Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi Profil dan Potensi Desa)
Penduduk dari Kabupaten Takalar berdasarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
sebanyak 326.044 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki terdiri atas 159.339 jiwa dan
penduduk perempuan terdiri atas 166.705 jiwa. Sementara itu besarnya angka rasio jenis
kelamin tahun 2023 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan 96 (Badan Pusat
Statistik, 2024). Di Dusun Tamajannang salah satu dusun di Desa Banyuanyara,
Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Di Desa
Banyuanyara dikenal salah satu komoditas rumpur laut, padi dan jangung. Dusun
Tamajannang terletak pada ketinggian 36 meter di atas permukaan laut dengan luas
wilayah mencapai skitar 7,39 km2 (Nasional, 2023). Wilayah ini, relatif kecil dan
memiliki potensi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pada data
tahun 2008 di Desa Banyuanyara memiliki kepadatan penduduk sebanyak 366 jiwa/km 2
dari keseluruhan dusun pada desa tersebut (Statistik, 2019). Kepadatan penduduk terjadi
peningkatan pada tahun 2015 sebesar 2.877 jiwa/km 2. Data tersebut menunjukkan
kepadatan moderat, setiap individu di sini memiliki peran penting dalam membangun
komunitas berkelanjutan. Dengan, penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk
yang berumur 15 tahun keatas, PUK terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Takalar adalah sebesar 65.86%
sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3.58%. sebanyak 29.48% PUK
berpendidikan SMA. Ketika dilihat menurut jam kerja seluruhnya 65.82% PUK bekerja
selama 35 jam atau lebih sedangkan menurut jenis pekerjaannya 26.25% bekerja Tenaga
Usaha Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan (Badan Pusat Statistik, 2024).
Figure 1. Peta Dusum Tamajannang di Desa Banyuanyara
Pada gambar diatas, rute menuju Dusun Tamajannang di Desa Banyuanyara. Desanya
terletak berdekatan dengan SMPN 1 Mappakasunggu, jadi kita memakan 1 jam
perjalanan ke dusun itu dari Kampus kita yaitu Universitas Negeri Makassar dengan 35,2
km2. Kondisi pada dusun disana masih segar dan minim populasi yang tidak seperti
populasi udara yang ada di kota. Di dusun tersebut masih kental dengan adat istiadat dan
tradisi hingga rasa gotong royong dan kekeluargaan pada masyarakat dusun disana masih
terjaga dengan baik dengan keamanan tergolong kondusif dan memiliki tanah daratan
rendah. Tetapi, didusun itu mempunyai hambatan pada tingkat angka pendidikan dan
teknologi. Tingkat angka pendidikan di dusun tersebut masih rendah dengan data didapat
untuk Angka Partisipasi Murni (APM) di tahun 2023 untuk SD sebesar 99,32, SMP
sebesar 89,79 dan SMA sebesar 65,52 dengan peningkatan penduduk begitu pesat
sehingga mempengaruhi pada produksi petani hanya hasil panen tersebut menjualnya ke
pasar tradisional dan faslitas pendidikan kurang pemadai seperti diruang kelas, buku
pelajaran dan guru hingga menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah (Badan
Pusat Statistik, 2024).
Meningkatnya penjualan listrik di Kabupaten Takar tecatat sebesar 161.954.940 kWh
dengan jumlah pelanggan mencapai 84.477 pelanggan. Fasilitas pada akses air masih
kurang karena sistem pada irigasi dusun itu masih belum memadai oleh pemerintah dan
dusun itu sering terjadi musim kemarau panjang hingga menyebabkan kekeringan dan
kekurangan membuat hambatan buat petani dan jumlah air disalurkan oleh PDAM selama
tahun 2023 mencapai 4.422.247 m3 dengan nilai produksi sebesar 17.328.700.199 rupiah
dan jumlah pelanggan aktif mencapai 16.717 pelanggan (Badan Pusat Statistik, 2024).
Petani memiliki modal usaha masih kurang karena mayoritas penduduk itu petani dengan
pendapatan rendah, jika petani berusaha mendapatkan kredit perbankan untuk modal
usaha tetap susah kalau di kredit perbankan itu mempunyai bunga kredit tinggi.
Kurangnya, sosialisasi dalam pelatihan dan penyuluhan tentang teknik pertanian yang
modern hingga harga jual padi pasar sering mengalami fluktuasi, tidak stabil hingga
petani dusnu itu tidak mengalami keuntungan dengan pembeli padi dengan harga rendah.
Salah satu komunitas petani di dusun itu “Kelompok Tani Tambalagia” yang diketuai
Bapak Hamza Fajar dengan anggota 24 orang (termasuk wakil dan bendahara pada
komunitas tersebut). Komunitas ini mengutamakan padi sawah dengan kegiatan
menanam padi sawah, mengelola sawa bersama, mengadakan pelatihan dan melakukan
kegiatan sosial maupun gotong royong. Fasilitas seperti peralatan dalam pertanian yang
tersedia pada komunitas ialah traktor, hand traktor dan pompa air, memiliki lumbung padi
bersama dan memiliki akses ke irigasi. Dalam komunitas Kelompok Tani Tambalagia
memiliki potensi dalam usaha tani karena memiliki tanah yang subur untuk menanam
padi di sawah, memiliki akses keirigasi yang dapat membantu dalam menanam padi,
dengan sumber daya manusia cukup banyak dan komunitas Kelompok Tani Tambalagia
memiliki kerjasama dengan pemerintah maupun lembaga usaha lainnya. Dengan potensi
yang didapatkan komunitas ini, memiliki peluang dalam meningkatkan produk padi
dengan menggunakan teknik modern maupun pupuk/pestisida digunakan dan
meningkatkan akses ke air bersih untuk usahatani, pengolahan pasca panen dengan hasil
bagus dapat meningkatkan nilai jual padi hingga Kelompok Tani Tambalagia bisa
mengembangkan usaha taninya dalam bentuk lainnya seperti beternak atau menanam
sayur-sayuran dengan kerja sama ke perusahaan swasta atau lembaga swadaya
masyarakat untuk membantu modal usaha dan pelatihan.
2. Permasalahan Mitra
BAB II
SOLUSI PERMASALAHAN
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Pengembangan pertanian berkelanjutan di Dusun Tamajannang, Desa Banyuanyara, tidak
terlepas dari berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi oleh Kelompok Tani Tambalagia
sebagai mitra utama dalam program ini. Untuk dapat memberikan solusi yang tepat sasaran dan
berkelanjutan, langkah awal yang sangat penting adalah mengidentifikasi secara komprehensif
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh mitra dalam menjalankan kegiatan usaha tani
mereka setelah itu menguraikan bagaimana partisipasi mitra dalam pelaksanaan program.
Dengan memahami akar permasalahan secara mendalam, tim pelaksana program dapat
merumuskan solusi dan pemecahan masalah yang sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.
Oleh karena itu, tahapan identifikasi masalah dan pencarian solusi menjadi prioritas utama dalam
pelaksanaan program ini. Berikut adalah langkah-langkah yang akan ditempuh:
1. Penilaian Awal dan Identifikasi Permasalahan
a) Melakukan kunjungan lapangan secara intensif ke Dusun Tamajannang. Kunjungan
lapangan ini dilakukan secara berkala dan mendalam agar tim pelaksana program dapat
melihat langsung kondisi di lapangan serta berinteraksi secara intens dengan masyarakat
setempat. Kunjungan lapangan memberikan gambaran nyata tentang situasi yang
dihadapi dan membantu dalam mengidentifikasi permasalahan secara akurat.
b) Mengadakan wawancara mendalam dengan anggota Kelompok Tani Tambalagia.
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari para petani
mengenai tantangan dan kendala yang mereka hadapi dalam menjalankan usaha tani.
Wawancara ini memungkinkan tim untuk memahami perspektif dan pengalaman petani
secara lebih mendalam, sehingga dapat mengidentifikasi permasalahan yang mungkin
tidak terlihat dari luar.
c) Mengumpulkan data dan informasi terkait kondisi eksisting, tantangan, dan kendala
dalam menjalankan usaha tani. Pengumpulan data dan informasi dilakukan secara
komprehensif untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang situasi yang dihadapi
oleh para petani. Data dan informasi ini mencakup aspek-aspek seperti pola tanam,
teknologi pertanian yang digunakan, ketersediaan sumber daya alam, infrastruktur
pendukung, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kegiatan usaha tani.
d) Mengkaji aspek-aspek seperti produktivitas lahan, pengelolaan sumber daya alam, akses
teknologi dan input pertanian, penanganan pasca panen, serta pemasaran hasil pertanian.
Kajian ini dilakukan untuk mengidentifikasi secara spesifik permasalahan-permasalahan
yang terkait dengan aspek-aspek tersebut. Misalnya, apakah produktivitas lahan rendah
karena kurangnya pengetahuan tentang teknik budidaya atau karena masalah kesuburan
tanah? Atau apakah akses terhadap teknologi dan input pertanian terbatas karena
keterbatasan finansial atau kurangnya ketersediaan di wilayah tersebut?
e) Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif terkait aspek ekonomi, seperti hasil panen,
harga jual, biaya operasional, pendapatan rumah tangga petani, dan lain-lain. Data
kuantitatif dan kualitatif ini penting untuk memahami kondisi ekonomi para petani
secara lebih mendalam. Informasi seperti hasil panen, harga jual, dan biaya operasional
dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh
petani dari kegiatan usaha tani mereka.
f) Menggunakan metode pengumpulan data seperti observasi lapangan, wawancara semi-
terstruktur, diskusi kelompok terarah, dan studi dokumen. Penggunaan berbagai metode
pengumpulan data ini memungkinkan tim untuk mendapatkan informasi yang lebih
lengkap dan mendalam. Observasi lapangan memberikan gambaran langsung tentang
kondisi di lapangan, sementara wawancara semi-terstruktur dan diskusi kelompok
terarah memungkinkan tim untuk memperoleh informasi dari sudut pandang para petani
dan pemangku kepentingan lainnya. Studi dokumen juga penting untuk memperoleh data
sekunder yang relevan.
g) Melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang dihadapi
oleh Kelompok Tani Tambalagia, mencakup aspek teknis, ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Analisis mendalam ini dilakukan untuk memahami permasalahan secara
holistik dan menentukan faktor-faktor utama yang menyebabkan permasalahan tersebut.
Aspek teknis meliputi masalah terkait budidaya tanaman, pengelolaan sumber daya, dan
teknologi yang digunakan. Aspek ekonomi mencakup masalah terkait biaya produksi,
pemasaran, dan pendapatan. Aspek sosial meliputi masalah terkait budaya masyarakat,
pengetahuan, dan keterampilan petani. Sementara aspek lingkungan mencakup masalah
terkait kondisi alam, iklim, dan keberlanjutan lingkungan.
h) Menyajikan hasil analisis dalam bentuk laporan komprehensif yang menggambarkan
permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra. Laporan komprehensif ini menjadi dasar
untuk merumuskan solusi dan pemecahan masalah yang tepat sasaran. Laporan ini harus
disusun secara jelas dan terstruktur, sehingga memudahkan pemahaman dan komunikasi
dengan mitra serta pemangku kepentingan lainnya.
2. Analisis dan Perumusan Solusi oleh Tim Pelaksana Program
a) Menganalisis secara mendalam data dan informasi yang telah dikumpulkan dari
penilaian awal untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang dihadapi Kelompok Tani
Tambalagia. Pada tahap ini, tim pelaksana program akan meninjau kembali seluruh data
dan informasi yang telah diperoleh dari kunjungan lapangan, wawancara, observasi, dan
studi dokumen. Analisis mendalam akan dilakukan dengan menggunakan metode-
metode analisis data kualitatif dan kuantitatif yang relevan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor utama yang menjadi penyebab dari permasalahan yang
dihadapi oleh Kelompok Tani Tambalagia. Analisis ini akan mencakup aspek teknis,
ekonomi, sosial, dan lingkungan yang terkait dengan kegiatan usaha tani mereka.
b) Merumuskan solusi dan pemecahan masalah secara komprehensif oleh tim pelaksana
berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Setelah akar permasalahan teridentifikasi, tim
pelaksana program akan merumuskan solusi dan pemecahan masalah secara menyeluruh.
Perumusan solusi ini akan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait, seperti
ketersediaan sumber daya, keberlanjutan lingkungan, kelayakan ekonomi, dan dampak
sosial. Tim pelaksana program akan mengeksplorasi berbagai alternatif solusi dengan
menggunakan pendekatan ilmiah dan mengacu pada praktik-praktik terbaik dari
penelitian terdahulu atau studi kasus sejenis.
c) Merancang solusi yang mencakup berbagai aspek, seperti:
 Peningkatan produktivitas lahan melalui penerapan teknologi dan praktik pertanian
yang tepat. Solusi ini akan merancang strategi untuk meningkatkan produktivitas
lahan pertanian dengan menerapkan teknologi dan praktik pertanian yang sesuai
dengan kondisi lokal. Misalnya, penggunaan bibit unggul, teknik budidaya yang
efisien, sistem irigasi yang optimal, dan pengelolaan hama terpadu.
 Penguatan akses terhadap input pertanian berkualitas seperti bibit unggul, pupuk, dan
peralatan modern. Solusi ini akan memastikan akses petani terhadap input pertanian
berkualitas yang dibutuhkan, seperti bibit unggul, pupuk organik atau anorganik yang
tepat, serta peralatan pertanian modern yang dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas usaha tani.
 Perbaikan sistem penanganan pasca panen untuk meminimalkan kehilangan hasil
panen. Solusi ini akan merancang sistem penanganan pasca panen yang lebih baik,
seperti penyediaan fasilitas penyimpanan yang memadai, penerapan teknik
pengolahan dan pengemasan yang tepat, serta peningkatan keterampilan petani dalam
penanganan pasca panen.
 Pengembangan jejaring pemasaran yang lebih luas dan menguntungkan bagi petani.
Solusi ini akan membantu petani dalam mengakses pasar yang lebih luas dan
menguntungkan, baik pasar lokal maupun regional. Hal ini dapat dilakukan dengan
membangun kemitraan dengan pedagang, distributor, atau pasar modern, serta
memperkuat peran kelompok tani dalam pemasaran produk secara kolektif.
 Diversifikasi produk pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan
petani. Solusi ini akan mendorong petani untuk melakukan diversifikasi produk
pertanian, seperti mengembangkan produk olahan atau mengusahakan komoditas lain
yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini akan memberikan sumber pendapatan
tambahan bagi petani dan meningkatkan ketahanan ekonomi rumah tangga.
d) Mempertimbangkan masukan dan saran dari Kelompok Tani Tambalagia serta pemangku
kepentingan lainnya melalui musyawarah untuk menyempurnakan solusi yang
dirumuskan. Meskipun tim pelaksana program merumuskan solusi secara komprehensif,
masukan dan saran dari Kelompok Tani Tambalagia serta pemangku kepentingan lainnya
sangat penting untuk memastikan bahwa solusi yang dirumuskan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan nyata di lapangan. Oleh karena itu, tim pelaksana program akan
mengadakan musyawarah dengan melibatkan kelompok tani dan pemangku kepentingan
lainnya untuk mendiskusikan solusi yang telah dirumuskan. Masukan dan saran dari para
peserta musyawarah akan dipertimbangkan untuk menyempurnakan solusi tersebut.
3. Penyusunan Rencana Aksi (Program yang akan dilaksanakan)
a. Identifikasi Tahapan Kegiatan
Menguraikan setiap solusi yang dirumuskan ke dalam serangkaian kegiatan spesifik,
mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Berikut adalah kegiatan untuk
peningkatan produktivitas lahan :
 Persiapan : Identifikasi lahan potensial, penyediaan bibit unggul
 Pelaksanaan : Pelatihan teknik budidaya, pendampingan petani, monitoring
pertumbuhan tanaman.
 Evaluasi : Analisis dampak pada produktivitas dan pendapatan petani.
Khusus untuk aspek ekonomi, kegiatan dapat mencakup :
Pengembangan sistem pemasaran : identifikasi pasar, penetapan harga, strategi
distribusi, dan promosi.
 Pelatihan kewirausahaan dan manajemen keuangan : Memberikan pelatigan
pencatatan keuangan, manajemen modal kerja, dan pengembangan usaha.
b. Alokasi Sumber Daya
 Mengalokasikan sumber daya manusia : Menguraikan setiap solusi yang dirumuskan
ke dalam serangkaian kegiatan spesifik, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga
evaluasi.
 Mengalokasikan sumber daya finansial untuk kegiatan peningkatan pendapatan dan
akses permodalan :
a) Pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, alat pasca panen) dengan dukungan
subsidi dari pemerintah.
b) Pengembangan infrastruktur pemasaran (transportasi, fasilitas penyimpanan)
dengan kerjasama pemerintah daerah.
c) Penyediaan modal usaha atau akses kredit bagi petani melalui kemitraan dengan
lembaga keuangan seperti koperasi.
c. Penyusunan Jadwal Kegiatan
Menetapkan jadwal pelaksanaan yang realistis dan terukur untuk kegiatan ekonomi, seperti:
a) Analisis biaya produksi:
- Dilakukan sebelum musim tanam dimulai
- Mengkaji komponen biaya benih, pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain
- Membantu petani memperkirakan investasi yang dibutuhkan
b) Kegiatan pemasaran dan distribusi:
- Dilaksanakan pada saat panen raya tiba
- Mencakup aktivitas penetapan harga jual, pengangkutan hasil panen, dan negosiasi
dengan pembeli
- Mengoptimalkan penjualan di pasar lokal maupun regional
c) Pelatihan keuangan dan manajemen modal:
- Diselenggarakan menjelang akhir tahun
- Membekali petani dengan kemampuan pencatatan, pengelolaan modal kerja, dan
pengembangan usaha
d) Mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
- Siklus tanam komoditas unggulan di daerah setempat
- Pola panen yang terjadi sepanjang tahun
- Aktivitas pasar dan jadwal perdagangan di tingkat lokal maupun regional
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan ekonomi secara terstruktur dan tepat waktu
dengan:
- Melibatkan peran aktif pemerintah daerah, asosiasi petani, dan lembaga terkait
- Memastikan keselarasan jadwal dengan ketersediaan sumber daya manusia dan anggaran
- Menyusun rencana kontinjensi untuk mengantisipasi perubahan kondisi yang tak terduga
d. Penetapan Indikator Keberhasilan
- Menentukan indikator keberhasilan yang terukur untuk aspek ekonomi, seperti
peningkatan pendapatan petani (nilai penjualan, margin keuntungan), diversifikasi
produk dan pasar, efisiensi biaya produksi (rasio biaya-manfaat), dan adopsi praktik
manajemen keuangan oleh petani.
- Menggunakan indikator kuantitatif dan kualitatif untuk memantau dampak ekonomi
program.
- Memastikan indikator ekonomi dapat digunakan untuk mengevaluasi peningkatan
kesejahteraan petani.
- Mengidentifikasi potensi tantangan ekonomi dan mempersiapkan langkah penyesuaian
yang diperlukan.
BAB IV
JADWAL KEGIATAN
4.1. Jadwal Kegiatan
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Proyek Membangun Desa
Maret April
No Nama Kegiatan III IV I II III
1. Rapat-rapat tim peneliti
Penyusunan dan Penyerahan draft
2.
laporan (proposal sebelum turun
lapangan)
Penyusunan pedoman
3.
wawancara dan angket
Wawancara kepada ketua
4.
kelompok tani “Tambalagi” di
desa Banyuanyara
5. Editing dan cross check data
Penyusunan laporan akhir (proposal
6.
setelah turun lapangan)
Penyerahan laporan akhir (proposal
7.
setelah turun lapangan)

Berdasarkan Tabel 4.1, proyek survei terkait pembangunan di desa Banyuanyara terbagi
menjadi delapan tahapan yang penting untuk dilaksanakan. Tahapan pertama adalah rapat-
rapat tim peneliti yang merupakan forum reguler bagi anggota tim untuk membahas strategi,
analisis situasi (spekulasi) yang berfokus kepada kondisi desa dan mitra yang akan diteliti, dan
menspekulasikan permasalahan mitra dan solusinya. Selanjutnya, dalam tahap kedua,
dilakukan penyusunan dan penyerahan draft laporan, yang merupakan rancangan awal survei
sebelum turun lapangan, memberikan gambaran tentang tujuan, metode, dan rencana kegiatan
survei. Tahap ketiga melibatkan penyusunan pedoman wawancara dan angket, yang menjadi
panduan bagi tim peneliti saat berinteraksi dengan responden dan penyusunan angket juga
dilakukan untuk mendukung pengumpulan data yang sistematis dan terstruktur. Tahapan
keempat adalah wawancara dengan ketua kelompok tani "Tambalagi" di desa tersebut, yang
merupakan bagian dari pengumpulan data lapangan. Dilanjutkan dengan tahap kelima, yaitu
editing dan cross check data, di mana data yang telah terkumpul disunting dan diperiksa untuk
memastikan keakuratan dan konsistensinya. Selanjutnya, tahap keenam adalah penyusunan
laporan akhir survei setelah turun lapangan, dan tahap terakhir adalah penyerahan laporan
akhir kepada pihak berwenang untuk menindaklanjuti hasil-hasil survei tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 . wawancara dengan ketua dan beberapa anggota Kelompok Tani Tambalagia
DusunTamajannang di Desa Banyuanyara
Lampiran 2. Kondisi Lahan kegiatan semua anggota kelompok tani

Anda mungkin juga menyukai