Abstrak
Fokus pembangunan di bidang pertanian selama ini lebih banyak pada lokasi lahan pertanian
yang berpotensi hasil tinggi, yaitu lahan-lahan persawahan dengan ketersediaan air yang cukup
bagi budidaya tanaman pangan sepanjang tahun. Sementara itu di lain pihak ada lahan yang masih
sangat luas dan notabene miskin akan unsur hara dan ketersediaan air yang minim atau biasa
disebut lahan marginal, belum mendapatkan perhatian yang serius bagi pembangunan pertanian
oleh pemerintah. Lahan yang memiliki kondisi demikian, seringkali memiliki infrastruktur jalan
dan saluran irigasi yang tidak memadai, terbatasnya modal petani, kelembagaan pertanian yang
masih sangat minim, pemanfaatan teknologi usaha tani yang masih tradisional dan yang
terpenting ialah penerimaan informasi pertanian yang sangat kurang. Dalam upaya mengangkat
derajat petani lahan marjinal, khususnya di Desa Guwosari, penulis melakukan riset sederhana
terhadap petani lahan marjinal di desa ini. Penulis, dimana ia juga seorang pengelola
perpustakaan, melakukan pendampingan petani lahan marjinal di Desa Guwosari saat mencoba
budidaya tanaman bawang merah, yang merupakan tanaman yang belum pernah ia tanam
sebelumnya, di awal musim kemarau tahun 2018. Penulis memposisikan diri sebagai seorang
penghubung antara petani lahan marjinal dan petani bawang merah kawakan (profesional) serta
sumber informasi pertanian di luar keduanya yang bisa diakses penulis. Penulis, si pustakawan
ini, berusaha bekerja berdasarkan etos-etos kemanusiaan (humanistic ethos), berusaha menjadi
fasilitator kelancaran arus informasi dan memperlancar proses transformasi dari informasi dan
pengetahuan menjadi kecerdasan sosial (social intelegence).
Keywords: marginal land, librarian, farmer, knowledge sharing, social intelegence.
44
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2
45
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2
46
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2
47
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2
Gambar 1 Posisi hamparan sawah kas (ditandai lingkaran) Desa Guwosari, Pajangan, Bantul yang
berada di tengah pemukiman padat penduduk.
Kasidi, nama dari petani ini, berusia 68 sawah yang ditanami Kasidi ini hanya
tahun, telah menanami sawah kas desa terdiri dari beberapa petak sawah dengan
cukup lama. Sekitar 10 tahun yang lalu ia luasan yang tidak terlalu luas. Saat dihitung
telah menanaminya. Tapi, sebelum tahun hanya ada sekitar 9 petak sawah dengan
2018, ia menanami sawah kas desa dengan luas hanya sekitar seribuan meter persegi
jalan sebagai petani penggarap sawah kas tiap petaknya. Hamparan sawah di tengah
desa yang merupakan “pelungguh” dari perkampungan ini sebenarnya telah
Kepala Dusun (Dukuh) tempat memiliki saluran irigasi yang memadai,
domisilinya. Sistem bagi hasil merupakan tetapi karena di hulu saluran irigasi sedang
pola yang harus ia pakai sebagai petani terjadi perbaikan, maka aliran air tidak
penggarap sawah “pelungguh” Kepala teratur atau tidak bisa dijadikan patokan
Dusun. Bagi hasilnya sangat kecil. Tiap untuk kelanggengan tanaman. Kasidi dan
panen, apa pun yang ditanam, ia harus kawan-kawan cukup beruntung karena
menyerahkan separo dari hasilnya tanpa hamparan sawah yang mereka tanami
dikurangi modal terlebih dahulu. terdapat “belik”, sumber mata air, yang
Pada awal tahun 2018 ada angin baru mengeluarkan air sepanjang waktu. “Belik”
bagi Kasidi. Beberapa aturan desa terbit ini tidak terlalu deras alirannya, namun
dan salah satunya ialah Kepala Dukuh tidak untuk mengairi sawah di lokasi ini,
mendapatkan “pelungguh” lagi. Tanah terutama tanaman palawija, bisa disebut
(sawah) kas desa dikembalikan kepada lebih dari cukup.
pemerintah desa dan kemudian dikelola
(disewakan) oleh pemerintah desa. Kasidi
adalah salah satu petani yang mendapatkan
kesempatan untuk menyewa sawah kas
desa ini. Ia dan beberapa kawan lama
penggarap sawah kas desa mendapatkan
kesempatan menanami kembali lahan milik
desa tersebut.
Sawah kas desa yang ditanami Kasidi
dan kawan-kawannya ini merupakan sawah
yang terletak di tengah desa dan memiliki Gambar 2 Salah satu sudut sawah yang disewa
hamparan yang tidak luas. Hamparan tanah Kasidi
48
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2
49
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2
dan sore ia siram bawang merah dengan juga berusaha menjadi fasilitator kelancaran
riang gembira. Memasuki usia tanaman dua arus informasi dan memperlancar proses
puluh lima hari, setelah pemupukan kedua, transformasi dari informasi dan
ada perubahan tanaman yang tampak aneh pengetahuan menjadi kecerdasan sosial
bagi Kasidi. Daun-daun bawang merah (social intelegence). Di sisi lain, pustakawan
yang ia tanam mulai berubah dan akan memiliki tambahan ketrampilan dan
menampakkan sesuatu yang tidak sehat. terasah kemampuannya dalam hal
Ada kegoyahan dalam harapan Kasidi. pendampingan kepada masyarakat di luar
Perkiraan panen dengan hasil yang bisa khalayak yang ia hadapi sehari-hari seperti
mencapai minimal sepuluh kali lipat di
kasus pada petani lahan marginal di atas.
minggu ketiga bulan Juni 2018 mulai kabur.
Dua mentornya mulai ia keluh kesahi.
Keduanya ia pepet agar mendiagnosa dan Daftar Pustaka
melakukan pengobatan terhadap tanaman Aditya, Evan (2018) Indahnya Hamparan
bawang merahnya. Bunga Celosia di Lahan Pasir Sanden.
KRJOGJA.com. Diakses dari http://
krjogja.com
Collier, W., Santoso K., Soentoro, Wibowo
R (1996) Pendekatan Baru dalam
Pembangunan Pedesaan di Jawa: Kajian
Pedesaan selama Dua Puluh Lima
Tahun. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Bantul (2013) Data
Luas Lahan Kritis di Kabupaten Bantul
2013. Yogyakarta: Dinas Pertanian,
Gambar 3 Tanaman bawang merah Kasidi Pangan, Kelautan dan Perikanan
yang terserang penyakit
Kabupaten Bantul. Diakses dari
https://diperpautkan.bantulkab.go.id/da
Mentor petani ia minta
ta/hal/7/44/49/89-data-luas-lahan-
melakukan “pengobatan”. Mentor ini kritis-2013
mendatangi lokasi dengan membawa Food and Agriculuture Organization of the
sejumlah “obat”, pestisida, untuk United Nations (1999) CGIAR Research
melakukan “pengobatan”, menyemprot. Priorities for Marginal Lands - Executive
Sementara itu, si mentor pustakawan ia Summary. Rome: Food and Agriculuture
minta meracik informasi mengenai Organization of the United Nations. Diakses
penyakit dan pengobatan yang telah dari http://www.fao.org/wairdocs/ tac/
dilakukan para profesional petani bawang x5784e/x5784e05.htm
merah dan para cerdik pandai di bidang Kusmargana, Jatmika H (2017) Titiek
budidaya tanaman bawang merah. Soeharto: Pemanfaatan Lahan
Marjinal Belum Maksimal. Cendana News.
Kesimpulan Diakses dari https://www.cendananews.
Kerjasama antara petani lahan com
marjinal dengan pustakawan yang notebene Laksmi (2006) Tinjauan Kultural terhadap
Kepustakawanan: Inspirasi dari Sebuah
seorang pemilik akses informasi yang cepat
Karya Umberto Eco. Depok: Fakultas
dan komprehensif mutlak diperlukan untuk Ilmu Pengetahuan Budaya.
peningkatan kemampuan petani lahan Pasandaran E, Rusastra IW, Mnurung VT
marjinal dalam mengelola lahan yang ia (1991) Perspektif Peningkatan Pendapatan
miliki/tanami. Peran pustakawan ini sesuai Petani di Indonesia Bagian Timur. Forum
dengan kaidah bahwa seorang pustakawan Penelitian Agro Ekonomi (FAE) Vol. 9, No.
itu bekerja berdasarkan etos-etos 1, Juli 1991. Pusat Penelitian Sosial
kemanusiaan (humanistic ethos), dimana ia Ekonomi Pertanian: Bogor.
50
Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 17 No. 2
Pendit, Putu Laxman (2019) Kepustakawanan. Roling, N (1988) Extension Science. Cambridge:
http://iperpin.wordpress.com/kepustaka Cambrigde University Press.
wanan/. Diakses dari https:// Sugiyono (2009) Metode Penelitian Kuantitatif,
iperpin.wordpress.com/ Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
kepustakawanan/ Sukmadinata, Nana Syaodih (2011) Metode
Pratiwi, Liana Fatma Leslie (2017) Usahatani Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Bawang Merah di Kecamatan Sanden Remaja Rosdakarya.
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Syafruddin (1998) Upaya Peningkatan
Yogyakarta. Teras Tani. Diakses dari Produktivitas Lahan pada Sistem
http://terastani.faperta.ugm.ac.id/2017/ Usahatani Lahan Kering di Sulawesi
07/usahatani-bawang-merah-di- Tengah. Makalah pada Seminar “Kinerja
kecamatan-sanden-kabupaten-bantul- dan Adopsi Teknologi PPWT-SAADP”
daerah-istimewa- yogyakarta/ Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah di
Palu, 29 Nopember–1 Desember 1998.
51