6885
ABSTRAK
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Kawasan Cagar Alam Padang Luway
Kabupaten Kutai Barat. Kawasan Konservasi memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai sebuah
sistem penyangga kehidupan. Meski demikian, karakteristik biologis dan kepentingan pengelolaannya yang
kompleks menyebabkan selama ini kawasan konservasi belum dikelola secara efektif sehingga mengalami
kerusakan secara terus menerus. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan untuk
mengkaji efektivitas pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Padang Luway berdasarkan nilai penting
pada setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses, dan keluaran dan mengetahui nilai
komponen yang kurang pada setiap siklus pengelolaan yang mempengaruhi efektivitas pengelolaan kawasan
Cagar Alam Padang Luway.
Penelitian dilakukan pada kawasan Cagar Alam Padang Luway dengan menggunakan pendekatan Rapid
Assessment and Prioritization of Protected Area Management (RAPPAM). Sebagai kawasan suaka alam,
Cagar Alam Padang Luway merupakan kawasan yang memiliki fungsi sebagai lokasi penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Kondisi dan realitas objektif kawasan Cagar Alam Padang Luway
menuntut upaya pengelolaan yang lebih terarah dan berkesinambungan serta lebih mendayagunakan potensi
sumberdaya alam yang ada untuk kepentingan pendidikan dan kelestarian ekologis kawasan tersebut
sehingga untuk mengetahui efektivitas pengelolaan Cagar Alam Padang Luway perlu dilakukan penilaian
dengan menggunakan metode RAPPAM. Hasil penelitian dengan menggunakan metode RAPPAM
menunjukkan bahwa kawasan Cagar Alam Padang Luway memiliki nilai biologis maupun ekonomis tinggi
tetapi kawasan ini belum dikelola secara efektif. Strategi yang dihasilkan RAPPAM lebih sesuai untuk
kebijakan nasional, Untuk dapat diaplikasikan di tingkat kawasan konservasi masih dibutuhkan analisis
lanjutan berdasarkan kondisi masing-masing kawasan sehingga diperoleh suatu strategi yang menjawab
kebutuhan lokal kawasan tapi tetap dalam kerangka kebijakan nasional.
Pengelolaan Cagar Alam Padang Luway mempunyai potensi alam yang besar untuk penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan konservasi alam, penyerapan dan penyimpanan karbon,
serta pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya, akan tetapi belum termanfaatkan secara
optimal. Kegiatan prioritas tersebut adalah memberikan kesempatan kepada semua pihak (stakeholders) di
dalam menjaga keberadaan Cagar Alam Padang Luway untuk kepentingan semua pihak serta meningkatkan
keterpaduan pengelolaan dengan kerjasama kemitraan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperan
aktif dalam upaya konservasi sumber daya alam.
Kata kunci : Pengelolaan, konservasi, dan cagar alam.
ABSTRACT
43
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.
of the component that is lacking in every cycle management that affect the effectiveness of the management
of reserve area at Padang Luway.
The study was conducted at the nature reserve area of Padang Luway using the approach of Rapid
Assessment and Prioritization of Protected Area Management (RAPPAM). As a nature reserve zone, Padang
Luway Nature Reserve is an area that has a function as a location for research and development of science.
Conditions and objective reality Nature Reserve area Padang Luway demand management measures more
targeted and sustainable and better leverage the potential of existing natural resources for the benefit of
education and ecological sustainability of the region so as to determine the effectiveness of the management
of the Nature Reserve of Padang Luway needs assessment using RAPPAM. The results indicate that the
nature reserve area of Padang Luway has a high biological value and economic level but this area has not
been managed effectively. The resulting strategy of RAPPAM is more appropriate for national policy. For
application at the level of conservation areas, it still needed further analysis based on the circumstances of
each region in order to obtain a strategy that answers the needs of the local area but still within the
framework of national policies.
Nature Reserve Management of Padang Luway has great natural potential for research and development of
science, education and nature conservation, carbon sequestration and storage, and utilization of germplasm
resources to support the cultivation, but it has not been utilized optimally. The priority activity is to give an
opportunity to all parties (stakeholders) in maintaining the presence of the Nature Reserve of Padang Luway
for all stakeholders and to improve the integration of the management of the partnership and increase public
awareness to actively participate in the conservation of natural resources.
Key words : Management, conservation and nature reserve.
44
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885
45
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.
staf Kantor Balai KSDA Kaltim. Data utama yang dikumpulkan, yaitu :
Responden dalam penelitian ini (1) tinggi tanaman pada saat tanaman
adalah Kepala Balai KSDA Kaltim berumur 15, 30, 45, dan 60 hari
atau Kepala Seksi Wilayah yang setelah tanam, (2)umur tanaman saat
mengelola manajemen mikro sebuah berbunga pertama kali, (3) jumlah
kawasan konservasi. Kualifikasi buah per tanaman, dan (4)berat buah
individu yang menduduki posisi per tanaman.
tersebut antara lain : Data penunjangyang dikumpulkan
1) Masa kerja rata-rata 10 tahun adalah sifat kimia dan tekstur tanah.
dengan pangkat III b atau III c;
2) Berada pada posisi senior 2.6. Analisis Data
dalam daftar urut kepangkatan; Tahapan penelitian yang dilakukan
3) Jika perlu telah lulus dalam mengikuti rekomendasi metode
kursus dasar konservasi dan RAPPAM yang dikembangkan oleh
kursus pengelolan konservasi; WWF. Metode RAPPAM sebetulnya
4) Jika perlu telah lulus dalam menggunakan pemikiran-pemikiran
diklat pembina administrasi dasar Hocking (2006) dalam menilai
menengah dan madya; efektivitas pengelolaan kawasan
5) Pernah menjadi pejabat eselon konservasi. Hanya saja metode ini
dibawahnya, termasuk sebagai membatasi penilaiannya hingga tahap
Pejabat Pelaksana Harian keluaran (Output), dan tidak sampai
maupun Pelaksana Tugas. pada tahap hasil (outcome)
Kualifikasi yang disebutkan diatas sebagaimana yang disarankan oleh
menyebabkan Kepala Seksi Hockings. Tahapan-tahapan
Konservasi Wilayah II Tenggarong RAPPAM tersebut adalah sebagai
memiliki memiliki kompetensi dan berikut :
memahami dengan baik isu-isu yang Tahap 1. Menentukan cakupan
berkembang di lokasi kerjanya penilaian;
masing-masing sehingga dapat Tahap 2. Menilai data dan informasi
menjadi responden dalam pengisian yang tersedia;
kuesioner RAPPAM. Tahap 3. Melakukan penilaian cepat
Pemilihan kawasan konservasi dalam dan pengisian kuesioner;
penelitian ini dibatasi pada kawasan Tahap 4. Mengkaji hasil temuan.
Cagar Alam Padang Luway. Dalam penelitian ini, tahap 1, 2, dan
Penelitian ini juga menggunakan data sebagian tahap 3 telah mulai
sekunder diperoleh dari Laporan dilakukan dalam penyiapan proposal
Tahunan Balai KSDA Kaltim. Data penelitian. Sehingga inti proses yang
lain adalah Laporan Akuntabilitas akan dilakukan dalam penelitian ini
Tahunan Balai KSDA Kaltim yang adalah tahap 3 dan tahap 4.
berisi evaluasi internal tentang Tahap tiga dilakukan dengan
kinerja Balai KSDA Kaltim serta menyusun kuesioner berupa
data-data laporan proyek mitra Balai kumpulan indikator yang akan
KSDA Kaltim yang memiliki ditentukan nilainya dalam bentuk skor
informasi relevan dengan daerah berdasarkan data dan informasi
yang diteliti. sekunder sedangkan pengisian
dilakukan oleh Kepala Seksi
2.5. Pengumpulan Data Konservasi Wilayah II Tenggarong
Balai KSDA Kaltim.
46
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885
47
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.
48
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885
Gambar 1. Grafik nilai berbagai komponen dalam perencanaan kawasan Cagar Alam Padang Luway.
49
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.
Gambar 2. Grafik nilai berbagai komponen masukan dalam pengelolaan kawasan Cagar Alam Padang
Luway.
50
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885
nilai kurang baik adalah kelompok dengan memagangkan semua staf baru di
infrastruktur dikarenakan infrastruktur kawasan-kawasan konservasi seluruh
untuk transportasi, peralatan lapangan, Indonesia.
fasilitas staf, serta pemeliharaan dan
perbaikan peralatan kurang memadai. Proses Pengelolaan
Sedangkan kelompok komponen yang Proses pengelolaan adalah tahapan
lain lebih berimbang dalam penilaiannya dalam siklus pengelolaan yang
namun masih dapat dikatakan kurang merupakan tindak lanjut perencanaan dan
baik secara perkelompok. desain kawasan konservasi berdasarkan
Gambaran ini menunjukkan bahwa kondisi obyektif yang ada. Penilaian
kebutuhan akan komponen-komponen proses pengelolaan ditujukan untuk
masukan sumberdaya manusia, sarana mengetahui apakah proses tersebut
komunikasi, infrastruktur, dan keuangan konsisten dengan tujuan-tujuan kawasan
masih sangat tinggi. Hal ini menjadi konservasi. Terdapat tiga kelompok yang
sangat penting karena belum terdapat menjadi penilaian terhadap proses
pertumbuhan nyata alokasi keuangan pengelolaan yaitu : (1) perencanaan
pada lembaga-lembaga pemerintah yang pengelolaan; (2) pengambilan keputusan
menangani isu konservasi. Meski secara dalam pengelolaan atau praktek-praktek
perlahan Kementerian Kehutanan mulai pelaksanaan; (3) penelitian, monitoring,
menanamkan pemahaman konservasi dan evaluasi kegiatan.
yang lebih dini pada staf-staf barunya
Gambar 3. Grafik nilai berbagai komponen dalam proses pengelolaan kawasan Cagar Alam Padang Luway.
51
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.
ancaman dan tekanan terhadap kawasan ditingkatkan agar staf pengelola kawasan
konservasi dikarenakan terbatasnya konservasi mempunyai akses reguler
sumber daya manusia yang berada terhadap penelitian ilmiah dan pendapat-
dilapangan. Bagian lain dalam proeses pendapat baru untuk menambah
pengelolaan yang harus ditingkatkan pengetahuan sumber daya manusia itu
adalah Komponen Pemantauan yang sendiri sehingga dapat menunjang
memperoleh nilai 3 dalam hal ini hasil pengelolaan kawasan konservasi secara
dari penelitian dan monitoring harus maksimal.
diintegrasikan secara rutin kedalam
perencanaan agar dapat dilaksanakan Keluaran
secara berkelanjutan sehingga Penilaian terhadap keluaran dalam
mendapatkan hasil yang sesuai dengan siklus pengelolaan kawasan konservasi
tujuan kawasan konservasi itu sendiri, ditujukan untuk mengetahui apakah
Komponen Partisipasi Masyarakat secara selama dua tahun terakhir keluaran
tidak langsung masyarakat disekitar tersebut konsisten untuk mencapai
kawasan konservasi ikut berpartisipasi tujuan-tujuan umum pengelolaan,
dalam pengambilan keputusan yang akan perencanaan kerja tahunan, dan
mempengaruhi mereka dan kawasan kesesuaiannya dalam menghadapi
konservasi sehingga diharapkan masukan tekanan dan ancaman yang dialami
dari masyarakat itu sendiri dapat kawasan konservasi. Terdapat 10
membantu untuk tujuan pengelolaan komponen keluaran dalam siklus
kawasan konservasi dan kelangsungan pengelolaan mencakup isu-isu sosial,
masyarakat yang berada disekitar ekonomi, biologi, dan kelembagaan
kawasan konservasi, dan Komponen pengelola seperti disajikan dalam Gambar
Akses Hasil Penelitian diharapkan dapat 4.
Gambar 4. Grafik nilai keluaran dalam pengelolaan kawasan Cagar Alam Padang Luway.
52
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885
Gambar 5. Grafik nilai efektivitas pengelolaan di kawasan Cagar Alam Padang Luway
53
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan … Hasrul Nordiansyah et al.
hukum masih kurang baik dan terdapat [2] Belokurov, A. Dan J. Ervin. 2008.
pula komponen yang dinilai kurang baik Efektivitas Pengelolaan
pada landasan desain tapak yaitu pada Kawasan Lindung; Review Alat
komponen layout dan keterkaitan dan Langkah Kritis. Paper,
kawasan lain. Kurangnya sebagian besar disampaikan pada acara
penilaian terhadap aspek masukan Training-Workshop RAPPAM
menjadikan aspek ini sangat lemah dalam Lingkup Kalimantan.
mendukung pencapaian tujuan-tujuan Balikpapan, 22 Oktober 2008
pengelolaan kawasan konservasi.
Kurangnya penilaian pada aspek proses [3] [BKSDA KALTIM] Balai
pengelolaan terdapat pada perencanaan Konservasi Sumber Daya Alam
pengelolaan terutama terhadap komponen Kalimantan Timur. 2014.
analisis ancaman dimana terbatasnya Rencana Pengelolaan Cagar
sumber daya manusia yang berada Alam Padang Luway.
dilapangan sehingga dalam analisis dan Samarinda. Kalimantan Timur.
strategi untuk mengatasi ancaman dan
tekanan terhadap kawasan konservasi [4] Ervin J. 2003. Rapid Assesment and
masih kurang baik. Dan kurangnya Prioritization of Protected
penilaian pada aspek keluaran hanya Area Management (RAPPAM)
terdapat pada komponen upaya restorasi Methodology. World Wild
kawasan dan pelatihan staf untuk Fund for Nature. Gland,
meningkatkan pengetahuan tentang Switzerland.
pengelolaan kawasan konservasi dan
pengetahuan tentang kawasan konservasi [5] Ministry of Natural Resources and
itu sendiri. Dilihat dari keseluruhan The Environment. 2006.
penilaian aspek perencanaan, masukan, Management Effectiveness of
proses dan keluaran yang dinilai masih National and State Parks in
terdapat kekurangan pada setiap Malaysia. Ministry of Natural
kelompok dan komponennya dan hanya Resources and The
memperoleh total jumlah nilai 204, Environment. Putrajaya.
dimana untuk penilaian efektifnya suatu Malaysia
kawasan harus mendapatkan total jumlah
nilai 300 dari setiap komponen yang [6] Stolton, S. et.al. 2003. Panduan
dinilai sehingga perlu ditingkatkan Sederhana Pemantauan
pengelolaan dari semua aspek agar Efektifitas Pengelolaan
pengelolaan Konservasi Cagar Alam Kawasan Lindung. World
Padang Luway dapat berjalan efektif. Wildlife Fund. Indonesia
54
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 –
6885
55