Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN SUMBERDAYA DI BIDANG

PERTANIAN HORTIKULTURA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Ekonomi Dan Sumber
Daya
Dosen pengampu : Drs. Nurhadi M. Si.

Disusun oleh :
Farhan Nashrullah 18405241033
Inayah Nur Aini 18405241012
Shofiyatun 18405241003
Prastiwi Wulandari 18405241037
Meriance M. K Keagop 18505449003

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITASNEGERI YOGYAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidaya-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan Makalah dengan judul
Perkembangan Ekonomi Dan SumberDaya Di Bidang Pertanian Hortikultura
dengan baik. Untuk menyelesaikan makalah ini kami mendapat bantuan dan
kersasama dari berbagi pihak. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Nurhadi M. Si. Selaku dosen pengampu.


2. Teman-teman Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah membantu dalam penyusunan laporan
makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan dan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu kami berharap
kepada berbagai pihak untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, bagi
kami dan umumnya bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Lokasi Strategis Pertanian Hortikultura


B. Distribusi Pertanian Hortikultura
C. Tenaga Kerja Dalam Bidang Pertanian Hortikultura
D. Devisa atau Pendapatan Di Bidang Pertanian Hortikultura
E. Bagimana Perkembangan Pertanian Hortikultura Di Indinesia

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejak dahulu negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mana
sebagian besar penduduknya bekerja didalam sektor pertanian karena
Indonesia memiliki kekayaan alam yang begitu luasnya. Semua negerapun
mengakui itu hingga muncul penjelajahan samudra yang mendatangkan
bangsa barat untuk mencari empah-rempah hingga sampai di Indonesia untuk
kemudian dijual di negara salanya. Namun saat ini, julukan itu seakan
hanyalah sebuah julukan saja dikarenakan negara Indonesia yang dikenal
sebagai negara agraris yang seharusnya mampu memenuhi kebutuhan bahan
pangan bagi masyarakatnya tanpa perlu mengimpor. Namun pada
kenyataannya impor besar-besaran dilakukan degan berbagai alasan. Terlepas
dari hal tak mengenakan tersebut, secara geografis semua mengakui
Indonesia masih layak disebut sebagai negara agraris. Disamping terletak di
garis khatulistiwa , tanah Indonesia yang subur cocok ditanami jenis tanaman
pagan. Hal tersebut mendukung luasnya lahan pertanian di Indonesia.
Pertanian merupakan salah satu sektor basis yang ada di Indonesia ini
disamping sektor industri, sektor peternakan dan sebagainya. Prioritas
pembangunan hampir di seluruh wilayah Indonesia tidak terlepas dari sektor
pertanian. Salah satunya adalah wilayah Kabupaten Cilacap. Fenomena ini
terlihat dimana selama tahun tahun 1999 – 2003, sektor pertanian di
Kabupaten Cilacap awalnya tidak menjadi sektor basis dalam pembangunan
wilayahnya, sub sektor pertanian yang menjadi basis yaitu sub sektor
kehutanan, sedangkan sub sektor tanaman bahan pangan, sub sektor
peternakan, sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan merupakan
sektor non basis dalam pembangunan wilayah di kabupaten Cilacap (Ropingi
dkk, 2009). Salah satu sub dalam sektor pertanian yaitu pertanian
hortikultura. Pertanian hortikultura merupakan pertanian yang mencangkup
pertanian perkebunan kebih tepatnya. Contoh dari pertanian horikultura yaitu

iv
vabai,jagung, ketela, pisang,manggis, jati dan lain sebagainya. Pertanian
hortikultura ini memiliki perang penting dalam pembangunan ekonom dan
sumberdaya.
B. Rumusan masalah
1. Dimana saja letak pertanian hortikultura?
2. Bagaiaman analisis letak tersebut?
3. Bagaimana tenaga kerja di sektor pertanian hortikultura?
4. Bagaimana pendapatan dari sektor pertanian hortikultura?
5. Bagaimana persebaran pertanian hortikultura di Indonesia?

v
BAB II
PEMBAHASAN

1. LOKASI HORTIKULTURA

Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam


pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Pengembangan agribisnis
komoditi hortikultura banyak diusahakan saat ini didukung oleh keadaan
geografis Indonesia yang sangat menguntungkan, seperti kondisi lahan yang
subur, klimatologi yang baik, serta ketersediaan air yang memadai. Peranan
hortikultura tentunya sangat berarti dalam penyerapan tenaga kerja khususnya di
daerah pedesaan.
Produk hortikultura terdiri dari jenis tanaman buah-buahan, sayuran,
tanaman hias, tanaman obat. Menurut Studi Penawaran dan Permintaan
Komoditas Unggulan Hortikultura dalam Khairina (2006), komoditas hortikultura
paling sedikit memiliki tiga peranan yang cukup penting dalam perekonomian
Indonesia, yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat, sebagai bahan pangan
masyarakat khususnya sumber vitamin (buah-buahan), mineral (sayuran) dan
bumbu masak, dan sebagai sumber devisa negara non migas. Salah satu sumber
pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor
pertanian adalah hortikultura. Pengembangan agribisnis komoditi hortikultura
banyak diusahakan saat ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang
sangat menguntungkan, seperti kondisi lahan yang subur, klimatologi yang baik,
serta ketersediaan air yang memadai. Peranan hortikultura tentunya sangat berarti
dalam penyerapan tenaga kerja khususnya di daerah pedesaan.
Menurut Undang-Undang Nomor13 tahun 2010 tentang Hortikultura
bahwa Kawasan hortikultura adalah hamparan sebaran usaha hortikultura yang
disatukan oleh faktor pengikat tertentu, baikfaktor alamiah, sosial budaya,
maupun faktor infrastruktur fisik buatan.Definisi tersebut dijabarkan lebih lanjut
oleh Ditjen Hortikultura sebagai berikut: kawasan agribisnis hortikultura ialah
suatu ruang geografis yang mempunyai keserupaan ekosistem dan disatukan oleh
fasilitas infrastruktur yang sama sehingga membentuk kawasan yang berisi

vi
berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura termasuk penyediaan sarana
produksi, budidaya, penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran,serta
berbagai kegiatan pendukungnya.
Ruang Lingkup Hortikultura termasuk dalam ilmu Agronomi (bercocok
tanam umum) Hortikultura berasal dari kata Hortos : yang berarti Kebun dan
Colere : yang berarti mengusahakan (budidaya), jadi Hortikultura merupakan
penguasaan khusus meliputi tanaman sayur – sayuran, tanaman hias, dan tanaman
buah – buahan yang meliputi aspek ; cara bercocok tanam, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit.
Tanaman hias dan bunga potong telah berkembang sejak 1983 di daerah
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Timur, Yang terdiri dari
bunga potong, tanaman hias pot, tanaman hias pohon, anggrek, anyelir, mawar,
krisan, gladiol, dan lain sebagainya. Tanaman sayuran memegang peranan,
penting namun dilihat dari peningkatan eksportnya peranan buah – buahan cukup
besar. Sedangkan bunga potong dan tanaman hias terutama dihasilkan pada
daerah dataran tinggi kecuali jenis Anggrek dapat dibudidayakan di dataran
rendah.
Aspek ketersediaan lahan tanaman sayursayuran dan tanaman buah-
buahan mementingkan lahan yang luas dan tersedia, sedangkan pada tanaman
biofarmaka dan tanaman hias tidak memprioritaskan ketersediaan lahan. Prioritas
penanaman tanaman biofarmaka dan tanaman hias menurut persepsi pakar dapat
dilakukan di dalam pot. Aspek ketenagakerjaan memerlukan distribusi yang tinggi
untuk tanaman sayuran dan buah-buahan, daripada tanaman biofarmaka dan
tanaman hias. Aspek spesifik lokasi merupakan priotitas pada tanaman
biofarmaka dan tanaman hias. Hal ini berhubungan dengan tanaman yang
termasuk endemik dan merupakan biodiversitas alami dari desa atau daerah
tertentu sehingga dapat bernilai jual.
Dengan identifikasi tanaman baik secara fisik maupun hortikultura, pemilihan
dan penepatan tanaman hias akan menjadi lebih tepat dan sesuai, sesuai dengan kedua
karakter tersebut. Pengelolaan tanaman menjadi lebih mudah karena pemilihan tanaman
yang tepat, serta fungsi tanaman akan menjadi lebih optimal

vii
Perbedaan ketinggian suatu tempat akan berdampak pada iklim yang
berbeda. Daerah dataran rendah memiliki suhu yang tinggi dan kelembaban udara
yang rendah. Tanaman yang membutuhkan suhu tinggi dan kelembaban rendah
akan tumbuh baik di dataran rendah. Di daerah yang lebih tinggi, yaitu dataran
medium suhunya lebih rendah dan kelembaban udaranya lebih tinggi. Tanaman
yang membutuhkan suhu sedang dan kelembaban udara sedang akan tumbuh baik
di dataran medium. Perbedaan iklim yang diakibatkan ketinggian tempat tersebut
akan mempengaruhi tanaman yang ditanam di taman rumah baik dari segi
pemilihan jenis tanamannya maupun penataannya. Fungsi tanaman hias yaitu
visual control (pengontrol pengelihatan), physical barriers (pembatas fisik),
climate control (pengontrol iklim mikro), erosion control (pengontrol erosi),
wildlife habitat (habitat kehidupan satwa), dan aesthetic values (nilai estetika/
keindahan).
Sebagai produk hortikultura, secara keseluruhan tanaman buah-buahan,
tanaman sayuran, dan tanaman hias dapat ditemukan mulai dari ketinggian nol
sampai lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Dengan melihat areal ini
makadi Indonesia hampir seluruh wilayah dapat diusahakan tanaman hortikultura
tersebut. Tetapi kenyataannya, kita hanya memilih ketinggian (elevasi),
kesuburan, dan varietas yang sesuai, serta baik pemasarannya, yang akan
dibudidayakan.
Sayuran yang ditanam di dataran rendah (di bawah 700 m dpl) terutama
adalah cabe, bawang merah, ketimun, kacang panjang, sedangkan di dataran
tinggi (di atas 700 m dpl), antara lain kubis/kol, kentang, wortel, tomat, dan
bawang daun. Sentra sayuran di daerah dataran tinggi, terutama di Sumatera
Utara, Jawa Barat (Bogor dan Bandung), Jawa Tengah (Wonosobo), dan Jawa
Timur (Malang). Sekitar 60% sayuran diproduksi di Sumatera dengan kontinuitas
produksi sepanjang tahun.
Tanaman hias pohon secara hortikultura yang cocok tumbuh di daerah
dataran medium adalah kerai payung (Filicium decipiens) dan pohon klengkeng
(Nephelium longanum). Tanaman glodogan tiang (Polyalthia longifolia)dapat
beradaptasi dengan baik di dataran medium maupun rendah. Tanaman mangga

viii
lebih sesuai jika di tanam di daerah dataran rendah. Tanaman hias lainnya yang
secara hortikultura cocok tumbuh di dataran rendah adalah palem merah
(Cyrtostachys lakka), palem hijau (Ptychosprema macarthurii), palem alexander
(Veitchia merilii), dan palem botol (Mascarena lagenicaulis ).
Tanaman hias semak yang secara hortikultura cocok ditanam di dataran
medium adalah suplir (Adiatum sp.), aglonema (Aglonema sp), kuping gajah
(Anthurium crystallinum), gelombang cinta (Anthurium sp), begonia (Begonia
sp.), sansivera (Sansivera sp), dan zamiacurcas (Zamiacurcas sp). Tanaman hias
semak yang secara hortikultura cocok ditanam di dataran rendah adalah adnium
(Adenium sp.), sikas (Cycas revolta), euphorbia (Euphorbia mili), simbang darah
(Iresine herbstii), soka (Ixora coccinea), irish (Neomarica longifolia), dan
peperomia (Peperomia scandes).
Sedangkan tanaman lainnya dapat tumbuh atau mempunyai kemampuan
beradaptasi baik di dataran medium maupun di dataran rendah, yaitu kuping gajah
(Anthurium crystallinum), gelombang cinta (Anthurium sp), siklok (Agave
attenuate), jengger ayam (Celosia sp.), bambu mini (Dracaena surculosa),
drasena (Dracaena sanderiana), lengkuas merah (Alpinia purpurata), dan bunga
kertas (Zinnia elegans). Tanaman hias penutup tanah yang secara hortikultura
cocok ditanam di dataran medium adalah asparagus (Asparagus sp.). Tanaman
hias penutup tanah yang secara hortikultura cocok ditanam di dataran rendah
adalah spider lily (Hymenocallis speciosa), sedangkan tanaman lily (Carex
morrowii) tanaman yang mudah beradaptasi baik di dataran medium maupun
dataran rendah. Oleh karena itu, banyak ditemui tanaman lily baik di dataran
medium maupun dataran rendah.
Fungsi tanaman hias pohon yang dominan adalah pengontrol radiasi
matahari berdasarkan pengamatan terdapat pada seluruh tanaman, terutama yang
mempunyai bentuk tajuk bulat atau melebar. Bentuk tajuk yang bulat ada pada
tanaman klengkeng dan mangga. Sedangkan bentuk tajuk melebar ada pada
tanaman palem merah, palem botol, palem hijau, dan palem alexander. Fungsi
pengontrol aliran angin berdasarkan pengamatan terdapat pada tanaman yang
memiliki ukuran yang tinggi namun masa daun yang sedang atau jarang sehingga,

ix
keberadaannya dapat mengatur aliran angin, membelah, atau memecah aliran
angin yang melewatinya sehingga angin yang berhembus ke rumah atau ke dalam
rumah tidak terlalu kencang. Tanaman tersebut adalah palem merah, glodogan
tiang, palem hijau, dan palem alexander.

2. DISTRIBUSI HOLTIKULTURA

Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan terlepas dari masalah penyaluran
barang yang dihasilkan stau barang yang akan di jual ke masyarakat. Para produsen
berhak menentukan kebijaksanaan distribusi yang akan dipilih dan di sesuaikan dengan
jenis barang serta luasnya armada penjualan yang akan digunakan.

Distribusi juga sering dikenal sebagai bagian dari pemasaran. Dimana


pemasaran juga diartikan sebagai proses distribusi. Saluran distribusi pada
dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan
konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu ;
Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek
pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan
tersebut.

Saluran distribusi dikemukakan oleh 2 ( dua ) orang ahli, yaitu :


1. Menurut Winardi (1989) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai
berikut : “saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan
erat satu sama lain an yang menyalurkan produk – produk kepada pembeli.”
2. Philip Kotler (1997) mengemukakan bahwa : “saluran distribusi adalah serangkaian
organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu
barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.”
Salah satu distribusi barang adalah distribusi hasil-hasil pertanian yang
berupa hasil tanaman hortikultura. Hortikultura, dalam bahasa asing horticulture,
gartenbau atau tainbouw, meliputi tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan
bunga-bungaan. Merupakan suatu bagian dari pertanian umum, yang hasilnya
kebanyakan tidak tahan lama, namun dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar.
Hasil hortikultura merupakan barang pasaran sehari-hari, berbeda dengan hasil

x
pertanian yang lain yang merupakan barang pasar timbunan, yang dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama.
Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman
hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai
usaha agribisnis. Pengelolaan usaha tani hortikultura secara agribisnis dapat
meningkatkan pendapatan petani dengan skala usaha yang kecil, karena nilai
ekonomi komoditas hortikuktura ysng tinggi. Produk holtikultura terbesar adalah
buah-buahan diikuti sayuran dan tanaman hias. Pada tahun 2004 produksi buah-
buahan utama saja mencapau 9,1 juta ton diikuti sayuran 3,6 juta ton dan tanaman
biormaka sebesar 92,6 ribu ton. Sementara itu, produksi tanaman hias utama yang
terdiri dari anggrek, gladiol, dan krisan sebesar 52,4 juta tangkai. Komoditas
holtikultura oada umumnya ditanam sebagai tanaman sela, tanaman pekarangan,
dan kebun. Seiring dengan nilai komersialnya yang tinggi, terutama sayuran dan
tanman hias banyak dikembangkan melalui budidaya hidroponik.
Tujuan saluran distribusi adalah untuk mencapai pasar tertentu. Jadi pasar
merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran distribusi. Saluran melaksanakan
dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan
produk dan mendistribusikannya. Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari
berbagai keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan pada pasar. Jadi
barang atau jasa merupakan sebagian dari penggolongan produk yang
menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan produk yang dapat memberikan
kepuasan kepada pasar dan mempunyai tingkat harga tentu.
Kegiatan distribusi, secara ekonomis, merupakan suatu kegiatan ekonomi
yang berupaya menambah manfaat atau nilai guna suatu barang melalui proses
pemindahan tempat dan pengaturan waktu. Melalui kegiatan inilah suatu produk
akan disalurkan pada tempat dan waktu yang tepat.
Distribusi fisik merupakan aspek penting kedua dalam rangka menjadikan
suatu produk tersedia bagi konsumen dalam jumlah, waktu, dan tempat yang
tepat. Dalam hubungan itu, Dewan Manajemen Distribusi Fisik Nasional Amerika
Serikat mendefinisikan distribusi fisik sebagai berikut : “ Suatu rangkaian
aktivitas yang luas mengenai pemindahan barang jadi secara efisien dari akhir

xi
batas produksi kepara konsumen, serta didalam beberapa hal mencakup
pemindahan bahan mentah dari suatu pembekal keawal batas produksi
Cara memperdagangkan tanaman hortikultur sedikit berbeda dengan hasil
pertanian yang lain, pada hasil holtikultura, dalam pendistribusiannya atau
perdagangannya yang paling diutamakan adalah kesegarannya. Negara Amerika
dan Eropa, perkebunan ini merupakan sumber devisa yang sangat penting dan
diusahakan dengan modal yang besar, di Negara Belanda tak segan-segan
mengeluarkan uang berjuta-juta untuk membuat rumah-rumah kaca, yang luarnya
berpuluh-puluh hektar untuk tempat menanam tanaman hortikultura. Sedangkan
di Indonesia sendiri tanaman hortikultura mempunyai aspek social maupun
ekonomi, karenanya terdapat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk pekarangan
dan dalam bentuk penanaman khusus
Cara distribusi yang digunakan pada hasil tanaman hortikultura sangat
berpengaruh dalam perkembangan pemasaran hasilnya kepada konsumen, jadi
sebelum melakukan distribusi maka para produsen harus benar-benar mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh para konsumen. Kegiatan distribusi pada hasil tanaman
hortikultura keadaan barang biasanya harus dalam keadaan segar, karena barang
tersebut langsung dikonsumsi oleh para konsumen.
Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura jarang sekali ada pedagang
perantara, karena sifat barangnya yang sangat mudah rusak dan juga gampang
layu, maka pada umumnya para petani langsung bertindak sebagai pedagang.
Namun untuk beberapa tanaman tertentu ada juga yang mejadi pedagang
perantara, ini biasanya dilakukan oleh pedagang besar dan juga pengecer yang
langsung membeli dari para petani.
Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura, maka yang berperan sebagai
ager penunjang adalah petani, dimana para petani dapat langsung mengangkut
barang sendiri dari lahan ke pasar dan dapat langsung dijual kepada pedagang
perantara maupun kepada konsumen secara langsung.
Tipe saluran konsumen yang terjadi didistribusi hasil tanaman hortikultura
ialah sebagai berikut :
Saluran 1 : Petani → Konsumen

xii
Saluran 2 : Petani → Pedagang Pengecer → Konsumen
Faktor-faktor yang dipertimbangkan didalam memilih saluran distribusi
adalah :
1) Jenis hasil tanaman yang dipasarkan
2) Petaninya
3) Pasar sasarannya.
Jenis distribusi yang digunakan dalam hal ini adalah jenis distribusi yang
langsung dan juga distribusi tidak langsung. Distribusi langsung, para petani
langsung menjual barangnya kepada para konsumen. Sedangkan distribusi semi
langsung, para petani menjual barang hasil tanaman hortikulturanya melalui para
pedagang pengecer.
Dalam kegiatan distribusi ada yang disebut dengan distribusi fisik. Maka
dalam kegiatan distribusi hasil tanaman hortikultura ini distribusi fisik yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi dan penyimpanan barang, biasanya dilakukan apabila barang
tersebut akan diekspor atau dikirim ke beberapa kota terdekat yang ada disekitar
daerah produksi. Contohnya adalah kentang diekspor ke Malaysia, Singapura,
Brunei, USA. Tomat diekspor ke Malaysia dan Singapura. Kubis diekspor ke
Malaisya, Singapura, Jepang, Taiwan dan Pakistan. Kubis bunga ke Malaysia,
Singapura dan Hongkong. Wortel ke Malaysia, Singapura, Pakistan dan Hongkong.
Buncis ke Malaysia, Singapura, Hongkong dan Jepang. Arcis ke Malaysia dan seledri
ke Malaysia dan Singapura. Tanaman-tanaman tersebut dapat diekspor karena daya
tahannya yang cukup lama dibanding dengan tanaman hortikultura yang lainnya.
2. Sistem penanganan barang, pengemasan yang dilakukan harus sangat hati-hati
karena barang-barang hasil tanaman hortikultura sangat gampang rusak.
Teurutama pengemasan barang-barang yang akan diekspor keluar negeri harus
dengan sangat hati-hati, karena ini sangat menyangkut kepeceyaan pikah luar
terhadap barang yang akan kita ekspor dan juga menyangkut pemasukan devisa
Negara tentunya. Pengemasan barang ini biasanya dilakukan dengan peti kemas
yang terbuat dari kayu, logam dan lain-lain.

xiii
3. Pemilihan metode pengangkutan, biasanya yang sangat berpengaruh adalah jarak
dari lahan ke pasar atau daerah penjualan.
3. KONSTRIBUSI PERTANIAN HOLTIKULTURA DALAM SEGI
PENDAPATAN DAN KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

Sub-sektor hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor


pertanian maupun perekonomian nasional yang dapat dilihat dari nilai Produk
Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber
pendapatan dari sub sektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat (Direktorat Jenderal Hortikultura 2012). Produk
hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, tanaman buahbuahan, tanaman obat,
dan tanaman hias mempunyai kontribusi yang besar terhadap manusia dan
lingkungan. Dari ketiga jenis produk hortikultura, sayuran memiliki manfaat yang
besar bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai sumber pangan dan gizi,
pendapatan keluarga, dan pendapatan negara. (Ashari, 1995). Tanaman sayuran
merupakan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berperan
penting dalam pemenuhan berbagai kebutuhan keluarga petani. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan beberapa fenomena diantaranya adalah tanaman sayur-
sayuran berumur relatif pendek sehingga dapat cepat menghasilkan, dapat
diusahakan dengan mudah hanya menggunakan teknologi sederhana, dan hasil
produksi sayur-sayuran dapat cepat terserap pasar karena merupakan salah satu
komponen susunan menu keluarga yang tidak dapat ditinggalkan. Itulah sebabnya
para petani di perdesaan lebih terdorong dalam menjatuhkan pilihan
mengusahakan tanaman sayuran sebagai strategi untuk dapat bertahan hidup.
Pardede (2013) menyatakan bahwa keuntungan bertanam hortikultura diantaranya
pendapatan setiap satuan luas lahan bisa mencapai 120 kali bertanam padi.
Kondisi di Indonesia, padi dengan luas panen 13.4 juta hektar memberikan
kontribusi terhadap PDB sebesar 2.5 persen, sedangkan hortikultura dengan luas
panen 1.8 juta hektar memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 1.5 persen.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2009-2013), subsektor hortikultura
telah tumbuh panen, ketersediaan benih, dan sebagainya. Keragaan pembangunan

xiv
tersebut dapat disajikan sebagai berikut menjadi salah satu sumber pertumbuhan
kekuatan ekonomi baru sebagai penggerak ekonomi di pedesaan dan perkotaan.
Saat ini peran subsektor hortikultura cukup signifikan dalam pembangunan
ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh beberapa indikator, antara lain :
Sumbangan Sub sektor hortikultura dalam Perekonomian Nasional secara makro
seperti PDB, tenaga kerja, neraca perdagangan, NTP, dan lain-lain maupun secara
mikro seperti produksi, luas tanam/luas:
Sumbangan Holtikultura

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator ekonomi


makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi hortikultura terhadap
pendapatan nasional. Data PDB Pertanian Tanaman Bahan Makanan meliputi
pertanian hortikultura buah, pertanian hortikultura sayuran dan pertanian
tanaman bahan makanan lainnya (padi dan palawija) tersedia sampai tahun
2012. Sejauh ini kontribusi pertanian hortikultura (buah dan Sayuran) pada
PDB cenderung meningkat. Pada tahun 2009 PDB pertanian hortikultura buah
sebesar Rp 132,01 triliun dan meningkat menjadi Rp 153,69 triliun pada
tahun 2014, dengan laju peningkatan sebesar 5,63 % sedangkan PDB
pertanian hortikultura sayuran meningkat dari tahun 2009 sebesar 56,82 triliun
menjadi 73,78 triliun dengan laju peningkatan sebesar 9,86% . Ditinjau dari
rata-rata laju pertumbuhan PDB, kelompok pertanian bahan makanan lainnya
(padi dan palawija) memberikan kontribusi tertinggi terhadap laju
pertumbuhan PDB yaitu 14,78%, diikuti oleh Sayuran sebesar 6,77 % dan
buah sebesar 5,63%.

2. Tenaga Kerja

Pengembangan hortikultura di Indonesia diharapkan dapat menyerap tenaga


kerja sehingga dapat membantu dalam mengurangi angka pengangguran di
Indonesia. Salah contoh pengembangan hortikultura adalah pengembangan
kawasan hortikultura, dimana dalam pengembangan kawasan tersebut

xv
dibutuhkan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak mulai dari tenaga
pembukaan lahan, penanaman hingga kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya.
Data jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub sektor hortikultura tahun 2010
adalah sebesar 3.899.921 orang dan pada tahun 2014 diperkirakan mengalami
penurunan menjadi 3.056.057 orang. Selama kurun waktu tersebut, terlihat
adanya kecenderungan penurunan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub
sektor hortikultura. . Terjadinya penurunan ini sebagai konsekuensi makin
beragamnya pilihan profesi pekerjaan dan juga dipicu karena makin tidak
sebandingnya usaha produksi hortikultura yang ada di pedesaan maupun di
sentra-sentra kawasan produksi hortikultura yang eksisting saat ini dengan
jumlah tenaga kerja yang tersedia.

3. Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor adalah perbandingan antara


nilai ekspor dan impor suatu negara pada periode tertentu yang diukur
menggunakan mata uang yang berlaku. Necara perdagangan atau necara
ekspor-impor dikatakan positif apabila nilai ekspor lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai impor dan sebaliknya dikatakan negatif apabila
nilai ekspor lebih rendah dari nilai impor. Selama kurun waktu 5 tahun
terakhir laju pertumbuhan volume ekspor hortikultura menunjukkan nilai
positif yaitu sebesar 2,69%/tahun, yang merupakan sumbangan dari laju
pertumbuhan komoditas tanaman obat 74,73%/tahun, florikultura
25,96%/tahun, sayuran 7,39%/tahun dan buah 1,74%/tahun. Sedangkan laju
pertumbuhan volume impor hortikutura mencapai 6,33%/tahun, yang
merupakan andil dari beberapa komoditas seperti tanaman obat
225,46%/tahun, sayuran 7,67%/tahun dan buah 5,39% kecuali florikultura
yang menunjukkan laju pertumbuhan yang negatif. Dengan laju pertumbuhan
yang negatif tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan laju impor
selama kurun 5 tahun terakhir sebesar 9,66%. Neraca volume perdagangan
produk hortikultura menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan sebesar
7,76%/tahun. Kontribusi laju peningkatan rata-rata pertumbuhan dihasilkan

xvi
oleh sayuran sebesar 8,58%/tahun. Sedangkan laju penurunan pertumbuhan
terjadi pada beberapa komoditas seperti tanaman obat 127,42%, florikultura
34,07% dan buah 25,20%.
Laju pertumbuhan nilai ekspor hortikultura selama 5 tahun terakhir
menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 6,57%/tahun, yang merupakan
sumbangan dari laju pertumbuhan nilai ekspor dari florikultura 29,64%/tahun,
buah 7,18%/tahun, sayuran 7,16%/tahun dan tanaman obat 6,00%/tahun.
Sedangkan laju pertumbuhan nilai impor hortikutura mencapai 7,26%/tahun,
yang merupakan andil terbesar dari tanaman obat 171,83%/tahun, florikultura
9,53%/tahun, sayuran 8,29%/tahun dan buah 6,78%/tahun. Secara umum
selama 5 tahun terakhir, neraca perdagangan atau necara ekspor-impor produk
hortikultura menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang positif, artinya
terjadi peningkatan surplus neraca perdagangan, sebesar 7,55%/tahun. Namun
jika ditinjau berdasarkan komoditas, komoditas tanaman obat menujukkan laju
penurunan (defisit perdagangan) sebesar 67,88%/tahun, sedangkan untuk
komoditas lain menunjukkan surplus neraca perdagangan dengan laju
pertumbuhan sebesar 61,83%/tahun (florikultura), 9,61%/tahun (sayuran) dan
6,99%/tahun (buah).

Penurunan laju (defisit perdagangan) yang sangat besar pada tanaman obat
disebabkan karena menurunnya jumlah produksi dan luas panen di dalam
negeri. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas bahwa pada tahun 2011 dan 2014
terjadi penurunan nilai selisih ekspor-impor yang cukup signifikan. Penyebab
penurunan selisih nilai ekspor-impor pada tahun 2011 dan 2014 tersebut
adalah mewabahnya penyakit busuk rimpang sehingga banyak tanaman mati
dan puso. Disamping itu dengan kelangkaan produk dipasaran dan harga
menjadi naik, maka petani melakukan panen muda sehingga mutu rimpang
yang dihasilkan menjadi rendah, sehingga tidak bisa diterima oleh industri.
Industri pada akhirnya mengimpor bahan baku dari luar negeri.

xvii
4. Perkembangan Hortikultura di Indonesia

Salah satu alasan disebabkan karena hortikultura memerlukan penanganan


yang serius, modal besar, dan juga merupakan usaha yang berisiko tinggi
sehingga menyebabkan masyarakat kurang suka bergerak di bidang ini. Banyak
pebisnis lebih menyukai jenis usaha yang tidak berisiko tinggi, tetapi
menghasilkan keuntungan yang besar. Di samping itu, petani kurang bergairah
dalam membudidayakan komoditas pertanian ini, disebabkan harga produk
hortikultura yang rendah. Harga yang sangat berfluktuasi juga memperbesar risiko
rugi bagi petani. Petani di negara berkembang termasuk Indonesia, umumnya
lebih mengutamakan kepastian keuntungan walaupun kecil daripada peluang
untung besar, tetapi dengan risiko tinggi.
Usaha pengembangan hortikultura akhir-akhir ini, mendapat perhatian
yang lebih serius untuk menunjang program pembangunan perekonomian negara.
Sebagai konsekuensi dari adanya peningkatan pendapatan, penambahan
penduduk, meningkatnya kesadaran gizi masyarakat, permintaan akan buah-
buahan, sayuran, tanaman hias menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Di
Jakarta saja tingkat konsumsi buah-buahan per kapita/tahun pada tahun 1989
mencapai 22,92 kg, sedangkan sayuran mencapai 44,61 kg. Angka ini masih di
bawah rekomendasi FAO yang menargetkan kecukupan rata-rata per kapita
sebesar 60 kg/kapita/tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan akan
sayuran lebih tinggi, bila dibandingkan dengan buah-buahan. Secara nasional
telah terjadi kecenderungan perubahan pola konsumsi yang semula berorientasi
pada karbohidrat tinggi, menjadi berimbang komposisinya dengan penambahan
protein, mineral, dan vitamin. Hal ini terlihat dari menurunnya pengeluaran per
kapita sebulan untuk padi-padian dari 34,5% (tahun 1980) menjadi 27,2% (tahun
1987) yang dihitung dari total pengeluaran untuk makanan.
Komoditas hortikultura, yaitu buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias
mempunyai peranan yang semakin penting dalam perekonomian karena
permintaan yang meningkat baik di dalam/luar negeri. Statistik menunjukkan
bahwa walaupun produksi di dalam negeri meningkat, volume impor ternyata

xviii
semakin bertambah akibat meningkatnya permintaan di dalam negeri sebagai
dampak dari peningkatan penduduk, pendapatan per kapita, dan pola hidup.
Permintaan di luar negeri terhadap komoditas khas tropis, seperti mangga, durian,
manggis, jambu, kol, kembang kol juga terus meningkat. Menurut data
Departemen Pertanian dan BPS yang dicatat oleh FAO, produksi hortikultura,
khususnya sayuran selama periode 1984-1988 menunjukkan peningkatan sebesar
9,5% per tahun, walaupun luas panennya relatif menurun. Produksi buah-buahan
berfluktuasi namun secara rata-rata meningkat sebesar 9% per tahun.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada pertengahan 1998 terjadi krisis
moneter, yang berakibat naiknya harga sembilan bahan pokok (sembako). Akibat
dari keadaan ini maka pendapatan masyarakat terbatas hanya digunakan pada
pemenuhan sembako saja. Produk hortikultura kurang mendapat sambutan dari
masyarakat, kalaupun ada masyarakat yang memerlukan hortikultura, lebih sering
yang berupa sayuran. Buah dan tanaman hias kebanyakan dikonsumsi oleh
golongan masyarakat menengah ke atas, ataupun mereka yang hanya sekadar hobi
saja sehingga jumlahnya masih sangat terbatas. Hal inilah yang menyebabkan
hortikultura belum begitu berkembang, khususnya di Indonesia. Selain itu, bila
masyarakat golongan bawah ingin mengkonsumsi buah-buahan maka akan
mencari jenis buah yang ada di sekitar kebun. Bila mereka membelinya, harganya
cukup mahal karena buah yang beredar di pasaran kebanyakan merupakan hasil
impor. Hal inilah yang menyebabkan selain hortikultura tidak berkembang, juga
banyak pebisnis lebih memilih bergerak di bidang importir dengan memanfaatkan
peluang ini dibanding pengusahaan hortikultura itu sendiri.
Di sisi lain ada hal yang menjanjikan, masyarakat yang terkena PHK,
sebagian atau bahkan banyak yang beralih profesi untuk berwiraswasta,
khususnya di bidang agribisnis, dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur. Mudah-
mudahan hal ini akan menyebabkan hortikultura mulai dapat berkembang, lebih
dikenal, dan memasyarakat sehingga buah dalam negeri akan menjadi “tuan
rumah“ di negeri sendiri.

xix
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman
hortikultura, saat ini terdapat 3 (tiga) cara agar produksi tanaman hortikultura
meningkat, yaitu:
1. perluasan area (ekstensifikasi),
2. peningkatan teknologi (intensifikasi),
3. pergantian komoditas (diversifikasi).
Ketiga cara tersebut tercermin dalam lima usaha tani/panca usaha tani
(penggunaan bibit varietas unggul, mengusahakan kultur teknik, proteksi
tanaman, penggunaan pupuk, dan pengairan).
Diharapkan adanya ketiga cara tersebut masyarakat mulai bergairah untuk
menekuni bidang agribisnis. Namun, hingga modul ini selesai ditulis belum
terlihat hasilnya. Tugas Anda sebagai mahasiswa untuk memotivasinya, paling
tidak dimulai dari diri Anda, kemudian keluarganya, dan lingkungan Anda.
Bidang hortikultura merupakan sistem kegiatan ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani akan komoditas sayuran, buah-buahan, dan
tanaman hias. Sistem tersebut mencakup kegiatan pra panen (pembenihan,
penanaman, pemeliharaan), panen, penanganan hasil, pengolahan, dan pemasaran.
Sistem tersebut dalam pengembangannya dituntut keterpaduan antara aspek seni,
ilmu, dan bisnis, untuk menunjang keberhasilannya.
Selain itu, kegiatan penanganan pasca panen yang tepat juga perlu
diperhatikan, karena produk-produk hortikultura selama ini pada umumnya
diusahakan dalam skala usaha kecil, sangat beragam dan terpencar, serta bersifat
mudah rusak, yang menyebabkan usaha di bidang ini memiliki risiko tinggi.
Seperti yang telah disebutkan produk hortikultura mempunyai sifat yang
sangat mudah rusak. Oleh sebab itu, waktu tempuh antara lahan produksi dengan
pasar menjadi, faktor yang amat penting untuk dipertimbangkan. Waktu tempuh
ditentukan oleh jarak aktual dan kondisi prasarana transportasi. Jika prasarana ini
kurang mendukung maka gairah untuk mengembangkan tanaman hortikultura
akan ikut surut. Selain itu, produk hortikultura harus segera dipasarkan dalam
bentuk segar atau diolah menjadi bahan pangan yang lebih tahan simpan. Jenis
usaha yang menggunakan produk hortikultura sebagai bahan baku akan sangat

xx
menunjang perkembangan budidaya tanaman hortikultura (misal: agroindustri).
Usaha ini memerlukan fasilitas yang memadai di sentra-sentra produksi dan di
pusat-pusat pemasaran. Secara terus-menerus perlu diinformasikan kepada petani,
pelaku pasca panen, dan konsumen tentang teknologi pasca panen untuk
mempertahankan mutu buah, sayuran, dan bunga-bungaan. Kesadaran terhadap
mutu hasil ini harus ditanamkan sejak awal, mulai dari pra panen.
Sejalan dengan pengembangan hortikultura, pemerintah telah berupaya
mendorong berkembangnya usaha agribisnis yang diterjemahkan sebagai
peningkatan ragam produk, kuantitas, kualitas manajemen, dan kemampuan untuk
melakukan usaha secara mandiri dan memanfaatkan peluang pasar.

5. SISTEM AGRIBISNIS BERBASIS HORTIKULTURA


Keberhasilan pembangunan ekonomi nasional pada kenyataannya
membawa dampak positif kepada semua sektor pembangunan, antara lain
terjadinya peningkatan pendapatan dan peningkatan pendidikan masyarakat secara
keseluruhan. Kedua perubahan positif ini merupakan proses perubahan yang
menyebabkan adanya pergeseran dalam pola produksi, pola distribusi, dan pola
konsumsi suatu komoditas pertanian, termasuk di antaranya komoditas
hortikultura.
Keberhasilan usaha komoditas hortikultura tersebut perlu terus
dikembangkan melalui sistem agribisnis terpadu yang berkelanjutan.
Pengembangan agribisnis berbasis hortikultura merupakan integrasi yang
komprehensif dari semua komponen agribisnis yang terdiri dari lima subsistem,
yaitu sebagai berikut.
1. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yaitu industri-
industri yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian hortikultura yang
meliputi industri perbenihan/pembibitan, industri agrokimia (pupuk, pestisida),
industri mesin dan peralatan pertanian serta industri pendukungnya.
2. Subsistem usaha tani (on-farm agribusiness) tanaman buah-buahan,
sayuran, dan obat-obatan, yaitu kegiatan produksi yang menggunakan barang-

xxi
barang modal dan sumber daya alam untuk menghasilkan produk hortikultura
primer.
3. Subsistem pengolahan (down-stream agribusiness) yaitu industri yang
mengolah komoditas hortikultura primer menjadi produk olahan, baik produk
antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish product). Termasuk di
dalamnya industri makanan dan industri minuman buah-buahan yang berbasis
komoditas hortikultura (sirup, dodol, jam nanas, buah/sayur canning), industri
biofarma, dan industri agro wisata.
4. Subsistem pemasaran, yaitu kegiatan-kegiatan untuk memperlancar
pemasaran komoditas hortikultura, baik segar maupun olahan di dalam dan di luar
negeri. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan distribusi untuk memperlancar arus
komoditas dari sentra produksi ke sentra konsumsi, promosi, informasi pasar,
serta intelijen pasar (market intelligence).

5. Subsistem jasa, yang menyediakan jasa bagi subsistem agribisnis hulu,


subsistem usahatani dan subsistem agribisnis hilir. Termasuk ke dalam subsistem
ini adalah penelitian dan pengembangan, perkreditan dan asuransi, transportasi
dan dukungan kebijaksanaan pemerintah (mikro ekonomi, tata ruang, makro
ekonomi).

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press. BPS

Carpenter P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear. 1975. Plans in the landscape.
W.H. Freeman co., San Fransisco
Ihalauw, Jhon J.O.I, Raharjo, Lianti & Matrutty, Eko S.H.R. 2002. Manajemen
Distribusi dan Logistik. Salatiga : Fakultas Ekonomi, Universitas Satya
Wacana
Ilsan, Mais dkk. 2016. AGRIBISNIS TANAMAN HORTIKULTURA DI
KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH. Jurnal Fakultas
Pertanian Universitas Muslim Indonesia. Vol. 27, No. 2, Desember 2016 :
234.

Satiadirendja, Soeparma. 1969. Holtikultura. Jakarta : c.v. Yasaguna.


Winarni, Inggit. 2008 . Ruang Lingkup dan Perkembangan Hortikultura. Jakarta:
Universitas Terbuka Jakarta .

xxiii

Anda mungkin juga menyukai