertumbuhannya,
Eucalyptus urophylla menghendaki cahaya KESIMPULAN DAN SARAN
sepanjang tahun (jenis intoleran) dan juga Kesimpulan
merupakan pohon yang tetap hijau sepanjang Mekanisme pelaksanaan program RHL di
tahun. Cempaka (Magnolia champaca) merupakan Kabupaten Karangasem sangat dominan dengan
pohon penghasil kayu. Kayu dan bunganya tipe sektoralnya yang mengarah pada kebijakan
digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, yang diakomodir dari atas (top down planing).
aromaterapi, campuran parfum serta sangkur keris Tingkat keberhasilan Kelompok Tani Mekar Sari
(warangka). Cempaka adalah tanaman dalam kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
keberadaanya dilindungi oleh masyarakat di Desa (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) termasuk
Baturinggit karena memiliki nilai magis dan baik dalam kategori tinggi dengan skor nilai rata-rata
untuk tujuan konservasi. 67,57.
Kendala yang terjadi dengan bibit adalah saat Kendala yang dihadapi dalam kegiatan
pengangkutan bibit dari pondok penanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan : perlakuan yang
menuju ke areal tanaman yang berbukit dan salah terhadap bibit dalam proses pengangkutan,
memiliki kelerengan yang cukup tinggi. Sulitnya ketersediaan air yang sangat kurang dan akses
medan membuat kelompok tani berinisiatif jalanKonservasi
68 menujuSumberdaya
lokasi penanaman yang susah untuk
Hutan Jurnal Ilmu Ilmu Kehutanan
bergotong royong mengangkut bibit dengan cara ditempuh.
dijinjing menggunakan keranjang kecil. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengangkutan Saran
dan efisiensi waktu. Namun perlakuan tersebut
Untuk meningkatkan keberhasilan RHL di Mustofa, M. S. 2011. Perilaku Masyarakat Desa
Kabupaten Karangasem maka kegiatan RHL harus Hutan Dalam Memanfaatkan Lahan Di
berkelanjutan, baik oleh pemerintah maupun Bawah Tegakan. International Journal
masyarakat. Of Indonesian Society And Culture, Vol
Pemerintah Kabupaten Karangasem harus segera 3, No 1.
merealisasikan pembuatan cubang penampungan http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/ko
air agar Kelompok Tani Mekar Sari lebih efisien munitas/2287. Diakses 3 Mei 2015
dalam melakukan perawatan tanaman yang Purba BS. 2003. Patisipasi Masyarakat Sekitar
ditanam. Hutan Lindung Terhadap Pembangunan
Lahan Kritis (Studi Kasus di Sekitar
DAFTAR PUSTAKA Kawasan Hutan Lindung Lae Pondom,
Alrasyid H dan Heryati Y. 2002.Pemecahan Desa Paropo Kecamatan Sumbul
Masalah Sumber Daya Tanah dan Air di Kabupaten Dairi).
DAS Dipandang dari Segi Ekologi. etd.repository.ugm.ac.id/bibliography.p
Jakarta: Badan Penelitian dan df. Diakses 28 Agustus 2015.
Pengembangan Kehutanan. Riayanto dan Paimin. 2011. Keragaan (Performan)
Daniel M. 2002. Metode Penelitian Sosial Jati GN-RHL di Sub DAS Samin dalam
Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara. Perspektif Pengelolaan Daerah Aliran
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Sungai (Performance of GN –RHL Teak
Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan Wood in Samin Sub Watershed Within
Republik Indonesia. Jakarta: Persective of Watershed Management.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Departemen Kehutanan. 2010. Statistik Direktorat Alam 8(1): 45-54. ejournal.forda-
Jenderal Bina Produksi Kehutanan 2009. mof.org/ejournal-
Jakarta: Departemen Kehutanan. litbang/index.php/JPHKA/.../1034.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2014. Statistik Diakses 3 Mei 2015.
Kehutanan dan Perkebunan 2014. Siburian, J. V. 2009. Penentuan Jenis Tanaman
Amlapura: Dinas Kehutanan dan Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Perkebunan. Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi
Fathoni T. 2003. Tiga Menko Bentuk Tim Hutan dan Lahan (Studi kasus Pada
Koordinasi Perbaikan Lingkungan Masyarakat di Kawasan Hutan Lindung
Melalui Rehabilitasi dan Pusuk Buhit Kabupaten Samosir).
Reboisasi.Siaran Pers Kepada Pusat repository.usu.ac.id/.pdf. Diakses 28
Informasi Kehutanan No. 56/II/PIK- Agustus 2015.
1/2003. Susanti, D. E. 2014. Implementasi Kebijakan
http://www.mofrinet.cbn.net.id.htm. Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Bagi
Diakses 28 Agustus 2015. Peningkatan Perekonomian Masyarakat
Firdha, R. dkk. 2014. Tingkat Partisipasi Di Kabupaten Kayong Utara. Jurnal
Kelompok Tani Terhadap Program Ilmiah Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.Vol
Hutan Kemasyarakatan (HKm) Di Desa 4, No 0004.
Tebat Pulau Kecamatan Bermani Ulu http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpmis
Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal /article/view/7632. Diakses 3 Mei 2015.
AGRITEPA, Vol. 1, No. 1, Juni 2014. Wahono. 2002. Budidaya Tanaman Jati (Tectona
jurnal.unived.ac.id/index.php/agritepa/ar grandis L. F), Dinas Kehutanan Dan
ticle/view/117. Diakses 6 April 2016 Perkebunan Kabupaten Kapuas Hulu,
Jatmiko, A. 2012.Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi Putussibau.
Hutan dan Lahan Menggunakan Walangitan, H D. 2014.Perencanaan Rehabilitasi
Analisis Multikriteria (Studi Kasus Di Hutan Dan Lahan (RHL) Berbasis
Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar, Kemampuan Lahan Di Daerah
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tangkapan Air (DTA) Danau Tondano.
Tengah).Jurnal of Forest Science.Vol 6, Jurnal WASIAN. Vol. 1 No 2 Tahun
No 1. 2014: 45-56. www.forda-
http://jurnal.ugm.ac.id/jikfkt/article/vie mof.org/index.php/content/download/inf
w/3307. Diakses 03 Mei 2016 o/1698. Diakses 3 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai