Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No.

BERTANI ITU BELAJAR:


KOLABORASI PUSTAKAWAN DAN PETANI LAHAN MARJINAL
DESA GUWOSARI, KECAMATAN PAJANGAN, KABUPATEN
BANTUL
Widiarsa1
1 Staf Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UGM
widiarsa@ugm.ac.id

Abstrak
Fokus pembangunan di bidang pertanian selama ini lebih banyak pada lokasi lahan pertanian
yang berpotensi hasil tinggi, yaitu lahan-lahan persawahan dengan ketersediaan air yang cukup
bagi budidaya tanaman pangan sepanjang tahun. Sementara itu di lain pihak ada lahan yang masih
sangat luas dan notabene miskin akan unsur hara dan ketersediaan air yang minim atau biasa
disebut lahan marginal, belum mendapatkan perhatian yang serius bagi pembangunan pertanian
oleh pemerintah. Lahan yang memiliki kondisi demikian, seringkali memiliki infrastruktur jalan
dan saluran irigasi yang tidak memadai, terbatasnya modal petani, kelembagaan pertanian yang
masih sangat minim, pemanfaatan teknologi usaha tani yang masih tradisional dan yang
terpenting ialah penerimaan informasi pertanian yang sangat kurang. Dalam upaya mengangkat
derajat petani lahan marjinal, khususnya di Desa Guwosari, penulis melakukan riset sederhana
terhadap petani lahan marjinal di desa ini. Penulis, dimana ia juga seorang pengelola
perpustakaan, melakukan pendampingan petani lahan marjinal di Desa Guwosari saat mencoba
budidaya tanaman bawang merah, yang merupakan tanaman yang belum pernah ia tanam
sebelumnya, di awal musim kemarau tahun 2018. Penulis memposisikan diri sebagai seorang
penghubung antara petani lahan marjinal dan petani bawang merah kawakan (profesional) serta
sumber informasi pertanian di luar keduanya yang bisa diakses penulis. Penulis, si pustakawan
ini, berusaha bekerja berdasarkan etos-etos kemanusiaan (humanistic ethos), berusaha menjadi
fasilitator kelancaran arus informasi dan memperlancar proses transformasi dari informasi dan
pengetahuan menjadi kecerdasan sosial (social intelegence).
Keywords: marginal land, librarian, farmer, knowledge sharing, social intelegence.

Pendahuluan petani di area ini. Belum optimalnya


pemanfaatan lahan marjinal yang ada di
Latar Belakang negara kita juga disebabkan oleh rendahnya
Secara umum pemanfaatan lahan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas
marjinal di Indonesia masih jauh dari kata yang rendah dalam pemanfaatan lahan
optimal. Padahal potensi lahan marjinal ini marjinal antara lain disebabkan oleh
tidak kalah dari lahan subur dan lahan (Pasandaran et al., 1991): (1) motivasi usaha
pertanian yang berpotensi hasil tinggi yang tani yang bersifat subsisten, (2)
ada. Lahan pertanian marjinal sebenarnya ketidaksesuaian antara ketersediaan modal
memiliki potensi sangat besar, namun saat dan tenaga kerja dengan luas garapan, serta
ini pemanfaatannya masih belum maksimal (3) keterbatasan kapasitas dalam
(Kusmargana, 2017). Contoh lahan menghadapi risiko akibat ketidaktentuan
marjinal yang saat ini mulai menggeliat iklim.
pemanfaatannya dan terekam di media Lahan marjinal diantaranya lahan
massa ialah lahan pertanian pasir di daerah kering, sawah tadah hujan dan pasang surut
pesisir pantai selatan Bantul, Yogyakarta. dapat dikelola untuk usaha produktif
Pada wilayah ini, pertanian lahan pasir (Swastika dkk, 2006). Sebagai contoh,
mulai mengadopsi teknologi yang lebih bawang merah telah menjadi komoditas
baik untuk memaksimalkan hasil bercocok hortikultura yang umum dibudidayakan di
tanam. Sistem irigasi kabut mulai diadopsi lahan dekat pesisir pantai di pesisir

44
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2

Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul Beberapa hal lain yang muncul


yang terkenal sebagai sentra penghasil berkaitan dengan hal-hal di atas, sebagian
bawang merah (Pratiwi, 2017). Lebih besar wilayah miskin berada pada zona
lanjut, budidaya tanaman di lahan marjinal, agrosistem lahan kering, tadah hujan,
lahan pasir pantai selatan Kabupaten pantai dan lahan rawa yang tergolong
Bantul, ialah bunga. Hadirnya bunga yang marjinal. Karakteristik wilayah miskin
mampu menghiasi hamparan lahan pasir adalah sebagai berikut: (1) penguasaan
Ngepet, Sanden, Bantul tersebut justru jadi teknologi budidaya pertanian relatif
komoditas wisatawan paling dicari (Aditya, terbatas; (2) kurang berfungsinya lembaga-
lembaga penyedia sarana produksi; (3)
2018).
ketiadaan atau kurang berfungsinya
Melihat kondisi di atas, pengem- lembaga pemasaran, sehingga usaha
bangan sumber daya pertanian, petani pertanian lebih bersifat subsisten; (4)
lahan marjinal dalam hal ini, mutlak kualitas prasarana transportasi dan
dilakukan. Pengembangan petani lahan komunikasi rendah, berkaitan dengan
marjinal ini bisa dilakukan oleh pemerintah rendahnya kepadatan penduduk, produk-
maupun pihak lain yang berkepentingan tivitas kerja serta rendahnya marketable
terhadap kemajuan bidang pertanian dan surplus hasil usaha tani.
memiliki akses terhadap sumber daya Di Kabupaten Bantul, Propinsi
pendukung pendidikan dan informasi yang Daerah Istimewa Yogyakarta yang
diperlukan petani lahan marjinal. Di sinilah memiliki wilayah dominan datar, terdapat
pustakawan bisa masuk dan memainkan lahan marjinal yang cenderung kritis
perannya sebagai seorang agen informasi dengan persebaran yang cukup merata di
sekaligus penyuluh informasi pertanian tiap kecamatan yang ada di wilayah ini.
karena profesi ini, pustakawan, berkaitan Total luas lahan kritis di Kabupaten Bantul
dengan kualitas hidup manusia. Profesi ini tahun 2013 yang ada tersebar di 17
tidak berada dalam kekosongan, melainkan kecamatan adalah 1.923,25 hektar dengan
di dalam sebuah masyarakat yang berisikan rincian 477,75 ha lahan kritis dan 1.445,5 ha
berbagai nilai tentang kualitas, kehormatan, lahan potensial kritis (Dinas Pertanian,
Pangan, Kelautan dan Perikanan, 2013).
dan kebersamaan (Pendit, 2008).
Keberadaan lahan-lahan kritis yang ada di
17 kecamatan di Kabupaten Bantul yang
Permasalahan termasuk lahan marjinal ini merupakan
Memandang permasalahan yang sebuah potensi sekaligus tantangan bagi
dihadapi ketika berbicara mengenai masyarakat sekitarnya. Pengelolaan lahan
pendayagunaan lahan marjinal, maka kita kritis (marjinal) untuk usaha pertanian
dapat meninjau dari beberapa sudut. senantiasa dikembangkan oleh berbagai
Pemanfaatan lahan marjinal untuk pihak yang memiliki kepentingan dengan
pengusahaan tanaman pangan kurang beberapa kendala klasik seperti status
ekonomis mengingat kondisi lahan yang kepemilikan lahan dan pengorganisasian
cenderung labil, kurang atau tidak memiliki petani penggarap serta edukasi kepada
sarana pengairan yang memadai, kondisi petani tentang pengelolaan lahan kritis.
kimia tanah, serta kemiringan lahan yang Berdasarkan pertimbangan di atas,
relatif tinggi (Syafruddin, 1998). Sampai makalah ini membahas kondisi faktual
saat ini, kapasitas petani akan tata kelola petani lahan marjinal dalam kaitannya
lahan marjinal secara berkelanjutan relatif dengan upaya “belajar” mengelola lahan
terbatas, sehingga diperlukan semacam marjinal dimana pustakawan sebagai
upaya pendidikan non formal yang mampu seorang agen informasi diharapkan masuk
memberikan kontribusi untuk peningkatan dan memberikan kontribusi bagi kemajuan
mutu sumber daya lahan. petani lahan marjinal.

45
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2

Tujuan yang tidak menentu. Kendala sosio


Tujuan penulisan makalah ini ialah ekonomik dari lahan marjinal diantaranya
terdiskripsinya kondisi faktual petani; adalah kesulitan pasar, kepemilikan lahan
teranalisisnya faktor-faktor yang timpang, infrastruktur buruk, dan rasio
berhubungan dengan peran yang sekiranya output/input rendah (Food and Agriculuture
mampu dimainkan oleh pustakawan di Organization of the United Nations, 1999).
kalangan petani (lahan marjinal). Tulisan ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi Kajian tentang Petani Lahan Marjinal
perumusan kebijakan dan strategi bagi Pendekatan baru dalam pem-
pustakawan yang akan mengabdikan bangunan pedesaan di Jawa yang dilakukan
pengetahuan dan ketrampilan yang di 35 daerah di Jawa dari tahun 1969 sampai
dimilikinya pada situasi lingkungan yang tahun 1993 mengungkap bahwa mayoritas
spesifik dan cenderung ekstrem. keluarga pedesaan terutama yang tuna kisma
(landless) terdorong untuk bekerja di luar
Kerangka Konseptual desa dan kebanyakan ke bidang jasa (Collier
dkk, 1997). Kemiskinan dan semakin
Apa itu Lahan Marjinal? menurunnya pendapatan dari pengusahaan
Salah satu faktor utama dan pertanian di lahan kering berkontribusi
penentu dalam aktivitas manusia yang terhadap hal ini. Sehingga alternatif
senantiasa diperlukan untuk beraktivitas pengembangan pertanian perlu diarahkan
ialah lahan. Lahan juga bisa dimaknai untuk menarik kembali kaum mudanya agar
sebagai ruang. Tanpa adanya ruang, kembali menggarap lahan dengan teknik
manusia sulit untuk bergerak. Sebutan yang tepat. Orang desa dalam hal ini petani
lahan marjinal yang sering kita dengar dan bukanlah orang yang terbelakang, akan
kita bahas dalam tulisan ini memiliki tetapi karena minimnya perhatian atau
beberapa pengertian, yakni lahan yang program pendidikan pertanian yang tepat
secara teknis sulit untuk diusahakan bagi untuk diakses petani berdampak pada
aktivitas usaha manusia, terutama sektor penanganan lahan secara tidak tepat (Collier
primer. Pertanian dalam hal ini. dkk, 1997). Lalu bagaimana menempatkan
Konsep lahan marjinal yang petani dalam hal ini orang desa yang
digunakan dalam tulisan ini dimaknai sebenarnya tidak terbelakang tersebut?
sebagai kondisi teknis lahan yang Penyuluhan yang telah dilakukan
tidak/kurang bagus bagi aktivitas pemerintah melalui Petugas Penyuluh
pertanian, dan secara sosila ekonomi, Lapangan (PPL) selama ini tak lain
kondisi masyarakatnya kurang merupakan program pendidikan yang
menguntungkan. Hal ini berarti, lahan bertujuan memberikan penyadaran kepada
marjinal merupakan lahan yang memiliki petani mengenai apa yang telah dan akan ia
keterbatasan secara biofisik dan lakukan terhadap usahatani yang ia jalankan.
sosioekonomi. FAO mengemukakan Hasil penelitian yang dilakukan oleh The
bahwa ada empat tipe lahan yaitu subur, University of Wageningen The Netherlands
kritis, marjinal, dan terdegradasi. Lahan pada beberapa Negara Afrika membuktikan
marjinal adalah lahan yang memiliki bahwa penyuluhan hendaknya mencakup
keterbatasan tertentu, dan untuk lima kegiatan prinsip agar mampu
meningkatkan produktivitasnya perlu mengurangi kemiskinan, yaitu layanan suplai
dilakukan secara hati-hati agar tidak input, layanan teknis, pendidikan, organisasi
menimbulkan kerusakan lebih parah. dan penyadaran (Oakley, 1988). Kenyataan
Lahan marjinal mempunyai kendala di lapangan berbicara lain. Layanan
biofisik seperti kurang subur, draniase penyuluhan di negara-negara berkembang
buruk, kebasaan, keasaman, kondisi iklim terlalu terpusat pada suplai input dan

46
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2

layanan teknis. Sedangkan persoalan postpositivisme, digunakan untuk meneliti


pendidikan, pengembangan organisasi, dan pada kondisi objek alamiah, dimana
penyadaran menjadi hal yang terlupakan. peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
Ada dua aspek yang sangat berperan selama teknik pengumpulan data dengan
ini dan menjadi faktor penting dalam triangulasi, analisis data bersifat induktif
pengambilan keputusan petani dalam atau kualitatif, dan hasil penelitian
kegiatan usahataninya, yaitu aspek sosio- kualitatif lebih menekankan makna
ekonomi dan teknis lingkungan. Petani daripada generalisasi (Sugiyono, 2012).
(lahan marjinal) sering gagal mendapat Selain itu, penelitian deskriptif tidak
perolehan (pendapatan dari bertani) yang memberikan perlakuan, manipulasi atau
memadai, terhempas musibah alam, dan pengubahan pada variabel-variabel yang
terkendala masalah lain, karena mereka tidak diteliti, melainkan menggambarkan suatu
tahu apa yang seharusnya dilakukan dan apa kondisi yang apa adanya. Satu-satunya
yang tidak boleh dilakukan. Pemahaman perlakuan yang diberikan hanyalah
mengenai suatu masalah dan juga penelitian itu sendiri, yang dilakukan
penyelesaiannya dapa dilakukan melalui melalui observasi, wawancara, dan
ketersediaan informasi seluas mungkin. dokumentasi. Penelitian kualitatif sebagai
Membantu masyakarat membuka mata metode penelitian yang berlandaskan pada
bahwa mereka mampu menolong diri filsafat postpositivisme, digunakan untuk
sendiri tanpa bantuan orang lain atau meneliti pada kondisi objek alamiah,
pemerintah adalah penting dilakukan dimana peneliti adalah sebagai instrumen
(Laksmi, 2006). kunci, teknik pengumpulan data dengan
Berdasarkan persoalan yang dihadapi triangulasi, analisis data bersifat induktif
petani lahan marjinal dalam kaitannya atau kualitatif, dan hasil penelitian
dengan peran pustakawan dalam upaya kualitatif lebih menekankan makna
mendiseminasikan informasi pembangu- daripada generalisasi.
nan, maka dikembangkanlah sebuah Berdasarkan keterangan dari
pertanyaan mendasar yang harus ditinjau beberapa ahli di atas, dapat ditarik
dan terus ditelaah jawabannya. Pertanyaan kesimpulan bahwa penelitian deskriptif
itu ialah seberapa mampu pustakawan kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk
berperan (membantu) mendekatkan memperoleh data yang bersifat apa adanya
perhatian dan program pendidikan tanpa ada dalam kondisi tertentu yang
pertanian bagi petani lahan marjinal. hasilnya lebih menekankan makna. Di
sini, peneliti menggunakan metode
Metode Penelitian penelitian deskriptif kualitatif karena
Penelitian dilaksanakan di Desa penelitian ini mengeksplor fenomena
Guwosari, Kecamatan Pajangan, proses pembentukan pengetahuan budidaya
Kabupaten Bantul dan berlangsung pada tanaman baru di lahan marjinal oleh petani
bulan April sampai dengan Juni tahun 2018. di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan,
Penelitian menggunakan metodologi Kabupaten Bantul.
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
deskriptif kualitatif ditujukan untuk
Hasil Belajar Bersama Petani
mendeskripsikan dan menggambarkan
Petani lahan marjinal yang juga
fenomena-fenomena yang ada, baik
bersifat alamiah maupun rekayasa subyek penelitian merupakan seorang petani
manusia, yang lebih memperhatikan yang tidak memiliki lahan sawah (landless). Ia
mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan mendapatkan lahan (sawah) yang ia olah
antar kegiatan (Sukmadinata, 2011). dengan jalan menyewa. Sawah yang ia sewa
Penelitian kualitatif sebagai metode adalah sawah kas milik Desa Guwosari,
penelitian yang berlandaskan pada filsafat Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.

47
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2

Gambar 1 Posisi hamparan sawah kas (ditandai lingkaran) Desa Guwosari, Pajangan, Bantul yang
berada di tengah pemukiman padat penduduk.

Kasidi, nama dari petani ini, berusia 68 sawah yang ditanami Kasidi ini hanya
tahun, telah menanami sawah kas desa terdiri dari beberapa petak sawah dengan
cukup lama. Sekitar 10 tahun yang lalu ia luasan yang tidak terlalu luas. Saat dihitung
telah menanaminya. Tapi, sebelum tahun hanya ada sekitar 9 petak sawah dengan
2018, ia menanami sawah kas desa dengan luas hanya sekitar seribuan meter persegi
jalan sebagai petani penggarap sawah kas tiap petaknya. Hamparan sawah di tengah
desa yang merupakan “pelungguh” dari perkampungan ini sebenarnya telah
Kepala Dusun (Dukuh) tempat memiliki saluran irigasi yang memadai,
domisilinya. Sistem bagi hasil merupakan tetapi karena di hulu saluran irigasi sedang
pola yang harus ia pakai sebagai petani terjadi perbaikan, maka aliran air tidak
penggarap sawah “pelungguh” Kepala teratur atau tidak bisa dijadikan patokan
Dusun. Bagi hasilnya sangat kecil. Tiap untuk kelanggengan tanaman. Kasidi dan
panen, apa pun yang ditanam, ia harus kawan-kawan cukup beruntung karena
menyerahkan separo dari hasilnya tanpa hamparan sawah yang mereka tanami
dikurangi modal terlebih dahulu. terdapat “belik”, sumber mata air, yang
Pada awal tahun 2018 ada angin baru mengeluarkan air sepanjang waktu. “Belik”
bagi Kasidi. Beberapa aturan desa terbit ini tidak terlalu deras alirannya, namun
dan salah satunya ialah Kepala Dukuh tidak untuk mengairi sawah di lokasi ini,
mendapatkan “pelungguh” lagi. Tanah terutama tanaman palawija, bisa disebut
(sawah) kas desa dikembalikan kepada lebih dari cukup.
pemerintah desa dan kemudian dikelola
(disewakan) oleh pemerintah desa. Kasidi
adalah salah satu petani yang mendapatkan
kesempatan untuk menyewa sawah kas
desa ini. Ia dan beberapa kawan lama
penggarap sawah kas desa mendapatkan
kesempatan menanami kembali lahan milik
desa tersebut.
Sawah kas desa yang ditanami Kasidi
dan kawan-kawannya ini merupakan sawah
yang terletak di tengah desa dan memiliki Gambar 2 Salah satu sudut sawah yang disewa
hamparan yang tidak luas. Hamparan tanah Kasidi

48
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2

Awal melakukan usahatani sampai merah yang akan jadi mentornya. Ia


dengan sekitar akhir tahun 2017, Kasidi, berharap si pustakawan menjadi lumbung
melakukan usahatani dengan pola tanam informasi pengetahuan budidaya bawang
tradisional. Ia menanam padi satu kali di merah yang akan ia lakukan. Kasidi
musim hujan, sekitar bulan November akhirnya mendapatkan mentor petani
sampai dengan Februari tahun berikutnya. bawang merah dan juga pustakawan yang
Setelah padi ini, ia menanam tanaman siap memberikan akses informasi tentang
palawija dan sayuran. Palawija yang budidaya bawang merah yang ia lakukan.
ditanam biasanya berupa jagung. Sedang Tanggal 24 April 2018 sawah Kasidi
sayuran yang ditanam berupa kacang mulai diolah untuk ditanami bawang
panjang dan sesekali cabe merah keriting merah. Sekitar dua hari kemudian, bawang
dan cabe rawit. Ia dan kawan-kawannya merah telah ternamam di lahan Kasidi.
yang melakukan usahatani di hamparan Kasidi riang melihat lahannya telah
sawah ini tidak melakukan pola tanam tertanami bawang merah. Ada harapan
serempak untuk tanaman palawija. Tidak yang membuncah di kepala Kasidi.
serempak dalam hal waktu tanam dan tidak Budidaya tanaman bawang merah yang
seragam dalam jenis tanaman yang lama tanamnya dua bulan bagi Kasidi
dibudidayakan. Akhirnya di hamparan adalah waktu yang cepat. Informasi dari
sawah yang tidak luas ini tanaman yang mentor dan pustakawan yang
dibudidayakan bisa beragam jenis dan mendapinginya juga makin memantapkan
umurnya. Petak sawah yang satu menanam hatinya merawat bawang merah yang ia
jagung. Petak yang lain menanam cabe. tanam. Mentor menyampaikan kepada
Petak yang lain lagi bisa menanam kacang Kasidi bahwa bawang merah mampu
panjang dan sayuran lain. memberikan hasil sepuluh kali lipat dari
Pola tanam yang dilakukan di total benih yang ditanam dalam kondisi
hamparan sawah yang ditanami Kasidi dan normal. 90 kg benih bawang merah Kasidi
kawan-kawannya ini dari tahun ke tahun akan bisa menghasilkan minimal 900 kg
terus berulang dan tanpa adanya evaluasi bawang merah di saat panen dalam kondisi
atau perbaikan pola. Awal musim kemarau normal. Normal di sini diartikan bahwa
tahun 2018, Kasidi berupaya mendobrak tanaman bawang merah dirawat sesuai
usahatani yang ia lakukan. Sekitar akhir panduan, hama terkendalikan, tanaman
bulan April tahun 2018 ia mencoba sehat sampai masa panen tiba.
budidaya tanaman bawang merah di
lahannya. Kurang lebih separo dari lahan
yang isa sewa menjadi sawah
percobaannya. Karena pengetahuannya
tentang budidaya tanaman bawang merah
bisa disebut nol, maka ia minta kepada
orang dekatnya untuk disambungkan atau
dicarikan mentor dari petani bawang merah
yang berpengalaman. Orang dekatnya ini
dalam kesehariannya bekerja sebagai
Gambar 3 Sawah Kasidi dengan tanaman
pengelola sebuah perpustakaan bawang merahnya
(pustakawan) yang memiliki akses kepada
komunitas petani bawang merah di wilayah Hari-hari awal bawang merah
Bantul. Kasidi juga menaruh harapan ditanam sampai dengan umur dua puluhan
kepada pustakawan ini tentang hari adalah hari-hari indah dan penuh
kemampuannya mengakses informasi dari harapan dari Kasidi. Ia begitu menikmati
sumber lain selain dari petani bawang merawat bawang merah di sawahnya. Pagi

49
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2

dan sore ia siram bawang merah dengan juga berusaha menjadi fasilitator kelancaran
riang gembira. Memasuki usia tanaman dua arus informasi dan memperlancar proses
puluh lima hari, setelah pemupukan kedua, transformasi dari informasi dan
ada perubahan tanaman yang tampak aneh pengetahuan menjadi kecerdasan sosial
bagi Kasidi. Daun-daun bawang merah (social intelegence). Di sisi lain, pustakawan
yang ia tanam mulai berubah dan akan memiliki tambahan ketrampilan dan
menampakkan sesuatu yang tidak sehat. terasah kemampuannya dalam hal
Ada kegoyahan dalam harapan Kasidi. pendampingan kepada masyarakat di luar
Perkiraan panen dengan hasil yang bisa khalayak yang ia hadapi sehari-hari seperti
mencapai minimal sepuluh kali lipat di
kasus pada petani lahan marginal di atas.
minggu ketiga bulan Juni 2018 mulai kabur.
Dua mentornya mulai ia keluh kesahi.
Keduanya ia pepet agar mendiagnosa dan Daftar Pustaka
melakukan pengobatan terhadap tanaman Aditya, Evan (2018) Indahnya Hamparan
bawang merahnya. Bunga Celosia di Lahan Pasir Sanden.
KRJOGJA.com. Diakses dari http://
krjogja.com
Collier, W., Santoso K., Soentoro, Wibowo
R (1996) Pendekatan Baru dalam
Pembangunan Pedesaan di Jawa: Kajian
Pedesaan selama Dua Puluh Lima
Tahun. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Bantul (2013) Data
Luas Lahan Kritis di Kabupaten Bantul
2013. Yogyakarta: Dinas Pertanian,
Gambar 3 Tanaman bawang merah Kasidi Pangan, Kelautan dan Perikanan
yang terserang penyakit
Kabupaten Bantul. Diakses dari
https://diperpautkan.bantulkab.go.id/da
Mentor petani ia minta
ta/hal/7/44/49/89-data-luas-lahan-
melakukan “pengobatan”. Mentor ini kritis-2013
mendatangi lokasi dengan membawa Food and Agriculuture Organization of the
sejumlah “obat”, pestisida, untuk United Nations (1999) CGIAR Research
melakukan “pengobatan”, menyemprot. Priorities for Marginal Lands - Executive
Sementara itu, si mentor pustakawan ia Summary. Rome: Food and Agriculuture
minta meracik informasi mengenai Organization of the United Nations. Diakses
penyakit dan pengobatan yang telah dari http://www.fao.org/wairdocs/ tac/
dilakukan para profesional petani bawang x5784e/x5784e05.htm
merah dan para cerdik pandai di bidang Kusmargana, Jatmika H (2017) Titiek
budidaya tanaman bawang merah. Soeharto: Pemanfaatan Lahan
Marjinal Belum Maksimal. Cendana News.
Kesimpulan Diakses dari https://www.cendananews.
Kerjasama antara petani lahan com
marjinal dengan pustakawan yang notebene Laksmi (2006) Tinjauan Kultural terhadap
Kepustakawanan: Inspirasi dari Sebuah
seorang pemilik akses informasi yang cepat
Karya Umberto Eco. Depok: Fakultas
dan komprehensif mutlak diperlukan untuk Ilmu Pengetahuan Budaya.
peningkatan kemampuan petani lahan Pasandaran E, Rusastra IW, Mnurung VT
marjinal dalam mengelola lahan yang ia (1991) Perspektif Peningkatan Pendapatan
miliki/tanami. Peran pustakawan ini sesuai Petani di Indonesia Bagian Timur. Forum
dengan kaidah bahwa seorang pustakawan Penelitian Agro Ekonomi (FAE) Vol. 9, No.
itu bekerja berdasarkan etos-etos 1, Juli 1991. Pusat Penelitian Sosial
kemanusiaan (humanistic ethos), dimana ia Ekonomi Pertanian: Bogor.

50
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2

Pendit, Putu Laxman (2019) Kepustakawanan. Roling, N (1988) Extension Science. Cambridge:
http://iperpin.wordpress.com/kepustaka Cambrigde University Press.
wanan/. Diakses dari https:// Sugiyono (2009) Metode Penelitian Kuantitatif,
iperpin.wordpress.com/ Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
kepustakawanan/ Sukmadinata, Nana Syaodih (2011) Metode
Pratiwi, Liana Fatma Leslie (2017) Usahatani Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Bawang Merah di Kecamatan Sanden Remaja Rosdakarya.
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Syafruddin (1998) Upaya Peningkatan
Yogyakarta. Teras Tani. Diakses dari Produktivitas Lahan pada Sistem
http://terastani.faperta.ugm.ac.id/2017/ Usahatani Lahan Kering di Sulawesi
07/usahatani-bawang-merah-di- Tengah. Makalah pada Seminar “Kinerja
kecamatan-sanden-kabupaten-bantul- dan Adopsi Teknologi PPWT-SAADP”
daerah-istimewa- yogyakarta/ Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah di
Palu, 29 Nopember–1 Desember 1998.

51

Anda mungkin juga menyukai