Anda di halaman 1dari 13

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –

6885

PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI


DI KAWASAN CAGAR ALAM PADANG LUWAY
KABUPATEN KUTAI BARAT

Hasrul Nordiansyah1, Ismail2, dan Ismail Bakrie3


1
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia.
2
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75124, Indonesia.
E-Mail: hasrul@untag-smd.ac.id

ABSTRAK

Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Kawasan Cagar Alam Padang Luway
Kabupaten Kutai Barat. Kawasan Konservasi memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai sebuah
sistem penyangga kehidupan. Meski demikian, karakteristik biologis dan kepentingan pengelolaannya yang
kompleks menyebabkan selama ini kawasan konservasi belum dikelola secara efektif sehingga mengalami
kerusakan secara terus menerus. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan untuk
mengkaji efektivitas pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Padang Luway berdasarkan nilai penting
pada setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses, dan keluaran dan mengetahui nilai
komponen yang kurang pada setiap siklus pengelolaan yang mempengaruhi efektivitas pengelolaan kawasan
Cagar Alam Padang Luway.
Penelitian dilakukan pada kawasan Cagar Alam Padang Luway dengan menggunakan pendekatan Rapid
Assessment and Prioritization of Protected Area Management (RAPPAM). Sebagai kawasan suaka alam,
Cagar Alam Padang Luway merupakan kawasan yang memiliki fungsi sebagai lokasi penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Kondisi dan realitas objektif kawasan Cagar Alam Padang Luway
menuntut upaya pengelolaan yang lebih terarah dan berkesinambungan serta lebih mendayagunakan potensi
sumberdaya alam yang ada untuk kepentingan pendidikan dan kelestarian ekologis kawasan tersebut
sehingga untuk mengetahui efektivitas pengelolaan Cagar Alam Padang Luway perlu dilakukan penilaian
dengan menggunakan metode RAPPAM. Hasil penelitian dengan menggunakan metode RAPPAM
menunjukkan bahwa kawasan Cagar Alam Padang Luway memiliki nilai biologis maupun ekonomis tinggi
tetapi kawasan ini belum dikelola secara efektif. Strategi yang dihasilkan RAPPAM lebih sesuai untuk
kebijakan nasional, Untuk dapat diaplikasikan di tingkat kawasan konservasi masih dibutuhkan analisis
lanjutan berdasarkan kondisi masing-masing kawasan sehingga diperoleh suatu strategi yang menjawab
kebutuhan lokal kawasan tapi tetap dalam kerangka kebijakan nasional.
Pengelolaan Cagar Alam Padang Luway mempunyai potensi alam yang besar untuk penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan konservasi alam, penyerapan dan penyimpanan karbon,
serta pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya, akan tetapi belum termanfaatkan secara
optimal. Kegiatan prioritas tersebut adalah memberikan kesempatan kepada semua pihak (stakeholders) di
dalam menjaga keberadaan Cagar Alam Padang Luway untuk kepentingan semua pihak serta meningkatkan
keterpaduan pengelolaan dengan kerjasama kemitraan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperan
aktif dalam upaya konservasi sumber daya alam.
Kata kunci : Pengelolaan, konservasi, dan cagar alam.

ABSTRACT

Effectiveness Assessment of Nature Reserves Conservation Management at The Padang Luway in


West Kutai District. Effectiveness Assessment of Conservation Area Management in Natural Reserve
Region of Padang Luway West Kutai. Conservation Area has a very important function, namely as a life
support system. However, the biological characteristics and interests of the management of complex causes
for this conservation area is not managed effectively so damaged continuously. This study aimed to assess
the effectiveness of the management of Protected Areas Nature Reserve at Padang Luway based on important
values at each cycle management including planning, inputs, processes and outputs and determine the value

43
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.

of the component that is lacking in every cycle management that affect the effectiveness of the management
of reserve area at Padang Luway.
The study was conducted at the nature reserve area of Padang Luway using the approach of Rapid
Assessment and Prioritization of Protected Area Management (RAPPAM). As a nature reserve zone, Padang
Luway Nature Reserve is an area that has a function as a location for research and development of science.
Conditions and objective reality Nature Reserve area Padang Luway demand management measures more
targeted and sustainable and better leverage the potential of existing natural resources for the benefit of
education and ecological sustainability of the region so as to determine the effectiveness of the management
of the Nature Reserve of Padang Luway needs assessment using RAPPAM. The results indicate that the
nature reserve area of Padang Luway has a high biological value and economic level but this area has not
been managed effectively. The resulting strategy of RAPPAM is more appropriate for national policy. For
application at the level of conservation areas, it still needed further analysis based on the circumstances of
each region in order to obtain a strategy that answers the needs of the local area but still within the
framework of national policies.
Nature Reserve Management of Padang Luway has great natural potential for research and development of
science, education and nature conservation, carbon sequestration and storage, and utilization of germplasm
resources to support the cultivation, but it has not been utilized optimally. The priority activity is to give an
opportunity to all parties (stakeholders) in maintaining the presence of the Nature Reserve of Padang Luway
for all stakeholders and to improve the integration of the management of the partnership and increase public
awareness to actively participate in the conservation of natural resources.
Key words : Management, conservation and nature reserve.

1. PENDAHULUAN dan hutan anggrek yang perlu terus


dipertahankan keberadaanya sesuai
Kawasan suaka alam merupakan
dengan SK. Menteri Pertanian Nomor :
salah satu bentuk protected area yang
792/ Kpts/ Um/ 10/ 1982 tanggal 29
ditetapkan untuk tujuan perlindungan
Oktober 1982 sebagai kelanjutan SK.
ekosistem dan pengembangan wisata.
Menteri Pertanian Nomor : 110/ Um/
Karena kawasan suaka alam merupakan
1975 tanggal 14 Juni 1975 dan SK.
salah satu bentuk protected area, maka
Gubernur Kalimantan Timur Nomor :
selain perlindungan ekosistem dan
85/T.H-Kehut/1967 tanggal 15 Juni 1967.
pemanfaatannya, satu hal yang harus
Secara administrative Cagar Alam
dipegang dan senantiasa diingat sebagai
Padang Luway terletak di tiga
misi pokok oleh pengelola kawasan
Kecamatan, yaitu Kecamatan Melak,
konservasi adalah pengelolaan
Kecamatan Damai, dan Kecamatan
biodyversity (keanekaragaman hayati)
Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat
dan ekosistemnya.
Provinsi Kalimantan timur dengan lokasi
Berdasarkan UU No. 5 tahun
areal pada ketinggian 10 – 100 meter
1990 tentang Konservasi Sumberdaya
diatas permukaan laut (m dpl).
Alam Hayati dan Ekosistemnya, Cagar
Kondisi dan realitas kawasan
Alam (CA) adalah kawasan suaka alam
Cagar Alam menuntut upaya pengelolaan
karena keadaan alamnya mempunyai
yang lebih terarah dan berkesinambungan
kekhasan tumbuhan, satwa, dan
serta lebih mendayagunakan potensi
ekosistemnya atau ekosistem tertentu
sumberdaya alam yang ada untuk
yang perlu dilindungi dan
kepentingan kelestarian kawasan tersebut
perkembangannya berlangsung secara
sehingga untuk mengetahui efektivitas
alami.
pengelolaan Cagar Alam Padang Luway
Sebagai kawasan suaka alam,
perlu dilakukan penilaian dengan
Cagar Alam Padang Luway adalah
menggunakan metode RAPPAM.
kawasan konservasi yang didominasi oleh
RAPPAM adalah kependekan dari
berbagai type vegetasi hutan campuran
Rapid Assesment and Prioritization of

44
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885

Protected Area Management yang Cagar Alam Padang Luway yang


merupakan suatu pendekatan untuk dilaksanakan Oleh Seksi Konservasi
mengukur efektivitas pengelolaan Wilayah II Tenggarong dan Balai
kawasan lindung. Metode ini KSDA Kalimantan Timur.
dikembangkan oleh WWF dan didesain
untuk menilai sistem kawasan lindung 2.3. Metode Penelitian
secara luas. Proses penilaian kawasan Penelitian ini merupakan kajian
konservasi melalui metode RAPPAM deskriptif – korelasional untuk
berdasarkan hasil pengisian kuisioner menggambarkan secara sistematis
yang fokus pada konteks dan status mengenai fakta-fakta serta hubungan
kawasan, desain dan perencanaan antara fenomena yang diteliti (Nazir,
kawasan, faktor masukan/input (contoh : 1983 dalam Harahap, 2001). Fakta-
sumber daya manusia, infrastruktur dan fakta yang terjadi dilapangan
anggaran), proses pengelolaan, dan diklasifikasikan dan dicatat sebagai
capaian dari upaya pengelolaan. variabel-variabel yang memiliki nilai
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji berupa skala kuantitatif.
efektivitas pengelolaan Kawasan Metode penelitian ini menggunakan
Konservasi Cagar Alam Padang Luway informasi dari kawasan Cagar Alam
berdasarkan nilai penting pada setiap Padang Luway. Pemilihan kawasan
siklus pengelolaan yaitu perencanaan, konservasi Cagar Alam Padang
masukan, proses, dan keluaran. Luway dikarenakan adanya fungsi
Mengetahui nilai komponen yang kurang pemanfaatan secara berkelanjutan.
pada setiap siklus pengelolaan yang Fungsi-fungsi lain yang diemban
mempengaruhi efektivitas pengelolaan menurut UU No 5 Tahun 1990 adalah
kawasan Cagar Alam Padang Luway. perlindungan sistem penyangga
kehidupan dan pengawetan
2. METODA PENELITIAN keanekaragaman hayati.
Pengumpulan fakta dilakukan dengan
2.1. Tempat dan Waktu menggunakan kuesioner dengan
Proses penelitian mulai dari pengisian variabel yang telah ditentukan
kuesioner hingga analisis data dilakukan sebelumnya menggunakan kuesioner
di Kantor Seksi Konservasi Wilayah II (RAPPAM) yang dikembangkan oleh
Tenggarong dan di Kantor Balai World Wildlife Fund for Nature
Konservasi Sumber Daya Alam
(WWF).
Kalimantan Timur. Pada bulan
Februari-April 2014. 2.4. Metode Pengumpulan Data
2.2. Bahan dan Alat Terdapat dua jenis data dalam
Alat dan bahan yang akan penelitian ini yaitu Data Primer dan
dipergunakan dalam penelitian ini Data Sekunder. Data primer
adalah sebagai berikut : Peta lokasi diperoleh dari informasi yang
Cagar Alam Padang Luway, Kamera disampaikan oleh Staf Balai KSDA
foto yang akan dipergunakan sebagai Kaltim dalam bentuk hasil isian
alat dokumentasi, Lembar Kuesioner, kuesioner RAPPAM. Pengisian
untuk mendapatkan data primer, kuesioner dilakukan pertama kali di
Komputer dan alat tulis lainnya seksi wilayah II Tenggarong. Hasil
untuk pengolahan data dan isian tersebut kemudian dievaluasi
pembuatan skripsi, Data-data laporan dan diisi kembali (disempurnakan)
pelaksanaan kegiatan pengelolaan oleh seksi wilayah bersama dengan

45
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.

staf Kantor Balai KSDA Kaltim. Data utama yang dikumpulkan, yaitu :
Responden dalam penelitian ini (1) tinggi tanaman pada saat tanaman
adalah Kepala Balai KSDA Kaltim berumur 15, 30, 45, dan 60 hari
atau Kepala Seksi Wilayah yang setelah tanam, (2)umur tanaman saat
mengelola manajemen mikro sebuah berbunga pertama kali, (3) jumlah
kawasan konservasi. Kualifikasi buah per tanaman, dan (4)berat buah
individu yang menduduki posisi per tanaman.
tersebut antara lain : Data penunjangyang dikumpulkan
1) Masa kerja rata-rata 10 tahun adalah sifat kimia dan tekstur tanah.
dengan pangkat III b atau III c;
2) Berada pada posisi senior 2.6. Analisis Data
dalam daftar urut kepangkatan; Tahapan penelitian yang dilakukan
3) Jika perlu telah lulus dalam mengikuti rekomendasi metode
kursus dasar konservasi dan RAPPAM yang dikembangkan oleh
kursus pengelolan konservasi; WWF. Metode RAPPAM sebetulnya
4) Jika perlu telah lulus dalam menggunakan pemikiran-pemikiran
diklat pembina administrasi dasar Hocking (2006) dalam menilai
menengah dan madya; efektivitas pengelolaan kawasan
5) Pernah menjadi pejabat eselon konservasi. Hanya saja metode ini
dibawahnya, termasuk sebagai membatasi penilaiannya hingga tahap
Pejabat Pelaksana Harian keluaran (Output), dan tidak sampai
maupun Pelaksana Tugas. pada tahap hasil (outcome)
Kualifikasi yang disebutkan diatas sebagaimana yang disarankan oleh
menyebabkan Kepala Seksi Hockings. Tahapan-tahapan
Konservasi Wilayah II Tenggarong RAPPAM tersebut adalah sebagai
memiliki memiliki kompetensi dan berikut :
memahami dengan baik isu-isu yang Tahap 1. Menentukan cakupan
berkembang di lokasi kerjanya penilaian;
masing-masing sehingga dapat Tahap 2. Menilai data dan informasi
menjadi responden dalam pengisian yang tersedia;
kuesioner RAPPAM. Tahap 3. Melakukan penilaian cepat
Pemilihan kawasan konservasi dalam dan pengisian kuesioner;
penelitian ini dibatasi pada kawasan Tahap 4. Mengkaji hasil temuan.
Cagar Alam Padang Luway. Dalam penelitian ini, tahap 1, 2, dan
Penelitian ini juga menggunakan data sebagian tahap 3 telah mulai
sekunder diperoleh dari Laporan dilakukan dalam penyiapan proposal
Tahunan Balai KSDA Kaltim. Data penelitian. Sehingga inti proses yang
lain adalah Laporan Akuntabilitas akan dilakukan dalam penelitian ini
Tahunan Balai KSDA Kaltim yang adalah tahap 3 dan tahap 4.
berisi evaluasi internal tentang Tahap tiga dilakukan dengan
kinerja Balai KSDA Kaltim serta menyusun kuesioner berupa
data-data laporan proyek mitra Balai kumpulan indikator yang akan
KSDA Kaltim yang memiliki ditentukan nilainya dalam bentuk skor
informasi relevan dengan daerah berdasarkan data dan informasi
yang diteliti. sekunder sedangkan pengisian
dilakukan oleh Kepala Seksi
2.5. Pengumpulan Data Konservasi Wilayah II Tenggarong
Balai KSDA Kaltim.

46
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885

Tahap tiga yang merupakan tahap inti mendukung berfungsinya upaya-


penelitian ini adalah analisis terhadap upaya pengelolaan kawasan secara
data dan informasi yang telah disusun efektif termasuk keterkaitannya
berdasarkan kuesioner. Selanjutnya, dengan daerah-daerah sekelilingnya.
data dan informasi tersebut akan b. Efektivitas Masukan
dianalisis sebagai berikut: Efektivitas masukan mengukur 4
Analisis Efektivitas Pengelolaan kriteria umum yaitu : (1) jumlah dan
Kajian mengenai efektivitas kualitas staf pengelola; (2)
pengelolaan dilakukan pada empat ketersediaan data dan komunikasi; (3)
aspek pengelolaan kawasan ketersediaan infrastruktur; dan (4)
konservasi yaitu : perencanaan, kecukupan pendanaan pengelolaan.
masukan, proses, dan keluaran. Efektivitas jumlah dan kualitas staf
Efektivitas diukur berdasarkan tingkat diukur dengan melihat pemenuhan
pencapaian yang diperoleh oleh jumlah staf dibandingkan dengan
pengelolaan kawasan konservasi pada luasan area dan kesesuaian isu.
masing-masing kriteria yang diamati. Efektivitas staf juga menilai tingkat
a. Efektivitas Perencanaan pemenuhan kebutuhan staf seperti
Efektivitas perencanaan mengukur gaji, fasilitas kerja, prestise, dan
tiga kriteria umum yaitu : (1) peningkatan kemampuan.
penetapan tujuan; (2) kepastian Efektivitas penyediaan data dan
hukum; dan (3) desain tapak kawasan komunikasi mengukur ketersediaan
konservasi. Efektivitas penetapan saluran komunikasi yang efektif
tujuan menilai sampai sejauh mana antara petugas lapangan dan kantor,
tujuan penetapan kawasan konservasi maupun dengan masyarakat sekitar.
telah mencakup semua keunikan Hal lain yang juga diukur adalah
kawasan dan keperluan untuk mekanisme yang memadai untuk
mempertahankan keunikan tersebut. melakukan pengumpulan dan
Efektivitas penetapan tujuan tersebut pemrosesan data kawasan konservasi.
juga mencakup penilaian tingat Efektivitas ketersediaan infrastruktur
pemahaman pengelola kawasan dan mengukur ketersediaan sarana dan
masyarakat disekitar kawasan prasarana transportasi, bangunan,
terhadap tujuan penetapan kawasan serta berbagai peralatan lain untuk
konservasi. mengelola kawasan konservasi.
Efektivitas kepastian hukum antara Efektivitas intervensi juga mencakup
lain menilai kuat tidaknya dasar adanya kegiatan perawatan yang
hukum penetapan kawasan memadai terhadap fasilitas yang ada
konservasi, ada tidaknya persoalan dan ketersediaan fasilitas yang
berkaitan dengan kepemilikan lahan memadai bagi pengunjung kawasan
dan hak ulayat. Kepastian hukum juga konservasi.
menilai sampai sejauh mana Efektivitas pendanaan mengukur
pengelola memiliki hak untuk pemenuhan kebutuhan pendanaan
melakukan upaya-upaya penegakan selama 5 tahun terakhir dan
hukum dalam wilayah kawasan ketersediaan dana selama 5 tahun
konservasi. kedepan. Kestabilan pendanaan
Efektivitas desain tapak kawasan dalam jangka panjang dan kesesuaian
menilai kesesuaian desain tapak alokasi pendanaan dan kebutuhan
terhadap tujuan penetapan kawasan juga menjadi karakteristik yang
konservasi. Desain tapak juga harus diukur untuk memahami efektivitas

47
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.

pendanaan. membandingkan dengan tekanan dan


c. Efektivitas Proses ancaman, tujuan pembentukan
Efektivitas proses pengelolaan kawasan, dan rencana kerja
mengukur 3 kriteria umum yaitu: (1) pengelolaan kawasan. Terdapat
ketersediaan rencana detail strategi sepuluh kriteria pencapaian yang
pengelolaan; (2) mekanisme diukur antara lain : (1) pencapain
pengambilan keputusan; (3) kegiatan dalam mencegah, mendeteksi, dan
penelitian, pemantauan, dan evaluasi. menegakkan hukum; (2) pencapaian
Efektivitas rencana detail strategi dalam pelaksanaan rehabilitasi dan
pengelolaan diukur dengan melihat mitigasi kerusakan; dan pencapaian
ada tidaknya kajian kondisi terkini dalam kegiatan penelitian,
kawasan yang kemudian dijadikan pemantauan, dan evaluasi kegiatan.
acuan penyusunan rencana kegiatan. Informasi efektivitas pengelolaan
Efektivitas juga diukur dengan yang diperoleh dari RAPPAM
melihat apakah hasil monitoring rutin kemudian disajikan dalam bentuk
menjadi dasar evaluasi perencanaan. grafik untuk melihat kecenderungan
Efektivitas proses pengambilan pencapaian setiap aspek pengelolaan
keputusan dilakukan dengan melihat dan penyebaran pencapaian disetiap
transparansi proses pengambilan kawasan konservasi. Dengan
keputusan internal pengelola kawasan demikian akan terdapat paling tidak 4
konservasi. Pengambilan keputusan (empat) kelompok grafik yang
yang efektif juga dinilai dengan masing-masing menjelaskan
melihat sampai sejauh mana kecenderungan masing-masing aspek
masyarakat sekitar kawasan terlibat pengelolaan tersebut dan 1 (satu)
aktif dalam proses tersebut. grafik untuk menjelaskan kumulatif
Efektivitas kegiatan penelitian, keempat aspek pengelolaan tersebut
pemantauan, dan evaluasi diukur pada setiap kawasan konservasi.
dengan melihat apakah dampak
kegiatan legal maupun ilegal terhadap
kawasan konservasi terdata dengan 3. HASIL PENELITIAN DAN
baik atau tidak. Kegiatan yang efektif PEMBAHASAN
juga ditunjukkan oleh kesesuian
kegiatan penelitian dengan isue-isue 3.1. Analisis Efektivitas Pengelolaan
ekologi dan sosial ekonomi yang Evaluasi efektivitas pengelolaan
berkembang dalam kawasan dilakukan dengan melakukan penilaian
konservasi. Hasil-hasil penelitian, terhadap 4 aspek dalam siklus
monitoring, dan evaluasi juga harus pengelolaan yaitu: perencanaan,
dengan mudah diakses oleh berbagai masukan, proses, dan keluaran. Setiap
kalangan untuk tujuan perbaikan aspek merupakan kumpulan komponen
pengelolaan kawasan. pengelolaan yang memiliki ciri khas
d. Keluaran tertentu. Hasil pengukuran yang
Keluaran pengelolaan kawasan diperoleh disajikan seperti berikut.
konservasi adalah pencapaian
didapatkan selama 2 tahun terakhir Perencanaan
melalui kerja keras staf, sukarelawan, Terdapat tiga kelompok utama yang
dan masyarakat dalam mengelola menjadi penilaian dalam mengukur
kawasan konservasi. Pencapain kekuatan perencanaan kawasan
tersebut diukur dengan konservasi yaitu : penetapan tujuan,

48
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885

kepastian hukum, dan desain tapak. 3 = Kebanyakan jawaban Ya, untuk


Ketiga kelompok tersebut terdiri dari penilaian baik, angka 1 = Kebanyakan
masing-masing 5 komponen penilaian. jawaban Tidak, untuk penilaian kurang
Dalam setiap komponen mempunyai baik dan angka 0 = Tidak, untuk
penilaian tersendiri dengan menggunakan penilaian tidak baik. Penilaian terhadap
penilaian angka, dimana angka-angka ketiga kelompok utama perencanaan di
tersebut untuk menunjukan tingkat kawasan konservasi Cagar Alam Padang
penilaian untuk setiap indikator, angka 5 Luway menurut data hasil kuisioner yang
= Ya, untuk penilaian sangat baik, angka kemudian disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Grafik nilai berbagai komponen dalam perencanaan kawasan Cagar Alam Padang Luway.

Gambar 1. menunjukkan bahwa komponen yang dinilai kurang baik yaitu,


kelompok penilaian perencanaan Komponen sumber daya manusia dan
kawasan konservasi untuk penetapan keuangan termasuk dinilai kurang baik
tujuan sangat baik karena nilai komponen yang hanya memperoleh nilai 1
pada tujuan pengelolaan kawasan dikarenakan kurangnya personil
konservasi untuk kepentingan dilapangan dalam melakukan
perlindungan dan keanekaragaman penyelenggaraan aktifitas penegakan
hayati, spesifikasi keanekaragaman hayati hukum secara kritis serta kurangnya
berkaitan dengan tujuan pengelolaan dan keuangan untuk mendukung kegiatan
dinyatakan secara jelas di rencana tersebut, untuk komponen perlindungan
pengelolaan, kebijakan dan perencanaan hukum mengenai status kawasan
harus konsisten serta pegawai dan konservasi dalam jangka panjang sudah
pengelola harus memahami dan mengerti sangat baik dengan memperoleh nilai 5,
mengenai tujuan pengelolaan kawasan komponen ketiadaan klaim lahan, tata
konservasi memperoleh nilai 5. batas yang cukup untuk pengelolaan dan
Komponen yang masih menjadi perhatian konflik dengan masyarakat yang dapat
serius dalam penyusunan tujuan kawasan diselesaikan mendapatkan nilai 3
Cagar Alam adalah dukungan dari sehingga harus lebih ditingkatkan untuk
masyarakat yang belum maksimal dimana tercapainya pengelolaan kawasan yang
memperoleh nilai 3 sehingga perlu efektif karena masih terdapat kekurangan
dilakukan sosialisasi tentang pentingnya dalam setiap komponennya dengan
keberadaan Cagar Alam Padang Luway memberikan kesadaran hukum kepada
untuk kepentingan masyarakat sekitar. masyarakat disekitar kawasan Cagar
Untuk penilaian kepastian hukum ada Alam. Sedangkan untuk penilaian desain

49
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.

tapak mempunyai terdapat 2 komponen pengelolaan kawasan konservasi. Masih


yang dinilai kurang baik atau lemahnya aspek perencanaan yang
memperoleh nilai 1, yaitu : ditemukan dalam penelitian menunjukkan
a. Lay Out, dalam hal ini letak dan pentingnya peran pemerintah dan
konfigurasi kawasan yang kurang pemangku kepentingan serta dukungan
optimal untuk konservasi dari masyarakat sekitar kawasan untuk
keanekaragaman hayati, dikarenakan kembali bersama-sama dalam menata
letak Cagar Alam tersebut mudah di ulang rencana-rencana strategis
jangkau oleh masyarakat sehingga pengelolaan kawasan konservasi yang
untuk terjadi gangguan dari luar telah ada saat ini.
sangat memungkinkan.
b. Keterkaitan Kawasan lain, dalam hal Masukan
ini karena kawasan Cagar Alam tidak Aspek masukan dalam kegiatan
berada pada kawasan yang pengelolaan kawasan konservasi adalah
berdampingan dengan kawasan segala hal yang dibutuhkan dalam proses
konservasi atau kawasan yang pengelolaan untuk membantu mencapai
dilindungi sehingga dalam tujuan-tujuan pengelolaan. Terdapat
pengelolaannya kurang mendapat empat kelompok komponen penilaian
dukungan dari sebgaian pihak yang yang menjadi perhatian dalam menilai
berkedudukan disekitar Cagar Alam kekuatan “masukan” dalam pengelolaan
Padang Luway itu sendiri. kawasan konservasi yaitu: pegawai/staf,
Komponen-komponen yang komunikasi, infrastruktur, dan keuangan.
menjadi penilaian dalam mengukur Nilai masing-masing kelompok
kekuatan perencanaan kawasan tersebut beserta komponen-komponennya
konservasi merupakan aspek yang dapat disajikan dalam gambar berikut.
menentukan sukses atau tidaknya

Gambar 2. Grafik nilai berbagai komponen masukan dalam pengelolaan kawasan Cagar Alam Padang
Luway.

Gambar 2, menunjukkan bahwa sehingga dalam mendukung pencapaian


komponen masukan dalam pengelolaan tujuan-tujuan pengelolaan kawasan
kawasan konservasi sebagian besar konservasi perlu dilakukan pembenahan
memperoleh penilaian kurang baik pada setiap komponen yang kurang baik.
dengan memperoleh rata-rata nilai 1 Kelompok komponen yang memperoleh

50
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885

nilai kurang baik adalah kelompok dengan memagangkan semua staf baru di
infrastruktur dikarenakan infrastruktur kawasan-kawasan konservasi seluruh
untuk transportasi, peralatan lapangan, Indonesia.
fasilitas staf, serta pemeliharaan dan
perbaikan peralatan kurang memadai. Proses Pengelolaan
Sedangkan kelompok komponen yang Proses pengelolaan adalah tahapan
lain lebih berimbang dalam penilaiannya dalam siklus pengelolaan yang
namun masih dapat dikatakan kurang merupakan tindak lanjut perencanaan dan
baik secara perkelompok. desain kawasan konservasi berdasarkan
Gambaran ini menunjukkan bahwa kondisi obyektif yang ada. Penilaian
kebutuhan akan komponen-komponen proses pengelolaan ditujukan untuk
masukan sumberdaya manusia, sarana mengetahui apakah proses tersebut
komunikasi, infrastruktur, dan keuangan konsisten dengan tujuan-tujuan kawasan
masih sangat tinggi. Hal ini menjadi konservasi. Terdapat tiga kelompok yang
sangat penting karena belum terdapat menjadi penilaian terhadap proses
pertumbuhan nyata alokasi keuangan pengelolaan yaitu : (1) perencanaan
pada lembaga-lembaga pemerintah yang pengelolaan; (2) pengambilan keputusan
menangani isu konservasi. Meski secara dalam pengelolaan atau praktek-praktek
perlahan Kementerian Kehutanan mulai pelaksanaan; (3) penelitian, monitoring,
menanamkan pemahaman konservasi dan evaluasi kegiatan.
yang lebih dini pada staf-staf barunya

Gambar 3. Grafik nilai berbagai komponen dalam proses pengelolaan kawasan Cagar Alam Padang Luway.

Gambar 3, menunjukkan bahwa konservasi dimana rata-rata penilaian


komponen proses dalam pengelolaan memperoleh nilai 5, namun masih ada
kawasan konservasi sudah sangat baik kekurangan pada kelompok perencanan
dalam menunjang tercapainya tujuan- pengelolaan yaitu pada komponen
tujuan pengelolaan kawasan konservasi analisis ancaman dimana hanya
ini dilihat dari nilai yang didapat dalam memperoleh nilai 1, kurang baiknya
kelompk komponen penilaian kawasan analisis dan strategi untuk mengatasi

51
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.

ancaman dan tekanan terhadap kawasan ditingkatkan agar staf pengelola kawasan
konservasi dikarenakan terbatasnya konservasi mempunyai akses reguler
sumber daya manusia yang berada terhadap penelitian ilmiah dan pendapat-
dilapangan. Bagian lain dalam proeses pendapat baru untuk menambah
pengelolaan yang harus ditingkatkan pengetahuan sumber daya manusia itu
adalah Komponen Pemantauan yang sendiri sehingga dapat menunjang
memperoleh nilai 3 dalam hal ini hasil pengelolaan kawasan konservasi secara
dari penelitian dan monitoring harus maksimal.
diintegrasikan secara rutin kedalam
perencanaan agar dapat dilaksanakan Keluaran
secara berkelanjutan sehingga Penilaian terhadap keluaran dalam
mendapatkan hasil yang sesuai dengan siklus pengelolaan kawasan konservasi
tujuan kawasan konservasi itu sendiri, ditujukan untuk mengetahui apakah
Komponen Partisipasi Masyarakat secara selama dua tahun terakhir keluaran
tidak langsung masyarakat disekitar tersebut konsisten untuk mencapai
kawasan konservasi ikut berpartisipasi tujuan-tujuan umum pengelolaan,
dalam pengambilan keputusan yang akan perencanaan kerja tahunan, dan
mempengaruhi mereka dan kawasan kesesuaiannya dalam menghadapi
konservasi sehingga diharapkan masukan tekanan dan ancaman yang dialami
dari masyarakat itu sendiri dapat kawasan konservasi. Terdapat 10
membantu untuk tujuan pengelolaan komponen keluaran dalam siklus
kawasan konservasi dan kelangsungan pengelolaan mencakup isu-isu sosial,
masyarakat yang berada disekitar ekonomi, biologi, dan kelembagaan
kawasan konservasi, dan Komponen pengelola seperti disajikan dalam Gambar
Akses Hasil Penelitian diharapkan dapat 4.

Gambar 4. Grafik nilai keluaran dalam pengelolaan kawasan Cagar Alam Padang Luway.

Hasil penilaian terhadap keluaran terdapat pada upaya restorasi kawasan


yang diperoleh dari pengelolaan kawasan yang hanya memperoleh nilai 1 sehingga
konservasi Cagar Alam Padang Luway perlu lebih ditingkatkan dengan
menunjukkan bahwa hampir semua melakukan penanaman jenis tanaman
komponen keluaran memperoleh nilai 5 yang endemik pada areal kawasan Cagar
atau sangat baik. Hasil yang kurang baik Alam dan pelatihan staf untuk

52
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885

meningkatkan pengetahuan tentang siklus pengelolaan mulai dari


pengelolaan kawasan konservasi dan perencanaan, masukan, proses, dan
pengetahuan tentang kawasan konservasi keluaran. Efektivitas pengelolaan
itu sendiri. kawasan konservasi Cagar Alam Padang
Luway dilihat dari grafik yang disajikan
Akumulasi Komponen Siklus dibawah ini diketahui bahwa pengelolaan
Pengelolaan kawasan konservasi secara umum dapat
Efektivitas Pengelolaan merupakan dikatakan masih berjalan tidak efektif.
akumulasi penilaian terhadap seluruh

Gambar 5. Grafik nilai efektivitas pengelolaan di kawasan Cagar Alam Padang Luway

Secara umum komponen perlu ditingkatkan pengelolaan dari


perencanaan sudah baik dengan semua aspek agar pengelolaan
memperoleh penilaian 53 dari 75 nilai Konservasi Cagar Alam Padang Luway
yang harus dicapai pada kuisioner yang dapat berjalan efektif.
telah ditentukan oleh RAPPAM,
komponen proses sudah baik dengan 4. KESIMPULAN
memperoleh penilaian 65 dari 75 nilai
yang harus dicapai, komponen masukan Berdasarkan hasil pembahasan
dinilai kurang baik karena memperoleh dapat ditarik beberapa kesimpulan
nilai 44 dari 100 nilai yang harus dicapai sebagai berikut : Efektifitas Pengelolaan
dan komponen keluaran sudah baik Cagar Alam Padang Luway belum efektif
dengan memperoleh nilai 42 dari 50 nilai dimana dari keseluruhan aspek siklus
yang harus dicapai. Jumlah nilai total pengelolaan pada perencanaan, masukan,
yang diperoleh dari semua aspek siklus proses dan keluaran yang dinilai masih
pengelolaan adalah 204. terdapat kekurangan dalam melakukan
Dilihat dari keseluruhan penilaian pengelolaan. Dalam melakukan
aspek perencanaan, masukan, proses dan pengelolaan masih terdapat kekurangan
keluaran yang dinilai masih terdapat pada setiap komponen siklus pengelolaan
kekurangan pada setiap kelompok dan yaitu aspek perencanaan terutama
komponennya, dimana untuk penilaian landasan kepastian hukum dimana
efektifnya suatu kawasan harus komponen sumber daya manusia dan
mendapatkan total jumlah nilai 300 dari keuangan dalam melakukan
setiap komponen yang dinilai sehingga penyelenggaraan aktifitas penegakan

53
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.

hukum masih kurang baik dan terdapat [2] Belokurov, A. Dan J. Ervin. 2008.
pula komponen yang dinilai kurang baik Efektivitas Pengelolaan
pada landasan desain tapak yaitu pada Kawasan Lindung; Review Alat
komponen layout dan keterkaitan dan Langkah Kritis. Paper,
kawasan lain. Kurangnya sebagian besar disampaikan pada acara
penilaian terhadap aspek masukan Training-Workshop RAPPAM
menjadikan aspek ini sangat lemah dalam Lingkup Kalimantan.
mendukung pencapaian tujuan-tujuan Balikpapan, 22 Oktober 2008
pengelolaan kawasan konservasi.
Kurangnya penilaian pada aspek proses [3] [BKSDA KALTIM] Balai
pengelolaan terdapat pada perencanaan Konservasi Sumber Daya Alam
pengelolaan terutama terhadap komponen Kalimantan Timur. 2014.
analisis ancaman dimana terbatasnya Rencana Pengelolaan Cagar
sumber daya manusia yang berada Alam Padang Luway.
dilapangan sehingga dalam analisis dan Samarinda. Kalimantan Timur.
strategi untuk mengatasi ancaman dan
tekanan terhadap kawasan konservasi [4] Ervin J. 2003. Rapid Assesment and
masih kurang baik. Dan kurangnya Prioritization of Protected
penilaian pada aspek keluaran hanya Area Management (RAPPAM)
terdapat pada komponen upaya restorasi Methodology. World Wild
kawasan dan pelatihan staf untuk Fund for Nature. Gland,
meningkatkan pengetahuan tentang Switzerland.
pengelolaan kawasan konservasi dan
pengetahuan tentang kawasan konservasi [5] Ministry of Natural Resources and
itu sendiri. Dilihat dari keseluruhan The Environment. 2006.
penilaian aspek perencanaan, masukan, Management Effectiveness of
proses dan keluaran yang dinilai masih National and State Parks in
terdapat kekurangan pada setiap Malaysia. Ministry of Natural
kelompok dan komponennya dan hanya Resources and The
memperoleh total jumlah nilai 204, Environment. Putrajaya.
dimana untuk penilaian efektifnya suatu Malaysia
kawasan harus mendapatkan total jumlah
nilai 300 dari setiap komponen yang [6] Stolton, S. et.al. 2003. Panduan
dinilai sehingga perlu ditingkatkan Sederhana Pemantauan
pengelolaan dari semua aspek agar Efektifitas Pengelolaan
pengelolaan Konservasi Cagar Alam Kawasan Lindung. World
Padang Luway dapat berjalan efektif. Wildlife Fund. Indonesia

DAFTAR PUSTAKA [7] Sutedja, IGNN. 2008. Mengukur


Efeftivitas Pengelolaan
[1] Belokurov, A. 2008. Menilai Kawasan Lindung. Paper,
Kawasan Lindung Dengan disampaikan pada acara
RAPPAM. Paper, disampaikan Training-Workshop RAPPAM
pada acara Training-Workshop Lingkup Kalimantan.
RAPPAM Lingkup Balikpapan, 22 Oktober 2008
Kalimantan. Balikpapan, 22
Oktober 2008 [8][WWF]. World Wildlife Fund. 2004.
Management Effectiveness

54
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885

Assessment of National Parks


Using WWF’s RAPPAM
Methodology. Indonesia.

55

Anda mungkin juga menyukai