Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN

MASYARAKAT PETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN

(JURNAL)

Oleh

GITA PURWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Faktor Penyebab Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Petani Kopi
Menjadi Petani Sayuran

Gita Purwati1, Buchori Asyik2, Edy Haryono3


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof Dr Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung
*email : gitapurwati1995@gmail.com Telp : +6281369937837
Received: Jul, 27 th 2018 Accepted: Jul, 27 th 2018 Online Published: Jul, 31 th 2018

The objective of this research wasto find the factors which causing the coffee
farmer communities proceed to vegetables farmers in Tiga Jaya Village, Sekincau
District, West Lampung regency in 2016. The emphasis of this research were on
the number of family dependents, amount of income, area coverage, amount of
agricultural product also the marketing itself.The method used in this research was
descriptive method. Data were collected throughobservation by giving
questionnaires to 94 families of 249 families. Data analysis technique used in this
research was percentage table based on simple frequency. The results of this
research revealedthat: (1) The area of vegetables field narrow (2) The coffee was
slightly produced (3) The price of coffee itself was cheap (4)The coffee has longer
harvesting period (5) The vegetable farmers has higher (6) The high number of
household headings.

Keywords: coffee, farmer, vegetables.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perubahan mata


pencaharian masyarakat petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya
Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.Titik tekan
kajiannya pada tingkat jumlah tanggungan keluarga, jumlah pendapatan, luas
lahan, produksi tanaman, dan pemasaran tanaman sayuran.Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif.Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dengan kuesioner yang diberikan kepada 94 Kepala Keluarga
dari jumlah populasi sebanyak 249 Kepala Keluarga.Teknik analisa data yang
digunakan adalah tabel persentase berdasarkan frekuensi
sederhana.Berdasarkan hasil olah data, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Luas
lahan kepala keluarga petani sayuran sempit (2) Rendahnya hasil produksi kopi
(3) Harga jual kopi yang rendah (4) Jangka waktu panen kopi lebih lama (5)
Pendapatan petani sayuran lebih besar (6) Tingginya jumlah tanggungan
kepala keluarga.
Kata kunci : kopi, petani, sayuran.

Keterangan :
1
Mahasiswa Pendidikan Geografi
2
Dosen Pembimbing 1
3
Dosen Pembimbing 2
PENDAHULUAN penduduk meningkat atau menurun,
munculnya peluang dan aspirasi
Pertanian adalah sejenis proses baru, dan basis sumber daya alam
produksi khusus yang didasarkan memburuk atau membaik. Usaha
atas proses pertumbuhan tanaman terus-menerus dilakukan untuk
dan hewan produksi atau hasil menyesuaikan dengan kondisi yang
pertanian dalam arti luas tergantung baru. Banyak masyarakat pertanian
dari faktor genetik atau varietas yang yang terus bertahan hidup, dan dalam
ditanam, lingkungan termasuk antara beberapa kasus berkembang pesat
lain tanah, iklim, dan teknologi yang dengan mengeksploitasi basis
dipakai. Sedangkan dalam arti sempit sumber daya alam yang telah
terdiri dari varitas tanaman, tanah, dimanfaatkan oleh nenek moyang
iklim, dan faktor-faktor non teknis dari generasi yang satu ke generasi
seperti keterampilan petani, biaya yang lain. Melalui suatu proses
atau sarana produksi, pertanian dan pembaruan dan adaptasi, petani asli
alat-alat yang digunakan (Satari setempat telah mengembangkan
(1999), dalam Tati Nurmala berbagai macam sistem pertanian,
(2013:6). dimana setiap sistem pertanian,
sering disesuaikan dengan
Pertanian di Indonesia mayoritas lingkungan ekologis, ekonomis,
dikerjakan oleh masyarakat yang sosiokultural, dan politis.
berada di pedesaan. Menjadi petani
masyarakat desa bekerja keras untuk Setiap keluarga senantiasa berupaya
memenuhi kebutuhan hidup sehari memenuhi konsumsinya yang
hari. Pada dasarnya, perjuangan beranekaragam dengan cara
masyarakat dipedesaan untuk mem- menyeimbangkan antara pendapatan
pertahankan hidup nya pada pokok- dan pengeluaran hal inilah yang
nya adalah menghasilkan bahan menyebabkan ketidakpuasan
pangan yang cukup bagi keluarga masyarakat dalam mendapatkan
dan mempertahankan kapasitas pendapatan yang hanya setahun
produkti lahannya, sehingga mereka sekali, mereka merubah garapan
bisa terus menghasilkan bahan mereka dengan jenis yang berbeda
pangan bagi keluarga dan masyaraka seperti sayuran.
yang membutuhkan. Agar per-
juangan tersebut bisa berhasil, pe- Dalam memenuhi kebutuhan
ngembangan teknologi dan peng- ekonominya, masyarakat Desa Tiga
gabungan pengetahuan baru selalu Jaya tidak lagi mengandalkan panen
menjadi suatu bagian penting dalam kopi yang hanya setahun sekali.
usaha tani. Kemajuan teknologi Mereka beralih dengan menanam
pertanian juga sangat dibutuhkan lahan yang dimiliki dengan tanaman
untuk mendorong peningkatan hasil sayuran. Diharapkan, dengan
pertanian, baik secara kualitas dan menanam sayuran mereka berfikir
kuantitas. Tidak mengherankan kebutuhan ekonominya bisamenjadi
apabila sistem pertanian terus me- lebih baik. Panen sayuran yang bisa
ngalami perubahan, sebagaimana mencapai 3-4 kali dalam setahun
halnya meningkatnya pengetahuan dapat mendapatkan hasil yang
petani tentang berbagai bidang yang lebihbanyak uang dibandingkan
berkaitan dengan pertanian, jumlah dengan tanaman kopi yang hanya
setahun sekali.
Telah disampaikan sebelumnya kopi menjadi penyebab petani
bahwa permasalahan yang kopi menanam beralih
melatarbelakangi penelitian ini sayuran.
adalah Perubahan Mata Pencaharian 6. Untuk mendapatkan
Masyarakat Petani Kopi menjadi informasi tentang banyaknya
Petani Sayuran di Desa Tiga Jaya jumlah tanggungan kepala
Kecamatan Sekincau Kabupaten keluarga sebagai penentu
Lampung Barat Tahun pindahnya petani kopi
2016.Pentingnya membahas hal beralihke sayuran.
tersebut disebabkan petani kopi yang
memiliki lahan garapan yang sempit,
produksi kopi yang rendah,harga jual METODE PENELITIAN
kopi yang rendah, hasil panen kopi
setahun sekali, rendahnyapendapatan penelitian deskriptif lebih mengarah
petani kopi dan banyaklnya jumlah pada pengungkapan suatu masalah
tanggungan keluarga.Oleh sebab itu, keadaan sebagaimana adanya dan
dilakukan penelitian dengan judul mengungkapkan fakta-fakta yang
Faktor Penyebab Perubahan Mata ada, walaupun kadang-kadang
Pencaharian Masyarakat Petani Kopi diberikan interpretasi atau analisis
menjadi Petani sayuran di Desa Tiga (Pabundu Tika, 1996:4). Metode
Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten deskriptif merupakan metode yang
Lampung Barat Tahun 2016. banyak digunakan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang
Tujuan Penelitian obyektif untuk suatu obyek
1. Untuk mendapatkan penelitian di suatu wilayah atau
informasi mengenai luas lapangan penelitian.Peneliti harus
lahan garapan menjadi melakukan penelitian secara
penyebab petani kopi langsung dengan mengambil sampel
beralihmenanam sayuran. untuk mereprensentasikan obyek
2. Untuk mendapatkan peneltian.Sampel tersebut merupakan
informasitentang masyarakat di wilayah yang menjadi
rendahnyaproduksi kopi obyek penelitian. Dengan
beralihsebagai penyebab menggunakan metode penelitian
petani kopi menanam deskriptif, maka akan didapatkan
sayuran. data dan kemudian dilakukan
3. Untuk mendapatkan analisis.
informasi tentang harga jual
kopi dipengaruhi harga pasar Populasi dan Sampel
sebagai penyebab petani kopi
Populasi penelitian adalah
beralihmenanam sayuran.
keseluruhan kepala keluarga yang
4. Untuk mendapatkan
bermata pencaharian sebagai petani
informasi tentang keuntungan
kopi di Desa Tiga Jaya Kecamatan
yang diperoleh petani sayuran
Sekincau Kabupaten Lampung Barat
dibandingkan pada saat
tahun 2016 dengan jumlah 249
menjadi petani kopi.
Kepala Keluarga
5. Untuk mendapatkan
informasi tentang korelasi Pengambilan sampel pada penelitian
besarnya pendapatan petani ini menggunakan
menggunakanmenggunakan teknik kopi, pemasaran sayuran, dan
proporsional random produksi petani sayuran. Teknik
sampling.Dalam penelitian ini, wawancara ini dilengkapi dengan
jumlah sampel sebanyak 94 Kepala daftar pertanyaan berupa angket
keluarga dari 9 pekon yakni Gumbib, kuisioner yang telah disiapkan
Sukosari, Pilla Tengah, Pilla Ujung, dengan menentukan 6 masalah
Talang Sebaris, Sedangan, Umbul pokok penelitian.Karena tidak di uji
Baru, Randaian dan Talang coba maka direkomendasikan kepada
Semangkuk. pembimbing.
3. Teknik Dokumentasi
Variabel Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto
(2010:201), teknik dokumentasi
Adapun variabel penelitian ini adalah
adalah data mengenai hal-hal atau
Faktor Penyebab Perubahan Mata
variabel yang berupa transrkip,
Pencaharian Masyarakat Petani Kopi
buku, surat kabar, prasasti, majalah,
menjadi Petani Sayuran di Desa Tiga
notulen, rapat, agenda. Teknik
Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten
dokumentasi untuk memperoleh
Lampung Barat Tahun 2016 dan
data: jumlah penduduk dan luas
definisi operasional variabel dari
lahan garapan.
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. Teknik Analisis Data
1. Luas Lahan Garapan Dalam penelitian ini analisis data
2. Harga Jual Sayuran yang digunakan adalah Analisis
3. Hasil Produksi Persentase Tabel Frekuensi.
4. Pemasaran Sayuran Frekuensi adalah juml;ah
5. Tingkat pendapatankeluarga. pemunculan karakteristik yang
sama dari hasil pengamatan. Jika
Teknik Pengumpulan Data data disusun dalam tabel distribusi
frekuensi sederhana (Sofar Silaen,
Teknik pengumpulan data yang dkk. 2013:178). Data yang telah
digunakan dalam penelitian ini, terkumpul dikoding dan
yaitu: ditabulasikan kedalam tabel
kemudian dipersentasikan. Setelah
1. Teknik Observasi dihitung persentasenya kemudian
Observasi atau yang mana untuk dideskripsikan untuk ditarik
pengumpulan data yang akan di kesimpulan. Seperti yang
analisis disebut pula dengan dikemukakan oleh Sukardi
pengamatan, meliputi kegiatan (2003:86) bahwa yang dimaksud
pemuatan perhatian terhadap sesuatu dengan mendeskripsikan data
obyek dengan menggunakan seluruh adalah menggambarkan data yang
alat indra (Suharsimi Arikunto, ada guna memperoleh bentuk nyata
2010:199). Teknik ini digunakan dari responden. Sehingga lebih
untuk memperoleh data dari lokasi mudah dimengerti peneliti atau
penelitian dan jenis sayuran yang orang lain yang tertarik dengan
ada kaitannya dengan permasalahan hasil penelitian yang dilakukan.
yang akan diteliti. Lebih lanjut lagi Sukardi (2003:86)
2. Teknik Wawancara Terstruktur menyatakan bahwa analisis data
Teknik wawancara dalam penelitian yang paling sederhana dan sering
ini digunakan untuk memperoleh digunakan oleh seorang peneliti
datatentang hasil produksi petani
atau pengembang adalah
menganalisis data dengan
menggunakan prinsi-prinsip
deskriptif. Analisis persentase dapat
dilakukan dengan menentukan
persentase masing-masing dengan
menggunakan rumus:

Fr : Frekuensi Relatif
fi : Frekuensi baris ke - i
N : Jumlah Sampel (Sofar Silaen,
dkk (2013: 178).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Geografis Lokasi


Penelitian
Secara astronomis Desa Tiga Jaya
Kecamatan Sekincau Kabupaten
Lampung Barat terletak pada posisi
posisi 103o 40’ sampai 105o50’ BT
dan 6o 45’ LS sampai 3o45’ LS.
Secara Administrasi, Desa Tiga Jaya
Kecamatan Sekincau terletak di
Kabupaten Lampung Barat Provinsi
Lampung dengan luas wilayah ±
1500 ha. Menurut data monografi
adapun batas-batas Desa Tiga Jaya
Kecamatan Sekincau Kabupaten
Lampung Barat yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Waspada
b. Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Sekincau
c. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Hutan Taman Nasional
Bukit Barisan, dan
d. Sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Sumber Rejo
Kecamatan Batu Ketulis.
Gambar 1 : Peta administrasi Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten
lampung Barat.
Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Faktor Luas Lahan Garapan bahwa luas lahan milik kepala


keluarga petani sayuran secara
Luas lahan garapan ialah luas lahan keseluruhan adalah 140 Ha.Rata-rata
garapan sayuran yang digarap oleh kepemilikan lahan kepala keluarga
kepala rumah tangga petani sayuran yaitu 1 Ha. Untuk lebih jelasnya
dan dihitung dalam satuan hektar. dapat dilihat pada Tabel1 di bawah
Dari hasil penelitian dapat diketahui ini:

Tabel 1 Luas Lahan Kepala Keluarga Petani kopi di Desa Tiga JayaKecamatan
Sekincau Kabupaten Lampung Barat tahun 2016.

No. Luas Lahan Frekuensi Persentase (%)


(Ha)
1. 0,25-0,99 68 72,34

2. >0,99 24 25,53
Jumlah 94 100,00
Sumber:Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan tabel tersebutdapat 2. Faktor Rendahnya Produksi


diketahui petani kopi memiliki lahan kopi
pertanian sempit (0,25-0,99 ha) yaitu
sebanyak 68 petani kopi atau 72,34 Produksi kopi yang diusahakan
% dan lahan pertanian luas (>0,99 petani di Desa Tiga Jaya hanya
ha) yaitu sebanyak 24 petani kopi ditanam satu kali, namun agar dapat
atau 25,53 %, kepemilikan lahan menghasilkan buah petani menunggu
yang sempit tersebut mengakibatkan jangka waktu dalam kurun 5 tahun
pendapatan yang diperoleh tidak baru bisa memanen kopi tersebut,
sesuai, hal tersebut dikarenakan pada awal penanaman petani harus
lahan yang kurang maksimal untuk melakukan perawatan yang ekstra
ditanami. Besar kecilnmya maksimal, mulai dari memupuk
pendapatan petani dari usaha taninya sampai memangkas rumput liar agar
terutama ditentukan oleh luas tanaman kopi tetap siang (padang).
garapannya (Mubyarto, 1993:76). Setelah itu panen kopi dilakukan satu
tahun sekali dilihat juga dari segi
Ini berarti sempitnya lahan musim, jika musim hujan maka
garapanmenyebabkan petani kopi produktivitas kopi akan menurun hal
menanam sayuran, yang berarti lahan ini dikarenakan jenis tanaman kopi
garapan yang sempit yang dimiliki tidak dapat berbuah maksimal jika
petani kopi mengakibatkan hasil musim hujan terus menerus, bunga
produksi yang diproduksi pun kopi akan banyak yang gugur
sedikit, sehingga pendapatan yang sehingga buahnya sedikit. Lampung
didapatkan juga sedikit. barat merupakan termasuk kedalam
dataran tinggi dimana musim hujan Diperoleh data bahwa petani kopi
sangat sering terjadi khususnya memperoleh hasil produksi dibawah
diKecamatan Sekincau. Penny (1998 2 ton/ha per tahun.angka ini
:26), mengemukakan bahwa menunjukkan bahwa produksi kopi
produktivitas adalah jumlah hasil di Desa Tiga Jaya bKecamatan
yang diperoleh dari proses produksi Sekincau Kabupaten Lampung Barat
dari satuan-satuan faktor produksi, masih rendah seharusnya tanaman
misalnya satuan hektar, kesatuan kopi dapat memproduksi minimal 4-
kerja, dan lain-lain yang dapat 5 ton/ha per tahun. Berikut adalah
diperhitungkandalam satuan waktu tabel hasil produksi kopi di Desa
tertentu misalnya hari, seminggu / Tiga Jaya Kecamatan Sekincau
setahun kerja dan lain-lain. kabupaten Lampung Barat.
Tabel 2Hasil Produksi KepalaKeluarga Petani Kopi di Desa TigaJaya Kecamatan
Sekincau KabupatenLampung Barat tahun 2016.

No. Produksi Frekuensi Persentase (%)


1. < 1 Ton 5 5,31
2. 1 ton – 1,9 ton 85 90,44
3. 2 ton – 2,9 ton 3 3,19

4. ≥ 3 ton 1 1,06
Jumlah 94 100,00
Sumber:Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 2dapat diketahui besar sehinggapendapatan dari hasil


bahwa produksi petani kopi di Desa produksi jikia dijual tidak sebanding
Tiga Jaya sebagian besar berkisar dengan biaya perawatan yang
antara 1-1,9 ton dengan jumlah 85 dibutuhkan atau hasil pendapatan
responden atau 90,44% dengan luas yang diperoleh sangat sedikit.
lahan yang dimiliki oleh kepala Sedangkan iklim di Sekincau
keluarga berkisar antara 1 Ha. Hal sangatlah cocok untuk ditanami
inimenunjukkan bahwa hasil sayuran dimana daeran Sekincau
produksi kopi rendah. Hal ini sendiri merupakan daerah dengan
menyatakan hasil produksi kopi tanah yang subur dan daerah
menyebabkan petani kopi beralih pegunungan yg ber suhu 23°C.
menanam sayuran. Tabel diatas Dimana kondisi ini membuat
mencirikan bahwa produktivitas kopi taanaman sangat sayuran sangat
adalah dibawah rata-rata, hal ini cocok untuk ditanami.
disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu kondisi iklim tidak menentu 3. Faktor Rendahnya Harga Jual
yang keseringan musim penghujan Kopi
serta perawatan yang susah mulai
dari pemupukan, pemangkasan tunas, Harga yang tidak menentu
serta rumput liar. hal ini akanmempengaruhi keputusan
membutuhkan dana yang cukup yangdiambil oleh petani,
dikarenakan harga akan menentukan mereka baru menjualnya hal ini
besar kecilnya pendapatan yang karena yang ditakutkan harga kopi
akandiperoleh. Petani selalu memilih semakin menurun, yang tadinya
menanam komoditi yang mempunyai berharap menjual kopi dengan harga
tingkataharga yang tinggi dipasaran, tinggi malah terjual dengan harga
artinya tingkatharga tersebut tidak yang rendah. Harga jual kopi per
akan membuatmereka mengalami kilogam nya mencapai Rp 18.000-
kerugian. Jika harga komoditas Rp 20.000/kg tergantung pada
tinggi maka pendapatanpetaniakan kualitas biji kopi yang dihasilkan.
semakin meningkat. Meskipun demikian pada
Harga jual kopi senilai Rp. kenyataannya harga jual kopi masih
18.000,00/kg. sedangkan pendapatan saja murah belum lagi jika musim
petani kopi rata-rata 1 ton dalam satu hujan tiba kopi yang sulit kering
kali panen, jika di kali maka akan membusuk sehingga kualitas
pendapatan yang diperoleh rata-rata kopi kurang bagus dan menyebabkan
Rp. 19.000.000,00/Tahun. Jika harga harga jual kopi rendah, pada
komoditas rendah maka kenyataannya hal ini mendorong
pendapatanpetani juga rendah. petani untuk mencari alternatif
tanaman lain yang dapat
petani kopi berpendapat bahwa harga menghasilkan uang yang lebih
jual kopi rendah,hal ini dikarenakan banyak yaitu dengan menanam
pada saat panen tiba, kopi yang sayuran.
dihasilkan tidak langsungdijual
menyimpan kopi adalah hal yang 4. Faktor Jangka Waktu Panen
sangat sering dilakukan olehpara Kopi
petani hal ini bertujuan untuk
Untuk mendapatkan mutu hasil yang
menunggu harga kopi naik,
tinggi, buah kopi yang dipetik
meskipun kenaikan harga hanya
setelah matang yaitu saat kulit buah
berkisar antara Rp 500 – Rp 1000
berwarna merah. Buah yang
dan keseringan mereka hanya
berwarna merah dipetik satu per satu
menunggu kenaikan demi kenaikan
dengan tangan. Berikut tabel jangka
harga sehingga pada saat kopi turun
waktu panen kopi.

Tabel 3 Jangka Waktu PanenKopi DiDesa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau


Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.

No. Panen kopi Jangka Persentase (%)


Waktu/Bulan
1. Panen pendahuluan 10 45.45

2. Panen Raya 12 54.54


Jumlah 22 100,00
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2016.
Dari tabel tersebut dapat diketahui dalam hal ini pemetikan buah kopi
bahwa panen kopi dilakukan mulai dibagi menjadi dua tahap yaitu:
dari 10-12 bulan baru dapat dipanen
a. Pemetikan pendahuluan. Pe- jangka waktu yang tidak lama
metikan pendahuluan dapat di- mereka dapat menghasiklkan uang
lakukan dalam jangka 1-10 kembali, jadi setiap perbulannya
bulan. Kopi bisa di panen namun kebutuhan hidup mereka sehari-
hanya sebagian kecil atau di sehari dapat tepenuhi dengan
sebut juga dengan panen kecil. maksimal.
b. Petik merah (panen raya). Panen 5. Pendapatan Petani Kopi
raya dapat dilakukan dalam
jangka 12 bulan atau 1 Tahun. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Kopi bisa di panen secara diketahui bahwa tinggi rendahnya
keseluruhan, karena dalam pendapatan kepala keluarga petani
jangka waktu ini semua kopi yang bekerja dengan meng-
sudah matang. Panen ini disebut gantungkan kubutuhan hidup
juga dengan panen besar / panen terhadap panen kopi setiap satu kali
raya. musim panen. Pendapatan yang
diperoleh setiap petani kopi
Kopi yang ditanam pada daerah akanselalu berubah-ubah, tergantung
kering umumnya menghasilkan buah dengan hasil panen. Di mana hasil
pada musim tertentu sehingga panen tersebut akan dijual kepada pengepul
dilakukan secara musiman. untuk memenuhi kebutuhan hidup
Musim panen kopi pada bulan mereka dalam menanti panen
Mei/Juni dan berakhir pada bulan berikutnya. Hal ini seperti pendapat
Agustus/September. Jangka waktu yang dikemukakan oleh Sumardi
panen kopi yang lama ini lah yang (1982:65), Suatu hasil yang diterima
menyebabkan petani beralih ke seseorang baik berupa uang atau
tanaman sayuran, dimana tanaman barang maupun juga yang diperoleh
sayuran hanya mebutuhkan kurang pada periode tertentu, kerja atau
lebih 3 bulan untuk setiap satu kali perolehan yang diterima seseorang
panen. Hal ini jika dalam satu tahun dalam pekerjaan yang berupa uang
sekali panen kopi maka kebutuhan setelah ia bekerja dalam jangka
sehari-hari akan tersendat. Belum waktu tertentu.
lagi sifat masyarakat pada umumnya
konsumtif khususnya di Desa Tiga Pendapatan petani yang dimaksut
Jaya. Para petani kopi biasanya dalam penelitian ini yaitu pendapatan
setelah menjual hasil panen uang kotor yang di dapat petani kemudian
yang dihasilkan langsung dihabiskan dikurangi biaya produksi yang di
dalam janghka watu yang pendek. keluarkan petani dalam satu kali
Apapun yang nmereka inguinkan panen.
dibeli. Hanya berkisar dalam 4 bulan Tujuan utama manusia untuk bekerja
saja uang yang dihasilkan sudah yaitu untuk dapat memenuhi
habis, sedangkan panen lagi masih kebutuhan hidupnya.Tetapi hasil
lama. Hal ini terkadang membuat yang diperoleh dari hasil bekerja
mereka kedepannya sangat kesulitan tersebut tidak semuanya dapat
untuk memenuhi kebutuhan mereka memenuhi kebutuhan hidup yang
sehari-hari. diinginkan. Hal ini disebabkan oleh
Menanam sayuran adalah hal yag adanya keterbatasan manusia yang
tepat untuk mereka lakukan, dengan tentunya akan berpengaruh terhadap
hasil yang diperoleh. Pendapatan Berdasarkan hasil penelitian petani
kepala keluarga dalam penelitian ini kopi menunjukkan bahwa
merupakan pendapatan yang pendapatan yang diperoleh dalam
diperoleh dari hasil pekerjaan kepala satu kali musim panen sebagian
keluarga yang dinilai dengan satuan besar memiliki penghasilan ≤
rupiah yang sesuai dengan harapatan Rp19.000.000,00/ tahun dapat dilihat
harga pada waktu penelitian. pada rekapitulasio data primer,
dikatakan rendah jika di bagi dengan
Selain itu, pendapatan yang mereka
waktu senggang di antara panen
peroleh tidak dihitung dari hasil kerja
tahun ini dengan panen yang akan
sebulan melainkan melihat dari
datang. Sedangkan kebutuhan hidup
berapa banyak hasil produksi panen
tiap hari bertambah tinggi dan juga
yang mereka hasilkan.Jika hasil dari
mahal.Hal itu berkaitan dengan
panen mereka banyak dan harga jual
produksi kopi pertahun yang kecil.
pada saat panen tinggi maka
Keadaan tersebut mengakibatkan
pendapatan yang mereka peroleh
ketidak seimbangan antara
juga besar.Produktivitas padamasing-
pendapatan dengan kebutuhan hidup
masing lahan memberikan hasil yang
keluarga yang harus dipenuhi
berbeda-beda.Produktivitas pertanian
sehingga responden memerlukan
pada saat tertentu dengan perlakuan
berbagai alternatif cara guna agar
yang lebih tapi tidak dapat
pendapatan mereka lebih
memberikan hasil yang lebih
besar.Berikut tabel pendapatan
maksimal.Sempitnya lahan
petani kopi di Desa Tiga Jaya
pertanian, memberikan hasil yang
Kecamatan Sekincau.
sedikit sehingga berimbas pada
rendahnya pendapatan kepala
keluarga.

Tabel 4 Pendapatan Petani Kopidi Desa Tiga Jaya Kecamata Sekincau Kabupaten
KabupatenLampung Barat tahun 2016.

No. Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase (%)

1. <40.000.000 67 71,27

2. 40.000.000- 16 17,02
80.000.000

3. >80.000.000 11 11.70
Jumlah 94 100
Sumber:Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2016.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kepala keluarga. Sedangkan


dapat diketahui bahwa pendapatan pendapatan kepala keluarga
kepala keluarga tertinggi yaitu Rp terendah yaitu < Rp. 40.000,00
>80.000.000/tahun yaitu sebanyak 11 Sebanyak 67 kepala keluarga. Untuk
melihat perbandingan pendapatan
petani, lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini:

Tabel 5 Pendapatan Petani Sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau


Kabupaten Kabupaten Lampung Barat tahun 2016.

No. Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase (%)


1. <80.000.000 3 3,19
2. 80.000.000-120.000.000 84 89,36

3. >120.000.000 6 6,38
Jumlah 94 100
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2016.

Berdasarkan tabel tersebut dapat keuntungan menanam kopi, seperti


diketahui bahwa pendapatan yang yang.
dimiliki oleh kepala keluarga petani Hasil wawancara dengan salah satu
sayuran sebagian besar adalah kepala keluarga, mengatakan
Rp.80.0000.000 - Rp.120.000.000 keuntungan sekali panen dari lahan 1
dengan jumlah 94 kepala keluarga.
Ha bisa mencapai Rp. 20.000.000,
Berdasarkan hasil penelitian dapat dari menanam wortel, tanamanan
diketahui bahwa tinggi rendahnya wortel ini juga perawatannya
pendapatan kepala keluarga petani tidaklah susah dan pemasarannya
yang bekerja dengan menggantung- cukup mudah biasanya hasil
kan kubutuhan hidup dalam setiap panennya biasa diborong oleh
satu kali musim panen. Pendapatan pengepul yang langsung ke kebun
yang diperoleh setiap petani akan nya. Meskipun pendapatannya
selalu berubah-ubah, tergantung dipotong dengan biaya perawatan
dengan harga dan banyaknya panen dan upah pekerja kebun tetapi
hasil panen. Di mana hasil tersebut pendapatan yang diperoleh sudah
akan dijual kepada pengepul untuk lebih dari cukup untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan hidup mereka kebutuhan hidup sehari-hari.
dalam menanti panen berikutnya. Dengan demikian dari hasil
Dengan menanam tanaman sayuran penelitian tersebut dapat disimpulkan
mereka lebih dapat meningkatkan bahwa pendapatan kepala keluarga
pendapatan guna memenuhi dengan menanam sayuran
kebutuhan hidup sehari-hari. , jika pendapatannya lebih besar sehingga
pertahun kopi yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan disetiap
mencapai pendapatan Rp 19.000.000
keluarga.
maka tanaman sayuran yang mereka
tanam mencapai ≤ Rp. 20.000.000 6. Jumlah tanggungan
dalam satu kali panen sedangkan
tanaman sayuran satu kali panen Jumlah tanggungan yang dimaksud
hanya jangka waktu 3-4 bulan, hal dalam penelitian ini adalah jumlah
ini sangat jauh berbanding dengan seluruh anggota keluarga seperti istri,
anak, orang tua, saudara atau 7 orang dan yang paling sedikit
keluarga yang masih tinggal dalam adalah 1 orang.Jumlah tanggungan.
satu rumah dan masih menjadi Menurut Ahmadi (1999:250),
tanggungan kepala keluarga petani dikatakan besar apabila keluarga
kopi dalam memenuhi kebutuhan yang terdiri atas suami, isteri dan
hidup sehari-hari. lebih dari 3 orang anak dan kecil
apabila keluarga yang terdiri atas
Dari hasil penelitian ini dapat
diketahui bahwa jumlah tanggungan suami, isteri dan 3 anak atau kurang.
kepala keluarga Sayuran di Desa Untuk lebih jelasnya maka dapat
Tiga Jaya yangpaling banyak adalah dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 6 Jumlah Tanggungan Kepala Keluarga Petani Sayuran di Desa Tiga Jaya
Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat tahun 2016.

No. Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase


1. <3 21 22,34
2. 3-4 31 33
3 >4 42 44,68
Jumlah 94 100
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2016.

Berdasarkan tabel diatasdapat PENUTUP


diketahui bahwa jumlah tanggungan
yang dimiliki kepala keluarga petani Simpulan
sayuran yang berjumlah kurang dari
3 sebanyak 21 jiwa atau 22,34% 1. Luas lahan garapan yang sempit
sedangakn jumlah 3-4 jiwa menyebabkanterjadinya
sebanyak 31 atau 33% dan lebih dari perubahan mata pencaharian dari
4 jiwa dalam suatu keluarga petani kopi menjadi petani
sebanyak 42 jiwa atau 44,68%. sayuran.
Jumlah dalam setiap kepala keluarga 2. Rendahnya roduksi kopi
sudah termasuk anak, istri serta menyebabkan petani kopi
sanak saudara yang tinggal menetap beralih menjadi petani sayuran
satu atap dengan petani tersebut. 3. Harga jual kopi yang rendah
menyebabkan petani kopi
Jumlah jiwa dalam rumah tangga ini menanam sayuran.
akan mempengaruhi kepala rumah 4. Besarnya keuntungan menanam
tangga dalam pemenuhan kebutuhan sayuran menjadi penyebab
pokok keluarga. Jika jumlah petani kopi menanam sayuran..
tanggungan dalam suatu keluarga 5. Besarnya pendapatan petani
dikatakan banyak maka diharapkan sayuran menyebabkan
dengan beralih tanaman kebutuhan beralihnya petani kopi menanam
pokok petani dalam suatu keluarga sayuran.
dapat terpenuhi. 6. Banyaknya jumlah tanggungan
keluarga menyebabkan petani
kopi beralih menanam sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

Mubyarto.1992. Peluang Kerja dan


Berusaha di
Pedesaan.UGM.
Yogyakarta

Pabundu Tika. 2005. Metode


Penelitian geografi.
Bumi Aksara. Jakarta
Penny. 1984. Pekarangan Petani
dan Kemiskinan.
Penerbit UGM
Press.Yogyakarta.
Sofar Silaen dan Widiyon, 2013.
Metode Penelitian Untuk
Penulisan skripsi dan
Tesis. In Media. Jakarta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur


Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. PT.
Rineka Cipta. Jakarta
Sukardi. 2003. Metodelogi
PenelitianPendidikan
Komputasi dan
Praktiknya. Bumi Aksara.
Jakarta.
Tati Nurmala. 2013. Pengantar Ilmu
Pertanian.Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai