Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Sosio Agri Papua Vol 11 No 2 Desember 2022

POLA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KEGIATAN USAHATANI DI KAMPUNG


DINDEY DISTRIK WARMARE KABUPATEN MANOKWARI PAPUA BARAT

Imer E H Marini¹ , Michael A Baransano² , Yosina Waromi³

¹Universitas Papua, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis, E-mail
: glorielamarini16@gmail.com
²Universitas Papua, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis
³Universitas Papua, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian , Program Studi Agribisnis

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola pemanfaatan lahan di kegiatan usahatani petani Arfak dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan diagram cincin yang dikembangkan oleh Von Thunen. Penelitian ini menggunakan
metode deksriptif dengan pendekatan survey. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari petani sub suku Hatam dan Moile yang
diambil berdasarkan metode proporsi, 76,7% berasal dari Sub Suku Hatam dan 23,3% berasal dari sub Moile dengan
pertimbangan bahwa sub suku Hatam adalah pemilik hak ulayat di Kampung Dindey, sementara sub suku Moile adalah
pendatang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan penelusuran studi pustaka. Analisis data
menggunakan metode kuantitatif yaitu tabulasi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis lahan yang
dimanfaatkan oleh petani untuk berusahatani adalah lahan pekarangan, kebun dan lereng gunung.dengan mengusahakan 21
jenis komoditi dengan pola tanam campuran dan teknik budidaya mulai dari penyiapan bibit sampai dengan pemasaran serta
memiliki luasan lahan yang berbeda-beda. Pemanfaatan lahan pekarangan digunakan untuk sebagai lahan konsumtif
sementara pemanfaatan lahan kebun maupun lahan lereng gunung digunakan untuk sebagai lahan produktif.

Kata kunci: Pola Pemanfaatan Lahan, von thunen, Suku Arfak

ABSTRACT

This study uses a method based on ring diagrams created by Von Thunen to investigate land usage patterns in Arfak farmers'
farming activities. In this work, a descriptive methodology and a survey approach are used. According to the proportion
method, farmers from the Hatam and Moile sub-tribes made up the sample for this study. Taking into account that the Hatam
sub-tribe is the owner of customary rights in Dindey Village while the Moile sub-tribe are immigrants, 76.7 percent of the
farmers in the sample were from the Hatam sub-tribe. The process of gathering data involved observation, interviews, and
a literature search. Simple tabulations were one of the quantitative techniques used in data analysis. The findings indicated
that yards, gardens, and mountain slopes were the main types of land used by farmers for cultivation. by growing 21 different
sorts of commodities on various types of land and using a variety of cropping patterns, cultivation methods, from seed
preparation to commercialization. Consumptive land is utilized in yards, whereas productive land is used in gardens and on
mountain slopes.

Keywords : land use pattern, Von Thunen, Arfak tribe

kayu dan ubi jalar sekitar 107 ha serta jagung 64 ha.


PENDAHULUAN Jenis penggunaan lahan di Distrik Warmare adalah
pertanian lahan kering semusim dengan areal lahan
Kabupaten Manokwari merupakan suatu pertanian yang tidak tersedia pengairan sehingga
kabupaten yang berada di provinsi papua barat, mayoritas lahan ditanami dengan tanaman umur
kabupaten ini memiliki 9 distrik yang diantaranya pendek atau tanaman semusim. Pola pemanfaatan
ada distrik warmare yang memiliki jumlah lahan di Distrik Warmare membentuk pola yang
penduduk terbanyak kedua setelah distrik masni. menyebar dengan mengalami perkembangan
Distrik Warmare merupakan salah satu wilayah yang berbeda-beda (cepat,sedang, dan
distrik yang memiliki potensi dalam produksi lambat) dan faktor yang mempengaruhi
pangan ubi-ubian karena sebagian besar penduduk pemanfaatan lahan. (Badan Pusat Statistik Distrik
Warmare yang berasal dari Suku Arfak bermata Warmare, 2020).
pencaharian sebagai petani ubi-ubian dan dari segi Berdasarkan tata ruang Kabupaten
kesuburan tanah, tanah di Warmare cocok Manokwari, kawasan Distrik Warmare memang
digunakan untuk berusaha tani ubi-ubian (Mulyadi, diperuntukkan untuk pengembangan tanaman
2009). pangan dengan komoditas umbi-umbian. Lahan
Luas panen komoditas palawija pada tahun merupakan sumber daya alam yang sangat vital,
2019 paling tinggi adalah ubi-ubian yaitu talas, ubi manusia membutuhkan lahan sebagai tempat
120
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 11 No 2 Desember 2022

kegiatan hidup demi kelangsungan hidupnya. Lahan dikaji/diteliti dengan menggambarkan keadaan
dapat dimanfaatkan manusia sebagai sumber subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta yang
penghidupan bagi mereka yang mencari nafkah dan ada, antara lain kondisi sosial ekonomi, pertanian,
sebagai tempat permukiman. Lahan adalah tanah lingkungan dan faktor lainnya dari petani Arfak di
yang sudah ada peruntukannya dan pada umumnya Kampung Dindey (Prasetyo, 2018).
ada pemiliknya, baik perorangan atau lembaga.
Lahan merupakan bagian dari ruang.
Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh
faktor - faktor yang saling mempengaruhi, antara
lain : pertumbuhan penduduk pemekaran atau
perkembangan daerah (terutama daerah perkotaan
ke daerah pedesaan), dan kebijaksanaan
pembangunan pusat daerah. Keterbatasan lahan
juga menyebabkan munculnya perebutan dalam
pemanfaatan lahan yang terjadi karena terbatasnya
Teori von Thunen merupakan teori lokasi klasik
yang tradisional dan dikemukakan sebelum masa Gambar 1. Kerangka Hubungan Antar Variabel
modern (Walisongo, 2017). Teori von Thunen Teknik Survey digunakan untuk
dalam penelitian pola pemanfaatan lahan biasa mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai
digunakan sebagai pedoman dasar pendekatan keadaan subjek penelitian berdasarkan fakta yang
pengembangan wilayah. Berdasarkan teori ini, ada untuk dapat melihat pola pemanfaatan lahan
kegiatan ekonomi/produksi komoditas yang paling oleh petani Suku Arfak yang berdomisili di
efisien menurut besaran biaya produksi dan biaya Kampung Dindey.
transportasi adalah yang berada di dekat (pusat Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
kota). penelitian adalah petani Sub Suku Hatam dan Moile
Distrik Warmare merupakan salah satu yang berdomisili di Kampung Dindey Distrik
distrik di Kabupaten Manokwari. Penduduk di Warmare.
berasal dari suku Arfak, dengan penduduk asli Metode Pengumpulan Data
berasal dari Sub Suku Hatam, sedang penduduk
Data dalam penelitian ini terdiri dari data
lainnya berasal dari sub suku Moile yang hidup
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
bersama disamping penduduk suku Jawa yang
dilakukan dengan menggunakan teknik observasi
merupakan petani peserta program transmigrasi.
dan wawancara. Observasi merupakan pengamatan
Selama ini belum pernah dilakukan studi tentang
secara langsung untuk memperoleh data di lapangan
pola pemanfaatan lahan di distrik ini, sementara data
dan mendokumentasikannya, teknik wawancara
tersebut sangat dibutuhkan dalam rencana
merupakan pengumpulan data secara langsung
pengembangan distrik di tahun-tahun mendatang.
kepada responden/sampel dalam bentuk tanya jawab
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
menggunakan panduan yang disediakan (kuisioner)
penelitian tentang pola pemanfaatan lahan dan pola
terkait pokok-pokok permasalahan yang diteliti
produksi oleh petani lokal di Distrik Warmare.
secara terstruktur. Data sekunder dikumpulkan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
dengan melakukan penelusuran studi pustaka
masalah penelitian adalah : apa saja pola tata
melalui berbagai buku, artikel, laporan kegiatan,
guna/pemanfaatan lahan oleh petani suku Arfak Sub
dokumen serta arsip yang terkait dengan topik
Suku Hatam dan Moile di Kampung Dindey ?
penelitian dari berbagai instansi terkait seperti
Berdasarkan masalah penelitian tersebut,
Badan Pusat Statistik (BPS), kantor kampung, dinas
maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui Pola
tanaman pangan, dan instansi lain yang terkait.
pemanfaatan lahan di Kampung Dindey. Kerangka
hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat Metode Pengambilan Contoh
dilihat pada Gambar 1
Pengambilan contoh dilakukan melalui
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung
beberapa tahap. Tahap 1 dimulai dari penentuan
Dindey Distrik Warmare Kabupaten Manokwari
kampung yang dilakukan dengan menggunakan
Provinsi Papua Barat. Penelitian ini dilakukan
metode purposive. Dari jumlah kampung di Distrik
selama kurang lebih satu bulan yang terhitung sejak
Warmare ada 31 kampung dipilih 1 kampung yaitu
bulan April hingga bulan Mei tahun 2022.
Kampung Dindey karena di kampung ini berdiam
Penelitian ini menggunakan metode
petani suku Hatam dan Moile. Selanjutnya pada
deskriptif dengan teknik survey. Metode deskriptif
tahap kedua dilakukan pengambilan sampel
digunakan untuk memecahkan permasalahan yang
121
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 11 No 2 Desember 2022

responden dari ke 2 suku tersebut. Penentuan sampel lahan satu keluarga dengan keluarga yang lainnya
dilakukan secara sengaja yaitu hanya memilih petani berupa rumah warga.
yang berasal dari sub suku Hatam dan Moile 2. Luas Lahan Kebun
sebanyak 30 petani dengan proporsi sub Suku Hasil penelitian mengenai luas kebun yang
Hatam sebesar 76,67 % dan sub Suku Moile sebesar digunakan untuk usahatani disajikan pada Tabel 2
23,33 %. Proporsi sub suku Hatam lebih besar berikut ini :
karena pertimbangan sub suku Hatam adalah Tabel 2. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Kebun
pemilik hak ulayat di Kampung Dindey. Usaha tani di Kampung Dindey Distrik Warmare,
Metode analisis data yang digunakan dalam Tahun 2022
penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
tabulasi sederhana untuk menggambarkan pola
pemanfaatan lahan di tingkat distrik dan tingkat
petani. Selanjutnya, data-data disajikan secara
deskriptif dan diuraikan secara sistematis.
Kajian Pola pemanfaatan lahan dalam
penelitian ini dimulai dengan menjelaskan
penggunaan lahan dan pemanfaatannya.
Penggunaan lahan yang dimaksud dalam penelitian Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa sekitar
ini adalah lahan yang dimanfaatkan untuk 33,33 % petani memanfaatkan luas lahan luas lahan
pekarangan, kebun dan lereng gunung. kebun untuk kegiatan usahatani sebesar 0,005-0,008
Pemanfaatannya berupa tujuan konsumtif dan ha. Hal ini dikarenakan lahan yang dimanfaatkan
produktif. untuk berusahatani sudah ada batasan antara lahan
Pemanfaatan Lahan satu KK dengan KK lainnya. Begitu pun dengan luas
lahan kebun yang dimanfaatkan oleh 13 KK sebesar
Pemanfaatan lahan baik pada pekarangan, 1 ha, dikarenakan mereka mempunyai lahan milik
kebun dan lereng gunung oleh petani Suku Arfak di pribadi sehingga mereka memilih di lahan
Kampung Dindey bertujuan untuk kegiatan erusahatani di kebun yang jaraknya sangat jauh dari
konsumtif dan produktif. Secara rinci, sebaran pemukiman warga.
responden berdasarkan luas lahan, jenis komoditi 3. Luas Lahan Lereng Gunung
yang diusahakan dan pola pemanfaatan lahan pada Sebaran luas lereng gunung di Kampung
lahan pekarangan, kebun dan lereng gunung di Dindey disajikan pada Tabel 3 berikut ini :
daerah penelitian disajikan berikut ini:
1. Luas Lahan Pekarangan Tabel 3. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Lereng
Penguasaan lahan pekarangan di Kampung Dindey Gunung Usaha tani di Kampung Dindey Distrik
disajikan pada Tabel 1 berikut ini : Warmare, Tahun 2022
Tabel 1. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan
Pekarangan yang digunakan untuk Usaha tani
di Kampung Dindey Distrik Warmare, Tahun
2022

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa luas


lahan lereng gunung yang dimanfaatkan petani untuk
kegiatan usahatani sebesar 0,005-0,008 ha. Petani
yang mengolah lahan lereng gunung untuk kegiatan
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa luas
usahatani adalah petani yang berasal dari sub suku
lahan pekarangan yang dimanfaatkan petani kurang
Moyle. Hal ini dikarenakan sub suku Moile tidak
dari0,005 ha. Letak lahan pekarangan yang
memiliki hak untuk mengelola lahan kebun akan
dimanfaatkan adalah di halaman belakang rumah
tetapi adanya kearifan lokal Suku besar Arfak yang
petani. Sempitnya luas lahan pekarangan yang
sudah menjadi ciri khas sejak turun temurun
dimanfaatkan dikarenakan lahan pekarangan
sehingga yang menggambarkan bagaimana
berdekatan dengan pemukiman warga serta batas
masyarakat Arfak dapat hidup secara harmonis
122
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 11 No 2 Desember 2022

dengan lingkungan hidupnya walaupun beda sub di kedua lahan tersebut. Lahan pertanian dikatakan
suku dalam Suku besar Arfak. Hal tersebut menjadi produktif apabila lahan pertanian tersebut dapat
alasan kepala suku sub Suku Hatam memberikan menghasilkan hasil produksi di bidang usaha tani
lahan di lereng gunung kepada sub Suku Moyle yang yang memuaskan.
berjumlah 7 KK untuk berusahatani di lereng Untuk meningkatkan produktivitas pertanian,
gunung. setiap petani semakin lama semakin tergantung pada
sumber-sumber dari luas lingkungannya. Tetapi ada
Jenis Komoditi
faktor penghambat yaitu akses jalan yang kurang
Jenis komoditi yang dibudidayakan petani di memadai sehingga hasil usahatani tidak diambi
lahan pekarangan, lahan kebun, lahan lereng gunung semua dikarenakan jalan raya ke kedua lahan
berupa tanaman pangan: jagung, keladi,ubi jalar, ubi tersebut cukup sulit (Bhastoni, 2015).
kayu. Tanaman rempah-rempah : rica, serai, kunyit,
kemangi, daun bawang, tomat, lengkuas, daun Diagram Cincin Von Thunen Dan Diagram
pandan. Sayuran : labu, sayur singkong, sayur Cincin Pola Pemanfaatan Lahan Di Kampung
gedi,sayur bayam, sayur lilin, sayur genemo, dan Dindey
kangkung. Buah-buahan : pepaya, pisang. Pola Teori Von Thunen menyatakan bahwa
tanam yang diterapkan oleh petani di Kampung semakin jauh jarak lahan ke pasar maka nilai sewa
Dindey yakni pola tanam polikultur (campuran). lahannya semakin murah, sebaliknya semakin dekat
Pemanfaatan Lahan jarak lahan ke pasar maka nilai sewa ahannya
semakin mahal. Nilai sewa lahan ini identik dengan
Pemanfaatan lahan di Kampung Dindey oleh nilai produktivitas. Jika nilai sewa lahan tinggi maka
petani Suku Arfak bertujuan untuk kegiatan produktivitas lahan tinggi yang artinya bahwa lahan
konsumtif dan produktif. Secara rinci, sebaran tersebut sudah produktif. Kondisi ini ditunjukan pada
responden berdasarkan pola pemanfaatan lahan diagram di bawah ini:
disajikan pada Tabel berikut :
Tabel 4.Sebaran Responden Menurut Pola Pemanfaatan
Lahan Usaha tani di Kampung Dindey Distrik
Warmare Tahun 2022

Gambar 1. Diagram Cincin Von Thunen

Gambar di atas menunjukkan zona


penggunaan lahan oleh Von Thunen. P adalah pusat
kota/pasar. Ring 1 merupakan pusat
kegiatan/kerajinan. Ring 2 merupakan daerah
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa petani
pertanian intensif (susu dan sayur mayur). Ring 3
memanfaatkan lahan pekarangan untuk memenuhi
adalah wilayah penghasil kayu bakar. Ring 4
kebutuhan hidup sehari-hari (subsisten). Hal ini
merupakan daerah yang digunakan untuk tanaman
dikarenakan tanah di pekarangan terpengaruh oleh
dengan rotasi tahunan 6-7 tahun dan ternak. Ring 5
akar-akar pohon tahunan sehingga tingkat kesuburan
untuk peternakan, gandum, dengan satu tahun dari
tanah berkurang dan berdampak pada produksi atau
tiga tahun merupakan waktu tanpa tanaman/kering.
hasil panen. Selain itu adanya gangguan dari hewan
Ring 6 untuk daerah pembuangan sampah dan untuk
seperti babi dan sapi yang memakan hasil tanaman
diluar Ring 6 merupakan hutan. Dari ringring di atas
karena lahan pekarangan tidak dipasang pagar serta
maka diperoleh gambaran tentang pembagian lahan
luas lahan pekarangan sempit karena dibatasi dengan
yang berdasarkan pada kebutuhan yang paling pokok
pemukiman warga. Faktor-faktor tersebut menjadi
dan juga memperhatikan masa tanam yang nantinya
alasan petani tidak memanfaatkan lahan pekarangan
akan mempengaruhi biaya transportasi.
sebagai mata pencaharian karena hasil pertaniannya
Hasil penelitian pola pemanfaatan lahan di
kurang baik.
Kampung Dindey agak berbeda dengan diagram
Lahan kebun dan lahan lereng gunung
cincin dari Von Thunen, diagram cincin pola
dimanfaatkan sebagai mata pencaharian atau
pemanfaatan lahan di Kampung Dindey ditunjukan
digunakan sebagai tempat kegiatan usahatani
sehingga dapat menghasilkan komoditi yang baik
untuk dapat dijual. Dilihat dari luas lahan dan tanah
yang subur menjadi alasan petani untuk berusahatani
123
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 11 No 2 Desember 2022

dengan gambar sebagai berikut : Hasil penelitian tentang pola pemanfaatan lahan
di Kampung Dindey yang menghubungkan
antara jarak lahan kebun, lereng dan pekarangan,
diperoleh hasil bahwa meskipun jarak dari sentra
produksi pertanian (lahan kebun dan lahan
lereng gunung) jauh dari pasar, namun nilai
produktivitasnya paling tinggi dibanding nilai
Gambar 2. Diagram Cincin Pemanfaatan Lahan di lahan pekarangan yang dekat dengan pasar
Kampung Dindey namun nilai produktivitasnya rendah. Artinya
pola pemanfaatan lahan di Kampung Dindey
Berdasarkan konsep Von Thunen bahwa agak berbeda dengan konsep pola pemanfaatan
lahan yang produktif adalah lahan yang nilai sewa lahan Von Thunen karena nilai produktivitas
nya tinggi dan jarak nya dekat dengan pasar. Pada yang menunjukkan nilai sewa lahan kebun dan
hasil penelitian ini, lahan kebun dan lahan lereng
lahan lereng gunung lebih tinggi dibanding lahan
gunung lebih produktif karena hasil pertaniannya
dimanfaatkan untuk kegiatan produktif sehingga jika pekarangan padahal jaraknya paling jauh dari
digambarkan dalam cincin Von Thunen, maka letak pasar. Setelah dikaitkan dengan bentuk
lahan kebun dan lahan lereng gunung lebih dekat ke pemanfaatan hasil pertanian dari lahan tersebut
pasar dibanding lahan pekarangan dan lahan untuk ternyata menunjukkan bahwa hasil pertanian
pemukiman. Apabila dihubungkan dengan nilai sewa dari lahan pekarangan digunakan untuk
lahan menurut Von Thunen, maka nilai sewa lahan kebutuhan konsumtif sedangkan hasil pertanian
kebun dan lahan lereng gunung lebih tinggi nilainya dari lahan kebun dan lahan lereng gunung
dari lahan pekarangan yang hanya dimanfaatkan digunakan untuk kebutuhan produktif
untuk kegiatan konsumtif. h) Berdasarkan pasar, ada dua pasar yang
Von Thunen mengeluarkan 6 asumsi sebagai berikut: berdekatan dengan Distrik Warmare, yaitu
a) Isolated stated, terdapat suatu daerah terpencil
pasar SP 2 yang jaraknya lebih dekat dengan
yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah
pedalamannya dan merupakan satusatunya daerah Kampung Dindey dan pasar Wosi yang
pemasok kebutuhan pokok yang merupakan jaraknya lebih jauh dari Kampung Dindey,
komoditi pertanian. namun petani memilih menjual hasil
b) Single market, daerah perkotaan tersebut pertanian di pasar Wosi karena atribut
merupakan daerah penjualan kelebihan produksi tertentu yang ada di Pasar Wosi seperti tiap
daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hari pasar tersebut buka sedangkan pasar SP
hasil pertanian dari daerah lain. 2 Prafi hanya buka dua kali dalam seminggu,
c) Single destination, daerah pedalaman tidak di Pasar Wosi banyak pembeli sedangkan di
menjual kelebihan produksinya ke daerah lain Pasar SP 2 Prafi sedikit pembeli karena
kecuali ke daerah perkotaan. Daerah pedalaman masing-masing keluarga dapat memenuhi
merupakan daerah berciri sama (homogenous)
kebutuhan makan dari hasil kebun. Atribut
dan cocok untuk tanaman dan peternakan dalam
menengah. d. Maximum oriented, daerah yang lain karena berjualan di Pasar Wosi
pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha maka petani sekaligus membeli kebutuhan
untuk memperoleh dalam rumah yang diperlukan. Pasar
d) Keuntungan maksimum dan mampu untuk warmare pun tidak difungsikan karena sering
menyesuaikan hasil tanaman dan terjadi konflik antar sub Suku besar Arfak
e) peternakannya dengan permintaan yang terdapat yang tinggal diwarmare.
di daerah perkotaan.
f) One moda transportation, satu-satunya angkutan KESIMPULAN
yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan
darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda. Pola pemanfaatan lahan untuk kegiatan
g) Equidistant, biaya angkutan ditanggung oleh usahatani di Kampung Dindey pada petani sub Suku
petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang Hatam dan Moile terdiri dari tiga lahan yakni lahan
ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam pekarangan, kebun dan lereng gunung untuk
bentuk segar (Nurfatimah,2020). melakukan kegiatan usahatani. Pada tiga lahan
tersebut ditanami 21 jenis komoditi dengan pola
tanam campuran dan teknik budidaya mulai dari
124
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 11 No 2 Desember 2022

penyiapan bibit sampai dengan pemasaran serta


memiliki luasan lahan yang berbeda-beda.
Pemanfaatan lahan pekarangan digunakan untuk
sebagai lahan konsumtif sementara pemanfaatan
lahan kebun maupun lahan lereng gunung digunakan
untuk sebagai lahan produktif.
Pola pemanfaatan lahan di Kampung Dindey
bertolak belakang dengan teori Von Thunen, dimana
semakin jauh jarak sentra produksi dengan pasar,
maka nilai produktivitas semakin tinggi.
Teori tata guna lahan Von Thunen tidak
dapat sepenuhnya diterapkan saat ini. Di zaman
modern seperti sekarang secara khusus di Distrik
Warmare, jasa angkutan sudah lebih dari satu
angkutan serta pasar yang tersedia sudah lebih dari
satu pasar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terimakasih


kepada Universitas Papua secara khusus Fakultas
Pertanian Program Studi Agribisnis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua dosen
pembimbing yang telah membimbing dalam
penyusunan skripsi sampai dengan selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2020. Distrik Warmare Dalam


Angka 2020. Publikasi BPS Distrik Warmare
Bhastoni, K. 2015. Peran Wanita Tani di Atas Usia
Produktif dalam Usahatani Sayuran Organik
Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa
sumberejo Kecamatan Batu. Jurnal Habitat, 2
6(2): 119-129
Mulyadi, M., Sugihen, B. G., Asngari, P. S., &
Susanto, D. (2009). Kearifan Lokal dan
Hambatan Inovasi Pertanian Suku Pedalaman
Arfak di Kabupaten Manokwari Papua Barat.
Jurnal Penyuluhan, 5(1).
Nurfatimah, N. (2020). Teori Eksplanatoris Pola
Penggunaan Lahan.
Prasetyo, E. (2012). Analisis Agribisnis Peternakan
Ayam Potong Lokal di Kabupaten Batang
(Doctoral dissertation, Program Pascasarjana
Undip).
Walisongo, I., & Iain, D. D. A. D. (2017). Laporan
Penelitian Individual Analisis Potensi
Ekonomi Kawasan Sekitar Kampus.

125

Anda mungkin juga menyukai