I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai wilayah pesisir serta lautan dengan peran penting sebagai sumber
penghidupan bagi masyarakat dan kesejahteraan bangsa (Syah, 2010; Basri, 2021). Kedua
wilayah ini diharapkan mampu menjadi landasan bagi pertumbuhan negara Indonesia pada masa
depan (Darmawan & Lingga, 2021). Nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi sebagai potensi
sumber daya pesisir dan laut, hendaknya pengelolaannya harus terencana dan terpadu agar
sumberdaya tersebut mengalami keberlanjutan (Nengsih, 2020; Kusuma, 2010). Menurut data
Kementerian Kelautan serta Perikanan tahun 2017 bahwa area yang potensial untuk budidaya
ikan di Indonesia adalah sekitar 17,92 juta ha, dengan potensi untuk budidaya air payau 2,96 juta
ha, namun pemanfaatan potensi untuk budidaya air payau baru mencapai 22,50 %,sehingga
peluang budidaya ikan di air payau masih besar.
Budidaya ikan maupun udang di tambak merupakan suatu jenis usaha yang memanfaatkan
potensi dari kawasan pesisir (Pamungkas, 2019)..Serta meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan dengan mengelola dan mengendalikan sumber daya perikanan dengan bijaksana
(Dewi, 2020). Minimnya pengetahuan dan juga kondisi sistem budidaya ikan di tambak yang
tidak efisien mengakibatkan kurangnya produksi ikan (Senff et al. 2018). Menurunya produksi
tambak juga disebabkan oleh rendahnya kualitas air akibat tingginya muatan material organik
(Rukminasari et al. 2020). Maka dari itu perlu untuk mengetahui cara budidaya ikan yang baik
(CBIB), dengan penerapan CBIB maka diharapkan produktivitas budidaya ikan dapat
ditingkatkan (Ayu Mayasari & Waskita Sari, 2016). CBIB memiliki peranan dalam
keberlanjutan budidaya perikanan (Athirah et al. 2020). CBIB juga menciptakan akuakultur yang
aman termasuk pengurangan penggunaan bahan kimia (Booncharoen & Anal, 2021).
Budidaya ikan di tambak Desa Fahiluka telah dilakukan sejak tahun 1989 hingga saat ini,
dan dilakukan secara mandiri. Menurut (Adi Patra & Patra, 2018) bahwa kendala yang sering
dihadapi oleh para pembudidaya tambak adalah terbatasnya modal dan lemahnya kemampuan
dalam manajemen usaha. Usaha tambak di Desa Fahiluka mengalami penurunan kualitas
produksi ikan akibat badai seroja, sehingga menyebabkan kerusakan wilayah pesisir dan
menurunkan daya dukung lingkungan. Daya dukung tambak air payau adalah konsep utama
untuk pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan (Ratnawati & Indrajaya, 2012). Pendekatan
lingkungan dalam melakukan pengembangan budidaya dapat mengatasi tantangan dalam
budidaya ikan di tambak (Jamal et al. 2018). Pemanfaatan potensi yang ada di kawasan Desa
Fahiluka belum memberikan profit yang baik bagi masyarakat. Maka dari itu diperlukan evaluasi
kesesuaian dan daya dukung lingkungan pesisir yang ada untuk mendukung pengembangan
tambak (Liufeto, 2019).
Strategi pembudidayaan dapat ditinjau dengan melihat aspek internal ataupun eksternal
yakni kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman, sehingga mampu untuk menentukan strategi
yang tepat serta berguna agar pemanfaatan lahan di daerah tersebut mampu dimanfaatkan dengan
baik dan benar. Analisis SWOT berfungsi menyusun strategi alternatif, sehingga mampu
mendukung pengembangan akuakultur (Rimmer et al. 2013), setelah itu strategi tersebut
dianalisis dengan menerapkan Quantitative Strategic Matrix guna menentukan preferensi strategi
(Wijayanto, 2016) dan juga untuk menilai daya tarik relatif dari strategi alternatif yang
dipertimbangkan (Moogouei, 2014). Agar bisa diterapkan di Desa Fahiluka, sehingga peneliti
mengerjakan riset dengan judul yakni “Strategi pengembangan budidaya tambak di Desa
Fahiluka Kecamatan Malaka Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Pengembangan budidaya tambak di Desa Fahiluka belum maksimal dan juga belum
memberikan hasil yang baik yang disebabkan oleh kurangnya perhatian pada aspek internal serta
eksternal. Dengan demikian, Desa Fahiluka sebagai desa dengan potensi tambak yang baik perlu
memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan usaha budidaya tambak.
Perlu dilaksanakan identifikasi beberapa aspek internal ataupun eksternal yakni kekuatan,
kelemahan, peluang serta ancaman guna mendeskripsikan formulasi strategi pada pengembangan
kawasan tambak budidaya Di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, ditentukan rumusan masalah pada riset, yakni:
1. Apa saja aspek-aspek internal serta eksternal yang berperan sebagai kekuatan,kelemahan,
peluang, serta ancaman bagi kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka?
2. Apa saja alternatif-alternatif strategi yang sesuai untuk mengembangkan kawasan budidaya
bandeng di Desa Fahiluka, berdasarkan kondisi internal serta eksternal?
3. Bagaimana strategi prioritas yang sebaiknya diimplementasikan untuk mengembangkan
kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi internal serta eksternal aspek yang berperan sebagai kekuatan serta
kelemahan, peluang serta ancaman bagi kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka
2. Menentukan berbagai alternatif strategi yang tepat guna mengembangkan kawasan budidaya
bandeng di Desa Fahiluka sesuai dengan kondisi internal serta eksternal.
3. Menetapkan prioritas strategi yang sebaiknya diimplementasikan untuk mengembangkan
kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka.
D. Manfaat Penelitian
1. Menjadi bahan pertimbangan, pemberian saran serta masukan bagi pemerintah daerah, atau
masyarakat sekitarnya guna pengembangan budidaya tambak di desa Fahiluka.
2. Meningkatkan wawasan bagi penulis berkaitan dengan upaya pengembangan budidaya
tambak.
3. Menjadi referensi bagi peneliti mengerjakan riset selanjutnya serta pihak yang
membutuhkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Malaka adalah salah satu daerah pemerintahan baru di wilayah provinsi Nusa
Tenggara Timur, dan dibentuk pada tahun 2013(UU NO 43 TAHUN 2008), dimana terdapat 12
Kecamatan, Kecamatan Malaka Tengah merupakan satu dari ke-12 kecamatan tersebut . Desa
Fahiluka adalah sebuah desa yang terdapat dalam wilayah Kecamatan Malaka Tengah.
B. Budidaya Tambak
Tambak didefinisikan salah satu lingkungan yang dimanfaatkan manusia menjadi wadah
guna melakukan aktivitas budidaya air payau yang berlokasi di kawasan pesisir, selain itu
tingginya hasil produk budidaya tambak cukup menarik perhatian masyarakat untuk melakukan
usaha budidaya tambak (Ahmad et al. 2016). Budidaya tambak telah dilakukan oleh masyarakat
Indonesia sejak lama, aktivitas pembukaan lahan tambak dengan cara mengkonversi hutan
mangrove menjadi lahan tambak dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
(Zakiyah, 2014).
Usaha budidaya tambak berkelanjutan didefinisikan aktivitas budidaya tambak yang ramah
lingkungan yang memperhitungkan parameter biofisik tempat serta daya dukung lingkungannya.
Sementara potensi di wilayah tersebut tidak diantisipasi untuk direalisasikan sepenuhnya dalam
pengembangan budidaya perikanan yang aman secara ekologis serta berkelanjutan, harus
disediakan ruang bagi zona penyangga, rumah jaga, saluran irigasi tambak, serta fasilitas
produksi tambak (Utojo et al. 2009).
Budidaya tambak juga menciptakan munculnya tantangan dan ancaman dari kegiatan
budidaya tersebut, maka dari itu adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
tantangan dan ancaman tersebut yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar perikanan
budidaya yang bertanggung jawab seperti pendekatan lingkungan dalam melakukan
pengembangan budidaya (Jamal et al, 2018). Menurut pengerjaan riset oleh (Sriyanto et al.
2018), mengemukakan terdapat beberapa aspek yang perlu diperhitungkan ketika ingin
melakukan budidaya tambak, yaitu pemilihan lokasi, kemiringan lahan, jarak dengan laut, jarak
dengan sungai, kemiringan lahan, pH tanah,curah hujan, aksesibilitas dan tekstur tanah.
G. Pencocokan Data
Pencocokan data merupakan hasil dari pencocokan matriks IFAS dan EFAS, selanjutnya
dimasukan kedalam matriks SWOT. Sebagai sisi positif kekuatan bisa dimanfaatkan untuk
pengembangan. Sedangkan kelemahan merupakan kekurangan yang ada dalam usaha. Peluang
menjelaskan kesempatan yang ada diluar usaha yang memungkinkan usaha tersebut memperoleh
keuntungan. Terdapat sembilan sel pada matriks SWOT. Pada analisis SWOT terdapat empat key
success factors. Terdapat empat sel yang dikhususkan untuk key success factors, empat sel untuk
strategi, serta satu sel di kiri atas yang biasanya kosong. Empat sel strategi yang ditunjuk SO,
WT, ST, serta WT dihasilkan dari sel berlabel S, W, O, serta T yang menunjukkan key success
factors seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Adapun tahapan penyusunan matriks SWOT menurut
(David & David, 2017) yaitu membuat daftar ancaman eksternal Badan Usaha, kemudian
menyusun daftar kekuatan serta kelemahan kunci internal Badan Usaha. Kemudian, cocokkan
kekuatan internal serta peluang eksternal, kemuadian catat hasilnya pada sel strategi SO.
Dilanjutkan dengan mencocokkan kelemahan internal serta peluang eksternal, kemuadian
mencatat hasilnya pada sel strategi WO. Selanjutnya, cocokkan kekuatan internal serta ancaman
eksternal, kemudian catat hasilnya padasel strategi ST. Terakhir, cocokkan kelemahan internal
serta ancaman eksternal, kemudian catat hasilnya padasel strategi WT.
Tabel 4. Matriks SWOT
aspek internal atau IFAS STRENGTH (S) .WEAKNESS (W)
Didefinisikan aspek peluang Strategi yang dipakai dengan Strategi yang diterapkan
yang berasal dari luar menerapkan kekuatan yang guna meminimalkan
ada dengan memanfaatkan kelemahan dengan peluang
peluang
THREATS (T) STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T)
Didefinisikan aspek ancaman Strategi yang dipakai dengan Strategi yang dipakai
yang berasal dari luar memanfaatkan kekuatan guna dengan meminimalkan
menghindari ancaman kelemahan guna
menghindari ancaman
F. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan akan dilakukan evaluasi terhadap berbagai alternatif strategi yang
dirumuskan sedemikian rupa dari matriks SWOT. Selain itu, dilanjutkan dengan pembuatan
QSPM. Berikut dijelaskan tahapan pembuatan QSPM (David & David, 2017), langkah pertama
yaitu membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan serta kelemahan dari Badan Usaha, serta
diletakan pada kolom sebelah kiri, lalu pemberian bobot bagi masing-masing aspek kunci,
setelah melakukan pembobotan, dilanjutkan dengan pelaksanaan identifikasi strategi alternatif
menurut pertimbangan Badan Usaha, setelah itu menulis strategi yang telah diperoleh pada
bagian atas baris QSPM. Selanjutnya yakni pengelompokan strategi yang telah diperoleh di
bagian atas baris QSPM lalu kelompokan strategi yang telah diperoleh ke dalam satu kesatuan
hingga jelas. Selanjutnya menentukan AS yakni nilai yang menunjukan kemenarikan relatif bagi
masing-masing strategi yang terpilih. Nilai AS harus ada pada masing-masing strategi agar
bertujuan menentukan kemenarikan relatif suatu strategi dibandingkan dengan strategi lain.
Batasan nilai (AS) yakni 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 =
sangat menarik, langkah yang dilakukan selanjutnya yakni menghitung TAS dari perkalian bobot
serta AS pada masing-masing baris. Total attractiveness score menguraikan bahwa kemenarikan
relatif dari masing-masing strategi alternatif yang diperoleh. Menghitung keseluruhan AS
(STAS). Jumlah semua tas pada masing-masing kolom QSPM, setelah melakukan pengurutan
nilai Tas, makaniali TAS dari strategi alternatif yang memiliki nilai tinggilah yang menunjukan
bahwa strategi alternatif tersebut , layak serta menjadi pilihan utama.