Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN SEBARAN POPULASI DAN PENGETAHUAN SISTEM

BUDIDAYA TALAS (Colocasia esculenta L. Shoot. ) OLEH PENDUDUK


LOKAL DI DESA KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR,
KALIMANTAN SELATAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan


Program Sarjana Strata-1 Biologi

Oleh:
HELIN MARDIANA
NIM 1711013120005

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Talas (Colocasia esculenta L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang
berpotensi sebagai sumber karbohidrat dalam diversifikasi pangan. Sekitar 10%
penduduk dunia mengonsumsi Talas sebagai pangan. Di Indonesia Talas bisa
dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai
pegunungan baik tumbuh secara liar maupun ditanam. Talas merupakan tanaman
semusim atau sepanjang tahun (Koswara, 2013). Di Kalimantan Selatan sendiri,
Kabupaten Balangan menghasilkan Talas hutan 30 ton perminggunya yang
kemudian akan dikirimkan ke Nganjuk Jawa Timur yang selanjutnya akan diolah
menjadi tepung setelah itu baru di ekspor ke Jepang (Eka, 2018).
Jenis tanaman ini tidak menuntut syarat tumbuh yang khusus dan
merupakan sumber pangan yang penting karena umbinya memiliki nilai gizi yang
cukup baik. Talas dikonsumsi dalam bentuk umbi, dalam keadaan matang dengan
cara direbus, digoreng, ataupun dibakar, sedangkan daun dan tangkai daunnya
dapat digunakan sebagai sayuran (Sulistyowati et al, 2014). Pemanasan
diperlukan untuk menghilangkan rasa gatal yang terdapat dalam Talas mentah
yang mengandung kalsium oksalat (Wulanningtyas et al, 2019). Talas termasuk
makanan yang rendah kalori dan menjadi konsumsi alternatif sebagai pengganti
nasi dan dapat menormalkan gula darah bagi penderita diabetes. Kebanyakan talas
hanya dimanfaatkan sebagai olahan sederhana seperti keripik talas, padahal dari
segi manfaat lebih baik talas diolah dalam bentuk pati karena dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti pembuatan cake dan kue-kue lainnya (Hartati & Prana, 2003).
Talas memiliki banyak varietas yang tersebar di beberapa wilayah
Indonesia. Berdasarkan penelitian Apriani et al (2011) varietas suatu spesies Talas
dapat dilihat dari parameter warna daging umbinya yaitu putih, krem, kuning,
orange, merah muda, ungu dan merah. Tanaman ini banyak juga ditanam di
daerah pedesaan dan digunakan sebagai bahan pangan pengganti beras, makanan
selingan dan bahkan hanya dibiarkan tumbuh begitu saja (Sriyono, 2012).

2
Pemanfaatan Talas sebagai bahan pangan telah dikenal secara luas. Haliza
et al. (2017) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara beriklim tropis
memiliki berbagai komoditas pertanian yang cukup baik untuk dikembangkan,
salah satunya ialah Talas. Tanaman Talas masih dibiarkan tumbuh secara liar dan
belum dibudidayakan oleh kebanyakan petani. Tanaman Talas biasanya hanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal bagian-bagian dari tanaman Talas
dapat dimanfaatkan seperti daun dan tangkai daunnya bisa jadi sayur, dan
umbinya bisa jadi makanan pengganti nasi bagi manusia.
Sistem budi daya tanaman merupakan sistem pemanfaatan lahan dalam
proses produksi tanaman. Tanaman talas biasa dibudidayakan secara konvensional
dengan sistem monokultur atau polikultur. Sistem budi daya tanaman melibatkan
banyak faktor dalam prosesnya, pertumbuhan tanaman yang baik bergantung pada
interaksi gabungan antara faktor-faktor lingkungan yang mendukung (Habiba &
Astika, 2020).
Desa Karang Intan, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan merupakan
daerah yang berdekatan dengan sungai, selain itu di desa Karang Intan terdapat
banyak tumbuhan Talas yang tumbuh di lahan pertanian yang sebelumnya
memang sudah dibudidaya dan belum diketahui sebaran dan populasinya. Oleh
sebab itu, penulis tertarik melakukan penelitian ini selain untuk memperkaya ilmu
biologi, informasi ini juga berguna untuk memperdalam pemahaman mengenai
konservasi sumber daya hayati dan sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya
serta agar masyarakat bisa lebih bisa memanajemen budi daya talas di daerah
Karang Intan.
1.2 Rumusan Masalah
Diketahui, Talas (Colocasia esculenta L. Shoot..) merupakan tumbuhan
herba yang tangkai, umbi dan akarnya dapat digunakan menjadi bahan pangan.
Masyarakat lokal Kalimantan Selatan sendiri sering mengkomsumsi Talas
(Colocasia esculenta L. Shoot.) sebagai sayuran, umbinya dapat dikukus atau
direbus sebagai cemilan. Desa Karang Intan merupakan desa yang terletak didekat
sungai oleh karena itu terdapat banyak tumbuhan Talas (Colocasia esculenta L.
Shoot). Pengetahuan masyarakat lokal tentang budidaya Talas di Desa Karang
Intan perlu digali informasinya agar dapat membantu masyarakat dalam budidaya
Talas yang benar.

3
Berdasarkan hal-hal yang disebutkan di atas maka perumusan masalah yang
diajukan pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana kepadatan dan sebaran populasi tumbuhan Talas (Colocasia
esculenta L. Shoot) di Desa Karang Intan Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan.
2. Bagaimana pengetahuan petani terhadap sistem budi daya Talas (Colocasia
esculenta L. Shoot) di Desa Karang Intan Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Menganalisa kepadatan dan sebaran populasi tumbuhan Talas (Colocasia
esculenta L. Shoot) di Desa Karang Intan Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan.
2. Menggali informasi pengetahuan penduduk lokal terhadap teknik budi daya
Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) di Desa Karang Intan Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah;
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu biologi terutama untuk menambah informasi mengenai biologi populasi
Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) dan budidayanya.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambahkan informasi unuk
mahasiswa dan masyarakat mengenai macam-macam budidaya talas dan
bagaimana cara budidaya talas yang tepat dan benar.
3. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pembaca
mengenai kearifan lokal pemanfaatan Talas dan bermanfaat sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.

4
5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Populasi
Kehidupan organisme dalam lingkungan diatur sesuai dengan sistem yang
kompleks. Organisme memiliki organisasi ekologi sesuai tingkatan tertentu pada
sistemnya berupa tingkat sel, tingkat jaringan, tingkat organ dan sistem organ. Ketika
satu individu membentuk sebuah interaksi akan membentuk sebuah populasi dalam
kelompok tersebut (Yulianti & Sukarsih, 2007). Populasi adalah sebuah perkumpulan
dari satu jenis individu yang memiliki interaksi pada sebuah waktu dan tempat yang
sama. Populasi yang berkumpul jika berasal dari spesies yang berbeda akan membentuk
kelompok lain disebut dengan komunitas (Wijayanti & Kharis, 2015). Zoer’aini (2003)
menyebutkan populasi adalah adalah sebuah kumpulan organisme yang membentuk
kelompok kolektif karena adanya sifat atau ciri yang unik pembeda hingga membuat
kumpulan individu menempati ruang atau tempat tertentu sebagai cara bertahan hidup.
Penggolongan individu dalam populasi dibagi menjadi dua cara yaitu secara taksonomi
dan berdasarkan peran fungsi. Secara taksonomi sebuah individu disesuaikan berdasarkan
hubungan kekerabatan dalam evolusi atau sejarah hidupnya, sedangkan secara peran atau
fungsi individu akan ditentukan sesuai kesamaan perannya dalam habitat di
lingkungannya.
Kelimpahan populasi diatur berdasarkan beberapa faktor yang meliputi jumlah
individu, berat kering, biomassa atau nilai ketutupan. Ketika ukuran populasi mengalami
penurunan dapat menyebabkan populasi tersebut peka terhadap kepunahan. Masalah yang
dihadapi saat populasi menurun sampai mengalami ambang batas akibat dari kerusakan
lingkungan dan fragmentasi serta kualitas habitat tercemar oleh kegiatan manusia, hal ini
dapat menyebabkan laju kepunahan semakin meningkat. Dengan kata lain apabila sebuah
populasi menurun lebih kecil dengan waktu cepat maka akan lebih cepat untuk
mengalami kepunahan dibanding ukurang populasi yang lebih besar (Susatya, 2003).

6
2. 2 Kerapatan
Kerapatan atau densitas umum digunakan sebagai penunjuk besarnya suatu
populasi dalam sebuah ruang. Kerapatan (densitas) adalah hasil jumlah individu untuk
setiap jenis spesies yang ditemukan dalam petak sampel atau contoh yang sedang diamati
(Hidayat, 2017). Sedangkan Arsyad (2016) menyebutkan kerapatan adalah jumlah
individu untuk satu spesies per satuan luas atau per satuan cuplikan dalam penelitian.
Data kerapatan yang didapat merupakan hasil perhitungan dari seluruh individu yang
djumlahkan dalam pembagian plot dengan luas area pengamatan. Kerapatan sering
disebut juga dengan kepadatan sering digunakan sebagai pernyataan untuk besarnya
sebuah populasi dalam kawasan tertentu.
Kerapatan dalam fungsi ekologi mengambil peran besar karena berpengaruh dalam
perhitungan populasi terhadap komunitas dan ekosistemnya. Selain itu kerapatan juga
digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam sebuah populasi baik
berkurang atau bertambah sehingga dapat diketahui ukuran populasi di dalamnya.
Perhitungan kerapatan populasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kerapatan kotor
(crud density) yaitu jumlah individu suatu populasi pada per satuan seluruh area
penelitian dan kerapatan efektif (relatif) yaitu kerapatan ekologi dimana perhitungan
jumlah individu dalam suatu populasi per satuan berdasar ruang habitat (Susatya, 2003).
Ahmad et al., (2016) menambahkan bahwa kerapatan dalam sebuah area dapat memberi
gambaran ketersediaan dan potensi spesies di sebuah habitatnya. Nilai kerapatan relatif
berasal dari perhitungan prosentase kerapatan suatu jenis terhadap seluruh jenis.

2. 3 Sejarah dan Klasifikasi Talas (Colcasia esculenta L.)


Tanaman Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) sering juga disebut keladi atau taro
itu diperkirakan telah dibudidayakan manusia sejak zaman purba, bahkan pada zaman
sebelum padi ditanam orang, berasal dari daerah tropis Asia Selatan dan Tenggara,
termasuk Indonesia. Tanaman ini menyebar ke China dalam abad pertama, ke Jepang, ke
daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh
migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan
tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 mdpl baik liar maupun di
tanam. Pada abad VI, talas masuk ke kepulauan Hawai (Yulian, 2016).

7
Talas termasuk dalam suku Talas-talasan (Araceae). Talas mempunyai beberapa
nama umum yaitu Taro, Old cocoyam. Negara lain menyebut Talas dengan; Abalong
(Filipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaysia), Satoimo (Jepang), Tayoba
(Spanyol) dan Yu-tao (China) (Arisma, 2017). Secara umum klasifikasi tanaman talas
meliputi hal-hal berikut ini :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta L. Shoot
(United State Department of Agriculture, 2018).
Talas (Colocasia esculenta L. Schott.) dibagi menjadi dua varietas yaitu Colocasia
esculenta varietas esculenta dan Colocasia esculenta varietas antiquorum (Prana &
Kuswara, 2000). Varietas Talas dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Perbedaan
varietas berpengaruh pada besar umbi Talas , bentuk umbi, warna umbi, daun, pelepah
daun, umur panen, ukuran pucuk, rasa gatal dan komposisi kimianya (Ali, 1996; Reka,
2012).

2. 4 Morfologi Talas (Colocasia esculenta L. Shoot)


Tanaman Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) adalah tumbuhan dengan tangkai
daunnya semua berbentuk silinder. Umbi Talas kebanyakan coklat muda dan daun
berbentuk seperti jantung memanjang dengan sifat tahan air (Wijaya et al, 2014).
Morfologi tanaman Talas yaitu habitus semak. Batang: semu, silindris, batang di dalam
tanah membentuk umbi, lunak, coklat muda. Daunnya tunggal, lonjong, tepi rata, ujung
runcing, pangkal berlekuk, panjang 40-60 cm, lebar 20-30 cm, tangkai silindris, panjang
50-60 cm, hijau, pertulangan menyirip, permukaan halus, hijau. Bunga bentuk tunggal,
diketiak daun, kelopak lonjong, 4 putih, benang sari dan putik bentuk gada, panjang 4-7
cm, kuning, tangkai silindris, panjang 20-30 cm, mahkota lonjong, satu helai, putih.

8
Buahnya buni, bulat, kuning. Bijinya dengan bentuk bulat, kecil, beralur, hijau. Akar
serabut, putih kecoklatan (Widyaningrum, 2011).
Umbi Talas mempunyai pati dan banyak perakaran disekitar umbi. Umbi Talas
yang masih kecil atau daun Talas muda bisa tumbuh dari tangkai daun Talas. Warna
tangkai daun Talas bisa berwarna hijau, ungu, kemerahan, atau hijau kekuningan dengan
panjang antara 28 hingga 150 cm (Backer dan Brink, 1968). Gambar bagian tanaman
Talas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Talas (A) umbi Talas ; (B) keseluruhan tanaman Talas
(Sumber: Reyad-al-Ferdous dkk., 2015).
Umbi Talas memiliki berbagai macam bentuk tergantung pada lingkungan tempat
tumbuhnya serta varietasnya. Minantyorini dan Hanarida (2002) melakukan identifikasi
dan melakukan klasifikasi terhadap plasma nutfah berbagai jenis Talas . Hasilnya
menunjukkan berbagai macam bentuk dari umbi Talas , mulai dari yang kerucut (Gambar
1), membulat (Gambar 2), silindris (Gambar 3), elips (Gambar 4), halter (Gambar 5),
memanjang (Gambar 6), datar bermuka banyak (Gambar 7) dan tandan (Gambar 8).
Umumnya Talas yang tersebar di Indonesia memiliki bentuk kerucut, silindris atau elips
dan sebagian kecil daerah memproduksi Talas dengan bentuk umbi membulat,
memanjang dan tandan. Bentuk umbi datar dan bermuka banyak, hingga kini belum ada
ditemui di Indonesia (Koswara, 2013). Gambar dari umbi Talas a dapat dilihat dalam
Gambar 2.2.

9
Gambar 2. Klasifikasi berbagai bentuk umbi Talas (Minantyorini dan Hanarida,
2002)
2. 5 Kandungan dan Manfaat Talas (Colocasia esculenta L. Shoot)
Tanaman Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak, vitamin dan
mineral, selain itu pada sebagian Talas mengandung kristal kalsium oksalat yang
menyebabkan rasa gatal (Ekowati, dkk., 2015). Umbi Talas memiliki kandungan
flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, alkaloid, tarin (lektin). Flavonoid yang terkandung
dalam umbi Talas adalah orientin, isoorientin, vitexin, isovitexin, luteolin-7-O-glucoside
dan luteolin-7-O-rutinoside (Li et al., 2014). Umbinya menyediakan komponen gizi
penting seperti, karbohidrat, protein, tiamin, riboflavin, niacin, asam oksalat, kalsium
oksalat, 6 mineral, lemak, asam lemak tak jenuh dan antosianin.Taro memiliki nilai gizi
yang lebih unggul dibandingkan dengan kentang, ubi jalar, ubi kayu dan beras. Selain itu,
yang membuat talas dapat dimakan karena berupa butiran pati yang mudah dicerna oleh
pencernaan dan tidak menyebabkan alergi bagi manusia (Pereira et al., 2015).
Talas juga memiliki kandungan pati yang tinggi yaitu sekitar 70-80%. Pati Talas
terdiri atas dua komponen yaitu amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa dalam pati
Talas yaitu 20-25% (Koswara, 2013) dan amilopektin sebesar 78.56% (Hartati dan
Prana, 2003). Komposisi kimia umbi Talas bervariasi tergantung pada beberapa faktor;
seperti jenis varietas, usia dan tingkat kematangan dari umbi. Faktor iklim dan kesuburan
tanah juga turut berperan terhadap perbedaan komposisi kimia dari umbi Talas
(Koswara, 2013).
Talas merupakan sumber pangan yang penting karena umbinya merupakan bahan
pangan yang memiliki nilai gizi yang cukup baik. Umbi talas mengandung 1,9% protein,
10
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ubi kayu (0,8%) dan ubi jalas (1,8%), meskipun
kandungan karbohidratnya (23,78) lebih sedikit dibandingkan dengan ubi kayu (37,87)
dan ubi jalar (27,97). Komponen makronutrien dan mikronutrien yang terkandung di
dalam umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, fosfor, kalsium, besi,
tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C. Talas juga mengandung beberapa unsur mineral
dan vitamin lainnya sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan, sedangkan daunnya
juga dapat dipergunakan sebagai sumber nabati (Sulistyowati, dkk., 2017).
Tabel 1. Kandungan Gizi dalam 100 gram Talas Mentah dan Talas Rebus (Slamet &Tarkotjo
(1990; Amiruddin, 2013).
Komponen Satuan Talas Mentah Talas Rebus
Energi Kal 120 108 Kal 120 108
Protein G 1,5 1,4 G 1,5 1,4
Lemak G 0,3 0,4 G 0,3 0,4
Karbohidrat G 28,2 25 G 28,2 25
Serat G 0,7 0,9
Kalsium Mg 31 47
Fosfor Mg 67 67
Besi Mg 0,7 0,7
Vitamin B1 Mg 00,5 00,6
Vitamin C Mg 3 4
Air G 69,2 72,4
Bagian yang dimakan % 85 100

Umbi talas memiliki kandungan zat gizi yang cukup tinggi seperti pati (18.02%),
gula (1.42%), mineral terutama kalsium (0.028%), dan fosfor (0.061%) (Muchtadi&
Sugiyono,1992).Kandungan zat gizi yang tertinggi dalam talas adalah pati meskipun
bervariasi antar kultivar talas (Hartati& Prana, 2003). Dengan kandungan zat gizi yang
tinggi, talas telahdibuat menjadi berbagai produk olahan seperti tepung talas.Tepung talas
diharapkan dapat menghindari kerugian akibat tidak terserapnya umbi segar talas di pasar
ketika produksi panen berlebih (Yuliatmoko, 2012)
2. 6 Perbanyakan Talas (Colocasia esculenta L. Shoot)
Talas umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan umbi utuh,
potongan umbi, umbi anakan, dan anakan (Prana, 2007). Penanaman talas mengguunakan
umbi utuh atau umbi anakan sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan dan
keterampilan sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal dari tunas atau umbi. Bila
bibit diambil dari tunas, maka tunas itu diperoleh dari talas yang telah berumur 5-7 bulan,

11
yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih bagian
umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi
yang diiris dianginkan dulu dan waktu disemaikan lapisan bagian dalam irisan dilapisi
abu. Baru setelah berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah
sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm (Azzahra et al, 2020).
Pengaturan jarak tanam tergantung dari varietas dan ukuran tanaman. Talas
biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, dengan jarak 45 cm di
dalam baris. Pemindahan Bibit Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh
dari talas yang telah berumur 5-7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit
dari umbi, yaitu setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang
telah diolah sampai gembur, Tanaman talas ditanam dengan jarak 50 x 40 cm, dengan
lahan talas yang dibentuk berbaris dengan bedengan, dimana dalam 1 bedengan terdapat
2 baris talas yang masing-masing baris berjumlah 37 tanaman talas cm (Azzahra et al,
2020).
Perbanyakan dengan umbi yang saat ini banyak dilakukan memiliki keterbatasan
dalam jumlah anakan/umbi bakal bibit yang dihasilkan. Dengan demikian untuk
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak sekaligus bebas dari penyakit dianjurkan
dilakukan secara kultur in vitro. (Dewi et al, 2012). Usaha konservasi in vitro akan
berhasil bila memperhatikan kestabilan genetik dari koleksi yang disimpan.
Ketidakstabilan genetik plasma nutfah yang disimpan akan berisiko terjadinya perubahan
genetik plasma nutfah yang seharusnya dipertahankan (Ray et al, 2006 ; (Dewi et al,
2012). Selain juga dapat dilakukan secara in vitro melalui plasma nuftah, konservasi
Talas juga dapat dilakukan secara perbanyakan mikro kultur. Perbanyakan mikro melalui
kultur jaringan merupakan salah satu solusi karena dapat menghasilkan jumlah bibit yang
banyak dalam waktu yang singkat, bibit bebas hama dan penyakit, dan tidak tergantung
musim (Louw, 2018).

2. 7 Pemanfaatan Talas (Colocasia esculenta L. Shoot)


Pemanfaatan memiliki arti sebagai suatu proses ataupun cara, perbuatan yang
dilakukan dengan menggunakan sumber alam yang ada. Tanaman talas merupakan
potensi alam yang dimiliki oleh daerah Karang Intan dan sebelum mendapatkannya pun
tanaman talas tidak harus dibeli terlebih dahulu. Melainkan sudah ada di beberapa

12
halaman rumah warga. Hal ini dapat diartikan bahwa pemanfaatan tanaman talas benar-
benar berasal dari sumber daya alam yang ada. Dan untuk penghitungan nilai
ekonominya pun kelanjutannya akan mendapatkan keuntungan yang lebih dibanding jika
harus membelinya terlebih dahulu (Misbakul et al, 2019).
Dalam kegiatan ini juga terjadi proses pengolahan. Pengolahan makanan
mempunyai arti sebuah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah
bahan mentah menjadi makanan ataupun mengubah makanan menjadi bentuk lain untuk
dikonsumsi manusia. Dalam pengertian lain, pengolahan merupakan sebuah proses
mengusahakan atau mengerjakan sesuatu (barang dan lain-lain) supaya menjadi lebih
sempurna (Misbakul et al, 2019).
Talas merupakan tanaman dari jenis umbi-umbian yang merupakan salah satu
bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi, terutama kandungan karbohidratnya
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk bahan baku pembuatan
etanol. Etanol memiliki karakteristik yang menyerupai bensin karena tersusun atas
molekul hidrokarbon rantai lurus. Bioetanol merupakan etanol (C 2H5OH) yang dapat
dibuat dari substrat yang mengandung karbohidrat (turunan gula, pati, dan selulosa).
Salah satu bahan baku yang sering digunakan untuk pembuatan bioetanol adalah bahan
baku yang mengandung pati sedangkan jenis tanaman yang digunakan untuk bahan baku
umumnya berasal dari kelompok tanaman pangan utama seperti singkong, jagung,
gandum, kentang dan ubi jalar. Selain itu, tanaman lainnya seperti talas (Colocasia
esculenta L. Shoot) (Sadimo et al, 2016).
Tanaman Talas merupakan salah satu tanaman yang merupakan jenis tanaman
pangan fungsional, karena di dalam umbi Talas mengandung bahan bioaktif yang
berkhasiat untuk kesehatan. Kandungan bioaktif dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh
teknik budidaya. Kandungan bioaktif Talas jenis fenolat paling tinggi ditemukan pada
tanaman Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) yang ditanam di tanah kering
dibandingkan pada daerah berair (Sudomo, 2014). Talas dikenal oleh masyarakat sebagai
bahan pangan. Dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan. Talas
dijadikan bahan baku olahan untuk pembuatan keripik Talas . Selain itu bagian pucuk dan
tangkai daun muda dari Talas dijadikan sayur lompong atau gulai. Umbi Talas dapat
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tepung. Daun Talas dapat dijadikan sebagai

13
pembungkus sayuran. Kulit umbi dapat dijadika pakan ternak dan ikan baik secara
langsung maupun setelah difermentasi (Retno et al., 2009).
Tanaman Talas bisa digunakan untuk penghijauan, selain itu juga dijadikan tempat
berteduh oleh tanaman lain atau menjadi penyeling tanaman lain (Retno, dkk., 2009).
Selain itu, talas juga memiliki manfaat bagi kesehatan diantaranya dapat menyehatkan
jantung. Membantu menstabilkan dan menurunkan tekanan darah, meningkatkan sistem
imun tubuh, mengatasi kelelahan dan dapat berfungsi sebagai anti-aging. Selain itu umbi
Talas juga dapat menyeimbangkan pH didalam tubuh (Akmal et al., 2009).
2. 8 Jenis Pola Tanam Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau talas saja. Tujuan menanam secara
monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Penanaman monokultur menyebabkan
terbentuknya lingkungan pertanian yang tidak mantap. Buktinya tanah pertanian harus
diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah
terserang hama dan penyakit. Jika tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu
cepat hama itu akan menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena
tanamannya terserang hama (Basuki, 2013).
Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan
perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan
biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah
keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT,
seperti hama dan penyakit tanaman), pola tanam monokultur memiliki pertumbuhan dan
hasil yang lebih besar daripada pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara maupun sinar
matahari (Syahputra et al, 2017).
Setjanata (1983) dalam Syahputra et al (2017) mengungkapkan tentang
keunggulan dan kelemahan pola tanam monokultur. Kelebihan pola tanam ini yaitu teknis
budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya
satu jenis. Namun disisi lain, kelemahan pola tanam ini adalah tanaman relatif mudah
terserang hama maupun penyakit.

14
2. 9 Jenis Pola Tanam Polikultur
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan culture berarti
pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman
pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Polikultur adalah model pertanian
yang menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik dan melestarikan keanekaragaman
hayati lokal. Keanekaragaman hayati yang dimaksud tidak hanya dari segi flora
(tumbuhan) tetapi juga fauna yang ada (Sabirin, 2010 ; Syahputra et al, 2017).
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa
keuntungan, antara lain sebagai berikut :
a) Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat
mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat
pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin,
b) Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacangkacangan- kandungan unsur N dalam
tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan
menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam
berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
c) Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi
tanaman dapat memutus siklus OPT.
d) Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan
menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas
rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
Kekurangan sistem polikultur adalah: a. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman, b. OPT
banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya (Basuki, 2013).

15
16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan terhitung sejak bulan Agustus hingga
Oktober 2021. Tempat penelitian ini berada di Desa Karang Intan, Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan pada titik koordinat 3.4454344594601434, 114.9329959319511.
Jarak perjalanan antara kampus FMIPA ULM Banjarbaru dengan Desa Karang Intan
adalah sekitar 14,2 km dengan waktu tempuh sekitar 25 menit menggunakan kendaraan
roda empat, kendaraan roda empat. Peta lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3
di bawah ini.

Gambar 3. Lokasi penelitian Kajian Sebaran Populasi Dan Pengetahuan Sistem Budidaya Talas
(Colocasia Esculenta L. Shoot. ) Oleh Penduduk Lokal Di Desa Karang Intan
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan

17
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan Talas (Colocasia esculenta
L. Shoot.), dan kuesioner. Secara lengkap bahan-bahan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 di
bawah ini
Tabel 3. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian Kajian Sebaran Populasi Dan
Pengetahuan Sistem Budidaya Talas (Colocasia Esculenta L. Shoot.) Oleh Penduduk
Lokal Di Desa Karang Intan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan

No Nama Bahan Kegunaan


1 Talas (Colocasia esculenta L. Objek yang diteliti
Shoot)
2 Kuisoner Mendapatkan informasi mengenai
sistem budidaya talas

3.2.2 Alat Penelitian


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, laptop, buku catatan, alat
perekam suara, handphone, tali rapia, meteran, alat tulis, Microsoft (Excel). Secara lengkap alat-
alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini

Tabel 4. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian Kajian Sebaran Populasi Dan Pengetahuan
Sistem Budidaya Talas (Colocasia Esculenta L. Shoot. ) Oleh Penduduk Lokal Di
Desa Karang Intan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan
No Nama Alat Kegunaan
1 GPS Menentukan lokasi penelitian
2 Laptop Mengerjakan dan menyimpan data
penelitian
3 Buku catatan Untuk mencatat hasil pengukuran
4 Handphone Untuk merekam suara,
mengabadikan gambar dan video
dari wawancara dan penelitian
5 Tali rapia Untuk membuat petak sampling
6 Alat tulis Untuk mencatat hasil penelitian
7 Meteran Untuk Mengukur dan membuat
plot
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan objek utama adalah tumbuhan Talas (Colocasia
esculenta L. Shoot) yang digunakan penduduk lokal di Desa Kecamatan Karan Intan
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Prosedur penelitian dibagi menjadi 3 (tiga)
kegiatan utama yaitu : 1) kegiatan menganalisa data kepadatan dan sebaran populasi

18
tumbuhan Talas (Colocasia esculenta L. Shoot), 2) kegiatan menggali pengetahuan
petani terhadap sistem budi daya Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) di desa Karang
Intan KabupatenBanjar, Kalimantan Selatan.
3.3.1 Kepadatan dan sebaran populasi Talas (Colocasia esculenta L. Shoot).
1. Pengambilan data kepadatan dan sebaran populasi tumbuhan Talas (Colocasia esculenta
L. Shoot) dilakukan dengan cara analisis vegetasi dengan cara pembuatan plot
pengamatan yang pada beberapa titik di desa Karang Intan (kebun, perkarangan, kolam
ikan), setiap titik dibuat 3 plot pengamatan yang dengan luas plot 5m x 5m sesuai dengan
ukuran Talas yang termasuk tumbuhan semak. Jumlah seluruh plot pengamatan untuk
desa Karang Intan Kecamatan Karang Intan adalah
2. Plot pengamatan ditentukan secara sengaja yang berdasarkan keberadaan jenis tanaman
talas dan jenis tanaman lainnya. Pada masing ± masing plot pengamatan akan
menghitung populasi dan sebaran Talas (Colocasia esculenta L. Shoot), kemudian dicatat
kepadatan dan populasi pada tabel pengamatan (Sulistyowati et al, 2014).
3. Selanjutnya pada masing-masing petak pengamatan dihitung jumlah dan kerapatan talas
dan dibuat rata-ratanya. Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel, yang
mencakup data plot, jumlah tumbuhan dan kerapatan. Untuk menentukan kerapatan (K)
Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) pada setiap petak pengamatan digunakan rumus
sebagai berikut:
Jumlahindividu suatu jenis
Kerapatan ( K )=
Luas petak contoh
4. Kemudian melakukan analisis pola penyebaran dengan rumus sebagai berikut :

Id = n
∑ x 2−N
N ( N −1)
Keterangan:
n : Jumlah plot
N : Jumlah total individu seluruh plot
∑ X2 : Kuadrat jumlah individu per plot
Kriteria pola distribusi berdasarkan hasil perhitungan
Id = 1, maka distribusinya adalah random/acak
Id < 1, maka distribusinya adalah seragam
Id > 1, maka distribusinya adalah mengelompok

19
Pola distribusi populasi diuji lebih lanjut dengan rumus:
n ∑ x2
X hitung =
2
−N
N
Keterangan :
X2 : Nilai Chi-Square
n : Jumlah plot
∑ X2 : Jumlah kuadrat individu per plot
N : Jumlah total individu dalam seluruh plot
Nilai X2hitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai X2tabel dengan derajat bebas n-1 Jika
X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa pola distribusi populasi tersebut tidak
berbeda nyata.
(Brower & Zar, 1977).

3.3.2 Pengetahuan petani terhadap sistem budi daya Talas (Colocasia esculenta L. Shoot)
1. Pengumpulan data mengenai pengetahuan masyarakat lokal tentang pengetahuan
budidaya Talas (Colocasia esculenta L. Shoot) dilakukan melalui wawancara mendalam
dengan sejumlah petani dan pembudidaya ikan.
2. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengisian kuesioner
secara langsung.
3. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara terdiri atas 15 pertanyaan untuk petani dan
pembudidaya ikan yang meliputi antara lain :
3.1 Sejak Kapan Menanam Talas?
3.2 Mengapa Menanam Talas?
3.3 Talas di Manfaatkan sebagai apa saja?
3.4 Dari Mana Pengetahuan Kandungan Talas dan Pemanfaatannya
3.5 Dari mana mendapatkan pengetahuan cara budidaya?
3.6 Bagamana kondisi tanah untuk budidaya?
3.7 Bagaimana pengelolaan lahannya?
3.8 Bibit apa yang digunakan?
3.9 Berapa jarak tanam yang digunakan?
3.10 Pupuk apa yang digunakan?
3.11 Hama dan penyakit apa yang biasanya menyerang?

20
3.12 Bagaimana ciri-ciri talas yang siap di panen
3.13 Bagaimana Cara perawatan tumbuhan Talas
3.14 Berapa lama yang diperlukan untuk panen
3.15 Bagian apa yang diberikan pada ikan
4. Data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut selanjutnya dihitung jumlahnya dan
dibuat nilai persentase perbandingannya. Masing-masing parameter pertanyaan dibahas
secara deskriptif.

3.4 Jadwal Kegiatan


Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Agustus sampai November
2021, dengan pengaturan jadwal seperti tercantum dalam Tabel 6.

Tabel 6. Jadwal Kegiatan penelitian Kajian Sebaran Populasi Dan Pengetahuan Sistem Budidaya
Talas (Colocasia Esculenta L. Shoot.) Oleh Penduduk Lokal Di Desa Karang Intan Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan
Nama Kegiatan Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
No
1 Survey Lokasi
2 Pengambilan
Data
3 Analisis data
4 Penyusunan
laporan

21

Anda mungkin juga menyukai