DRAFT 1
2013
Semua kajian informasi dalam laporan ini bersumber dari masyarakat adat kampung Trimuris
Laporan ini menyajikan pandangan masyarakat mengenai pengelolaan sumber daya alam,
tata ruang, dan rencana penggunaan lahan masa depan.
Foto-foto cover (searah jarum jam): wawancara, anak-anak di dermaga kampung, kegiatan
pemetaan, kegiatan skoring PDM dan pengambilan titik GPS.
Penelitian ini disponsori oleh United Stated Agency for International Development atau
(USAID)
DAFTAR ISI
Daftar Isi......
Daftat Tabel
Daftar Gambar
Kata Pengantar
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Metode
3. Hasil
3.1. Sejarah Kampung, Suku dan Marga
3.2. Kehidupan Sosial Masyarakat
3.3. Sistem Penggunaan Lahan
3.4. Aturan adat tentang penggunaan lahan
3.5. Survei Persepsi Masyarakat
3.6. Pengumpulan dan Penjualan hasil Alam
3.7. Analisis Tipe Lahan dan Kategori guna
3.8. Pemetaan Partisipatif
3.9. Pengambilan titik lokasi penting
3.10. Monitoring Tradisional
4. Penutup
4.1. Isu Penting
4.2. Kesimpulan
4.3. Rekomendasi
Daftar Gambar
1. Kampung Suaseso
2. Pertemuan awal di kampung Suaseso
3. Seorang anggota peneliti melakukan wawancara
4. Kelompok perempuan tua sedang berdiskusi
5. Seorang anggota masyarkat sedang melengkapi peta dasar
6. Seorang anggota peneliti sedang mengambil titik koordinat dengan alat GPS
7. Seorang anggota peneliti menyerahkan peta partisipatif kepada kepala kampung
Suaseso disaksikan oleh kepala suku besar Suaseso dan Birarameso
8. Persentasi Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kampung Suaseso tahun 2013
9. Sebaran Penduduk Menurut Suku di Kampung Suaseso tahun 2013
10. Sebaran Penduduk Menurut Marga di Kampung Suaseso tahun 2013
11. Matapencaharian penduduk kampung Suaseso tahun 2013
12. Penduduk di kampung Suaseso berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013
13. Gedung Sekolah Dasar di Kampung Suaseso, 2013
14. Dermaga Kampung Suaseso di tepi kali Aremi, 2013
15. Persepsi Masyarakat Suaseso Tentang Kejadian yang paling Berbahaya
16. Persepsi Masyarakat Suaseso Tentang Kejadian Yang Sering Terjadi
17. Tipe Lahan Terpenting Menurut Masyarakat Kampung Suaseso
18. Tipe lahan penting untuk makanan menurut masyarakat Suaseso
19. Tipe lahan penting untuk obat-obatan menurut masyarakat Suaseso
20. Tipe lahan penting untuk bahan rumah menurut masyarakat Suaseso
21. Tipe lahan penting untuk bahan pondok menurut masyarakat Suaseso
22. Tipe lahan penting untuk bahan perahu menurut masyarakat Suaseso
23. Tipe lahan penting untuk kayu bakar menurut masyarakat Suaseso
24. Tipe lahan penting untuk bahan yang dapat dijual meneurut masyarakat Suaseso
25. TIpe lahan penting untuk bahan upacara adat/ritual dan hiasan menurut masyarakat
Suaseso
26. Tipe lahan penting untuk bahan anyaman menurut masyarakat Suaseso
27. Tipe lahan penting untuk masa depan menurut masyarakat Suaseso
28. Peta sebararan sumber daya alam kampung Suaseso
29. Peta penggunaan lahan masa kini dan masa depan
30. Peta marga
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Conservation International (CI) Indonesia Papua Program Raya bekerja sama dengan
Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya melakukan kegiatan Colaborative Land Use
Planning (CLUP) atau Perencanaan Kolaborativ Tata Ruang Kabupaten Mamberamo
Raya. Kegiatan ini di danai oleh United Stated Agency for International Development
(USAID) dengan jangka waktu 14 bulan. Penelitian ini sebagai salah satu dari tiga
tahapan capaian kegiatan yang harus dilaksanakan di Kabupaten Mamberamo Raya.
Kegiatan penelitian ini telah diawali dengan adanya perjanjian kerja sama antara
Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya dengan CI pada tanggal ,,,,,,tahun 2012.
Staf pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya yang terlibat dalam penelitian ini
adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Pemerintahan Kampung dan Pertanian.
6.1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendukung perencanaan Tata Ruang Kabupaten
Mamberamo Raya. Secara khusus kegiatan ini bertujuan guna mengetahui bentuk
atau pola perencanaan ruang dan penggunaan lahan secara tradisional masa kini dan
masa depan oleh masyarakat kampung yang akan di integrasikan ke dalam rencana
tata ruang kabupaten.
Pembagian tugas dilakukan untuk mengupulkan data dan informasi. Tim dibagi
menjadi tim kampung dan tim lapangan. Pertemuan masyarakat dilakukan diawal
kegiatan dan akhir kegiatan oleh semua anggota tim. Tim kampung melakukan
kegiatan survei rumah tangga, wawancara dan FGD. Pemetaan partisipatif dilakukan
bersama antara tim kampung dan tim lapangan. Hasil pemetaan dijadikan sebagai
bahan tim lapangan melakukan ground check untuk memastikan titik-titik posisi
lokasi penting seperti kampung tua, dusun sagu, tempat sejarah, kali, rawa, telaga,
gunung, penggunaan lahan oleh masyarakat dan tipe jenis tumbuhan disekitar lokasi
pengambilan titik dengan alat Global Position Sistem (GPS).
6.3.3. Pengelolaan data
Pengelolaan data dilakukan melalui tahapan input data dan analisis data. Agar data
lapangan tidak hilang maka managemen data dilakukan dengan mengkopi atau
menggandakan semua data lapangan. Data dan informasi tersebut diinput atau diketik
kembali pada lembar data dan kuisioner yang ada dikomputer sesuai dengan format
yang digunakan dilapangan saat pengumpulan data.
Analisis data dilakukan dengan melakukan pengelompokan data sesuai dengan lembar
data dan kuisioner yang dikupulkan, setelah itu diolah dengan mendeskripsikan
kembali informasi yang diperoleh. Informasi berupa data diolah melalui program
excel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Untuk melihat kepentingan tipe lahan
menurut masyarakat dilakukan melalui analisa Local Use Value Index (LUVI). Peta
hasil sketsa masyarakat diolah dengan menggunakan software arcview dengan
memasukkan data lapangan yang diperoleh melalui GPS.
Lokasi kampung Suaseso berada dipinggir kali Aremi yang mengalir ke Danau
Rumbebai. Untuk mencapai lokasi kampung Suaseso dari Kasonawejanaweja Ibu Kota
Kabupaten Mamberamo Raya dengan menggunakan speedboad menyusuri sungai
Mamberamo kurang lebih 4 (empat) jam.
Salah seorang anggota tim bertugas sebagai fasilitator . Fasilitator tim menyampaikan
terima kasih atas sambutan masyarakat yang telah menerima kehadiran tim dan
meminta kesediaan seorang Guru Injil dari kampung Suaseso untuk mengawali
pertemuan dengan doa .
Selanjutnya fasilitator tim menyebutkan komposisi keanggotaan tim yang terdiri dari
staf Pemertintah Kabupaten Mamberamo Raya yaitu Bappeda atau Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Pertanian serta dari Conservation
International (CI) dan IFACS. Fasilitator memberikan kesempatan kepada tiap
anggota tim untuk memperkalkan diri.
Penjelasan tentang peralatan yang akan digunakan selama kegiatan penelitian juga
menjadi bagian penting yang disampaikan pada pertemuan awal agar tidak
menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat. Alat seperti GPS dan Laptop dijelaskan
fungsi dan kegunaannya untuk mendukung kegiatan ini.
Partisipasi masyarakat sangat diutamakan, baik laki-laki maupun perempuan
sehingga koordinator tim meminta kesediaan masyarakat untuk terlibat dan
mendukung terlaksananya kegiatan penelitian ini.
Kepala Suku Birarameso menyanbut baik maksud dan tujuan tim dan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan dikampung Suaseso. Dengan menggunakan bahasa
lokal, kepala suku Birarameso menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya
kegiatan ini dan menghimbau mereka untuk berpartisipasi selama tim melakukan
penelitian karena manfaatnya sangat baik bagi kepentingan anak cucu yang akan
datang.
2.2. Wawancara dan survey rumah tangga
Masyarakat kampung adalah guru dan sumber informasi utama pada penelitian ini.
Untuk memperoleh informasi mengenai kehidupan masyarakat dan penggunaan lahan
baik masa kini dan masa yang akan datang tim peneliti melakukan wawancara
mendalam selama berada di kampung. Identifikasi mengenai informan kunci
dilakukan pada saat pertemuan awal untuk mengetahui beberapa orang dari
masyarakat kampung Suaseso yang menguasai informasi sejarah kampung suku dan
marga, sistem penggunaan lahan, aturan adat tentang penggunaan lahan.
Dalam proses FGD, tim peneliti bertindak sebagai fasilitator. Diskusi dilakukan di
balai kampung. Fasilitator menyiapkan bahan kontak untuk menjaga agar proses
diskusi tetap berjalan dengan baik.
Informasi mengenai sistem penggunaan lahan, tipe lahan, tipe lahan terpenting per
kategori guna, hasil alam dan penjualan hasil alam serta monitoring tradisional
dilakukan melalui FGD.
2.4. Pemetaan Partisipatif
Pemetaan partisipatif adalah fokus utama dalam penelitian ini. Informasi penggunaan
lahan dan lokasinya oleh masyarakat kampung Suaseso dimuat didalam peta. Oleh
sebab itu masyarakat adalah kunci dalam menghasilkan peta. Keterlibatan penuh
masyarakat sangat diperlukan.
Tim menyiapkan peta dasar yang berisi informasi titik lokasi kampung dan beberapa
penampakan alam seperti sungai Mamberamo dan danau Rumbebai hingga ke kali
Apawer dimana lokasi kampung Suaseso berada. Peta dasar disiapkan dari hasil foto
udara atau foto Citra Satelit. Setelah itu tim membuat kopian didalam kalkir menjadi
beberapa lembar sesuai dengan kelompok masyarakat yang ada.
Pada proses pemetaan ini tim peneliti bertindak sebagai fasilitator mengarahkan
masyarakat mengisi dan melengkapi informasi-informasi mengenai nama kali,
sungai, rawa, telaga, gunung, kampung tua, sebaran sumber daya alam, tempat-tempat
sejarah, wilayah marga dan sistem penggunaan lahan.
Masyarakat dibagi menjadi empat kelompok, tiap kelompok melengkapi peta dasar
yang telah dikopi pada kertas kalkir. Diskusi diantara anggota kelompok berlangsung
saat melengkapi peta yang ada. Hasil peta dari tiap kelompok kemudian dijadikan satu
peta dan proses konsultasi dalam rangka perbaikan terakhir dilakukan pada peta
tersebut hingga mendapat kesepakatan bersama oleh seluruh anggota masyarakat.
Mengingat luas wilayah yang sangat besar, maka tim dibagi menjadi dua. Satu tim
melakukan ground check di sekitar danau Rumbebai dengan menggunakan perahu
motor, tim lainnya memasuki wilayah hutan kampung Suaseso. Tim ground check
ditemani atau dipandu oleh masyarakat lokal yang memiliki pengetahuan tentang
lokasi, sebaran spesies dan pemanfaatannya.
Seorang anggota peneliti sedang mengambil titik koordinat dengan alat GPS, Suaseso 2013
Salah seorang anggota tim memegan alat GPS untuk merekam posisi titik koordinat
lokasi yang diambil dan seorang lainnya mencatat data tersebut pada lembar data yang
tersedia. Informasi mengenai pemanfaatan lokasi diperoleh dari masyarakat lokal
sebagai pemandu.
Salah seorang anggota tim sebagai fasilitator memimpin jalannya pertemuan akhir
tersebut. Pertemuan tersebut dibuka dengan Doa oleh salah seorang anggota tim
kemudian fasilitator memberikan kesepatan kepada Bpk. Hermanus Bibiso sebagai
Kepala Suku Besar Birarameso dan Suaseso dan mewakili Aparat Kampung Bpk.
Titus Imara selakuk Kepala Kampung untuk menyampaikan beberapa hal mengenai
kegiatan tim dan pencapaian dari hasil kerjasama Tim dengan masyarakat dalam hal
ini disampaikan oleh Kepala Suku Besar dan Kepala Kampung Suaseso dimana
mereka mengatakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tim terutama dan juga
masyarakat yang sudah terlibat dalam Pembuatan Peta Kampung Suaseso dan besar
harapan peta tersebut dapat berguna bagi pembangunan khususnya di kampung
Suaseso – Birarameso dan masyarakatnya dapat menikmati pembangunan tersebut.
Kesempatan berikutnya di berikan kepada Koordinator Tim, menyampaikan terimasih
kepada Aparat kampung, kepala suku besar dan seluruh masyarakat yang sudah
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan peta kampung.
Tanpa kerjasama dari masyarakat peta tersebut tidak akan terselesaikan, terimakasih
untuk waktu dan perhatian serta informasi yang di berikan sehingga peta kampung ini
dapat di selesaikan. Kooridantor tim juga menjelaskan kepada semua masyarakat
bahwa peta partisipatif ini dibuat 2 (dua) buah kopian, yang satu diserahkan kepada
masyarakat dannditinggalkan di kampung yang satunya lagi di bawah oleh tim untuk
dilakukan proses pencetakan melalui komputer dan akan diserahkan kembali ke
masyarakat.
Seorang anggota peneliti menyerahkan peta partisipatif kepada kepala kampung Suaseso disaksikan oleh
kepala suku besar Suaseso dan BIrarameso, Suaseso 2013
Salah sorang tim mewakili Pemda Kabupaten Mamberamo Raya menyerahkan Peta
partisipatif kampung yang sudah diselesaikan bersama dengan masyarakat kepada
kepala kampung dan sekretaris kampung disaksikan oleh kepala suku besar. Sebelum
menyerahkan peta tersebut disampaikan juga terimakasi banyak atas kerjasama tim
dengan masyarakat sehinnga peta kampung dapat diselesaikan. Kemudian peta
kampung tersebut diserahkan disaksikan oleh Tim dan seluruh masyarakat, terlihat
dari wajah mereka ada sukacita dan juga harapan yang besar dari pemerintah kepada
mereka akan rencana pembangunan di kampong suaseso. Jangan hanya berupa janji
saja tapi harus benar-benar di buktikan.
Diakhir dari pertemuan tersebut ditutup dengan doa berkat oleh Guru injil setempat.
Kemudian tim dan seluruh masyarakat bersama-sama menikmati makan malam yang
sudah disiapkan oleh para ibu-ibu di kampung Suaseso dengan penuh sukacita.
3. Hasil Survey CLUP Kampung Suaseso
3.1. Sejarah Kampung, Suku dan Marga
Awalnya orang Suaseso tersebar di tiap dusun dan mereka datang dari tiap lokasi
yang berbeda. Marga Aweniri datang dari Pakotama, marga Tueman datang dari
Beistama, Marga Imara datang dari Kali Pasir, Marga Iwania datang dari Anggreso.
Keempat marga ini kemudian dikumpulkan oleh Guru Injil Sada dilokasi yang
bernama Kensi. Lokasi ini pun sekarang telah menjadi bekas kampung atau kampung
tua.
Setelah tinggal Kensi, beberapa waktu kemudian guru injil Sada pulang ke
Kasonawejanaweja dan diganti dengan guru injil Dike dari kampung Nengke (Sarmi).
Saat itu mereka masih menetap di Kensi. Lalu datang guru injil Yehuda Iriori dari
Warembori yang juga mengumpulkan orang-orang Birarameso yaitu marga Cetoba,
Pipiso dan Epaso yang tinggal di tepi kali Aremi. Beberapa waktu kemudian guru injil
Dike pergi dari Kensi, lalu guru injil Yehuda Iriori mengumpulkan beberapa warga
yang masih tinggal di Kensi bergabung dengan orang Birarameso yang sudah tinggal
dimuara kali Aremi lalu membentuk kampung Suaseso di Muara kali Aremi.
Muara kali Aremi dan lokasi yang sekarang sebagai kampung Suaseso adalah milik
orang Birarameso yaitu marga Cetoba, Epaso dan Pipiso tetapi mereka telah hidup
bersama dan menyatu dengan orang Sueseso yatiu Marga Aweniri, Tueman, Iwania
dan Imara dan hingga saat ini tidak ada perbedaan antara antara orang Birarameso
dan Suaseso.
L P
45%
55%
Suku asli di kampung Suaseso ada tiga yaitu Besira atau Suaja, Manija dan
Birarameso, ditambah dengan suku dari luar kampung Suaseso. Penduduk
dikelompokkan berdasarkan suku maka suku terbesar adalah Besira atau Suaja
diberikutnya Manija dan Birarameso seperti dilihat pada gambar diatas.
Dari 7 (tujuh) marga asli yang ada di kampung Suaseso, marga terbesar adalah
marga Tueman dan Aweniri. Seperti pada gambar grafik dibawah ini.
19
7 8 8 7 8 8
Penduduk yang bekerja sebagai nelayan lokasi utama untuk mencari ikan adalah
danau Rumbebai dan telaga Wipe. Jenis ikan yang ditangkap adalah ikan Mujair,
Ikan Kakap atau masyarakat menyebutnya Somasi dan ikan sembilang.
3.2.3. Pendidikan
Pada penelitian ini, kami mengelompokkan penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan dengan kategori, tidak sekolah, tidak tamat sekolah, belum sekolah
dan pelajar.
Penduduk di kampung Suaseso berdasarkan
tingkat pendidikan tahun 2013
Belum
Sekolah
14%
Pelajar Tidak
15% Sekolah
49%
Tidak Tamat
Sekolah
22%
Dari data survei rumah tangga yang dilakukan terlihat bahwa penduduk yang tidak
sekolah sebanyak 49% atau 55 orang, tidak tamat sekolah baik SD, SMP maupun
SMA sebanyak 24 orang atau 22%, pelajar (SD, SMP, SMA) sebanyak 17 orang
atau 15% dan belum sekolah sebesar 14% atau 16 orang.
Gedung Sekolah Dasar di Kampung Suaseso, Dermaga Kampung Suaseso di tepi kali
2013 Aremi, 2013
Sarana prasarana yang ada di kampung Suaseso berupa sebuah jembatan atau
dermaga tambatan perahu di tepi kali Aremi yang dibangun dari dana Respek.
Pernah dibangun dan dipasang sarana air bersih. Airnya diambil dari Danau
Rumbebai dengan menggunakan mesin penyedot atau pompa air lalu dialirkan
melalui pipa ke ke kampung, namun alat ini telah rusak dan instalasi pipapun telah
patah. Hal ini membuat masyarakat kembali mengambil air ke danau dengan
menggunakan perahu.
3 Tatid cate Adalah lokasi mencari ikan. Lokasi utama adalah danau
enawarim Sawani atau Rumbebai,
telaga Wipe dan Kali Arori
4 Pisionamu Adalah lokasi berburu atau mencari makan seperti babi, 1. Lokasi berburu pulang
kasuari burung dan mengambil hasil hutan lain yang tidak pergi dari kampung
ditanam Suaseso menyusuri kali
Aremi hingga kali Powa.
2. Sisa lokasi berupa Isiuw
atau hutan adalah lokasi
untuk mencari makan
sambil menetap di hutan.
Hutan dianggap sebagai
tempat mencari makan
atau Pisionamu
5 Pawan Adalah lokasi sakral adalah berkaitan dengan cerita sejarah 1. Lokasi sejarah Marga
terpecahnya marga-marga dan membentuk kampung- Epaso terletak didekat
kampung kecil yang sekarang menjadi daerah sejarah. kampung tua Tutumaye.
Daerah ini menjadi zona khusus yang tidak bisa dimasuki 2. Lokasi sejarah Marga
oleh sembarang orang termasuk masyarakat lokal. Orang Pipiso adalah di rawa
yang memiliki hubungan erat dengan tempat tersebut saja Piripi, letaknya
yang bisa masuk ke lokasi tersebut. dibelakang tanjung
Akibat dari pelanggaran terhadap lokasi ini adalah sakit atau Korariye membentang
hilang dan tidak bisa pulang. sepanjang danau Sawani
hingga tanjung Horpare
di dekat lokasi kampung
tua Tutumaye dan lokasi
sejarah marga Epaso.
3. Lokasi sejarah marga
Cetopa adalah Batu
Merah yang terletak di
belakang pulau Sawari
dipinggir danau Sawani
dekat kali Yariri.
6 Makatid Adalah lokasi air asin. Orang Suaseso menggunakan lokasi 1. Pinis dekat kampung tua
ini untuk mengambil air asin atau air garam untuk memasak Tutumaye
sayur atau daging buruan. Cara pengambilan dengan 2. Tupu dekat dusun Tupu
menggunakan bambu atau bulu Selain itu tempat ini juga 3. Morukwa di pinggir kali
menjadi tempat hewan terutama burung dan kasuari untuk Aremi terletak antara kali
minum. Takunimi dan kali kali
Powa
4. Cariya di pinggir kali
Powa
5. Mowe di hulu kali Powa
dekat dusun Mowe
7 Makan Adalah lokasi berkebun. Lokasi ini terletak didekat 1. Kampung Suaseso
kampung Suaseso. Kebun-kebun dibuat disebalah kiri kanan 2. Kiri kanan kali Aremi
kali Aremi hingga kali Powa. 3. Kiri kanan kali Kabi
Marga Pipiso dan Epaso dari Birarameso membuat kebun-
kebun sebelah-menyebelah kali Kabi.
Kali Aremi anak-anak tidak boleh mengambil pasir dan bermain di tanjung
pasir nanti akan banjir
Tanjung Bagar terdapat Pohon bulu/ bambu/ rumpun-rumpun bambu (bambu
sejarah)
Telaga Wipe tempat dilarang bagi perempuan yang datang bulan
(mensturasi) nanti bisa kena bahaya dan bagi laki-laki dan perempuan yang
berhubungan suami istri juga dilarang masuk.
Agar tidak terjadi pelanggaran dan untuk menjaga tempat – tempat yang telah
menjadi kepercayaan masyarakat Suaseso dan Birarameso maka mereka memiliki
kebiasan dengan cara :
Orang tua selalu menceritakan kepada anak-anak, sehingga tidak masuk
sembarang waktu mencari sayur, ikan dan berburu.
Orang khusus adalah orang-orang yang memiliki hubungan batin dengan
lokasi tersebut, mereka ini biasanya mencari makan/ berburu sambil
menjaga tempat-tempat itu, tetapi dari jauh tidak bisa masuk
Tabel 5. Persepsi luas hutan 10 tahun yang akan datang di kampung Suaseso
No Hutan Banyaknya
10 Tahun lagi Responden
1. Berkurang 10
2. Bertambah 0
3. Samasaja 1
4. Tidak ada jawaban 6
Total 17
Dari Tabel dan Grafik diatas dapat dilihat bahwa kegiatan manusia yang paling besar
mengakibatkan kerusakan Hutan, baik oleh masyrakat Kampung Suaseso dan
Birarameso bahkan orang dari luar yaitu pengambilan hasil alam yang berlebihan , ini
dapat dilihat dari skor yang di berikan sebesar 46(empat puluh enam). Pengambilan
hasil alam yang berlebihan berupa pengambilan ikan di danau oleh orang luar dengan
menggunakan jaring raksasa sehingga semua ikan besar dan kecil ikut tertangkap
oleh jaring dan mereka hanya mengambil ikan yang besar saja tetapi yang kecil di
buang kembali ke danau yang mengakibat kan air danau tercemar oleh bau busuk dari
ikan-ikan kecil yang mati juga pengambilan kayu di hutan oleh masyarakat luar yang
berlebihan, mereka hanya mengambil kayu yang menurut mereka bagus dalam jumlah
yang banyak dan kayu yang sudah di tebang menurut mereka tidak memenuhi standar
di biarkan saja di hutan.
Yang kedua yaitu penebangan liar /sembarang yang dilakukan oleh masyarakat
maupun orang luar tanpa melihat akan kebutuhan, asal tebang kalau tidak sesuai
dengan keinginan dibiarkan saja di hutan dan juga pencarian gaharu oleh orang luar
yang melibatkan masyarakat juga melakukan penebangan pohon dengan
sembarangan tanpa menggunakan pohon tersebut. Dan pendapat masyarakat tentang
kerusakan hutan yang terendah adalah limbah yang dari kapal yang masuk ke danau
dan mencuci kapal didanau akibatnya banyak ikan yang mati dan juga masyarakat
ikut terkena wabah penyakit kulit seperti Gatal-gatal dan diare karena air tersebut di
gunakan untuk mandi dan minum setiap hari.
Namun dari kejadian – kejadian tersebut diatas ada juga yang memberikan
keuntungan kepada masyarakat setempat seperti dari pengambilan hasil alam yang
berlebihan masyarakat mendapat subsidi bisa berupa barang, uang dan pengetahuan,
dimana masyarakat jadi tahu bagamana cara membuat ikan asin. Kayu yang
ditinggalkan dari penebangan liar dapat di gunakan oleh masyarakat sebagai kayu
bakar. Masyarakat mendapat hidup dari hutan, sungai/telaga dan hasil alam lainnya
masyarakat dapat mengambil apa yang ada didalamnya guna keberlangsungan hidup
setiap hari dan juga masyarakat dapat menikmati pembangunan yang dilakukan oleh
pemda seperti Jalan Suaseso -Apawer-Sarmi yang sedang dilakukan
pembangunannya. Sedangkan limbah yang di hasilkan dari kapal tidak memberikan
keuntungan sama sekali bagi habitat dan manusia yang hidup disekitar tempat
pembuangan libah yaitu di danau Rumbebai.
Dan menurut masyarakat ada beberapa kejadian yang terjadi dalam keseharian hidup
masyarakat setempat diantaranya :
17
Penyakit
49 Osto
23
Bencana Alam
Peristiwa TNI
34
Sedangkan yang paling sering terjadi dapat dilihat dari grafik dibawah ini dimana
penyakit masih yang sering di alami masyarakat kemudian Bencana Alam, Osto dan
Peristiwa TNI.
26
Penyakit
30 Osto
42
Bencana Alam
Peristiwa TNI
43 12
Untuk mencegah atau mengurangi bahaya tersebut diatas yang di lakukan oleh
masyarakat yaitu :
Osto - Agar tidak terjadi Osto harus menjaga hubungan yang baik
antar sesame
- Segera mungkin menyelesaikan
Bencana Alam - Tidak bisa di cegah karena itu merupakan peristiwa alam
Selain hasil alam yang paling sering diambil ini ada juga hasil alam yang paling
sering dijual oleh masyarakat. Pada penelitian ini kami mengumpulkan 10 hasil alam
yang paling sering dijual dengan harga dan lokasi penjualannya.
Dari kesebelas tipe lahan tersebut dilakukan analisis terhadap tipe lahan mana yang
dianggap paling penting menurut masyarakat. Proses diskusi kelompok dilakukan
dikampung dengan melakukan skoring terhadap tipe lahan. Berikut hasil skoring tipe
lahan terpenting menurut masyarakat kampung Suaseso.
Tipe Lahan Terpenting Menurut Masyarakat Kampung Suaseso
12,0 11,0
10,0 10,0 10,0
9,5 9,5
10,0
8,5 8,5 8,5
8,0
8,0 7,0
6,0
4,0
2,0
0,0
Data hasil skoring dari empat kelompok kemudian dilakukan analaisis Local User
Value Indeks (LUVi) untuk melihat indeks nilai penggunaan lahan oleh masyarakayat
lokal. Dari hasil analisis LUVi tersebut tipe lahan yang dianggap paling penting oleh
masyarakat adalah kebun (11,00); danau (10,00); gunung (10,00) dan rawa besar
(10,00) dan tipe lahan yang paling rendah adalah rawa lumpur (5). Alasan mengapa
kebun dianggap paling penting karena masyarakat di kampung Suaseso lebih banyak
melakukan aktivitas berkebun dengan menanam tanaman singkong, ubi jalar, keladi,
jagung dan pisang. Selain itu tanaman yang paling sering ditanam adalah pinang.
Hasil kebun yang paling sering dijual adalah pinang. Boleh dikatakan bahwa
masyarakat kampung Suaseso terkenal dengan hasil pinangnya di Mamberamo.
Sekarang ini ada pendampingan yang dilakukan oleh sebuah Yayasan lokal yang
mendampingi masyarakat membuka lokasi kebun cacao. Dari data yang diperoleh ada
10 lokasi kebun cacao yang dibuka oleh masyarakat dengan rata-rata luas 50x50 m2
Dari pengamatan dan pengambilan titik GPS bahwa rawa besar adalah rawa yang
sedikit berlumpur dengan sedikit genangan air, bisa dilewati oleh manusia dan hewan
itu sebabnya rawa besar dianggap penting karena dusun sagu terdapat di rawa
tersebut. Selain itu di rawa besar ada berbagai jenis hewan yang diburu seperti babi
hutan, lao-lao, kanguru, kasuari dan berbagai jenis burung. Tipe lahan yang dinilai
terendah adalah rawa lumpur atau mirimmironam alasannya karena dirawa berlumpur
selalu digenangi air dan jarang ada binatang yang datang kesitu untuk mencari makan
sehingga jarang untuk ditadatani oleh masyarakat.
3.7.2. Tipe lahan penting per kategori guna
Analisis tipe lahan per kategori guna juga dilakukan. Ada 10 kategori guna yang
dilakukan, berikut hasil analisis LUVi kategori guna per tipe lahan.
Tipe lahan penting untuk bahan yang dapat dijual meneurut masyarakat
Suaseso
14,0
11,5 11,5
12,0 10,5
10,0 8,5 8,5 9,0 9,0
8,0 8,0 8,0 7,5
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
TIpe lahan penting untuk bahan upacara adat/ritual dan hiasan menurut
masyarakat Suaseso
14,0 13,0
12,0
12,0 10,0 10,0
10,0 9,0 8,5 9,0
8,0 8,0
8,0 6,0 6,5
6,0
4,0
2,0
0,0
Tipe lahan penting untuk bahan anyaman menurut masyarakat Suaseso
14,0 12,5
12,0 10,0 9,5 9,5 9,0
10,0 8,5 8,0 8,5 8,5 8,5
7,5
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
3.8.2. Peta zonasi pemanfaatan ruang masa kini dan Masa Depan
Informasi penting dari masyarakat mengenai pemanfaatan ruang dalam hubungan
dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Mamberamo Raya diperoleh melalui
proses pemetaan ini. Masyarakat Suaseso telah membagi wilayah adat mereka dalam
sebuah sistem pemanfaatan ruang secara turun temurun. Mereka memilik zonasi
tradisional seperti yang telah dijelaskan pada sub 3.2 sistem penggunaan lahan yaitu
ada 7 (tujuh)
a. Zona Pitue Ticim Adalah lokasi pengambilan air bersih untuk minum. Zona
ini berada di danau Sawani atau Rumbebai berjarak dari muara kali Aremi
sekitar 200-500 meter. Kali Aremi dan Kali Warori juga merupakan sumber
air bersih bagi masyarakat yang berkebun atau mencari makan disekitarnya.air
bersih
b. Zona Ciratamai atau Tatid Camai adalah lokasi untuk mencari buaya.
c. Zona Tatid cate enawarim adalah lokasi mencari ikan.
d. Zona Pisionamu adalah lokasi berburu atau mencari makan seperti babi,
kasuari burung dan mengambil hasil hutan lain yang tidak ditanam
e. Zona Pawan adalah lokasi sakral adalah berkaitan dengan cerita sejarah
terpecahnya marga-marga dan membentuk kampung-kampung kecil yang
sekarang menjadi daerah sejarah. Daerah ini menjadi zona khusus yang tidak
bisa dimasuki oleh sembarang orang termasuk masyarakat lokal. Orang yang
memiliki hubungan erat dengan tempat tersebut saja yang bisa masuk ke
lokasi tersebut. Akibat dari pelanggaran terhadap lokasi ini adalah sakit atau
hilang dan tidak bisa pulang.
f. Zona Makatid adalah lokasi air asin. Orang Suaseso menggunakan lokasi ini
untuk mengambil air asin atau air garam untuk memasak sayur atau daging
buruan. Cara pengambilan dengan menggunakan bambu atau bulu Selain itu
tempat ini juga menjadi tempat hewan terutama burung dan kasuari untuk
minum.
g. Zona Makan Adalah lokasi berkebun. Lokasi ini terletak didekat kampung
Suaseso. Kebun-kebun dibuat disebalah kiri kanan kali Aremi hingga kali
Powa.Marga Pipiso dan Epaso dari Birarameso membuat kebun-kebun
sebelah-menyebelah kali Kabi.
Sebanyak 80 titik koordinat yang diambil oleh tim saat melakukan ground check di
kampung Suaseso
Tabel 11. Lokasi dan Jumlah Mark Point
Jumlah Mark
No Lokasi
Point
1 Kali Warori (Batas Suaseso dengan Kapeso) 15 Mark Poit
2 Tanjung Tomore (Batas daearah mencari Ikan orang Suaseso dengan 11 Mark Point
Kapeso
3 Kampung Tua Kensi/Tupu 16 Mark Point
Kali Aremi 15 Mark Point
Kampung Tua Tutumaye 11 Mark Point
Kali Syama (Batas Suaseso,Birarameso dengan Suaseso ) 11 Mark Point
3.10. Monitoring Tradisional
Monitoring tradisional atau pengawasan terhadap hasil alam dan wilayah yang
dilakukan oleh masyarakat kampung Suaseso dikumpulkan pada penelitian ini.
Beberapa hasil alam yang menjadi perhatian penting dalam pengawasan oleh
masyarakat dari data yang diperoleh dibagi menjadi
1. Binatang : babi hutan (nanisia), kasuari (kamash), soa-soa (kapase), burung
mambruk (marshia), buaya (ciram), lao-lao (wit)
2. Tumbuhan: sagu, dan anggrek
Cara untuk mengetahui apakah hasil alam tersebut masih banyak, berkurang atau
tinggal sedikit yaitu dengan acara berburu, berkebun dan tokok sagu sambil
memeriksa hasil alam. Hal ini dilakukan oleh laki-laki muda, tua dan juga perempuan
dan mereka biasanya tinggal kira-kira 1-2 minggu.
Tidak ada peraturan tertulis mengenai pengambilan hasil alam, tertapi siapa saja baik
orang kampung dari marga lain maupun orang kampung lain serta orang luar harus
meminta ijin kepada masyarakat bila ingin mengambil hasil alam dikampung Suaseso.
Dalam satu tahun terakhir ini tidak ada orang luar atau pendatang yang masuk ke
wilayah kampung Suaseso untuk mengambil hasil alam.
Pengawasan terhadap wilayah yang luas dari tiap marga dikampung Suaseso
dialakukan dengan tinggal 1-2 bulan dilokasi tersebut sambil mengumpulkan hasil
alam.
4. Penutup
4.1. Isu Penting
Laporan ini merupakan satu bagian yang tak terpisahakan dengan laporan kegiatan
yang sama di beberapa kampung (Kwerba, Papasena, Metaweja, Yoke, Burmeso, dan
Swaseso) di kabupaten Mamberamo Raya yang telah dikerjakan sebelumnya. Inti dari
laporan ini bukan merupakan suatu kajian yang melahirkan rekomendasi kebijakan
pembangunan oleh Pemda Kabupaten Mamberamo Raya, namun laporan ini
diharapkan menjadi bahan diskusi oleh Pemda Kabupaten dan Masyarakat kampung
serta pihak-pihak terkait dalam mengambil dan menetapkan suatu rencana kegiatan
pembangunan yang dapat mengakomodir kepentingan masyarakat kampung Suaseso
yang telah tertuang dalam hasil laporan ini.
Beberapa isu penting yang terkait erat dalam kehidupan masyarakat kampung Suaseso
yang berhubungan dengan pembangunan antara lain :
a. Penggunaan lahan oleh masyarakat saat ini dan masa depan. Rencana
pembangunan jalan provinsi dari Sarmi-Kasonaweja melalui Sungai Apawer
melawati wilayah adat suku orang Suaseso dan Birarameso di kepala air kali
Warori, kali Syama dan kampung tua Kensi. Masyarakat memiliki pandangan
bahwa jalan ini penting untuk dibangun agar mereka dapat membawa hasil alam
mereka untuk dijual ke Kasonaweja. Rencana jalan ini jauh dari lokasi kampung
Suaseso dan Biriarameso, sehingga harapan mereka harus ada jalan yang dibuat
dari poros jalan utama menuju ke kampung. Masyarakat juga telah siap jika
kemudian hari mereka dipindahkan ke lokasi yang dekat dengan rencana
pembangunan jalan.
b. Pembangunan sarana pranasaran terutama sarana air bersih. Telah ada satu unit
mesin pompa yang disiapkan untuk menarik air dari danau Rumbebai dan
dialirkan ke kampung, namun mesin ini hanya bertahan 6 bulan dan mengalami
kerusakan, namun hingga hari ini belum diperbaiki atau dipasang lagi. Hal ini
menjadi keluhan masyarakat karena mereka kesulitan untuk mendapatkan air
bersih, namun juga masyarakat mengeluh tentang proyek yang masuk
kekampung harus berkualitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Adanya pendampingan kelompok tani kakaco oleh sebuah yayasan memberikan
dorongan dan motivasi yang positif kepada masyarakat untuk menanam kakao.
Hal ini ditanggapi baik oleh masyarakat mereka menyiapkan lahan kebun di
sekitar lokasi kampung. Namun keterbatasan peralatan pertanian menjadikan
mereka kesulitan baik untuk membuka lahan, menanam bibit dan juga
pemeliharaan dan tentunya untuk masa panen. Masyarakat mengharapkan
adanya bantuan dan perhatian pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya
terhadap kegiatan ini.
d. Isu penting dari kegiatan CLUP ini adalah hasil penelitan ini yang memuat
kepentingan masyarakat adat seperti batas wilayah adat, sistem penggunaan
lahan, sejarah marga dan suku, hasil-hasil alam dan kehidupan sosial
masyarakat menjadi perhatian penting bagi pemerintah Kabupaten Mamberamo
Raya. Peta zonasi penggunaan lahan masyarakat yang telah dibuat oleh
masyarakat merupakan alat yang dapat mempermudah negosiasi antara
masyarakat dan Pemda untuk rencana pembangunan yang nantinya diharapkan
dapat mengakomodir pembangunan dengan menghindari tempat-tempat penting,
seperti tempat keramat, wilayah lindung adat, daerah penghasil hewan buruan
4.2. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat
adat Mamberamo khususnya mereka yang hidup disekitar kaki pegunungan Foja
dalam hubungan meraka dengan penggunaan lahan masa kini dan masa yang akan
datang. Dari data yang dikumpulkan pada dua lokasi yang dilakukan yaitu Suaseso
dan Trimuris menunjukkan bahwa masyarakat memiliki sistem penggunaan lahan atau
tata ruang tradisional yang telah diakui dan dijalankan secara turu temurun pada
wilayah adat mereka. Mereka menjaga dan mengawasi sumber daya alam dengan pola
dan cara mereka. Sistem penggunaan lahan ini menjadi penting bagi pemerintah
karena telah mengetahu pola ruang masyarakat adat dalam hubungan dengan arah
kebijakan pembangunan daerah.
4.3. Rekomendasi
4.3.1. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Salah satu hasil real dari studi ini adalah adanya pemetaan partisipatif tentang zonasi
pemanfaatan lahan oleh masyarakat. Peta partisipatif pemanfaatan lahan dapat
digunakan sebagai salah satu layer dalam pembuatan dan penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. Dengan demikian menjadi dasar yang kuat
karena adanya keterwakilan kepentingan masyarakat didalam pemanfaatan lahan. Peta
partisipatif ini juga memberi ruang dalam proses pembangunan, karena didalamnya
memuat daerah-daerah yang secara tradisional telah diperuntukan bagi kepentingan
ekonomi mereka. Daerah berkebun dapat dikembangkan untuk kawasan pertanian dan
perkebunan bagi masyarakat.