Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENELITIAN

DRAFT 1

Perencanaan Kolaboratif Tata Ruang


Kabupaten Mamberamo Raya
Perspektif Masyarakat Kampung Suaseso
Yoseph Watopa, Susan Maniagasi, Victor Ginuni,
Richard Warinussa, Mathan Waroy, Mathius Kooh , Tommy Wakum

2013

CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA PAPUA PROGRAM


Publikasi ini merupakan bagian dari komitmen Conservation International Indonesia untuk
berbagi informasi kepada para pelaku konservasi di Papua.

Semua kajian informasi dalam laporan ini bersumber dari masyarakat adat kampung Trimuris
Laporan ini menyajikan pandangan masyarakat mengenai pengelolaan sumber daya alam,
tata ruang, dan rencana penggunaan lahan masa depan.

Watopa, Y, Maniagasi Susan, Ginuni Victor, Warinussa Richard, Waroy Mathan,


Kooh Matius, Wakum Tommy 2013. Perencanaan Kolaborativ Tata Ruang Kabupaten
Mamberamo Raya Perspektiv Masyarakat Kampung Suaseso Mamberamo, Papua.
Laporan Penelitian. Conservation International Indonesia Papua Program. Jayapura.

Foto-foto cover (searah jarum jam): wawancara, anak-anak di dermaga kampung, kegiatan
pemetaan, kegiatan skoring PDM dan pengambilan titik GPS.

Kontributor foto-foto dalam laporan: Yoseph Watopa

Penelitian ini disponsori oleh United Stated Agency for International Development atau
(USAID)
DAFTAR ISI
Daftar Isi......
Daftat Tabel
Daftar Gambar
Kata Pengantar

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Metode

2. Pelaksanaan Survey CLUP kampung Suaseso


2.1. Pertemuan Awal
2.2. Wawancara Informan Kunci
2.3. Diskusi Terfokus
2.4. Pemetaan Partisipatif
2.5. Ground Check
2.6. Pertemuan Akhir

3. Hasil
3.1. Sejarah Kampung, Suku dan Marga
3.2. Kehidupan Sosial Masyarakat
3.3. Sistem Penggunaan Lahan
3.4. Aturan adat tentang penggunaan lahan
3.5. Survei Persepsi Masyarakat
3.6. Pengumpulan dan Penjualan hasil Alam
3.7. Analisis Tipe Lahan dan Kategori guna
3.8. Pemetaan Partisipatif
3.9. Pengambilan titik lokasi penting
3.10. Monitoring Tradisional

4. Penutup
4.1. Isu Penting
4.2. Kesimpulan
4.3. Rekomendasi

5. Ucapan Terima Kasih


6. Lampiran
Daftar Tabel
1. Kebutuhan data dan Metode
2. Jenis data, informasi, metode dan analisa data
3. Suku, Marga didalam Suku dan Lokasi Asal
4. Pembagian Wilayah Pemanfaatan Ruang Tradisional
5. Persepsi luas hutan 10 tahun yang akan datang di kampung Suaseso
6. Kegiatan manusia yang merusak alam di kampung Suaseso
7. Bahaya dan upaya pencegahan oleh masyarakat kampung Suaseso
8. Hasil alam yang paling sering diambil di kampung Suaseso
9. Hasil alam, harga dan lokasi penjualan
10. Tipe lahan di Kampung Suaseso

Daftar Gambar
1. Kampung Suaseso
2. Pertemuan awal di kampung Suaseso
3. Seorang anggota peneliti melakukan wawancara
4. Kelompok perempuan tua sedang berdiskusi
5. Seorang anggota masyarkat sedang melengkapi peta dasar
6. Seorang anggota peneliti sedang mengambil titik koordinat dengan alat GPS
7. Seorang anggota peneliti menyerahkan peta partisipatif kepada kepala kampung
Suaseso disaksikan oleh kepala suku besar Suaseso dan Birarameso
8. Persentasi Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kampung Suaseso tahun 2013
9. Sebaran Penduduk Menurut Suku di Kampung Suaseso tahun 2013
10. Sebaran Penduduk Menurut Marga di Kampung Suaseso tahun 2013
11. Matapencaharian penduduk kampung Suaseso tahun 2013
12. Penduduk di kampung Suaseso berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013
13. Gedung Sekolah Dasar di Kampung Suaseso, 2013
14. Dermaga Kampung Suaseso di tepi kali Aremi, 2013
15. Persepsi Masyarakat Suaseso Tentang Kejadian yang paling Berbahaya
16. Persepsi Masyarakat Suaseso Tentang Kejadian Yang Sering Terjadi
17. Tipe Lahan Terpenting Menurut Masyarakat Kampung Suaseso
18. Tipe lahan penting untuk makanan menurut masyarakat Suaseso
19. Tipe lahan penting untuk obat-obatan menurut masyarakat Suaseso
20. Tipe lahan penting untuk bahan rumah menurut masyarakat Suaseso
21. Tipe lahan penting untuk bahan pondok menurut masyarakat Suaseso
22. Tipe lahan penting untuk bahan perahu menurut masyarakat Suaseso
23. Tipe lahan penting untuk kayu bakar menurut masyarakat Suaseso
24. Tipe lahan penting untuk bahan yang dapat dijual meneurut masyarakat Suaseso
25. TIpe lahan penting untuk bahan upacara adat/ritual dan hiasan menurut masyarakat
Suaseso
26. Tipe lahan penting untuk bahan anyaman menurut masyarakat Suaseso
27. Tipe lahan penting untuk masa depan menurut masyarakat Suaseso
28. Peta sebararan sumber daya alam kampung Suaseso
29. Peta penggunaan lahan masa kini dan masa depan
30. Peta marga
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Conservation International (CI) Indonesia Papua Program Raya bekerja sama dengan
Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya melakukan kegiatan Colaborative Land Use
Planning (CLUP) atau Perencanaan Kolaborativ Tata Ruang Kabupaten Mamberamo
Raya. Kegiatan ini di danai oleh United Stated Agency for International Development
(USAID) dengan jangka waktu 14 bulan. Penelitian ini sebagai salah satu dari tiga
tahapan capaian kegiatan yang harus dilaksanakan di Kabupaten Mamberamo Raya.
Kegiatan penelitian ini telah diawali dengan adanya perjanjian kerja sama antara
Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya dengan CI pada tanggal ,,,,,,tahun 2012.

Pendekatan yang dilakukan guna mengembangkan metode CLUP kepada staf


Pemerintah Kabupaten Mambereamo Raya melalui tiga tahapan yaitu;
1) pelatihan teori dilakukan pada Kantor Bappeda di Burmeso selama empat hari; 2)
praktek lapangan selama 14 hari pada lokasi kampung yaitu Suseso dan Suaseso
serta ; 3) input dan analisis data yang dilakukan di Kasonawejanaweja dan Jayapura.

Staf pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya yang terlibat dalam penelitian ini
adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Pemerintahan Kampung dan Pertanian.

6.1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendukung perencanaan Tata Ruang Kabupaten
Mamberamo Raya. Secara khusus kegiatan ini bertujuan guna mengetahui bentuk
atau pola perencanaan ruang dan penggunaan lahan secara tradisional masa kini dan
masa depan oleh masyarakat kampung yang akan di integrasikan ke dalam rencana
tata ruang kabupaten.

6.2. Ruang Lingkup


Informasi yang ingin diperoleh dalam penelitian CLUP ini adalah sejarah kampung
suku dan marga, organisasi masyarakat, penggunaan lahan masa kini dan masa depan
melalui pemetaan partisipatif, aturan tentang pengelolaan sumber daya alam, tipe-tipe
lahan dan kegunaannya, penjualan hasil alam, monitoring tradisional serta
pengambilan titik lokasi penting masyarakat yang dimuat didalam peta partisipatif
penggunaan lahan.

6.3. Metode Penelitian


6.3.1. Lokasi
Diskusi awal telah dilakukan bersama antara CI dan Pemda Mamberamo Raya untuk
menentukan lokasi kampung pelaksanaan penelitian ini. Beberapa pertimbangan
seperti; 1) letak kampung-kampung didalam kawasan konservasi Suaka Margasatwa
(SM) Mamberamo Foja; 2) proses pembangunan fisik yang telah dilakukan didalam
kawasan SM Mamberamo Foja; 3) rencana perubahan status kawasan SM
Mamberamo Foja menjadi Taman Nasional; 4) beberapa kegiatan pemetaan
partisipatif yang telah dilakukan oleh CI dan CIFOR di beberapa kampung baik
melalui metode Multidisciplinary Landscape Assessment atau MLA maupun melalui
metode CLUP sebagai tindak lanjutnya menjadi alasan penentuan lokasi kampung
kegiatan penelitian ini.
Dengan pertimbangan diatas lima lokasi ditentukan yaitu kampung Suaseso, Suaseso ,
Murumare, Marinavallen dan Namuniweja. Dari lima lokasi kampung ini penelitian
dibagi menjadi dua tahapan. Tahapan pertama dilakukan pada dua kampung yaitu
Suaseso dan Suaseso dan tahapan kedua pada tiga kampung lainnya yaitu Murumare,
Marinavallen dan Namuniweja.

6.3.2. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kebutuhan data dan Metode

Kebutuhan data Metode


Sejarah Kampung, Suku dan Marga Wawancara kepada informan kunci yaitu
kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Organisasi masyarakat Wawancara kepada informan kunci yaitu
kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Peraturan adat, penggunaan lahan dan Wawancara kepada informan kunci yaitu
pengelolaan SDA kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Tempat-tempat keramat dan sejarah Wawancara kepada informan kunci yaitu
kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Tipe lahan dan hutan Pertemuan Masyarakat
Demografi Survey rumah tangga
Pengumpulan hasil alam Fokus Group Diskusi (FGD) pada kelompok
laki-laki dan perempuan
Kepentingan dari Tipe Lahan dan Hutan Skoring metode distribusi kerikil kelompok
laki-laki dan perempuan
Pendapat tentang bahaya dan kejadian Survei rumah tangga 30 % dari jumlah
penting penduduk atau paling sedikit 30 KK
Monitoring tradisional Fokus Group Diskusi (FGD) pada kelompok
laki-laki dan perempuan
Perubahan lokasi pengumpulan hasil alam Fokus Group Diskusi (FGD) pada kelompok
laki-laki dan perempuan
Penjualan hasil alam Fokus Group Diskusi (FGD) pada kelompok
laki-laki dan perempuan
Pemetaan partisipatif Pertemuan masyarakat dan FGD kelompok
suku, marga dan jenis kelamin.
Pengambilan titik lokasi dan jenis penting Ground Check setelah pemetaan partisipatif

Pembagian tugas dilakukan untuk mengupulkan data dan informasi. Tim dibagi
menjadi tim kampung dan tim lapangan. Pertemuan masyarakat dilakukan diawal
kegiatan dan akhir kegiatan oleh semua anggota tim. Tim kampung melakukan
kegiatan survei rumah tangga, wawancara dan FGD. Pemetaan partisipatif dilakukan
bersama antara tim kampung dan tim lapangan. Hasil pemetaan dijadikan sebagai
bahan tim lapangan melakukan ground check untuk memastikan titik-titik posisi
lokasi penting seperti kampung tua, dusun sagu, tempat sejarah, kali, rawa, telaga,
gunung, penggunaan lahan oleh masyarakat dan tipe jenis tumbuhan disekitar lokasi
pengambilan titik dengan alat Global Position Sistem (GPS).
6.3.3. Pengelolaan data
Pengelolaan data dilakukan melalui tahapan input data dan analisis data. Agar data
lapangan tidak hilang maka managemen data dilakukan dengan mengkopi atau
menggandakan semua data lapangan. Data dan informasi tersebut diinput atau diketik
kembali pada lembar data dan kuisioner yang ada dikomputer sesuai dengan format
yang digunakan dilapangan saat pengumpulan data.

Analisis data dilakukan dengan melakukan pengelompokan data sesuai dengan lembar
data dan kuisioner yang dikupulkan, setelah itu diolah dengan mendeskripsikan
kembali informasi yang diperoleh. Informasi berupa data diolah melalui program
excel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Untuk melihat kepentingan tipe lahan
menurut masyarakat dilakukan melalui analisa Local Use Value Index (LUVI). Peta
hasil sketsa masyarakat diolah dengan menggunakan software arcview dengan
memasukkan data lapangan yang diperoleh melalui GPS.

Tabel 2. Jenis data, informasi, metode dan analisa data


Jenis Data dan Informasi Metode Analisis Data
Sejarah Kampung, Suku dan Marga Wawancara kepada informan kunci yaitu Deskripsi
kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Organisasi masyarakat Wawancara kepada informan kunci yaitu Deskripsi
kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Peraturan adat, penggunaan lahan Wawancara kepada informan kunci yaitu Deskripsi
dan pengelolaan SDA kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Tempat-tempat keramat dan sejarah Wawancara kepada informan kunci yaitu Deskripsi
kepala kampung, kepala suku, atau tokoh
masyarakat. 3-5 informan kunci
Tipe lahan dan hutan Pertemuan Masyarakat Deskripsi dan Skoring
Demografi Survey rumah tangga Deskripsi persepsi
masyarakat dan analisis
kuantitatif
Pengumpulan hasil alam Fokus Group Diskusi (FGD) pada Deskripsi dan skoring
kelompok laki-laki dan perempuan
Kepentingan dari Tipe Lahan dan Skoring metode distribusi kerikil kelompok Analisis Local Use
Hutan laki-laki dan perempuan Value Indeks (LUVI)
Pendapat tentang bahaya dan Survei rumah tangga 30 % dari jumlah Deskripsi dan analis
kejadian penting penduduk atau paling sedikit 30 KK kuantitatif
Monitoring tradisional Fokus Group Diskusi (FGD) pada Deskripsi
kelompok laki-laki dan perempuan
Perubahan lokasi pengumpulan Fokus Group Diskusi (FGD) pada Deskripsi
hasil alam kelompok laki-laki dan perempuan
Penjualan hasil alam Fokus Group Diskusi (FGD) pada Deskripsi dan Skoring
kelompok laki-laki dan perempuan
Pemetaan partisipatif Pertemuan masyarakat dan FGD kelompok GIS
suku, marga dan jenis kelamin.
Pengambilan titik lokasi dan jenis Ground Check setelah pemetaan partisipatif GIS
penting
2. Pelaksanaan Survey CLUP kampung Suaseso
Setelah melalui tahapan pelatihan teori, tim peneliti dibentuk menjadi dua tim yaitu tim
kampung Suaseso dan tim kampung Suaseso. Masing-masing tim terdiri dari 7 orang.
Tim kampung Suaseso terdiri dari:
1. Yoseph Watopa
2. Susan Maniagasi
3. Victor Ginuni
4. Matius Kooh
5. Richard Warinussa
6. Mathan Waroy
7. Tommy Wakum
Penelitian dilakukan di kampung Suaseso selama 14 hari mulai dari tanggal 17 – 31 Juli
2013.

Lokasi kampung Suaseso berada dipinggir kali Aremi yang mengalir ke Danau
Rumbebai. Untuk mencapai lokasi kampung Suaseso dari Kasonawejanaweja Ibu Kota
Kabupaten Mamberamo Raya dengan menggunakan speedboad menyusuri sungai
Mamberamo kurang lebih 4 (empat) jam.

Kampung Suaseso, 2013


2.1. Pertemuan Awal
Setelah melakukan perjalanan panjang menyusuri sungai Mamberamo dari
Kasonawejanaweja Ibu Kota Kabupaten Mamberamo Raya dengan menggunakan dua
speed boad kurang lebih empat jam akhirnya tim kampung Suaseso tiba dikampung
Suaseso. Sehari setalah itu tim melakukan pertemuan awal dengan masyarakat
kampung Suaseso di balai kampung. Pertemuan dilakukan siang hari karena
menunggu kepala suku dan beberapa tokoh masyarakat dari kampung Birarameso
yang juga akan terlibat dalam kegiatan ini karena memiliki kekerabatan dan wilayah
yang sama dengan masyarakat kampung Suaseso .

Salah seorang anggota tim bertugas sebagai fasilitator . Fasilitator tim menyampaikan
terima kasih atas sambutan masyarakat yang telah menerima kehadiran tim dan
meminta kesediaan seorang Guru Injil dari kampung Suaseso untuk mengawali
pertemuan dengan doa .

Selanjutnya fasilitator tim menyebutkan komposisi keanggotaan tim yang terdiri dari
staf Pemertintah Kabupaten Mamberamo Raya yaitu Bappeda atau Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Pertanian serta dari Conservation
International (CI) dan IFACS. Fasilitator memberikan kesempatan kepada tiap
anggota tim untuk memperkalkan diri.

Pertemuan awal di kampung Suaseso, 2013


Koordinator tim menjelaskan tujuan kegiatan CLUP dilakukan dikampung dan
manfaatnya bagi masyarakat dan pemerintah kabupaten Mamberamo Raya. Kegiatan
ini telah dilakukan oleh CI dibeberapa kampung di Mamberamo sebelum berdirinya
Kabupatan Mamberamo Raya. Hasil dari kegiatan ini mendukung perencanaan
pembangunan pembanguan di kabupaten ini maka pemerintah Kabupaten
Mamberamo Raya bekerja sama dengan CI untuk melakukan pada kampung –
kampung lain termasuk Suaseso. Hasil kegiatan berupa peta sketsa sumber daya alam
dan penggunaan lahan oleh masyarakat akan diserahkan kepada masyarakat di akhir
kegiatan. Koordinator tim juga menyampaikan lamanya waktu kegiatan yang akan
dilakukan dikampung serta kegiatan-kegiatan seperti membuat peta, wawancara,
ground check, bermain kartu Peble Distribution Methode (PDM).

Penjelasan tentang peralatan yang akan digunakan selama kegiatan penelitian juga
menjadi bagian penting yang disampaikan pada pertemuan awal agar tidak
menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat. Alat seperti GPS dan Laptop dijelaskan
fungsi dan kegunaannya untuk mendukung kegiatan ini.
Partisipasi masyarakat sangat diutamakan, baik laki-laki maupun perempuan
sehingga koordinator tim meminta kesediaan masyarakat untuk terlibat dan
mendukung terlaksananya kegiatan penelitian ini.

Pada pertemuan ini Sekretaris Kampung Suaseso mewakili kepala kampung


menjelaskan dengan bahasa lokal kepada masyarakat yang hadir tentang tujuan
dilakukannya kegiatan ini yang akan memberi manfaat terutama hasil berupa peta
yang berisi tempat-tempat mencari masyarakat dan rencana pembangunan terutama
pembangunan jalan yang akan melewati wilayah kampung Suaseso. Peta ini akan
menjadi penunjuk bagi pembangunan agar tidak merusak atau melewati tempat-
tempat yang dianggap penting oleh masyarakat.

Kepala Suku Birarameso menyanbut baik maksud dan tujuan tim dan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan dikampung Suaseso. Dengan menggunakan bahasa
lokal, kepala suku Birarameso menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya
kegiatan ini dan menghimbau mereka untuk berpartisipasi selama tim melakukan
penelitian karena manfaatnya sangat baik bagi kepentingan anak cucu yang akan
datang.
2.2. Wawancara dan survey rumah tangga
Masyarakat kampung adalah guru dan sumber informasi utama pada penelitian ini.
Untuk memperoleh informasi mengenai kehidupan masyarakat dan penggunaan lahan
baik masa kini dan masa yang akan datang tim peneliti melakukan wawancara
mendalam selama berada di kampung. Identifikasi mengenai informan kunci
dilakukan pada saat pertemuan awal untuk mengetahui beberapa orang dari
masyarakat kampung Suaseso yang menguasai informasi sejarah kampung suku dan
marga, sistem penggunaan lahan, aturan adat tentang penggunaan lahan.

Seorang anggota peneliti melakukan wawancara, 2013

Informasi mengenai harapan masyarakat terhadap hutan, pemanfaatan dan


pengelalolaannya serta ancaman atau bahaya yang sering dihadapi dilakukan dengan
mendatangi tiap kepala keluarga atau survei rumah tangga. Selain itu survei rumah
tangga juga dilakukan untuk mencatat keadaaan penduduk mulai dari kepala keluarga,
status didalam keluarga, jenis kelamin, agama, suku, marga, pendidikan dan
pekerjaan.
2.3. Diskusi Terfokus
Untuk melakukan Focus Group Discusion (FGD) masyarakat kampung dibagi
berdasarkan jenis kelamin, usia dan tingkat pengetahuan. Hal ini dimaksdukan agar
informasi yang diperoleh benar-benar akurat dan mewakili masyarkat yang ada.
Kelompok laki-laki dan perempuan terbagi menjadi laki-laki dewasa/tua dan laki-laki
muda. Kelompok perempuan juga terbagi menjadi perempua dewasa/tua dan
perempuan muda. Jadi terdapat 4 (empat) kelompok diskusi.

Kelompok perempuan tua sedang berdiskusi, Suaseso 2013

Dalam proses FGD, tim peneliti bertindak sebagai fasilitator. Diskusi dilakukan di
balai kampung. Fasilitator menyiapkan bahan kontak untuk menjaga agar proses
diskusi tetap berjalan dengan baik.

Informasi mengenai sistem penggunaan lahan, tipe lahan, tipe lahan terpenting per
kategori guna, hasil alam dan penjualan hasil alam serta monitoring tradisional
dilakukan melalui FGD.
2.4. Pemetaan Partisipatif
Pemetaan partisipatif adalah fokus utama dalam penelitian ini. Informasi penggunaan
lahan dan lokasinya oleh masyarakat kampung Suaseso dimuat didalam peta. Oleh
sebab itu masyarakat adalah kunci dalam menghasilkan peta. Keterlibatan penuh
masyarakat sangat diperlukan.

Tim menyiapkan peta dasar yang berisi informasi titik lokasi kampung dan beberapa
penampakan alam seperti sungai Mamberamo dan danau Rumbebai hingga ke kali
Apawer dimana lokasi kampung Suaseso berada. Peta dasar disiapkan dari hasil foto
udara atau foto Citra Satelit. Setelah itu tim membuat kopian didalam kalkir menjadi
beberapa lembar sesuai dengan kelompok masyarakat yang ada.

Seorang anggota masyarkat sedang melengkapi peta dasar, Suaseso 2013

Pada proses pemetaan ini tim peneliti bertindak sebagai fasilitator mengarahkan
masyarakat mengisi dan melengkapi informasi-informasi mengenai nama kali,
sungai, rawa, telaga, gunung, kampung tua, sebaran sumber daya alam, tempat-tempat
sejarah, wilayah marga dan sistem penggunaan lahan.
Masyarakat dibagi menjadi empat kelompok, tiap kelompok melengkapi peta dasar
yang telah dikopi pada kertas kalkir. Diskusi diantara anggota kelompok berlangsung
saat melengkapi peta yang ada. Hasil peta dari tiap kelompok kemudian dijadikan satu
peta dan proses konsultasi dalam rangka perbaikan terakhir dilakukan pada peta
tersebut hingga mendapat kesepakatan bersama oleh seluruh anggota masyarakat.

2.5. Ground Check


Hasil sementara pemetaan partisipatif oleh masyarakat dijadikan sebagai panduan
untuk melakukan ground check. Ground check dilakukan dengan menggunakan alat
GPS untuk memastikan posisi-posisi dari lokasi yang dilengkapi oleh masyarakat
pada peta yang telah dibuat.

Mengingat luas wilayah yang sangat besar, maka tim dibagi menjadi dua. Satu tim
melakukan ground check di sekitar danau Rumbebai dengan menggunakan perahu
motor, tim lainnya memasuki wilayah hutan kampung Suaseso. Tim ground check
ditemani atau dipandu oleh masyarakat lokal yang memiliki pengetahuan tentang
lokasi, sebaran spesies dan pemanfaatannya.

Seorang anggota peneliti sedang mengambil titik koordinat dengan alat GPS, Suaseso 2013
Salah seorang anggota tim memegan alat GPS untuk merekam posisi titik koordinat
lokasi yang diambil dan seorang lainnya mencatat data tersebut pada lembar data yang
tersedia. Informasi mengenai pemanfaatan lokasi diperoleh dari masyarakat lokal
sebagai pemandu.

2.6. Pertemuan Akhir


Pertemuan akhir adalah saat yang paling menentukan, apakah tim meninggalkan
kesan dan hasil yang baik bagi masyarakat atau tidak.

Di kampung Suaseso pertemuan akhir dilakukan di balai kampung. Sehari


sebelumnya masyarakat kampung telah melakukan kegiatan berburu dan mencari ikan
untuk disiapkan pada saat penutupan kegiatan. Aparat kampung yaitu Kepala
Kampung dan Sekretaris Kampung, kepala suku besar Birarameso dan Suaseso dan
seluruh masyarakat tidak terkecuali semua berkumpul di Balai Kampung guna
mengikuti pertemuan tersebut.

Salah seorang anggota tim sebagai fasilitator memimpin jalannya pertemuan akhir
tersebut. Pertemuan tersebut dibuka dengan Doa oleh salah seorang anggota tim
kemudian fasilitator memberikan kesepatan kepada Bpk. Hermanus Bibiso sebagai
Kepala Suku Besar Birarameso dan Suaseso dan mewakili Aparat Kampung Bpk.
Titus Imara selakuk Kepala Kampung untuk menyampaikan beberapa hal mengenai
kegiatan tim dan pencapaian dari hasil kerjasama Tim dengan masyarakat dalam hal
ini disampaikan oleh Kepala Suku Besar dan Kepala Kampung Suaseso dimana
mereka mengatakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tim terutama dan juga
masyarakat yang sudah terlibat dalam Pembuatan Peta Kampung Suaseso dan besar
harapan peta tersebut dapat berguna bagi pembangunan khususnya di kampung
Suaseso – Birarameso dan masyarakatnya dapat menikmati pembangunan tersebut.
Kesempatan berikutnya di berikan kepada Koordinator Tim, menyampaikan terimasih
kepada Aparat kampung, kepala suku besar dan seluruh masyarakat yang sudah
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan peta kampung.
Tanpa kerjasama dari masyarakat peta tersebut tidak akan terselesaikan, terimakasih
untuk waktu dan perhatian serta informasi yang di berikan sehingga peta kampung ini
dapat di selesaikan. Kooridantor tim juga menjelaskan kepada semua masyarakat
bahwa peta partisipatif ini dibuat 2 (dua) buah kopian, yang satu diserahkan kepada
masyarakat dannditinggalkan di kampung yang satunya lagi di bawah oleh tim untuk
dilakukan proses pencetakan melalui komputer dan akan diserahkan kembali ke
masyarakat.

Seorang anggota peneliti menyerahkan peta partisipatif kepada kepala kampung Suaseso disaksikan oleh
kepala suku besar Suaseso dan BIrarameso, Suaseso 2013

Salah sorang tim mewakili Pemda Kabupaten Mamberamo Raya menyerahkan Peta
partisipatif kampung yang sudah diselesaikan bersama dengan masyarakat kepada
kepala kampung dan sekretaris kampung disaksikan oleh kepala suku besar. Sebelum
menyerahkan peta tersebut disampaikan juga terimakasi banyak atas kerjasama tim
dengan masyarakat sehinnga peta kampung dapat diselesaikan. Kemudian peta
kampung tersebut diserahkan disaksikan oleh Tim dan seluruh masyarakat, terlihat
dari wajah mereka ada sukacita dan juga harapan yang besar dari pemerintah kepada
mereka akan rencana pembangunan di kampong suaseso. Jangan hanya berupa janji
saja tapi harus benar-benar di buktikan.

Diakhir dari pertemuan tersebut ditutup dengan doa berkat oleh Guru injil setempat.
Kemudian tim dan seluruh masyarakat bersama-sama menikmati makan malam yang
sudah disiapkan oleh para ibu-ibu di kampung Suaseso dengan penuh sukacita.
3. Hasil Survey CLUP Kampung Suaseso
3.1. Sejarah Kampung, Suku dan Marga
Awalnya orang Suaseso tersebar di tiap dusun dan mereka datang dari tiap lokasi
yang berbeda. Marga Aweniri datang dari Pakotama, marga Tueman datang dari
Beistama, Marga Imara datang dari Kali Pasir, Marga Iwania datang dari Anggreso.
Keempat marga ini kemudian dikumpulkan oleh Guru Injil Sada dilokasi yang
bernama Kensi. Lokasi ini pun sekarang telah menjadi bekas kampung atau kampung
tua.

Setelah tinggal Kensi, beberapa waktu kemudian guru injil Sada pulang ke
Kasonawejanaweja dan diganti dengan guru injil Dike dari kampung Nengke (Sarmi).
Saat itu mereka masih menetap di Kensi. Lalu datang guru injil Yehuda Iriori dari
Warembori yang juga mengumpulkan orang-orang Birarameso yaitu marga Cetoba,
Pipiso dan Epaso yang tinggal di tepi kali Aremi. Beberapa waktu kemudian guru injil
Dike pergi dari Kensi, lalu guru injil Yehuda Iriori mengumpulkan beberapa warga
yang masih tinggal di Kensi bergabung dengan orang Birarameso yang sudah tinggal
dimuara kali Aremi lalu membentuk kampung Suaseso di Muara kali Aremi.

Muara kali Aremi dan lokasi yang sekarang sebagai kampung Suaseso adalah milik
orang Birarameso yaitu marga Cetoba, Epaso dan Pipiso tetapi mereka telah hidup
bersama dan menyatu dengan orang Sueseso yatiu Marga Aweniri, Tueman, Iwania
dan Imara dan hingga saat ini tidak ada perbedaan antara antara orang Birarameso
dan Suaseso.

Tabel 3. Suku, Marga didalam Suku dan Lokasi Asal


No Suku Marga didalam Suku Lokasi Asal
1 Suaja/Besira 1. Tueman Beistama
2. Iwania Kali Pasir
3. Imara Anggreso
2 Manija Aweniri Pakotama
3 Birarameso 1. Cetoba Tupu
2. Pipiso Piripi
3. Epaso Tutumaye
Kampung Suaseso merupakan pemecahan dari desa administrasi Bagusa. Pada tahun
1991 kampung Suaseso ditetapkan sebagai bakal kampung. Tanggal 2 Februari 1992
pelantikan Bapak Yakob Aweniri menjadi kepala desa (Kampung) Suaseso di
Kasonawejanaweja oleh Bapak Drs. Setio Martono Kepala Distrik Mamberamo Hilir.
Saat ini kampung Suaseso dipimpin oleh kepala kampung yang bernama Titus Imara
dan sekretaris kampung Yance Aweniri.

Secara administrasi batas kampung Suaseso sebagai berikut:


- Utara : Danau Rumbebai dan Kapeso
- Timur : Kampung Subu dan kali Apawer
- Selatan : Kali Syama dan Suaseso
- Barat : Sungai Mamberamo dan Bagusa

3.2. Kehidupan Sosial Masyarakat


3.2.1. Penduduk
Dari data survei rumah tangga diperoleh, jumlah peduduk kampung Suaseso
adalah 110 jiwa yang terdiri dari 31 Kepala Keluarga. Secara gender jumlah
penduduk laki adalah 60 Jiwa dan penduduk perempuan 50 Jiwa.

Persentasi Penduduk Laki-laki dan Perempuan


di Kampung Suaseso tahun 2013

L P

45%

55%

Seluruh masyarakat kampung Suaseso adalah pemeluk agama Kristen Protestan


dengan aliran Gereja Kristen Injili di Tanah Papua atau GKI .
Sebaran Penduduk Menurut Suku di Kampung Suaseso
tahun 2013

Besira/Suaja Manija Birarameso Luar Suaseso

Suku asli di kampung Suaseso ada tiga yaitu Besira atau Suaja, Manija dan
Birarameso, ditambah dengan suku dari luar kampung Suaseso. Penduduk
dikelompokkan berdasarkan suku maka suku terbesar adalah Besira atau Suaja
diberikutnya Manija dan Birarameso seperti dilihat pada gambar diatas.

Dari 7 (tujuh) marga asli yang ada di kampung Suaseso, marga terbesar adalah
marga Tueman dan Aweniri. Seperti pada gambar grafik dibawah ini.

Sebaran Penduduk Menurut Marga di Kampung Suaseso


tahun 2013
44

19

7 8 8 7 8 8

Tueman Cetoba Aweniri Iwania Pipiso Imara Epaso Luar


Suaseso
3.2.2. Matapencaharian
Dari data yang dikumpulkan bahwa sebagian besar penduduk kampung Suaseso
bekerja sebagai petani lokal dengan menggarap kebun sayur-sayuran, ubi kayu
atau singkong, kebun pisang. Mereka membuat kebun disekitar kampung dan di
sepanjang tepi kali Aremi. Kebun pisang dibuat di lokasi mencari atau berburu
dan kampung tua. Penduduk yang bekerja sebagai petani atau berkebun berjumlah
58 orang, nelayan 10 orang, aparat kampung 2 orang dan guru injil 1 orang.

Matapencaharian penduduk kampung Suaseso


tahun 2013
70
58
60
50
40
30
20
10
10
2 1
0
Berkebun Nelayan Aparat Kampung Penginjil

Penduduk yang bekerja sebagai nelayan lokasi utama untuk mencari ikan adalah
danau Rumbebai dan telaga Wipe. Jenis ikan yang ditangkap adalah ikan Mujair,
Ikan Kakap atau masyarakat menyebutnya Somasi dan ikan sembilang.

3.2.3. Pendidikan
Pada penelitian ini, kami mengelompokkan penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan dengan kategori, tidak sekolah, tidak tamat sekolah, belum sekolah
dan pelajar.
Penduduk di kampung Suaseso berdasarkan
tingkat pendidikan tahun 2013

Belum
Sekolah
14%
Pelajar Tidak
15% Sekolah
49%
Tidak Tamat
Sekolah
22%
Dari data survei rumah tangga yang dilakukan terlihat bahwa penduduk yang tidak
sekolah sebanyak 49% atau 55 orang, tidak tamat sekolah baik SD, SMP maupun
SMA sebanyak 24 orang atau 22%, pelajar (SD, SMP, SMA) sebanyak 17 orang
atau 15% dan belum sekolah sebesar 14% atau 16 orang.

3.2.4. Organisasi Masyarakat


Ada tiga lembaga atau organisasi masyrakat di kampung Suaseso yaitu Adat,
Gereja dan Pemerintah Kampung. Ketiga lembaga ini memiliki peran penting
dalam kehidupan bersama. Walaupun berbeda kelembagaannya namun ketiga
lembaga ini tidak saling bertentangan dalam upaya menciptakan suasana hidup
damai, meningkatkan kualitas hidup dan mendukung proses pembangunan dan
pengembangan masyarakat di kampung.
Dalam pengambilan keputusan, jika itu masalah ditingkat adat, maka akan
diselesaikan oleh kepala suku besar dan dilakukan musyawarah adat. Urusan
gereja akan diselesaikan secara musyawarah dibawah kepemimpinan guru injil.
Begitu pula pengambilan keputusan untuk masalah pembangunan di kampung,
akan dipimpin oleh kepala kampung melalui musyawarah kampung.

3.2.5. Fasilitas Umum dan sarana prasarana.


Fasilitas umum yang ada di kampung Suaseso adalah gedung gereja, gedung balai
kampung dan gedung Sekolah Dasar yang baru dibangun namun belum
diresmikan sehingga belum digunakan, selain itu juga belum ada guru sekolah
dasar yang bertugas dikampung ini.

Gedung Sekolah Dasar di Kampung Suaseso, Dermaga Kampung Suaseso di tepi kali
2013 Aremi, 2013
Sarana prasarana yang ada di kampung Suaseso berupa sebuah jembatan atau
dermaga tambatan perahu di tepi kali Aremi yang dibangun dari dana Respek.
Pernah dibangun dan dipasang sarana air bersih. Airnya diambil dari Danau
Rumbebai dengan menggunakan mesin penyedot atau pompa air lalu dialirkan
melalui pipa ke ke kampung, namun alat ini telah rusak dan instalasi pipapun telah
patah. Hal ini membuat masyarakat kembali mengambil air ke danau dengan
menggunakan perahu.

3.3. Sistem Penggunaan Lahan


3.3.1. Pembagian wilayah pemanfaatan
Masyarakat kampung Suseso menggunakan lokasi alam sesuai dengan kebutuhan
hidup mereka. Kebiasaan ini dilakukan secara turun temurun menjadi sebuah sistem
penggunaan lahan. Mereka membagi wilayah-wilayah sesuai dengan pemanfaatan.
Luas wilayah pemanfaatan tidak sama besar satu sama lain, tetapi telah menjadi
kesepakatan bersama untuk pemanfaatan dan pengelolaannya.

Tabel 4. Pembagian Wilayah Pemanfaatan Ruang Tradisional


No Zonasi Lokal Pengertian Lokasi
1 Pitue Ticim Adalah lokasi pengambilan air bersih untuk minum. Zona ini 1. Danau Sawani/Rumbebai
berada di danau Sawani atau Rumbebai berjarak dari muara 2. Kali Aremi
kali Aremi sekitar 200-500 meter. Kali Aremi dan Kali 3. Kali Warori
Warori juga merupakan sumber air bersih bagi masyarakat
yang berkebun atau mencari makan disekitarnya.
2 Ciratamai atau Adalah lokasi untuk mencari buaya. 1. Telaga Wipe
Tatid Camai 2. Telaga Babaroti
3. Telaga Namuri
4. Telaga Asepari
5. Telaga Awenmi
6. Telaga Tutubale
7. Danau Sawani

3 Tatid cate Adalah lokasi mencari ikan. Lokasi utama adalah danau
enawarim Sawani atau Rumbebai,
telaga Wipe dan Kali Arori
4 Pisionamu Adalah lokasi berburu atau mencari makan seperti babi, 1. Lokasi berburu pulang
kasuari burung dan mengambil hasil hutan lain yang tidak pergi dari kampung
ditanam Suaseso menyusuri kali
Aremi hingga kali Powa.
2. Sisa lokasi berupa Isiuw
atau hutan adalah lokasi
untuk mencari makan
sambil menetap di hutan.
Hutan dianggap sebagai
tempat mencari makan
atau Pisionamu
5 Pawan Adalah lokasi sakral adalah berkaitan dengan cerita sejarah 1. Lokasi sejarah Marga
terpecahnya marga-marga dan membentuk kampung- Epaso terletak didekat
kampung kecil yang sekarang menjadi daerah sejarah. kampung tua Tutumaye.
Daerah ini menjadi zona khusus yang tidak bisa dimasuki 2. Lokasi sejarah Marga
oleh sembarang orang termasuk masyarakat lokal. Orang Pipiso adalah di rawa
yang memiliki hubungan erat dengan tempat tersebut saja Piripi, letaknya
yang bisa masuk ke lokasi tersebut. dibelakang tanjung
Akibat dari pelanggaran terhadap lokasi ini adalah sakit atau Korariye membentang
hilang dan tidak bisa pulang. sepanjang danau Sawani
hingga tanjung Horpare
di dekat lokasi kampung
tua Tutumaye dan lokasi
sejarah marga Epaso.
3. Lokasi sejarah marga
Cetopa adalah Batu
Merah yang terletak di
belakang pulau Sawari
dipinggir danau Sawani
dekat kali Yariri.
6 Makatid Adalah lokasi air asin. Orang Suaseso menggunakan lokasi 1. Pinis dekat kampung tua
ini untuk mengambil air asin atau air garam untuk memasak Tutumaye
sayur atau daging buruan. Cara pengambilan dengan 2. Tupu dekat dusun Tupu
menggunakan bambu atau bulu Selain itu tempat ini juga 3. Morukwa di pinggir kali
menjadi tempat hewan terutama burung dan kasuari untuk Aremi terletak antara kali
minum. Takunimi dan kali kali
Powa
4. Cariya di pinggir kali
Powa
5. Mowe di hulu kali Powa
dekat dusun Mowe
7 Makan Adalah lokasi berkebun. Lokasi ini terletak didekat 1. Kampung Suaseso
kampung Suaseso. Kebun-kebun dibuat disebalah kiri kanan 2. Kiri kanan kali Aremi
kali Aremi hingga kali Powa. 3. Kiri kanan kali Kabi
Marga Pipiso dan Epaso dari Birarameso membuat kebun-
kebun sebelah-menyebelah kali Kabi.

3.3.2. Tempat Keramat


Walaupun sudah ada pembagian wilayah pemanfaatan, namun kehidupan orang
kampung Suaseso masih erat dengan alam secara religius. Hal ini menjadikan
mereka menganggap lokasi-lokasi sacral sangat penting dalam kehidupan mereka.
Tempat - tempat keramat atau sacral ini tidak bisa didatangi oleh sembarangan
orang bahkan oleh masyarakat setempat seperti :

 Kensi (kampong tua)


 Wiestama
 Pakotama
 Pulau sawari
 Piripe
 Wipe
 Kali Aremi
 Tanjung Bagar (Bambu Sejarah)

Ada beberapa ceritera yang berhubungan dengan pelanggaran tempat-tempat


keramat.

 Kali Aremi anak-anak tidak boleh mengambil pasir dan bermain di tanjung
pasir nanti akan banjir
 Tanjung Bagar terdapat Pohon bulu/ bambu/ rumpun-rumpun bambu (bambu
sejarah)
 Telaga Wipe tempat dilarang bagi perempuan yang datang bulan
(mensturasi) nanti bisa kena bahaya dan bagi laki-laki dan perempuan yang
berhubungan suami istri juga dilarang masuk.
Agar tidak terjadi pelanggaran dan untuk menjaga tempat – tempat yang telah
menjadi kepercayaan masyarakat Suaseso dan Birarameso maka mereka memiliki
kebiasan dengan cara :
 Orang tua selalu menceritakan kepada anak-anak, sehingga tidak masuk
sembarang waktu mencari sayur, ikan dan berburu.
 Orang khusus adalah orang-orang yang memiliki hubungan batin dengan
lokasi tersebut, mereka ini biasanya mencari makan/ berburu sambil
menjaga tempat-tempat itu, tetapi dari jauh tidak bisa masuk

Apabila masyarakat melanggar/ memasuki tempat-tempat keramat tersebut maka


orang-orang khusus tersebut dan ondoafi atau tua-tua adat melakukan semacam
ritual adat untuk menghidari akibat pelarangan yang dilakukan (sakit/ meninggal).
Hal tersebut dilakukan untuk mengingatkan masyarakat bahwa tempat-tempat
keramat tersebut tidak bisa di masuki oleh siapapun dengan sembarangan baik
masyarkat local maupun masyarakat dari luar karena akan berakibat hilang, sakit
atau meninggal dunia, sehingga masyarakat dapat berjaga-jaga terhadap dirinya
sendiri atau juga dapat menceritakan kepada orang luar tentang tempat-tempat
keramat tersebut

Masyarakat kampung Suaseso dan Birarameso menganggap penting tempat-tempat


keramat perlu untuk diketahui oleh pemerintah untuk dimasukkan sebagai wilayah
lindung adat. Hal ini dimaksudkan agar tidak hanya masyarakat kampung saja yang
menjaga tempat-tempat keramat, tetapi orang luar dan pengambil kebijakan terhadap
pembangunan diwilayah mereka menghargai dan menjaga tempat-tempat ini.

3.4. Aturan Adat tentang Penggunaan Lahan


Kehidupan bersama diantara sesama masyarakat Suaseso dan Birarameso telah
menyatu sehingga dalam pengunaan lahan tidak ada larangan diantara sesama mereka.
Untuk membuka lahan baru bagi kegiatan berkebun atau mengambil ikan pada lokasi
kali atau telaga harus meminta ijin bagi pemilik lokasi atau kepala suku marga. Hal itu
juga berlaku bagi orang luar harus minta injin kepada kepala kampung dan kepala
suku. Untuk batasan mencari makanan bebas, tapi ada beberapa tempat yang dianggap
tempat sejarah sehingga dilarang masuk. Masyarak bebas melakukan kegiatan
dalam wilayah marga seperti :
 Mengumpulkan bahan makanan
 Mencari & Berburu
 Memancing di Sungai, Danau dan Rawa
 Menebang Pohon
Menurut masyarakat Suaseso dan Birarameso luas hutan yang ada sekarang
(misalnya untuk berkebun dan berladang) dibandingkan dengan tahun lalu dan 10
tahun lalu tidak berubah kalau hanya untuk berkebun dan berladang karena belum ada
kegiatan pembangunan tetapi kedepan pasti akan berkurang dengan adanya :
 Rencana Pembangunan jalan Suaseso – Sarmi yang sedang berlangsung
yang akan melewati kampong Suaseso dimana masyrakat mengutamakan
pembangunan jalan dari belakang telaga wipe, dibelakang kali igri, gunung
bebowijari keluar ke bina di Apawer
 Pembukaan lahan baru untuk pembangunan sekolah, Puskesmas Pembantu
(pustu)
 Pembukaan lahan baru untuk kebun dan perluasan kebun lama.
Masyarakat menyadari sekarang ini, tahun lalu bahkan 10 tahun lalu masih belum
ada perubahan dalam pemanfaatan lahan hutan (misalnya untuk berkebun, ahli
fungsi/konversi, dll), hal tersebut dapat di lihat dari hutan yang masih sangat luas
dimana masyarakat masih dengan mudah mendapatkan lahan untuk berkebun
(perluasan kebun lama dan pembukaan lahan untuk kebun baru) dan hasil buruan
masih dapat di peroleh dengan mudah.

3.5. Survei Persepsi Masyarakat


Survey rumah tangga dilakukan untuk memperoleh informasi dari masyarakat yang
dikumpulkan untuk melihat persepsi atau pendapat masyarakat tentang hutan dan
dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan dan pendapat masyarakat tentang
bahaya.
Informasi ini diperoleh dari masyarakat namun tidak semua tetapi kami mengambil
½ dari jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di kampong Suaseso. Jumlah KK
Kampung per – Juli 2013 adalah 31 KK jadi yang kami ambil 17 KK.
3.5.1. Persepsi tentang hutan 10 tahun yang akan datang
Hutan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia begitu juga dengan
masyarakat Suaseso dan Birarameso mereka berpendapat bahwa hutan merupakan
sumber kehidupan mereka sehari-hari. Adapun Persepsi / pendapat masyarakat tetang
Hutan 10 (sepuluh) tahun kedepan dapat di lihat dalam table di bawah ini:

Tabel 5. Persepsi luas hutan 10 tahun yang akan datang di kampung Suaseso

No Hutan Banyaknya
10 Tahun lagi Responden

1. Berkurang 10
2. Bertambah 0
3. Samasaja 1
4. Tidak ada jawaban 6

Total 17

Tabel di atas menunjukkan persepsi atau pendapat masyarakat Suaseso dan


Birarameso tentang apa yang terjadi dengan hutan dusun (kampung dan kebun) 10
(sepuluh) tahun lagi yaitu :
 10 (sepuluh) orang mengatakan hutan berkurang dengan alasan ;
1) Penebangan liar yaitu yang dilakukan oleh masyarakat setempat atau
orang luar
2) Pembukaan lahan untuk kebun dengan bertambahnya jumlah
penduduk akan ada perluasan kebun
3) Ambil kayu bakar oleh masyarakat
4) Pembukaan lahan baru untuk bangun perumahan oleh pemda
5) Tebang kayu untuk bahan perahu dan bahan bangunan
6) Pembangunan jalan oleh pemda
 1 (satu) orang mengatakan hutan sama saja dengan alasan karena
masyarakat masih mudah untuk mencari makan dan belum banyak bangunan.
 6 (enam) orang tidak menjawab
3.5.2. Persepsi tentang kegiatan manusia yang merusak alam
Data dan informasi mengenai persepsi kegiatan manusia yang merusak hutan, sungai,
telaga dan hasil alam yang dikumpulkan dari sampel 17 responden di kampung
Suaseso kemudian dilakukan analisis statistik dengan memberi skor terendah hingga
tertinggi terhadap jawaban yang paling sering muncul mendapat poin lalu
dijumlahkan totalnya. Dari data yang diolah kemudian diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel 6. Kegiatan manusia yang merusak alam di kampung Suaseso


No Kegiatan manusia yg merusak hutan, sungai/telaga & hasil alam Skor
1 Pengambilan Hasil Alam yg berlebihan 46
2 Penebangan Liar 42
3 Pengambilan SDA untuk kebutuhan masyarakat 20
4 Buka lahan baru untuk kebun 19
5 Pembangunan oleh Pemda 13
6 Limbah 10

Dari Tabel dan Grafik diatas dapat dilihat bahwa kegiatan manusia yang paling besar
mengakibatkan kerusakan Hutan, baik oleh masyrakat Kampung Suaseso dan
Birarameso bahkan orang dari luar yaitu pengambilan hasil alam yang berlebihan , ini
dapat dilihat dari skor yang di berikan sebesar 46(empat puluh enam). Pengambilan
hasil alam yang berlebihan berupa pengambilan ikan di danau oleh orang luar dengan
menggunakan jaring raksasa sehingga semua ikan besar dan kecil ikut tertangkap
oleh jaring dan mereka hanya mengambil ikan yang besar saja tetapi yang kecil di
buang kembali ke danau yang mengakibat kan air danau tercemar oleh bau busuk dari
ikan-ikan kecil yang mati juga pengambilan kayu di hutan oleh masyarakat luar yang
berlebihan, mereka hanya mengambil kayu yang menurut mereka bagus dalam jumlah
yang banyak dan kayu yang sudah di tebang menurut mereka tidak memenuhi standar
di biarkan saja di hutan.

Yang kedua yaitu penebangan liar /sembarang yang dilakukan oleh masyarakat
maupun orang luar tanpa melihat akan kebutuhan, asal tebang kalau tidak sesuai
dengan keinginan dibiarkan saja di hutan dan juga pencarian gaharu oleh orang luar
yang melibatkan masyarakat juga melakukan penebangan pohon dengan
sembarangan tanpa menggunakan pohon tersebut. Dan pendapat masyarakat tentang
kerusakan hutan yang terendah adalah limbah yang dari kapal yang masuk ke danau
dan mencuci kapal didanau akibatnya banyak ikan yang mati dan juga masyarakat
ikut terkena wabah penyakit kulit seperti Gatal-gatal dan diare karena air tersebut di
gunakan untuk mandi dan minum setiap hari.

Namun dari kejadian – kejadian tersebut diatas ada juga yang memberikan
keuntungan kepada masyarakat setempat seperti dari pengambilan hasil alam yang
berlebihan masyarakat mendapat subsidi bisa berupa barang, uang dan pengetahuan,
dimana masyarakat jadi tahu bagamana cara membuat ikan asin. Kayu yang
ditinggalkan dari penebangan liar dapat di gunakan oleh masyarakat sebagai kayu
bakar. Masyarakat mendapat hidup dari hutan, sungai/telaga dan hasil alam lainnya
masyarakat dapat mengambil apa yang ada didalamnya guna keberlangsungan hidup
setiap hari dan juga masyarakat dapat menikmati pembangunan yang dilakukan oleh
pemda seperti Jalan Suaseso -Apawer-Sarmi yang sedang dilakukan
pembangunannya. Sedangkan limbah yang di hasilkan dari kapal tidak memberikan
keuntungan sama sekali bagi habitat dan manusia yang hidup disekitar tempat
pembuangan libah yaitu di danau Rumbebai.

3.5.3. Persepsi tentang bahaya dan kejadian penting


Pendapat masyarakat tentang kejadian yang dapat membahayakan kehidupan di desa
ini yang terjadi atau yang dialami dalam keseharian hidup masyarakat setempat
misalnya bencana alam, kelaparan, banjir, penyakit menular, peraturan / kebijakan
pemerintah dan peristiwa penting lainnya.

Dan menurut masyarakat ada beberapa kejadian yang terjadi dalam keseharian hidup
masyarakat setempat diantaranya :

 Penyakit yaitu penyakit malaria, batuk pilek, diare, gatal-gatal, kusta,


sesak nafas
 Osto adalah istilah masyarakat setempat yaitu suruhan untuk membunuh
melalui orang kedua jika orang atau pelaku tidak setuju dia akan
memberitahukan atau umumkan kepada masyarakat atau korban sehingga
pembunuhan itu batal di lakukan hal ini ini bisa terjadi karena iri hati, dan
dendam
 Bencana Alam . Peristiwa Alam yang pernah atau juga sering terjadi di
kampong Suaseso yaitu
- Banjir Tahunan (Pitihasubun) yang terjadi 2 (dua) kali dalam setahun
- Angin Ribut yang terjadi 1 (satu) kali pada Tahun 2006 tetapi tidak ada
korban Jiwa
 Peristiwa TNI. Peristiwa ini terjadi pada Tahun 2004 dimana TNI masuk ke
kampong Suaseso dan menyiksa laki-laki yang pada saat itu berada di
kampong sedangkan perempuan dan anak-anak mengungsi ke hutan dan
karena tidak tahan dengan siksaan yang dialami maka laki-laki ikut
mengungsi ke hutan kurang lebih 2 (dua) bulan mereka tinggal di hutan dan
kampong suaseso kosong tak berpenghuni setelah merasa aman mereka
kembali lagi ke kampong namun pada Tahun 2009 TNI masuk Kampung
Kapeso karena trauma dengan peristiwa Tahun 2004, maka masyarakat
kembali mengungsi ke hutan tanpa terkecuali laki-laki, perempuan, tua
maupun muda selama kurang lebih 2 (dua) bulan juga karena letak Kampung
Kapeso bersebelahan atau bertetangga dengan kampong Suaseso masyarakat
berpikir TNI akan kembali masuk ke kampong Suaseso dan menyiksa
masyarakat seperti pada Tahun 2004.
Dari keempat peristiwa diatas menurut masyarakat yang paling berbahaya dapat di
lihat pada grafik dibawah ini!

Persepsi Masyarakat Suaseso Tentang Kejadian yang paling


Berbahaya

17
Penyakit
49 Osto
23
Bencana Alam
Peristiwa TNI

34

Grafik diatas menunjukan bahwa kejadian yang paling membahayakan kehidupan


masyarakat di kampong Suaseso yaitu yang pertama Penyakit, karena di kampung
Suaseso belum ada fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal ini Puskesmas Pembantu
(Pustu) sehingga kalau ada masyarakat yang sakit sangat sulit mendapatkan
pengobatan secara cepat kemudian yang kedua adalah osto, yang ketiga Bencana
Alam dan yang keempat yaitu peristiwa TNI.

Sedangkan yang paling sering terjadi dapat dilihat dari grafik dibawah ini dimana
penyakit masih yang sering di alami masyarakat kemudian Bencana Alam, Osto dan
Peristiwa TNI.

Persepsi Masyarakat Suaseso Tentang Kejadian Yang


Sering Terjadi

26

Penyakit
30 Osto
42
Bencana Alam
Peristiwa TNI
43 12

Untuk mencegah atau mengurangi bahaya tersebut diatas yang di lakukan oleh
masyarakat yaitu :

Tabel 7. Bahaya dan upaya pencegahan oleh masyarakat kampung Suaseso

Jenis Bahaya Upaya pencegahan


Penyakit - Menjaga kebersihan
- Kalau sakit berobat ke rumah sakit di Suaseso atau
Kasonawejanaweja atau dengan cara tradisional

Osto - Agar tidak terjadi Osto harus menjaga hubungan yang baik
antar sesame
- Segera mungkin menyelesaikan

Bencana Alam - Tidak bisa di cegah karena itu merupakan peristiwa alam

Peristiwa TNI Mengungsi ke hutan.


3.6. Pengumpulan dan Penjualan hasil Alam
Data mengenai hasil alam yang paling sering diambil dan digunakan baik untuk dijual
atau untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari diperoleh melalui diskusi terfokus
kelompok laki-laki dan perempuan. Berikut data hasil alam yang paling sering
diambil

Tabel 8. Hasil alam yang paling sering diambil di kampung Suaseso


No. Hasil alam yang paling Waktu Pengambilan Lokasi Pengambilan
sering diambil Terbaik (Musim)
1 Pinang Juli - Desember Kebun, kampung tua, dusun & kampung
2 Pisang Juli – Desember Kebun, kampung tua, dusun & kampung
3 Sayur Setiap saat Kebun, kampung tua, dusun & kampung
4 Sagu September – Desember Dusun Sagu dan Kamp. Tua
5 Ikan Juli- Desember Danau Sawani/Rumbebai dan Telaga
6 Kelapa Juli – Desember Kebun, kampung tua, dusun & kampung
7 Matoa September – Desember Hutan, Kebun,dan kamp. Tua
8 Babi September – Desember Hutan
9 Buaya Juli – Desember Telaga dan Sawani Rumbebai
10 Buah Merah Juni- Agustus Hutan dan Kamp. Tua
12 Lao-lao Sepanjang tahun Hutan
13 Kasuari Sepanjang tahun Hutan
14 Kanguru Juli – Desember Hutan

Selain hasil alam yang paling sering diambil ini ada juga hasil alam yang paling
sering dijual oleh masyarakat. Pada penelitian ini kami mengumpulkan 10 hasil alam
yang paling sering dijual dengan harga dan lokasi penjualannya.

Tabel 9. Hasil alam, harga dan lokasi penjualan


Jenis Harga Satuan Lokasi Penjualan
Ikan mujair 50.000 Ekor Kasonaweja dan Suaseso
Ikan somasi 150.000 Ekor Kasonaweja dan Suaseso
Pinang 50.000 Hoki Bagusa
Sagu 200.000 Tumang Bagusa, Kasonaweja dan Suaseso
Kulit buaya 35.000 Inci Bagusa
Daging buaya 15.000 Potong Kasonaweja
Sayur kangkung 10.000 Ikat Bagusa, Suaseso
Sayur daun pepaya 10.000 Ikat Bagusa, Suaseso
Sayur genemo 10.000 Ikat Bagusa, Suaseso
Ikan 20.000 Ekor Suaseso , Kasonaweja dan Burmeso
Kelapa 10.000 Buah Suaseso dan Kasonaweja
Babi 100.000 Potong Bagusa, Suaseso dan Kasonaweja
Matoa 200.000 karung Bagusa, Suaseso dan Kasonaweja
Buah Merah 50.000 Buah Bagusa, Suaseso dan Kasonaweja
Kayu gaharu 1.000.000 kilogram Jayapura

3.7. Analisis Tipe Lahan dan Kategori guna


3.7.1. Tipe lahan Penting
Masyarakat kampung Suaseso mengenal sebelas tipe lahan berdasarkan penampakan
alam seperti danau, telaga, kali, dusun, rawa, hutan, kebun, bekas kebun, kampung
dengan bahasa lokal.

Tabel 10. Tipe lahan di Kampung Suaseso

No Tipe Lahan Nama Lokal


1 Danau/Telaga Sokorug
2 Kali Besar Pitua Marem
3 Kali Kecil Pitua Menamra
4 Gunung Kosana
5 Dusun/Kampung Tua Tamana Tosiram
6 Kampung Tamana
7 Rawa berair Pahauw
8 Rawa lumpur Mirim mironam
9 Hutan Isiuw
10 Kebun Makan
11 Bekas Kebun Acauwa

Dari kesebelas tipe lahan tersebut dilakukan analisis terhadap tipe lahan mana yang
dianggap paling penting menurut masyarakat. Proses diskusi kelompok dilakukan
dikampung dengan melakukan skoring terhadap tipe lahan. Berikut hasil skoring tipe
lahan terpenting menurut masyarakat kampung Suaseso.
Tipe Lahan Terpenting Menurut Masyarakat Kampung Suaseso

12,0 11,0
10,0 10,0 10,0
9,5 9,5
10,0
8,5 8,5 8,5
8,0
8,0 7,0

6,0

4,0

2,0

0,0

Data hasil skoring dari empat kelompok kemudian dilakukan analaisis Local User
Value Indeks (LUVi) untuk melihat indeks nilai penggunaan lahan oleh masyarakayat
lokal. Dari hasil analisis LUVi tersebut tipe lahan yang dianggap paling penting oleh
masyarakat adalah kebun (11,00); danau (10,00); gunung (10,00) dan rawa besar
(10,00) dan tipe lahan yang paling rendah adalah rawa lumpur (5). Alasan mengapa
kebun dianggap paling penting karena masyarakat di kampung Suaseso lebih banyak
melakukan aktivitas berkebun dengan menanam tanaman singkong, ubi jalar, keladi,
jagung dan pisang. Selain itu tanaman yang paling sering ditanam adalah pinang.
Hasil kebun yang paling sering dijual adalah pinang. Boleh dikatakan bahwa
masyarakat kampung Suaseso terkenal dengan hasil pinangnya di Mamberamo.
Sekarang ini ada pendampingan yang dilakukan oleh sebuah Yayasan lokal yang
mendampingi masyarakat membuka lokasi kebun cacao. Dari data yang diperoleh ada
10 lokasi kebun cacao yang dibuka oleh masyarakat dengan rata-rata luas 50x50 m2
Dari pengamatan dan pengambilan titik GPS bahwa rawa besar adalah rawa yang
sedikit berlumpur dengan sedikit genangan air, bisa dilewati oleh manusia dan hewan
itu sebabnya rawa besar dianggap penting karena dusun sagu terdapat di rawa
tersebut. Selain itu di rawa besar ada berbagai jenis hewan yang diburu seperti babi
hutan, lao-lao, kanguru, kasuari dan berbagai jenis burung. Tipe lahan yang dinilai
terendah adalah rawa lumpur atau mirimmironam alasannya karena dirawa berlumpur
selalu digenangi air dan jarang ada binatang yang datang kesitu untuk mencari makan
sehingga jarang untuk ditadatani oleh masyarakat.
3.7.2. Tipe lahan penting per kategori guna
Analisis tipe lahan per kategori guna juga dilakukan. Ada 10 kategori guna yang
dilakukan, berikut hasil analisis LUVi kategori guna per tipe lahan.

Tipe lahan penting untuk makanan menurut masyarakat Suaseso


18,0 16,5
16,0
14,0 11,5
12,0 10,5 10,0
10,0 8,5 8,0
7,5 7,0 7,5 7,0
8,0 6,0
6,0
4,0
2,0
0,0

Tipe lahan penting untuk obat-obatan menurut masyarakat Suaseso


16,0
13,5 13,0
14,0
12,0 10,5
9,5 9,5
10,0 8,0 8,5 8,5
8,0 6,5 7,0
5,5
6,0
4,0
2,0
0,0
Tipe lahan penting untuk bahan rumah menurut masyarakat Suaseso
14,0 12,0 12,0
11,5
12,0 10,0 10,0
10,0 8,5 8,5
7,0 7,5
8,0 6,5 6,5
6,0
4,0
2,0
0,0

Tipe lahan penting untuk bahan pondok menurut masyarakat


Suaseso
14,0
11,5 11,5
12,0 10,0 10,5 10,5
10,0 8,5 8,0 8,0
7,5 7,5
8,0 6,5
6,0
4,0
2,0
0,0

Tipe lahan penting untuk bahan perahu menurut masyarakat Suaseso


16,0 14,0
13,5
14,0 12,0
12,0 10,0
10,0 8,5 9,0
8,0 7,0 6,5 6,5
6,0 6,0
6,0
4,0
2,0
0,0
Tipe lahan penting untuk kayu bakar menurut masyarakat Suaseso
16,0 15,0
14,0 12,0 11,5
12,0
9,5 9,5
10,0 8,0 8,5
7,5
8,0 6,5 6,5
5,5
6,0
4,0
2,0
0,0

Tipe lahan penting untuk bahan yang dapat dijual meneurut masyarakat
Suaseso
14,0
11,5 11,5
12,0 10,5
10,0 8,5 8,5 9,0 9,0
8,0 8,0 8,0 7,5
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0

TIpe lahan penting untuk bahan upacara adat/ritual dan hiasan menurut
masyarakat Suaseso
14,0 13,0
12,0
12,0 10,0 10,0
10,0 9,0 8,5 9,0
8,0 8,0
8,0 6,0 6,5
6,0
4,0
2,0
0,0
Tipe lahan penting untuk bahan anyaman menurut masyarakat Suaseso
14,0 12,5
12,0 10,0 9,5 9,5 9,0
10,0 8,5 8,0 8,5 8,5 8,5
7,5
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0

Tipe lahan penting untuk masa depan menurut masyarakat Suaseso


14,0 12,0
12,0 11,0
10,0 9,5 10,0
10,0 8,5 9,0 8,5 8,0
8,0 7,0
6,0
6,0
4,0
2,0
0,0

3.8. Pemetaan Partisipatif


3.8.1. Peta Sebaran Sumber Daya Alam
Masyarakat adalah ahli atas wilayah mereka, tim menyiapkan peta dasar dan menjadi
fasilitator bagi proses pemetaan. Masyarakat dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan pengetahuan atas wilayah masing-masing. Pada peta dasar tersebut
masyarakat mengisi dan melengkapi tipe lahan seperti kali, rawa, gunung, telaga,
danau, tempat sejarah, kampung tua, zonasi tradisional dan penggunaan lahan untuk
masa depan. Informasi mengenai jenis hewan dan tumbuhan serta kekayaan alam
seperti sumber air asin digambar oleh masyarakat didalam peta ini.
Peta sebaran sumber daya alam yang sudah didigitasi

3.8.2. Peta zonasi pemanfaatan ruang masa kini dan Masa Depan
Informasi penting dari masyarakat mengenai pemanfaatan ruang dalam hubungan
dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Mamberamo Raya diperoleh melalui
proses pemetaan ini. Masyarakat Suaseso telah membagi wilayah adat mereka dalam
sebuah sistem pemanfaatan ruang secara turun temurun. Mereka memilik zonasi
tradisional seperti yang telah dijelaskan pada sub 3.2 sistem penggunaan lahan yaitu
ada 7 (tujuh)
a. Zona Pitue Ticim Adalah lokasi pengambilan air bersih untuk minum. Zona
ini berada di danau Sawani atau Rumbebai berjarak dari muara kali Aremi
sekitar 200-500 meter. Kali Aremi dan Kali Warori juga merupakan sumber
air bersih bagi masyarakat yang berkebun atau mencari makan disekitarnya.air
bersih
b. Zona Ciratamai atau Tatid Camai adalah lokasi untuk mencari buaya.
c. Zona Tatid cate enawarim adalah lokasi mencari ikan.
d. Zona Pisionamu adalah lokasi berburu atau mencari makan seperti babi,
kasuari burung dan mengambil hasil hutan lain yang tidak ditanam
e. Zona Pawan adalah lokasi sakral adalah berkaitan dengan cerita sejarah
terpecahnya marga-marga dan membentuk kampung-kampung kecil yang
sekarang menjadi daerah sejarah. Daerah ini menjadi zona khusus yang tidak
bisa dimasuki oleh sembarang orang termasuk masyarakat lokal. Orang yang
memiliki hubungan erat dengan tempat tersebut saja yang bisa masuk ke
lokasi tersebut. Akibat dari pelanggaran terhadap lokasi ini adalah sakit atau
hilang dan tidak bisa pulang.
f. Zona Makatid adalah lokasi air asin. Orang Suaseso menggunakan lokasi ini
untuk mengambil air asin atau air garam untuk memasak sayur atau daging
buruan. Cara pengambilan dengan menggunakan bambu atau bulu Selain itu
tempat ini juga menjadi tempat hewan terutama burung dan kasuari untuk
minum.
g. Zona Makan Adalah lokasi berkebun. Lokasi ini terletak didekat kampung
Suaseso. Kebun-kebun dibuat disebalah kiri kanan kali Aremi hingga kali
Powa.Marga Pipiso dan Epaso dari Birarameso membuat kebun-kebun
sebelah-menyebelah kali Kabi.

Peta Sistem Zonasi Tradisional yang sudah didigitasi

3.8.3. Peta Suku dan Marga


Masyarakat kampung Suaseso tahu persis batas antar marga atau suku dan ini tidak
menjadi masalah diantara mereka ketika dilakukan proses pemetaaan karena sudah
ada pengakuan diantara sesama marga dan suku. Ada tiga kelompok besar suku di
kampung Suaseso yang digambarkan pada pemetaan ini yaitu suku Suaja, Manija dan
Birarameso.

Peta Suku yang sudah didigitasi


3.9. Pengambilan titik lokasi penting
Dengan menggunakan alat GPS tim melakukan pengambilan titik muara-muara kali,
lokasi kebun, lokasi daerah sejarah, air asin, kampung tua, zonasi pengambilan air
bersih, tempat mencari ikan, tempat berburu, batas marga. Pengambilan titik GPS ini
dilakukan selama 4 hari dengan membagi dua tim yaitu satu tim mengambil titik
disekitar danau Rumbebai dan tim lainnya mengambil titik dilokasi hutan atau
daratan. Tiap tim ditemani oleh penunjuk jalan lokal sebanyak 5-6 orang.

Sebanyak 80 titik koordinat yang diambil oleh tim saat melakukan ground check di
kampung Suaseso
Tabel 11. Lokasi dan Jumlah Mark Point
Jumlah Mark
No Lokasi
Point
1 Kali Warori (Batas Suaseso dengan Kapeso) 15 Mark Poit
2 Tanjung Tomore (Batas daearah mencari Ikan orang Suaseso dengan 11 Mark Point
Kapeso
3 Kampung Tua Kensi/Tupu 16 Mark Point
Kali Aremi 15 Mark Point
Kampung Tua Tutumaye 11 Mark Point
Kali Syama (Batas Suaseso,Birarameso dengan Suaseso ) 11 Mark Point
3.10. Monitoring Tradisional
Monitoring tradisional atau pengawasan terhadap hasil alam dan wilayah yang
dilakukan oleh masyarakat kampung Suaseso dikumpulkan pada penelitian ini.
Beberapa hasil alam yang menjadi perhatian penting dalam pengawasan oleh
masyarakat dari data yang diperoleh dibagi menjadi
1. Binatang : babi hutan (nanisia), kasuari (kamash), soa-soa (kapase), burung
mambruk (marshia), buaya (ciram), lao-lao (wit)
2. Tumbuhan: sagu, dan anggrek

Cara untuk mengetahui apakah hasil alam tersebut masih banyak, berkurang atau
tinggal sedikit yaitu dengan acara berburu, berkebun dan tokok sagu sambil
memeriksa hasil alam. Hal ini dilakukan oleh laki-laki muda, tua dan juga perempuan
dan mereka biasanya tinggal kira-kira 1-2 minggu.

Tidak ada peraturan tertulis mengenai pengambilan hasil alam, tertapi siapa saja baik
orang kampung dari marga lain maupun orang kampung lain serta orang luar harus
meminta ijin kepada masyarakat bila ingin mengambil hasil alam dikampung Suaseso.

Dalam satu tahun terakhir ini tidak ada orang luar atau pendatang yang masuk ke
wilayah kampung Suaseso untuk mengambil hasil alam.

Pengawasan terhadap wilayah yang luas dari tiap marga dikampung Suaseso
dialakukan dengan tinggal 1-2 bulan dilokasi tersebut sambil mengumpulkan hasil
alam.
4. Penutup
4.1. Isu Penting
Laporan ini merupakan satu bagian yang tak terpisahakan dengan laporan kegiatan
yang sama di beberapa kampung (Kwerba, Papasena, Metaweja, Yoke, Burmeso, dan
Swaseso) di kabupaten Mamberamo Raya yang telah dikerjakan sebelumnya. Inti dari
laporan ini bukan merupakan suatu kajian yang melahirkan rekomendasi kebijakan
pembangunan oleh Pemda Kabupaten Mamberamo Raya, namun laporan ini
diharapkan menjadi bahan diskusi oleh Pemda Kabupaten dan Masyarakat kampung
serta pihak-pihak terkait dalam mengambil dan menetapkan suatu rencana kegiatan
pembangunan yang dapat mengakomodir kepentingan masyarakat kampung Suaseso
yang telah tertuang dalam hasil laporan ini.
Beberapa isu penting yang terkait erat dalam kehidupan masyarakat kampung Suaseso
yang berhubungan dengan pembangunan antara lain :
a. Penggunaan lahan oleh masyarakat saat ini dan masa depan. Rencana
pembangunan jalan provinsi dari Sarmi-Kasonaweja melalui Sungai Apawer
melawati wilayah adat suku orang Suaseso dan Birarameso di kepala air kali
Warori, kali Syama dan kampung tua Kensi. Masyarakat memiliki pandangan
bahwa jalan ini penting untuk dibangun agar mereka dapat membawa hasil alam
mereka untuk dijual ke Kasonaweja. Rencana jalan ini jauh dari lokasi kampung
Suaseso dan Biriarameso, sehingga harapan mereka harus ada jalan yang dibuat
dari poros jalan utama menuju ke kampung. Masyarakat juga telah siap jika
kemudian hari mereka dipindahkan ke lokasi yang dekat dengan rencana
pembangunan jalan.
b. Pembangunan sarana pranasaran terutama sarana air bersih. Telah ada satu unit
mesin pompa yang disiapkan untuk menarik air dari danau Rumbebai dan
dialirkan ke kampung, namun mesin ini hanya bertahan 6 bulan dan mengalami
kerusakan, namun hingga hari ini belum diperbaiki atau dipasang lagi. Hal ini
menjadi keluhan masyarakat karena mereka kesulitan untuk mendapatkan air
bersih, namun juga masyarakat mengeluh tentang proyek yang masuk
kekampung harus berkualitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Adanya pendampingan kelompok tani kakaco oleh sebuah yayasan memberikan
dorongan dan motivasi yang positif kepada masyarakat untuk menanam kakao.
Hal ini ditanggapi baik oleh masyarakat mereka menyiapkan lahan kebun di
sekitar lokasi kampung. Namun keterbatasan peralatan pertanian menjadikan
mereka kesulitan baik untuk membuka lahan, menanam bibit dan juga
pemeliharaan dan tentunya untuk masa panen. Masyarakat mengharapkan
adanya bantuan dan perhatian pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya
terhadap kegiatan ini.
d. Isu penting dari kegiatan CLUP ini adalah hasil penelitan ini yang memuat
kepentingan masyarakat adat seperti batas wilayah adat, sistem penggunaan
lahan, sejarah marga dan suku, hasil-hasil alam dan kehidupan sosial
masyarakat menjadi perhatian penting bagi pemerintah Kabupaten Mamberamo
Raya. Peta zonasi penggunaan lahan masyarakat yang telah dibuat oleh
masyarakat merupakan alat yang dapat mempermudah negosiasi antara
masyarakat dan Pemda untuk rencana pembangunan yang nantinya diharapkan
dapat mengakomodir pembangunan dengan menghindari tempat-tempat penting,
seperti tempat keramat, wilayah lindung adat, daerah penghasil hewan buruan

4.2. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat
adat Mamberamo khususnya mereka yang hidup disekitar kaki pegunungan Foja
dalam hubungan meraka dengan penggunaan lahan masa kini dan masa yang akan
datang. Dari data yang dikumpulkan pada dua lokasi yang dilakukan yaitu Suaseso
dan Trimuris menunjukkan bahwa masyarakat memiliki sistem penggunaan lahan atau
tata ruang tradisional yang telah diakui dan dijalankan secara turu temurun pada
wilayah adat mereka. Mereka menjaga dan mengawasi sumber daya alam dengan pola
dan cara mereka. Sistem penggunaan lahan ini menjadi penting bagi pemerintah
karena telah mengetahu pola ruang masyarakat adat dalam hubungan dengan arah
kebijakan pembangunan daerah.

4.3. Rekomendasi
4.3.1. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Salah satu hasil real dari studi ini adalah adanya pemetaan partisipatif tentang zonasi
pemanfaatan lahan oleh masyarakat. Peta partisipatif pemanfaatan lahan dapat
digunakan sebagai salah satu layer dalam pembuatan dan penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. Dengan demikian menjadi dasar yang kuat
karena adanya keterwakilan kepentingan masyarakat didalam pemanfaatan lahan. Peta
partisipatif ini juga memberi ruang dalam proses pembangunan, karena didalamnya
memuat daerah-daerah yang secara tradisional telah diperuntukan bagi kepentingan
ekonomi mereka. Daerah berkebun dapat dikembangkan untuk kawasan pertanian dan
perkebunan bagi masyarakat.

4.3.2. Kebijakan arah pengelolaan kawasan konservasi SM Mamberamo Foja


Pengetahuan akan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam telah ada di dalam
kehidupan masyarakat adat kampung Suaseso . Hal ini terbukti mereka secara jelas
membagi wilayah pemanfaatan secara turun-temurun mulai dari daerah berburu,
daerah berkebun, daerah lindung, daerah sakral bahkan daerah yang yang
direncanakan untuk pembangunan kampung baru. Sistem zonasi tradisional ini akan
sangat membantu pemerintah daerah dalam negosiasi pembangunan berkelanjutan
bersama masyarakat. Pemahaman tradisional tentang bentang alam dapat dijadikan
sebagai dasar untuk mendorong pentingnya pembangunan berkelanjutan dalam jangka
panjang (sustainability).

Pemerintah diharapkan mengakomodir aturan-aturan adat tentang pemanfanfaatan


lahan dan Sumberdaya alam termasuk didalamnya pentingya daerah-daerah lindung
dan daerah sakral atau sejarah sebagai tempat berkembang biaknya satwa dianggap
penting untuk dilakukan. Mengingat aturan-aturan adat dalam pemanfaatan lahan
sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat adat kampong Suaseso .

Anda mungkin juga menyukai