Anda di halaman 1dari 7

1

Plantropica: Journal of Agricultural Science 2022. 7(1):1-7

Kajian Etnobotani Tanaman Pekarangan Desa Ngumpul Kabupaten Nganjuk

The Home Garden Ethnobotany Of Ngumpul Village Nganjuk District


Euis Elih Nurlaelih, Zobby Hendi Zenobia dan Dewi Ratih Rizki Damaiyanti

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
Korespondensi : euis.fp@ub.ac.id

Diterima 29 Juli 2021 / Disetujui 10 Februari 2022

ABSTRAK
Tanaman pekarangan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari
masyarakat karena berada pada salah satu ruang hidupnya. Hubungan tersebut diwujudkan dalam bentuk
pemanfaatan dan pengelolaan oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya tanaman
pekarangan akan menimbulkan ketergantungan dan mendorong adanya upaya pelestarian kekayaan
plasma nutfah baik secara sadar maupun tidak. Selain itu, pemanfaatan tanaman pekarangan secara
optimal berpotensi untuk mendukung ketahanan pangan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemanfaatan tanaman pekarangan oleh masyarakat Desa Ngumpul Kabupaten Nganjuk. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Ngumpul memanfaatkan tanaman pekarangan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan yaitu sebagai tanaman pangan (26,7%), tanaman hias (24,6 %), tanaman
peneduh (16,9%), tanaman obat (15,8 %), tanaman aromatik (6,8%), tanaman untuk ritual (5,8%),
penghasil warna (3,2%), dan tanaman penghasil kayu (0,4%). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman di
pekarangan memberikan manfaat yang beragam pada masyarakat. Tanaman yang sering ditemui di
pekarangan Desa Ngumpul adalah Mangga (Mangifera indica), Pisang (Musa paradisiaca), Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius), Kemangi (Ocimum × citriodorum), dan Pepaya (Carica papaya) dengan nilai
0,99-0,86. Berdasarkan familinya, tanaman yang paling banyak ditemui berasal dari famili Araceae dan
Myrtaceae.
Kata kunci : pekarangan, fungsi tanaman, budaya
ABSTRACT
Plants of homegarden have a very close relationship with people's daily lives because they are in
one of their living spaces. This relationship is manifested in the form of utilization and management by the
community. Public awareness of the importance of homegarden plants will create dependence and
encourage efforts to conserve germplasm wealth, whether consciously or not. In addition, optimal use of
yard plants has the potential to support family food security. This study aims to determine the use of
homegarden plants by the people of Ngumpul Village, Nganjuk Regency. The results showed that the
people of Ngumpul Village used garden plants to meet various needs, including food plants (26.7%),
ornamental plants (24.6%), shade plants (16.9%), medicinal plants (15.8%). ), aromatic plants (6.8%), ritual
plants (5.8%), color producers (3.2%), and wood-producing plants (0.4%). This shows that plants in the
homegarden provide various benefits to the community. Plants that are often found in the homegarden of
Ngumpul Village are Mango (Mangifera indica), Banana (Musa paradisiaca), Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius), Basil (Ocimum × citriodorum), and Papaya (Carica papaya) with a value of 0.99-0.86 . Based
on the family, the most commonly encountered plants came from the Araceae and Myrtaceae families.
Keywords: homegarden, plant function, culture

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.1
2

Euis Elih Nurlaelih, Kajian Etnobotani Tanaman....

PENDAHULUAN Etnobotani didefinisikan sebagai bidang ilmu


Desa Ngumpul adalah sebuah desa di yang mempelajari hubungan timbal balik
wilayah Kecamatan Bagor Kabupaten antara masyarakat lokal dengan lingkungan
Nganjuk Jawa Timur. Desa ini memiliki alam meliputi pengetahuan masyarakat
karakter lanksap perdesaan seperti di wilayah tentang sumber daya tumbuhan (Rusmina, et
di Jawa lainnya yang ditandai dengan tata al, 2015). Kajian etnobotani jenis tanaman
guna lahan yang didominasi oleh lahan yang dibudidayakan oleh masyarakat serta
pertanian dan rumah penduduk dengan pemanfaatannya yang dilakukan
pekarangan yang cukup luas. Selain itu, desa ini,diharapkan dapat menambah informasi
ini memiliki keterkaitan dengan sejarah kekayaan plasma nutfah tanaman
Kerajaan Majapahit yang ditandai dengan bermanfaat di Jawa Timur pada khususnya di
ditemukannya sisa-sisa peningggalan Indonesia pada umumnya. Informasi ini
kerajaan tersebut yang disebut Kampung penting dalam upaya pengelolaan
Plading. Secara sosial, desa ini ditinggali oleh keanekaragaman hayati serta optimalisasi
penduduk yang sebagaian besar bermata lahan pekarangan untuk kemandirian pangan
pencaharian sebagai petani, berasal dari keluarga.
Suku Jawa dan beragama Islam. Faktor BAHAN DAN METODE
sosial ekonomi dan biofisik mempunyai
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
korelasi yang kuat terhadap keberadaan
Ngumpul Kec. Bagor, Kab. Nganjuk Jawa
suatu lanskap (Junaidi & Maryani, 2013). Hal
Timur, yang memiliki ketinggian tempat rata-
inilah yang mendorong penelitian ini
rata 56 mdpl. Penelitian dilakukan pada bulan
dilakukan yaitu untuk melihat hubungan
Juli sampai Agustus 2020. Penelitian ini
antara faktor sosial dan faktor biofisik.
bersifat eksplorasi, yaitu pengumpulan data
Penelitian ini dibatasi pada hubungan antara
mengenai kualitas subjek yang memiliki
masyarakat dengan tanaman di pekarangan
tujuan untuk menggambarkan keadaan
dalam bentuk pemanfaatan.
subjek menggunakan data kualitatif.
Pekarangan sebagai bagian dari lanskap
Penelitian dilakukan pada 10% pekarangan di
perdesaan memiliki peran yang sangat
Desa Ngumpul yaitu sebanyak 150
penting bagi masyarakat pemiliknya.
pekarangan melalui pemilihan sampel secara
Pekarangan memberikan layanan ekosistem
sengaja (purposive sampling).
yang lengkap antara lain layanan
Adapun tahapan penelitian meliputi
penyediaan, regulasi dan budaya (Nurlaelih
langkah-langkah sebagai berikut: 1)
et al., 2019). Manfaat tersebut antara lain
dilakukan survey awal berupa permohonan
diperoleh dari elemen pekarangan berupa
izin dan perkenalan kepada Kepala Desa dan
tanaman. Tanaman pada pekarangan dapat
aparatnya serta tokoh msyarakat setempat;
berfungsi kesehatan, estetika, peneduh,
2) dilakukan pengumpulan data awal seperti
pangan dan spiritual (Syafitri et al., 2014).
profil desa dan data umum lainnya untuk
Pekarangan dapat membawa sumbangan
mendapatkan jumlah kepala keluarga dan
pendapatan rata-rata 49 % dari pendapatan
peta desa; 3) ditentukan sampel pekarangan
asli rumah tangga dan pendapatan tersebut
dan kepala keluarga; 4) dilakukan
didapatkan melalui usaha tani di pekarangan
pengamatan dan pengukuran terhadap
(Rahman & Zulkifli, 2019).
pekarangan, elemen tanaman, dan tata letak
Pemanfaatan tanaman oleh masyarakat
pekarangan; 5) dilakukan wawancara untuk
dipelajari secara spesifik dalam kajian
mengetahui fungsi atau penggunaan
etnobotani (Widiastuti et al., 2017).
tanaman dan pekarangan kepada
3

Euis Elih Nurlaelih, Kajian Etnobotani Tanaman....

pemiliknya; 6) dilakukan analisis atau jumlah pria 3.267 dan wanita 2.179 , yang
pemilahan data untuk selanjutnya terdiri atas 1.571 kepala keluarga. Tingkat
dideskripsikan dalam bentuk tulisan, tabel pendidikan rata rata (70 %) SMP (20%) SMA.
dan grafik untuk menggambarkan Mayoritas mata pencaharian masyarakat
pemanfaatan tanaman di pekarangan oleh Desa Ngumpul petani (100%) beragama
masyarakat. Tahap terakhir adalah Islam (100%) dan Suku Jawa (100%).
penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penelitian kualitatif adalah jawaban dari fokus pekarangan di Desa Ngumpul paling luas 280
penelitian dan merupakan kristalisasi data m2, dan paling sempit 70 m 2, dengan luas
lapangan. rata–rata 120 m2. Lahan pekarangan dibagi
menjadi pekarangan luas (400 s/d 1.000 m2),
HASIL DAN PEMBAHASAN
sedang (120 s/d 400 m2) dan sempit (120 m2)
Berdasarkan sejarahnya, Desa Ngumpul (Badan Penyuluhan dan Pengembangan
pertama kali ditemukan oleh Mbah Plading Sumber Daya Manusia Pertanian, 2020).
sebagai pembuka desa pada era peralihan Dengan demikian pekarangan Desa Ngumpul
Majapahit menuju Islam tepatnya pada rata-rata termasuk kategori pekarangan
Dusun Plading, kemudian desa tersebut dengan luas sedang.
dibagi menjadi 8 dusun yang ada pada (yaitu Terdapat 105 species tanaman pada
Dusun Ngumpul, Gagan, Malambong, pekarangan Desa Ngumpul yang terdiri dari
Gondang, Santren, Bulung, Kebun Timun, tanaman jenis pohon, semak/perdu, dan
dan Kedung Kajang. Nama Ngumpul berasal tanaman merambat. Tanaman yang sering
dari berkumpulnya 8 dusun menjadi satu ditemui di pekarangan Desa Ngumpul adalah
desa pada era pemerintahan baru. Desa ini Mangga (Mangifera indica), Pisang (Musa
memiliki luas wilayah 1.1149 km2 terdiri atas paradisiaca), Pandan Wangi (Pandanus
pemukiman 56 ha, persawahan 19.929 ha, amaryllifolius), Kemangi (Ocimum x
perkebunan/tegalan 57.435 ha, perkantoran citriodorum), dan Pepaya (Carica papaya)
pemerintah 15 ha, lapangan olahraga 25 ha, dengan nilai 0,99-0,86. Berdasarkan
tempat pendidikan/sekolah 51 ha, dan familinya, tanaman yang paling banyak
pemakaman umum 1 ha. Jumlah penduduk ditemui berasal dari famili Araceae dan
Desa Ngumpul sebanyak 5.446 Jiwa, dengan Myrtaceae (Gambar 1).

4
Frekuensi

Famili
4

Euis Elih Nurlaelih, Kajian Etnobotani Tanaman....

6
5

Frekuensi
4
3
2
1
0

Famili

Gambar 1. Frekuensi Tanaman pada Pekarangan Desa Ngumpul Berdasarkan Familinya

Setiap rumah pada Desa Ngumpul


memiliki pekarangan baik yang luas maupun
kecil. Banyak fungsi dan kegunaan dari
adanya lahan pekarangan baik berupa
tanaman, untuk budidaya tanaman tertentu,
keindahan, dan lain lain. Pada Desa
Ngumpul presentase penggunaan tanaman
diantaranya sebagai sumber pangan
(26,83%), hias (24,66%), peneduh (16,97 %),
obat (15,85%), aromatik (6,8%), ritual
budaya/agama (5,84%), penghasil warna pangan hias
(3,2%) dan penghasil kayu (0,03%) (Gambar peneduh obat
2). Pekarangan merupakan agroekosistem ritual budaya/agama penghasil kayu
yang sangat baik dan mempunyai potensi
pewarna aromatik
yang tidak kecil dalam mencukupi kebutuhan
hidup masyarakat. Jika dikembangkan lebih
jauh lagi akan memberikan pendapatan Gambar 2. Fungsi Tanaman Pekarangan
ekonomi rumah tangga, kesejahteraan Desa Ngumpul
masyarakat sekitar, dan pemenuhan
kebutuhan pasar (Marhalim, 2015).
Tabel 1. Jenis Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya oleh Masyarakat Desa Ngumpul
FR Pemanfaatan Bagian Tanaman
No Nama Ilmiah Tanaman Nama Lokal
(%) oleh Masyarakat yang Dimanfaatkan
1. Mangifera indica Pelem 0,99 1, 3 c
Musa acuminata 1, 5 a, b, c
2. Gedang 0,96
balbisiana
3. Pandanus amaryllifolius Pandan Wangi 0,93 1,5,7,8 a
4. Ocimum citriodorum Kemangi 0,91 1 a
5. Bambuseae sp Bambu/Preng 0,90 3,6 d,f
6. Carica papaya Pepaya/Kates 0,86 1,4 a,b.c
7. Manihot esculenta Ketela/Telo 0,84 1 e
5

Euis Elih Nurlaelih, Kajian Etnobotani Tanaman....

Lanjutan Tabel 1
FR Pemanfaatan Bagian Tanaman
No Nama Ilmiah Tanaman Nama Lokal
(%) oleh Masyarakat yang Dimanfaatkan
Puring 2,5 a
8. Codiaeum variegatum 0,80
Lancuran
9. Dimocarpus longan Kelengkeng 0,74 1, 3 c,f
10. Hylocereus undatus Buah Naga 0,73 1 c
11. Leucaena leucocephala Lamtoro 0,71 1 c
12. Durio zibethinus Duren 0,70 1 c
13. Ficus pumila Daun Dolar 0,70 2 1
14. Apium graveolens Seledri 0,70 1,4 a
15. Cordyline fruticosa (L) Andong 0,69 2,5 a
16. Curcuma longa Kunir 0,69 4 e
17. Psidium guajava Jambu Biji 0,67 1 c
18. Averrhoa carambola Blimbing 0,66 1 c
19. Artocarpus heterophyllus Nangka 0,65 1 c
20. Sansevieria sp Lidah Mertua 0,65 2 a
21. Zingiber officinale Jahe 0,61 4 e
22. Curcuma aeruginosa. sp Temu ireng 0,60 4 e
23. Syzygium aqueum Jambu Air 0,59 1 c
24. Syzygium polyanthum Salam 0,58 1,4 a,c
Blimbing 1, 4 c
25. Averrhoa bilimbi 0,57
Wuluh
Keterangan: FR ?
1=pangan, 2=hias, 3=peneduh, 4=obat, 5=ritual budaya/agama, 6=penghasil kayu, 7=pewarna, 8=aromatik
a=daun, b=bunga, c=buah, d=batang, e=akar/umbi, f=kanopi

Tabel di atas menunjukkan bahwa di pekarangan sehingga cukup banyak


terdapat tanaman yang memiliki lebih dari 1 masyarakat yang menanam tanaman ini di
manfaat dan lebih dari satu bagian tanaman pekarangan yang ada di Desa Ngumpul.
yang dimanfaatkan. Misalnya tanaman Kajian etnobotani mampu meningkatkan
Pepaya (Carica papaya) yang dimanfaatkan sensitivitas masyarakat terhadap tumbuhan
daunnya sebagai sayuran dan obat, buahnya yang ada di sekitar lingkungan mereka,
yang muda sebagai sayuran dan buahnya bahwa tumbuhan memiliki peran penting
yang matang sebagai sumber vitamin serta dalam berbagai segi kehidupan, salah
bunganya sebagai sayuran. Pemanfaatan satunya dalam pelaksanaan ritual
papaya untuk konsumsi sangat tepat karena keagamaan (Babaian, 2011).
pepaya mengandung flavonoid, vitamin C, E Masyarakat Desa Ngumpul juga
dan betakaroten dapat mencegah memanfaatkan tanaman untuk keperluan
nefrotoksisitas Pb (Purlinda et al., 2020). ritual budaya dan agama. Ritual adalah
Pepaya mengandung vitamin, mineral, dan kegiatan yang sengaja dilakukan oleh
enzim yang berguna untuk pencernaan, serta sekelompok orang atas dasar kepercayaan
serat dan air. Konsumsi pepaya California dan keyakinan untuk tujuan tertentu
dan pepaya Hawai dapat menurunkan indeks (Nurchayati et al., 2020). Seluruh
karies secara bermakna pada anak masyarakat Desa Ngumpul menganut Agama
(Tumembow et al., 2018). Manfaatnya yang Islam, namun dalam kehidupan sehari-hari
cukup banyak menyebabkan masyarakat masyarakat masih mempercayai adanya hal
terdorong untuk menanam tanaman tersebut baik dan buruk yang mungkin akan terjadi
6

Euis Elih Nurlaelih, Kajian Etnobotani Tanaman....

dalam keluarga mereka. Menurut warga Desa wening (hati yang bening/bersih). Janur
Ngumpul banyak masyarakat mempercayai kuning dalam pernikahan adat Jawa bisa
bahwa dengan penanaman tanaman tertentu dimaknai sebagai niat dari hati yang bersih
akan menjauhkan dari hal buruk yang menikahkan anak karena berharap ridho dari
menimpa pada keluarga. Tanaman tersebut Tuhan Yang Maha Esa.
yaitu Tebu Ireng (Saccharum officinarum Liin) Janur kuning biasanya dipasang pada
yang diletakkan di depan rumah. hiasan pintu masuk, dipakai untuk membuat
Masyarakat masih mempercayai adanya Kembar mayang dan sebagai bahan dalam
tanaman yang dapat mendatangkan hal membuat pajangan Mayang Sari yang
buruk dari penataan tanaman tersebut yaitu dipasang di sisi kanan dan kiri sasana
sejenis empon empon, dan cabai yang sewaka (pelaminan). Selain elemen hias di
memiliki rasa pedas. Jika menanam cabe di atas, di sekitar pohon pisang raja juga
depan rumah makna yang didapat keadaan terdapat elemen hias lainnya yaitu Cengkir
rumah akan menjadi panas dan sering terjadi kuning/gading (kelapa gading muda). Cengkir
pertengkaran bagi penghuni rumah maka di dari kata (kencenging pikir) (teguh
alihkan di belakang rumah. Ada pula pemikirannya/kemauan yang keras), Gading
penataan tanaman Pepaya (Carica papaya) atau warna kuning dari kata (kalbu kang
pada samping rumah yang dipercaya sebagai wening) (hati yang bening/bersih). Dari
penangkal roh jahat. cengkir gading inilah ada sebuah pesan
Dalam upacara pernikahan masyarakat bahwa kedua mempelai diharapkan dapat
sekitar Desa Ngumpul digunakan janur (daun memiliki kemauan yang keras dari hati yang
kelapa muda), serta buah kelapa gading suci untuk dapat mencapai tujuan bersama.
untuk hiasan pernikahan, daun Andong Ilmu etnobotani ini sangat berpotensi dalam
Merah (Cordyline fruticosa L) digunakan mengungkap pengetahuan tradisional
untuk iring-iring domas (pengiring pengantin) kelompok masyarakat etnis tertentu dalam
serta hiasan, 2 batang pohon pisang beserta mengelola keanekaragaman sumberdaya
jantung pisang yang diletakkan kedua sisi hayati dan cara mereka mengkonservasi
lengkungan yang melambangkan bahwa yang berbalut budaya masing-masing
kedua mempelai dapat hidup dimana saja (Tapundu et al., 2015).
dan hidup rukun dengan tetangga mereka.
SIMPULAN
Bunga melati (Jasminum sambac) dipakai
untuk hiasan kepala mempelai wanita dan Masyarakat Desa Ngumpul memiliki
mempelai pria mengenakan ronce melati keterkaitan sekaligus ketergantungan yang
untuk menghiasi keris. erat dengan tanaman di pekarangannya.
Dalam tradisi ini juga dilakukan Masyarakat memanfaatkan tanaman
pemasangan berbagai hiasan seperti pekarangan untuk memenuhi berbagai
anyaman daun kelapa untuk peneduh kebutuhan antara lain tanaman pangan
(bleketepe), rangkaian janur kuning, pisang (26,7%), tanaman hias (24,6 %), tanaman
tuwuhan/suluhan, kelapa muda dan berbagai peneduh (16,9%), tanaman obat (15,8 %),
dedaunan. Seluruh elemen hias yang dibuat tanaman aromatik (6,8%), tanaman untuk
dalam tradisi Tarub memiliki berbagai simbol ritual (5,8%), penghasil warna (3,2%), dan
doa keselamatan lahir batin untuk pasangan tanaman penghasil kayu (0,4%). Hal ini
pengantin yang akan menjalani prosesi menunjukkan bahwa tanaman di pekarangan
pernikahan. Dalam falsafah Jawa, Janur memberikan manfaat yang beragam pada
bermakna sejane ning Nur (harapan pada masyarakat. Tanaman yang sering ditemui di
Nur Ilahi) dan kuning berarti kalbu kang pekarangan Desa Ngumpul adalah Mangga
7

Euis Elih Nurlaelih, Kajian Etnobotani Tanaman....

(Mangifera indica), Pisang (Musa Rahman, R., Zulkifli. 2019. Pemanfaatan


paradisiaca), Pandan Wangi (Pandanus lahan perkarangan sebagai alternatif
amaryllifolius), Kemangi (Ocimum × pendapatan petani (studi kasus usahatani
citriodorum), dan Pepaya (Carica papaya) lahan perkarangan di kecamatan
dengan nilai 0,99-0,86. Berdasarkan blangbintang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
familinya, tanaman yang paling banyak (JIM). 4(3) : 214-222.
ditemui berasal dari famili Araceae dan Rusmina, H.Z., Miswan dan R. Pitopang.
Myrtaceae. 2015. Studi etnobotani tumbuhan obat
pada masyarakat suku mandar di desa
DAFTAR PUSTAKA
sarude sarjo kabupaten mamuju utara
Babaian, C., & Twigg, P. 2011. The power of sulawesi barat. Biocelebes. 9(1) : 73-87.
plants: introducing ethnobotany & Tapundu, A.S., S. Anam, R. Ramadhanil.
biophilia into your biology class. The 2015.Studi etnobotani tumbuhan obat
American Biology Teacher, 73(4), 217– pada suku seko di desa tanah harapan
221. DOI: 10.1525/abt.2011.73.4.6. kabupaten sigi sulawesi tengah.
Junaidi, E., & R. Maryani. 2013. Pengaruh Biocelebes. 9(2) : 66-86.
dinamika spasial sosial ekonomi pada Tumembow, S.O., V.N.S. Wowor, E.
suatu lanskap daerah aliran sungai (DAS) Tambunan. 2018. Pengaruh konsumsi
terhadap keberadaan lanskap hutan buah pepaya california dan pepaya hawai
(studi kasus pada DAS citanduy hulu dan terhadap penurunan indeks debris anak.
DAS ciseel, jawa barat). Jurnal Penelitian Jurnal e-GiGi 6(2) : 101-106.
Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 10 (2) : Widiastuti, T. C., N. Z. W. Kiromah,
122 – 139. Ledianasari. 2017. Identifikasi etnobotani
Nurlaelih, E.E., L. Hakim, A. Rachmansyah, tanaman obat yang dimanfaatkan oleh
Antariksa. 2019. Landscape services of masyarakat kecamatan sempor
home garden for rural household: a case kabupaten kebumen. Jurnal Ilmiah
study of jenggolo village malang regency. Kesehatan Keperawatan. 13(2) : 99-106.
Agricultural Socio-Economics Journal 19
(3) : 135-143.
Nurchayati, N., T. I. D. Kurnia, N. Putri. 2020.
Pengetahuan etnobotani tanaman ritual
suku using banyuwangi dalam Upaya
Konservasi Tanaman dan
Membangkitkan Kearifan Lokal
Masyarakat. Jurnal Pendidikan Biologi
Undiksha. 7(2) : 105-114.
Purlinda, D.E., S.B.I. Simanjutak, Saryono.
2020. Potensi jus buah pepaya (Carica
papaya L.) mencegah nefrotoksisitas
pada tikus wistar yang terpapar Pb asetat.
A Scientific Journal 37(2) : 97-105.
Syafitri, F.R., Sitawati, L. Setyobudi. 2014.
Kajian etnobotani masyarakat desa
berdasarkan kebutuhan hidup. Jurnal
Pro. Tan. 9(2) : 172-179.

Anda mungkin juga menyukai