Anda di halaman 1dari 8

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TENTANG HUTAN

MANGROVE DI DESA TADA SELATAN KECAMATAN TADA


SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Andini Rismayanti1; Amiruddin Kasim2 and Ritman Ishak Paudi3

ABSTRAK

Andini Rismayanti, 2016. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Tentang Hutan Mangrove di
Desa Tada Selatan Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Mautong. Hasil Penelitian.
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,Universitas Tadulako. Pembimbing(I)
Amiruddin Kasim, Pembimbing (II) Ritman Ishak Paudi.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tada Selatan Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten
Parigi Mautong pada Bulan Desember Tahun 2015. Tujuan penelitian untuk mengetahui
persepsi masyarakat dan partisipasi tentang manfaat hutan mangrove di Desa Tada Selatan.
Metode wawancara dengan analisis data penelitian menggunakan skala Gutman. Hasil
penelitian menunjukan Persepsi masyarakat tentang mangrove dapat dikatakan cukup baik,
yakni telah terbentuk suatu persepsi tentang hutan mangrove sebagai tanaman yangbermanfaat
untuk penahan gelombang sehingga mengurangi abrasi pantai dan di gunakan sebagai
ka yu bakar . Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan konservasi hutan mangrove tergolong
cukup baik, dan partisipasi ini dipengaruhi oleh jenis pekerjaan dan persepsinya tentang
mangrove. Terdapat pula kelompok dengan partisipasi kurang baik, yang mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang mangrove.
Kata Kunci : Persepsi dan Partipasi Masyarakat, Mangrove, Desa Tada Selatan.

1
Andini Rismayanti Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
2
Amiruddin Kasim Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
3
Ritman Ishak Paudi Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
PUBLIC PERCEPTIONS ABOUT MANGROVE IN THE VILLAGE OF TADA
SOUTHERN DISTRICT OF SOUTH TINOMBO MOUTONG PARIGI DISTRICT

ABSTRACT

Andini Rismayanti, 2017. Public Perceptions About Mangrove In the village of Tada Southern
District of South Tinombo Moutong Parigi district. Research Result. Biology education courses
Education Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and
Education, University Tadulako. Supervisor (I) Amiruddin Kasim, Supervisor (II) Ritman Ishak
Paudi.
This research was conducted in the village of Tada South District South Tinombo Regency
Paris Moutong In Desemben Year 2015. The aim is to find out Public Perceptions About
Mangrove Village Tada South District South District Tinombo Moutong Paris. The method
used is the method Guttman scale and analyzed deskreptif a study that aims to give picture of
the object of study through the analysis in a systematic, factual and accurate based on the facts
obtained both from the primary data and secondary data.
Public perception of Mangrove can be said is pretty good, which has formed a perception of
the Mangrove forest as a plant useful for anchoring wave so that reduce coastal erosion and
used as firewood. Community participation in the conservation of Mangrove forests is quite
good, and this participation is influenced by the type of work and his perception of the
Mangrove. For a group with the participation of less well turned persepsilebih affect the
public's knowledge about the Mangrove, therebefore it is expected the govermment to do
canseling regarding Mangrove in this southern village tada.
Keywords: Perception and Partipasi Masyarakat, Mangrove, Tada Selatan Village

Pendahuluan
Di Indonesia diperkirakan luas komunitas vegetasi yang tersebar di daerah
hutan Mangrove sangat beragam. Luas tropika dan tumbuh pada daerah pantai,
Mangrove di Indonesia 4,25 juta Ha dan muara dan sungai yang dipengaruhi oleh
ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia. pasang surut air laut. Hutan Mangrove
Mangrove tersebar dibeberapa pulau seperti merupakan komunitas vegetasi yang
wilayah provinsi Sulawesi Tengah, luas tersebar di daerah tropika dan tumbuh pada
hutan Mangrove (bakau) terdapat seluas daerah garis pantai ekosistem hutan
26.536,1 Ha yang tersebar disembilan Mangrove karena mempertemukan antara
wilayah Kabupaten (Donggala, Poso, ekosistem daratan dan lautan, muara dan
Banggai, Buol, Toli-Toli, Morowali, sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut
Bangkep, Touna dan Parimo), di Irian air laut. Hutan Mangrove merupakan salah
Jaya sekitar 2,94 juta Ha (38%), satu ekosistem yang unik terdapat di
Kalimantan 978 Ha (28%) dan Sumatera wilayah pesisir dan lautan (Kusmana,
673.300 Ha. Hutan Mangrove merupakan 2002).
Melihat kondisi garis pantai Parigi perilaku manusia yang akan mempengaruhi
Moutong yang sangat panjang, tentunya bagaimana seorang manusia bertindak.
akan banyak asosiasi hutan Mangrove di Guna menjamin fungsi ekosistem hutan
daerah ini. Namun saat ini sangat jelas Mangrove berjalan dengan baik bagi
bahwa luasan Mangrove di Kabupaten lingkungan secara keseluruhan di Desa
Parigi Moutong sudah sangat jauh Tada Selatan, maka sangat diperlukan suatu
berkurang dibandingkan beberapa dekade strategi kebijakan pengelolaan ekosistem
yang lalu. Menurut Data BPDAS Palu dan hutan Mangrove yang efektif yang
Poso Tahun 2007, total luasan Mangrove berlandaskan prinsip-prinsip pengelolaan
yang tersisa di Parigi Moutong adalah lingkungan secara berkelanjutan, yaitu
3,195.3 Ha, sedangkan data tahun 1988- pengelolaan yang dilakukan secara terpadu
2003 adalah 3.855,64 Ha (BPDAS, 2007) . dan menyeluruh dari aspek-aspek
Salah satu kawasan penting lingkungan terkait yang mencakup aspek
ekosistem Mangrove di wilayah pesisir ekologi, ekonomi dan sosial. Perumusan
Sulawesi Tengah adalah di Desa Tada strategi kebijakan itu sendiri memerlukan
Selatan, Kecamatan Tinombo Selatan, sejumlah data dan informasi yang memadai
Kabupaten Parigi Moutong. Desa Tada agar menghasilkan arahan kebijakan
Selatan merupakan salah satu desa dari 21 pengelolaan ekosistem hutan Mangrove
Desa yang berada dalam wilayah yang jelas Dalam konteks sosial budaya
pemerintahan Kecamatan Tinombo Selatan masyarakat, maka perlu dilakukan studi
Kabupaten Parigi Moutong, Propinsi komprehensif mengenai aspek sosial
Sulawesi Tengah. Desa Tada Selatan ini budaya masyarakat yang ada di sekitar
sebelumya merupakan wilayah Desa Tada. hutan Mangrove di Desa Tada Selatan.
Pada tahun 2007 Desa Tada Selatan resmi
menjadi sebuah wilayah administratif Metode Penelitian
sendiri yang dibagi menjadi enam bagian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
pemerintahan dusun. Desa Tada Selatan
deskriptif yaitu suatu penelitian yang
berada pada sisi selatan dari ibukota
bertujuan untuk memberikan gambaran
kecamatan Tinombo Selatan (Maninili)
objek studi melalui analisis secara
tidak kurang dari 17 km. Sedangkan dari
sistematis, faktual dan akurat berdasarkan
ibu kota Kabupaten Parigi Moutong
fakta-fakta yang diperoleh baik yang
jaraknya mencapai 90 km. Pola
bersumber dari data primer maupun data
pemanfaatan lahan yang bersifat tidak
sekunder.
ramah lingkungan juga akan mengancam
Penelitian ini telah dilaksanakan di
keberadaan ekosistem hutan Mangrove.
Desa Tada Selatan Kecamatan Tinombo
Demikian pula pola pembangunan yang
Selatan Kabupaten Parigi Moutong pada
dijalankan di daerah akan mempengaruhi
bulan Desember 2015 sampai selesai.
kelestarian sumberdaya hutan Mangrove.
Sumber data diperoleh secara
Pada saat ini ada indikasi bahwa kerusakan
langsung dari lapangan melalui wawancara
ekosistem hutan Mangrove dan ancaman
dengan responden dan pengamatan
kepunahan spesies Mangrove di Desa Tada
langsung oleh peneliti di lapangan.
Selatan semakin meningkat. Faktor
Sedangkan data sekunder diperoleh dari
penyebab kerusakan dan akar masalahnya
literatur, artikel, jurnal, dokumen arsip serta
cukup kompleks. Namun inti dari semua
situs di internet dan masyarakat lain yang
permasalahan degradasi hutan Mangrove
terkait dengan penelitian ini.
itu pada hakekatnya bersumber pada
manusia beserta perilakunya, dalam hal ini
adalah masyarakat yang ada di sekitarnya.
Persepsi dan partisipasi merupakan unsur
Hasil Dan Pembahasan
Hasil uji validitas dan reliabilitas angket dapat dilihat pada lampiran 5 dan Ringkasannya
disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel ;Hasil Uji validasi dan reliabilitas angket

VALID RELIABEL PENERIMAAN


NO KESIMPULAN
(rb) (ri) DITERIMA TOLAK
1 0.15 0.26 TOLAK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
2 -0.17 -0.41 TOLAK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
3 0.00 0.01 TOLAK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
4 0.72 0.84 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
5 0.65 0.79 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
6 0.85 0.92 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
7 0.86 0.92 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
8 0.86 0.92 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
9 0.58 0.73 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
10 0.41 0.58 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
11 0.18 0.30 TOLAK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
12 0.16 0.27 TOLAK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
13 0.58 0.73 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
14 0.75 0.86 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
15 0.58 0.74 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
16 0.84 0.91 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
17 0.81 0.89 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
18 0.81 0.89 TERIMA SOAL DPT DIGUNAKAN
19 0.34 0.51 TOLAK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
20 -0.15 -0.36 TOLAK TIDAK DAPAT DIGUNAKAN

Pada tabel di atas, menunjukkan kurang terhadap upaya pemerintah untuk


bahwa dari 20 soal yang valid hanya 13 soal mempertahankan hutan Mangrove
yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagaimana fungsinya. Namun demikian,
untuk menguji persepsi dan partisipasi jika alih fungsi kawasan Mangrove tersebut
masyarakat Desa Tada Selatan dalam menjadi tempat wisata maka masyarakat
pengelolaan Mangrove, 7 soal mewakili memiliki partisipasi yang cukup baik. Hal ini
variable persepsi yakni: soal nomor 4-10 menunjukan bahwa dengan alih fungsi
dan 6 soal mewakili variable partisipasi kawasan hutan Mangrove menjadi kawasan
yakni nomor 13-18, sisanya tidak dapat wisata dapat membuat masyarakat sekitar
digunakan untuk penelitian ini. Hasil berusaha untuk menutupi kehidupannya.
penelitian di atas menunjukan baik persepsi Tanggapan negatif dari masyarakat
maupun partisipasi masyarakat Tada Selatan yang demikian tersebut seringkali terkait
atas pengelolaan hutan Mangrove dalam dengan kepercayaan dan budaya setempat.
kategori kurang baik, bahkan masyarakat Budaya didefinisikan sebagai tatanan
tidak lagi memikirkan fungsi lahan Mangrove pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
sebagai pemecah ombak atau filter air laut. nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu,
Hal ini disebabkan karena kawasan hutan peranan, hubungan ruang, konsep alam
Mangrove tersebut telah dijadikan usaha semesta, objek-objek materi dan milik yang
tambak bagi masyarakat. Dengan usaha diperoleh sekelompok besar orang dari
tambak tersebut masyarakat merasa terbantu generasi ke generasi melalui usaha individu
kehidupannya sehingga partisipasinya juga dan kelompok, serta belum adanya
penyuluhan dari pemerintah tentang terus dikembangkan sesuai dengan kondisi
pentingnya Hutan Mangrove di desa ini. hutan dan masyasrakat sekitarnya.
Mulyana dan Rahmat, (2002), Agroforestri (wanatani) secara
menyatakan bahwa penilaian negatif harfiah merupakan kombinasi antara
terhadap tumbuhan Mangrove perlu pertanian dan kehutanan berawal dari tema
mendapatkan perhatian bagi semua pihak multiple use of forest land (hutan
dalam upaya pengembangan Mangrove serbaguna) yang pertama kali muncul
dan rehabilitasi pantai. Tingkat partisipasi dalam World Forestry Congress pada tahun
masyarakat dalam pengembangan 1960 di Seattle, Amerika Serikat
Mangrove akan meningkat sebanding (Wiradinata, 1981). Sejak itu, hutan yang
dengan peningkatan ekonomi yang dapat semula hanya berfungsi sebagai penghasil
dirasakan oleh masyarakat. Jika kayu terutama untuk bahan bangunan,
masyarakat merasakan dampak langsung berkembang menjadi penghasil kayu untuk
secara ekonomi dengan keberadaan keperluan selain bangunan, pemelihara dan
Mangrove, maka bisa dipastikan tingkat pengatur tata air, perlindungan satwa,
partisipasi masyarakat dalam penghasil pangan dan pakan ternak serta
pengembangan Mangrove juga akan sebagai tempat rekreasi.
meningkat. Berdasarkan pembentukan dan
Peningkatan perekonomian perkembangan terdapat agroforestry,
masyarakat dengan pengembangan sistem tradisional yang terbentuk secara
Mangrove, salah satunya adalah dengan tradisional, dikembangkan dan diuji sendiri
pengembangan pariwisata Mangrove oleh petani sebagaimana terdapat di Desa
(Ekowisata), namun demikian sebelum Tada Selatan khususnya di kawasan hutan
dilakukan pengembangan Mangrove Mangrove. Sebaliknya agroforestri sistem
sebagai ekowisata daerah perlu dilakukan modern berkembang atas dasar hasil
studi kelayakan aspek pemasaran, teknis, penelitian (Hairiah, 2001). Berdasarkan
keuangan, lingkungan dan sosial dalam konsep yang berbeda (de Foresta dan
mengembangkan kawasan Mangrove Michon, 2000; Michon dan de Foresta,
untuk ekowisata harus di identifikasi secara 2000) atau interaksi dan keanekaragaman
jelas sebelum dikembangkan dan komponen sistem (van Noordwijk and
dioperasikan (Wardhani, 2011). Swift, 1999) terdapat sistem agroforestri
Pendapat di atas, memberi gambaran sederhana dan sistem agroforestri
bahwa perkembangan ekonomi berkaitan kompleks.
dengan partisipasi masyarakat dalam Sistem agroforestri sederhana adalah
pengembangan Mangrove. Mereka perpaduan konvensional, terdiri atas
beralasan tidak ada waktu karena kesibukan sejumlah kecil unsur, dan menggambarkan
mencari nafkah. Hal ini karena kurangnya skema agroforestri klasik. Perpaduan hanya
lahan produksi di Desa Tada Selatan terdiri atas satu unsur pohon yang berperan
sehingga budaya masyarakat cenderung sebagai unsur ekonomi penting (Kelapa,
melihat lahan-lahan yang ada untuk usaha Karet, Cengkeh, Jati) atau berperan secara
pertanian. ekologi (Dadap dan atau Petai Cina) dengan
Berdasarkan fakta di atas, diharapkan sebuah unsur tanaman semusim (Padi,
pemerintah melakukan mengembangkan Jagung, sayur-mayur, rerumputan) atau
alih fungsi lahan dengan berbagai kegiatan jenis tanaman lain seperti Kopi, Pisang,
seperti; budidaya tanaman, perikanan, dan Kakao yang juga memiliki nilai ekonomi.
peternakan. Pengalihan tersebut dikenal Sistem agroforestri kompleks adalah
dikenal sebagai system agroforestri. sistem yang terdiri atas sejumlah besar
Sistem agroforestri merupakan pepohonan, perdu, tanaman semusim dan
perkembangan ilmu pertanian dan atau rumput. Penampakan fisik dan
kehutanan yang relatif baru sehingga masih dinamika di dalamnya mirip dengan
ekosistem hutan alam primer maupun tanaman pangan seperti Padi, Jagung,
sekunder. Sistem ini bukan berasal dari Kacangtanah, Kedelai, Kentang, Kol di
hutan yang ditata secara lambat melalui lahan kawasan hutan disamping tanaman
transformasi sistem alami, melainkan pokok kehutanan (Jati, Pinus, Damar,
(pohon yang ditanam) melalui proses Sonokeling dan Mahoni).
perladangan. Kebun agroforest dibangun Silvopastur merupakan bentuk
pada lahan yang telah dibersihkan agroforestri dengan campuran kegiatan
kemudian ditanami dengan berbagai pohon kehutanan dengan peternakan yaitu lahan
(diperkaya). diantara tegakan pohon hutan ditanami
Sistem agroforestri sederhana dan rerumputan atau hijauan pakan ternak
kompleks dapat dihubungkan dengan dalam waktu bersamaan.
kebutuhan cahaya tanaman semusim. Silvofisheri adalah bentuk
Tanaman pada sistem agroforestri agroforestri dengan campuran kegiatan
sederhana pada umumnya merupakan kehutanan didaerah pantai (hutan payau)
tanaman suka cahaya (sun loving) sehingga dengan perikanan. Di sini petani tambak
memerlukan pengaturan jarak pohon membudidayakan ikan (udang atau
sedemikan rupa, dan sistem agroforestri bandeng) sekaligus menghutankan kembali
disebut system agroforestri cahaya (sun dan merehabilitasi hutan payau.
agroforestry system). Sebaliknya bila Hutan serbaguna merupakan bentuk
tanaman sela merupakan tanaman teduh agroforestri dengan campuran kegiatan
atau tanaman bayangan (shade loving) kehutanan dengan tanaman pangan,
sehingga tidak memerlukan pengaturan peternakan, tanaman obat, pemeliharan
jarak tanam pohon, sistem semacam itu lebah madu, pemeliharaan ulat sutera,
disebut sistem agroforestri teduh atau wisata, pendidikan (perkemahan) dan
bayangan (shade agroforestry system) latihan militer.
(Anonim, 2003). Kebun campuran (Farm Forestry
Diversifikasi penggunaan lahan atau multipurpose forest tree production
sesuai lingkungan setempat melalui system) yang merupakan campuran
penanaman pohon secara tumpangsari kegiatan pertanian (berbagai jenis tanaman)
dengan tanaman semusim pada suatu dengan penanaman pohon di luar
tempat dan waktu yang bersamaan maupun kehutanan (pohon bukan merupakan
bergiliran merupakan pola dasar sistem tanaman utama).
agroforestri (Hairiah et al., 2000). Alih fungsi hutan untuk keperluan
Budidaya komoditas pertanian diantara pemenuhan pangan mengindikasikan
pohon menciptakan berbagai struktur bahwa telah terjadi over grazing karena
sistem agroforestri sehingga terdapat manusia mencari makan yang berhubungan
bermacam bentuk antara lain (a) dengan kemiskinan. Oleh karena itu
agrisilvikultur, (b) silvopastur, (c) kerusakan hutan dan kemiskinan
silvofisheri, (d) hutan serbaguna merupakan dua fenomena yang saling
(Satjapradja, 1981)., dan (e) (Farm berhubungan. Untuk menghindari
forestry) kebun campuran (Sitompul, 2003) kerusakan hutan namun tidak mengabaikan
atau multipurpose forest tree production kebutuhan masyarakat, lahir konsep
system (Kartasubrata dan Masud, 1981). perhutanan sosial (social forestry).
Agrisilvi kultur adalah suatu bentuk Konsep-konsep pengembangan hutan
agroforestri yang merupakan campuran sebagaimana telah disebutkan di atas perlu
kegiatan kehutanan dengan pertanian diterapkan pada masyarakat, khususnya di
lainnya. Tumpangsari merupakan istilah daerah penelitian ini sehingga anatra
yang banyak digunakan di perhutani yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
cara pengelolaan hutan yang penataan lingkungan Mangrove, keduanya
memperbolehkan petani membudidayakan dapat berjalan seiring sehingga dapat
melahirkan persepsi dan partisipasi dari DAS Palu, Poso Palu.
masyarakat menjadi maksimal terhadap Imam H, (2011). Persepsi Pesanggem
pengelolaan kawasan hutan Mangrove. Mengenai Hutan Mangrove Dan
Partisipasi Pesanggem dalam
Pengelolaan Tambak Mangrove
Simpulan Ramah Lingkungan Model Empang
Parit. Departemen Sains
Berdasarkan hasil penelitian yang Komunikasi dan Pengembangan
telah dilakukan di Desa Tada Selatan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Manusia, IPB 1978-4333, Vol. 05,
Parigi Moutong, dapat ditarik No. 01
kesimpulanya sebagai berikut: (1) Persepsi
masyarakat tentang manfaat dan fungsi IUCN. (1993). Ecology and Management of
Hutan Mangrove di Desa Tada kurang baik, Mangroves, Bangkok. Thailand
persentase hanya mencapai 54%.
(2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Kordi, K., dan Ghufran, H. (2012).
pengelolaan Hutan Mangrove di Desa Tada Ekosistem Mangrove: Potensi fungsi
Selatan diperoleh persentasi skor nilai 47%. dan pengelolaan. Jakarta: PT Rineka
Atau dalam kategori kurang baik. Cipta.
Diharapkan bagi pemerintah untuk Kusmana, C. Pengelolaan Ekosistem
melakukan Penyuluhan tentang cara Mangrove Secara Berkelanjutan dan
pelestarikan ekosistem Mangrove, Berbasis Masyarakat. Makalah
diharapkan bagi pemerintah dan instansi disampaikan pada Lokakarya
terkait perlu adanya konservasi dan Nasional Pengelolaan Hutan
pelestarian terhadap kekayaan hayati ini Mangrove, di Jakarta, 6-7 Agustus
sebab Indonesia dikarunia memiliki 2002.
Mangrove yang terluas di dunia dan juga Ndraha, Taliziduhu. 1990. Partisipasi dan
memiliki keragaman hayati yang terbesar Pembangunan Masyarakat:
serta strukturnya paling bervariasi. Mempersipakan Msyarakat Tinggal
Landas. Jakarta. Rineka Cipta
Daftar Pustaka Rita L., Richard C., Atkinson, Ernest
R., dan Hilgard. (1983). Pengantar
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Psikologi, Edisi kedelapan Jilid I,
Suatu Pendekatan Praktik. Alih bahasa: Nurdjannah Taufiq,
Jakarta: Rineka Cipta. Rukmini Barhana. Editor: Agus
Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, Dharma, Michael Adryanto. Jakarta:
Ernest R. Hilgard. 1983. Erlangga.
Pengantar Psikologi, Edisi Saptorini. (2003). Persepsi dan Partisipasi
kedelapan Jilid I, Alih bahasa: Dra. Masyarakat dalam Pelaksanaan
Nurdjannah Taufiq, Dra. Rukmini Konservasi Hutan Mangrove Di Kec.
Barhana. Editor: Agus Dharma,SH, Sayung Kab. Demak. Tesis Magister
M. Ed. Ph. D, Michael Adryanto. Pada Program Pasca Sarjana Di
Jakarta. Erlangga. Ponegoro Semarang: Tidak
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Diterbitkan.
Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi
Yogyakarta. Pendidikan. Jakarta: Paja Grafindo
BP-DAS, Palu-Poso 2007. Areal Model Persada.
Bakau Di Kelurahan Kabonga Suharto dan Tata Iryanto. (2011). Kamus
Besar Kecamatan Banawa bahasa indonesia terbaru. Penerbit
Kabupaten Donggala. Materi Indah. Surabaya.
Dialog Seputar Balai Pengelolaan
Susilo Martoyo. 2009. Manajemen Sumber States of America. Scott; Foresman
Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta. Company.
Tansatrisna, Diwyacitra. 2014. Persepsi
dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga. Makalah Kolokium.
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam
Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Malang: UMM Press.
Zimbardo dan Philip G. (1975). Psychology
and Life, Edisi kesembilan. United

Anda mungkin juga menyukai