Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK TM-4

ANALISIS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI ZONA REHABILITASI


TAMAN NASIONAL MERU BETIRI JEMBER, JAWA TIMUR
Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam Agribisnis

Disusun oleh Kelompok 6:


10. Desna Maya Saputri 195040100113010
14. Serrina Dwi Handini 195040100113014
23. Aldi Dian Syafitra 195040100113025
25. Nahfisa Hawa Tu Nissa 195040100113027

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEDIRI
2021
A. Pertanyaan
1. Berdasarkan bacaan “ANALISIS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI ZONA
REHABILITASI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI” sebutkan indicator apa saja
yang perlu dianalisis guna mendapatkan gambaran bagi inisiasi program
pemberdayaan masyarakat.
2. Coba anda bedakan level masing2 indicator tersebut (no.1) dan berguna untuk apa
masing2 indicator bagi upaya inisiasi program pemberdayaan masyarakat.
3. Apakah informasi posisi, luas, dan SDA taman nasional yang diinformasikan dalam
bacaan tersebut (no.1) berguna bagi inisiasi program pemberdayaan, jika iya coba
sebutkan manfaatnya.
4. Apakah indicator rata2 pendapatan RTG petani dapat dijadikan acuan bagi
penyusunan program pemberdayaan masyarakat, jika iya apa manfaat informasi
tersebut.

B. Jawaban
1. Indicator yang perlu dianalisis guna mendapatkan gambaran bagi inisiasi program
pemberdayaan masyarakat, diantaranya :
a. Analisis Sosial Ekonomi
- Kepemilikan lahan rata-rata petani di kawasan penyangga Taman Nasional
Meru Betiri seluas 0.20 ha/kk, pengolahan tanah belum dilakukan secara
optimal, pertaniannya masih dilakukan secara tradisional dan sebagian besar
belum mendapatkan irigasi teknis. Oleh karena itu, masyarakat kawasan TN MB
sering mengambil hasil hutan di dalam Taman Nasional dan menjualnya.
Sehingga, perlu diajarkan cara menggunakan lahan dengan benar seperti
mewajibkan menanam tanaman semusim (kacang tanah, kacang panjang, cabe
dan singkong), tumbuhan kayu-kayuan (nangka, pakem/ kluwak, Sukun) dll.
- Kurangnya fasisilitas penyelenggaraan pendidikan di lokasi kajian. Berdasarkan
sumber tersebut, diketahui bahwa sebagian masyarakat di sekitar TN MB
berpendidikan Sekolah Dasar (60,69%) berturut – turut diikuti SLTP (21,58%)
SLTA (6,77%) dan Sarjana (0,96%). Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat
banyat banyak penduduk yang memiliki pendidikan rendah. Oleh karena itu,
perlu didirikan sekolah-sekolah yang lebih tinggi seperti tingkat SLTP dan
SLTA di sekitar lokasi penelitian.

1
- Mata pencaharian masyarakat yang umumnya 9.526 orang (44.3%),petani, dan
6.753 orang (31.5%) buruh tani, kepadatan Agraris mencapai 16,6 jiwa/Ha, dan
usia produktif mencapai 63,8%. Selain petani, terdapat mata pencaharian
penduduk lain yaitu, swasta 2.467 orang (11.5%) Lain-lain 972 orang (4,5%),
Pedagang 756 (3.5%) tukang 732 orang (3.4%), PNS / ABRI 224 orang (1.04%)
dan yang paling rendah adalah nelayan hanya 53 orang (0.25%). Berdasarkan
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis mata pencaharian yang
mendominasi adalah petani. Oleh karena itu, perlunya mencari pendapatan di
luar hutan, misalnya pemerintah menggalakkan di sektor Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
b. Analisis Sosial Budaya
Pada umumnya masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional mempunyai
kebiasaan mengambil tumbuhan dan satwa liar yang berada di dalam kawasan
Taman Nasional. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut antara lain perlu
memberikan peraturan tentang penggunaan lahan di Taman Nasional dan
memberikan pelatihan pembudidayaan berbagai jenis tanaman dan satwa liar yang
memberikan nilai ekonomis pada masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional,
seperti membuat jamu tradisional. Selain dapat memberikan penghasilan tambahan
bagi masyarakat sekitar Taman Nasional juga dapat mengubah perilaku, yang
semula mengambil hasil hutan dari Taman Nasional menjadi tidak mengambil
karena kesibukan membuat jamu. Hal tersebut dapat bekerjasama antara pihak
Pengelola Taman Nasional dan pihak perguruan tinggi serta pihak lain terutama
dalam hal dukungan dana dari pemerintah.

2. Berdasarkan levelnya, urutan indikator penting yang perlu dibenahi dengan kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat di
zona rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri yaitu sebagai berikut:
1) Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian masyarakat di sekitar TN MB
berpendidikan Sekolah Dasar (60,69%) berturut – turut diikuti SLTP (21,58%)
SLTA (6,77%) dan Sarjana (0,96%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa masih
sangat banyak penduduk yang memiliki pendidikan rendah. Hal itu menyebabkan
rendahnya kualitas masyarakat karena kurangnya pengetahuan, kemampuan,sikap
yang dimilikinya sehingga tidak dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya

2
untuk dipakai. Selain itu, juga memunculkan masalah pada indikator lainnya
seperti penggunaan lahan, jenis mata pencaharian,tingkat pendapatan, dan keadaan
sosial ekonominya yang mana membuat masyarakat di zona rehabilitasi Taman
Nasional Meru Betiri tidak dapat mencapai taraf hidup yang layak. Oleh karena itu
tingkat pendidikan merupakan indikator paling penting untuk dibenahi dan
ditingkatkan. Salah satu cara mengatasinya yaitu dibangun dan diadakannya
program pemberdayaan pendidikan baik itu formal, non-formal, dan informal
ditambah agar termaksimalisasinya pengetahuan, kemampuan,sikap masyarakat di
zona rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri.
2) Penggunaan Lahan
Indikator terpenting kedua yang perlu dibenahi dan ditingkatkan yaitu
tentang penggunaan lahan. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan lahan oleh
masyarakat di tiga desa penelitian belum dilakukan secara optimal dalam arti
bahwa pengolahan tanah khususnya lahan persawahan masih dilakukan secara
tradisional dan sebagian besar belum mendapatkan irigasi teknis. Ditambah
kepemilikan lahan rata-rata petani yang sempit di kawasan tersebut. Karena itu
rendahnya produktivitas pertanian sehingga menyebabkan para petani lebih
memilih mengambil hasil hutan Taman Nasional Meru Betiri untuk pemenuhan
kebutuhan pokok hidupnya. Hal itu jika terjadi terus menerus akan mengancam
kelestarian SDA di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Oleh karena itu
penggunaan lahan merupakan indikator penting untuk dibenahi dan ditingkatkan.
Salah satu cara mengatasinya yaitu dibangun dan diadakannya program seperti
pelatihan pembudidayaan tanaman, pelatihan pengelolaan lahan pertanian efektif,
dan kegiatan penyuluhan. Hal tersebut bisa memberikan nilai ekonomis dalam
masyarakat sehingga dari sosial ekonomi menjadi lebih sejahtera.
3) Mata Pencaharian
Berdasarkan penelitian, jenis mata pencaharian masyarakat di lokasi
penelitian sebanyak 9.526 orang (44.3%),petani, dan 6.753 orang (31.5%) buruh
tani. Sebagian besar petani adalah petani lahan basah. Para petani hanya bercocok
tanam dan melakukan penjualan hasil hutan tanpa melihat adanya potensi di
daerahnya yang bisa dimanfaatkan. Potensi yang dimiliki desa penyangga adalah
masyarakat desa bekerjasama dengan TN Meru Betiri untuk bekerja sebagai
pengelola lahan rehabilitasi. Masyarakat Desa Wonoasri mengelola lahan
rehabilitasi sesuai ketentuan dan kesepakatan dengan pihak TN Meri Betiri untuk

3
menanam tanaman pokok yang berpotensi ekonomi untuk ditanam oleh masyarakat
desa. Selain potensi dari tanaman pokok yang dikelola,banyaknya hewan ternak
yang dimiliki oleh masyarakat desa. Masyarakat desa masih belum mampu
memanfaatkan potensi desa yang dimiliki baik dari segi tanaman ataupun ternak.
Hal itu dikarenakan masyarakat desa masih belum mampu mengolah potensi yang
dimiliki sehingga belum menciptakan nilai tambah. Hewan ternak yang dimiliki
juga hanya dijual apabila ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi. Oleh
karena itu terdapat potensi wirausaha bagi masyarakat dalam pengoptimalan
potensi desa yang dimiliki baik dari sumber daya alam maupun sumber daya
manusia yang dimiliki. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakatnya yaitu
melalui wirausaha, dimana untuk melakukan wirausaha pada masyarakat
diperlukan pendampingan dari pemerintah seperti, pembinaan, pelayanan,
pelatihan, kursus, bantuan modal usaha, penyediaan infrastrukur dan penyediaan
sarana produksi. Pendampingan dan pembinaan yang dimaksud terkait dengan
teknologi produksi dan inovasi teknologi pengolahan hasil, selain itu juga pelatihan
teknis pengelolaan dan pengembangan usaha yang juga termasuk di dalamnya
terkait dengan pemasaran hasil.

3. Informasi posisi, luas, dan SDA taman nasional yang diinformasikan dalam bacaan
tersebut berguna bagi inisiasi program pemberdayaan. Dengan memperhatikan
potensi, lokasi, aspirasi dan tuntutan masyarakat setempat, maka pembangunan
pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan konservasi akan bertumpu kepada
kekuatan lokal, baik kekuatan lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia,
teknologi dan aset pengalaman, maupun kemampuan manajemen kelembagaannya.
Adapun beberapa manfaat mengenai informasi posisi, luas, dan SDA taman nasional
yang berguna bagi inisiasi program pemberdayaan, yaitu:
 Informasi dasar (baseline) bagi penyusunan program
Ketika membuat sebuah progam pemberdayaan maka yang perlu diketahui yaitu
informasi mengenai situasi dan kondisi dari sumber daya di daerah tersebut.
Informasi mengenai posisi penggunaan lahan di Zona Penyangga yang tidak
mengikuti kaidah konservasi tanah yang menyebabkan lahan terlihat gundul dapat
dijadikan alasan untuk dilakukannya pemberdayaan. Upaya kerjasama dalam
kegiatan pemberdayaan dapat mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif
dalam melaksanakan konservasi sumberdaya alam hayati sekaligus mengajak

4
masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional membiasakan diri tidak mengambil
hasil hutan secara langsung dari Taman Nasional Meru Betiri.
Kegiatan pemberdayaan diharapkan juga mampu mendorong masyarakat
untuk mengembangkan perilaku kemandirian di bidang sosial budaya, dalam hal
ini adalah ciri kehidupan bermasyarakat yang positif dan menunjang ke arah
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian kawasan. Pemberdayaan
masyarakat daerah penyangga sekitar TN MB tidak hanya untuk meminimalisir
terjadinya kerusakan sumberdaya hutan dan ekosistemnya akibat perambahan dan
tindak ilegal lainnya namun juga diarahkan sebagai upaya untuk memberikan
kesempatan, kemudahan dan fasilitasi pada masyarakat agar secara mandiri tau,
sadar, mau dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dengan senantiasa
memperhatikan upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidupnya
 Mengetahui potensi yang ada dimasyarakat
Ketika menginisiasi sebuah program pemberdayaan, hal yang perlu diketahui
adalah potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Adapun informasi
mengenai posisi, luas, dan SDA yang terdapat dalam jurnal menjelaskan bahwa,
terdapat potensi keanekaragaman hayati dan potensi pariwisata alam, sangat besar
manfaatnya bagi masyarakat sekitar daerah penyangga. Hal ini tentunya bisa
menjadi pertimbangan dalam menginisiasikan program pemberdayaan untuk TN
MB. Misalnya pengelolaan usaha berbasis sumber daya hutan yang efisien dalam
arti mampu menghasilkan keuntungan untuk kemakmuran masyarakat, yang
tinggal di dalam dan sekitar kawasan konservasi.
 Mengetahui masalah dan alternatif penyelesaiannya
Penjelasan mengenai karakteristik geografi dan luas Kawasan Taman Nasional
Meru Betiri yang memiliki luas 58.000 Ha dapat dijadikan alternatif penyelesaian
terkait permasalahan penggunaan lahan konservasi yang kurang baik. Hal ini akan
menjadi informasi bagi inisiator program supaya bisa menyesuaikan kondisi yang
ada di lapang dengan program yang akan dilaksanakan. Adanya informasi
mengenai permasalahan bahwa, petani masih menggunakan cara tradisional dalam
melaksanakan usahataninya maka, perlu dilakukan pelatihan usahatani secara
modern dengan berbagai fasilitas pendukung sehingga akan meningkatkan hasil
usahataninya. Kemudian, apabila terdapat masyarakat yang tidak memiliki lahan
usahatani, inisiator dapat membuat alternatif pariwisata alam di Kawasan Taman
Nasional Meru Betiri dengan masyarakat sekitar sebagai pekerjanya.

5
4. Pendapatan rumah tangga petani dapat dijadikan sebagai acuan bagi penyusunan
program pemberdayaan masyarakat khususnya pada desa yang terdapat dalam studi
kasus. Seperti yang terlihat pada studi kasus, pekerjaan petani menjadi pekerjaan yang
mendominasi desa tersebut sehingga pemberdayaan dalam masyarakat tani dapat
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam merubah
kesejahteraan petani. Sebagai kunci keberhasilan tersebut, pendapatan rumah tangga
petani dapat dijadikan indikator dalam pemberdayaan masyarakat.
Pendapatan rumah tangga petani merupakan rata-rata pendapatan yang
didapatkan oleh petani untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Pendapatan ini
memiliki keterkaitan dengan tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh petani itu
sendiri. Apabila pendapatan rumah tangga mereka tinggi tentunya kesejahteraan
mereka akan sangat terjamin karena mereka mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidup mereka, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Tetapi sebaliknya, apabila
pendapatan rumah tangga mereka rendah maka mereka akan cenderung kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan. Adapun rata – rata pendapatan Desa Andongrejo yang
tertera yaitu Rp. 803.528 per tahun. Pendapatan tersebut tergolong rendah jika
dibandingkan dengan standart hidup layak menurut Sajogyo (1997) yaitu ekivalen
beras 320/kg/kapita per tahun. Dan rata-rata keluarga petani ada 4 orang. Dan harga
beras per kg. Rp.2.000.- maka petani paling sedikit harus mempunyai pendapatan
pertahun rata-rata Rp.2.560.000.- Harapan hidup layak yang diinginkan oleh
masyarakat di lokasi kajian masih terlampau tinggi dari pada yang digariskan oleh
Sajogyo. Hal ini disebabkan karena harapan yang diinginkan masyarakat sudah
meliputi semua pengeluaran untuk kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, indikator rata-rata pendapatan rumah tangga petani dapat
dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan program pemberdayaan masyarakat. Hal
ini dapat dijadikan acuan bagi penyusunan pemberdayaan masyarakat agar program
pemberdayaan berjalan efektif. Sesuai dengan tujuan adanya pemberdayaan,
peningkatan kesejahteraan merupakan tujuan utama dalam pemberdayaan masayrakat
dan dengan memperhatikan indikator pendapatan, kesejahteraan petani dapat
dipenuhi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Subaktini, Dewi. 2006. Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman
Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur (Kasus di Desa Andongrejo, Wonosari,
Curahnongko dan Sanenrejo). Forum Geografi, Vol. 20, No. 1, pp. 55-67.

Anda mungkin juga menyukai