Anda di halaman 1dari 12

Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya

Lokal di Era Revolusi Industri 4.0


ISBN: 978-602-50605-8-8

ETNOEKOLOGI TEMULAWAK DAN POTENSINYA SEBAGAI


SUMBER PENDAPATAN DI KABUPATEN SUMENEP

Moh. Hasan Basri1), Ida Ekawati2)


1)
Mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unija,
email: mohhasanbasri26@gmail.com
2)
Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unija,
email:

ABSTRAK
Pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekitar yang dilakukan oleh petani
Sumenep melalui penanaman temulawak. Banyaknya pemanfaatan temulawak
sebagai bahan obat, maka diprediksi akan terjadi peningkatan permintaan. Tulisan
ini bertujuan untuk mengetahui interaksi petani di Kabupaten Sumenep dengan
lingkungannya terkait cara menanam temulawak dan untuk menganalisis potensi
temulawak sebagai sumber pendapatan. Metode dalam penelitian adalah deskriptif.
Interaksi pengelolaan dan pemeliharan lingkungan yang dilakukan oleh petani di
Kabupaten Sumenep, yakni melalui penanaman temulawak pada pagar pekarangan
dan lahan ternaung yang tidak bisa ditanami tanaman pangan. Cara tanam
temulawak masih bersifat tradisional. Pengetahuan ini diperoleh secara turun-
temurun dari nenek moyangnya. Temulawak yang diolah menjadi jamu ternak
memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan.
Rata-rata pendapatan dengan pengolahan ini mencapai Rp. 9.964.040,-. Sementara
hasil penanaman temulawak dalam bentuk rimpang menghasilkan pendapatan
sebesar Rp. 210.313,- per 25 m² untuk lahan ternaung dan Rp. 16.000,- untuk pagar
pekarangan seluas 3 m².

Kata kunci : Etnoekologi Temulawak, Potensi, Pendapatan

PENDAHULUAN Suatu bidang ilmu yang


Interaksi dan adaptasi antara mempelajari relasi antara manusia
manusia dan alam dengan budaya dan sebagai objek dengan lingkungannya
lingkungan sosialnya dapat adalah ilmu etnoekologi. Menurut
mempengaruhi terhadap suatu Ambarwati et, al. (2018) ilmu
ekosistem yang ada. ekosistem etnoekologi merupakan cabang ilmu
tersebut akan mengalami perubahan yang mengulas dan menelaah cara-
yang sifatnya secara terus-menerus cara masyarakat dalam memakai
(Hilmanto, 2010). Perubahan ekologi dan hidup selaras dengan
ekosistem akan tampak pada lingkungan alam dan sosialnya. Pada
fenomena lingkungan alam yang umumnya masyarakat tidak terlepas
terjadi disekitar. Hal tersebut dari alam, karena kehidupannya
disebabkan oleh imbas dari sangat bergantung pada alam. Maka
pengembangan budaya. Masyarakat seharusnya lebih dekat dengan alam,
harus memelihara hubungan timbal sehingga dapat mengamatinya dengan
balik dengan lingkungannya, agar baik, mengamati karakteristiknya,
ekosistem dalam suatu tempat dan mengetahui cara mengelolanya.
seimbang tidak terganggu (Syarifah, Etnoekologi merupakan ilmu
2017). yang menggambarkan mengenai

118
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

hubungan antara manusia, ruang Pendayagunaan lahan dan sumber


hidup, dan aktifitasnya di bumi daya hayati pada setiap daerah dan
(Hilmanto, 2010). Studi etnoekologi suku memiliki karakteristik yang
bertujuan menelaah pengetahuan berbeda dan khas (Hendra, 2009).
lokal terkait interaksi antara Kegiatan dan aktivitas masyarakat
masyarakat lokal dengan lingkungan dalam kehidupannya akan
disekitarnya (Jumari, 2012). Ilmu dipengaruhi oleh adanya perbedaan
etnoekologi bisa dikatakan juga ini. Waluyo (2009) lebih tegas
sebagai adaptasi dari ilmu geografi menyatakan bahwa kehidupan
dimana memiliki cakupan yang luas, masyarakat di pedesaan memiliki
sehingga perlu adanya suatu bidang hubungan erat dengan upaya
ilmu yang khusus terfokus pada penggunaan lahan, baik secara
fenomena yang terjadi di ruang langsung ataupun tidak langsung
aktifitas manusia. berhubungan dengan pemanfaatan
Untuk mengkaji hubungan serta pelestarian keaneragaman hayati
antara manusia dan lingkungann alam tumbuhan.
maka digunakan pendekatan ekologi. Salah satu bentuk pengelolaan
Pendekatan ekologi ini mengkaji dan lahan dapat dilakukan melalui
menganalisis suatu fenomena ekologi penanaman berbagai tanaman atau
yang fokus pada relasi antara manusia tumbuhan baik yang berumur panjang
dan lingkungan alam. Ekosistem atau berumur pendek. Mulai dari
ekologis yang terbentuk dari hasil tanaman pangan hingga tanaman
interaksi antara manusia dengan obat, seperti halnya temulawak.
lingkungan antara lain daerah Temulawak merupakan
pemukiman, perkotaan, industri, dan tanaman asli Indonesia yang banyak
lain sebagainya termasuk daerah digunakan sebagai bahan baku obat
pertanian (Baihaqi Arif dalam tradisional (Kartikasari, 2018). Kasiat
Hilmanto, 2010). temulawak digunakan untuk
Kompleksitas antara manusia meningkatkan kesehatan dan juga
dengan alam dipengaruhi biotik dan digunakan sebagai pengobatan
abiotik di sekitarnya. Semua ruang penyakit. Pengetahuan yang banyak
aktivitas manusia (antroposfera) dan dikenal oleh masyarakat mengenai
budayanya tidak bisa dipisahkan dari manfaat temulawak yaitu untuk
atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan meningkatkan nafsu makan dan
litosfer. Bentuk interaksi ini bisa menjaga daya tahan tubuh, sedangkan
beranekaragam hal yang terjadi untuk mengobati penyakit ginjal dan
diantaranya dengan mengelola dan mengobati gatal-gatal adalah yang
memanfaatkan sumber daya alam di paling sedikit diketahui (Mira et. al,
lingkungannya sebagai tujuan utama, 2012). Selain itu, ekstrak temulawak
seperti contoh pengelolaan lahan dan juga sebagai antioksidan alami yang
pemanfaatan tumbuhan oleh baik. Komponen aktif yang
masyarakat lokal. Hal ini dirasa terkandungan dalam temulawak yang
cukup penting karena memiliki bertanggungjawab sebagai
dampak pada kelestarian alam dan antioksidan adalah kurkumin. Hasil
lingkungan. penelitian Ali Rosidi (2014)
Pengelolaan lahan dalam menunjukan bahwa aktivitas
upaya pengelolaan sumber daya antioksidan ekstrak temulawak
hayati sangat beragam. sebesar 87,01 ppm tergolong aktif dan

119
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

kadar kurkumin sebesar 27,19 %. Dengan demikian, budidaya


Temulawak yang digunakan temulawak memiliki potensi sebagai
dalam pengobatan tradisional sumber pendapatan bagi petani.
mengandung beberapa beberapa zat Pendapatan tersebut dapat diperoleh
kimia diantaranya pati 58,24%, lemak dari hasil penjualan temulawak, baik
12,10%, kurkumin 5,05%, serat kasar dijual secara langsung maupun diolah
4,20%, abu 4,90, protein 2,90%, terlebih dahulu menjadi jamu
mineral 4,29%, dan minyak atsiri tradisional. penelitian ini bertujuan
8,00% (Agustina, 2013 : Dermawaty, untuk mengetahui interaksi petani di
2015). Kabupaten Sumenep dengan
Temulawak adalah tanaman lingkungannya terkait cara menanam
obat asli Indonesia (Nihayati et al., temulawak dan untuk menganalisis
2013) yang banyak tumbuh di potensi temulawak sebagai sumber
Kabupaten Sumenep terutama di pendapatan.
pedesaan (Zaman et al. 2013).
Tumbuhan ini masih dilestarikan oleh METODE PENELITIAN
masyarakatdengan menanamnya di Metode yang digunakan
pekarangan rumah atau di tegal. Luas dalam penelitian ini adalah metode
areal tanaman ini mencapai 41.299 deskriptif yang bertujuan untuk
M² dengan jumlah produksi sebesar menggambarkan interaksi petani
15.030 kg (Dinas Pertanian dengan lingkungannya terkait
Kabupaten Sumenep, 2017). teknologi budidaya yang digunakan.
Temulawak diyakini oleh Data yang dikumpulkan
masyarakat sebagai bahan utama dalam penelitian ini bersumber dari
pembuatan obat tradisional dalam data primer dan data sekunder.
upaya memelihara kesehatan dan Data primer diperoleh dari
mengobati suatu penyakit. Menurut hasil wawancara dengan
Zaman et al. (2013) temulawak menggunakan alat bantu berupa
sebagai bahan baku obat tradisioanal kuisioner yang pertanyaannya
oleh masyarakat Sumenep digunakan disampaikan langsung kepada petani
untuk aneka pengobatan antara lain temulawak (responden), serta
sehat lelaki, keputihan, maag, melakukan observasi dan
sembelit dan asma. dokumentasi.Data sekunder diperoleh
Namun, hingga saat ini belum dari literatur-literatur yang
ada informasi terkait dengan berhubungan dengan penelitian,
bagaimana masyarakat Sumenep buku, kantor desa atau instansi terkait
berinteraksi dengan lingkungannya dalam hal ini yaitu Dinas Pertanian
untuk memenuhi kebutuhannya Kabupaten Sumenep dan jurnal.
terhadap temulawak sebagai bahan Metode analisis data yang
obat, seperti menanam dan dugunakan adalah analisis biaya,
pemeliharaannya. analisis penerimaan dan analisis
Mengingat begitu banyaknya pendapatan untuk mengetahui potensi
pemanfaatan temulawak sebagai temulawak sebagai sumber
bahan obat oleh masyarakat pendapatan yang diukur sesuai
Sumenep, maka diprediksi akan dengan peruntukannya. Secara
terjadi peningkatan permintaan, sistematis dapat dirumuskan sebagai
karena melihat perkembangan berikut :
penduduk yang semakin meningkat. Untuk mengetahui korbanan biaya

120
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

yang dikeluarkan oleh petani penanaman tanaman obat (toga)


temulawak, maka dapat dihitung seperti halnya temulawak. Pada
dengan rumus (Mardani, 2017): umumnya petani menanam
temulawak di pagar pekarangan dan
TC = TFC + TVC dilahan yang kurang produktif jika
ditanami tanangan pangan.
Dimana TC merupakan Total Rahardjo (2010) menyatakan
cost (biaya total), TFC adalah Total bahwa jangka waktu panen dan jarak
fix cost (biaya tetap total), TVC tanam temulawak yang cukup lebar
adalah Total variable cost (biaya menyebabkan petani enggan
variabel total) menjadikan sebagai tanaman utama.
Penerimaan adalah hasil kali Lahan yang ditanami temulawak
antara produksi yang diperoleh berupa lahan yang ternaung yang
dengan harga jual. Menurut Mei Tri tidak bisa ditanami tanaman lain.
Sundari rumus penerimaan dapat Menurut Faiz et al.(2015), tanaman
ditulis sebagai berikut: temulawak dapat tumbuh dengan baik
dan beradaptasi di tempat terbuka dan
TR = P x Q di bawah tegakan pohon hingga
tingkat naungan 40%. Hal ini
Dimana TR adalah Total
membuktikan adanya keselarasan
reveneu (total penerimaan), P
antara pengetahuan petani dan
yaituPrice (harga),Q adalah Quantity
temuan ilmiah yang pernah
(jumlah produk/unit).
dilakukan.
Pendapatan merupakan selisih
Alasan mendasar petani
dari penerimaan dan total biaya yang
Sumenep menanam temulawak yaitu
dirumuskan (Soekartawi dalam
mudah tumbuh dan ringan
Made, 2013).
pemeliharaan, serta tanpa
Pd = TR – TC mengeluarkan biaya penanaman.
Sebagian, tanaman temulawak
Dimana Pd adalah menjadi warisan leluhurnya atau
Pendapatan, TRialah Total reveneu memang ditanam berpuluh tahun
(total penerimaan), TC adalah Total yang silam, hingga sampai saat ini
cost (biaya total). tetap dilestarikan. Menurut hasil
penelitian yang diperoleh bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN tujuan utama penanaman temulawak
Etnoekologi Temulawak ini digunakan sebagai bahan jamu
Interaksi petani Sumenep tradisional, baik untuk keluarga
dengan lingkungannya memiliki maupun untuk ternak. Meski sebagian
keunikan tersendiri, khususnya dalam kecil menyatakan untuk dijual
pengelolaan dan pemeliharaan sebagai tambahan pendapatan.
lingkungan sekitar dimana mereka
bermukim. Demi menjaga terjadinya Petani menanam temulawak
kerusakan alam sekitar, mereka ditujukan pula untuk menjaga
melakukan kegiatan pertanian dalam kesehatan keluarga. Menurut
bentuk skala kecil. Hal ini juga Murdiono (2016) temulawak dapat
dilakukan guna memenuhi kebutuhan mengobati berbagai penyakit, seperti
untuk keberlangsungan hidup sehari- kelainan pada hati/lever, kantong
sehari. Kegiatan tersebut berupa empedu, dan pankreas. Pemanfaatan

121
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

temulawak oleh petani beragam, lain termasuk gulma yang dapat


umumnya temulawak dimanfaatkan mengganggu tanaman temulawak.
berdasarkan pengetahuan lokal yang Kemudian pembuatan lubang tanam
diwariskan secara turun-temurun. dan pemupukan pra tanam. Pupuk
Temulawak diyakini oleh petani di tersebut diletakkan pada lubang
Sumenep bisa menambah nafsu tanam yang tersedia. Selanjutnya
makan. Kandungan minyak atsiri pada proses penanaman yang juga
dalam temulawak dapat perlu diperhatikan yakni posisi bibit
menyebabkan peningkatkan nafsu saat dimasukkan kedalam lubang
makan (Ulfah, 2010), karena tanam dengan mata tunas menghadap
memiliki sifat koleretik yang mampu ke atas, sedangkan petani tidak
mempercepat sekresi empedu, memperhatihan hal tersebut.
sehingga mempercepat pengosongan Terkait kegiatan pemeliharaan
lambung, mempercepat pencernaan, tanaman temulawak sebagian besar
dan absorpsi lemak di usus yang petani tidak melakukan pemeliharaan.
kemudian akan mensekresi berbagai Setelah menanam mereka langsung
hormon yang mampu meregulasi membiarkan tanamannya hingga pada
peningkatan nafsu makan. waktu panen tiba, tanpa
Teknik penanaman memperhatikan hama yang
temulawak yang dipraktekkan oleh menyerang. Padahal untuk
petani tanpa memperhatikan teknik menghasilkan tanaman temulawak
budidaya yang benar. Petani yang sehat perlu pemeliharaan atau
melakukan penanaman sesuai dengan perawatan yang baik pula, sehingga
pengetahuannya. Adapun teknik dapat berproduksi secara maksimal
penanaman yang dilakukan sebagai (Rahardjo, 2010). Beberapa kegiatan
berikut : Pertama, membuat lubang pemeliharaan yang ditinggalkan oleh
tanam dengan menggunakan cangkul petani seperti penyulaman,
atau linggis. Kedua, memotong kecil penyiangan, pemupukan susulan,
rimpang (kira-kira seukuran jari penyiraman, dan pemberian pestisida.
jempol). Ketiga, potongan rimpang Namun ada juga petani yang
tersebut langsung dimasukkan melakukan pemupukan. Pupuk yang
kedalam lubang tanam kemudian digunakan yaitu pupuk organik dan
ditimbuni dengan tanah. Menurut pupuk anorganik. Menurut Kamal
Sukarman et al. (2011) penggunaan (2012) pemberian pupuk organik
benih rimpang yang layak diusahakan dapat menyebabkan tanaman lebih
yaitu rimpang induk dibelah dua. Pola tinggi dan memiliki daun lebih lebar.
tanam temulawak ini dilakukan Pupuk organik yang diberikan berupa
secara monokultur tanpa pupuk kandang dan pupuk anorganik
memperhatikan jarak tanam. yang dipakai ialah urea. Menurut
Murdiono (2016) menyatakan bahwa Arifar (2013) penambahan pupuk
hal yang perlu diperhatikan adalah kandang dapat meningkatkan jumlah
jarak tanam. Jika terlalu sempit akan dan aktivitas mikroorganisme tanah,
menyebabkan pertumbuhan dan menyediakan unsur hara,
produktivitas menjadi rendah. mempertinggi humus, dan
Pada pengelolaan media memperbaiki struktur tanah.
tanam yang dilakukan terlebih dahulu Pemberian urea yang mengandung
adalah persiapan lahan. unsur hara N akan mendorong
Membersihkan lahan dari tanaman pertumbuhan organ yang berkaitan

122
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

dengan fotosintesis yaitu daun. Maka dikumpulkan dan dimasukkan


dari itu perlu penambahan nitrogen kedalam sak.
untuk mempengaruhi fotosintesis Rimpang temulawak
(Suharja dan Sutarno, 2009). digunakan untuk berbagai macam
Pemupukan dilakukan dengan cara keperluan diantaranya sebagai bahan
disebar ke seluruh tanaman dasar dalam pembuatan jamu/obat
temulawak yang ditanam. tradisional, jamu ternak, minuman,
Untuk waktu panen dan untuk dijual. Hasil panen
temulawak, petani berlandaskan atas temulawak yang didapat selanjutnya
kebutuhan atau keperluan yang dilakukan proses pembersihan. Pada
dialami pada saat itu juga. Tetapi proses ini dilakukan sortasi untuk
menurut petani, temulawak sudah memisahkan rimpang dari kotoran
bisa panen jika sudah berumur 7 berupa tanah, sisa tanaman, dan
bulan dari penanaman. Dalam sebuah gulma. Setelah itu, temulawak akan
literatur, ciri dan umur temulawak dibawa ke pasar untuk dijual. Berbeda
yang siap dipanen apabila daun-daun dengan temulawak yang dijadikan
dan bagian tanaman telah menguning bahan jamu/obat tradisional dan jamu
atau mengering, rimpang besar dan ternak, setelah pembersihan
berwarna kuning kecoklatan, serta temulawak dicuci menggunakan air
umur berkisar antara 10-12 bulan hingga bersih.
(Rahardjo, 2010). Petani tidak
memanen temulawak yang ditanam Produksi Temulawak
secara bersamaan dalam waktu Hasil penelitian menunjukkan
tertentu, akan tetapi memanen sesuai produksi temulawak yang ditanam di
dengan ukuran kebutuhannya. lahan ternaung produksi bisa
Kecuali bagi mereka yang memang mencapai 30,29 ton/ha per tahun,
menanam untuk dijual, dan itupun sementara temulawak yang ditanam
masih menyisakan untuk keperluan di pagar pekarangan hanya 18,04
pribadinya. ton/ha pertahun. Menurut Rahardjo
Ada dua cara memanen yang (2010) potensi hasil temulawak dapat
dilakukan oleh petani yaitu dengan mencapai 20-30 ton/ha. Rata-rata
langsung mencabut dan menggali produksi temulawak dalam luasan
menggunakan cangkul/linggis. Cara satu meter persegi yaitu sebesar 3,04
pertama dilakukan pada tekstur tanah kg, kemudian rata-rata 1 kg bibit yang
yang gembur, sehingga petani hanya ditanam dapat menghasilkan 15,75 kg
memegang batang tanaman rimpang temulawak.
temulawak kemudian mengangkatnya Berdasarkan wawancara
ke permukaan. Dan sebaliknya, panen dengan pedagang temulawak di pasar
yang menggunakan linggis biasa Anom Sumenep menyatakan bahwa
dilakukan apabila tekstur tanah yang permintaan temulawak dalam bentuk
padat atau sedikit keras. Mereka simplisia dan rimpang. Permintaan
menggali tanah disekitar rumpun dan sangat tinggi yaitu dapat mencapai
mengangkat rumpun bersama akar 34,55 ton rimpang per tahun. Para
dan rimpangnya. Rimpang yang kecil pedagang temulawak di Kabupaten
akan dibiarkan dan ditanam kembali, Sumenep menyatakan bahwa suplai
sehingga petani tidak membutuhkan temulawak selama ini selain berasal
bibit untuk periode tanam dari petani lokal, juga berasal dari
selanjutnya. Kemudian rimpang Kota Surabaya dan dari luar kota

123
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

Sumenep lainnya. lainnya, sehingga pendapatan petani


Melihat perbandingan antara bertambah. Kemudian, hasil produksi
besaran produksi yang dihasilkan rimpang segar temulawak yang
dengan besaran angka permintaan, ditumpangsarikan dengan padi
maka terjadi sebuah ketimpangan mencapai 18,5 kg dan yang
dalam pemenuhan kebutuhan suplai ditumpangsarikan dengan kacang
temulawak di Kabupaten Sumenep. tanah mencapai 20,5 kg/m².
Hal ini menunjukkan adanya peluang
yang cukup besar untuk melakukan POTENSI TEMULAWAK
budidaya tanaman temulawak oleh SEBAGAI SUMBER
petani di Kabupaten Sumenep. Jika PENDAPATAN PETANI
selama ini petani hanya menanam
temulawak di lahan yang kurang Pendapatan Usahatani Temulawak
produktif, kedepan petani juga bisa
menanam temulawak di lahan yang Pada kenyataannya setiap kegiatan
produktif guna memenuhi permintaan usahatani yang dilakukan oleh petani
yang ada. Temulawak belum banyak ini menjadi tumpuan harapan dalam
dibudidayakan secara luas dan memperoleh pendapatan. Bagi
intensif, sehingga produktivitasnya seorang petani, kegiatan usahatani
rendah. Penanaman temulawak dapat merupakan sumber pendapatan yang
menggunakan sistem pola dapat dipetik setiap waktu panen tiba.
monokultur atau tumpangsari dengan Meski kadang kala pendapatan
tanaman lain, serta dengan tanaman tersebut nilainya tak selalu besar,
pohon model alley cropping. Menurut namun tetap dibutuhkan untuk
Mono Rahardjo (2010) sistem pola menyangga kehidupan keluarganya.
tumpangsari yang disarankan ke Seperti pada pendapatan penanaman
petani yaitu dengan tanaman yang temulawak yang dilakukan pada
berumur pendek di sela-sela tanaman pagar pekarangan. Adapun besaran
temulawak seperti kacang tanah, pendapatan yang diperoleh dapat
jagung, kedelai, padi, dan palawija dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Rata-rata pendapatan penanaman temulawak pada pagar pekarangan

Produksi rimpang Pendapatan


No Keterangan Luas (m²)
Vol. (Kg) Harga (Rp) (Rp)
1 Jumlah 249 3.000 138 747.000
2 Rata-rata 5,53 3,07 16.600
Sumber : Data Primer, 2019

Penanaman temulawak pada penanaman. Petani memperoleh bibit


lahan pekarangan/pagar rumah dari tetangga dengan cara meminta
terbilang gratis, karena petani tidak dan mengambil temulawak yang
perlu mengeluarkan biaya sedikitpun. tumbuh liar di pagar, kemudian
Baik untuk biaya tetap maupun untuk ditanam di lahannya sendiri.
biaya tidak tetap. Petani juga tidak Pendapatan ini sebenarnya hanya
mengeluarkan biaya untuk bibit perhitungan riil, pada kenyataannya
ketika hendak melakukan rimpang temulawak yang dipanen

124
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

tidak dijual, namun digunakan untuk tambahan pendapatan terhadap


jamu keluarga, jamu ternak, dan petani. Pendapatan diperoleh dari
diberikan kepada tetangga yang hasil panen temulawak yang dijual
membutuhkan. Hal ini berarti secara rimpang. Adapun besaran
temulawak mempunyai fungsi sosial. pendapatan yang diterima dapat
Penanaman temulawak pada dilihat pada tabel dibawah.
lahan ternaung dapat memberikan

Tabel 4.3 Rata-rata Pendapatan Temulawak Pada Lahan Ternaung

No Keterangan Rata-rata/25 m² (Rp)


1 Biaya : 25.938
- Bibit 14.531
- Pupuk 30.313
2 Penerimaan 236.250
3 Pendapatan 210.313
Sumber : Data Primer, 2019

Pendapatan yang diterima Oleh sebab itu, dengan adanya


petani terhadap penanaman pendapatan temulawak ini dapat
temulawak pada lahan ternaung dapat meringankan beban biaya yang harus
dijadikan tambahan modal untuk dikeluarkan oleh petani.
membiayai beberapa kegiatan
usahatani, seperti halnya budidaya PENDAPATAN PENGOLAHAN
tanaman pangan. Selama ini kegiatan TEMULAWAK
budidaya tanaman pangan merupakan
kegiatan usahatani utama bagi petani, Jamu Tradisional
sehingga selalu diusahakan pada Salah satu bentuk olahan
lahan produktif yang dimilikinya temulawak ialah berupa jamu/obat
secara terus menerus. Hal tersebut tradisional yang biasa dibuat oleh
dilakukan petani dengan tujuan untuk petani untuk menjaga kesehatan
mencapai ketahanan pangan, fisiknya. Jamu yang berbahan dasar
sehingga persediaan pangan selama temulawak ini juga sering diproduksi
satu tahun dapat tercukupi. dan dijual oleh penjual jamu gendong.
Temulawak belum banyak Setiap hari dapat memproduksi 4
ditanam secara luas dan intensif, botol ukuran 600 ml, dari bahan baku
sehingga produktivitasnya rendah. ¼ kg temulawak. Jumlah penjual
Menurut Barokah et al. (2014) biaya jamu gendong cukup banyak, yaitu
yang diperlukan untuk melakukan sebanyak 52 orang. Hal ini
usahatani tanaman pangan padiyakni disampaikan oleh salah satu penjual
sebesar Rp. 7.142.446,39 per hektar jamu gendong.
dan biaya untuk usahatani jagung Pembuatan jamu gendong
sebesar Rp.4.654.321 (Mardani et al. sangat sederhana dan membutuhkan
2017). Melihat besarnya biaya untuk biaya hanya sedikit. Namun
melakukan usahatani tersebut, pendapatan per hari dengan modal
tentunya petani sangat mengharapkan sebesar Rp. 9.086,- menghasilkan
tambahan modal dari berbagai hal. keuntungan Rp. 10.914,- atau setara

125
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

pendapatan per bulan Rp. 327.420,-. setiap seminggu sekali. Hasil


Pendapatan ini hanya berasal dari produksi jamu ternak dikemas
jamu tradisional temulawak, menjadi tiga macam yaitu kemasan
sementara jamu yang dijual minimal plastik kecil dijual seharga Rp.
ada 5 macam. Menurut Sarman 2.000,-, plastik besar seharga Rp.
(2015) jenis-jenis jamu tradisional 12.000,-, dan botol ukuran 1500 ml.
yang diproduksi terdiri atas beras seharga Rp. 5.000,-.Petani kurang
kencur, kunyit asam, kunci sirih, kudu memperhatikan terhadap pengemasan
laos, pahitan, gepyokan/uyup-uyup, produk jamu tersebut, sehingga
cabe puyang, dan sinom. terlihat sederhana atau kurang
menarik.
Pendapatan penjual jamu Pemasaran jamu ternak
sebenarnya dapat ditambah dengan dipasarkan dua kali seminggu di dua
upah tenaga kerja sebesar Rp. pasar tradisional oleh petani yakni
131.280,-, karena pembuatannya pasar Kecamatan Rubaru pada hari
dikerjakan sendiri. Total pendapatan rabu dan Kecamatan Dasukpada hari
mencapai Rp. 458.700,- per bulan. jum’at. Selain hari itu, petani tidak
Penelitian lain menyebutkan bahwa melakukan kegiatan penjualan.
rataan pendapatan bersih usaha jamu Sebenarnya petani masih
tradisional sebesar Rp. 1.005.239,79,- memilikikesempatan untuk menjual
per bulan (Sarman, 2015). Hal ini produk jamu ternaknya di beberapa
menandai bahwa usaha jamu gendong pasar tradisional yang ada di
melalui pengolahan temulawak cukup Kabupaten Sumenep. seperti di pasar
potensial. tradisional Kecamatan Lenteng yang
kegiatan pasarnya jatuh pada hari
Jamu Ternak minggu.
Penggunaan temulawak selain Pendapatan petani dari
untuk menjaga kesehatan keluarga, pengolahan temulawak menjadi jamu
juga digunakan untuk memelihara ternak terbilang cukup besar yaitu Rp.
kesehatan ternak. Untuk memperoleh 9.964.040,- per bulan. Hal tersebut
jamu ternak, petani dapat membuat bisa saja bertambah mengingat
sendiri atau membelinya di pasar- besarnya populasi sapi di Kabupaten
pasar tradisional terdekat. Jamu Sumenep sebanyak 361.055 ekor
ternak yang dibuat petani biasanya (BPS Sumenep, 2018). Jika petani
hanya menggunakan temulawak dapat memasarkan jamu ternak di
sebagai bahan utamanya. Namun seluruh pasar di kabupaten sumenep
jamu ternak yang dibeli di pasar maka tidak menutup kemungkinan
sudah banyak dicampur dengan pendapatan yang akan diraup akan
bahan-bahan lain. bertambah, karena melihat
Nampaknya usaha jamu pendapatan yang diterima dari
ternak sangat menguntungkan. Jika penjualan di dua pasar tradisional
dilihat dari nilai efisiensinya bisa yang hampir mencapai angka 10 juta
mencapai R/C 2,9 yang artinya usaha per bulan.
pengolahan temulawak menjadi jamu
ternak layak atau menguntungkan. KESIMPULAN
Keuntungan hampir 100% dari modal
yang dikeluarkan. Interaksi pengelolaan dan
Jamu ternak diproduksi petani pemeliharan lingkungan yang

126
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

dilakukan oleh petani di Kabupaten Dermawaty, D.E., 2015. Potential


Sumenep, yakni melalui penanaman Extract Curcuma (Curcuma
temulawak pada pagar pekarangan xanthorrizal, Roxb) As
dan lahan ternaung yang tidak bisa Antibacterial. J Majority. Vol.
ditanami tanaman pangan. Cara 4, No. 1 : 5-11
tanam temulawak masih bersifat Dewi Mira, Muhammad Aries,
tradisional. Pengetahuan ini diperoleh Hardiansyah, Cesilla M.D.,
secara turun-temurundarinenek Nunuk J., 2012. Pengetahuan
moyangnya. Pemanfaatan temulawak Tentang Manfaat Kesehatan
digunakan sebagai minuman, jamu Temulawak (Curcuma
tradisional untuk keluarga dan ternak, xanthorriza.) Serta Uji Klinis
maupun untuk dijual sebagai Pengaruhnya pada Sistem
tambahan pendapatan.Temulawak Imun Humoral pada Dewasa
yang diolah menjadi jamu ternak Obes. Jurnal Ilmu Pertanian
memiliki potensi yang cukup besar Indonesia. 17 (3) : 166-171.
untuk dijadikan sebagai sumber Faiz, H., I. Thohari, Purwadi, 2015.
pendapatan. Rata-rata pendapatan Pengaruh Penambahan Sari
dengan pengolahan ini mencapai Rp. Temulawak (Curcuma
9.964.040,-. Sementara hasil xanthorriza Roxb.) Terhadap
penanaman temulawak dalam bentuk Total Fenol, Kadar Garam,
rimpang menghasilkan pendapatan Kadar Lemak Dan Tekstur
sebesar Rp. 210.313,- per produksi Telur Asin. J. Ilmu-ilmu
untuk lahan ternaung dan Rp. Peternakan. 24 (3) : 39.
16.000,- untuk pagar pekarangan. Hendra M., 2009. Etnoekologi
masyarakat Dayak Benuaq
DAFTAR PUSTAKA dan dinamika lingkungan di
Muara Lawa. Kalimantan
Agustina Wawan, 2013. Produksi Timur. Di dalam: Purwanto Y.
Pati Temulawak Sebagai Waluyo EB. editor.
Alternatif Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati.
Temulawak untuk Bahan Budaya. dan Ilmu
Baku Produk Olahan Pangan Pengetahuan. Prosiding
: Studi Kasus di Desa Seminar Nasional Etnobotani
Pabuaran, Kec. Salem, Kab. IV/Y: 2009 Mei 18: Bogor.
Brebes, Jawa Tengah. LIPI Indonesia. Bogor (ID): LIPI
Ambarwati Dewi dan Faridah Press. Hlm 53-59.
Istianah, 2018. Etnoekologi Hilmanto R., 2010. Etnoekologi.
Sebagai Upaya Membentuk Bandar Lampung (ID) :
Karakter Peduli Lingkungan Universitas Lampung.
Melalui Program Adiwiyata Jumari, Setiadi D, Purwanto Y,
di SD Negeri Lidah Kulon Guhardja E. 2012.
I/464 Surabaya. JPGSD. (06) Etnoekologi Masyarakat
02 : 1-11. Samin Kudus Jawa Tengah.
Arafah Sri M., 2013. Aplikasi Macam Jurnal Berkala Ilmiah Biologi.
dan Dosis Pupuk Kandang 14(1):7-16.
Pada Tanaman Kentang. Kamal, M., Z.U dan M.N. Yusuf,
Jurnal Gamma. Vol. 8, No. 2 : 2012. Pengaruh Organik
80-85 Pupuk Kandang Pada

127
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

Pertumbuhan Rimpang Hasil Rosidi Ali, Ali Kosam, Budi


dan Kualitas Atribut Kunyit Setiawan, Hadi Riyadi, Dodik
(Curcuma longa L.) Jurnal of Briawan, 2014. Potensi
Krishi Foundation The Temulawak (Curcuma
Agriculturists. 10 (1) : 16-22 xanthorrhiza Roxb) Sebagai
Kartikasari Asri, 2018. Pertumbuhan Antioksidan.
Temulawak (Curcuma Sarman, Susi Edwin, Ahmad Rifa’i,
xanthorizha Roxb) UB 2 di 2015. Analisis Usaha
Musim Kemarau Pada Argoindustri Jamu
Berbagai Kombinasi Pupuk Tradisional di Kelurahan
EGC (Enriched Granular Labuh Baru Timur
Compos) Dan N K. Jurnal Kecamatan Payung Sekaki
Produksi Tanaman. 1 (6) : Kota Pekanbaru. Jom
146-153 Faperta. 2 (1) : 1-8.
Made Supartama, Made Antara, Suharja dan Sutarno, 2009. Biomass,
Rustam A. R,. 2013. Analisis Chlorophyll and Nitrogen
Pendapatan Dan Kelayakan Content of Leaves of Two
Usahatani Padi Sawah Di Chili Pepper Varieties
Subak Baturiti Desa Balinggi (Capsicum annum) in
Kecamatan Balinggi Defferent Fertiziition
Kabupaten Parigi Moutong. Treatments. Jurnal
e-J. Agrotekbis 1 (2) 166-172 Bioscience. 1 (1) : 1-11
Mardani, T.M. Nur, Halus Satriawan, Sukarman, Mono Rahardjo, Devi
2017. Analisis Usahatani Rusmini, Melati, 2011.
Tanaman Pangan Jagung di Pengaruh Ukuran Benih
Kecamatan Juli Kabupaten Rimpang Terhadap Terhadap
Bireuen. Jurnal S. Pertanian 1 Pertumbuhan dan Produksi
(3) : 203-204. Temulawak. 2 (22) : 127-135
Murdiono Wisnu E., Ellis Nihayati, Sundari M.T, 2011. Analisis Biaya
Sitawati, Nur Azizah, 2016. dan Pendapatan Usahatani
Peningkatan Produksi Wortel di Kabupaten
Temulawak (Curcuma Karanganyar. (2) 7 : 119-
xanthorrhiza) Pada Berbagai 126.
Macam Pola Tanam dengan Syarifah Cut A., 2017. Etnobotani
Jagung (Zea mays). J. Hort. dan Etnoekologi Tumbuhan
Indonesia. 7 (12) : 129-137. Rempah Masyarakat Aceh.
Nihayati, E., T. Wardiyati, Soemarno, Tesis. Sekolah Pascasarjana
R. Retnowati. 2013. Rhizome IPB. Bogor.
yield of temulawak (Curcuma Ulfah, D.F., 2010. Pengaruh
xanthorrhiza Roxb.) at N, P, K Pemberian Suspensi
various level and N, K Oleoresin Rimpang
combination. J. Agrivita 35 Temulawak (Curcuma
(1): 1-11. xanthorrhiza Roxb.)
Rahardjo Mono, 2010. Penerapan Terhadap Nafsu Makan Tikus
SOP Budidaya Untuk Putih Jantan Galur Wistar.
Mendukung Temulawak Skripsi. Fakultas Farmasi
Sebagai Bahan Baku Obat Universitas Gadjah Mada,
Potensial. Vol (9) 2 : 78-93. Yogyakarta.

128
Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya
Lokal di Era Revolusi Industri 4.0
ISBN: 978-602-50605-8-8

Zaman Qomarus, Sucipto Hariyanto,


Hery Purnobasuki, 2013.
Etnobotani Tumbuhan Obat
di Kabupaten Sumenep Jawa
Timur. Jurnal Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. (16)
1 : 21-30
Walujo EB. 2009. Etnobotani:
Memfasilitasi penghayatan.
Pemutakhiran pengetahuan
dan kearifan lokal dengan
menggunakan prinsip-prinsip
dasar ilmu pengetahuan. Di
dalam: Purwanto Y. Waluyo
EB. editor. Keanekaragaman
Hayati. Budaya. dan Ilmu
Pengetahuan. Prosiding
Seminar Nasional Etnobotani
IV/Y; 2009 Mei 18; Bogor.
Indonesia. Bogor (ID): LIPI
Pr. Hlm 12-20.

129

Anda mungkin juga menyukai