Judul : Erosion Prediction Model using Fractional Vegetation Cover
Nama Penulis : Nursida Arif, Projo Danoedoro, Hartono, Andrew Mulabbi
Tujuan : Paper tersebut meneliti sebuah permodelan untuk membuat model prediksi erosi di DAS Serang, yang terletak di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis
Model Data Yang Digunakan
Model data yang digunakan dalam paper berjudul Erosion Prediction Model using Fractional Vegetation Coveradalah adalah tipe data raster. Data raster adalah data yang menampilkan sisi ruang bumi dalam bentuk pixel (picture element) yang membentuk grid/petak dan dihasilkan dari penginderaan jauh. Jenis data raster yang digunakan adalah lereng diambil dari data Digital Elevation Model (DEM), dan Fractional Vegetation Cover (FVC) dari citra SPOT 5. Digital elevation model (DEM) adalah susunan nilai elevasi dengan jarak teratur yang direferensikan secara horizontal baik ke proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) atau ke sistem koordinat geografis. DEM sering digunakan untuk merujuk pada representasi digital dari permukaan topografi. Fractional Vegetation Cover (FVC) didefinisikan sebagai persentase proyeksi dari total area studi yang bervegetasi (akar, batang dan daun). FVC tidak hanya mencerminkan ukuran area fotosintesis tanaman dan kepadatan pertumbuhan vegetasi tetapi juga mewakili tren pertumbuhan vegetasi sampai batas tertentu. Metode penelitian pemodelan erosi menggunakan dua masukan model yaitu DEM dan FVC dapat menjadi model alternatif dalam prediksi erosi. Data yang digunakan dalam penelitian adalah SPOT 5 (Satelit Pour l’Observation de la Terre). Citra SPOT 5 memiliki resolusi spasial 10 m mode multispektral. Elevasi digital model (DEM) diperoleh dari peta topografi Indoensia skala 1: 25.000). Citra SPOT 5 merupakan contoh unsur spasial raster karena foto digital seperti areal fotografi atau foto satelit merupakan bagian dari data raster pada peta. Pemrosesan data dalam paper menggunakan metode koreksi radiometrik dilakukan hingga tahap koreksi Top of Atmosphere (ToA) dan transformasi NDVI. 1. Kelemahan model data raster a. Ukuran sel menentukan resolusi di mana data direpresentasikan . b. Sangat sulit untuk merepresentasikan fitur linier secara memadai tergantung pada resolusi sel. Karenanya, keterkaitan jaringan sulit untuk dibangun. c. Pemrosesan data atribut terkait mungkin merepotkan jika ada sejumlah besar data. Peta raster secara inheren hanya mencerminkan satu atribut atau karakteristik untuk suatu area. d. Karena sebagian besar data masukan berbentuk vektor, data harus mengalami konversi vektor ke raster. Selain persyaratan pemrosesan yang meningkat, hal ini dapat menyebabkan masalah integritas data karena generalisasi dan pilihan ukuran sel yang tidak sesuai. e. Kebanyakan peta keluaran dari sistem sel grid tidak sesuai dengan kebutuhan kartografi berkualitas tinggi. f. Salah satu kelemahannya adalah terdapat trade-off antara ukuran kumpulan data raster yang dihasilkan dan ketepatan fitur spasial yang dapat direpresentasikan.
2. Keuntungan model data raster
a. Struktur berbasis sel yang sama digunakan untuk mewakili semua tipe fitur, oleh karena itu, semua jenis fitur dapat diperlakukan sama. Struktur seragam ini memungkinkan Anda menggabungkan berbagai fitur geografis dalam satu operasi pemrosesan geografis. b. Lokasi geografis setiap sel diisyaratkan oleh posisinya dalam matriks sel. Dengan demikian selain titik asal misalnya pojok kiri bawah tidak ada koordinat geografis yang disimpan. c. Karena sifat dari teknik penyimpanan data, analisis data biasanya mudah diprogram dan cepat dilakukan. Data raster dapat diproses dengan sangat cepat untuk menjawab pertanyaan yang melibatkan overlay, proximity, dan query boolean. Tidak diperlukan kalkulasi untuk menentukan posisi relatif antar lapisan. d. Sifat inheren peta raster, sangat cocok untuk pemodelan matematika dan analisis kuantitatif. e. Kompatibel dengan gambar penginderaan jauh dan semua gambar hasil pemindaian data spasial.
Mengapa Berbagai Jenis Hewan Di Indonesia Berbeda-Beda, Ada Hewan Asiatis, Peralihan Dan Australis. Khusus Hewan Peralihan Ada Jenis Burung Maleo Dan Kus Kus Apa Keistimewaan Dari Hewan Ini