Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

Judul : Strategi Pengembangan Budidaya Tambak di Desa


Fahiluka Kecamatan Malaka Tengah
Nama : Wilhelmus Alfaryanto Leven
Nim : 1813010009
Pembimbing I : Dr. Franchy Ch. Liufeto,S.Pi,M.Si
Pembimbing II : Wesly Pasaribu, S.Pi.,M.Si
Penguji :

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai wilayah pesisir serta lautan dengan peran penting sebagai sumber
penghidupan bagi masyarakat dan kesejahteraan bangsa (Syah, 2010; Basri, 2021). Kedua
wilayah ini diharapkan mampu menjadi landasan bagi pertumbuhan negara Indonesia pada masa
depan (Darmawan & Lingga, 2021). Nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi sebagai potensi
sumber daya pesisir dan laut, hendaknya pengelolaannya harus terencana dan terpadu agar
sumberdaya tersebut mengalami keberlanjutan (Nengsih, 2020; Kusuma, 2010). Menurut data
Kementerian Kelautan serta Perikanan tahun 2017 bahwa area yang potensial untuk budidaya
ikan di Indonesia adalah sekitar 17,92 juta ha, dengan potensi untuk budidaya air payau 2,96 juta
ha, namun pemanfaatan potensi untuk budidaya air payau baru mencapai 22,50 %,sehingga
peluang budidaya ikan di air payau masih besar.
Budidaya ikan maupun udang di tambak merupakan suatu jenis usaha yang memanfaatkan
potensi dari kawasan pesisir (Pamungkas, 2019)..Serta meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan dengan mengelola dan mengendalikan sumber daya perikanan dengan bijaksana
(Dewi, 2020). Minimnya pengetahuan dan juga kondisi sistem budidaya ikan di tambak yang
tidak efisien mengakibatkan kurangnya produksi ikan (Senff et al. 2018). Menurunya produksi
tambak juga disebabkan oleh rendahnya kualitas air akibat tingginya muatan material organik
(Rukminasari et al. 2020). Maka dari itu perlu untuk mengetahui cara budidaya ikan yang baik
(CBIB), dengan penerapan CBIB maka diharapkan produktivitas budidaya ikan dapat
ditingkatkan (Ayu Mayasari & Waskita Sari, 2016). CBIB memiliki peranan dalam
keberlanjutan budidaya perikanan (Athirah et al. 2020). CBIB juga menciptakan akuakultur yang
aman termasuk pengurangan penggunaan bahan kimia (Booncharoen & Anal, 2021).
Budidaya ikan di tambak Desa Fahiluka telah dilakukan sejak tahun 1989 hingga saat ini,
dan dilakukan secara mandiri. Menurut (Adi Patra & Patra, 2018) bahwa kendala yang sering
dihadapi oleh para pembudidaya tambak adalah terbatasnya modal dan lemahnya kemampuan
dalam manajemen usaha. Usaha tambak di Desa Fahiluka mengalami penurunan kualitas
produksi ikan akibat badai seroja, sehingga menyebabkan kerusakan wilayah pesisir dan
menurunkan daya dukung lingkungan. Daya dukung tambak air payau adalah konsep utama
untuk pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan (Ratnawati & Indrajaya, 2012). Pendekatan
lingkungan dalam melakukan pengembangan budidaya dapat mengatasi tantangan dalam
budidaya ikan di tambak (Jamal et al. 2018). Pemanfaatan potensi yang ada di kawasan Desa
Fahiluka belum memberikan profit yang baik bagi masyarakat. Maka dari itu diperlukan evaluasi
kesesuaian dan daya dukung lingkungan pesisir yang ada untuk mendukung pengembangan
tambak (Liufeto, 2019).
Strategi pembudidayaan dapat ditinjau dengan melihat aspek internal ataupun eksternal
yakni kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman, sehingga mampu untuk menentukan strategi
yang tepat serta berguna agar pemanfaatan lahan di daerah tersebut mampu dimanfaatkan dengan
baik dan benar. Analisis SWOT berfungsi menyusun strategi alternatif, sehingga mampu
mendukung pengembangan akuakultur (Rimmer et al. 2013), setelah itu strategi tersebut
dianalisis dengan menerapkan Quantitative Strategic Matrix guna menentukan preferensi strategi
(Wijayanto, 2016) dan juga untuk menilai daya tarik relatif dari strategi alternatif yang
dipertimbangkan (Moogouei, 2014). Agar bisa diterapkan di Desa Fahiluka, sehingga peneliti
mengerjakan riset dengan judul yakni “Strategi pengembangan budidaya tambak di Desa
Fahiluka Kecamatan Malaka Tengah”.

B. Rumusan Masalah
Pengembangan budidaya tambak di Desa Fahiluka belum maksimal dan juga belum
memberikan hasil yang baik yang disebabkan oleh kurangnya perhatian pada aspek internal serta
eksternal. Dengan demikian, Desa Fahiluka sebagai desa dengan potensi tambak yang baik perlu
memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan usaha budidaya tambak.
Perlu dilaksanakan identifikasi beberapa aspek internal ataupun eksternal yakni kekuatan,
kelemahan, peluang serta ancaman guna mendeskripsikan formulasi strategi pada pengembangan
kawasan tambak budidaya Di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, ditentukan rumusan masalah pada riset, yakni:
1. Apa saja aspek-aspek internal serta eksternal yang berperan sebagai kekuatan,kelemahan,
peluang, serta ancaman bagi kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka?
2. Apa saja alternatif-alternatif strategi yang sesuai untuk mengembangkan kawasan budidaya
bandeng di Desa Fahiluka, berdasarkan kondisi internal serta eksternal?
3. Bagaimana strategi prioritas yang sebaiknya diimplementasikan untuk mengembangkan
kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi internal serta eksternal aspek yang berperan sebagai kekuatan serta
kelemahan, peluang serta ancaman bagi kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka
2. Menentukan berbagai alternatif strategi yang tepat guna mengembangkan kawasan budidaya
bandeng di Desa Fahiluka sesuai dengan kondisi internal serta eksternal.
3. Menetapkan prioritas strategi yang sebaiknya diimplementasikan untuk mengembangkan
kawasan budidaya bandeng di Desa Fahiluka.

D. Manfaat Penelitian
1. Menjadi bahan pertimbangan, pemberian saran serta masukan bagi pemerintah daerah, atau
masyarakat sekitarnya guna pengembangan budidaya tambak di desa Fahiluka.
2. Meningkatkan wawasan bagi penulis berkaitan dengan upaya pengembangan budidaya
tambak.
3. Menjadi referensi bagi peneliti mengerjakan riset selanjutnya serta pihak yang
membutuhkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Malaka adalah salah satu daerah pemerintahan baru di wilayah provinsi Nusa
Tenggara Timur, dan dibentuk pada tahun 2013(UU NO 43 TAHUN 2008), dimana terdapat 12
Kecamatan, Kecamatan Malaka Tengah merupakan satu dari ke-12 kecamatan tersebut . Desa
Fahiluka adalah sebuah desa yang terdapat dalam wilayah Kecamatan Malaka Tengah.

Gambar 1. Lokasi penelitian

B. Budidaya Tambak
Tambak didefinisikan salah satu lingkungan yang dimanfaatkan manusia menjadi wadah
guna melakukan aktivitas budidaya air payau yang berlokasi di kawasan pesisir, selain itu
tingginya hasil produk budidaya tambak cukup menarik perhatian masyarakat untuk melakukan
usaha budidaya tambak (Ahmad et al. 2016). Budidaya tambak telah dilakukan oleh masyarakat
Indonesia sejak lama, aktivitas pembukaan lahan tambak dengan cara mengkonversi hutan
mangrove menjadi lahan tambak dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
(Zakiyah, 2014).
Usaha budidaya tambak berkelanjutan didefinisikan aktivitas budidaya tambak yang ramah
lingkungan yang memperhitungkan parameter biofisik tempat serta daya dukung lingkungannya.
Sementara potensi di wilayah tersebut tidak diantisipasi untuk direalisasikan sepenuhnya dalam
pengembangan budidaya perikanan yang aman secara ekologis serta berkelanjutan, harus
disediakan ruang bagi zona penyangga, rumah jaga, saluran irigasi tambak, serta fasilitas
produksi tambak (Utojo et al. 2009).
Budidaya tambak juga menciptakan munculnya tantangan dan ancaman dari kegiatan
budidaya tersebut, maka dari itu adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
tantangan dan ancaman tersebut yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar perikanan
budidaya yang bertanggung jawab seperti pendekatan lingkungan dalam melakukan
pengembangan budidaya (Jamal et al, 2018). Menurut pengerjaan riset oleh (Sriyanto et al.
2018), mengemukakan terdapat beberapa aspek yang perlu diperhitungkan ketika ingin
melakukan budidaya tambak, yaitu pemilihan lokasi, kemiringan lahan, jarak dengan laut, jarak
dengan sungai, kemiringan lahan, pH tanah,curah hujan, aksesibilitas dan tekstur tanah.

C. Strategi Pengembangan Usaha


Strategi didefinisikan suatu upaya yang dijalankan oleh sebuah organisasi untuk mencapai
tujuan-tujuannya, hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai peluang serta berbagai
ancaman pada lingkungan luar atau eksternal yang dihadapi organisasi tersebut. Selain itu juga,
sumber daya serta kemampuan internal dari organisasi tersebut (Jatmiko, 2003).
Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi strategi yang akan dibuat. Berikut tiga faktor tersebut yaitu lingkungan luar atau
eksternal, sumberdaya serta kemampuan yang dimiliki internal, dan juga tujuan yang akan
dicapai. Sebuah organisasi perlu memiliki strategi yang tepat. Strategi itu harus mampu
menerapkan dasar pemahaman mengenai bagaimana sebuah perusahaan bisa bersaing dengan
perusahaan lain atau bertahan. Perusahaan atau organisasi perlu mengetahui apa yang menjadi
saingan utama bisnis yang dilakukan. Dengan peningkatan wawasan terhadap konsep strategis
maka akan menentukan keberhasilan dan suksesnya konsep strategis yang disusun. Konsep yang
dimaksudkan yakni Distinctive Competence, didefinisikan tindakan yang dijalankan Badan
Usaha supaya mampu mengerjakan aktivitas lebih baik dibandingkan pesaingnya. Sedangkan
Competitive Advantage didefinisikan peningkatan aktivitas spesifik oleh Badan Usaha supaya
lebih terlihat dibandingkan dengan pesaingnya.
Rangkuti (2006) mengemukakan terdapat tiga macam strategi yakni Strategi manajemen,
meliputi strategi dengan orientasi pengembangan strategi makro, yakni seperti strategi penetapan
harga, strategi pengembangan pasar, strategi pengembangan produk, strategi pengembangan
produk, strategi keuangan, strategi akuisisi, serta sebagainya. Selanjutnya yakni Strategi
Investasi, didefinisikan aktivitas dengan fokus investasi. Conttohnya yakni apakah Badan Usaha
ini mengejar strategi pertumbuhan agresif atau mencoba menembus pasar, strategi bertahan
hidup, strategi membangun kembali divisi baru, atau strategi divestasi, serta sebagainya. Strategi
terakhir yakni Strategi Bisnis, didefinisikan strategi bisnis secara fungsional sebab berorientasi
pada beberapa fungsi aktivitas manajemen, contohnya yakni strategi produksi atau operasional,
strategi pemasaran, strategi organisasi, strategi distribusi, serta berbagai strategi dengan
kaitannya mengenai keuangan.

D. Pengembangan Budidaya Tambak Berkelanjutan


Perikanan budidaya didefinisikan salah satu sektor yang berperan penting pada nilai sosial
serta ekonomi, hal ini berdasarkan adanya kegiatan ekspor produk perikanan, munculnya
dampak estimasi dari pembangunan sektor perikanan yang mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat nelayan, namun aktivitas perikanan juga mampu menciptakan multiplier negative
apabila ditinjau berdasarkan dampak yang dapat muncul pada kawasan pesisir, dalam hal
perencanaan pembangunan berkelanjutan, lebih baik menempatkan penekanan yang lebih besar
pada budidaya laut sebagai solusi untuk implikasi keberlanjutan dari budidaya. Ini karena jumlah
dukungan biokapasitas yang substansial, sehingga memungkinkannya memenuhi permintaan
tujuan keoptimalan hasil perikanan budidaya, namun tetap menjaga kelangsungan dari ekosistem
mangrove (Ditya et al, 2012).
Menurut (Mustafa dan taruna mulia, 2009) mengemukakan salah satu prinsip dasar yang
harus dipahami sejak awal dalam rangka mengelola sumber daya alam serta lingkungan secara
berkelanjutan, yang termasuk dalam konsep ini adalah daya dukung lahan dan termasuk lahan
budidaya tambak. Pada umumnya lahan tambak yang disurvei terdapat di lokasi areal ekosistem
laut dan daratan, dalam menentukan lokasi terbaik penting untuk mengetahui karakteristik lahan
seperti topografi , hidrologi, vegetasi, iklim, dan tanah, sedangkan pengolahan lahan untuk
meningkatkan produktivitas tambak (Utojo et al, 2011).

E. Internal Factor Analysis System (IFAS)


Matriks EFAS atau dikenal dengan Internal Factor Analysis System merupakan matriks
yang memiliki peranan untuk menganalisis berbagai aspek internal (di dalam Badan Usaha),
dimana berbagai aspek tersebut yakni kekuatan serta kelemahan (Kurniawan & Abidin, 2019).
Proses yang dikerjakan yakni melakukan identifikasi berbagai berbagai aspek termasuk
kelemahan serta kekuatan, selanjutnya aspek tersebut diberikan bobot serta rating, pemberian
bobot dengan skala 1,0 (sangat penting) hingga 0,0 (tidak penting) keseluruhan pembobotan
dilarang melebihi 1,0, selanjutnya pemberian rating menerapkan skala 4-1(David & David,
2017). bagi nilai pada aspek internal jika nilainya mendekati 1, maka terdapat banyak
kelemahan internal dibandingkan dengan kekuatannya, begitupun sebaliknya nilai internal
mendekati 4, maka makin banyak kekuatan dibandingkan kelemahannya.

F. External Factor Analysis Strategy (EFAS)


Matriks EFAS atau dikenal dengan External Factor Analysis Strategy merupakan
matriks yang memiliki peranan untuk menganalisis berbagai aspek eksternal (di luar Badan
Usaha), dimana berbagai aspek tersebut yakni peluang serta ancaman (Kurniawan & Abidin,
2019). Pembobotan dan penilaian dari setiap data yang diperoleh tentang faktor eksternal
memiliki tujuan yaitu untuk memberikan penilaian pada faktor tersebut. Pembobotan memiliki
tujuan yaitu menjumlahkan aspek internal serta eksternal dengan skala 1,0 artinya sangat penting
hingga 0,0 tidak penting. Jumlah dari pembobotan yang dilakukan dilarang melebihi skor total
yakni 1,0 (David & David, 2017). Selanjutnya pada pemberian rating skala yang digunakan
adalah 4 sampai 1. Jika skor total yang dihasilkan diatas 2,5 yang merupakan nilai rata-rata,
menunjukan bahwa Badan Usaha mempunyai posisi internal yang kuat. Jika hasil skor
keseluruhan kurang dari 2,5 memperlihatkan secara internal bahwa Badan Usaha lemah
(Moogouei, 2014).

G. Analisis Strength, Weakness, Opportunities, Threat (SWOT)


SWOT diterapkan guna mengidentifikasi masalah berupa (strength, weakness,
opportunities, serta threats), selanjutnya yakni identifikasi berbagai aspek secara terarah agar
dapat menetapkan suatu strategi usaha (Strategi SO, ST, WO,WT) (Qanita, 2020). Analisis
SWOT bersifat logis serta bertujuan guna memaksimalkan kekuatan serta peluang, disamping itu
secara simultan mampu meminimalkan kelemahan serta ancaman (Muhammad, 2018). Analisis
SWOT didasarkan pada logika yang mampu memaksimalkan kekuatan (strengths) serta peluang
(opportunities) namun secara simultan mampu meminimalkan kelemahan (weaknesses) serta
ancaman (threats). Fungsi matriks SWOT yakni sebagai instrumen pembantu para pembuat
kebijakan guna mengembangakan empat jenis strategi yang ada, yakni strategi SO,WO,SW serta
WT (Çelik et al., 2012). SWOT berperan dalam merumuskan berbagai strategi. Pada dasarnya,
strategi alternatif harus diarahkan pada upaya pemanfaatan kekuatan serta memperbaiki
kelemahan, kemudian memanfaatkan peluang yang ada serta mengatasi ancaman, sehingga
empat kelompok strategi alternatif yang berbeda dapat dihasilkan dari matriks SWOT, dijuluki
strategi SO,WO,WT serta WT (Istiqomah & Andriyanto, 2018).
Berikut yakni gambar matriks SWOT :
Intern faktor (IFAS) STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

Aspek kekuatan internal Aspek kelemahan internal


ditentukan ditentukan

Extern faktor (EFAS)


OPPORTUNITIES (O) STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O)

Aspek eksternal peluang Strategi yang ditemukan Strategi yang ditemukan


ditentukan dengan menerapkan kekuatan dengan meminimalkan
guna memanfaatkan peluang kelemahan guna
memanfaatkan peluang
THREATS (1) STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T)

Strategi yang ditemukan guna Strategi yang ditemukan


Aspek ancaman eksternal menggunakan kekuatan guna meminimalkan
ditentukan sehingga mampu mengatasi kelemahan sehingga
ancaman mampu menghindari
ancaman

Gambar 2. Matriks Swot , (David & David, 2017)


H. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
QPSM didefinisikan matriks yang diterapkan guna menganalisis berbagai kesediaan
alternatif strategi guna memperoleh prioritas strategi yang perlu diterapkan (Mahfud & Mulyani,
2017). QSPM pada prosesnya menggunakan analisis lingkungan eksternal serta internal, analisis
SWOT sebagai syarat dalam pembuatan QSPM (Febrianti dan K, 2014). QSPM didefinisikan
instrumen yang dianjurkan guna menjalankan evaluasi pemilihan strategi alternatif yang
dilakukan secara objektif menurut kunci sukses aspek internal serta eksternal (Amadea,2016).
Tujuan QSPM yakni guna memastikan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dipilih guna
menetapkan pendekatan mana yang harus diterapkan.
QSPM menggunakan perhitungan berupa perpaduan berbagai aspek internal serta eksternal
bagi penetapan strategi alternatif, selanjutnya pada proses ini dikerjakan pembobotan, yakni
pembobotan penentuan nilai daya tarik atau Attractiveness Scores (AS) serta total Attractiveness
Scores (TAS). Pada nilai AS dapat dijelaskan sebagai angka yang menunjukan daya tarik relatif
dari masing-masing strategi dari satu set alternatif. Adapun ketentuan dalam penilaian AS yakni
(Setyorini et al., 2016) yakni Nilai 1 = tidak Menarik, Nilai 2 = agak menarik, Nilai 3 = cukup
menarik, Nilai 4 = sangat menarik. Nilai TAS didapatkan melalui perkalian bobot nilai AS, Nilai
TAS tersebut kemudian dijumlahkan guna mendapatkan keseluruhan skor bagi beberapa
alternatif strategi, skor tertinggi mengidentifikasi pendekatan optimal guna diimplementasikan.

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Riset ini dikerjakan di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Riset lapangan untuk studi ini dikerjakan selama dua bulan yakni
pada bulan Februari-Maret 2022.
B. Alat Dan Bahan
Beberapa Alat serta bahan yang dipakai guna menunjang riset ini ditunjukkan pada Tabel
1.
Tabel 1. Alat dan bahan
No Alat Fungsi
1. Kuisoner Sebagai panduan untuk wawancara dengan
responden
2. Buku dan pena untuk mencatat hasil pengamatan dan hasil
wawancara dengan responden
3. Camera, perekam Sebagai alat dokumentasi

C. Jenis Dan Sumber Data


Riset ini menerapkan beberapa sumber data primer serta data sekunder. Sumber data
primer yakni melalui informasi serta observasi lapangan pada kegiatan usaha yang dijalankan,
pengisian kuisioner dan hasil wawancara data ini diperoleh dari para petani tambak maupun
pihak-pihak yang berkaitan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain mengenai literatur-
literatur dan juga instansi/dinas terkait dengan budidaya bandeng di Kecamatan Malaka Tengah.

D. Metode Penentuan Responden


Penentuan responden di Desa Fahiluka pada riset ini mengikuti metode sampling jenuh
atau sensus (Sugiyono, 2016) merupakan metode penentuan sampel bisa semua anggota populasi
dijadikan sampel, istilah lain dari sampling jenuh yakni sensus dengan menerapkan populasi
sebagai sampel. Metode sampling jenuh didefinisikan metode pengambilan sampel dengan
menerapkan seluruh populasi sebagai sampel (Dewi & Netra, 2015). Populasi para petambak di
Desa Fahiluka berjumlah 58 orang. Populasi petambak di Desa Fahiluka adalah 58 orang, maka
semua populasi dipakai sebagai sampel pada riset ini. Responden dipilih dari internal yaitu para
pembudidaya ikan bandeng yang berada di dalam kawasan Desa Fahiluka dan eksternal yaitu
pihak pemerintah atau instansi terkait yang berperan mengenai kawasan dan mengerti serta
memiliki peranan terhadap pengembangan kawasan budidaya.
E. Metode Pengumpulan Data
Terdapat beberapa langkah guna mengerjakan metode pengumpulan data pada riset ini
yakni observasi merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berdasarkan pengamatan dan sesuai
dengan fakta lapangan dan juga teks, melalui pengalaman panca indra tanpa manipulasi apapun
(Hasanah, 2017), selanjutnya wawancara adalah salah satu pengumpulan data dalam penelitian
khususnya dalam penelitian kualitatif (Rachmawati, 2007) selanjutnya adalah pemberian
lembaran kuesioner pada responden, kuesioner merupakan instrumen yang sering dipakai dalam
penelitian, seperti penelitian sosial.

F. Teknik Pengolahan Data


Analisis data tahap awal riset dilakukan melalui pengumpulan data dari pemerintah atau
instansi terkait dan selanjutnya lewat kuesioner yang diberikan pada responden, kemudian
proses selanjutnya adalah merangkum data untuk menjawab permasalahan. Setelah itu
dilanjutkan menggunakan analisis SWOT. Identifikasi aspek internal serta eksternal dilanjutkan
penyusunan pada matriks Internal Factor Analysis System dan matriks External Factor Analysis
Summary. Setelah itu maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis menggunakan SWOT
sehingga menggambarkan dengan jelas kekuatan dengan memanfaatkan peluang, kemudian
kekuatan digunakan untuk menghilangkan ancaman, untuk mengurangi kelemahan dengan
memperoleh peluang dan untuk mengatasi kelemahan dengan cara menghilangkan ancaman.
(Reressy et al. 2016), selanjutnya setelah melakukan analisis swot adalah pengambilan
keputusan yaitu dengan QSPM untuk memperoleh hasil alternatif yang dapat dipilih dari hasil
analisis SWOT (David et al. 2017).
1. Matriks Internal Factor Analysis System (IFAS)
Matriks IFAS pada riset ini diterapkan guna memberi penilaian serta pembobotan pada
aspek internal yang didapatkan yakni kekuatan serta kelemahan (Kurniawan & Abidin, 2019).
Adapun beberapa tahap dalam penyusunan IFAS menurut (David & David, 2017), pertama yakni
membuat daftar aspek internal utama yang diidentifikasi berupa kekuatan serta kelemahan.
Daftar kekuatan terlebih dahulu kemudian kelemahan, selanjutnya yakni menentukan bobot
dengan kisaran 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (semua penting) untuk setiap aspek serta jumlah
semua bobot harus sama dengan 1,0, langkah selanjutnya yakni menetapkan nilai, yakni 1-4
dengan ketentuan sebagai berikut, nilai 1 sangat lemah, nilai 2 tidak begitu lemah, nilai 3 cukup
kuat serta nilai 4 sangat kuat. Perhatikan bahwa kekuatan harus menerima nilai 3 atau 4, dan
kelemahan harus mendapat nilai 1 atau 2, dengan demikian penilaian didasarkan pada Badan
Usaha, setelah melakukan peratingan maka dilanjutkan dengan penentuan skor rata-rata untuk
setiap variable dengan cara mengalikan bobot serta nilai, setelah itu dilanjutkan dengan
menentukan skor total untuk Badan Usaha dengan cara menjumlahkan skor rata-rata.
Tabel 2. Matriks IFAS
Aspek-aspek Bobot Nilai Total
internal
Kekuatan Ai Bi=1,2,3,4 Skor x bobot
1
2
Kelemahan Ai Bi=1,2,3,4 Skor x Bobot
1
2
Total Ai=1,00 Ai x Bi

Sumber : David & David 2017

2. External Factor Analysis Strategy (EFAS)


Matriks EFAS memiliki fungsi sebagai penilai terhadap aspek eksternal berupa peluang
serta ancaman. Adapun tahapan penyusunan EFAS menurut (David & David, 2017) adalah yang
pertama membuat daftar aspek eksternal utama yang diidentifikasi berupa peluang serta
ancaman, daftarkan peluang terlebih dahulu lalu ancaman. Selanjutnya adalah menentukan bobot
dengan kisaran 0,0 atau tidak penting hingga 1,0 atau semua penting, berlaku bati setiap aspek
serta jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0, langkah selanjutnya yakni menetapkan
nilai, nilai yang diberikan yakni 1 hingga 4 dengan ketentuan: 1 dibawah rata-rata, 2 rata-rata, 3
diatas rata-rata serta 4 sangat bagus, setelah melakukan penilaian maka dilanjutkan dengan
penentuan skor rata-rata untuk setiap variable dengan cara mengalikan bobot serta nilai, setelah
itu dilanjutkan dengan menentukan skor total bagi Badan Usaha dengan cara menjumlahkan skor
rata-rata.
Tabel 3. Matriks EFAS
Aspek-aspek Bobot Nilai Total
Eksternal
Peluang Ai Bi=1,2,3,4 Ai x Bi
1
2
Ancaman Ai Bi-=1,2,3,4 Skor x bobot
1
2
Total Ai=1,00 Aix Bi

Sumber : David & David, 2017

G. Pencocokan Data
Pencocokan data merupakan hasil dari pencocokan matriks IFAS dan EFAS, selanjutnya
dimasukan kedalam matriks SWOT. Sebagai sisi positif kekuatan bisa dimanfaatkan untuk
pengembangan. Sedangkan kelemahan merupakan kekurangan yang ada dalam usaha. Peluang
menjelaskan kesempatan yang ada diluar usaha yang memungkinkan usaha tersebut memperoleh
keuntungan. Terdapat sembilan sel pada matriks SWOT. Pada analisis SWOT terdapat empat key
success factors. Terdapat empat sel yang dikhususkan untuk key success factors, empat sel untuk
strategi, serta satu sel di kiri atas yang biasanya kosong. Empat sel strategi yang ditunjuk SO,
WT, ST, serta WT dihasilkan dari sel berlabel S, W, O, serta T yang menunjukkan key success
factors seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Adapun tahapan penyusunan matriks SWOT menurut
(David & David, 2017) yaitu membuat daftar ancaman eksternal Badan Usaha, kemudian
menyusun daftar kekuatan serta kelemahan kunci internal Badan Usaha. Kemudian, cocokkan
kekuatan internal serta peluang eksternal, kemuadian catat hasilnya pada sel strategi SO.
Dilanjutkan dengan mencocokkan kelemahan internal serta peluang eksternal, kemuadian
mencatat hasilnya pada sel strategi WO. Selanjutnya, cocokkan kekuatan internal serta ancaman
eksternal, kemudian catat hasilnya padasel strategi ST. Terakhir, cocokkan kelemahan internal
serta ancaman eksternal, kemudian catat hasilnya padasel strategi WT.
Tabel 4. Matriks SWOT
aspek internal atau IFAS STRENGTH (S) .WEAKNESS (W)

Didefinisikan aspek yang Didefinisikan aspek


berkaitan dengan kekuatan kelemahan yang berasal
yang berasal dari dalam dari dalam
faktor eksternal atau EFAS
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O)

Didefinisikan aspek peluang Strategi yang dipakai dengan Strategi yang diterapkan
yang berasal dari luar menerapkan kekuatan yang guna meminimalkan
ada dengan memanfaatkan kelemahan dengan peluang
peluang
THREATS (T) STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T)

Didefinisikan aspek ancaman Strategi yang dipakai dengan Strategi yang dipakai
yang berasal dari luar memanfaatkan kekuatan guna dengan meminimalkan
menghindari ancaman kelemahan guna
menghindari ancaman

Sumber : David & David, 2017

F. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan akan dilakukan evaluasi terhadap berbagai alternatif strategi yang
dirumuskan sedemikian rupa dari matriks SWOT. Selain itu, dilanjutkan dengan pembuatan
QSPM. Berikut dijelaskan tahapan pembuatan QSPM (David & David, 2017), langkah pertama
yaitu membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan serta kelemahan dari Badan Usaha, serta
diletakan pada kolom sebelah kiri, lalu pemberian bobot bagi masing-masing aspek kunci,
setelah melakukan pembobotan, dilanjutkan dengan pelaksanaan identifikasi strategi alternatif
menurut pertimbangan Badan Usaha, setelah itu menulis strategi yang telah diperoleh pada
bagian atas baris QSPM. Selanjutnya yakni pengelompokan strategi yang telah diperoleh di
bagian atas baris QSPM lalu kelompokan strategi yang telah diperoleh ke dalam satu kesatuan
hingga jelas. Selanjutnya menentukan AS yakni nilai yang menunjukan kemenarikan relatif bagi
masing-masing strategi yang terpilih. Nilai AS harus ada pada masing-masing strategi agar
bertujuan menentukan kemenarikan relatif suatu strategi dibandingkan dengan strategi lain.
Batasan nilai (AS) yakni 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 =
sangat menarik, langkah yang dilakukan selanjutnya yakni menghitung TAS dari perkalian bobot
serta AS pada masing-masing baris. Total attractiveness score menguraikan bahwa kemenarikan
relatif dari masing-masing strategi alternatif yang diperoleh. Menghitung keseluruhan AS
(STAS). Jumlah semua tas pada masing-masing kolom QSPM, setelah melakukan pengurutan
nilai Tas, makaniali TAS dari strategi alternatif yang memiliki nilai tinggilah yang menunjukan
bahwa strategi alternatif tersebut , layak serta menjadi pilihan utama.

Tabel 5. Matriks QSPM


No aspek kunci Bobot Alternatif strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
1
2
3
Tota
l

Sumber : David & David, 2017

Anda mungkin juga menyukai