PERTANIAN HORTIKULTURA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Ekonomi Dan Sumber
Daya
Dosen pengampu : Drs. Nurhadi M. Si.
Disusun oleh :
Farhan Nashrullah 18405241033
Inayah Nur Aini 18405241012
Shofiyatun 18405241003
Prastiwi Wulandari 18405241037
Meriance M. K Keagop 18505449003
i
KATA PENGANTAR
Puji syukukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidaya-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan Makalah dengan judul
Perkembangan Ekonomi Dan SumberDaya Di Bidang Pertanian Hortikultura
dengan baik. Untuk menyelesaikan makalah ini kami mendapat bantuan dan
kersasama dari berbagi pihak. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada :
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan dan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu kami berharap
kepada berbagai pihak untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, bagi
kami dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejak dahulu negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mana
sebagian besar penduduknya bekerja didalam sektor pertanian karena
Indonesia memiliki kekayaan alam yang begitu luasnya. Semua negerapun
mengakui itu hingga muncul penjelajahan samudra yang mendatangkan
bangsa barat untuk mencari empah-rempah hingga sampai di Indonesia untuk
kemudian dijual di negara salanya. Namun saat ini, julukan itu seakan
hanyalah sebuah julukan saja dikarenakan negara Indonesia yang dikenal
sebagai negara agraris yang seharusnya mampu memenuhi kebutuhan bahan
pangan bagi masyarakatnya tanpa perlu mengimpor. Namun pada
kenyataannya impor besar-besaran dilakukan degan berbagai alasan. Terlepas
dari hal tak mengenakan tersebut, secara geografis semua mengakui
Indonesia masih layak disebut sebagai negara agraris. Disamping terletak di
garis khatulistiwa , tanah Indonesia yang subur cocok ditanami jenis tanaman
pagan. Hal tersebut mendukung luasnya lahan pertanian di Indonesia.
Pertanian merupakan salah satu sektor basis yang ada di Indonesia ini
disamping sektor industri, sektor peternakan dan sebagainya. Prioritas
pembangunan hampir di seluruh wilayah Indonesia tidak terlepas dari sektor
pertanian. Salah satunya adalah wilayah Kabupaten Cilacap. Fenomena ini
terlihat dimana selama tahun tahun 1999 – 2003, sektor pertanian di
Kabupaten Cilacap awalnya tidak menjadi sektor basis dalam pembangunan
wilayahnya, sub sektor pertanian yang menjadi basis yaitu sub sektor
kehutanan, sedangkan sub sektor tanaman bahan pangan, sub sektor
peternakan, sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan merupakan
sektor non basis dalam pembangunan wilayah di kabupaten Cilacap (Ropingi
dkk, 2009). Salah satu sub dalam sektor pertanian yaitu pertanian
hortikultura. Pertanian hortikultura merupakan pertanian yang mencangkup
pertanian perkebunan kebih tepatnya. Contoh dari pertanian horikultura yaitu
iv
vabai,jagung, ketela, pisang,manggis, jati dan lain sebagainya. Pertanian
hortikultura ini memiliki perang penting dalam pembangunan ekonom dan
sumberdaya.
B. Rumusan masalah
1. Dimana saja letak pertanian hortikultura?
2. Bagaiaman analisis letak tersebut?
3. Bagaimana tenaga kerja di sektor pertanian hortikultura?
4. Bagaimana pendapatan dari sektor pertanian hortikultura?
5. Bagaimana persebaran pertanian hortikultura di Indonesia?
v
BAB II
PEMBAHASAN
1. LOKASI HORTIKULTURA
vi
berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura termasuk penyediaan sarana
produksi, budidaya, penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran,serta
berbagai kegiatan pendukungnya.
Ruang Lingkup Hortikultura termasuk dalam ilmu Agronomi (bercocok
tanam umum) Hortikultura berasal dari kata Hortos : yang berarti Kebun dan
Colere : yang berarti mengusahakan (budidaya), jadi Hortikultura merupakan
penguasaan khusus meliputi tanaman sayur – sayuran, tanaman hias, dan tanaman
buah – buahan yang meliputi aspek ; cara bercocok tanam, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit.
Tanaman hias dan bunga potong telah berkembang sejak 1983 di daerah
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Timur, Yang terdiri dari
bunga potong, tanaman hias pot, tanaman hias pohon, anggrek, anyelir, mawar,
krisan, gladiol, dan lain sebagainya. Tanaman sayuran memegang peranan,
penting namun dilihat dari peningkatan eksportnya peranan buah – buahan cukup
besar. Sedangkan bunga potong dan tanaman hias terutama dihasilkan pada
daerah dataran tinggi kecuali jenis Anggrek dapat dibudidayakan di dataran
rendah.
Aspek ketersediaan lahan tanaman sayursayuran dan tanaman buah-
buahan mementingkan lahan yang luas dan tersedia, sedangkan pada tanaman
biofarmaka dan tanaman hias tidak memprioritaskan ketersediaan lahan. Prioritas
penanaman tanaman biofarmaka dan tanaman hias menurut persepsi pakar dapat
dilakukan di dalam pot. Aspek ketenagakerjaan memerlukan distribusi yang tinggi
untuk tanaman sayuran dan buah-buahan, daripada tanaman biofarmaka dan
tanaman hias. Aspek spesifik lokasi merupakan priotitas pada tanaman
biofarmaka dan tanaman hias. Hal ini berhubungan dengan tanaman yang
termasuk endemik dan merupakan biodiversitas alami dari desa atau daerah
tertentu sehingga dapat bernilai jual.
Dengan identifikasi tanaman baik secara fisik maupun hortikultura, pemilihan
dan penepatan tanaman hias akan menjadi lebih tepat dan sesuai, sesuai dengan kedua
karakter tersebut. Pengelolaan tanaman menjadi lebih mudah karena pemilihan tanaman
yang tepat, serta fungsi tanaman akan menjadi lebih optimal
vii
Perbedaan ketinggian suatu tempat akan berdampak pada iklim yang
berbeda. Daerah dataran rendah memiliki suhu yang tinggi dan kelembaban udara
yang rendah. Tanaman yang membutuhkan suhu tinggi dan kelembaban rendah
akan tumbuh baik di dataran rendah. Di daerah yang lebih tinggi, yaitu dataran
medium suhunya lebih rendah dan kelembaban udaranya lebih tinggi. Tanaman
yang membutuhkan suhu sedang dan kelembaban udara sedang akan tumbuh baik
di dataran medium. Perbedaan iklim yang diakibatkan ketinggian tempat tersebut
akan mempengaruhi tanaman yang ditanam di taman rumah baik dari segi
pemilihan jenis tanamannya maupun penataannya. Fungsi tanaman hias yaitu
visual control (pengontrol pengelihatan), physical barriers (pembatas fisik),
climate control (pengontrol iklim mikro), erosion control (pengontrol erosi),
wildlife habitat (habitat kehidupan satwa), dan aesthetic values (nilai estetika/
keindahan).
Sebagai produk hortikultura, secara keseluruhan tanaman buah-buahan,
tanaman sayuran, dan tanaman hias dapat ditemukan mulai dari ketinggian nol
sampai lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Dengan melihat areal ini
makadi Indonesia hampir seluruh wilayah dapat diusahakan tanaman hortikultura
tersebut. Tetapi kenyataannya, kita hanya memilih ketinggian (elevasi),
kesuburan, dan varietas yang sesuai, serta baik pemasarannya, yang akan
dibudidayakan.
Sayuran yang ditanam di dataran rendah (di bawah 700 m dpl) terutama
adalah cabe, bawang merah, ketimun, kacang panjang, sedangkan di dataran
tinggi (di atas 700 m dpl), antara lain kubis/kol, kentang, wortel, tomat, dan
bawang daun. Sentra sayuran di daerah dataran tinggi, terutama di Sumatera
Utara, Jawa Barat (Bogor dan Bandung), Jawa Tengah (Wonosobo), dan Jawa
Timur (Malang). Sekitar 60% sayuran diproduksi di Sumatera dengan kontinuitas
produksi sepanjang tahun.
Tanaman hias pohon secara hortikultura yang cocok tumbuh di daerah
dataran medium adalah kerai payung (Filicium decipiens) dan pohon klengkeng
(Nephelium longanum). Tanaman glodogan tiang (Polyalthia longifolia)dapat
beradaptasi dengan baik di dataran medium maupun rendah. Tanaman mangga
viii
lebih sesuai jika di tanam di daerah dataran rendah. Tanaman hias lainnya yang
secara hortikultura cocok tumbuh di dataran rendah adalah palem merah
(Cyrtostachys lakka), palem hijau (Ptychosprema macarthurii), palem alexander
(Veitchia merilii), dan palem botol (Mascarena lagenicaulis ).
Tanaman hias semak yang secara hortikultura cocok ditanam di dataran
medium adalah suplir (Adiatum sp.), aglonema (Aglonema sp), kuping gajah
(Anthurium crystallinum), gelombang cinta (Anthurium sp), begonia (Begonia
sp.), sansivera (Sansivera sp), dan zamiacurcas (Zamiacurcas sp). Tanaman hias
semak yang secara hortikultura cocok ditanam di dataran rendah adalah adnium
(Adenium sp.), sikas (Cycas revolta), euphorbia (Euphorbia mili), simbang darah
(Iresine herbstii), soka (Ixora coccinea), irish (Neomarica longifolia), dan
peperomia (Peperomia scandes).
Sedangkan tanaman lainnya dapat tumbuh atau mempunyai kemampuan
beradaptasi baik di dataran medium maupun di dataran rendah, yaitu kuping gajah
(Anthurium crystallinum), gelombang cinta (Anthurium sp), siklok (Agave
attenuate), jengger ayam (Celosia sp.), bambu mini (Dracaena surculosa),
drasena (Dracaena sanderiana), lengkuas merah (Alpinia purpurata), dan bunga
kertas (Zinnia elegans). Tanaman hias penutup tanah yang secara hortikultura
cocok ditanam di dataran medium adalah asparagus (Asparagus sp.). Tanaman
hias penutup tanah yang secara hortikultura cocok ditanam di dataran rendah
adalah spider lily (Hymenocallis speciosa), sedangkan tanaman lily (Carex
morrowii) tanaman yang mudah beradaptasi baik di dataran medium maupun
dataran rendah. Oleh karena itu, banyak ditemui tanaman lily baik di dataran
medium maupun dataran rendah.
Fungsi tanaman hias pohon yang dominan adalah pengontrol radiasi
matahari berdasarkan pengamatan terdapat pada seluruh tanaman, terutama yang
mempunyai bentuk tajuk bulat atau melebar. Bentuk tajuk yang bulat ada pada
tanaman klengkeng dan mangga. Sedangkan bentuk tajuk melebar ada pada
tanaman palem merah, palem botol, palem hijau, dan palem alexander. Fungsi
pengontrol aliran angin berdasarkan pengamatan terdapat pada tanaman yang
memiliki ukuran yang tinggi namun masa daun yang sedang atau jarang sehingga,
ix
keberadaannya dapat mengatur aliran angin, membelah, atau memecah aliran
angin yang melewatinya sehingga angin yang berhembus ke rumah atau ke dalam
rumah tidak terlalu kencang. Tanaman tersebut adalah palem merah, glodogan
tiang, palem hijau, dan palem alexander.
2. DISTRIBUSI HOLTIKULTURA
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan terlepas dari masalah penyaluran
barang yang dihasilkan stau barang yang akan di jual ke masyarakat. Para produsen
berhak menentukan kebijaksanaan distribusi yang akan dipilih dan di sesuaikan dengan
jenis barang serta luasnya armada penjualan yang akan digunakan.
x
pertanian yang lain yang merupakan barang pasar timbunan, yang dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama.
Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman
hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai
usaha agribisnis. Pengelolaan usaha tani hortikultura secara agribisnis dapat
meningkatkan pendapatan petani dengan skala usaha yang kecil, karena nilai
ekonomi komoditas hortikuktura ysng tinggi. Produk holtikultura terbesar adalah
buah-buahan diikuti sayuran dan tanaman hias. Pada tahun 2004 produksi buah-
buahan utama saja mencapau 9,1 juta ton diikuti sayuran 3,6 juta ton dan tanaman
biormaka sebesar 92,6 ribu ton. Sementara itu, produksi tanaman hias utama yang
terdiri dari anggrek, gladiol, dan krisan sebesar 52,4 juta tangkai. Komoditas
holtikultura oada umumnya ditanam sebagai tanaman sela, tanaman pekarangan,
dan kebun. Seiring dengan nilai komersialnya yang tinggi, terutama sayuran dan
tanman hias banyak dikembangkan melalui budidaya hidroponik.
Tujuan saluran distribusi adalah untuk mencapai pasar tertentu. Jadi pasar
merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran distribusi. Saluran melaksanakan
dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan
produk dan mendistribusikannya. Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari
berbagai keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan pada pasar. Jadi
barang atau jasa merupakan sebagian dari penggolongan produk yang
menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan produk yang dapat memberikan
kepuasan kepada pasar dan mempunyai tingkat harga tentu.
Kegiatan distribusi, secara ekonomis, merupakan suatu kegiatan ekonomi
yang berupaya menambah manfaat atau nilai guna suatu barang melalui proses
pemindahan tempat dan pengaturan waktu. Melalui kegiatan inilah suatu produk
akan disalurkan pada tempat dan waktu yang tepat.
Distribusi fisik merupakan aspek penting kedua dalam rangka menjadikan
suatu produk tersedia bagi konsumen dalam jumlah, waktu, dan tempat yang
tepat. Dalam hubungan itu, Dewan Manajemen Distribusi Fisik Nasional Amerika
Serikat mendefinisikan distribusi fisik sebagai berikut : “ Suatu rangkaian
aktivitas yang luas mengenai pemindahan barang jadi secara efisien dari akhir
xi
batas produksi kepara konsumen, serta didalam beberapa hal mencakup
pemindahan bahan mentah dari suatu pembekal keawal batas produksi
Cara memperdagangkan tanaman hortikultur sedikit berbeda dengan hasil
pertanian yang lain, pada hasil holtikultura, dalam pendistribusiannya atau
perdagangannya yang paling diutamakan adalah kesegarannya. Negara Amerika
dan Eropa, perkebunan ini merupakan sumber devisa yang sangat penting dan
diusahakan dengan modal yang besar, di Negara Belanda tak segan-segan
mengeluarkan uang berjuta-juta untuk membuat rumah-rumah kaca, yang luarnya
berpuluh-puluh hektar untuk tempat menanam tanaman hortikultura. Sedangkan
di Indonesia sendiri tanaman hortikultura mempunyai aspek social maupun
ekonomi, karenanya terdapat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk pekarangan
dan dalam bentuk penanaman khusus
Cara distribusi yang digunakan pada hasil tanaman hortikultura sangat
berpengaruh dalam perkembangan pemasaran hasilnya kepada konsumen, jadi
sebelum melakukan distribusi maka para produsen harus benar-benar mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh para konsumen. Kegiatan distribusi pada hasil tanaman
hortikultura keadaan barang biasanya harus dalam keadaan segar, karena barang
tersebut langsung dikonsumsi oleh para konsumen.
Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura jarang sekali ada pedagang
perantara, karena sifat barangnya yang sangat mudah rusak dan juga gampang
layu, maka pada umumnya para petani langsung bertindak sebagai pedagang.
Namun untuk beberapa tanaman tertentu ada juga yang mejadi pedagang
perantara, ini biasanya dilakukan oleh pedagang besar dan juga pengecer yang
langsung membeli dari para petani.
Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura, maka yang berperan sebagai
ager penunjang adalah petani, dimana para petani dapat langsung mengangkut
barang sendiri dari lahan ke pasar dan dapat langsung dijual kepada pedagang
perantara maupun kepada konsumen secara langsung.
Tipe saluran konsumen yang terjadi didistribusi hasil tanaman hortikultura
ialah sebagai berikut :
Saluran 1 : Petani → Konsumen
xii
Saluran 2 : Petani → Pedagang Pengecer → Konsumen
Faktor-faktor yang dipertimbangkan didalam memilih saluran distribusi
adalah :
1) Jenis hasil tanaman yang dipasarkan
2) Petaninya
3) Pasar sasarannya.
Jenis distribusi yang digunakan dalam hal ini adalah jenis distribusi yang
langsung dan juga distribusi tidak langsung. Distribusi langsung, para petani
langsung menjual barangnya kepada para konsumen. Sedangkan distribusi semi
langsung, para petani menjual barang hasil tanaman hortikulturanya melalui para
pedagang pengecer.
Dalam kegiatan distribusi ada yang disebut dengan distribusi fisik. Maka
dalam kegiatan distribusi hasil tanaman hortikultura ini distribusi fisik yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi dan penyimpanan barang, biasanya dilakukan apabila barang
tersebut akan diekspor atau dikirim ke beberapa kota terdekat yang ada disekitar
daerah produksi. Contohnya adalah kentang diekspor ke Malaysia, Singapura,
Brunei, USA. Tomat diekspor ke Malaysia dan Singapura. Kubis diekspor ke
Malaisya, Singapura, Jepang, Taiwan dan Pakistan. Kubis bunga ke Malaysia,
Singapura dan Hongkong. Wortel ke Malaysia, Singapura, Pakistan dan Hongkong.
Buncis ke Malaysia, Singapura, Hongkong dan Jepang. Arcis ke Malaysia dan seledri
ke Malaysia dan Singapura. Tanaman-tanaman tersebut dapat diekspor karena daya
tahannya yang cukup lama dibanding dengan tanaman hortikultura yang lainnya.
2. Sistem penanganan barang, pengemasan yang dilakukan harus sangat hati-hati
karena barang-barang hasil tanaman hortikultura sangat gampang rusak.
Teurutama pengemasan barang-barang yang akan diekspor keluar negeri harus
dengan sangat hati-hati, karena ini sangat menyangkut kepeceyaan pikah luar
terhadap barang yang akan kita ekspor dan juga menyangkut pemasukan devisa
Negara tentunya. Pengemasan barang ini biasanya dilakukan dengan peti kemas
yang terbuat dari kayu, logam dan lain-lain.
xiii
3. Pemilihan metode pengangkutan, biasanya yang sangat berpengaruh adalah jarak
dari lahan ke pasar atau daerah penjualan.
3. KONSTRIBUSI PERTANIAN HOLTIKULTURA DALAM SEGI
PENDAPATAN DAN KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA
xiv
tersebut dapat disajikan sebagai berikut menjadi salah satu sumber pertumbuhan
kekuatan ekonomi baru sebagai penggerak ekonomi di pedesaan dan perkotaan.
Saat ini peran subsektor hortikultura cukup signifikan dalam pembangunan
ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh beberapa indikator, antara lain :
Sumbangan Sub sektor hortikultura dalam Perekonomian Nasional secara makro
seperti PDB, tenaga kerja, neraca perdagangan, NTP, dan lain-lain maupun secara
mikro seperti produksi, luas tanam/luas:
Sumbangan Holtikultura
2. Tenaga Kerja
xv
dibutuhkan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak mulai dari tenaga
pembukaan lahan, penanaman hingga kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya.
Data jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub sektor hortikultura tahun 2010
adalah sebesar 3.899.921 orang dan pada tahun 2014 diperkirakan mengalami
penurunan menjadi 3.056.057 orang. Selama kurun waktu tersebut, terlihat
adanya kecenderungan penurunan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub
sektor hortikultura. . Terjadinya penurunan ini sebagai konsekuensi makin
beragamnya pilihan profesi pekerjaan dan juga dipicu karena makin tidak
sebandingnya usaha produksi hortikultura yang ada di pedesaan maupun di
sentra-sentra kawasan produksi hortikultura yang eksisting saat ini dengan
jumlah tenaga kerja yang tersedia.
3. Neraca Perdagangan
xvi
oleh sayuran sebesar 8,58%/tahun. Sedangkan laju penurunan pertumbuhan
terjadi pada beberapa komoditas seperti tanaman obat 127,42%, florikultura
34,07% dan buah 25,20%.
Laju pertumbuhan nilai ekspor hortikultura selama 5 tahun terakhir
menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 6,57%/tahun, yang merupakan
sumbangan dari laju pertumbuhan nilai ekspor dari florikultura 29,64%/tahun,
buah 7,18%/tahun, sayuran 7,16%/tahun dan tanaman obat 6,00%/tahun.
Sedangkan laju pertumbuhan nilai impor hortikutura mencapai 7,26%/tahun,
yang merupakan andil terbesar dari tanaman obat 171,83%/tahun, florikultura
9,53%/tahun, sayuran 8,29%/tahun dan buah 6,78%/tahun. Secara umum
selama 5 tahun terakhir, neraca perdagangan atau necara ekspor-impor produk
hortikultura menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang positif, artinya
terjadi peningkatan surplus neraca perdagangan, sebesar 7,55%/tahun. Namun
jika ditinjau berdasarkan komoditas, komoditas tanaman obat menujukkan laju
penurunan (defisit perdagangan) sebesar 67,88%/tahun, sedangkan untuk
komoditas lain menunjukkan surplus neraca perdagangan dengan laju
pertumbuhan sebesar 61,83%/tahun (florikultura), 9,61%/tahun (sayuran) dan
6,99%/tahun (buah).
Penurunan laju (defisit perdagangan) yang sangat besar pada tanaman obat
disebabkan karena menurunnya jumlah produksi dan luas panen di dalam
negeri. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas bahwa pada tahun 2011 dan 2014
terjadi penurunan nilai selisih ekspor-impor yang cukup signifikan. Penyebab
penurunan selisih nilai ekspor-impor pada tahun 2011 dan 2014 tersebut
adalah mewabahnya penyakit busuk rimpang sehingga banyak tanaman mati
dan puso. Disamping itu dengan kelangkaan produk dipasaran dan harga
menjadi naik, maka petani melakukan panen muda sehingga mutu rimpang
yang dihasilkan menjadi rendah, sehingga tidak bisa diterima oleh industri.
Industri pada akhirnya mengimpor bahan baku dari luar negeri.
xvii
4. Perkembangan Hortikultura di Indonesia
xviii
semakin bertambah akibat meningkatnya permintaan di dalam negeri sebagai
dampak dari peningkatan penduduk, pendapatan per kapita, dan pola hidup.
Permintaan di luar negeri terhadap komoditas khas tropis, seperti mangga, durian,
manggis, jambu, kol, kembang kol juga terus meningkat. Menurut data
Departemen Pertanian dan BPS yang dicatat oleh FAO, produksi hortikultura,
khususnya sayuran selama periode 1984-1988 menunjukkan peningkatan sebesar
9,5% per tahun, walaupun luas panennya relatif menurun. Produksi buah-buahan
berfluktuasi namun secara rata-rata meningkat sebesar 9% per tahun.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada pertengahan 1998 terjadi krisis
moneter, yang berakibat naiknya harga sembilan bahan pokok (sembako). Akibat
dari keadaan ini maka pendapatan masyarakat terbatas hanya digunakan pada
pemenuhan sembako saja. Produk hortikultura kurang mendapat sambutan dari
masyarakat, kalaupun ada masyarakat yang memerlukan hortikultura, lebih sering
yang berupa sayuran. Buah dan tanaman hias kebanyakan dikonsumsi oleh
golongan masyarakat menengah ke atas, ataupun mereka yang hanya sekadar hobi
saja sehingga jumlahnya masih sangat terbatas. Hal inilah yang menyebabkan
hortikultura belum begitu berkembang, khususnya di Indonesia. Selain itu, bila
masyarakat golongan bawah ingin mengkonsumsi buah-buahan maka akan
mencari jenis buah yang ada di sekitar kebun. Bila mereka membelinya, harganya
cukup mahal karena buah yang beredar di pasaran kebanyakan merupakan hasil
impor. Hal inilah yang menyebabkan selain hortikultura tidak berkembang, juga
banyak pebisnis lebih memilih bergerak di bidang importir dengan memanfaatkan
peluang ini dibanding pengusahaan hortikultura itu sendiri.
Di sisi lain ada hal yang menjanjikan, masyarakat yang terkena PHK,
sebagian atau bahkan banyak yang beralih profesi untuk berwiraswasta,
khususnya di bidang agribisnis, dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur. Mudah-
mudahan hal ini akan menyebabkan hortikultura mulai dapat berkembang, lebih
dikenal, dan memasyarakat sehingga buah dalam negeri akan menjadi “tuan
rumah“ di negeri sendiri.
xix
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman
hortikultura, saat ini terdapat 3 (tiga) cara agar produksi tanaman hortikultura
meningkat, yaitu:
1. perluasan area (ekstensifikasi),
2. peningkatan teknologi (intensifikasi),
3. pergantian komoditas (diversifikasi).
Ketiga cara tersebut tercermin dalam lima usaha tani/panca usaha tani
(penggunaan bibit varietas unggul, mengusahakan kultur teknik, proteksi
tanaman, penggunaan pupuk, dan pengairan).
Diharapkan adanya ketiga cara tersebut masyarakat mulai bergairah untuk
menekuni bidang agribisnis. Namun, hingga modul ini selesai ditulis belum
terlihat hasilnya. Tugas Anda sebagai mahasiswa untuk memotivasinya, paling
tidak dimulai dari diri Anda, kemudian keluarganya, dan lingkungan Anda.
Bidang hortikultura merupakan sistem kegiatan ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani akan komoditas sayuran, buah-buahan, dan
tanaman hias. Sistem tersebut mencakup kegiatan pra panen (pembenihan,
penanaman, pemeliharaan), panen, penanganan hasil, pengolahan, dan pemasaran.
Sistem tersebut dalam pengembangannya dituntut keterpaduan antara aspek seni,
ilmu, dan bisnis, untuk menunjang keberhasilannya.
Selain itu, kegiatan penanganan pasca panen yang tepat juga perlu
diperhatikan, karena produk-produk hortikultura selama ini pada umumnya
diusahakan dalam skala usaha kecil, sangat beragam dan terpencar, serta bersifat
mudah rusak, yang menyebabkan usaha di bidang ini memiliki risiko tinggi.
Seperti yang telah disebutkan produk hortikultura mempunyai sifat yang
sangat mudah rusak. Oleh sebab itu, waktu tempuh antara lahan produksi dengan
pasar menjadi, faktor yang amat penting untuk dipertimbangkan. Waktu tempuh
ditentukan oleh jarak aktual dan kondisi prasarana transportasi. Jika prasarana ini
kurang mendukung maka gairah untuk mengembangkan tanaman hortikultura
akan ikut surut. Selain itu, produk hortikultura harus segera dipasarkan dalam
bentuk segar atau diolah menjadi bahan pangan yang lebih tahan simpan. Jenis
usaha yang menggunakan produk hortikultura sebagai bahan baku akan sangat
xx
menunjang perkembangan budidaya tanaman hortikultura (misal: agroindustri).
Usaha ini memerlukan fasilitas yang memadai di sentra-sentra produksi dan di
pusat-pusat pemasaran. Secara terus-menerus perlu diinformasikan kepada petani,
pelaku pasca panen, dan konsumen tentang teknologi pasca panen untuk
mempertahankan mutu buah, sayuran, dan bunga-bungaan. Kesadaran terhadap
mutu hasil ini harus ditanamkan sejak awal, mulai dari pra panen.
Sejalan dengan pengembangan hortikultura, pemerintah telah berupaya
mendorong berkembangnya usaha agribisnis yang diterjemahkan sebagai
peningkatan ragam produk, kuantitas, kualitas manajemen, dan kemampuan untuk
melakukan usaha secara mandiri dan memanfaatkan peluang pasar.
xxi
barang modal dan sumber daya alam untuk menghasilkan produk hortikultura
primer.
3. Subsistem pengolahan (down-stream agribusiness) yaitu industri yang
mengolah komoditas hortikultura primer menjadi produk olahan, baik produk
antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish product). Termasuk di
dalamnya industri makanan dan industri minuman buah-buahan yang berbasis
komoditas hortikultura (sirup, dodol, jam nanas, buah/sayur canning), industri
biofarma, dan industri agro wisata.
4. Subsistem pemasaran, yaitu kegiatan-kegiatan untuk memperlancar
pemasaran komoditas hortikultura, baik segar maupun olahan di dalam dan di luar
negeri. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan distribusi untuk memperlancar arus
komoditas dari sentra produksi ke sentra konsumsi, promosi, informasi pasar,
serta intelijen pasar (market intelligence).
xxii
DAFTAR PUSTAKA
Carpenter P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear. 1975. Plans in the landscape.
W.H. Freeman co., San Fransisco
Ihalauw, Jhon J.O.I, Raharjo, Lianti & Matrutty, Eko S.H.R. 2002. Manajemen
Distribusi dan Logistik. Salatiga : Fakultas Ekonomi, Universitas Satya
Wacana
Ilsan, Mais dkk. 2016. AGRIBISNIS TANAMAN HORTIKULTURA DI
KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH. Jurnal Fakultas
Pertanian Universitas Muslim Indonesia. Vol. 27, No. 2, Desember 2016 :
234.
xxiii