Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA

KAWASAN TAMAN WISATA ALAM TELUK YOUTEFA

Alfred Benjamin Alfons


Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
Jl. Raya Sentani – Padang Bulan, Jayapura 99351
alfred_alfons@yahoo.com

Abstrak: Taman Wisata Alam Teluk Youtefa merupakan kawasan konservasi yang memiliki panorama alam
yang sangat indah dengan dilengkapi oleh garis pantai yang luas, vegetasi hutan mangrove, hutan dataran rendah
serta keindahan dasar laut yang sangat berpotensi jika dikelola dengan baik dapat mendatangkan banyak
manfaat bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Namun fakta yang terjadi di lapangan sampai saat ini,
pola pengelolaan kawasan ini yang masih bersifat parsial dan tidak terencana dengan baik menjadi salah satu
penyebab terjadinya permasalahan lingkungan di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dan
faktor–faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan tersebut, sehingga dapat disusun strategi
pengelolaan lingkungan yang tepat terhadap kawasan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dengan menggunakan
metode analisis deskriptif, analisis deskriptif komparatif dan analisis kuantitatif. Hasil dari analisis ini diketahui
bahwa permasalahan lingkungan yang terjadi di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa antara lain abrasi pantai,
kerusakan hutan mangrove, kerusakan hutan, persampahan, pencemaran air, kerusakan terumbu karang dan
pencemaran udara. Strategi pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan terdiri dari dua macam yaitu secara
teknis seperti pembuatan bangunan pemecah ombak, reboisasi hutan dan hutan mangrove, pembangunan TPS
dan bangunan penyaring sampah serta penggunaan metode 3R dalam penanganan sampah serta pembangunan
IPAL dan saluran air buangannya. Sedangkan strategi pengelolaan lingkungan secara non teknis yaitu
memberikan penyuluhan serta bantuan modal usaha bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Wisata
Alam Teluk Youtefa.

Kata kunci: pengelolaan lingkungan, analisis deskriptif, analisis deskriptif komparatif, analisis kuantitatif

PENDAHULUAN kekayaan alam serta keanekaragaman hayati di


Bangsa Indonesia merupakan salah satu tanah Papua dan juga dapat mengakibatkan
negara di dunia yang terkenal akan kekayaan alam menurunnya daya dukung lingkungan terhadap
dan keanekaragaman hayatinya, baik itu yang kehidupan ekosisten yang terdapat di sekitarnya.
berada di darat, di perairan, maupun yang berada di Berdasarkan uraian di atas, maka
udara yang harus dipelihara, dilestarikan, diperlukan suatu cara dalam mengelola kekayaan
dilindungi serta dimanfaatkan dengan sebaik alam serta keanekaragaman hayati yang ada di
mungkin bagi kepentingan dan kesejahteraan Papua. Salah satunya dengan penetapan kawasan
masyarakat Indonesia itu sendiri. Papua sebagai konservasi guna menekan dampak negatif yang
salah satu wilayah dari Negara Kesatuan Republik dapat ditimbulkan oleh pemanfaatan sumber daya
Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan alam di wilayah Papua. Adapun beberapa
keanekaragaman hayati yang sangat melimpah dan pembagian dalam kawasan konservasi yang
masih belum termanfaatkan secara baik, meliputi Taman Nasional (TN), Cagar Alam (CA),
merupakan aset negara yang sangat berharga bagi Suaka Margasatwa (SM), dan Taman Wisata Alam
generasi yang akan datang. Namun, yang terjadi (TWA). Salah satu kawasan konservasi yang
dewasa ini seiring dengan perkembangan ilmu terdapat di wilayah Papua yaitu Taman Wisata
pengetahuan dan teknologi juga laju pertumbuhan Alam Teluk Youtefa yang terletak di wilayah
serta pembangunan daerah yang semakin pesat, administrasi Kota Jayapura. Taman Wisata Alam
juga didorong oleh upaya masyarakat dalam hal Teluk Youtefa merupakan kawasan konservasi
pemenuhan kebutuhan hidupnya maka kekayaan yang memiliki panorama alam yang sangat indah
alam dan keanekaragaman hayati di wilayah Papua dengan dilengkapi oleh garis pantai yang luas,
semakin sering dikuras dan dieksploitasi dengan vegetasi hutan mangrove, hutan dataran rendah
berbagai bentuk dan cara tanpa memikirkan serta keindahan dasar laut yang sangat berpotensi
dampak yang akan ditimbulkan pada masa jika dikelola dengan baik dapat mendatangkan
mendatang. Hal–hal tersebut di atas, jika dibiarkan banyak manfaat bagi masyarakat yang bermukim di
dan terus berlanjut dikuatirkan pada suatu saat akan sekitarnya.
berdampak langsung terhadap merosotnya

1
Teluk Youtefa pertama kali ditunjuk Fungsi Taman Wisata Alam sebagai pusat
sebagai Taman Wisata berdasarkan Surat pengelolaan lingkungan dan pengembangan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor wawasan bagi masyarakat terkait dengan
372/Kpts/Um/1978 tanggal 9 Juni 1978 dengan pentingnya dan memelihara lingkungan. Oleh
luas areal 1.650 ha. Teluk Youtefa kemudian karena itu diperlukan suatu kajian untuk
ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam dengan mengetahui berbagai permasalahan lingkungan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor yang terjadi di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
714/Kpts-II/1996 tanggal 11 November 1996 dan faktor–faktor yang menyebabkan timbulnya
dengan luas areal 1.675 ha (BKSDA, 2007). permasalahan lingkungan tersebut, sehingga dapat
Namun fakta yang terjadi di lapangan sangatlah dibuat perencanaan yang tepat terhadap kawasan
memprihatinkan dimana sampai saat ini, kawasan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa yang memadai
ini belum memberikan kontribusi nyata bagi agar pengelolaan lingkungan lebih terarah dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mampu memberikan kontribusi bagi pemerintah
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) daerah dan masyarakat di sekitar kawasan tersebut.
sebagaimana fungsinya sebagai Taman Wisata
Alam. Pola pengelolaan kawasan ini yang masih METODOLOGI
bersifat parsial dan tidak terencana dengan baik Penelitian ini membahas mengenai
juga menjadi salah satu permasalahan yang turut penyusunan strategi pengelolaan lingkungan pada
menyebabkan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa Taman Wisata Alam Teluk Youtefa berdasarkan
tidak dapat berfungsi secara nyata. Selain itu, hasil identifikasi permasalahan lingkungan dan
permasalahan lain yang sering terjadi di kawasan faktor penyebabnya. Metode yang digunakan
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa ini ialah dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
penebangan hutan mangrove, penebangan dan berupa deskripsi dan deskripsi komparatif serta
pembakaran hutan untuk pembangunan dan metode kuantitatif dengan pendekatan deskripsi
perladangan, penimbunan daerah resapan air, studi kasus. Studi kasus dalam konteks ini adalah
pencemaran air dan tanah oleh persampahan terkait strategi pengelolaan lingkungan yang
maupun limbah domestik dari perumahan, dijumpai di lokasi penelitian, dimana lokasi
perkantoran, pertokoan, pasar yang berada di penelitian merupakan wilayah atau kawasan Taman
sekitar kawasan sampai pada pengeboman ikan Wisata Alam Teluk Youtefa. Lokasi yang menjadi
yang dilakukan oleh nelayan lokal. objek penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Taman Wisata Alam Teluk Youtefa

 Kebutuhan Data sebagai bahan atau dasar untuk proses


Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu menganalisis dan menyusun rencana pengelolaan
perencanaan strategi pengelolaan lingkungan tersebut. Data yang dibutuhkan dalam penelitian
pada Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, maka ini terdiri dari data primer maupun data
dibutuhkan data yang nantinya akan digunakan sekunder.

2
a) Data Sekunder menurut Bungin (2005)  Teknik Analisis Data
merupakan data yang diperoleh dari sumber Beberapa teknik analisis yang digunakan
ke dua atau sumber sekunder dari data yang dalam penelitian ini, yaitu :
kita butuhkan. Data sekunder yang a) Analisis Deskriptif
dibutuhkan dalam penelitian ini diantaranya Dalam analisis ini akan diuraikan
adalah data jumlah penduduk, data tingkat permasalahan pengelolaan lingkungan dan
pendidikan, dan sebaran penduduk di wilayah faktor–faktor penyebabnya pada Taman
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, serta Wisata Alam Teluk Youtefa.
Peta Kawasan Taman Wisata Alam Teluk b) Analisis Deskriptif Komparatif
Youtefa, di samping kajian–kajian lainnya Pada tahap analisis ini akan dilakukan
yang berkaitan dengan lokasi ini. komparasi antara pengelolaan lingkungan
b) Data primer adalah data yang berasal dari yang ideal yang sesuai dengan peraturan
sumber asli atau pertama, dan data ini tidak perundang-undangan terkait dan kondisi
tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun pengelolaan lingkungan eksisting pada
dalam bentuk file–file (Sarwono, 2006). Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. Pada
Senada dengan Sarwono, Bungin (2005) tahap ini juga akan dilakukan analisa
mengasumsikan data primer adalah data yang mengenai perencanaan strategi pengelolaan
diperoleh secara langsung dari sumber lingkungan yang berangkat dari konsep–
pertama di lokasi penelitian atau objek konsep pengelolaan lingkungan yang telah
penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan berhasil diterapkan di berbagai daerah dan
dalam penelitian ini diantaranya adalah juga berdasarkan standar pengelolaan
kondisi eksisting dan pola pengelolaan lingkungan yang ada saat ini.
lingkungan di Taman Wisata Alam Teluk
Youtefa, permasalahan lingkungan serta HASIL DAN PEMBAHASAN
foktor–faktor yang menyebabkan terjadinya A. Kondisi Eksisting Taman Wisata Alam
permasalahan lingkungan di Taman Wisata Teluk Youtefa
Alam Teluk Youtefa tersebut. 1. Letak Geografis
 Metode Pengumpulan Data Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
Menurut Bungin (2005), pengumpulan terletak pada wilayah administrasi Distrik
data merupakan prosedur yang sistematis dan Jayapura Selatan dan Distrik Abepura,
standar untuk memperoleh data yang diperlukan, Kotamadya Jayapura, Provinsi Papua. Secara
dimana metode pengumpulan data adalah bagian geografis kawasan Taman Wisata Alam Teluk
instrumen pengumpulan data yang menentukan Youtefa terletak antara 020 34’ 32” – 020 38’
berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Bungin 25” LS, dan 1400 41’ 11” – 1400 44’ 25” BT
(2005) juga membedakan beberapa metode (BKSDA, 2007).
pengumpulan data primer sebagai berikut : 2. Iklim
a) Metode observasi adalah pengamatan Umumnya cuaca dan pola iklim pada
kegiatan keseharian manusia dengan suatu daerah dipengaruhi oleh topografi dari
menggunakan panca indra mata sebagai alat kawasan tersebut. Kawasan Teluk Youtefa
bantu utamanya selain panca indra lainnya memiliki iklim tropis basah yang diakibatkan
seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. oleh pengaruh angin pasang dan angin musim
b) Wawancara sistematik adalah wawancara tenggara serta hujan yang turun di sepanjang
yang dilakukan dengan terlebih dahulu tahun. Iklim di Teluk Youtefa sangat
pewawancara mempersiapkan pedoman dipengaruhi oleh tiga faktor berikut, yaitu :
tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan a) Temperatur udara (21°C - 31°C)
kepada responden. Bentuk wawancara yang b) Kelembaban Udara (77% - 82%)
digunakan dalam penelitian ini adalah c) Curah Hujan, sangat dipengaruhi oleh
wawancara antar individu, yaitu antar peneliti topografi setempat yaitu Pegunungan
dengan informan. Cycloops bagian barat dan di bagian timur
Pengambilan data sekunder menurut Samudera Pasifik, sehingga hembusan
Suwono (2006), dapat dilakukan dengan angin dari timur yang mengandung uap air
beberapa cara, yaitu : sangat berpengaruh terhadap daerah
a) Pencarian secara manual, dilakukan pada tersebut. Sedangkan rata–rata curah hujan
instansi terkait (sumber data) secara efektif di sepanjang tahunnya adalah 1.500 - 2.500
dapat dilakukan dengan melihat buku indeks, mm dengan rata–rata hari hujan 148 – 175
daftar pustaka, referensi, dan literatur yang hari dalam setahun (BPS, 2012).
sesuai dengan persoalan yang akan diteliti, 3. Kondisi Topografi Dan Tanah
b) Pencarian secara online, pencarian data Topografi wilayah kawasan Taman Wisata
dengan memanfaatkan teknologi internet. Alam Teluk Youtefa umumnya adalah
perbukitan di sebelah selatan dan timur, dan

3
hamparan dataran di sebelah tengah dan b) Kampung Enggros (Injros)
utaranya. Ketinggian tempat daerah perbukitan Kampung Enggros dengan luas wilayah
berkisar antara 223 m sampai 317 m dari adalah 19,05 km2, terbagi dalam 1 RW dan
permukaan laut. Sedangkan ketinggian 2 RT. Secara geografis kampung ini
hamparan yang datar sampai landai, umumnya terletak pada 140045’ BT dan 2037’ LS.
bervariasi dari garis pantai hingga pada 75 m Jumlah penduduk di Kampung Enggros
dari permukaan laut (BKSDA, 2007). adalah 366 orang yang terdiri dari 181 laki–
Pesisir pantai Teluk Youtefa umumnya laki dan 185 perempuan. Mata pencaharian
memiliki tebing yang terjal, sedangkan sebagian besar penduduk adalah nelayan,
sepanjang Tanjung Marine, Tanjung Kaswari selain itu ada pula yang bekerja sebagai
sampai pesisir pantai Teluk Yos Sudarso hampir Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI, swasta
seluruhnya memilki hamparan yang landai dan atau berdagang serta ada pula yang
berpasir putih yang ditumbuhi oleh pohon menggantungkan kehidupannya pada hasil
kelapa dan pohon bakau. Kecuali di ujung meramu sumber daya alam yang berada di
Tanjung Marine merupakan bukit batu karang. kawasan Taman Wisata Alam Teluk
Relief dasar laut di Teluk Youtefa bervariasi, Youtefa. Masyarakat Kampung Enggros
namun sebagian besar lautnya merupakan lautan terdiri dari beberapa suku antara lain
dangkal, dimana pada waktu air laut surut Drunyi dan Sanyi (Suku Utama) serta
sebagian besar dasar laut di kawasan ini akan Merauje, Hababuk, Haai, Itaar, Semra,
nampak di permukaan air. Bagian laut yang Samai, Hanasbei, Iwo Hamadi dan Feeb
agak dalam terdapat di pantai Pegunungan Mher yang terbagi dalam dua kelompok
dan Tanjung Tiahnuh yang kedalamannya kekerabatan yaitu Rumbeici (Keluarga
sekitar 11 – 39 meter (Agustina, 2005). Batih/Marga Kecil) dan Metuweici
Murdani (2004) juga menyebutkan bahwa (Klen/Marga Besar).
tanah di areal perbukitan yang memiliki c) Kampung Nafri
kelerengan 25% umumnya berjenis latosol Kampung Nafri dengan luas ± 15.450,5 ha,
yakni seluas 856 ha (24%). Sisanya adalah secara geografis terletak antara 140030’ –
tanah organosol-aluvial terutama pada daerah 140029’ BT dan 2031’ – 2037’ LS.
datar yakni seluas 2.691 ha (76%). Penduduk yang mendiami kampung ini
4. Demografi berjumlah 1.333 yang terdiri dari 705 laki–
Dalam kawasan Taman Wisata Alam laki dan 628 perempuan. Pada umumnya
Teluk Youtefa terdapat tiga kampung yang telah penduduk Nafri hidup dari hasil
ada sebelum wilayah ini ditetapkan sebagai berladangan dan berkebunan. Kegiatan
wilayah konservasi, yaitu Kampung Tobati perladangan tersebut dilakukan pada tanah
(Distrik Jayapura Selatan), Kampung Enggros datar juga pada lereng–lereng gunung dan
(Distrik Abepura), dan Kampung Nafri (Distrik perbukitan yang ada. Dalam pengelolaan
Abepura). sumber pangan yang ada, mereka masih
a) Kampung Tobati (Tobatji) menggunakan cara–cara tradisional,
Kampung Tobati dengan luas wilayah 0,3 demikian pula sistem berkebun/berladang
km2, terbagi dalam 1 RW dan 2 RT. Letak mereka masih menggunakan cara tebang
Kampung Tobati secara geografis pada dan bakar sebelum ditanami. Hasil dari
posisi 140044’ BT dan 2036’ LS. Kampung berkebun/berladang tersebut umumnya
Tobati dihuni oleh 269 penduduk yang dikonsumsi sendiri. Selain berkebun,
terdiri dari 152 laki–laki dan 117 mereka juga ada yang berprofesi sebagai
perempuan. Mata pencaharian sebagian Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI,
besar penduduk adalah nelayan, selain itu nelayan, swasta atau pedagang, pemburu
ada juga yang bekerja sebagai Pegawai dan ada pula yang bermata pencaharian
Negeri Sipil, TNI/POLRI, swasta, sebagai penokok sagu. Di kampung Nafri
berdagang dan ada pula yang bertindak terdapat 13 suku antara lain Awi, Nero,
sebagai Peramu sumber daya alam yang Fingkreuw, Tjoe, Uyo, Awi, Taniau,
terdapat di dalam Kawasan Taman Wisata Merahabia, Mramra, Khai, Hanuebi,
Alam Teluk Youtefa. Suku–suku yang Wmiau dan Sibri.
merupakan penduduk asli kampung ini 5. Potensi Kawasan
adalah Suku Hamadi dan Ireuw yang Suatu kawasan ditetapkan sebagai Taman
merupakan Suku Utama serta Suku yang Wisata Alam apabila mempunyai daya tarik
merupakan Golongan Bawah antara lain alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem,
Suku Haai, Dawir, Asor, Hababuk, Injama, gejala alam serta formasi geologi yang menarik,
Afaar, Mano, dan Itaar. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin
kelestarian potensi dan daya tarik untuk
dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam

4
serta kondisi lingkungannya mendukung upaya Bruguiera sp). Khusus di tepi pantai barat
pengembangan pariwisata alam (BKSDA, Teluk Youtefa, setelah bakau–bakauan juga
2007). Teluk Youtefa merupakan salah satu dijumpai adanya pohon conifer dari jenis
kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan cemara pantai (Casuarina marine).
Taman Wisata Alam karena dianggap Sedangkan di seberang Tanjung Marine
memenuhi kriteria–kriteria tersebut di atas. dan Tanjung Kaswari bagian utara yang
Berikut ini merupakan potensi yang dimiliki menghadap ke Teluk Yos Sudarso
oleh Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, antara didominasi oleh pohon kelapa (Cocos
lain (Agustina, 2005) : nucifera) dan juga terdapat ketapang
a) Potensi Pariwisata (Terminalia cattapa), Pandanus sp,
Dalam bidang pariwisata, terdapat beberapa bintangur (Callophyllum inophyllum),
objek wisata yang dimiliki oleh kawasan Baringtonia asiatica dan Xylocarpus sp.
ini, yakni : Pada areal perbukitan dengan jenis tanah
 Wisata Pantai, objek wisata yang latosol, banyak ditemukan vegetasi hutan
termasuk di dalamnya antara lain Pantai hujan tropis seperti jenis pohon Merbau
Hamadi, Tanjung Marine, Tanjung (Intsia bijuga), Matoa (Pometia pinnata),
Kaswari, dan Pulau Metu–Debi. Beringin (Ficus benyamina), Kayu Susu
 Wisata Religius, yang termasuk dalam (Alstonia shcolaris), Ketapang (Terminalia
objek wilayah ini ialah Pulau Metu– cattapa), jenis pandan–pandanan
Debi, Gunung Mher (Mermok), Pulau (Pandanus sp), Pohon Pinang, Tumbuhan
Ismokh (Inje Moch), Yasuk, dan Perdu, serta beberapa jenis paku–pakuan,
Nampto. jenis palem (Arthocarpus comunis) dan
 Wisata Sejarah, Taman Wisata Alam jenis anggrek seperti Dendrobium spp,
Teluk Youtefa dapat digolongkan Gramathophyllum spp, Paphiopedilum spp,
sebagai tempat wisata sejarah karena dan Bulbophyllum spp.
terdapat situs–situs peninggalan zaman c) Fauna
perang, hal ini dikarenakan dulunya Pada kawasan Taman Wisata Alam Teluk
kawasan ini merupakan lokasi Youtefa terdapat beberapa jenis satwa dari
pendaratan Tentara Sekutu dan Tentara kelompok aves antara lain Alap–alap
Jepang. Objek–objek wisata yang dapat (Haliastur Indus), Nuri Merah Kepala
dikunjungi antara lain : Pantai Hamadi Hitam (Lorius lory), Kakatua Jambul
(yang sekarang telah dijadikan Pangkalan Kuning (Cacatua galerita), Raja Udang,
Angkatan Laut RI), Pulau Metu – Debi, Rangkong (Buceros bicornis), Nuri Ekor
Tanjung Vim, dan Tugu Peringatan Panjang (Alisterus chloropterus), Burung
Pendaratan Tentara Jepang. Elang, Burung Bangau dan beberapa jenis
 Wisata Pendidikan, adapun lokasi yang burung laut. Jenis–jenis reptil seperti
dapat dijadikan sebagai tempat wisata Morelia viridis, Liasis sp, Ular Boa
pendidikan di Taman Wisata Alam Teluk (Candoia aspera dan Candoia carinata),
Youtefa yaitu Hutan Mangrove yang Biawak (Varanus sp), Kadal (Mabauya sp
menyebar di seluruh kawasan ini serta dan Tiliqua sp), Tokek (Gecko gecko) dan
Hutan Dataran Rendah Skyline. sebagainya. Jenis–jenis serangga yaitu
 Wisata Pemancingan, selain lokasi– laba–laba, kumbang dan kupu–kupu.
lokasi yang telah disebutkan di atas, ada Beberapa jenis katak (Bufo sp dan Rana
pula wisata pemancingan yang juga sp). Sedangkan jenis mamalia yaitu Tikus
menjadi daya tarik dari kawasan ini (Melomys moncktoni, Rattus sordidus),
karena keanekaragaman ikannya. Lokasi Kelelawar (Pteropus conspicillatus,
wisata pemancingan meliputi Tempat Dobsomia minor, Malloglossus minimus,
Pemancingan Abe Pantai, Tanjung dll), Kus–kus (Phalanger sp) dan Kera
Resyuk, Tanjung Vim, Selat Tobati, dan Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang
Tanjung Marine. merupakan satwa eksotik. Beberapa jenis
b) Flora ikan komersil yang ada di Teluk Youtefa
Pada hamparan datar dengan ketinggian adalah Ikan Bolanak (Valamungil
tidak melebihi 75 m dari permukaan laut, speigreli), Ikan Kombong (Rastralinger
dengan jenis tanah organosol-aluvial, kanarguta), Cumi–cumi (Sepia sp), Ikan
tepatnya di sepanjang pantai Tanjung Merah (Lutjanus malabarucus), Ikan
Marine dan Tanjung Kaswari yang Kakap (Lutjanus argentimuculatus,
menghadap ke Teluk Youtefa didominasi Latjanus altifrontalis), Ikan Kerapu
oleh vegetasi bakau–bakauan (Rizophora (Epinechulus tanvina), Ikan Bubara
apiculata, Rizophora stylosa, dan (Caranx sexfasciatus), jenis–jenis ikan hias,

5
Ikan Lele, Udang (Artemia sp), beberapa yang berdampak pada berkurangnya vegetasi
jenis karang serta biota laut lainnya. mangrove dan daerah resapan air juga
B. Permasalahan Lingkungan Yang Terjadi disebabkan oleh penjualan hak ulayat tanah
Pada Taman Wisata Alam Teluk Youtefa oleh masyarakat adat, penimbunan untuk
Berdasarkan hasil survey dan observasi kondisi keperluan pembangunan, pembuangan
eksisting Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, sampah padat serta minimnya pengawasan
diketahui bahwa posisi dari Taman Wisata dari Balai Besar KSDA Papua I sebagai
Alam Teluk Youtefa yang terletak di tengah– pihak yang mengelola kawasan konservasi
tengah Kota Jayapura seringkali menimbulkan ini. Hal–hal tersebut di atas merupakan
berbagai permasalahan yang cukup kompleks faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya
yang tentunya diperlukan perhatian khusus kerusakan ini. Data mengenai luas vegetasi
dalam hal pengawasan, pengamanan, dan mangrove di Taman Wisata Alam Teluk
pengelolaan agar kawasan konservasi ini dapat Youtefa ditunjukkan pada Tabel 2 berikut :
terus terjaga keindahan dan kelestariannya.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Luasan Vegetasi
Adapun beberapa permasalahan lingkungan
Mangrove di TWA Teluk Youtefa
yang dapat teridentifikasi dalam kawasan
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, antara lain: Luas vegetasi Luas vegetasi
1. Abrasi Pantai Total luas
mangrove mangrove
2. Kerusakan Hutan Mangrove vegetasi
yang belum yang sudah
3. Kerusakan Hutan mangrove
rusak rusak
4. Persampahan (A+B)
(A) (B)
5. Pencemaran Air 310,45 ha 41,92 ha 352,37 ha
6. Kerusakan Terumbu Karang Sumber: Alfons, 2006
7. Pencemaran Udara
C. Faktor-Faktor Penyebab Permasalahan 3. Kerusakan Hutan
Lingkungan Di Teluk Youtefa Terdapat beberapa faktor yang
Setelah melakukan proses pengidentifikasian mempengaruhi terjadinya kerusakan hutan
terhadap jenis–jenis permasalahan lingkungan di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
yang terjadi di Taman Wisata Alam Teluk maupun pada kawasan penyangga di
Youtefa, maka dapat disimpulkan beberapa sekitarnya antara lain pengalih-fungsian
faktor penyebab terjadinya kerusakan lahan dari yang semula berupa hutan pada
lingkungan di kawasan ini, meliputi: lereng–lereng perbukitan mulai dari Skyline
1. Abrasi Pantai sampai pada tanah datar di daerah Nafri
Faktor yang umumnya mempengaruhi diubah menjadi area perladangan, dan yang
terjadinya abrasi pantai yaitu struktur dari sangat memprihatinkan adalah cara
tanah di kawasan tersebut dan arus air laut masyarakat dalam membuka ladangnya,
atau pantai itu sendiri. Selain faktor–faktor yaitu dengan cara menebang kemudian
di atas, pada kawasan ini pengrusakan membakar hutan yang akan dijadikan lokasi
terumbu karang juga menjadi salah satu perladangannya. Selain itu, penebangan
faktor yang mengakibatkan terjadinya abrasi hutan juga dilakukan dalam rangka
pantai di Taman Wisata Alam Teluk pembangunan perumahan seperti yang
Youtefa. Berikut ini merupakan data Abrasi terjadi di daerah Abe Pantai, Entrop dan
Pantai Di Pantai Hamadi yang ditunjukkan Hamadi, pembangunan Pasar Youtefa, serta
pada Tabel 1 : untuk kepentingan transportasi contohnya
dalam hal pembuatan jalan lingkar serta
Tabel 1. Hasil Pengukuran Abrasi Pantai di rencana pembangunan jembatan layang
TWA Teluk Youtefa Hamadi–Holtekamp. Dan satu lagi faktor
Jarak rata–rata Panjang lokasi yang yang tidak kalah pentingnya adalah
Lokasi dari titik abrasi terkena minimnya pengawasan dari pihak pengelola
ke garis pantai abrasi/pengikisan kawasan. Luas kerusakan hutan/lahan kritis
Pantai yang terdapat di kawasan Taman Wisata
8,96 m 144 m Alam Teluk Youtefa yaitu seluas ± 35 ha
Hamadi
(Alfons, 2006).
Sumber: Alfons, 2006
4. Persampahan
2. Kerusakan Hutan Mangrove Salah satu permasalahan yang terjadi di
Luasan vegetasi mangrove pada beberapa Taman Wisata Alam Teluk Youtefa ialah
tahun belakangan ini dirasakan semakin banyak terdapat tumpukan–tumpukan
berkurang. Hal ini dikarenakan penebangan sampah di dalam lokasi kawasan konservasi
hutan mangrove untuk dimanfaatkan oleh ini yang pada umumnya terjadi akibat
masyarakat. Kerusakan hutan mangrove kurangnya kesadaran masyarakat dalam

6
membuang sampah. Selain itu, volume diakibatkan oleh terjadinya erosi pada
sampah di kawasan ini juga dipengaruhi oleh daerah perbukitan yang kemudian
sampah dari aktivitas pasar (Pasar Youtefa lumpurnya ikut terbawa oleh aliran air dan
dan Pasar Hamadi) yang berada di sekitar dari aktivitas penimbunan. Selain itu limbah
kawasan, aktivitas pariwisata dan domestik masyarakat di dalam dan di sekitar
pemancingan. Hal ini bertambah rumit jika kawasan yang biasanya bersumber dari
terjadi air pasang, karena sampah yang berbagai aktivitas masyarakat, seperti
terbawa oleh aliran sungai/kali yang limbah rumah tangga, perkantoran, pasar,
bermuara di Teluk Youtefa semakin banyak pertokoan, dan bengkel–bengkel serta
dan diperparah dengan potongan–potongan sampah–sampah yang dibuang (khususnya
kayu dari industri pengolahan kayu di Muara jenis sampah organik) baik pada badan
Tami pun ikut terbawa oleh arus air laut. sungai/kali maupun langsung ke perairan
5. Pencemaran Air Teluk Youtefa pun turut mempengaruhi
Faktor paling dominan yang menyebabkan kualitas air di perairan Teluk Youtefa. Hasil
terjadinya pencemaran pada perairan Taman pemeriksaan sampel air di Perairan Teluk
Wisata Alam Teluk Youtefa adalah Youtefa ditunjukkan pada Tabel 3 berikut
sedimentasi dan kekeruhan air yang ini :
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air di TWA Teluk Youtefa
Lokasi
Standar
No. Parameter Satuan Muara Tanjung Perairan Mangrove
Maksimum
Kasuari Enggros Yasoni
Parameter Fisika
1. Kecerahan M Coral>5 6,5 5,0 4,0
2. Suhu ˚C Alami 29,7 29,5 29,2
Pemeriksaan Kimia Anorganik
1. Ph - 7 – 8,5 6,84 6,78 6,73
2. BOD mg/l 20 5,4 1,8 3,6
3. DO mg/l >5 6,5 7,3 7,8
4. Salinitas ‰ - 30 19 28
Sumber: Alfons, 2006

6. Kerusakan Terumbu Karang Tabel 4. Hasil Pengukuran Kadar Debu di TWA


Kerusakan pada terumbu karang dan biota– Teluk Youtefa
biota laut lainnya yang terjadi di perairan
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa Kadar
Standar Baku
diakibatkan oleh cara penangkapan ikan Debu/Partikel
Pengukuran Mutu
yang dilakukan oleh nelayan lokal, yaitu (mg/m3/24 jam)
Debu/Partikel
dengan menggunakan bom ikan dan pada Tahap I TahapII
musim–musim tertentu (air pasang) dan juga 1 325 390
350
menggunakan Soma (sejenis pukat) untuk 2 358 415
(mg/m3/24 jam)
menangkap ikan. Selain itu, pencemaran 3 355 409
yang mulai terjadi di perairan Teluk Youtefa Sumber: Alfons, 2006
juga turut mempengaruhi terjadinya
kerusakan pada terumbu karang di Taman D. Strategi Pengelolaan Lingkungan Pada
Wisata Alam Teluk Youtefa. Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
7. Pencemaran Udara Seiring dengan semakin kompleksnya
Pencemaran udara yang terjadi di kawasan permasalahan kerusakan lingkungan yang
ini khususnya di daerah Entrop hanya berupa terjadi di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa,
debu yang berasal dari aktivitas penimbunan maka sangatlah diperlukan strategi pengelolaan
kawasan yang umumnya menggunakan lingkungan yang tepat untuk menanggulangi
karang. Selain penimbunan, faktor alam permasalahan–permasalahan tersebut. Adapun
yang dalam hal ini adalah angin juga turut strategi–strategi pengelolaan lingkungan yang
mempengaruhi tingginya kadar debu di sekiranya dapat diterapkan dalam rangka
daerah tersebut. Hasil pengukuran kadar penanggulangan permasalahan lingkungan yang
debu/partikel di wilayah Entrop ditunjukkan terjadi di kawasan Taman Wisata Alam Teluk
pada Tabel 4 berikut ini : Youtefa, antara lain :

7
1. Abrasi Pantai Kehutanan perlu dilakukan guna
Untuk menghadapi permasalahan ini, mencegah terjadinya peningkatan
langkah–langkah yang dapat diambil yaitu : kerusakan hutan mangrove di kawasan
 Pembuatan Bangunan Pemecah Ombak Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
Salah satu faktor yang dapat 3. Kerusakan Hutan
menyebabkan terjadinya abrasi pantai Umumnya kerusakan hutan yang terjadi di
adalah kekuatan arus air laut atau ombak, Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
oleh karena itu dengan adanya bangunan disebabkan oleh minimnya pemahaman
ini diharapkan dapat memperlemah masyarakat akan fungsi hutan serta
kekuaran arus air laut di sekitar pantai kurangnya koordinasi yang baik antara
yang berada di dalam kawasan instansi terkait yaitu pihak pengelola
konservasi ini. kawasan dan pihak pengembangan wilayah.
 Pelestarian Terumbu Karang Langkah–langkah yang dapat dilakukan
Langkah ini sangatlah penting untuk untuk mengatasi permasalahan ini adalah :
dilakukan, mengingat fungsi dari  Penyuluhan Kepada Masyarakat
terumbu karang yang dapat bertindak Melalui kegiatan ini, diharapkan
sebagai penahan gelombang air laut. masyarakat mendapat pengetahuan dan
2. Kerusakan Hutan Mangrove masukan mengenai fungsi hutan dan
Berkurangnya vegetasi mangrove sangatlah dampak yang ditimbulkan oleh
vital dalam pengaruhnya terhadap berbagai pengrusakan hutan yang dilakukannya.
kerusakan lingkungan yang terjadi di Taman Sehingga kedepannya masyarakatpun
Wisata Alam Teluk Youtefa. Oleh karena dapat mengambil bagian dalam upaya
itu, langkah–langkah penanggulangan untuk pelestarian dan perlindungan hutan di
mengatasi berkurangnya vegetasi mangrove Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
sangat perlu untuk dilakukan. Langkah–  Peningkatan Koordinasi Antara
langkah yang dapat dilakukan adalah : Stakeholders
 Pemugaran Terhadap Vegetasi Mangrove Dengan menciptakan koordinasi yang
Langkah yang paling efektif dalam baik antara stakeholders dalam
menanggulangi masalah ini adalah menangani masalah kerusakan hutan ini,
dengan melakukan pemugaran atau maka diharapkan tingkat kerusakan hutan
penanaman kembali pohon bakau pada dapat dicegah dan kelestarian sumber
lokasi–lokasi yang dianggap telah daya alam di Taman Wisata Alam Teluk
mengalami kerusakan vegetasinya. Youtefa dapat terwujud.
 Penghentian Aktivitas Penimbunan  Peningkatan Pengawasan Oleh Pengelola
Aktivitas penimbunan yang terjadi di Kawasan
dalam kawasan biasanya diawali dengan Dengan meningkatkan pengawasan oleh
menebang hutan mangrove pada lokasi Polisi Kehutanan, diharapkan kerusakan
yang akan ditimbun. Oleh sebab itu, hutan yang semakin sering terjadi di
dengan menghentikan penimbunan dalam kawasan ini dapat dicegah dan
tersebut diharapkan vegetasi mangrove kelestarian hutan di Taman Wisata Alam
yang masih ada di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa yang juga dapat berfungsi
Teluk Youtefa dapat terus dipertahankan. sebagai paru–paru kota dapat terwujud.
 Penyuluhan Kepada Masyarakat 4. Persampahan
Dengan melakukan penyuluhan kepada Umumnya pengelolaan masalah
masyarakat, diharapkan kesadaran persampahan terbagi menjadi dua, yaitu
masyarakat dalam hal pemanfaatan secara Teknis (terlibat langsung melalui
potensi mangrove yang diimbangi tindakan) dan Non Teknis (mencakup segala
dengan peran serta masyarakat dalam yang berhubungan dengan perencanaan,
pelestarian vegetasi mangrove di Taman proses, kontrol dan evaluasi), dimana dalam
Wisata Alam Teluk Youtefa. Kegiatan hal ini metode pengelolaan sampah yang
ini juga bertujuan untuk menciptakan dapat digunakan antara lain :
koordinasi yang baik antara masyarakat  Pengelolaan Sampah Dengan Metode 3R
adat dengan pemerintah daerah dalam hal (Reduce, Reuse and Recycling), yaitu
aksi jual–beli tanah adat yang ada di metode pengelolaan sampah dengan
dalam kawasan konservasi ini. mengurangi volume sampah sejak dari
 Peningkatan Pengawasan Oleh Pengelola sumbernya dengan cara memotong,
Kawasan menggiling, dan lain sebagainya
Dengan banyaknya terjadi permasalahan (Reduse), menggunakan kembali segala
di dalam kawasan konservasi ini, maka sesuatu yang masih dapat dipakai
peningkatan pengawasan oleh Polisi dengan tujuan yang sama dan sesuai

8
dengan kegunaan awalnya (Reuse) dan maupun air limbah non toilet (mandi,
didaur ulang untuk menjadi barang cuci, dapur) yang dilakukan dengan unit
dengan kegunaan yang baru (Recycling). pengolahan air limbah di tempat dan
 Pembuatan Kompos (Composting), yaitu kemudian air olahan tersebut dibuang
suatu cara baik itu secara alami maupun pada saluran–saluran umum. Sistem ini
buatan (sengaja dilakukan oleh manusia) biasanya dipakai pada wilayah–wilayah
untuk mengubah sampah menjadi pupuk dengan kepadatan penduduk rendah
melalui proses pembusukan. Dalam hal (<100 orang per hektar) dan wilayah–
ini sangat diperlukan bantuan dari wilayah dengan kepadatan penduduk
mikroorganisme yang bertindak sebagai sedang (antara 100 – 300 orang per
pengurai sampah–sampah tersebut, dan hektar). Sistem ini dapat diaplikasikan
sampah yang biasa diuraikan dalam untuk tiap–tiap rumah tangga ataupun
proses ini ialah jenis sampah organik semi-komunal yakni beberapa rumah
(dapat teruraikan). menggunakan satu unit pengolahan air
 Pengadaan Tempat Penampungan limbah. Sistem ini selain dapat
Sementara (TPS), upaya pengadaan TPS digunakan untuk pengolahan air limbah
atau kontainer sampah ini dilakukan pada rumah tangga, dapat pula diterapkan
tempat–tempat yang disinyalir sebagai pada perkantoran (skala kecil sampai
titik–titik penampungan sampah dari besar), pemukiman kumuh, Puskesmas,
masyarakat yang berada di dalam Rumah Sakit, air limbah organik untuk
kawasan. Langkah ini perlu diikuti oleh industri kecil (Industri makanan, tahu–
pengangkutan sampah yang lancar. tempe) serta pengolahan limbah MCK.
 Pembuatan Bangunan Penyaring Sampah  Sistem Riolisasi (Sewerage System),
(Screening), yaitu suatu bangunan yang yaitu sistem pengolahan air limbah
dibuat pada saluran–saluran pembuangan domestik yang diperuntukan pada suatu
yang terdiri dari batangan–batangan besi wilayah dengan kepadatan penduduk
yang berbentuk lurus atau melengkung lebih dari 300 orang per hektar.
dan biasanya dipasang pada tingkat Pengolahan jenis ini dilakukan secara
kemiringan 750 – 900 dengan tujuan terpusat dengan mengalirkan air limbah
untuk memisahkan potongan–potongan dari suatu kawasan pada satu Instalasi
kayu, plastik, dan jenis–jenis sampah Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
lainnya yang terbawa oleh saluran– kemudian air limbah tersebut diolah
saluran air atau dalam hal ini adalah hingga aman bagi lingkungan. Setelah itu
sungai/kali yang bermuara di Teluk barulah air limbah tersebut dapat dibuang
Youtefa. pada saluran–saluran pembuangan atau
 Penyuluhan Kepada Masyarakat badan sungai/kali.
Cara ini dilakukan dalam rangka  Pembuatan Bangunan Penyaring Sampah
memberi pengetahuan serta masukan (Screening), yaitu suatu bangunan yang
kepada masyarakat tentang dampak yang dibuat dari batangan–batangan besi yang
akan terjadi akibat pembuangan sampah berbentuk lurus atau melengkung dan
yang mereka hasilkan, sehingga dapat biasanya dipasang pada tingkat
menimbulkan kesadaran masyarakat akan kemiringan 750 – 900 dengan tujuan
pentingnya membuang sampah pada untuk memisahkan sampah yang terbawa
tempatnya dan pengolahan terhadap oleh saluran–saluran air atau dalam hal
sampah yang mereka hasilkan serta ini adalah sungai/kali yang bermuara di
menjaga kelestarian dan kestabilan Teluk Youtefa.
lingkungan. 6. Kerusakan Terumbu Karang
5. Pencemaran Air Langkah–langkah yang dapat dilakukan
Pencemaran yang terjadi pada perairan untuk menanggulangi permasalahan ini,
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa antara lain :
umumnya bersumber dari persampahan dan  Penyuluhan Kepada Masyarakat
limbah domestik yang dihasilkan dari Kegiatan ini bertujuan memberikan
aktifitas masyarakat yang bermukim di masukan mengenai dampak negatif yang
dalam maupun di sekitar kawasan dapat ditimbulkan oleh cara penangkapan
konservasi ini. Adapun langkah–langkah ikan nelayan lokal yang terkadang
yang dapat diambil dalam rangka mengatasi menggunakan bom dan pukat. Sehingga
permasalahan ini, yakni : untuk masa yang akan datang
 Sistem On-Site Treatment, yaitu penggunaan bom dan pukat dapat
pengolahan limbah domestik/rumah diminimalisasi atau bahkan dihentikan.
tangga baik air limbah toilet (kakus) Selain itu, masyarakat juga diberi

9
pemahaman agar dapat menghentikan Ada dua faktor utama yang menyebabkan
segala aktivitas yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan di Taman Wisata
sedimentasi dan kekeruhan air Alam Teluk Youtefa, yaitu faktor alam seperti
(penimbunan kawasan dan penebangan angin (Pencemaran Udara), kekuatan gelombang
hutan di lahan atas) guna terwujudnya dan struktur tanah (Abrasi Pantai), serta kerusakan
lingkungan yang terjaga kestabilan dan akibat berbagai aktivitas masyarakat di sekitar
kelestariannya, khususnya terumbu kawasan, seperti penimbunan kawasan,
karang dan biota laut di perairan Taman penebangan hutan mangrove, penebangan dan
Wisata Alam Teluk Youtefa. pengalih-fungsian hutan, penggunaan bom dan
 Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat. pukat untuk menangkap ikan, serta kebiasaan
Bantuan ini dapat berupa modal awal membuang sampah dan limbah domestik oleh
untuk membuat usaha, membuatkan masyarakat di dalam kawasan Taman Wisata Alam
tambak atau keramba sebagai tempat Teluk Youtefa.
pembudidayaan ikan, maupun Berbagai permasalahan yang timbul di
memberikan bibit ikan maupun ternak Taman Wisata Alam Teluk Youtefa jika dibiarkan
lainnya yang dapat digunakan berlarut–larut dapat mendatangkan dampak negatif
masyarakat sebagai usaha. Sehingga terhadap lingkungan. Oleh karena itu diperlukan
kedepannya diharapkan penggunaan strategi pengelolaan lingkungan yang tepat untuk di
pukat maupun bom dalam menangkap terapkan di lokasi tersebut. Strategi pengelolaan
ikan dapat dihilangkan serta dapat lingkungan yang dapat diterapkan dari dua macam
mencegah terjadinya kerusakan yaitu secara teknis seperti pembuatan bangunan
lingkungan di perairan Taman Wisata pemecah ombak, reboisasi hutan dan hutan
Alam Teluk Youtefa. mangrove, pembangunan TPS dan bangunan
7. Pencemaran Udara penyaring sampah serta penggunaan metode 3R
Upaya–upaya yang dapat dilakukan untuk dalam penanganan sampah serta pembangunan
menghadapi permasalahan pencemaran IPAL dan saluran air buangannya. Sedangkan
udara yang dalam hal ini berupa debu strategi pengelolaan lingkungan secara non teknis
khususnya di wilayah Entrop adalah : yaitu memberikan penyuluhan serta bantuan modal
 Menghentikan Aktivitas Penimbunan usaha bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
Selain berdampak pada berkurangnya Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
daerah resapan air, penimbunan juga
menjadi salah satu faktor penyebab DAFTAR PUSTAKA
tingginya konsentrasi debu di Taman Agustina, R. (2005) : Interpretasi Trayek Wisata
Wisata Alam Teluk Youtefa khususnya Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
di wilayah Entrop. Oleh karena itu, BKSDA Papua I. Jayapura.
dengan menghentikan kegiatan Alfons, A. B. (2006) : Identifikasi Permasalahan
penimbunan tersebut diharapkan dapat Kerusakan Lingkungan Di Taman Wisata
menekan atau membatasi tingkat Alam Teluk Youtefa. Teknik Lingkungan
penyebaran dan konsentrasi debu di USTJ. Jayapura.
wilayah tersebut. BKSDA, (2007) : Master Plan Pengelolaan
 Pembuatan Trotoar Di Sisi–Sisi Jalan Lingkungan Teluk Youtefa. BKSDA Papua
Dengan adanya trotoar, diharapkan tanah I. Jayapura
yang mengandung debu dapat tertutup BPS, (2012) : Kota Jayapura Dalam Angka Tahun
oleh trotoar dan debu–debu yang tertiup 2011 BPS Kota Jayapura.
angin dapat tertahan pula oleh trotoar Bungin, H. M. B. (2005) : Metodologi penelitian
tersebut. kuantitatif. Kencana Prenada Media Group.
 Penanaman Pohon Di Sisi–Sisi Jalan Jakarta
Maksud dari upaya ini hampir sama Murdani, N. H. (2004) : Kondisi dan Permasalahan
dengan pembuatan trotoar, yaitu Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
menahan debu yang beterbangan akibat BKSDA Papua I. Jayapura.
tiupan angin serta dapat meminimalisasi Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif
kadar pencemaran udara yang lainnya. Dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
KESIMPULAN 714/Kpts-II/1996 Tentang Penetapan
Kerusakan lingkungan yang dapat Kelompok Hutan Teluk Youtefa Yang
teridentifikasi pada kawasan Taman Wisata Alam Terletak Di Kabupaten Daerah Tingkat II
Teluk Youtefa yaitu terdiri dari Abrasi Pantai, Jayapura, Propinsi Daerah Tingkat I Irian
Kerusakan Hutan Mangrove, Kerusakan Hutan, Jaya, Seluas 1.675 (seribu Enam Ratus
Masalah Persampahan, Pencemaran Air, Kerusakan Tujuh Puluh Lima) Hektar Sebagai Kawasan
Terumbu Karang dan Pencemaran Udara. Hutan Tetap Dengan Fungsi Hutan Wisata.

10

Anda mungkin juga menyukai