Anda di halaman 1dari 113

STRATEGI PEMASARAN

OBJEK WISATA ALAM TALAGA REMIS


DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN

YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH. E14050578. Strategi Pemasaran


Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai.
Dibimbing oleh YULIUS HERO.

Objek Wisata Alam Talaga Remis terletak di Kabupaten Kuningan dengan


menawarkan konsep hutan wisata yang menarik. Perkembangan usaha wisata
menuntut usaha objek wisata untuk mengembangkan dan memasarkan produk
atau jasa yang dibutuhkan telah tersedia dan tentunya berbeda dari para
pesaingnya. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alternatif strategi pemasaran
yang tepat untuk dijalankan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar.
Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran
pemasaran. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengusahaan Obyek
Wisata Alam Talaga Remis tercermin dari bauran pemasaran (marketing mix),
yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat atau
saluran distribusi (place).
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Selanjutnya, data
tersebut digunakan untuk mengkaji lingkungan internal dengan matriks IFE dan
lingkungan eksternal dengan matriks EFE. Kedua matriks tersebut digunakan
dalam matriks IE yang bertujuan untuk melihat posisi perusahaan saat ini. Adapun
perumusan alternatif strategi dilakukan dengan analisis SWOT. Pengambilan
keputusan dalam perumusan strategi menggunakan analisis matriks QSPM.
Berdasarkan hasil tahapan analisis strategi pemasaran menunjukkan bahwa
Objek Wisata Alam Talaga Remis berada pada sel V berdasarkan matrik IE yaitu
Hold and Maintain dengan strategi yang tepat untuk dilakukan adalah penetrasi
pasar dan pengembangan produk. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT
dihasilkan empat alternatif yang dapat dilakukan oleh Objek Wisata Alam Talaga
Remis. Dari empat alternatif strategi yang ada, alternatif strategi WT (Weakness-
Threat) yang terpilih sebagai strategi prioritas utama yang pertama dari beberapa
alternatif strategi yang dianalisis dengan matrik QSPM dan didukung dengan
diagram analisis SWOT.
Strategi WT (Weakness-Threat) yang terpilih sebagai alternatif prioritas
yang pertama dan utama diharapkan dapat diterapkan oleh pihak pengusahaan
Objek Wisata Alam Talaga Remis yang bekerjasama dengan semua stakeholder
lainnya baik masyarakat sekitar kawasan maupun pihak pengelola yaitu Balai
Taman Nasional Gunung Ciremai.

Kata Kunci : Pemasaran, Objek Wisata Alam, Analisis QSPM


SUMMARY

YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH. E14050578. Marketing Strategy Of


Natural Park Talaga Remis in Gunung Ciremai National Park. Under supervision
YULIUS HERO.

Talaga Remis in Kuningan is one of Natural tourism which offering natural


forest concept. The development of tourist business attraction effort demanded to
develop and market products or services they need is available and certainly
different from its competitors. This study aims to develop alternative marketing
strategies appropriate to be run by Talaga Remis Natural tourism in an attempting
to maintain and improve market position.
One element in integrated marketing strategy is the marketing mix.
Marketing activities conducted by the concession Object Natural Tourism Talaga
Remis reflected in the marketing mix (marketing mix), the product (product),
price (price), promotional (promotion), and a place or channel of distribution
(place).
This study uses primary and secondary data. Furthermore, the data is used
to assessing internal environment of the IFE matrix and the external environment
with EFE matrix. Both the matrix used in matrix of IEwhich aims to determine
position company currently. Meanwhile the formulation of strategic alternatives
conducted by a SWOT analysis. Decision-making in formulating strategy of using
matrix analysis QSPM.
Based on results of the analysis phases of marketing strategy suggests that
Talaga Remis Natural tourism is located on the cell matrix V based on IE is Hold
and Maintain a proper strategy to do is market penetration and product
development. While based on a SWOT analysis produced four alternatives that
can be done by Talaga Remis Natural tourism. From the four alternative strategies
there, the alternative strategy of WT (Weakness-Threat) is selected as the strategic
priority of the first of several alternative strategies are analyzed by matrix QSPM
supported with diagrams and SWOT analysis.
Strategies WT (Weakness-Threat) which was selected as an alternative is
first and foremost priority expected to be implemented by the concession Talaga
Remis Natural tourism in cooperation with all other stakeholders, both
communities around the area as well as the manager of Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai.

Keywords: Marketing, Natural Attractions, QSPM Analysis


STRATEGI PEMASARAN
OBJEK WISATA ALAM TALAGA REMIS
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Skripsi : Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis
di Taman Nasional Gunung Ciremai
Nama Mahasiswa : Yayat Nasrulloh Hidayatulloh
NRP : E14050578

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Yulius Hero, M.Sc


NIP. 19650707 199003 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr.Ir. Didik Suhardjito, MS


NIP. 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus :
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi


Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung
Ciremai adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen
pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan
tinggi atau lembaga pendidikan manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Bogor, Juli 2011


Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 28 November


1986. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara
dari Ayahanda Toha dan Ibunda Esih.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis dimulai
dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sukaraja 2 Sumedang pada
tahun 1993-1999.
Kemudian pada tahun 1999-2002 melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2
Kuningan. Selanjutnya pada tahun 2002-2005 penulis melanjutkan pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 3 Sumedang. Pada Tahun 2005 penulis
melanjutkan pendidikan sarjana dengan menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI. Dan pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa
mayor Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Selama studi di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam kegiatan
organisasi mahasiswa antara lain menjabat sebagai wakil ketua DPM Fakultas
Kehutanan periode 2007-2008. Penulis juga menjabat sebagai sekretaris
Departemen Pembinaan Umat LDK Al-Hurriyyah periode 2007-2008, dan pada
periode yang sama menjabat sebagai pengurus bidang konstitusi MPM KM IPB.
Dalam masa perkuliahan penulis melaksanakan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2007 jalur Indramayu-Linggarjati. Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2008 di Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2010 di IUPHHK
PT Erna Djuliawati Kalimantan Tengah.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di
Taman Nasional Gunung Ciremai dibimbing oleh Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc.
KATA PENGANTAR

Salah satu potensi lingkungan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung


Ciremai yang tinggi berupa kekayaan dan keragaman dalam berbagai bentuk
alam, sejarah, adat, budaya, dan berbagai sumberdaya lain. Objek Wisata Alam
Talaga Remis merupakan salah satu objek wisata yang berada dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai yang memiliki keindahan, keunikan, dan
keberagaman pesona pariwisata.
Persaingan dalam industri pariwisata yang semakin ketat menawarkan
berbagai atraksi wisata maupun fasilitas yang menarik para pengunjung. Melihat
hal tersebut maka Objek Wisata Alam Talaga Remis memerlukan strategi
pemasaran yang bijak dan relevan agar Objek Wisata Alam Talaga Remis dapat
mempertahankan dan mengembangkan posisi pasar.
Alternatif strategi pemasaran yang terpilih menjadi prioritas utama yang
pertama adalah strategi WT (Weakness-Threat) yaitu strategi mengoptimalkan
fasilitas utama maupun penunjang dan menjalankan capacity building sumber
daya manusia di kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis.
Penyusunan strategi pemasaran menyangkut proses interaksi antara
kekuatan pemasaran di dalam perusahaan dan keadaan di luar perusahaan. Maka
dalam penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga
Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai menggunakan beberapa tahapan
formulasi strategi yang memperhitungkan kondisi internal dan ekternal Objek
Wisata Alam Talaga Remis antara lain : (1) Tahap pengumpulan data, meliputi;
(a) Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) matrik, (b) Evaluasi Faktor Internal (IFE)
matrik; (2) Tahap analisis dengan matrik Internal Ekternal (IE matrix) dan analisis
matrik SWOT, (3) Tahap pengambilan keputusan menggunakan matriks QSPM
yang diharapkan dapat menghasilkan alternatif strategi yang relevan dan bijak.
Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca, khususnya dapat menjadi masukan kepada pihak pengelola dan
pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis.

Bogor, Juli 2011


Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puja dan puji hanya milik Alloh SWT, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya yang telah membimbing, melindungi, memberi kelancaran, dan
kemudahan serta kenikmatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang
merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011 adalah Strategi Pemasaran Objek
Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai.
........Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (urusan dunia), maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah).
Dan hanya kepada Tuhanmulah berharap.......(Surat Al Insyirah 6-8)
Dalam kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga (Ayahanda Toha yang telah mendo’akan dan mendukung untuk
kuliah S1, Ibunda Esih yang dengan kelembutan, kesabaran, dan kasih
sayangnya selalu Ananda rasakan di dalam hati, adik-adikku : Yana Chaeru
Taufik Ismail, Yani Rusmiyati Nurjanah, Teguh Cahyadi, dan Indra Lesmana,
dan sanak keluarga besar yang telah memberikan do’a restu, kasih sayang,
dan dukungan baik moril maupun materiil)
2. Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran, masukan, dan nasehat-nasehat yang
berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik dan
pada waktu yang tepat.
3. Bapak Dr Ir Iin Ichwandi, M.Sc. selaku ketua sidang ujian komprehensif dan
Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si. sebagai wakil dari departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah memberikan saran dan masukan
yang berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik.
4. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang telah menerima dan
memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di Objek
Wisata Alam Talaga Remis.
5. Bapak Ir Hawal Widodo selaku plh Kepala Seksi Pengelolaan Taman
Nasional I Wilayah Kuningan.
iii

6. Ibu Betty Sulistiyorini, S. Si. selaku Kepala Unit Usaha Jasa dan Pariwisata
PDAU Darma Putra Kertaraharja.
7. Bapak Drs. Asep Budi Setiawan, M. Si. selaku Sekretaris Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan.
8. Bapak Dani Ramdhani selaku staf Humas Perum Perhutani KPH Kuningan
9. Teman-temanku Ahmad Wahyudi, Abdul Hakim, Achmad Rafiqul Umam,
Darma Antoni, Rani Puspitasari, Salwa Khoirunnisa, dan Kak Fatkhan atas
rasa persaudaraan dan dukungannya selama ini.
10. Teman-teman di Wisma Aria : Herman Hadiwijaya, Tedy Luhur Mandiri,
Rezi Hidayat, Bambang, Ruli, Derry, Dian, Rona, dan Kak Syahrozi atas
perhatian dan pengertiannya selama ini.
11. Teman-teman MNH 42, MNH 43, dan KPM 44 terima kasih atas kerjasama
dan rasa saling tolong menolong serta keceriaan yang tidak akan pernah
terlupakan.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan dalam skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan
tangan terbuka, penulis mengharapkan pendapat dan saran-saran perbaikan yang
membangun. Semoga skripsi yang dibuat oleh penulis dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, khususnya di bidang kehutanan.

Bogor, Juli 2011


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………….………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..………iv
DAFTAR TABEL………………………………………………...…..………...vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….……..……viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...…….....….ix
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………...……..…………...….1
1.1 Latar Belakang……………………………….……..………………..1
1.2 Perumusan Masalah………………………….…………..…………..3
1.3 Tujuan Penelitian………………………….....…..…………………..5
1.4 Manfaat Penelitian………………………...…………………………5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………..…………….6
2.1 Wisata, Pariwisata, dan Wana Wisata……………..…………..……6
2.2 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran……...…...……………...….6
2.2.1 Tujuan Pemasaran…………………………………………………7
2.3 Pemasaran Jasa…………………………………..……………….....8
2.4 Bauran Pemasaran…………………………...…...……………….....8
2.5 Analisis Lingkungan Perusahaan…………………...………..…….13
2.6 Matriks IFE dan Matriks EFE………………………...……..……..14
2.7 Matriks IE……………………………………....…………..……....14
2.8 Matriks SWOT……………………………...………….....………..15
2.9 Matriks QSPM……………………………………………...…...…17
2.10 Objek Wisata Alam…………………………………………...…....18
2.11 Ekowisata………………………………………………………..…21
2.12 Kajian Penelitian Terdahulu………………………………………..23
BAB III METODE PENELITIAN……………………..………………..….....25
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...………………………...……..….....25
3.2 Bahan dan Alat Penelitian………………………………………......25
3.3 Jenis dan Sumber Data yang Dikumpulkan………………………...25
3.3.1 Sumber Data ……………………………………………………26
3.4 Metode Pengumpulan Data………………………………………....27
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data……………...…………..…28
3.5.1 Analisis Deskriptif……………………………...…….…….....28
3.5.2 Analisis Tiga Tahapan Formulasi Strategi…………………….29
3.5.2.1 Tahap Masukan (Input Stage)…………..……….………29
3.5.2.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage)…………………....33
3.5.2.3 Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage) .……...36
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI………………………………………….38
4.1 Letak, Luas, dan Batas Objek Wisata Alam Talaga Remis…………38
4.2 Keadaan Umum Lapangan…………………………………………..38
4.3 Potensi Biologi……………………………………………………...39
4.4 Visi dan Misi Pihak Pengusahaan……….………………………….39
4.5 Daya Tarik Wisata…………………………………………………..42
4.6 Sejarah Peralihan Objek Wisata Alam Talaga Remis………………42
4.7 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai…………………………....44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….….46
5.1 Analisis Lingkungan Internal……………………………….……...46
5.1.1 Pasar dan Pemasaran…………………………………..…...46
5.1.2 Keuangan…………………………………………………..55
5.1.3 Produksi dan Operasi………………………………………56
5.1.4 Aspek Pengelolaan…………………………………………57
5.2 Analisis Lingkungan Eksternal…………………………………....57
5.2.1 Faktor Politik……………………………………………….57
5.2.2 Faktor Ekonomi……………………………………….……59
5.2.3 Faktor Sosial, Budaya, dan Lingkungan………………...…59
5.2.4 Faktor Teknologi………………………………………...…61
5.2.5 Faktor Persaingan………………………………………..…61
5.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman….……62
5.3.1 Kekuatan……………………...………………………..…..62
5.3.2 Kelemahan……………………………………………...…..64
5.3.3 Peluang…………………………………………………..…65
5.3.4 Ancaman………………...…………………………………67
5.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran…………………….……..69
5.4.1 Tahap Masukan…………………………………....…….…69
5.4.2 Tahap Pencocokan……………...…………………....…….72
5.4.3 Tahap Keputusan…………………………………….….….81
5.5 Perbandingan Penelitian Terdahulu………………………………...83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..……..86
6.1 Kesimpulan…………………………………………………….....86
6.2 Saran………………………………………………………..…….87
DAFTAR PUSTAKA………………………………...……..…………………. 88
LAMPIRAN………………………………………………….……………….....90
DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Penilaian bobot faktor internal…………………..…………………...….…...30
2. Penilaian bobot faktor eksternal…………………...…...…………………….31
3. Matriks IFE ………………………………....................…….........................32
4. Matriks EFE………………………………………………………………….32
5. Matriks SWOT………………………………………...……....……………..35
6. Matriks QSPM…………………………………………….……….………...37
7. Pendapatan pengunjung objek wisata alam Talaga Remis…………………..46
8. Daerah asal pengunjung objek wisata alam Talaga Remis…………………..47
9. Jumlah pengunjung objek wisata alam Talaga Remis……………………….47
10. Jumlah pengunjung ODTWA Talaga Remis pada bulan Januari - Maret…...48
11. Sarana dan prasarana objek wisata alam Talaga Remis………...……………50
12. Harga tiket objek wisata alam Talaga Remis…………………………….…..52
13. Perubahan harga tiket masuk objek wisata alam Talaga Remis……….….….53
14. Media informasi yang digunakan oleh pengunjung ODTWA Talaga Remis..54
15. Matriks IFE objek wisata alam Talaga Remis………………………..……..70
16. Matriks EFE objek wisata alam Talaga Remis…………………………...….71
17. Peringkat analisis matrik SWOT…………………………………………..…77
18. Matriks SWOT objek wisata alam Talaga Remis…………………………....78
19. Matriks QSPM objek wisata alam Talaga Remis………….………..……….85
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Marketing Mix……………………………………………………….……..…9
2. Matriks internal eksternal.……………………………………….………......15
3. Diagram analisis SWOT..…………………………………………....…..…..16
4. Analisis tahapan formulasi strategi…………………………………...…..….29
5. Tahap pencocokan matriks internal eksternal……………………….....…….34
6. Matriks internal eksternal objek wisata alam Talaga Remis…………..……..73
7. Diagram analisis SWOT objek wisata Talaga Remis ………………..….…...80
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis……………………………..91
2. Matriks perbandingan berpasangan faktor internal……………………........94
3. Peringkat faktor strategi internal………………………………………....…94
4. Matriks perbandingan berpasangan faktor eksternal…………..…………....95
5. Peringkat faktor strategi eksternal…………………………………..……....95
6. Rata-rata nilai atractive score (AS)…………………………………..….…96
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan merupakan kekayaan alam yang sangat potensial. Sumberdaya hutan
dapat menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat dicapai
dengan meningkatkan sistem pengelolaan yang bijak dan lestari. Pemanfaatan
hutan yang berlandaskan prinsip kelestarian sangat penting untuk menjamin
keberadaan hutan secara berkelanjutan. Hutan merupakan sumberdaya alam yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia dan mempunyai peran yang strategis baik
sebagai pelindung ekosistem dan plasma nutfah maupun dalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Hutan mempunyai dua jenis manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain:
1) manfaat tangible yang merupakan manfaat yang diperoleh dari hutan dan dapat
dinilai secara langsung; 2) manfaat intangible adalah manfaat yang tidak
langsung diperoleh dari hutan dan tidak dapat dinilai secara langsung.
Banyak masalah yang mengakibatkan nilai hutan menjadi turun, seperti
menurunnya potensi kayu yang diakibatkan oleh penebangan liar. Selain itu,
adanya perambahan kawasan hutan menyebabkan degradasi hutan secara terus
menerus sehingga jumlah luasan hutan menjadi berkurang dan kelestarian hutan
tidak terjaga lagi.
Pengoptimalan fungsi hutan sangat penting. Salah satu cara untuk
meningkatkan fungsi hutan adalah membangun dan meningkatkan manfaat hasil
hutan bukan kayu seperti jasa wisata untuk rekreasi alam. Rekreasi alam atau
wisata alam dapat meningkatkan peranan ekonomi kehutanan baik pada
perekonomian wilayah ataupun nasional.
Objek wisata alam menjadi alternatif pilihan konsumen untuk rekreasi dan
menghabiskan waktu luang. Usaha objek wisata alam semakin banyak
dikembangkan untuk memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan rekreasi.
Potensi pengembangan usaha objek wisata alam di kabupaten Kuningan cukup
tinggi dan memilki prospek yang cukup bagus di masa yang akan datang
dikarenakan ditunjang oleh potensi daerah yang baik dengan kondisi alam yang
berudara segar khas hawa hutan serta dukungan yang sangat besar dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Kuningan terkait pengembangan dunia pariwisata sesuai
dengan misi Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Pariwisata dan Konservasi.
Salah satu objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Kuningan adalah
Objek Wisata Alam Talaga Remis. Objek Wisata Alam Talaga Remis merupakan
objek wisata alam yang dibangun di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan
Kabupaten Kuningan. Saat ini pengelolaan Objek Wisata Alam Talaga Remis
dibawah pengawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang bekerjasama
dengan Perusahaan Daerah Aneka Usaha Darma Putra Kertaraharja yang
merupakan BUMD Kabupaten Kuningan.
Objek Wisata Alam Telaga Remis memiliki luasan sekitar 28 ha yang terdiri
dari 7,5 ha hutan tanaman (pinus dan sonokeling), sumber air yang berupa mata
air yang saat ini dimanfaatkan dengan cara membuat instalasi aliran air untuk
keperluan air bersih, wisata danau, dan fasilitas wisata yang lainnya. Potensi
visual lanskap/gejala alam di dalam kawasan yang mempunyai karakteristik khas
adalah danau/talaga. Objek wisata alam ini digunakan untuk wisata harian dengan
kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah piknik, bersampan, dan berziarah ke
makam keramat.
Talaga Remis adalah sebuah danau alam yang terletak di Desa Kaduela
Kecamatan Pasawahan yang berjarak ± 37 km dari pusat Kota Kuningan. Nama
Talaga Remis ternyata mempunyai arti tersendiri, nama Talaga Remis tersebut
diambil dari binatang sejenis kerang berwarna kuning yang banyak hidup di
sekitar talaga, binatang tersebut dikenal dengan sebutan “REMIS”. Selain itu,
Talaga remis merupakan perpaduan antara pesona alam pegunungan hutan serta
air talaga yang jernih, laksana kaca. Di tempat ini berhawa sejuk menantang untuk
berwisata alam.
Pengembangan Objek Wisata Alam Talaga Remis pada masa mendatang,
diperlukan sebuah perubahan paradigma pengusahaan wisata alam yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan/Customer Service Oriented (CSO) sehingga
pihak pengelola maupun pihak pengusahaan harus mengetahui berbagai keinginan
konsumen pada saat berkunjung ke lokasi wisata alam. Sehingga pelayanan yang
diberikan oleh pihak pengusahaan sesuai dengan harapan pengunjung yang
datang.
Manajemen Strategi Pemasaran adalah kunci utama suatu produk dan jasa
mampu dikenal oleh masyarakat agar nantinya diharapkan mampu bersaing di
pasar dan memenuhi kebutuhan/kepuasan pelanggan. Sehingga dibutuhkan suatu
perencanaan bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam memasarkan produk
atau jasanya agar terlihat berbeda di benak konsumen. Maka diperlukan suatu
upaya kajian strategi pemasaran bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam
menghadapi persaingan pasar.

1.2 Perumusan Masalah


Peraturan Pemerintah No 36 tahun 2010 dan Permenhut No P.48/Menhut-
II/2010 tentang pengusahaan pariwisata alam di Taman Nasional, Suaka
Margasatwa, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam menjadi dasar
terbentuk perusahaan daerah aneka usaha (PDAU) Darma Putra Kertaraharja
Kabupaten Kuningan.
Objek Wisata Alam Talaga Remis yang merupakan salah satu dari objek
wisata yang dikelola oleh perusahaan daerah Kabupaten Kuningan tersebut. Objek
Wisata Alam Talaga Remis telah mengalami beberapa peralihan pihak pengelola
dan pihak pengusahaan, antara lain :
1. Sebelum tahun 2002 dikelola oleh Perum Perhutani KPH Kabupaten
Kuningan
2. Tahun 2002–Agustus 2009 dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat–Banten di bawah KBM Agroforestry Ekowisata dan Jasa Lingkungan
3. September 2009–Desember 2009 dikelola kembali oleh Perum Perhutani KPH
Kabupaten Kuningan
4. Tahun 2010 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kuningan
No.430/kpts.213/Disparbud/2009 tertanggal 7 Juli 2009 pengusahaan Objek
Wisata Alam Talaga Remis diserahkan kepada Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Kuningan
5. Tahun 2011 berdasarkan SK Bupati Kuningan No.180/kpts.251 Huk/2010
tertanggal 29 Juli 2010 pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis
diserahkan kepada Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Darma Putra
Kertaraharja
6. Namun sejak berdiri Balai Taman Nasional Gunung Ciremai pada tahun 2004,
Objek Wisata Alam Talaga Remis dibawah pengelolaan dan pengawasan
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.
Saat ini Obyek Wisata Talaga Remis berada dalam zona pemanfaatan
Taman Nasional Gunung Ciremai. Adapun Perusahaan Daerah Aneka Usaha
(PDAU) Darma Putra Kertaraharja merupakan mitra dari Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai yang berperan sebagai pihak pengusahaan Objek Wisata Alam
Talaga Remis. Dengan adanya dua pihak yang memiliki orientasi berbeda antara
profit oriented dan konservasi maka tidak menutup kemungkinan terjadinya
gesekan maupun kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Ekowisata yang sebaiknya dikembangkan di kawasan konservasi sebaiknya
adalah ekowisata yang “HIJAU dan ADIL” (Green & Fair) untuk kepentingan
pembangunan berkelanjutan dan konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang
bertujuan untuk menyediakan alternatif ekonomi secara berkelanjutan bagi
masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi manfaat dari upaya konservasi
secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan sumberdaya alamnya
berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada konservasi dengan
meningkatkan kepedulian serta dukungan terhadap perlindungan bentang lahan
yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi
Strategi pemasaran yang bijak dan adil dalam pengelolaan maupun
pengusahaaan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Melihat hal tersebut tersebut
maka diperlukan adanya penelitian tentang strategi pemasaran Objek Wisata Alam
Talaga Remis agar dapat memberikan solusi mengenai strategi pemasaran yang
efektif dan efisien dalam mempertahankan sekaligus mengembangkan posisi pasar
Objek Wisata Alam Talaga Remis yang berbasiskan konservasi.
Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana perumusan alternatif
pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis
dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar baik pada tingkat
lokal maupun tingkat nasional.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian pada Objek Wisata
Alam Talaga Remis adalah merumuskan alternatif prioritas strategi pemasaran
yang tepat untuk dijalankan oleh pihak pengelola dan pihak pengusahaan Objek
Wisata Alam Talaga Remis.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian terkait Objek Wisata Alam Talaga Remis diharapkan dapat
memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi pihak pengelola maupun pengusahaan, diharapkan dapat menjadi
masukan dan bahan pertimbangan bagi manajemen dan pengusahaan Objek
Wisata Alam Talaga Remis dalam menerapkan strategi pemasaran.
2. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai potensi dan
pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata, Pariwisata dan Wana Wisata


Undang-Undang No 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 :
dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata. Undang-Undang nomor 9 tahun 1990 dijelaskan pula
bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait
di bidang tersebut.
Wana wisata merupakan obyek wisata alam yang berada di hutan produksi
atau hutan lindung. Widada (2008) menyebutkan bahwa dari berbagai perbedaan
konsep ekowisata dapat diketahui bahwa karakteristik ekowisata mencakup unsur-
unsur : lingkungan alam dan budaya, konservasi sumber daya alam, turis yang
bertanggungjawab, dan manfaat bagi penduduk lokal.
Tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk memperkenalkan,
mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik
wisata, memupuk rasa cinta tanah air, dan meningkatkan persahabatan antar
bangsa, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan
pekerjaan (Wiwoho dalam Wulan 2010).

2.2 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran


Kotler dan Keller (2007), pemasaran adalah proses perencanaan dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan pendistribusian gagasan,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memenuhi tujuan
individu dan organisasi. Pertukaran dalam konteks ini dimaksudkan sebagai
sebuah proses dimana dua atau lebih pihak saling mempertukarkan sesuatu yang
memiliki nilai sehingga pada akhirnya mereka merasa lebih baik setelah
melakukan proses tersebut.
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya
agar berkembang dan mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak
sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan
pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika
menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan
yang lebih baik terhadap perusahaan (Kotler & Keller 2007).
Definisi manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan
pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan
perusahaan (Kotler et al. 2005b).
Perubahan lingkungan bisnis yang terus berubah, setiap pelaku bisnis
dituntut untuk senantiasa beradaptasi dengan pola perubahan tersebut agar mereka
tetap kompetitif. Organisasi juga menghadapi dan mengalami berbagai perubahan
sejalan dengan terjadinya perubahan lingkungan bisnis. Untuk memperoleh
keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada merupakan rangkaian proses
dari analisis kasus yang memformulasikan semua keputusan yang akan diambil
berdasarkan justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur
maupun tidak terstruktur (Tjiptono et al. 2008a).

2.2.1 Tujuan Pemasaran


Tjiptono (2008b), tujuan pemasaran atau marketing objective adalah apa
yang akan dicapai oleh perusahaan melalui bagian pemasaran :
1. Titik awalnya adalah konsumen target,
2. Fokusnya adalah kebutuhan konsumen,
3. Sasarannya adalah laba melalui kepuasan konsumen,
4. Caranya melalui paduan antara promosi dan komunikasi pemasaran.
Kepuasan konsumen akan tercapai apabila perusahaan mampu untuk
menyediakan consumer value package, yang berupa :
1. Produk yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan konsumen,
2. Harga yang dapat terjangkau oleh konsumen target,
3. Pelayanan terhadap konsumen yang memuaskan,
4. Citra produk yang ditawarkan dianggap baik oleh sudut pandang konsumen.
Tingkat kepuasan konsumen terpenuhi berdasarkan consumer value
package, maka hasil penjualan produknya akan meningkat, dan akhirnya tujuan
pemasaran dapat tercapai, yaitu perolehan laba. Sebaliknya, apabila perusahaan
melalaikan kebutuhan konsumen dan hanya berfikir dari sudut pandang produsen
saja, kemungkinan hasil penjualan produknya akan menurun, sehingga laba yang
diperoleh minim, bahkan dapat terjadi adanya kerugian. Kepuasan konsumen
adalah segalanya bagi perusahaan yang berorientasi kepada pemasaran/marketing
(Tjiptono 2004).

2.3 Pemasaran Jasa


Kotler (2005a), perbedaan antara pemasaran jasa dengan pemasaran barang
(produk) adalah jasa secara kasat mata tidak dapat dilihat menimbulkan berbagai
permasalahan dalam mengembangkan strategi pemasaran. Sehingga jasa
merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Ada enam karakteristik jasa yang perlu diperhatikan oleh
penyedia jasa yaitu Intangibility (tidak nampak), Perishability (tidak dapat
disimpan), Heteroginity (bervariasi), Inseparability (tidak dapat dipisahkan antara
produksi dan konsumsi), People based (sangat tergantung pada kinerja karyawan)
dan Contact customer (hubungan dengan konsumen secara langsung).

2.4 Bauran Pemasaran


Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran
pemasaran, yang merupakan strategi perusahaan, yang berkaitan dengan
penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada satu
segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya. Marketing mix
merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem
pemasaran, variabel mana dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk
mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel atau
kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan
seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan pemasarannya (Kotler 2005a).
Sehingga perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan
yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai variabel
marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif.
Pengertian marketing mix sccara umum adalah istilah yang dipakai untuk
menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah
organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk/jasa, struktur harga,
kegiatan promosi, dan sistem distribusi (Stanton 1986).

Gambar 1 Marketing mix.

Stanton (1986), keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (marketing


mix) tersebut atau yang disebut four p's adalah sebagai berikut :
1. Strategi Produk (product)
2. Strategi Harga (price)
3. Strategi Penyaluran/Distribusi (place)
4. Strategi Promosi (promotion)
Marketing mix yang dijalankan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perusahaan. Disamping itu marketing mix merupakan perpaduan dari faktor-faktor
yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mempermudah buying decision, maka
variabel-variabel marketing mix diatas dapat dijelaskan sedikit lebih mendalam
sebagai berikut :
1. Produk (Jasa)
Stanton (1986), kebijaksanaan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah
barang/jasa yang akan ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang ditawarkan
perusahaan guna mendukung penjualan barang dan jasa, dan bentuk barang
ataupun jasa yang ditawarkan. Produk merupakan elemen yang paling penting.
sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi "kebutuhan dan
keinginan" dari konsumen. Namun keputusan itu tidak berdiri sebab produk/jasa
sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih. Sedangkan sifat dari
produk/jasa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tidak berwujud
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasa, diraba,
didengar atau dicium, sebelum ada transaksi pembelian.
b. Tidak dapat dipisahkan
Suatu produk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu
merupakan orang atau benda. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel
tidak akan bisa terlepas dari bangunan hotel tersebut.
c. Berubah-ubah
Bidang jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah, sebab jasa ini sangat
tergantung kepada siapa yang menyajikan, kapan disajikan dan dimana
disajikan. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel berbintang satu akan
berbeda dengan jasa yang diberikan oleh hotel berbintang tiga.
d. Daya tahan
Jasa tidak dapat disimpan. Seorang pelanggan yang telah memesan sebuah
kamar hotel akan dikenakan biaya sewa, walaupun pelanggan tersebut tidak
menempati kamar yang ia sewa.
2. Harga (Price)
Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan
produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang
ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya
pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau
keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penentuan harga produk dari suatu
perusahaan merupakan masalah yang cukup penting, karena dapat mempengaruhi
hidup matinya serta laba dari perusahaan (Stanton 1986).
Kebijaksanaan harga erat kaitannya dengan keputusan tentang jasa yang
dipasarkan. Hal ini disebabkan harga merupakan penawaran suatu produk atau
jasa. Dalam penetapan harga, biasanya didasarkan pada suatu kombinasi
barang/jasa ditambah dengan beberapa jasa lain serta keuntungan yang
memuaskan. Berdasarkan harga yang ditetapkan ini konsumen akan mengambil
keputusan apakah dia membeli barang tersebut atau tidak. Juga konsumen
menetapkan berapa jumlah barang/jasa yang harus dibeli berdasarkan harga
tersebut (Stanton 1986).
Tentunya keputusan dari konsumen ini tidak hanya berdasarkan pada harga
semata, tetapi banyak juga faktor lain yang menjadi pertimbangan, misalnya
kualitas dari barang atau jasa, kepercayaan terhadap perusahaan dan sebagainya.
Hendaknya setiap perusahaan dapat menetapkan harga yang paling tepat, dalam
arti yang dapat memberikan keuntungan yang paling baik, baik untuk jangka
pendek maupun untuk jangka panjang (Stanton 1986).
3. Saluran Distribusi (Place)
Perusahaan yang berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan
dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode
penyampaian produk/jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada
tempat yang tepat. Hal tersebut diharapkan agar produk/jasa berada ditengah-
tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk/jasa tersebut
(Stanton 1986).
Persoalan yang tidak boleh diabaikan dalam langkah kegiatan
memperlancar arus barang/jasa adalah memilih saluran distribusi (channel of
distribution). Masalah pemilihan saluran distribusi adalah masalah yang
berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam memilih dapat menghambat
bahkan memacetkan usaha penyaluran produk/jasa dari produsen ke konsumen
(Stanton 1986).
Stanton (1986) menjelaskan bahwa distributor-distributor atau penyalur ini
bekerja aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi
dalam arti agar jasa-jasa tersebut dapat diterima oleh konsumen. Dalam memilih
saluran distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut :
a. Sifat pasar dan lokasi pembeli.
b. Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang-pedagang perantara.
c. Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang ekonomis.
d. Jaringan pengangkutan.
Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel untuk
menyalurkan jasanya kepada konsumen. Jadi salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu sendiri dengan
memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat serta pola distribusi perlu
mengikuti dinamika para konsumen tadi (Stanton 1986).
4. Promosi (Promotion)
Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi
pada pasar tentang produk/jasa yang dijual, tempat dan saatnya. Ada beberapa
cara menyebarkan informasi ini, antara lain periklanan (advertising), penjualan
pribadi (Personal Selling), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan
Publisitas/Publicity (Stanton 1986).
a. Periklanan (Advertising)
Alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini
dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop,
televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang di pinggir jalan atau
tempat-tempat yang strategis.
b. Penjualan Pribadi (Personal selling)
Kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon
konsumennya. Dengan kontak langsung ini, diharapkan akan terjadi hubungan
atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Yang
termasuk dalam personal selling adalah: door to door selling, mail order,
telephone selling, dan direct selling.
c. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkarnya sedemikian
rupa sehingga konsumen akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara
penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik
perhatian konsumen.
d. Publisitas (Publicity)
Cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh
secara tidak langsung kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan
menyenangi produk yang dipasarkannya. Hal ini berbeda dengan promosi, dimana
di dalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat
komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk
opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk
"mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ".
Hal yang harus diperhatikan adalah tercapainya keseimbangan yang efektif,
dengan mengkombinasikan komponen-komponen tersebut ke dalam suatu strategi
promosi yang terpadu untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para
pembuat keputusan pembelian (Stanton 1986).

2.5 Analisis Lingkungan Perusahaan


David (2006), lingkungan perusahaan adalah situasi dan kondisi perusahaan
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan di dalam perusahaan yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan. Serta lingkungan internal merupakan segala
sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan (strength) adalah semua potensi yang dimiliki perusahaan yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Kelemahan
(weakness) adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimilki oleh
perusahaan dan harus terus diperbaiki agar mampu bersaing di pasar. Secara
pendekatan fungsional, lingkungan internal perusahaan terdiri dari pasar dan
pemasaran, keuangan dan akuntansi, serta kegiatan produksi operasi dan
sumber daya manusia (David 2006).
2. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal adalah lingkungan di luar perusahaan yang relatif bukan
dalam kendali perusahaan. Serta lingkungan eksternal menekankan pada
identifikasi dan evaluasi trend serta kejadian yang berada di luar kendali
perusahaan. Selain itu juga ditujukan untuk mengidentifikasi variabel kunci
yang menawarkan respon yang dapat dijalankan. Analisis lingkungan eksternal
mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan
sehingga perusahaan dapat memformulasikan strategi untuk mengambil
keuntungan dari peluang dan menghindari dampak dari ancaman potensial.
Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lima kategori besar yaitu faktor
ekonomi, faktor sosial, faktor politik, faktor teknologi, dan faktor persaingan
(David 2006).
2.6 Matriks IFE dan Matriks EFE
Analisis lingkungan internal dan eksternal yang telah teridentifikasi
dimasukkan ke dalam matriks IFE dan EFE. Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation) untuk hasil analisis faktor lingkungan internal. Matriks EFE (External
Factor Evalution) untuk hasil analisis faktor eksternal (David 2006).
Matriks IFE ditujukan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area fungsional bisnis. Matriks EFE ditujukan untuk
merangkum dan mengevaluasi informasi mengenai aspek ekonomi, sosial budaya,
dan lingkungan, politik, teknologi dan persaingan. Informasi ini digunakan untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan (David 2006).

2.7 Matriks IE
Rangkuti (1997), tahap analisis matriks Internal Ekternal (IE matrix)
dilakukan dengan memasukkan parameter yang digunakan kekuatan internal dan
ekternal yang bersumber dari Matrik External Factor Evaluation (EFE) dan
Matrik Internal Factor Evaluation (IFE). Tujuan penggunaan model ini adalah
untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail.
Parameter yang digunakan dalam matrik internal-eksternal ini meliputi parameter
kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan
penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat
yang lebih detail.
1. 2. 3.
GROWTH GROWTH RENTRENCHMENT
Konsentrasi melalui Konsentrasi melalui Turn-around
Integrasi vertikal Integrasi horizontal
4. 5. 6.
STABILITY GROWTH RETRENCHMENT
Hati - hati Konsentrasi melalui Captive Company
Integrasi horizontal Atau
STABILITY Divestment
Tak ada perubahan
Profit strategi
7. 8. 9
GROWTH GROWTH RETRENCHMENT
Difersifikasi Konsentrik Difersifikasi Konsentrik Bangkrut atau likuidasi

Gambar 2 Matrik intemal-eksternal (lE).

Rangkuti (1997), diagram tersebut dapat mengidentifikasi 9 sel strategi


perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga strategi utama, yaitu:
• Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,
2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
• Stability Startegy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah ditetapkan (sel 4).
• Retrenchment Strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan

2.8 Matriks SWOT


Rangkuti (1997), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis guna merumuskan strategi perusahaan, dimana analisis SWOT ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategi (strategi planner)
harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Peluang (+)

Kuadran III Kuadran I

Kelemahan (-) Kekuatan (+)

Kuadran IV Kuadran II

Ancaman (-)
Gambar 3 Diagram analisis SWOT.

Keterangan:
Kuadran I: Growth oriented strategy
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk dapat berkembang lebih
cepat.
Kuadran II: Strategi Diversifikasi
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan
upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
Kuadran III: Ubah Strategi/ Strategi turn around
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang
yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena
kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang
diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain)
,atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Kuadran IV: Strategi Defensif
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya
keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi
yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

2.9 Matriks QSPM


Matriks QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) merupakan teknik
yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan.
Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan intuisi yang baik dalam penilaian.
Metode ini adalah alat yang direkomandasikan bagi para ahli strategi untuk
melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor
kunci kesuksesan internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya.
Secara konseptual, tujuan metode ini adalah untuk menetapkan kemenarikan
relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan
strategi mana yang paling baik untuk diimplementasikan (David 2006).
Perencanaan strategi yang dilakukan dalam suatu organisasi, QSPM sangat
diperlukan sebagai metode pengambilan keputusan setelah tahap input dan tahap
analisis dilakukan. QSPM sangat berhubungan dengan metode-metode lain yang
digunakan dalam tahap input dan analisis sebagai bentuk informasi untuk tahap
QSPM sendiri. Kondisi eksternal-internal organisasi sangat diperlukan dalam
penggunaan metode ini, sehingga dapat diputuskan pemilihan prioritas strategi
mana yang akan digunakan sesuai dengan keadaan organisasi tersebut (David
2006).
2.10 Objek Wisata Alam
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003),
mengasumsikan objek wisata merupakan pembinaan terhadap kawasan beserta
seluruh isinya maupun terhadap aspek-aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan
pemeliharaan dan pengawasan terhadap kawasan wisata. Objek wisata alam
adalah suatu kawasan yang mempuyai potensi dan menjadi bahan perhatian
wisatawan untuk dikembangkan menjadi tempat kunjungan wisatawan seperti
zona pemanfaatan Taman Nasional (TN), blok pemanfaatan wisata alam dan
Taman Hutan Raya (Tahura), Taman Wisata Alam (TWA), Suaka Margasatwa
(SM, dan Taman Buru (TB).
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003)
menjelaskan bahwa objek wisata alam dikelompokkan menjadi dua, antara lain :
a. Objek yang terdapat di kawasan konservasi yang terdiri dari taman nasional,
taman buru, taman wisata, taman laut, taman hutan raya, semua kawasan ini
dibawah tanggung jawab Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam (Dirjen PHKA).
b. Di dalam kawasan konservasi yang ditanggungjawabkan kepada pihak swasta
dan perum perhutani salah satunya adalah wana wisata.
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), sebuah
kawasan dinamakan objek wisata harus mempunyai syarat-syarat antara lain :
a. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus
dalam keadaan baik.
b. Karena atraksi itu disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya
harus tepat.
c. Objek atau atraksi wisata adalah perjalanan dan harus memenuhi semua
determinan mobilitas spasial yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta
pemasaran.
d. Keadaan di objek wisata harus dapat menahan wisatawan cukup lama.
Objek dan daya tarik wisata alam / ODTWA adalah segala sesuatu yang
menjadi sasaran wisata. Sedangkan daya tarik wisata alam adalah potensi objek
wisata yang menjadi objek kunjungan wisata alam antara lain keanekaragaman
flora dan fauna, keunikan alam, panorama alam, air panas, air terjun, kawah dan
gejala alam lainnya. (Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
2003).
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), secara
garis besarnya produk wisata alam saat ini dibedakan atas : 1) wisata budaya/seni,
2) wisata religius, dan 3) wisata alam yang sering disebut sebagai ekowisata.
Memang sampai saat ini kunjungan wisata masih didominasi oleh wisata
budaya/seni. Pengembangan produk wisata alam dimaksudkan untuk memperluas
dan memperbanyak produk wisata alam dengan melakukan diversifikasi objek
wisata alam, antara lain :
a. Wisata ilmiah : ditujukan kepada wisatawan yang mempunyai minat dibidang
penelitian
b. Wisata pendidikan : ditujukan kepada seluruh masyarakat yang mempunyai
minat menambah wawasan dan pengetahuan tentang alam
c. Wisata konvensi : ditujukan kepada wisatwan yang akan memanfaatkan sarana
kawasan hutan untuk kepentingan konvensi
d. Wisata belanja : ditujukan untuk wisatawan yang ingin berbelanja produk yang
dihasilkan oleh masyarakat setempat/ sekitar kawasan wisata
e. Wisata budaya : sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam
f. Wisata religius : sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam
g. Wisata alam minat khusus lainnya seperti wisata bahari, penelusuran gua, arum
jeram sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), jenis-
jenis kegiatan wisata alam yang dapat dikembangkan di lokasi/ objek wisata alam
hutan, antara lain :
a. Berkemah
b. Mendaki gunung
c. Menikmati keindahan alam
d. Pengamatan kehidupan liar/satwa
e. Mengamati tumbuhan anggrek, raflesia, dan lain-lain
f. Tracking
g. Lintas alam/ jelajah hutan,
h. Pengamatan burung, dan lain-lain
i. Mendengar kicauan burung
j. Memotret
k. Menikmati hamparan hutan
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), atraksi
wisata dalam suatu objek wisata sebaiknya dapat mengkombinasikan atau
terbentuk oleh unsur-unsur berikut :
1. Flora Fauna
Setiap jenis dari flora dan fauna mempunyai keunikan tersendiri dalam hal bentuk,
tingkah laku dan sosial. Semua hal tersebut dapat menjadi daya bagi wisatawan,
terutama tumbuhan yang berbunga indah dan berbuah unik, serta satwa besar yang
mudah dilihat dengan mata telanjang.
2. Pemandangan Alam
Perpaduan antara gunung-gunung, lembah, sungai, danau-danau dan teras sawah
membentuk suatu kombinasi komposisi pemandangan alam yang indah, seperti
yang banyak ditemukan di Sulawesi Selatan dan TN Babul.
3. Gunung
Indonesia mempunyai tipe pegunungan lipatan, patahan dan vulkanik/gunung api.
Semuanya menyediakan pemandangan dan sumber wisata yang bermanfaat untuk
dikembangkan. Pegunungan patahan misalnya mempunyai gigir yang terjal dan
berpotensi untuk olah raga panjat tebing. Gunung api yang aktif mempunyai
kerucut yang tinggi dan indah merupakan daya tarik alami bagi wisatawan dan
pencinta alam.
4. Sungai dan Danau
Sungai dan danau merupakan potensi wisata yang sangat memikat bagi wisatawan
maupun pencinta alam. Kegiatan wisata alam di sungai, mencakup rafting,
sailing, fishing, dan canoeing.
5. Laut
Sebagai suatu negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang
dapat dikembangkan, baik untuk olah raga laut, menyelam, keindahan taman laut,
dan olah raga menagkap ikan (game fishing).
6. Gua
Di beberapa daerah, terutama daerah yang memiliki ekosistem karst ditemukan
banyak gua yang memiliki ornamen yang sangat indah dengan berbagai bentuk.
Gua-gua ini juga memberi kesempatan berpetualang bagi pada “Cavers”
7. Waduk
Waduk juga merupakan tempat berwisata pada hari-hari tertentu, apalagi bila
difasilitasi dengan olah raga dayung perahu, memancing, renang/selam, ataupun
wisata perikanan (budi daya ikan hias, dll.)

2.11 Ekowisata
Ekowisata adalah suatu model pengembangan wisata alam yang
bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola
secara alami dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga
melibatkan unsur pendidikan dan dukungan terhadap usaha konservasi serta
peningkatan pendapatan masyarakat setempat (Disparbud 2011)
Fandeli (2001), kegiatan ekowisata selalu terkait dengan berbagai dukungan
dengan unsur yang lain, antara lain :
a. Dukungan Ekowisata Bagi Konservasi Sumberdaya Alam :
(1) Ekowisata memperhatikan kualitas daya dukung alam (Carrying
Capacity) dan bersifat ramah lingkungan.
(2) Ekowisata merupakan salah satu program pembangunan dan pelestarian
secara terpadu (Integrating Conservation and Development Program)
antara upaya konservasi sumberdaya alam dengan pengembangan
ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
(3) Keberadaan ekowisata dapat meningkatkan status suatu kawasan menjadi
diakui sebagai kawasan alam yang dilindungi.
(4) Ekowisata merupakan alternatif yang dapat dipakai untuk meningkatkan
partisipasi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam konservasi
sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.
(5) Kegiatan ekowisata mengusahakan sumbangan dana (Eco-cost) bagi
upaya konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.
Ekowisata meminimalkan dampak negatif terhadap mutu dan kuantitas
keanekaragaman hayati yang disebabkan kegiatan wisata yang bersifat
massal/konvensional (mass tourism).
b. Dukungan Ekowisata Bagi Pemberdayaan Masyarakat :
(1) Ekowisata menghargai potensi sumberdaya lokal, sehingga mencegah
terjadinya perubahan kepemilikan lahan, tatanan sosial, dan budaya
masyarakat.
(2) Kegiatan ekowisata berbasiskan masyarakat, sehingga menjadikan
masyarakat sebagai pemilik, pelaku dan penerima manfaat utama.
(3) Daya tarik kegiatan ekowisata bertumpu pada kekayaan sumberdaya alam
dan keanekaragaman hayati, sehingga kegiatan ekowisata diharapkan
mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi
sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.
(4) Masyarakat diupayakan untuk memiliki keyakinan bahwa ekowisata
merupakan alternatif peningkatan pendapatan.
c. Dukungan ekowisata bagi pengembangan ekonomi yang berkelanjutan :
(1) Ekowisata membuka kesempatan kerja bagi masyarakat setempat untuk
menjadi pelaku ekonomi secara langsung.
(2) Ekowisata menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka
otonomi daerah.
(3) Ekowisata merupakan kegiatan yang sangat menghargai dan
memanfaatkan potensi serta sumberdaya lokal. Hal ini sebagai salah satu
alternatif mencegah terjadinya “penyimpangan” devisa pada program-
program pariwisata selama ini. Artinya, ekowisata memberi sumbangan
ekonomi kepada negara dan masyarakat setempat karena memanfaatkan
potensi sumberdaya lokal secara lestari sejak perencanaan, pengelolaan,
dan pembagian hasilnya.
(4) Karena memerlukan dukungan partisipasi masyarakat, maka ekowisata
dapat diupayakan sebagai usaha ekonomi yang berkelanjutan dan terpadu
dengan konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.
2.12 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait strategi pemasaran maupun strategi pengembangan telah
banyak dilakukan, antara lain :
”Studi Ketersediaan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi di Pemukiman Padat
Kota Jember” yang menggunakan analisis SWOT dengan menghasilkan
kesimpulan strategi perlunya partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah
dengan strategi yang bertumpu kepada masyarakat (community based strategy)
agar meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat (Dhokhikhah &
Koesoemawati 2007).
Ramli (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pengembangan
Wisata di Pulau Bawean Kabupaten Gresik” bertujuan untuk menentukan aspek
dukungan terbesar yang harus menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan
dan keputusan pengembangan wisata di Pulau Bawean. Metode pengolahan data
yang digunakan adalh matrik IFE, EFE, IE, SWOT, dan metode AHP (Analysis
Hirarchi Process). Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan
wisata di Pulau Bawean memiliki tiga level. Level satu merupakan tujuan untuk
menentukan prioritas pengembangan wisata. Level dua adalah kriteria atau
pertimbangan untuk menentukan prioritas pilihan. Level ketiga adalah alternatif
objek wisata yang dipilih terdiri dari tujuh objek yang meliputi penangkaran rusa,
danau kastoba, pantai slayar, pantai pasir putih, pulau gili dan noko, air terjun, dan
sumber air panas.
Topik penelitian ”Pengaruh Job Satisfaction, Organizational, Commitment
terhadap Customers Satisfaction dengan Internal Marketing sebagai Variabel
Mediasi (Studi pada Rumah Sakit Swasta di Bandar Lampung)” menunjukkan
bahwa pemasaran internal (suatu proses komunikasi dan menciptakan budaya
organisasi yang berorientasi pelanggan dengan menjadikan karyawan sebagai
mitra perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan untuk menyediakan
produk dan layanan kepada pelanggan eksternal) secara positif berpengaruh
terhadap komitmen organisasi dan kepuasan konsumen, serta kepuasan kerja
secara positif juga berpengaruh terhadap komitmen organisasi (Ribhan 2010).
Wulan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pemasaran Wana
Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah” bertujuan untuk
menyusun alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh Wana
Wisata Kartini Mantingan. Metode pengolahan data yang digunakan adalah
matrik IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Berdasarkan analisis matrik SWOT
diperoleh empat strategi alternatif. Penentuan prioritas strategi berdasarkan QSPM
merekomendasikan prioritas utama strategi adalah strategi mempertahankan posisi
sebagai tempat wisata yang memiliki SDA potensial, lokasi strategis dan mudah
dijangkau sekaligus mengikutsertakan dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar
dalam mengembangkan ”kampung wisata alam, budaya, dan pendidikan”.
Saragih (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Strategi
Pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng Kabupaten Bogor Jawa Barat” dengan
tujuan untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan,
penerapan strategi bauran pemasaran (marketing mix), merumuskan alternatif
srategi pemasaran, dan menentukan prioritas strategi pemasaran Kampoeng
Wisata Cinangneng. Metode pengolahan data yang digunakan adalah matrik IFE,
EFE, IE, SWOT, QSPM, dan merancang tahap action plan. Berdasarkan analisis
matrik SWOT diperoleh enam strategi alternatif. Penentuan prioritas strategi
berdasarkan QSPM merekomendasikan prioritas utama strategi adalah melakukan
pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif, dan efisien.
Perbedaan penelitian yang berjudul ”Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam
Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai” dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah status kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis sebagai
kawasan hutan negara, dukungan pemerintah daerah yang sangat besar terhadap
dunia pariwisata Kabupaten Kuningan, strategi pemasaran objek wisata alam di
kawasan taman nasional, dan adanya ulasan singkat terkait proses peralihan pihak
pengelola dan pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di
Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan
penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner,
perekam suara, kamera, alat tulis, kalkulator, dan komputer serta program office
2007.

3.3 Jenis dan Sumber Data yang dikumpulkan


Penelitian yang dilakukan pada Objek Wisata Alam Talaga Remis
menggunakan metode analisis deskriptif. Dengan mengumpulkan data baik data
primer maupun sekunder mengenai hasil-hasil yang telah dicapai atau apa-apa
yang telah dimiliki (inventarisasi) melalui angket, observasi maupun pengamatan
pada lokasi objek wisata alam yang menjadi sampel. Data primer diperoleh dari
hasil kuesioner dari para pengunjung Obyek Wisata Alam Talaga Remis dan
wawancara dengan pihak-pihak baik Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
maupun PDAU Darma Putra Kertaraharja yang menjadi narasumber utama
terhadap masukan bagi penetapan strategi perusahaan yang akan diputuskan oleh
para pimpinan.
Teknik yang digunakan guna merumuskan (formulasi) strategi utama (grand
strategies) perusahaan dapat menggunakan matrik David (1995:198). Model
analisis yang dipakai pada tahap ini terdiri dari : (1) Tahap pengumpulan data,
meliputi; (a) Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) matrik, (b) Evaluasi Faktor Internal
(IFE) matrik; (2) Tahap Analisis dengan matrik Internal Ekternal (IE matrix) dan
matrik SWOT, (3) Tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan matrik
QSPM.
Hasil observasi dan wawancara dari para narasumber yang telah diperoleh
dikelompokkan berdasarkan lingkungan internal dan eksternalnya, sebagai
berikut; (1) Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation/EFE) matriks.
Dalam EFE matrik dilakukan pengumpulan data dari lingkungan eksternal dan
dianalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan informasi tentang
persaingan di pasar industri di mana perusahaan berada. (2) Evaluasi Faktor
Internal (Internal Factor Evaluation /IFE) matrik menyangkut persoalan pasar
dan pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, dan aspek pengelolaan.
Alat perumusan strategi ini menyimpulkan dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan yang besar dalam daerah-daerah fungsional perusahaan, dan juga
untuk memberikan suatu basis bagi pengidentifikasian dan pengevaluasian
hubungan diantara daerah-daerah tersebut. Dalam melaksanakan dan penggunaan
matrik IFE dan matrik EFE yang sangat perlu diketahui mengenai penggunaan
intuitive judgment.
Penelitian yang dilakukan mengumpulkan dua jenis data yakni : data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data berupa angka atau dapat
dihitung, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kuesioner yang telah diisi oleh
responden, seperti data penjualan dan penetapan harga. Data kualitatif adalah data
berupa kata-kata verbal, yang tidak berupa angka atau yang tidak dapat dihitung,
tetapi merupakan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
seperti sejarah berdirinya perusahaan, jenis atraksi wisata yag ditawarkan, fasilitas
utama maupun penunjang, saluran distribusi, cara-cara promosi, dan pengolahan.
Data tersebut bersumber dari responden yang berkecimpung secara langsung
dalam kegiatan operasional perusahaan yang memberikan informasi, baik melalui
wawancara maupun pengisian kuesioner.

3.3.1 Sumber Data


Sumber data merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian. Untuk
itu dalam penelitian ini akan diperoleh data dari dua sumber yakni sumber data
primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah sumber pertama dimana
sebuah data dihasilkan. Dalam kaitan dengan penelitian ini maka sumber data
primernya adalah yang diperoleh langsung dari pihak manajemen dan
pengusahaan dari Balai Taman Nasional Gunung Ciremai maupun PDAU Darma
Putra Kertaraharja.
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data
primer. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang dibuat dan dihasilkan
dan disimpan oleh organisasi lain.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan bagian instrumen pengumpulan data
yang menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Data yang dihasilkan dalam
penelitian adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui :
1. Studi pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-buku
pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Studi Lapang, yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh secara langsung
pada penelitian ini. Adapun metode yang digunakan dalam riset ini adalah sebagai
berikut :
a. Observasi lapangan, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap objek yang diteliti yaitu bagaimana kegiatan pihak manajemen dan
pengusahaan dalam melaksanakan pemasaran. Pelaksanaan observasi ini
diharapkan dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kegiatan
pemasaran yang dilakukan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai selaku
pengelola dan PDAU Darma Putra Kertaraharja sebagai mitra dalam
pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat penelitian.
b. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab langsung ke responden (pihak
manajemen dan pihak pengelola serta pengunjung) dengan menggunakan
instrumen pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c. Angket, dengan menggunakan kuesioner terutama yang berkaitan dengan
pemberian skor dan rating oleh pihak manajemen dan pengelola perusahaan
pada matriks IFE, matrik EFE, dan matriks SWOT serta matriks QSPM.
d. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari dokumen-
dokumen resmi yang berhubungan dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis,
seperti arsip tentang aktivitas pengelola Objek Wisata Alam Talaga Remis
terutama yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dan pengambilan
gambar berupa foto-foto.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Purposive Sampling yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang
terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu.
Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga
relevan dengan desain penelitian. Teknik penarikan sampel/pemilihan responden
dalam studi ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman responden di
bidang pariwisata dan khususnya yang mengetahui dan memahami tentang
pariwisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis.
2. Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel pada saat responden
dijumpai di tempat wisata. Teknik ini menggunakan kuisioner/angket yang
disebarkan kepada 40 pengunjung Objek Wisata Alam Talaga Remis yang
diambil secara acak dan dijumpai di lokasi Objek Wisata Alam Talaga Remis.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari data deskriptif dan analisis
tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam
merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor internal (matriks IFE),
matriks faktor eksternal (matriks EFE), matriks IE, matriks SWOT, dan matriks
QSPM.

3.5.1 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif menjelaskan tentang kegiatan, sumber daya manusia,
produksi atau operasi, keuangan, dan akuntansi yang digunakan perusahaan.
Analisis ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan analisis yang lain
diantaranya : (1) digunakan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah yang
tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi
analisis, dan interpretasi data sampai pada kesimpulan yang didasarkan atas
penelitian, (2) menggambarkan kondisi riil perusahaan. Serta untuk menjelaskan
ragam dan potensi kawasan objek wisata alam, keinginan pengunjung,
pengembangan wisata, dan efisiensi pemasaran serta memberi suatu gambaran
tentang variabel-variabel yang diteliti.

3.5.2 Analisa Tiga Tahap Formulasi Strategi


Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis,
yaitu tahap masukan (input stage), tahap analisis/pencocokan (matching stage),
dan tahap keputusan (decision stage).
Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan
diambil. Keputusannya didasarkan alasan justifikasi yang dibuat secara kualitatif
maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil
keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada.
Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada
kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

1. TAHAP MASUKAN

Matrik Evaluasi Matrik Evaluasi


Faktor Eksternal Faktor Internal
(EFE) (IFE)
2. TAHAP ANALISIS
MATRIK MATRIK
SWOT INTERNAL
EKSTERNAL
3. TAHAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif
(Quantitave Strategic Planning (QSPM)
Matrix
Gambar 4 Analisis tahapan formulasi strategi.

3.5.2.1 Tahap Masukan (Input Stage)


Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data,
tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada
tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti analisis
pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis
pemerintah, dan analisis kelompok kepentingan tertentu. Sedangkan data internal
dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti laporan keuangan (neraca,
laba-rugi, cash-flow, struktur pendanaan), laporan kegiatan sumber daya manusia
jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, laporan kegiatan
operasional, dan laporan kegiatan pemasaran. Dalam evaluasi faktor strategis yang
digunakan pada tahap ini adalah model Matrik Faktor Strategis Eksternal dan
Matrik Faktor Strategi Internal.
Adapun tahapan dalam penyusunan matrik IFE dan EFE adalah :
1. Identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan
Dalam tahap pengidentifikasian faktor internal dan eksternal dilakukan
dengan mendaftarkan seluruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Dalam
penyajian matrik, faktor yang bersifat positif (kekuatan dan peluang) ditulis
sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman).
2. Pemberian bobot faktor
Pada analisis internal dan eksternal, penentuan bobot dilakukan dengan
mengajukan kuesioner kepada pihak manajemen atau pihak yang mempunyai
andil dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan metode “paired
comparison” (Kinnear & Taylor 1991). Bobot menunjukkan tingkat
kepentingan relatif suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu
industri.
Penentuan bobot pada setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3.
Penilaian untuk setiap skala dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indiator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 1 Penilaian bobot faktor internal
Faktor Kritis A B C …… Total Bobot
A
B
C
…..

Sumber : Kinnear & Taylor (1991)


Tabel 2 Penilaian bobot faktor eksternal
Faktor Kritis A B C …… Total Bobot
A
B
C
…..
Sumber : Kinnear & Taylor (1991)
Bobot tiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai tiap faktor
terhadap total nilai faktor. Bobot yang diberikan berada pada kisaran 0,0
(tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Faktor-faktor yang memiliki
pengaruh besar pada perusahaan menghasilkan bobot yang tinggi. Jumlah
seluruh bobot yang diberikan pada tiap faktor harus sama dengan 1,0. Bobot
setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel.
3. Pemberian rating
Penentuan rating dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis
situasi perusahaan. Dalam mengukur pengaruh masing-masing variabel
terhadap kondisi perusahaan digunakan skala 1, 2, 3, dan 4. Pemberian nilai
rating kekuatan dan kelemahan pada matrik IFE menggunakan skala :
1 = kelemahan utama
2 = kelemahan kecil
3 = kekuatan kecil
4 = kekuatan utama
Pemberian nilai rating peluang dan ancaman pada matrik EFE menggunakan
skala :
1 = respon perusahaan rendah
2 = respon perusahaan rata-rata
3 = respon perusahaan di atas rata-rata
4 = respon perusahaan superior
4. Perkalian bobot dan rating
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai tetimbang tiap faktor
yang diperoleh dari perkalian bobot dengan rating setiap faktor. Nilai
tertimbang setiap faktor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total nilai
tertimbang bagi organisasi (David 2006).
Tabel 3 Matriks IFE
Faktor-faktor strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan

Kelemahan

Sumber : David (2006)


Tabel 4 Matriks EFE
Faktor-faktor strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang

Ancaman

Sumber : David (2006)


Total nilai tertimbang pada matrik IFE dan EFE akan berada pada kisaran
1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5. Semakin tinggi
nilai total tertimbang perusahaan pada matrik IFE dan EFE mengindikasikan
perusahaan merespon peluang dan ancaman (faktor eksternal) atau kekuatan dan
kelemahan (faktor internal) dengan baik pula, begitu pula sebaliknya.

3.5.2.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage)


Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal
ini digunakan model matrik TOWS atau matrik SWOT dan matrik internal-
eksternal.

a. Matrik Internal-Eksternal (lE)


Tahap ini merupakan tahap pencocokan dengan memasukkan hasil
pembobotan matriks EFE dan IFE ke dalam matriks IE. Matriks IE tersebut dapat
mengidentifikasikan 9 (sembilan) sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya
ke sembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
Pertama, Posisi perusahaan yang berada pada sel I, II, dan IV dapat
digambarkan sebagai ”Growth” dan ”Build”. Strategi yang cocok bagi
perusahaan yang berada pada sel-sel tersebut Intensive (market penetration,
market development, dan product development).
Kedua, Posisi perusahaan yang berada pada sel III, V, VII paling baik
dikendalikan dengan strategi-strategi ”Hold” dan ”Maintain”. Strategi yang
umum dipakai yaitu strategi market penetration, dan product development.
Ketiga, Posisi perusahaan yang berada pada sel VI, VIII, dan IX dapat
menggunakan strategi ”Harvest” atau ”Divestiture.” Strategi yang umum dipakai
dalam posisi ini adalah strategi divestasi atau usaha memperkecil sekaligus
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan dengan cara perampingan biaya
produksi.
TOTAL SKOR RATA-RATA IFE
Kuat Rata – rata Lemah
(3.0 – 4.0) (2.0 - 2.99) (1.0 – 1.99)

Tinggi

1 2 3 (3.0 – 4.0)

TOTAL
Menengah SKOR
4 5 6
RATA-
(2.0 – 2.99) RATA
EFE

Rendah
7 8 9
(1.0 – 1.99)

Gambar 5 Tahap pencocokan matriks internal-eksternal.

b. Matrik TOWS atau SWOT


Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis, yaitu :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Pembuatan redaksi alternatif strategi berdasarkan pada hasil peringkat
matrik IFE dan matrik EFE yang dipasangkan/dijodohkan berdasarkan alternatif
strategi yang akan diterapkan oleh perusahaan (termasuk mempertimbangkan visi,
misi, dan posisi yang dimiliki oleh perusahaan) dengan catatan semua faktor-
faktor internal dan eksternal terpetakan/teridentifikasi.
Tabel 5 Matriks SWOT
Faktor Internal STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor Tentukan 5-10 faktor-faktor

Faktor Eksternal kekuatan internal kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang peluang

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

Metode diagram analisis SWOT menggunakan skor pada matrik IFE dan
matrik EFE yang telah dihasilkan. Berdasarkan hasil skor matrik IFE dan matrik
EFE diperoleh :

Koordiant sumbu Y = Skor peluang + Skor ancaman


Koordinat sumbu X = Skor kekuatan + Skor kelemahan

Jadi koordinat Objek Wisata Alam Talaga Remis pada diagram analisis SWOT
adalah (koordinat sumbu X, koordinat sumbu Y).
3.2.2 3 Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage)
Tahap pengambilan keputusan selanjutnya menyusun daftar prioritas yang
harus diimplementasikan. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang
diprioritaskan. Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan good intuitive
judgement.
Langkah-langkah dalam menyusun matriks QSPM adalah sebagai berikut :
a. Buatlah daftar faktor eksternal (kesempatan/ancaman) dan faktor internal
(kekuatan/kelemahan) di sebelah kiri dari kolom matrik QSPM. Informasi ini
harus diambil langsung dari matriks IFE dan EFE.
b. Berilah bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal. Bobot ini identik
dengan yang ada pada matriks IFE dan EFE. Bobot disajikan dalam kolom di
samping kanan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal.
c. Analisis matrik yang sesuai dari langkah kedua dengan mengidentifikasikan
strategi alternatif yang harus diimplementasikan. Strategi-strategi ini dicatat
pada baris atas dari QSPM.
d. Berikan skor altematif (Attractiveness Score – AS) sebagai angka yang
mengindikasi daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif
tertentu dengan rentang skor sebagai berikut :
1 = tidak memiliki daya tarik
2 = daya tariknya agak menarik
3 = daya tariknya cukup menarik
4 = daya tariknya sangat menarik
e. Kalikan bobot dengan AS pada masing-masing faktor eksternal/internal pada
setiap strategi untuk mendapatkan total nilai daya tarik (Total Attractiveness
Score – TAS). Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik alternatif
strategi tersebut.
f. Penjumlahan total nilai daya tarik dengan menambahkan total nilai daya tarik
dalam masing–masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya
tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set
alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik,
mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang
dapat mempengaruhi keputusan strategi.
Tabel 6 Matriks QSPM
Faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Internal
..................
..................
Faktor Eksternal
...................
...................
Sumber : David (2006)
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI

4.1 Letak, Luas, dan Batas Objek Wisata AlamTalaga Remis


Objek Wisata Alam Talaga Remis secara astronomi dan geografis terletak
pada 108°24’54” BT dan 6°47’18” LS. Batasan administratif kawasan ini
dikelilingi oleh 4 desa yaitu Desa Kaduela, Desa Pasawahan, Desa Padabeunghar
Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan dan Desa Cikalahang Kecamatan
Sumber Kabupaten Cirebon (PDAU 2011).
Luas areal Obyek Wisata Alam Talaga Remis yaitu ± 27,848 ha yang baru
dioptimalkan ± 13,3 ha dengan luas danau Talaga Remis ± 3,5 ha, kedalaman
1675 mdpl, dan 17 titik mata air dengan debit 130 liter/detik. Menurut pembagian
wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai maka Objek Wisata Alam Talaga
Remis berada di dalam wilayah kerja Resort Pasawahan dan Seksi Pengelolaan
Taman Nasional I Wilayah Kuningan, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
(PDAU 2011).

4.2 Keadaan Umum Lapangan


1. Iklim
Kondisi iklim kawasan Obyek Wisata Alam Talaga Remis dan sekitarnya
berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim B
dengan curah hujan bulanan berkisar antara 129-520 mm dengan kondisi
merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 310–4120 mm.
Suhu rata-rata bulanan antara 18°C–28°C dengan kelembaban udara relatif
rata-rata 48% (Perhutani 2009).

2. Topografi
Objek Wisata Alam Talaga Remis terletak pada ketinggian antara 200–287
mdpl. Di daerah cekungan kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis
terdapat 8 telaga yang dikenal dengan sebutan Talaga Remis, Talaga Leat,
Talaga Nilem, Talaga Deleg, Talaga Leutik, Talaga Buruy, Talaga Tespong,
Situ Ayu Salintang, dan Sumur Jalatunda (Perhutani 2009).
3. Geografi dan Tanah
Batuan di sekitar lokasi Objek Wisata Alam Talaga Remis berasal dari bahan
vulkanik Gunung Ciremai yang tersusun dari lahar dan lava, basal andesit
dengan oligoklas andesit, labradorit, olivine, piraksin, dan horublande
(Perhutani 2009).
4. Hidrologi
Secara hidrologis kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis dengan 8
talaganya yang masing-masing memiliki mata air masing-masing dengan
kuantitas cukup melimpah dan berkualitas seperti 2 mata air yang mengalir
deras yaitu mata air Nyi Eloh dan mata air Bujangga (Perhutani 2009).

4.3 Potensi Biologi


1. Flora
Kawasan sekitar Obyek Wisata Alam Talaga Remis memiliki 160 jenis
tumbuhan, diantaranya Sonokeling, Pinus, Malaka, Kosambi dan lain-lain
serta terdapat jenis tumbuhan langka yaitu Pisang Hiyang (Perhutani 2009).

2. Fauna
Beberapa jenis satwa yang umum ditemui pada Obyek Wisata Alam Talaga
Remis diantaranya ular, kuskus, landak, monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), bajing (Callosciurus notatus), tupai (Tupaina tana), berbagai
jenis burung elang, dan burung bersuara merdu (Perhutani 2009).

4.4 Visi dan Misi Pihak Pengusahaan


Perusahaan Daerah Aneka Usaha Darma Putra Kertaraharja (2011)
merupakan BUMD Kabupaten Kuningan yang berperan sebagai pihak
pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki konsep pengembangan
yang mengacu pada prinsip – prinsip :
1. Konservasi, bertujuan untuk perlindungan terhadap keanekaragaman hayati
dan ekosistemnya. Tujuan pengelolaan dalam aspek konservasi ini merupakan
pembatasan dari penentuan jenis-jenis aktivitas dan sarana prasarana yang
akan dikembangkan.
2. Pendidikan, bertujuan sebagai sarana pendidikan di alam bebas yang dapat
menimbulkan rasa kebanggaan terhadap kekayaan alam. Tujuan pengelolaan
dalam aspek ini adalah dapat menimbulkan rasa tanggung jawab untuk
menghargai kekayaan alam dengan bijaksana dan sikap yang dipegang teguh
oleh masyarakat dan pengunjung.
3. Ekonomi, bertujuan memberikan manfaat sekitar kawasan dan pengembangan
wilayah. Tujuan pengelolaan dalam aspek ini adalah mengikutsertakan
masyarakat sekitar dalam kegiatan pemanfaatan pariwisata alam serta
meningkatkan kehidupan perekonomian daerah.
4. Peran masyarakat, bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan di sekitar
kawasan. Tujuan pengelolaan dalam aspek ini adalah memberdayakan
masyarakat dalam berbagai kegiatan wisata untuk kepentingan perluasan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
5. Rekreasi, bertujuan memanfaatkan potensi kawasan sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan rekreasi alam dan pariwisata berlandaskan prinsip-
prinsip pelestarian alam dan lingkungan hidup. Tujuan pengelolaan dalam
aspek ini merupakan upaya peran serta sektor kehutanan dalam konteks
pengembangan pariwisata alam.
Sesuai dengan potensi wisata alam yang dimiliki oleh Objek Wisata Alam
Talaga Remis maka Talaga Remis mempunyai peluang untuk dijadikan tempat
beristirahat yang lengkap dengan fasilitas wisata biasa dikenal dengan istilah
resort. Maka dari itu, konsep pengembangan Objek Wisata Alam Talaga Remis
diantaranya (PDAU 2011) :
1. Menata Talaga Remis sehingga layak dijadikan tempat peristirahatan.
2. Lahan yang tersedia akan dimanfaatkan dengan membangun bermacam-
macam fasilitas wisata dengan desain semi permanen dan disesuaikan dengan
arsitektur budaya setempat.
3. Menjadikan Talaga Remis sebagai tempat peristirahatan yang lengkap dengan
fasilitas wisata.
4. Penataan ruang dalam maupun luar sehingga mempunyai citra rasa resort
berkelas.
5. Memadukan konsep konservasi alam dengan konsep resort.
6. Pengelolaan manajemen yang baik terutama dalam hal operasional dan
perawatan.
7. Mengakomodir pihak-pihak yang selama ini terkait dengan Talaga Remis
untuk bekerjasama dalam pengelolaan dan pengembangan Talaga Remis.
Sesuai dengan konsep pengembangan maka brand yang akan digunakan untuk
mengembangkan dan mempromosikan Talaga Remis adalah Talaga Remis Spa &
Resort.
PDAU Darma Putra Kertaraharja mempunyai tekad untuk menjadi motor
penggerak perekonomian Kabupaten Kuningan. Sebagaimana salah satu misi
Kabupaten Kuningan yaitu meningkatkan pengembangan kepariwisataan daerah
melalui penguatan sarana dan prasarana, sinergitas sektor dan wilayah, serta
produktivitas dengan berorientasi pada pemberdayaan perekonomian
kepariwisataan Kabupaten Kuningan dengan cara mengembangkan dan mengelola
objek wisata yang ada di Kabupaten Kuningan (PDAU 2011).
PDAU Darma Putra Kertaraharja menjadi pihak pengusahaan objek wisata
alam yang ada di kawasan Taman Nasional terlebih dahulu menyelesaikan proses
pengajuan ijin pengusahaan pariwisata di kawasan Taman Nasional yang sesuai
dengan peraturan pemerintah yang berlaku, diantaranya (PDAU 2011) :
1. Mengurus administrasi dalam pengajuan IPPA (Ijin Pengusahaan Pariwisata
Alam),
2. Setelah IPPA keluar maka segera menyelesaikan IUPSWA (Ijin Usaha
Pengusahaan Sarana Wisata Alam),
3. Ketika IUPSWA keluar maka dilanjutkan dengan membuat RPPA yang
merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan usaha pemanfaatan
pariwisata alam yang dibuat oleh pengusaha pariwisata alam pada rencana
pengelolaan kawasan konservasi,
4. RPPA yang telah disetujui, akan dilakukan pemantauan selama 1 tahun terkait
perkembangan dari RPPA yang telah dibuat oleh pihak pengusahaan,
5. Jangka waktu ijin pengusahaan pariwisata alam di kawasan taman nasional
berlaku sampai 55 tahun dan dapat diperpanjang lagi.
4.5 Daya Tarik Wisata
PDAU (2011) menyatakan bahwa daya tarik wisata alam yang dimiliki oleh
Objek Wisata Alam Talaga Remis antara lain :
1. Talaga Remis
Panorama alam sekitar danau Talaga Remis memberikan pesona keindahan dan
berhawa sejuk yang ditunjang oleh adanya tegakan vegetasi hutan serta
lingkungan pegunungan dan perbukitan.
2. Panorama Alam
Objek Wisata Alam Talaga Remis dikelilingi dan berbatasan dengan lahan
garapan dan kebun/ladang penduduk. Keberadaan lahan garapan dan ladang
sugar-mager penduduk tersebut mendukung potensi wisata dalam kawasan.
3. Ziarah
Ziarah ke tempat makam leluhur dan petilasan yang dikeramatkan merupakan
budaya yang berkembang pada masyarakat Cirebon dan sekitarnya, yang tumbuh
dari perkawinan Hindu, Confusius, dan Islam sejak Kesunanan dan Kesultanan
Cirebon. Ziarah yang ada di Objek Wisata Alam Talaga Remis diantaranya
Makam Buyut Meremes, Buyut Salintang, dan Pangeran Salingsingan.
4. Buper (Bumi Perkemahan) yang sering digunakan oleh para pelajar dan
mahasiswa untuk kegiatan berkemah.
5. Arena bermain anak-anak berupa ayunan, seluncuran anak, dan sebagainya.
6. Wisata air berupa sepeda air, angsa boat, dan perahu boat.

4.6 Sejarah Peralihan Obyek Wisata Alam Talaga Remis


Objek wisata alam yang semula dikenal sebagai Wana Wisata Talaga Remis
dibawah pengelolaan Perum Perhutani ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian No. 369/Kpts/Um6/1978 tanggal 9 Juni 1978 dengan luas 13,3
ha. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 penetapan luas
Taman Nasional Gunung Ciremai ± 15.500 ha berubah statusnya menjadi
kawasan pelestarian alam dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung
Ciremai yang pengembangannya diarahkan untuk optimalisasi fungsi hutan yaitu
sebagai perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya yang terkandung
didalamnya serta mengembangkan aspek rekreasi atau pariwisata (BTNGC 2010).
Pada tanggal 7 Juli 2009 Bupati Kuningan mengeluarkan SK No.
430/Kpts.213-Disparbud/2009 tentang penunjukkan dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Kuningan sebagai pihak pengusahaan Objek dan Daya
Tarik Wisata (ODTW) Talaga Remis, Bumi Perkemahan dan Jalur Pendakian
Palutungan, Bumi Perkemahan dan Jalur Pendakian Cibunar, Bumi Perkemahan
Cibeureum, Bumi Perkemahan Paniis, dan Objek Wisata Alam Balong Dalem
(BTNGC 2010).
Beberapa bulan diberlakukannya SK No. 430/Kpts.213-Disparbud/2009,
Bupati Kuningan mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No 8
tahun 2009 tentang pendirian perusahaan daerah aneka usaha Kabupaten
Kuningan maka terbentuklah salah satu badan BUMD Kabupaten Kuningan yang
bertujuan untuk menunjang pembangunan daerah, mengukuhkan, dan
meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk masyarakat serta
memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi masyarakat.
Pengukuhan atas PDAU Darma Putra Kertaraharja diperkuat oleh keputusan
Bupati Kuningan No. 180/kpts. 251-Huk/2010 tentang penunjukan PDAU Darma
Putra Kertaraharja untuk melakukan pengusahaan pariwisata alam di kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai. Salah satu pariwisata alam yang diusahakan
PDAU Darma Putra Kertaraharja adalah Obyek Wisata Alam Talaga Remis
(BTNGC 2010).
Kebijakan terkait pengelolaan objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang
berada di bawah Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dapat dikelola oleh
BUMD dengan mengajukan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA)
berdasarkan surat dari Dirjen Kehutanan kepada Bupati Kuningan dengan nomor
S.521/N-PLJWA/2009 dan keputusan Menteri Kehutanan No. 446/kpts-II/1996.
Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan tidak lain
agar melalui pengelolaan berbagai potensi secara optimal diharapkan akan
menarik dunia usaha untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Kabupaten
Kuningan yang dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi akan meningkat dan
pada gilirannya akan mengangkat kesejahteraan masyarakat. Fenomena tersebut
sedikit banyak mempunyai dampak yang cukup besar terhadap sumber-sumber
penerimaan daerah berupa pendapatan asli daerah (PDAU 2011).
Kerjasama atau koordinasi yang dilakukan Balai Taman Nasional Gunung
Ciremai dengan instansi lain dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai memberikan pengaruh yang cukup positif bagi pembinaan dan
pengembangan pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Kerjasama atau koordinasi dilakukan dengan prinsip saling percaya (mutual
respect), saling menghormati (mutual trust), dan saling memberi manfaat / mutual
benefit (BTNGC 2010).

4.7 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai


Balai Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu unit
pelaksana teknis dalam organisasi Kementerian Kehutanan yang menjalankan
amanat kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai ditunjuk sebagai taman
nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-
II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kelompok hutan
lindung pada kelompok hutan Gunung Ciremai seluas ± 15.500 hektar yang
terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Provinsi Jawa Barat menjadi
Taman Nasional (BTNGC 2010).
Penunjukkan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi taman nasional
merupakan usulan Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui surat nomor
522/1480/Dishutbun tanggal 26 Juli 2004 perihal ”Proposal Gunung Ciremai
sebagai Kawasan Pelestarian Alam” dan kabupaten Majalengka melalui surat No.
522/2394/Hutbun tanggal 13 Agustus 2004 perihal ” Proposal Gunung Ciremai
sebagai Kawasan Pelestarian Alam”. Proposal usulan Bupati Kuningan
ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Kuningan kepada Ketua DPRD Kabupaten
Kuningan melalui surat No. 522.6/1653/Dishutbun tanggal 23 Agustus 2004
perihal ”Pengelolaan Kawasan Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian
Alam” (BTNGC 2010).
Hal tersebut langsung mendapatkan respon positif dari DPRD Kabupaten
Kuningan dengan mengirimkan surat kepada Menteri Kehutanan melalui surat
pimpinan DPRD Kabupaten Kuningan No.661/266/DPRD perihal dukungan atas
usulan pengelolaan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi kawasan taman
nasional. Pengusulan tersebut dilatarbelakangi oleh fungsi ekologi Gunung
Ciremai yang sangat besar khususnya daerah catchment area atau daerah
tangkapan air yang sangat berperan penting sebagai penyediaan air baik sebagai
bahan baku air minum maupun air irigasi pertanian bagi kabupaten sekitarnya
yaitu Kuningan, Majalengka, dan Cirebon. Balai Taman Nasional Gunung
Ciremai memiliki program prioritas pada tahun 2010-2014 menetapkan visi
Taman Nasional Gunung Ciremai ”Terwujudnya kelestarian Taman Nasional
Gunung Ciremai sebagai sumber air utama untuk kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat” dan salah satu arah kebijakannya adalah optimalisasi jasa lingkungan
dan wisata alam dengan indikator terselesaikannya nota kerjasama dengan
pengelola objek wisata dan pengguna jasa lingkungan air di kawasan Taman
Nasional Gunung Ciremai (BTNGC 2010).
Pariwisata tidak dapat dilepaskan sebagai salah satu sektor pembangunan
yang menyeluruh. Itu sebabnya penyelenggaraan pariwisata harus memperhatikan
prinsip partisipasi masyarakat, budaya lokal, aspek konservasi sumber daya,
pendidikan dan pelatihan, promosi, akuntabilitas, serta pemantauan dan evaluasi.
Begitupun dengan konsep wisata alam yang dikelola oleh Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai yang sekarang bekerjasama dengan PDAU Darma Putra
Kertaraharja, aspek-aspek tersebut harus menjadi tolak ukur keberhasilan dan
upaya untuk meningkatkan potensi wisata di Kabupaten Kuningan. Sumberdaya
utama pariwisata itu sendiri adalah alam dan budaya. Sumberdaya alam harus
dipelihara agar dapat memberi manfaat keberlanjutan. Sumberdaya alam harus
dipelihara agar memberi manfaat keberlanjutan. Sumberdaya alam adalah modal
utama yang menjadi daya tarik wisatawan. Sumber daya budaya seperti yang
berhubungan dengan sejarah, adat istiadat, kearifan lokal, serta teknologi
tradisional merupakan aset bangsa yang memiliki potensi keragaman untuk
dikembangkan menjadi daya tarik baik dalam skala lokal maupun nasional
(BTNGC 2010).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan kepada upaya


pendayagunaan potensi objek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip
keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian.

5.1 Analisis Lingkungan Internal


5.1.1 Pasar dan Pemasaran
Segmentasi pasar yang dilakukan Obyek Wisata Alam Talaga Remis
berdasarkan dari segi kelas sosial yaitu kalangan menengah ke bawah. Hal ini
didasarkan pada tingkat pendapatan pengunjung yang relatif rendah dengan target
pasar utama yaitu para pelajar dan keluarga. UMR masyarakat Kabupaten
Kuningan sebesar Rp 749.000,-/bulan menjadi salah satu alasan yang
menyebabkan jarangnya masyarakat daerah Kabupaten Kuningan untuk
berkunjung menghabiskan sebagian pendapatannya untuk berwisata di Objek
Wisata Alam Talaga Remis. Hal tersebut diperkuat dengan hasil yang
diperlihatkan pada tabel 7.
Tabel 7 Pendapatan pengunjung perbulan obyek wisata alam Talaga Remis
No. Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. < Rp 500.000,- 13 32,5
2. Rp 500.000 – Rp 1.500.000 2 5
3. Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 17 42,5
4. Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 8 20
Total 40 100
Sumber : Data Primer (2011)

Pengunjung yang datang berwisata ke Objek Wisata Alam Talaga Remis


berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa mayoritas pengunjung berasal luar Kabupaten
Kuningan diantaranya Majalengka, Cirebon, Brebes, Tegal, Bandung, Jakarta,
Sumedang, dan Indramayu yang tingkat pendapatannya lebih baik dibandingkan
dengan Kabupaten Kuningan.
Tabel 8 Daerah asal pengunjung ODTWA Talaga Remis
No Asal Daerah Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Kuningan 15 37,5
2 Luar Kuningan 25 62,5
Total 40 100
Sumber : Data Primer (2011)

Adanya perubahan pihak pengelolaan dan pihak pengusahaan Obyek Wisata


Alam Talaga Remis memberikan efek yang negatif terhadap jumlah kunjungan
wisatawan. Sebelum dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
yaitu dikelola oleh Perum Perhutani KPH Kuningan jumlah pengunjung ± 27.
510 orang/tahun pada tahun 2009. Sedangkan setelah dikelola Balai Taman
Nasional Gunung Ciremai yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Kuningan jumlah pengunjung hanya mencapai ± 20.136
orang/tahun pada tahun 2010. Hal ini merupakan salah satu dampak negatif dari
proses peralihan pihak pengusahaan dari Perum Perhutani KPH Kuningan ke
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan.

Tabel 9 Jumlah pengunjung obyek wisata alam Talaga Remis


Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Alam Talaga Remis (orang/tahun)
2006 2007 2008 2009 2010
66859 56433 32112 27510 20136
Sumber : Disparbud (2011)

Tabel 10 yang menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan pada bulan


Januari-Maret tahun 2010 dan 2011 terlihat peningkatan pengunjung yang
signifikan yaitu pada tahun 2010 ketika Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
pada bulan Januari jumlah pengunjung ± 4057 orang/bulan, pada bulan Februari
jumlah pengunjung ± 1058 orang/bulan, dan pada bulan Maret jumlah pengunjung
± 1075 orang/bulan. Sedangkan pada tahun 2011 ketika Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai yang bekerjasama dengan PDAU Darma Putra Kertaraharja pada
bulan Januari jumlah pengunjung ± 4561 orang/bulan, pada bulan Februari jumlah
pengunjung ± 2395 orang/bulan, dan pada bulan Maret jumlah pengunjung ±
2276 orang/bulan.
Tabel 10 Perbedaan jumlah pengunjung pada bulan Januari-Maret
Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Alam Talaga Remis (orang/bulan)
Bulan Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Januari 5130 3175 3981 3055 4057 4561
Februari 6005 3219 2799 3108 1058 2395
Maret 4198 3310 2781 3158 1075 2276
Sumber : Disparbud (2011)

Hasil wawancara dengan pihak petugas lapangan Objek Wisata Alam


Talaga Remis didapatkan informasi bahwa pada hari biasa (Senin-Jum’at) jumlah
pengunjung yang berkunjung ke ODTWA Talaga Remis minimal 20 orang
sedangkan pada hari libur (sabtu-minggu) dan libur kalender jumlah pengunjung
yang berwisata di ODTWA Talaga Remis minimal 207 orang. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis masih memiliki daya tarik
bagi para pengunjung yang berasal dari dalam maupun luar Kabupaten Kuningan.
Namun yang perlu diwaspadai adalah pola jumlah pengunjung perbulan
ODTWA Talaga Remis memiliki pola yang sama ketika dikelola oleh instansi
manapun. Pada bulan Januari terjadi lonjakan jumlah pengunjung akibat pengaruh
tahun baru ataupun pengaruh motivasi pengunjung yang baru pertama kali datang
ke ODTWA Talaga Remis untuk berlibur. Tapi ketika pada bulan-bulan
berikutnya terjadi penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran ODTWA Talaga Remis.
Kegiatan pemasaran Obyek Wisata Alam Talaga Remis tercermin dari
bauran pemasaran (marketing mix), yaitu produk (product), harga (price), promosi
(promotion), dan tempat atau saluran distribusi (place).
1. Produk
Obyek Wisata Alam Talaga Remis merupakan perpaduan antara pesona
alam pegunungan hutan serta air telaga yang jernih serta didukung udara
pegunungan yang sejuk menantang untuk berwisata menguak misteri hutan.
Potensi dan kegiatan wisata yang dimiliki Objek Wisata Alam Talaga Remis
antara lain pemandangan alam dan wisata air.
Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki prospek yang sangat baik
untuk dikembangkan dengan baik yang didukung oleh trend masyarakat
terutama masyarakat daerah perkotaan yang ingin menikmati alam, udara
bersih, dan jauh dari kebisingan kota saat berlibur. Beberapa atraksi wisata
yang dapat menjadi produk tambahan bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis
antara lain dengan mengaktifkan kembali bumi perkemahan dan paket
outbond, tracking keliling kawasan, dan pengamatan flora fauna termasuk
burung,
Daya tarik wisata yang dimiliki Objek Wisata Alam Talaga Remis
antara lain hijaunya pepohonan yang tumbuh lebat di sepanjang jalan menuju
kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis menambah suasana bertambah
sejuk. Panorama alam sekitar danau Talaga Remis memberikan pesona
keindahan dan berhawa sejuk yang ditunjang oleh adanya tegakan vegetasi
hutan serta lingkungan pegunungan dan perbukitan. Daya tarik wisata yang
menunjang dan andalan utama Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah
adanya fasilitas wisata air berupa perahu motor, angsa air, dan sepeda air,
area bumi perkemahan, aula pertemuan, panggung hiburan, lapangan parkir
yang cukup luas, area bermain anak, tempat makan, musholla, gazebo, toilet,
dan tempat sampah.
Keunikan dan keberagaman pesona pariwisata yang disampaikan oleh
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Objek Wisata
Alam Talaga Remis dapat dikatakan berhasil dalam mengkombinasikan
sejumlah minat yang berbeda, yakni : olahraga, satwa liar, flora,
pemandangan yang indah, tempat bersejarah, danau, kolam renang, dan lain-
lain yang memiliki nilai wisata alam.
Sejak berdirinya Obyek Wisata Alam Talaga Remis sampai saat ini
belum ada penambahan fasilitas atau sarana prasarana yang baru. Sehingga
hal ini, menjadi kelemahan bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam
bersaing dengan objek wisata yang lainnya seperti Bumi Perkemahan
Palutungan. Pengadaan sarana prasarana yang akan dibangun (setelah IPPA
diterima oleh pihak PDAU Darma Putra Kertaraharja) pada areal Objek
Wisata Alam Talaga Remis akan memperhatikan arsitektur masyarakat
setempat dan semi permanen. Sarana prasarana yang ada di kawasan Objek
Wisata Talaga Remis terlihat pada tabel 11.
Tabel 11 Sarana prasarana objek wisata alam Talaga Remis
No Sarana dan Prasarana Jumlah (buah)

1. Pintu gerbang masuk 2

2. Loket penjualan tiket 2

3. Tempat parkir 1

4. Musholla 1

5. Depot Makan ± 16

6. Arena Bermain Anak-anak 3

7. MCK 1

8. Bumi Perkemahan 1

9. Panggung Hiburan 1

10. Aula Pertemuan 1

11. Loket Wisata air 1

12. Gazebo ± 10

13. Sepeda Air 8

14. Jalan Setapak 1

15. Tempat Sampah ±6

16. Tempat Duduk ± 15

17. Pos Jaga 1

18. Loket Tiket Wisata Air 1

19. Angsa Air 1

20. Perahu Motor 1

21. Areal Makam 1

22. Sumber mata air 2

23. Papan Petunjuk ± 10


Sumber : Data Primer (2011)

Adanya sumberdaya alam yang sangat potensial sebagai obyek wisata


alam yang didukung dengan sarana prasarana menjadikan Objek Wisata Alam
Talaga Remis selalu ramai dikunjungi. Para pengunjung dapat memilih
melakukan aktivitas wisata sesuai pilihannya. Pesaing utama Objek Wisata
Alam Talaga Remis yaitu Bumi Perkemahan Palutungan yang memiliki
sumberdaya alam berupa air terjun yang sangat indah dan sama-sama
memiliki fasilitas areal perkemahan sebagai daya tarik wisata. Selain itu,
Bumi Perkemahan Palutungan merupakan wana wisata yang dahulu pernah
dikelola oleh Perum Perhutani dan di masa mendatang akan dikelola juga oleh
PDAU Darma Putra Kertaraharja. Maka dari itu Objek Wisata Alam Talaga
Remis harus terus mengemas produk wisatanya sebagai produk yang mudah
diakses dan memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman berharga. Di
samping itu, pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis sebaiknya
selalu memperhatikan kebersihan lingkungan yang ada mengingat keindahan
alam menjadi kekuatan alami bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis.
Belum adanya sistem paket wisata membuat keuntungan yang diterima
oleh pihak pengusahaan tidak maksimal. Hal ini dikarenakan faktor-faktor
pendukung sebagai Objek Wisata Alam belum berkembang baik dari sisi
sumberdaya manusia maupun dari sisi sarana dan prasarana. Selain itu hal
tersebut juga diakibatkan dari dampak beberapa kali peralihan pihak pengelola
maupun pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis, masih labilnya
posisi pihak pengusahaan yang sekarang dikarenakan BUMD Kabupaten
Kuningan (PDAU Darma Putra Kertaraharja) baru terbentuk dan baru pada
tanggal 1 Januari 2011 diamanatkan untuk mengusahakan Objek Wisata Alam
Talaga Remis.
2. Harga
Pihak pengelola memasang harga yang memang relatif tinggi untuk
kalangan segmentasi pasar yang telah ditargetkan Objek Wisata Alam Talaga
Remis. Untuk masuk ke kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis
pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp 6.500/orang pada bulan
Januari–Februari 2011 dan pada bulan Maret 2011 naik menjadi Rp
8.000/orang dikarenakan adanya agenda promosi Gebyar Wisata yang
dilaksanakan oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja dan untuk mengubah
segmentasi pasar menuju kalangan menengah ke atas. Biaya tersebut belum
termasuk biaya parkir kendaraan bermotor, untuk kendaraan roda 2 (dua)
dikenakan tarif Rp 2.000,-/buah dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih Rp
4.000,-/buah sesuai dengan PP No 59 tahun 1998. Dengan biaya masuk
sebesar itu pengunjung mendapatkan fasilitas yang ada di Obyek Wisata Alam
Talaga Remis seperti fasilitas musholla, tempat sampah, toilet, jalan-jalan
dibawah rindangnya pepohonan yang didukung dengan panorama alam
lainnya, dan duduk di bawah naungan pohon yang rindang, arena bermain
anak, dan aula pertemuan. Tersedia wisata air berupa perahu motor dengan
harga tiket sebesar Rp 2.500,-/orang, sepeda air dengan harga tiket sebesar Rp
5.000,-/orang, dan angsa boat dengan harga tiket sebesar Rp 3.500,-/orang
sedangkan biaya berkemah sebesar Rp 5.000,-/malam. Sehingga jika
pengunjung ingin mendapatkan semua fasilitas (tidak termasuk berkemah dan
parkir kendaraan) di Objek Wisata Alam Talaga Remis, pengunjung
dikenakan biaya sebesar Rp 19.000,-/orang.
Tabel 12 Harga tiket obyek wisata alam Talaga Remis
Jenis Tiket Harga Tiket
(Rp/orang)
Tiket Masuk Obyek Wisata Alam Talaga Remis (belum tiket parkir) Rp 8.000,-
Tiket Sepeda Air (kapasitas 2 orang) Rp 5.000,-
Tiket Angsa Boat (kapasitas 10 orang) Rp 3.500,-
Tiket Perahu Motor (kapasitas 20 orang) Rp 2.500,-
Sumber : PDAU (2011)

Perbandingan harga antara Bumi Perkemahan Palutungan sebagai


pesaing utama dengan Obyek Wisata Alam Talaga Remis memang terlihat
jauh berbeda, untuk harga tiket masuk ke Bumi Perkemahan Palutungan
pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 6.000,-/orang yang sudah termasuk
tempat informasi, gazebo, toilet, tempat sampah, musholla, panorama alam,
areal perkemahan, dan wisata air berupa Curug Putri. Untuk berkemah di
Bumi Perkemahan Palutungan dikenakan biaya sebesar Rp 6.000,-
/orang/malam, dan untuk jalur pendakian Rp 1.500,-/orang/hari. Sehingga jika
pengunjung ingin mendapatkan semua fasilitas (tidak termasuk berkemah,
biaya parkir, dan mendaki) di Bumi Perkemahan Palutungan, pengunjung
dikenakan tarif Rp 6.000,-/orang.
Harga tiket Objek Wisata Alam Talaga Remis sebesar Rp 19.000,- bagi
masyarakat kalangan menengah ke atas menjadikan adanya faktor gengsi atau
kepuasan tersendiri karena harga lebih mahal dibandingkan dengan Bumi
Perkemahan Palutungan yang memasang tiket sebesar Rp 6.000,-/orang.
Pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis menetapkan harga
sebesar Rp 8.000,-/orang berdasarkan rencana pengembangan Objek Wisata
Alam Talaga Remis ke depan yang akan memasuki segmentasi pasar yang
baru yaitu kalangan menengah ke atas, dan dalam rangka mensosialisasikan
objek wisata yang diusahakan oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja.

Tabel 13 Perubahan harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis


Pengelola Harga Tahun
Perhutani Rp 4.000,- sebelum 2009
Perhutani Rp 7.000,- 2009
Disparbud & BTNG Ciremai Rp 6.500,- 2010
PDAU & BTNG Ciremai Rp 6.500,- Jan - Feb 2011
PDAU & BTNG Ciremai Rp 8.000,- Mar-11
Sumber : Disparbud (2011)

3. Promosi
Promosi yang dilakukan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis saat ini
berupa (1) publikasi sederhana di internet mengenai profil Objek Wisata
Alam Talaga Remis dan juga penyebaran pamflet, (2) publisitas dan public
relations, berupa liputan oleh media elektronik yang disiarkan lewat TV lokal
dan siaran radio lokal, (3) mengadakan workshop pengelolaan jasa
lingkungan air dan wisata alam, talkshow pengelolaan Taman Nasional
Gunung Ciremai, dan (4) mengikuti pameran pariwisata dan pameran
konservasi baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Namun begitu,
model promosi ini tidak dilakukan secara intensif, karena berdasarkan hasil
wawancara dengan pengunjung terlihat bahwa pihak Objek Wisata Alam
Talaga Remis masih mengandalkan pada model informasi dari orang ke orang
(dari informasi teman sekantor, tetangga, dan relasi bisnis). Hal tersebut
terbukti dengan hasil wawancara dengan para pengunjung Objek Wisata
Alam Talaga Remis yang diperlihatkan dalam tabel 14. Untuk itu, perlu
dilakukan promosi yang lebih gencar lagi oleh Objek Wisata Alam Talaga
Remis dengan cara yang paling efektif saat ini yaitu dengan penyiaran iklan
di media massa seperti TV maupun radio karena dapat mengeruk masyarakat
yang lebih luas agar merebut pasar yang lebih besar. Tingkat awareness
konsumen terhadap suatu produk akan berkembang sejalan dengan eksposur
kumulatif terhadap iklan/promosi.
Tabel 14 Media Informasi yang digunakan oleh pengunjung objek wisata alam Talaga Remis
No Media Informasi Jumlah Persentase
1 Pameran Pariwisata 1 2.5%
2 Media Elektronika (radio, televisi khususnya TV lokal) 2 5%
3 Media Cetak (koran lokal maupun nasional, majalah) 5 12.5%
4 Brosur 1 2.5%
5 Internet (website Talaga Remis, PDAU, BTNG Ciremai) 10 2.5%
6 Lainnya (people to people) 21 52.5%

Total 40 100%
Sumber : Data Primer (2011)

4. Saluran distribusi
Produk wisata Objek Wisata Alam Talaga Remis berupa objek alam
tidak dapat didistribusikan, hal yang dapat didistribusikan adalah informasi
kepada masyarakat mengenai keberadaan objek wisata tersebut. Lokasi Objek
Wisata Alam Talaga Remis yang berada di tengah-tengah perbatasan
kabupaten Kuningan dan kabupaten Cirebon dengan jarak Tempuh 37 km dari
pusat Kota Kuningan, 20 km dari Kotamadya Cirebon, 7 km dari Ibukota Kota
Cirebon, dan 5 km dari jalan tol Palimanan-Kanci. Hal ini mendukung
perluasan jangkauan pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis untuk
menjangkau wisatawan yang lebih luas tidak hanya terbatas pada wisatawan
yang berasal dari Kabupaten Kuningan, Cirebon, dan Majalengka.
Pihak pengusahaan dapat melakukan suatu paket perjalanan wisata,
dimana wisatawan yang datang ke Kuningan berusaha untuk disuguhi
berbagai kegiatan atau atraksi wisata yang dapat memberikan kesan menarik
dan memberikan rasa kepuasan tersendiri sehingga wisatawan lebih lama
tinggal. Konsep paket perjalanan wisata yang dapat dilakukan adalah
mengunjungi Objek Wisata Alam Talaga Remis kemudian dilanjutkan jalan-
jalan ke pusat kota Kuningan melihat kemegahan Mesjid Syiarul Islam
berarsitektur Timur Tengah, lalu ke pusat makanan dan minuman khas Kota
Kuningan, dan terakhir wisatawan akan diajak ke Bumi Perkemahan
Palutungan dengan melewati suasana hamparan persawahan, dan
pemandangan Gunung Ciremai yang indah serta wisatawan dapat menginap di
bungalow yang terdapat di Bumi Perkemahan Palutungan.
Secara keseluruhan, pemasaran wisata yang dilakukan oleh Objek Wisata
Alam Talaga Remis sudah sangat baik dari segi lokasi, namun dari segi produk,
harga, dan promosi masih perlu dilakukan pengembangan.

5.1.2 Keuangan
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.08 Tahun 2009 tanggal 18 Juni
2009 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Aneka Usaha Kabupaten Kuningan
disebutkan bahwa PDAU mempunyai 5 (lima) jenis usaha, yaitu :
1. Teknologi informasi dan komunikasi,
2. Energi,
3. Agribisnis,
4. Pariwisata, dan
5. Aneka jasa.
Salah satu bentuk jenis usaha pariwisata yang dilakukan PDAU Darma
Putra Kertaraharja adalah berperan sebagai pihak pengusahaan yang bertugas
untuk menangani dan mengurusi beberapa objek wisata di Kabupaten Kuningan
yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Salah satunya
Objek Wisata Alam Talaga Remis. Pihak PDAU Darma Putra Kertaraharja
mendapatkan dana atau kebutuhan finansial yang dicukupi mutlak oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan. Untuk dana pertama dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Kuningan sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) dan
secara bertahap akan bertambah.
Setiap bulannya Objek Wisata Alam Talaga Remis melakukan sharing
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan sebesar 40%. Sedangkan 60%
dari total dana yang diperoleh masuk ke kas PDAU Darma Putra Kertaraharja.
Terkait dengan pemasukan yang didapatkan dari kegiatan wisata, dana tersebut
digunakan kembali untuk modal kerja kegiatan beberapa objek wisata alam yang
dikelola oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja diantaranya Objek Wisata Alam
Talaga Remis.
Pendanaan dari pihak luar untuk sekarang, pihak Objek Wisata Alam Talaga
Remis belum ada investor yang tertarik menanamkan modalnya dan sebagian
proposal investor masih dimusyawarahkan oleh pihak PDAU Darma Putra
Kertaraharja.

5.1.3 Produksi dan Operasi


Produk wisata dibuat atau diproduksi bersamaan dengan waktu produk
tersebut dinikmati oleh konsumen. Maka proses produksi dari wisata tidak sama
dengan proses produksi dari produk barang. Oleh karena itu, aktivitas produksi
dari produk Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah saat pengunjung datang dan
menikmati objek wisata yang ditawarkan, seperti berjalan-jalan menikmati hawa
sejuk di antara pepohonan yang rindang sambil melihat-lihat hewan yang ada,
berwisata air dengan menggunakan angsa air atau sepeda air, dan menikmati
jajanan kuliner yang ada. Objek Wisata Alam Talaga Remis mulai beroperasi dari
jam 08.00-16.00 WIB setiap hari.
Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki wilayah yang cukup luas untuk
dijadikan sebagai objek wisata dengan luas keseluruhan 28 ha sedangkan yang
baru teroptimalkan 8 ha yaitu areal danau Talaga Remis sisanya masih dalam
tahap penelitian dan pengembangan. Dengan luasan tersebut terdapat produk
wisata yang dapat dinikmati pengunjung termasuk arena bermain anak berupa
ayunan dan seluncuran, meskipun banyak dari produk yang ada di Objek Wisata
Alam Talaga Remis belum sepenuhnya secara lengkap dapat dinikmati
pengunjung misalnya Objek Wisata Alam Talaga Remis menyediakan lahan yang
dapat digunakan untuk sepeda gunung/sepeda santai, tetapi alur jalan/track belum
didesain sesuai standar olahraga sepeda gunung/sepeda santai.
Pengembangan pengelolaan kawasan danau Talaga Remis sejauh ini sudah
mulai terencana meskipun masih terdapat aktivitas produksi yang belum berjalan
secara optimal. Hal ini dikarenakan mahalnya biaya untuk pengadaan fasilitas atau
alat-alat yang digunakan untuk menunjang wisata tersebut.
5.1.4 Aspek Pengelolaan
Objek Wisata Alam Talaga Remis merupakan obyek wisata yang berada
dalam zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Ciremai yang dikelola oleh
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dibawah seorang Kepala Seksi
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah menunjuk seorang kepala resort wilayah yang bertugas untuk mengelola
dan mengawasi objek wisata dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai
yang ada di wilayah Kabupaten Kuningan. Objek Wisata Alam Talaga Remis
berada dalam pengawasan Resort Pasawahan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional
(SPTN) I Wilayah Kuningan.
Pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis mulai tahun 2011
adalah PDAU Darma Putra Kertaraharja dibawah seorang kepala unit usaha jasa
dan pariwisata, kepala unit menunjuk seorang manajer unit pengelolaan wisata
yang bertugas untuk mengelola dan mengawasi objek wisata yang diusahakan
oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja. Terkait dengan pengelolaan di lapangan,
manager unit merangkap sebagai koordinator lapangan dibantu oleh delapan orang
petugas lapangan. Delapan petugas lapangan tersebut terdiri dari satu orang
pegawai PDAU Darma Putra Kertaraharja dan 7 orang diambil dari masyarakat
sekitar.
Pihak pengusahaan memerlukan bantuan dari masyarakat sekitar dalam
menjaga kelestarian dan kenyamanan lingkungan wisata. Oleh karena itu manager
unit di Objek Wisata Alam Talaga Remis merekrut masyarakat sekitar sebagai
petugas lapangan agar kelestarian dan kenyamanan lingkungan wisata tetap
terjaga dan dengan adanya objek wisata ini dapat membantu perekonomian
masyarakat sekitar objek wisata.

5.2 Analisis Lingkungan Eksternal


5.2.1 Faktor Politik
Pemerintah sebagai fasilitator, mendukung berkembangnya usaha pariwisata
alam dalam bentuk penerapan kebijakan, peraturan perundang-undangan dan
perijinan. Dukungan pemerintah tercermin dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Bupati No 180/kpts.251-Huk/2010 tertanggal 29 Juli 2010 terkait
penunjukan PDAU Darma Putra Kertaraharja untuk melakukan pengusahaan
pariwisata alam di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten
Kuningan. Dalam hal mendukung perkembangan objek wisata, Pemerintah
Daerah Kabupaten Kuningan telah memiliki visi Kabupaten Kuningan sebagai
Kabupaten Pariwisata dan Kabupaten Konservasi.
Sistem otonomi daerah yang saat ini sudah diterapkan oleh pemerintah pusat
membuat daerah-daerah yang kondisi keuangan atau perekonomian daerahnya
masih belum kuat, menjadi agak sulit mengembangkan daerahnya. Hal ini
dikarenakan keterbatasan dana yang diakibatkan berkurangnya subsidi dari
pemerintah pusat dan secara otomatis mengakibatkan pelaksanaan rencana
pengembangan daerah menjadi terhambat. Namun pemerintah daerah Kabupaten
Kuningan sangat mendukung dunia pariwisata yang merupakan sektor yang
potensial dalam meningkatkan perekonomian daerah.
Bupati Kuningan mengembangkan pariwisata berbasis jasa lingkungan
berbasis alam (environmental service) dalam pembangunan Kabupaten Kuningan.
Untuk itu akan didorong secara intensif khususnya melalui penataan sarana
prasarana dan pariwisata. Salah satu kegiatan yang akan ditempuh antara lain
peningkatan sarana dan prasarana pariwisata dalam satu kawasan terpadu dan
promosi pariwisata daerah.
Belum lamanya PDAU Darma Putra Kertaraharja dalam mengusahakan
Objek Wisata Alam Talaga Remis menyebabkan para pemilik modal berpikir
ulang untuk menanamkan modalnya di kawasan Objek Wisata Alam Talaga
Remis, hal ini terkait dengan seringnya terjadi peralihan pihak pengelola dan
pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis.
Pada masa yang akan datang diprediksikan akan banyak investor yang
tertarik menanamkan investasinya di Kabupaten Kuningan dikarenakan adanya
pembangunan yang strategis di daerah wilayah III Cirebon, diantaranya :
pembuatan jalan tol baru Cisandanu dan pembangunan pelabuhan Internasional di
Cirebon, dan pembangunan bandara internasional di daerah Majalengka.
5.2.2 Faktor Ekonomi
Sistem otonomi daerah yang telah diterapkan oleh pemerintah pusat
membuat daerah-daerah yang tingkat perekonomian masih tergolong rendah
menjadi semakin sangat sulit untuk mengalokasikan dana yang minim tersebut ke
beberapa sektor perekonomiannya. Ini menjadi suatu masalah bagi Pemerintah
Daerah dalam pengalokasian dananya. Di satu sisi Pemerintah Daerah mempunyai
rencana untuk mengembangkan suatu sektor ekonomi di sisi lain anggaran yang
tersedia tidak sanggup untuk merealisasikan rencana tersebut.
Banyaknya tayangan televisi mengenai wisata alam menyebabkan trend
”back to nature” sangat meningkat. Sehingga membuat pengunjung tertarik untuk
berwisata atau rekreasi alam dimana sektor pariwisata merupakan salah satu
sektor unggulan penghasil devisa pembangunan negara dan pendapatan asli
daerah. Secara langsung maupun tidak langsung adanya pengusahaan di Objek
Wisata Alam Talaga Remis akan memberikan nilai ekonomis bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Kuningan dan masyarakat sekitar.
Dari sektor ekonomi, penduduk Kota Kuningan bermata pencaharian
sebagai petani dengan pendapatan yang tidak menentu. UMR masyarakat Kota
Kuningan sebesar Rp 749.000,-/bulan menjadi salah satu alasan yang
menyebabkan jarangnya masyarakat daerah Kabupaten Kuningan untuk
berkunjung menghabiskan sebagian pendapatannya untuk berwisata di Objek
Wisata Alam Talaga Remis.

5.2.3 Faktor Sosial, Budaya, dan Lingkungan


Kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di sekitar Objek Wisata
Alam Talaga Remis sangatlah bergantung pada kondisi alam dan lingkungan di
sekitarnya. Hal ini tercermin dari mata pencaharian penduduk yang sebagian besar
bertani, usaha perikanan, dan berladang. Sehingga dengan adanya Objek Wisata
Alam Talaga Remis diharapkan memberikan peluang penyediaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar kawasan dengan adanya pembangunan sarana
prasarana fisik dan sebagai tenaga/karyawan di Objek Wisata Alam Talaga Remis.
Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki komponen wisata yang amat
menarik diantaranya nilai historis atau mitos yaitu adanya makam Pangeran
Salingsingan yang berada di ujung danau Talaga Remis dan makam Buyut
Salintang yang berada di dekat musholla. Sehingga para pengunjung mendapatkan
perjalanan wisata tambahan selain berkunjung ke Objek Wisata Alam Talaga
Remis, pengunjung dapat mengunjungi patilasan Pangeran Salingsingan atau
berziarah ke makam Buyut Salintang yang berada di dalam kawasan Objek Wisata
Alam Talaga Remis.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula daerah
atau segmen yang akan dimasuki oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis sehingga
apabila dimanfaatkan dengan baik, Objek Wisata Alam Talaga Remis dapat
memperluas jangkauan pasarnya. Di samping bertambahnya jumlah penduduk,
bertambahnya usaha masyarakat sekitar yang membuka warung yang menjual
makanan yang berasal dari ikan juga dapat menarik pengunjung. Namun sayang
belum ada masyarakat yang menjual ciri khas kota Kuningan berupa makanan
khas khusus daerah Kuningan ataupun cinderamata yang menunjukkan ciri khas
daerah wisata.
Objek Wisata Alam Talaga Remis sejak diresmikan menjadi objek wisata,
keterlibatan masyarakat sekitar cukup tinggi. Baik melalui tenaga kerja sebagai
petugas lapangan atau sebagai mitra usaha. Hal ini terbukti dengan adanya
Koperasi Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Talaga Remis dan
Kelompok Mitra Usaha (KMU) diantaranya KMU kolam, KMU panggung
hiburan, KMU MCK, KMU warung makan, KMU kolam pemancingan, KMU
kemping, KMU wartel, KMU Situ Ayu Salintang, KMU wisata air, dan KMU
parkir. Dengan adanya Obyek Wisata Alam Talaga Remis memberikan dampak
yang positif bagi masyarakat sekitar, bukan hanya dari segi ekonomi namun juga
dari segi sosial, budaya (pementasan kesenian tradisional sebagai atraksi budaya),
dan lingkungan. Semenjak pihak pengusahaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
dan PDAU Darma Putra Kertaraharja, kompepar maupun KMU yang telah ada
sedang dalam peninjauan kembali dalam hal fungsi dan manfaat bagi Objek
Wisata Alam Talaga Remis dan pihak pengusahaan.
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesan acuh
sebagian warga sekitar dan pengunjung terhadap kelestarian daerah wisata
merupakan salah satu penghambat perkembangan daerah Objek Wisata Alam
Talaga Remis. Masyarakat masih mempunyai kebiasaan untuk membuang sampah
sembarangan, rendahnya pendidikan masyarakat sekitar diduga sebagai salah satu
penyebab timbulnya permasalahan ini.

5.2.4 Faktor Teknologi


Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan wisata alam tidak
terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi. Kehadiran teknologi informasi seperti
internet, fax, dan telepon sangat membantu para pelaku wisata alam untuk
melakukan promosi dan komunikasi ke seluruh dunia. Baik pihak pengelola
maupun pihak pengusahaan sudah menerapkan teknologi informasi internet dan
telepon untuk meningkatklan kinerjanya.
Kemajuan tekologi informasi baru menciptakan perekonomian baru.
Perusahaan perlu menambah alat dan praktik baru jika perusahaan mengharapkan
keberhasilan dalam persaingan pasar. Pihak pengusahaan sudah mempunyai situs
internet sebagai bagian dari promosi. Maraknya pemakaian telepon genggam dan
jejaring sosial di kalangan masyarakat memudahkan pihak pengusahaan dalam
melakukan promosi. Diharapkan dengan adanya teknologi internet pihak
pengelola dan pihak pengusahaan dapat mengetahui gambaran keadaan pasar saat
ini, apa yang sedang diminati oleh wisatawan maupun informasi-informasi
tentang pesaing.

5.2.5 Faktor Persaingan


Pertumbuhan dalam industi wisata sangat kuat, hal ini disebabkan oleh
sistem operasi dan teknologi yang dapat dikembangkan oleh setiap perusahaan
sehingga ancaman persaingan untuk bisnis ini sangat kuat. Persaingan dengan
objek wisata di kota Kuningan dan sekitarnya pada umumnya sangat tinggi karena
banyak sekali objek-objek wisata yang telah berdiri dan menawarkan produk-
produk yang berbeda dan unik untuk menarik minat konsumen.
Pesaing yang paling potensial dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis
adalah Bumi Perkemahan Palutungan yang letaknya sama-sama berada di Kota
Kuningan. Selain itu brand image Bumi Perkemahan Palutungan yang tidak kalah
terkenal dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis, promosi yang dilakukan
sangat gencar dengan menawarkan produk-produk wisata yang variasi produknya
lebih sedikit dibanding dengan Obyek Wisata Alam Talaga Remis dan
keterlibatan maupun pemberdayaan masyarakat sekitar objek wisata yang cukup
besar dibandingkan Objek Wisata Alam Talaga Remis.

5.3 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman


5.3.1 Kekuatan
Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki beberapa kekuatan, yaitu : (1)
SDA yang sangat potensial untuk objek wisata, (2) Lokasi yang strategis, (3)
memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar, (4) melibatkan
masyarakat setempat dalam pengelolaan objek wisata, (5) status kawasan sebagai
hutan negara, (6) adanya rencana pengembangan kawasan Objek Wisata Alam
Talaga Remis.
1. SDA yang sangat potensial untuk objek wisata
Pemandangan pohon yang beraneka ragam jenisnya seperti sono keling, pinus,
malaka, dan kosambi yang berjumlah 160 jenis tumbuhan serta adanya sumber
mata air alami yang selain dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya untuk
pengairan dan kebutuhan air sehari-hari juga dimanfaatkan untuk menyuplai
persediaan air minum dalam kemasan. Yang tidak kalah menarik perhatian
udara yang sejuk khas hawa hutan sangat cocok dipakai sebagai bumi
perkemahan yang sering digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa untuk
kegiatan berkemah maupun masa orientasi (Diklat).
2. Lokasi yang strategis
Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki lokasi yang strategis dimana
lokasinya terletak di tengah-tengah perbatasan Kabupaten Kuningan dan
Kabupaten Cirebon. Keuntungan geografis inipun memudahkan Objek Wisata
Alam Talaga Remis untuk mendapatkan sumberdaya yang dibutuhkan.
3. Memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar
Objek Wisata Alam Talaga Remis mempunyai target konsumen potensial
yaitu para pelajar dan keluarga dengan fokus pasar daerah wilayah III Cirebon
serta memiliki segmentasi pasar yaitu kalangan menengah ke bawah.
4. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan objek wisata
Adanya keikutsertaan masyarakat sekitar komplek wisata sebagai pengelola
dan pekerja di lapangan merupakan kekuatan bagi pihak pengusahaan,
mengingat masyarakat juga merupakan bagian dari pariwisata. Dengan adanya
partisipasi tersebut memungkinkan daerah tersebut berkembang menjadi
daerah wisata yang berkualitas dari segi fisik (SDA) maupun dari segi
pengelolaannya (SDM).
5. Status kawasan sebagai hutan negara
Objek Wisata Alam Talaga Remis yang berada dalam kawasan zona
pemanfaatan Taman Nasional Gunung Ciremai dibawah pengelolaan dan
pengawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai menjadi suatu jaminan
keberlangsungan Objek Wisata Alam Talaga Remis yang terjaga dan lestari
serta tidak akan adanya klaim dari pihak lain yang mengakui lahan Objek
Wisata Alam Talaga Remis sebagai milik pribadi maupun milik desa yang
diserahkan langsung (warisan) dari leluhur sebelumnya. Serta pendapatan
PNBP adalah mutlak milik negara jadi tidak ada profit sharing terkait PNBP
sebesar Rp 1.500,-/tiket/orang yang ditarik oleh Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai terhadap objek-objek wisata yang berada dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai. Selain itu, tidak sembarangan
orang/instansi yang dapat bermitra dalam pengusahaan di kawasan hutan
negara dikarenakan ada aturan/payung hukum yang mengaturnya.
6. Adanya rencana pengembangan kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis
Pengembangan kawasan yang terencana juga menjadi suatu kekuatan bagi
pihak pengusahaan yang tergambar dalam proposal pengajuan IPPA.
Walaupun PDAU Darma Putra Kertaraharja baru mengusahakan Objek
Wisata Alam Talaga Remis tahun ini tapi telah ada pengembangan kawasan
yang mulai terencana. Hal ini dapat dilihat dari pembersihan areal Talaga
Nilem yang sedang dilakukan, selanjutnya akan diadakan program pengecatan
jembatan yang membatasi dua danau yang berada di Talaga Remis dan sering
dijadikan ajang dokumentasi oleh para pengunjung, dan perapihan sekaligus
penataan warung-warung yang ada agar lebih tertata dengan baik. Hal tersebut
dilakukan untuk menambah keindahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis dan
menambah kenyamanan pengunjung.

5.3.2 Kelemahan
Kelemahan utama Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu : (1)
Aksesibilitas menuju talaga yang kurang baik, (2) Strategi promosi yang belum
optimal, (3) Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar, (4)
Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran, (5)
Harga tiket masuk Objek Wisata Alam Talaga Remis yang relatif tinggi, (6)
Aktivitas produksi yang belum optimal.
1. Aksesibilitas menuju talaga yang kurang baik
Perjalanan menuju Objek Wisata Alam Talaga Remis yang hanya dapat
dicapai dengan kendaraan pribadi baik kendaraan roda dua atau roda empat.
Kondisi jalan yang dilewati kurang baik dan tidak adanya angkutan umum,
sehingga pencapaian ke lokasi agak sulit apalagi jika cuaca tidak mendukung
seperti hujan. Hal ini menjadi alasan tersendiri bagi pengunjung untuk mencari
objek wisata yang lebih baik dari Objek Wisata Alam Talaga Remis.
2. Strategi promosi yang belum optimal
Salah satu kelemahan pihak pengusahaan dari segi pemasaran yaitu dari segi
pemasaran yaitu dari segi strategi promosi yang belum optimal, hal ini dapat
dilihat dari sistem periklanan yang masih sederhana dan terkesan kurang
menarik karena pihak pengusahaan masih mengandalkan kepada model
promosi orang ke orang.
3. Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar
Kondisi pendanaan dari pihak luar terlihat masih kurang untuk mendukung
rencana kegiatan atau kinerja pihak pengusahaan, hal ini menyebabkan jumlah
anggaran yang ada masih tergolong minim untuk melakukan penambahan dan
perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana yang rusak.
4. Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran
Masih kurangnya tenaga kerja yang bertugas di lapangan untuk melakukan
pengawasan dan pengamanan di daerah wisata yang ditunjang dengan tenaga
kerja lapangan yang sebagian besar direkrut dari masyarakat sekitar
merupakan hambatan dalam pengembangan wisata karena relatif tingkat
pendidikan mereka adalah SD sampai SLTP. Sehingga jumlah SDM
profesional dalam bidang pemasaran dan pariwisata belum terpenuhi. Dimana
sumberdaya manusia merupakan salah satu kunci terpenting suatu usaha dapat
maju dan berkembang.
5. Harga tiket masuk Objek Wisata Alam Talaga Remis yang relatif tinggi
Kelemahan yang terkait dari segi pemasaran juga terletak juga pada harga
tiket masuk, harga tiket masuk yang harus dibayarkan pengunjung untuk
memperoleh fasilitas wisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis relatif
tinggi dibandingkan dengan pesaingnya yang memberikan fasilitas produk
hampir sama ditunjang dengan pendapatan masyarakat sekitar yang relatif
rendah. Walaupun besarnya tarif retribusi pada Taman Nasional Gunung
Ciremai mengacu pada PP 59 tahun 1998 tetap memberikan efek yang besar
dalam penentuan harga tiket masuk dan tiket kendaraan bermotor. Ditambah
lagi dengan PDAU Darma Putra Kertaraharja yang berorientasi pada profit
oriented menambah besaran harga tiket masuk.
6. Aktivitas produksi yang belum optimal
Kelemahan yang terkait dengan aspek produksi dari produk wisata Objek
Wisata Alam Talaga Remis adalah aktivitas produksi yang belum berjalan
optimal. Hal ini dikarenakan mahalnya biaya untuk pengadaan fasilitas atau
alat-alat yang digunakan untuk menunjang wisata tersebut yang kalau tidak
segera disikapi dengan baik akan mengurangi minat wisatawan untuk
berkunjung.

5.3.3 Peluang
Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki beberapa peluang, yaitu : (1)
Trend konsumsi wisata ”back to nature” atau rekreasi alam menjadi semakin
meningkat, (2) Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, (3)
Bertambahnya jumlah penduduk, (4) Brand image objek wisata yang sangat kuat,
(5) Dukungan pemerintah daerah yang cukup besar terhadap objek wisata.
1. Trend konsumsi wisata ”back to nature” atau rekreasi alam menjadi semakin
meningkat
Akhir-akhir ini trend wisata ”back to nature” atau rekreasi alam menjadi
semakin meningkat, dapat dilihat dari tayangan-tayangan di beberapa stasiun
televisi yang menayangkan program wisata yang amat menarik khususnya
wisata alam. Ini merupakan suatu peluang bagi Objek Wisata Alam Talaga
Remis untuk mengembangkan objek wisata alam sebagai salah satu daya tarik
Objek Wisata Alam Talaga Remis.
2. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat kemajuannya, hal ini
menjadi peluang bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis untuk meningkatkan
promosi serta memperlancar pekerjaan melalui penggunaan teknologi yang
modern seperti internet, faximile, serta telepon seluler.
3. Bertambahnya jumlah penduduk
Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak dapat menjadi peluang bagi
Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam pemasaran produknya. Pihak
pengusahaan dapat memasuki segmen pasar yang baru secara maksimal
terutama wilayah Kuningan, Cirebon, dan Majalengka pada khususnya dan
luar daerah wilayah III Cirebon pada umumnya.
4. Brand image objek wisata yang sangat kuat
Brand image Objek Wisata Alam Talaga Remis yang sangat kuat sejak
dahulu. Sampai dilukiskan dalam sebuah lagu pasundan yang cukup
melegenda. Selain itu Objek Wisata Alam Talaga Remis dengan berbagai
sumber daya alamnya seperti keberadaan hutan pada kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai dengan berbagai jenis tumbuhan tropisnya. Objek Wisata
Alam Talaga Remis memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan.
5. Dukungan pemerintah daerah yang cukup besar terhadap objek wisata
Dukungan yang cukup besar dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan
baik berupa dukungan perbankan ataupun dukungan kebijakan menjadikan
peluang yang cukup potensial bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis.
Karena kerjasama dan dukungan antara pihak pengusahaan objek wisata
dengan pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap kemajuan objek
wisata di daerah tersebut.

5.3.4 Ancaman
Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam menjalankan usaha pariwisata
alam di Kabupaten Kuningan menghadapi berbagai ancaman dari luar perusahaan
yang dapat menghambat jalannya perusahaan, yaitu (1) Persaingan dalam industri
wisata yang sangat ketat, (2) Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia, (3) Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri
khas daerah objek wisata, (4) Tingkat pendapatan masyarakat sekitar maupun
Kabupaten Kuningan yang relatif rendah, (5) Objek wisata pesaing yang dikelola
secara lebih profesional.
1. Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat
Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki banyak pesaing baik dari objek
wisata sejenis maupun tidak sejenis. Banyak tempat-tempat yang menawarkan
wisata dengan berbagai keindahan dan kelengkapan fasilitas didukung oleh
promosi yang sangat gencar serta brand image yang tidak kalah cukup kuat
dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis mengakibatkan persaingan di
industri wisata sangat ketat.
2. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesan acuh
sebagian warga sekitar dan pengunjung (vandalisme, membuang sampah tidak
pada tempatnya) terhadap kelestarian daerah wisata merupakan salah satu
penghambat perkembangan daerah Objek Wisata Alam Talaga Remis.
3. Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas daerah objek
wisata
Usaha masyarakat sekitar yang belum memiliki inisiatif untuk menjual ciri
khas kota Kuningan di sekitar kawasan objek wisata juga menjadi ancaman
bagi pihak pengusahaan untuk menarik minat pengunjung, masyarakat dapat
menjual makanan dan minuman khas khusus daerah Kuningan atau sering
disebut wisata kuliner ataupun menjajakan cindera mata yang menunjukkan
ciri khas daerah wisata.
4. Tingkat pendapatan masyarakat sekitar maupun Kabupaten Kuningan yang
relatif rendah
Pendapatan masyarakat sekitar maupun Kabupaten Kuningan yang relatif
rendah menyebabkan jarangnya masyarakat untuk berkunjung menghabiskan
sebagian pendapatannya untuk berwisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis
merupakan ancaman bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis
5. Objek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional
Beberapa obyek wisata pesaing Objek Wisata Alam Talaga Remis yang
dikelola lebih profesional baik dari segi atraksi wisata maupun fasilitas serta
manajemen sumberdaya manusia khususnya pelayanan para petugas lapangan
yang ramah, santun, memiliki background bidang pariwisata dan pemasaran
yang tentunya ditunjang dengan tingkat pendidikan yang tinggi serta dengan
adanya paket wisata (outbond dan wisata bermalam), dan menawarkan
kegiatan wisata yang menantang lainnya yang sedang menjadi trend di semua
kalangan seperti menyusuri track lintas alam maupun sungai berbatu, dan
sepeda gunung.

5.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran


5.4.1 Tahap Masukan
Tahap masukan merupakan tahap untuk memasukkan hasil analisis dan
identifikasi terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Serta
tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi
juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini
data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal.
1. Matriks IFE
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan dari
faktor-faktor internal perusahaan. Hasil analisis matriks IFE pada tabel 15
menunjukkan bahwa faktor strategi yang menjadi kekuatan utama bagi Objek
Wisata Alam Talaga Remis adalah sumberdaya alam yang sangat potensial untuk
ODTWA dengan skor terbobot sebesar (0.252). Hasil analisis matriks IFE juga
memperlihatkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan utama bagi
Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu aktivitas produksi yang belum optimal
dengan skor terbobot sebesar (0.359).
Hasil perhitungan IFE secara menyeluruh diperoleh total skor terbobot 2,731
yang menunjukkan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis secara organisasi
internal dapat dikatakan dalam kondisi di atas rata-rata dengan total skor terbobot
lebih tinggi dari nilai rata-rata sebesar 2,5. Namun hal yang perlu diwaspadai oleh
pihak pengusahaan adalah kondisi faktor kelemahan (1.474) lebih besar daripada
faktor kekuatan (1.257) sehingga dapat disimpulkan bahwa pihak pengusahaan
belum mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki Objek Wisata Alam Talaga
Remis agar meminimalisasi atau menutupi kelemahan dengan baik. Apabila hal
ini tidak segera ditangani dengan baik maka diperkirakan akan mengancam posisi
Objek Wisata Alam Talaga Remis sebagai tujuan wisata hutan.
Tabel 15 Matriks IFE obyek wisata alam Talaga Remis
No. Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Terbobot Peringkat
(a) (b) (axb)
Kekuatan
11 SDA yang sangat potential untuk ODTW 0.063 4 0.252 1
2 Lokasi yang strategis 0.056 3.75 0.210 3
Memiliki target konsumen, segmentasi
3 dan fokus pasar 0.046 3.5 0.161 6
Melibatkan masyarakat setempat dalam
4 pengelolaan ODTWA 0.053 3.75 0.199 5
5 Status kawasan sebagai hutan negara 0.059 4 0.236 2
Adanya rencana pengembangan kawasan
6 ODTWA Talaga Remis 0.057 3.5 0.200 4
Total Kekuatan 1.257
Kelemahan
Aksesibiltas menuju telaga yang kurang
1 baik 0.134 1.25 0.168 6
2 Strategi promosi yang belum optimal 0.189 1.25 0.236 4
Kurangnya usaha untuk mendapatkan
43 pendanaan dari pihak luar 0.208 1.25 0.260 2
Kurangnya jumlah SDM profesional
4 dalam bidang pariwisata dan pemasaran 0.143 1.75 0.250 3
5 Harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis
6 yang relatif tinggi 0.134 1.5 0.201 5
6 Aktivitas produksi yang belum optimal 0.205 1.75 0.359 1
Total Kelemahan 1.474
Total 1 2,731
2.Sumber
Matriks EFE
: Data Primer (2011)
Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
faktor-faktor eksternal perusahaan yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan. Hasil perhitungan matriks EFE dapat dilihat pada tabel 16 yang
menunjukkan bahwa faktor strategi yang menjadi peluang utama yang dimiliki
Obyek Wisata Alam Talaga Remis adalah pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi dengan skor terbobot sebesar (0.420). Hasil analisis matriks EFE juga
memperlihatkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman utama bagi
Obyek Wisata Alam Talaga Remis yaitu tingkat pendapatan masyarakat sekitar
kawasan dan Kabupaten Kuningan yang relatif rendah (0.380).
Hasil perhitungan EFE secara menyeluruh diperoleh total skor terbobot
2,955 yang menunjukkan bahwa Obyek Wisata Alam Talaga Remis secara
organisasi eksternal dapat dikatakan mampu merespon situasi eksternal di atas
rata-rata. Namun perlu diketahui bahwa dari hasil perhitungan EFE dihasilkan
situasi eksternal yang faktor peluang (1.458) lebih rendah dibandingkan faktor
ancaman (1.497). Sehingga pihak pengusahaan harus mengevaluasi atau
memantau strategi yang telah dilakukan dan melakukan penelitian serta
pengembangan perencanaan strategi yang lebih obyektif dan lebih baik agar dapat
mempertahankan Obyek Wisata Alam Talaga Remis yang memiliki potensi yang
cukup besar dengan keindahan maupun keunikan yang dimilikinya.
Tabel 16 Matriks EFE objek wisata alam Talaga Remis
No. Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Terbobot Peringkat
(a) (b) (axb)
Peluang
1 Trend konsumsi wisata "back to
1 nature" yang meningkat 0.087 3 0.261 3
Pesatnya perkembangan teknologi
2 dan informasi 0.12 3.5 0.420 1
3 Bertambahnya jumlah penduduk 0.064 2.25 0.208 5
Brand image ODTW yang sangat
4 kuat 0.099 3.25 0.322 2
Dukungan Pemda yang cukup besar
5 terhadap ODTW 0.09 2.75 0.248 4
Total Peluang 1.458
Ancaman
Persaingan dalam industri wisata
1 yang sangat ketat 0.076 2.5 0.190 5
Kerusakan lingkungan yang
2 diakibatkan oleh aktivitas manusia 0.144 2.5 0.360 2
Kurangnya usaha masyarakat
sekitar yang berjualan ciri khas
3 daerah ODTW 0.141 2.25 0.317 3
Tingkat pendapatan masyarakat
sekitar maupun Kabupaten
4 Kuningan yang relatif rendah 0.138 2.75 0.380 1
Obyek wisata pesaing yang dikelola
5 secara lebih profesional 0.1 2.5 0.250 4
Total Ancaman 1.497
Total 1 2.955
Sumber : Data Primer (2011)

5.4.2 Tahap Pencocokan


Pada tahap pencocokan model yang akan digunakan dalam perumusan
strategi adalah matris IE (Internal Eksternal) dalam matriks SWOT (Strenght-
Weakness-Opportunity-Threat).
1. Matriks IE
Matriks IE merupakan perpaduan dari skor terbobot matriks IFE dan skor
terbobot matriks EFE dari tahap input (masukan) yang dipetakan sehingga
diketahui posisi perusahaan. Hasil pemetaan matriks IE digunakan sebagai acuan
dalam pembuatan strategi yang ada di matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis
faktor internal menggunakan matriks IFE diperoleh skor terbobot sebesar 2,731
dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE diperoleh skor
terbobot sebesar 2,955. Hasil pemetaaan pada matriks IE pada Gambar 6
memperlihatkan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam pemasarannya
menempati posisi pada sel V. Hal ini menunjukkan bahwa Objek Wisata Alam
Talaga Remis berada pada posisi Hold and Maintain (Mempertahankan dan
Memelihara) dimana strategi yang ada di semua sel SWOT harus strategi
bertahan.
Strategi yang dapat diterapkan Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah
strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar
merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang
sudah ada melalui usaha pemasaran yang lebih gencar atau strategi yang ditujukan
untuk meningkatkan penjualan produk saat ini pada pasar yang sudah ada.
Biasanya penetrasi pasar dilakukan dengan cara menaikkan tingkat usaha-usaha
pemasaran seperti melalui peningkatan aktivitas iklan atau distribusi atau
menurunkan harga. Tujuannya untuk meningkatkan pangsa pasar dengan usaha
pemasaran yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dalam kondisi
pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun, dan kemampuan untuk
bersaing yang meningkat.
Strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan
penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah
ada. Strategi ini biasanya dilaksanakan dengan jalan mengganti atau
memformulasi ulang produk yang sudah ada. Pengembangan produk merupakan
alternatif yang cocok untuk situasi di mana perubahan kebutuhan dan selera
mengakibatkan munculnya segmen baru atau jika perubahan persaingan dan
teknologi memotivasi perusahaan untuk memodifikasi produknya. Hal ini perlu
dilakukan mengingat para pesaing telah menawarkan produk sejenis yang cukup
baik, dan/atau lebih murah, perusahaan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh.
TOTAL SKOR RATA-RATA IFE

Kuat Rata-rata Lemah

(3,0-4,0) (2,0-2,99) (1,0-1,99)

TOTAL Tinggi
1 2 3
SKOR (3,0-4,0)

RATA- Menengah
4 5 6
RATA (2,0-2,99)

IFE Rendah
7 8 9
(1,0-1,99)

Gambar 6 Matriks objek wisata alam Talaga Remis.

2. Matriks SWOT
Pemetaan sel pada matriks IE melalui analisis lingkungan internal dan
eksternal Objek Wisata Alam Talaga Remis, maka dapat diformulasikan alternatif
strategi yang dapat diambil. Formulasi strategi ini dilakukan dengan
menggunakan analisis SWOT yang dilihat pada Tabel. Alternatif yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
a. Strategi SO (Strenght-Opportunity)
Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan analisis dari kekuatan dan peluang
yang diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengusahaan
Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah :
1. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA yang
sangat potensial untuk objek wisata yang didukung oleh status kawasan
sebagai hutan negara, lokasi yang strategis, dan serta adanya perkembangan
teknologi informasi yang pesat yang dapat mendukung brand image ODTWA
yang sangat kuat. (S1, S2, S3, O1,O2)
2. Merencanakan pengembangan kawasan yang harus lebih
mengikutsertakankan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan
ODTWA yang telah memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar
agar meraih peluang dalam trend konsumsi wisata ”back to nature”,
bertambahnya jumlah penduduk, dan dukungan Pemda yang cukup besar
terhadap ODTWA dalam rangka membangun Kabupaten Konservasi dan
Kabupaten Pariwisata. (S4, S5, S6, O3, O4, O5)
Saat ini Objek Wisata Alam Talaga Remis telah memiliki brand image yang
cukup kuat dengan lokasi yang strategis ditunjang dengan adanya pengembangan
kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis yang terencana dan mulai dilakukan
secara bertahap. Keunggulan ini harus tetap dipertahankan dengan terus
melakukan penetrasi pasar. Penetrasi pasar yang dapat dilakukan melalui usaha
pemasaran yang lebih gencar agar masyarakat mengenal pihak pengusahaan yang
sekarang mengusahakan Objek Wisata Alam Talaga Remis dan memberikan
jaminan bahwa manajemen pengelolaan yang akan dilakukan lebih baik dari pihak
pengusahaan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar Objek Wisata Alam Talaga
Remis dapat mempertahankan posisinya sebagai tempat yang memiliki objek
wisata yang diminati semua kalangan dari berbagai daerah.
b. Strategi ST (Strenght-Threat)
Strategi ST merupakan strategi menghindari ancaman yang datang dari luar,
pihak pengusahaan dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan
menerapkan kebijakan seperti:
1. Mengembangkan potensi SDA objek wisata alam yang memiliki status
kawasan hutan negara dan lokasi yang strategis agar mendukung
kesejahteraan masyarakat sekitar dengan cara memberikan peluang usaha
untuk berjualan souvenir khas Objek Wisata Alam Talaga Remis. (S1,S2, S3,
T1, T3)
2. Memprioritaskan dalam rencana pengembangan dengan mensinergiskan kerja
sama dengan semua stakeholder dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata
(dengan menciptakan aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan
kenangan yang indah) serta mengemas STP (segmentasi, target, dan posisi
pasar) dengan melakukan program wisata yang dapat bersaing dengan
ODTWA lain dalam industri pariwisata tanpa melupakan pentingnya alam
dan pengelolaan objek wisata berbasis konservasi. (S4, S5, S6, T2, T4, T5)
Bentuk implementasi dari kebijakan di atas adalah pihak pengusahaan dapat
bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai selaku pihak
pengelola untuk membangun sarana sanitasi seperti tempat sampah, penataan
warung bagi para pedagang, dan memberikan penyuluhan wisata alam di kawasan
konservasi kepada pengunjung dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam
program wisata yang menyangkut pentingnya alam dan pelestarian lingkungan.
Hal ini dimaksudkan agar timbul kesadaran pengunjung maupun masyarakat akan
pentingnya arti kelestarian lingkungan wisata. Mengingat wisata memberikan
dampak bagi perekonomian masyarakat sekitar dan dampak psikologi (motivasi,
inspirasi, menghilangkan kepenatan/refreshing) bagi pengunjung.
c. Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi WO adalah strategi mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan
memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan kebijakan seperti :
1. Mengoptimalkan perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan promosi
yang efektif dan efisien, brand image ODTWA yang telah terbentuk, dan
memanfaatkan dukungan dari Pemerintah Daerah serta melakukan kerjasama
dengan pihak sponsor maupun investor agar meningkatkan aktivitas produksi
yang lebih optimal. (W1,W2, O1, 02, 04)
2. Memanfaatkan perkembangan trend konsumsi wisata ”back to nature” dan
jumlah penduduk dengan meningkatkan jumlah SDM yg profesional dalam
merancang strategi promosi yang lebih gencar, mempertimbangkan kembali
strategi penetapan harga tiket masuk yang sekarang, dan lebih memberikan
perhatian terhadap perbaikan aksesibilitas menuju objek wisata alam agar
mendukung pengembangan Objek Wisata Alam Talaga Remis sebagai suatu
jasa wisata yang dapat diandalkan. (W3, W4, W5, W6, O3, 05)
Objek Wisata Alam Talaga Remis menghadapi persaingan yang semakin
ketat, dan untuk meningkatkan laba perusahaan, maka Objek Wisata Alam Talaga
Remis perlu menerapkan/meningkatkan kegiatan : a) memperbaiki strategi
promosi, melalui reklame lewat radio secara terus menerus, pemasangan pamflet,
b) melakukan promosi penjualan berupa undian-undian yang berhadiah menarik,
potongan harga (diskon), menjadi sponsor dalam event yang melibatkan banyak
orang, c) manajer terus menerus beradaptasi dalam pemanfaatan teknologi
dengan selalu berusaha meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi yang
selalu berubah melalui belajar mandiri atau mengikuti pelatihan, d) pemanfaatan
teknologi untuk promosi dengan biaya murah misalnya melalui radio, atau untuk
jangka panjangnya pemanfaatan teknologi internet.
d. Strategi WT ((Weakness- Threat)
Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan
menghindari ancaman. Kebijakan yang diambil Objek Wisata Alam Talaga Remis
yaitu :
1. Mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang yang telah ada agar
menambah point ketertarikan investor dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilaku-perilaku
pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang) dengan
melakukan pengawasan yang intensif. (W1, W2, T1, T2)
2. Menjalankan capacity building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran
dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada
pengunjung dan masyarakat sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri
pariwisata. (W3, W4,W5, W6, T3,T4, T5)
Salah satu bentuk nyata dari kebijakan di atas adalah pihak pengusahaan
dapat bekerjasama dengan pihak pengelola Objek Wisata Alam Talaga Remis
dalam menjalankan pelatihan dan pengembangan yang rutin dalam bidang
pemasaran dan pariwisata baik untuk internal maupun masyarakat sekitar wisata.
Selain untuk mencetak SDM yang kompeten, profesional, dan handal dalam objek
wisata yang berada dalam zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Ciremai,
juga untuk meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan untuk menghadapi
pesaing.
Tabel 17 Peringkat analisis matrik SWOT

Peringkat Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


1 SDA yang sangat Aktivitas Pesatnya Tingkat
potential untuk produksi yang perkembangan pendapatan
ODTW belum optimal teknologi dan masyarakat
informasi sekitar
maupun
Kabupaten
Kuningan
yang relatif
rendah
2 Status kawasan Kurangnya Brand image Kerusakan
sebagai hutan usaha untuk ODTW yang lingkungan
negara pendanaan dari sangat kuat yang
pihak luar diakibatkan
oleh aktivitas
manusia
3 Lokasi yang Kurangnya Trend konsumsi Kurangnya
strategis jumlah SDM wisata "back to usaha
profesional nature" yang masyarakat
dalam bidang meningkat sekitar yang
pariwisata dan berjualan ciri
pemasaran khas daerah
ODTW
4 Adanya Strategi Dukungan Obyek wisata
pengembangan promosi yang Pemda yang pesaing yang
kawasan yang belum optimal cukup besar dikelola secara
terencana terhadap ODTW lebih
profesional
5 Melibatkan Harga tiket Bertambahnya Persaingan
masyarakat masuk yang jumlah dalam industri
setempat dalam relatif tinggi penduduk wisata yang
pengelolaan sangat ketat
ODTWA
6 Memiliki target Aksesibiltas
konsumen, menuju telaga
segmentasi dan yang kurang
fokus pasar baik
Keterangan :
a. Faktor Kekuatan dan Kelemahan masing-masing 6 variabel
b. Faktor Peluang dan Ancaman masing-masing 5 variabel
Tabel 18 Matriks SWOT objek wisata alam Talaga Remis
Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. SDA yang sangat potensial 1. Aksesibiltas menuju telaga
untuk ODTWA yang kurang baik
2. Lokasi yang strategis 2. Strategi promosi yang
3. Memiliki target konsumen, belum optimal
segmentasi dan fokus pasar 3. Kurangnya usaha untuk
4. Melibatkan masyarakat mendapatkan pendanaan
setempat dalam dari pihak luar
pengelolaan ODTWA 4. Kurangnya jumlah SDM
5. Status kawasan sebagai profesional dalam bidang
hutan negara pariwisata dan pemasaran
6. Adanya rencana 5. Harga tiket masuk
pengembangan kawasan ODTWA Talaga Remis
ODTWA Talaga Remis yang relatif tinggi
6. Aktivitas produksi yang
Faktor Eksternal belum optimal
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
1. Trend konsumsi 1. Mempertahankan posisi 1. Mengoptimalkan
wisata "back to sebagai tempat wisata yang perkembangan teknologi
nature" yang memiliki SDA yang sangat informasi dalam kegiatan
meningkat potensial untuk objek wisata promosi yang efektif dan
2. Pesatnya yang didukung oleh status efisien, brand image
perkembangan kawasan sebagai hutan ODTWA yang telah
teknologi dan negara, lokasi yang strategis, terbentuk, dan memanfaatkan
informasi dan serta adanya dukungan dari Pemerintah
3. Bertambahnya jumlah perkembangan teknologi Daerah serta melakukan
penduduk informasi yang pesat yang kerjasama dengan pihak
4. Brand image dapat mendukung brand sponsor maupun investor agar
ODTWA yang sangat image ODTWA yang sangat meningkatkan aktivitas
kuat kuat. (S1, S2, S3, O1,O2) produksi yang lebih optimal.
5. Dukungan Pemda 2. Merencanakan pengembangan (W1,W2, O1, O2,O4)
yang cukup besar kawasan yang harus lebih 2. Memanfaatkan
terhadap ODTWA mengikutsertakankan perkembangan trend
partisipasi masyarakat konsumsi wisata ”back to
setempat dalam pengelolaan nature” dan jumlah penduduk
ODTWA yang telah memiliki dengan meningkatkan jumlah
target konsumen, segmentasi, SDM yg profesional dalam
dan fokus pasar agar meraih merancang strategi promosi
peluang dalam trend konsumsi yang lebih gencar,
wisata ”back to nature”, mempertimbangkan kembali
bertambahnya jumlah strategi penetapan HTM yang
penduduk, dan dukungan sekarang, dan lebih
Pemda yang cukup besar memberikan perhatian
terhadap ODTWA dalam terhadap perbaikan
rangka membangun aksesibilitas menuju OWA
Kabupaten Konservasi dan agar mendukung
Kabupaten Pariwisata. (S4, pengembangan OWA Talaga
S5, S6, O3, O4, O5) Remis sebagai suatu jasa
wisata yang dapat diandalkan.
(W3, W4, W5, W6, O3, 05)
Tabel 18 Matriks SWOT objek wisata alam Talaga Remis (Lanjutan)
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Persaingan dalam 1. Mengembangkan potensi 1. Mengoptimalkan fasilitas
industri wisata yang SDA OWA yang memiliki utama maupun penunjang
sangat ketat status kawasan hutan negara yang telah ada agar
2. Kerusakan dan lokasi yang strategis agar menambah point ketertarikan
lingkungan yang mendukung kesejahteraan investor dengan tetap
diakibatkan oleh masyarakat sekitar dengan memperhatikan kesejahteraan
aktivitas manusia cara memberikan peluang masyarakat sekitar dan
3. Kurangnya usaha usaha untuk berjualan menindak tegas perilaku-
masyarakat sekitar souvenir khas OWA Talaga perilaku pengunjung yang
yang berjualan ciri Remis. (S1,S2, S3, T1, T3) kurang baik (vandalisme,
khas daerah ODTWA 2. Memprioritaskan dalam buang sampah sembarang)
4. Tingkat pendapatan rencana pengembangan dengan melakukan
masyarakat sekitar dengan mensinergiskan kerja pengawasan yang intensif.
kawasan dan sama dengan semua (W1, W2, T1, T2)
Kabupaten Kuningan stakeholder dalam 2. Menjalankan capacity
yang relatif rendah mewujudkan sapta pesona building SDM secara rutin
5. Obyek wisata pesaing pariwisata serta mengemas dalam bidang pemasaran dan
yang dikelola secara STP dengan melakukan pariwisata untuk
lebih profesional program wisata yang dapat meningkatkan kualitas
bersaing dengan ODTWA produk dan pelayanan kepada
lain dalam industri pariwisata pengunjung dan masyarakat
tanpa melupakan pentingnya sekitar untuk menghadapi
alam dan pengelolaan objek pesaing dalam industri
wisata berbasis konservasi. pariwisata. (W3, W4, W5,
(S4, S5, S6, T2, T4, T5) W6, T3, T4, T5)

Metode diagram analisis SWOT digunakan agar pihak pengusahaan dapat


melihat posisi dan arah perkembangan selanjutnya. Diagram analisis SWOT yang
berdasarkan pada skor matrik IFE dan EFE untuk mengetahui posisi Objek Wisata
Alam Talaga Remis. Berdasarkan hasil skor matrik IFE dan EFE diperoleh :
Koordinat sumbu Y = Skor peluang + Skor ancaman
= 1,458 + (– 1,497)
= 0,039 (-)
Koordinat sumbu X = Skor kekuatan –Skor kelemahan
= 1,257 +(– 1,474)
= 0,217 (-)
Jadi koordinat Objek Wisata Talaga Remis pada diagram analisis SWOT adalah
(-0,217, -0.039).
Posisi koordinat tersebut dapat diketahui bahwa Objek Wisata Talaga Remis
saat ini berada pada kuadran IV (empat). Kudran IV (empat) merupakan situasi
yang sangat tidak menguntungkan, Objek Wisata Alam Talaga Remis menghadapi
berbagai ancaman dari eksternal sekaligus kelemahan dari internal. Strategi yang
dapat dilakukan adalah bertahan serta mengendalikan kinerja internal agar tidak
terperosok sambil terus berupaya membenahi diri baik dengan meningkatkan
mutu produk maupun mempertimbangkan penetapan harga produk yang
”menarik”. Posisi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam diagram analisis
SWOT disajikan pada Gambar 7.
Peluang (+)

Kuadran III Kuadran I

Kelemahan (-) Kekuatan (+)


(-0,217, -0.039)

Kuadran IV Kuadran II

Ancaman (-)
Gambar 7 Diagram analisis SWOT objek wisata Talaga Remis
5.4.3 Tahap Keputusan
Tahap keputusan merupakan tahap untuk menentukan strategi terbaik yang
dapat dijalankan perusahaan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari
hasil analisis SWOT. Untuk menentukan prioritas strategi tersebut, digunakan alat
analisis Quantitative Strategi Planning Matriks (QSPM). Hasil analisis matrik
SWOT menghasilkan empat alternatif yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO,
dan strategi WT. Strategi tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam matriks
QSPM dapat dilihat pada Tabel 19.
Hasil penentuan strategi terbaik dengan TAS (Total Atractive Score)
tertinggi sebesar 7,198 diperoleh strategi WT yaitu strategi untuk
mengurangi/meminimalkan kelemahan dan menghindari/mengatasi ancaman.
Kebijakan yang diambil Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu :
1. Mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang yang telah ada agar
menambah point ketertarikan investor dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilaku-perilaku
pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang) dengan
melakukan pengawasan yang intensif.
2. Menjalankan capacity building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran
dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada
pengunjung dan masyarakat sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri
pariwisata.
Strategi yang menempati prioritas kedua dengan TAS (Total Atractive
Score) sebesar 6,683 antara lain :
1. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA yang
sangat potensial untuk objek wisata yang didukung oleh status kawasan
sebagai hutan negara, lokasi yang strategis, dan serta adanya perkembangan
teknologi informasi yang pesat yang dapat mendukung brand image ODTWA
yang sangat kuat.
2. Merencanakan pengembangan kawasan yang harus lebih
mengikutsertakankan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan
ODTWA yang telah memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar
agar meraih peluang dalam trend konsumsi wisata ”back to nature”,
bertambahnya jumlah penduduk, dan dukungan Pemda yang cukup besar
terhadap ODTWA dalam rangka membangun Kabupaten Konservasi dan
Kabupaten Pariwisata.
Strategi yang menempati prioritas ketiga dengan nilai TAS (Total
Atractive Score) sebesar 6,564 yaitu strategi ST :
1. Mengembangkan potensi SDA objek wisata alam yang memiliki status
kawasan hutan negara dan lokasi yang strategis agar mendukung
kesejahteraan masyarakat sekitar dengan cara memberikan peluang usaha
untuk berjualan souvenir khas Objek Wisata Alam Talaga Remis.
2. Memprioritaskan dalam rencana pengembangan dengan mensinergiskan kerja
sama dengan semua stakeholder dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata
serta mengemas STP dengan melakukan program wisata yang dapat bersaing
dengan ODTWA lain dalam industri pariwisata tanpa melupakan pentingnya
alam dan pengelolaan objek wisata berbasis konservasi.
Strategi yang menempati prioritas terakhir dengan nilai TAS (Total
Atractive Score) sebesar 6,324 yaitu :
1. Mengoptimalkan perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan promosi
yang efektif dan efisien, brand image ODTWA yang telah terbentuk, dan
memanfaatkan dukungan dari Pemerintah Daerah serta melakukan kerjasama
dengan pihak sponsor maupun investor agar meningkatkan aktivitas produksi
yang lebih optimal.
2. Memanfaatkan perkembangan trend konsumsi wisata ”back to nature” dan
jumlah penduduk dengan meningkatkan jumlah SDM yang profesional dalam
merancang strategi promosi yang lebih gencar, mempertimbangkan kembali
strategi penetapan HTM yang sekarang, dan lebih memberikan perhatian
terhadap perbaikan aksesibilitas menuju objek wisata alam agar mendukung
pengembangan OWA Talaga Remis sebagai suatu jasa wisata yang dapat
diandalkan.
Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilaksanakan pada strategi WT yaitu
mengikutsertakan karyawan dalam latihan kerja, kursus ataupun pendidikan
lainnya terutama yang menyangkut bidang konservasi sumberdaya alam dan
ekowisata. Pembinaan karyawan/SDM pihak pengusahaan tidak hanya terbatas
pada kursus tersebut, namun juga diarahkan pada pelatihan dan pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan karyawan dalam membuat kemasan/produk wisata
yang inovatif. Beberapa manfaat yang diharapkan dari pemberdayaan karyawan
yang bekerja di bidang jasa (pariwisata), diantaranya : (1) karyawan akan
memiliki ”rasa memiliki” yang tinggi terhadap pekerjaannya dan merasa dirinya
berarti bagi organisasi/perusahaan dan (2) karyawan dapat berinteraksi dengan
pelanggan secara lebih hangat dan lebih antusias.

5.5 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu


Penelitian yang berjudul ”Studi Ketersediaan Prasarana Air Bersih dan
Sanitasi di Pemukiman Padat Kota Jember” yang menggunakan analisis SWOT
dengan menghasilkan kesimpulan strategi perlunya partisipasi masyarakat dan
pemerintah daerah dengan strategi yang bertumpu kepada masyarakat (community
based strategy) agar meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Partisipasi
aktif masyarakat diharapkan dapat meningkatkan upaya pemeliharaan dan
perbaikan prasarana serta pembuatan prasarana yang baru (Dhokhikhah &
Koesoemawati 2007). Pada penelitian Objek Wisata Alam Talaga Remis
berdasarkan metode QSPM menghasilkan strategi yang memperhatikan
kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan Objek Wisata Alam Talaga Remis.
Ramli (2009) dalam kesimpulannya menjelaskan bahwa pengembangan
wisata di Pulau Bawean berada dalam kuadran II yang menunjukkan strategi
diversifikasi. Sedangkan penelitian strategi pemasaran Objek Wisata Alam Talaga
Remis menghasilkan posisi dalam diagram analisis SWOT berada dalam kuadran
IV yang berarti strategi bertahan dengan cara meninjau kembali kebijakan
menaikkan harga tiket masuk ke kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis.
Topik penelitian dari Ribhan (2010) menghasilkan pemahaman bahwa kunci
untuk mencapai profitabilitas jasa dikaitkan dengan fokus pada pelanggan dan
karyawan sebagai bagian yang terpenting. Manajer sebaiknya berfokus pada
karyawan lini depan yang menyajikan jasa, teknologi yang mendukungnya,
pelatihan dan kepuasan pelanggan. Loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh
kepuasan pelanggan. Pada penelitian Objek Wisata Alam Talaga Remis
merekomendasikan pada strategi WT (Weakness-Threat) poin kedua diharapkan
adanya capacity building SDM agar terjadi interaksi yang positif antara
perusahaan dengan karyawan.
Penelitian Wulan (2010) berdasarkan matrik QSPM merekomendasikan
prioritas utama alternatif strategi adalah strategi mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata yang memiliki SDA potensial, lokasi strategis, dan mudah
dijangkau sekaligus mengikutsertakan serta bekerjasma dengan masyarakat sekitar
dalam mengembangkan ”kampung wisata alam, budaya, dan pendidikan”.
Sedangkan pada penelitian yang saya lakukan di kawasan Objek Wisata Alam
Talaga Remis menghasilkan prioritas strategi yang pertama dan utama yaitu
strategi WT yang terdiri dari (1) mengoptimalkan fasilitas utama maupun
penunjang yang telah ada agar menambah poin ketertarikan investor dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilaku-
perilaku pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang)
dengan melakukan pengawasan yang intensif dan (2) menjalankan capacity
building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk
meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada pengunjung dan masyarakat
sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri pariwisata.
Pada penelitian Saragih (2011) didapatkan alternatif strategi berupa
melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efisien, dan efisien.
Kampoeng Wisata Cinangneng harus berusaha mempengaruhi konsumen baru
maupun mempertahankan konsumen lama melalui kegiatan-kegiatan promosi
yang efektif. Pada penelitian Objek Wisata Alam Talaga Remis dihasilkan
kegiatan capacity building SDM Objek Wisata Alam Talaga Remis pada bidang
pemasaran dan pariwisata yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas strategi
pemasaran dalam produk, promosi, harga, dan saluran distribusi.
Tabel 19 Matriks QSPM ODTWA Talaga Remis
Faktor - Faktor Kunci Bobot Strategi SO Strategi ST Strategi WO Strategi WT
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
SDA yang sangat potensial untuk ODTWA 0.063 4 0.25 3.50 0.221 2.75 0.173 3 0.189
Lokasi yang strategis 0.056 3.75 0.21 3.25 0.182 2.5 0.140 2.5 0.140
Memiliki target konsumen, segmentasi dan fokus pasar 0.046 2.5 0.12 2.50 0.115 2.75 0.127 3.75 0.173
Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA 0.053 4 0.21 3.75 0.199 2.5 0.133 3 0.159
Status kawasan sebagai hutan Negara 0.059 4 0.24 3.50 0.207 3.5 0.207 3.5 0.207
Adanya rencana pengembangan kawasan ODTWA Talaga Remis 0.057 3.5 0.20 3.25 0.185 3 0.171 3.75 0.214
Kelemahan
Aksesibiltas menuju telaga yang kurang baik 0.134 3 0.40 2.50 0.335 2.5 0.335 2.5 0.335
Strategi promosi yang belum optimal 0.189 2 0.38 2.50 0.473 3 0.567 3.25 0.614
Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar 0.208 2.5 0.52 2.50 0.520 3 0.624 3.25 0.676
Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan
pemasaran 0.143 2 0.29 3.00 0.429 2.75 0.393 3.25 0.465
Harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis yang relatif tinggi 0.134 2 0.27 3.00 0.402 3.5 0.469 3.5 0.469
Aktivitas produksi yang belum optimal 0.205 2.5 0.51 2.25 0.461 1.5 0.308 2 0.410
Peluang
Trend konsumsi wisata "back to nature" yang meningkat 0.087 3.5 0.30 2.75 0.239 3 0.261 3.25 0.283
Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi 0.12 3 0.36 3.25 0.390 4 0.480 3.75 0.450
Bertambahnya jumlah penduduk 0.064 3 0.19 2.25 0.144 2.25 0.144 2.75 0.176
Brand image ODTWA yang sangat kuat 0.099 3.25 0.32 3.50 0.347 3.25 0.322 3.5 0.347
Dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA 0.09 3.25 0.29 3.75 0.338 2.5 0.225 3.25 0.293
Ancaman
Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat 0.076 2 0.15 2.50 0.190 2.75 0.209 2.75 0.209
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia 0.144 2.75 0.40 2.75 0.396 2.25 0.324 2.5 0.360
Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas daerah
ODTWA 0.141 3.5 0.49 2.00 0.282 1.75 0.247 2.25 0.317
Tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan dan Kabupaten Kuningan
yang relatif rendah 0.138 2.75 0.38 2.25 0.311 1.75 0.242 3 0.414
Obyek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional 0.1 2 0.20 2.00 0.200 2.25 0.225 3 0.300
6.683 6.564 6.324 7.198
2 3 4 1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Objek Wisata Alam Talaga Remis berada pada sel V berdasarkan matrik IE
yaitu Hold and Maintain dengan strategi yang tepat untuk dilakukan adalah
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan berdasarkan analisis
SWOT dihasilkan empat alternatif yang dapat dilakukan oleh Objek Wisata Alam
Talaga Remis. Dari empat alternatif strategi yang ada, alternatif strategi WT
(Weakness-Threat) yang terpilih sebagai strategi prioritas utama yang pertama
dari beberapa alternatif strategi yang dianalisis dengan matrik QSPM dan
didukung dengan diagram analisis SWOT. Diharapkan strategi WT (Weakness-
Threat) dapat diterapkan oleh pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga
Remis yang bekerjasama dengan semua stakeholder lainnya. Strategi WT
(Weakness-Threat) memiliki TAS (Total Atractive Score) tertinggi sebesar 7,198.
Kebijakan yang diambil oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis berdasarkan
strategi WT (Weakness-Threat), sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang yang telah ada agar
menambah poin ketertarikan investor dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilaku-perilaku
pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang) dengan
melakukan pengawasan yang intensif.
2. Menjalankan capacity building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran
dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada
pengunjung dan masyarakat sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri
pariwisata.
6.2 Saran
1. Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki potensi keanekaragaman jenis
flora, fauna, pemandangan alam, bentang alam serta tipe ekosistem yang
potensial untuk dikembangkan sebagai produk ecotourisme. Potensi tersebut
perlu dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar.
2. Pengoptimalan kerjasama dan koordinasi dengan pihak lain dalam
pengelolaan objek wisata alam yang berada di dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Ciremai sehingga ditemukan visi bersama sebagai arah
pengelolaan multipihak pada kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan
adanya sinergitas langkah, pemahaman, dan sinkronisasi pengelolaan oleh
seluruh stakeholder. Salah satu bentuknya adalah terbentuknya forum jasa
lingkungan air dan wisata, adanya monitoring, evaluasi, dan pelaporan
berbasis kinerja.
3. Perlunya penelitian lanjutan yang mengkaji strategi kelayakan atraksi wisata
lain yang ada di kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis selain areal
danau Talaga Remis seperti Gunung Rangkong, Tebing Putih, Batu Luhur,
Talaga Buruy, Talaga Leutik, Talaga Tespong, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

[BTNGC] Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. 2010. Rencana Strategis Balai
Taman Nasional Gunung Ciremai Tahun 2010-2014. Kuningan : Balai
Taman Nasional Gunung Ciremai.

David RF. 2006. Manajemen Strategis. Ed ke-10. Budi IS, penerjemah. Jakarta:
Salemba Empat. Terjemahan dari : Strategic Management.

Dhokhikhah Y, Koesoemawati DJ. 2007. Studi Ketersediaan Prasarana Air Bersih


dan Sanitasi di Pemukiman Padat Kota Jember. Jurnal Purifikasi 8
(2):163-168.

Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003. Pedoman


Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan. Ditjen PHKA. Bogor

Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003. Pedoman


Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam. Ditjen
PHKA, Jakarta.

[Disparbud] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2011. Data Objek Wisata


Kabupaten Kuningan [CD]. Kuningan : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
2 CD : Objek Wisata Bagian Utara dan Bagian Selatan Kabupaten
Kuningan, 1400 MB.

Fandeli C. 2001. Dasar-Dasar Managemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta :


Liberty.

Kinnear, Taylor. 1991. Marketing Research an Applied Method. USA: Mc Graw-


Hill.

Kotler P. 2005a. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-12. Jilid 1. Molan B,


penerjemah. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari :
Marketing Management.

Kotler P, Ang SH, Leong SM, Tan CT. 2005b. Manajemen Pemasaran Sudut
Pandang Asia. Jilid 2. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-12. Jilid 1. Molan,
penerjemah. Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Marketing
Management.

[PDAU] Perusahaan Daerah Aneka Usaha Darma Putra Kertaraharja. 2011.


Proposal Pengusahaan Objek Pariwisata Alam dalam Kawasan Taman
Nasional Gunung Ciremai. Kuningan : PDAU Darma Putra Kertaraharja.

[Perum Perhutani] Perum Perhutani. 2009. Rencana Karya Pengusahaan


Pariwisata Alam di Objek Wisata Alam Talaga Remis pada Taman
Nasional Gunung Ciremai Tahun 2010-2039. Bandung : Perum Perhutani.
Ramli M. 2009. Strategi Pengembangan Wisata di Pulau Bawean Kabupaten
Gresik. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan


Kedua. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Ribhan. 2010. Pengaruh Job Satisfaction, Organizational, Commitment terhadap


Customers Satisfaction dengan Internal Marketing sebagai Variabel
Mediasi (Studi pada Rumah Sakit Swasta di Bandar Lampung). Jurnal
Bisnis dan Manajemen 6 (2):239-266.

Saragih AW. 2011. Analisis Strategi Pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng


Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Stanton WJ. 1986. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Tjiptono F. 2004. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Andi

Tjiptono F, Lilien, Rangaswamy. 2008a. Pemasaran Strategik. Yogyakarta :


Andi.

Tjiptono F. 2008b. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi

Widada. 2008. Mendukung Pengelolaan Taman Nsional yang Efektif Melalui


Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera. Jakarta:
Ditjen PHK-JKA

Wulan DR. 2010. Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten
Rembang Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis

Gambar 1 Talaga Remis. Gambar 2 Talaga Nilem.

Gambar 3 Prasasti perintis wana wisata. Gambar 4 Gapura ODTWA.

Gambar 5 Daerah perbatasan kabupaten. Gambar 6 Bentuk promosi.


Lampiran 1 Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis (lanjutan)

Gambar 7 Bentuk tiket ODTWA. Gambar 8 Plang taman nasional.

Gambar 9 Panggung hiburan. Gambar 10 Arena bermain.

Gambar 11 Wisata air. Gambar 12 Aula pertemuan.


Lampiran 1 Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis (lanjutan)

Gambar 13 Warung kuliner ikan Gambar 14 Toilet.

Gambar 15 Resort Pasawahan. Gambar 16 Areal outbond Palutungan

Gambar 17 Bungalow Buper Palutungan. Gambar 18 Curug Putri.


Lampiran 2 Matriks perbandingan berpasangan faktor internal
Faktor Strategi Responden Internal Responden Eksternal Jumlah Rata-rata
Internal R1 R2 R1 R2 Bobot Bobot
Kekuatan
A 0.06 0.076 0.056 0.06 0.252 0.063
B 0.057 0.06 0.044 0.064 0.225 0.056
C 0.042 0.038 0.056 0.048 0.184 0.046
D 0.045 0.048 0.057 0.06 0.21 0.053
E 0.057 0.076 0.054 0.048 0.235 0.059
F 0.055 0.066 0.066 0.04 0.227 0.057
Kelemahan
A 0.117 0.167 0.1 0.153 0.537 0.134
B 0.167 0.217 0.217 0.153 0.754 0.189
C 0.217 0.117 0.281 0.217 0.832 0.208
D 0.117 0.134 0.167 0.153 0.571 0.143
E 0.1 0.117 0.167 0.153 0.537 0.134
F 0.184 0.15 0.25 0.237 0.821 0.205
Total 1

Lampiran 3 Peringkat faktor strategi internal


Responden Internal Responden Eksternal
Faktor Jumlah Rata-rata
Internal Responden Responden Responden Responden Rating Rating
1 2 1 2
Kekuatan
A 4 4 4 4 16 4
B 4 4 4 3 15 3.75
C 3 3 4 4 14 3.5
D 4 3 4 4 15 3.75
E 4 4 4 4 16 4
F 3 3 4 4 14 3.5
Kelemahan
A 1 2 1 1 5 1.25
B 1 1 1 2 5 1.25
C 1 2 1 1 5 1.25
D 2 2 2 1 7 1.75
E 2 1 1 2 6 1.5
F 2 2 2 1 7 1.75
Lampiran 4 Matriks perbandingan berpasangan faktor eksternal
Responden
Faktor Strategi Internal Responden Eksternal Jumlah Rata-rata
Eksternal R1 R2 R1 R2 Bobot Bobot
Peluang
A 0.072 0.083 0.1 0.094 0.349 0.087
B 0.122 0.117 0.117 0.122 0.478 0.120
C 0.07 0.072 0.017 0.097 0.256 0.064
D 0.15 0.083 0.072 0.089 0.394 0.099
E 0.094 0.072 0.094 0.1 0.36 0.090
Ancaman
A 0.091 0.055 0.07 0.089 0.305 0.076
B 0.15 0.175 0.125 0.125 0.575 0.144
C 0.2 0.175 0.089 0.1 0.564 0.141
D 0.15 0.175 0.125 0.1 0.55 0.138
E 0.088 0.089 0.105 0.116 0.398 0.100
Total 1

Lampiran 5 Peringkat faktor strategi eksternal


Faktor Responden Internal Responden Eksternal Rata-
Jumlah
Eksternal Responden Responden Responden Responden rata
Rating
1 2 1 2 Rating
Peluang
A 3 2 4 3 12 3
B 3 3 4 4 14 3.5
C 2 3 2 2 9 2.25
D 3 3 4 3 13 3.25
E 3 3 3 2 11 2.75
Ancaman
A 2 3 3 2 10 2.5
B 4 1 3 2 10 2.5
C 2 2 2 3 9 2.25
D 3 3 3 2 11 2.75
E 2 2 3 3 10 2.5
Lampiran 6 Rata-rata nilai atractive score (AS)

Strategi SO Rata- Strategi ST Rata- Strategi WO Rata- Strategi WT Rata-


Faktor-faktor kunci R1 R2 R3 R4 rata R1 R2 R3 R4 rata R1 R2 R3 R4 rata R1 R2 R3 R4 rata
Kekuatan
SDA yang sangat potensial untuk ODTWA 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3.5 3 3 1 4 2.75 4 2 2 4 3
Lokasi yang strategis 3 4 4 4 3.75 4 3 3 3 3.25 4 3 1 2 2.5 4 2 2 2 2.5
Memiliki target konsumen, segmentasi dan fokus pasar 1 3 2 4 2.5 3 2 1 4 2.5 2 2 3 4 2.75 3 4 4 4 3.75
Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3.75 3 2 2 3 2.5 4 4 1 3 3
Status kawasan sebagai hutan negara 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3.5 4 2 4 4 3.5 4 2 4 4 3.5
Adanya rencana pengembangan kawasan ODTWA Talaga Remis 2 4 4 4 3.5 2 4 3 4 3.25 2 2 4 4 3 3 4 4 4 3.75
Kelemahan
Aksesibiltas menuju telaga yang kurang baik 4 2 4 2 3 4 1 3 2 2.5 4 2 1 3 2.5 4 1 2 3 2.5
Strategi promosi yang belum optimal 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2.5 3 4 3 2 3 2 4 4 3 3.25
Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar 3 1 3 3 2.5 3 1 4 2 2.5 4 4 1 3 3 3 4 2 4 3.25
Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan
pemasaran 3 2 1 2 2 3 4 3 2 3 3 4 2 2 2.75 3 4 4 2 3.25
Harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis yang relatif tinggi 3 1 1 3 2 4 3 2 3 3 4 4 4 2 3.5 4 4 3 3 3.5
Aktivitas produksi yang belum optimal 3 1 3 3 2.5 3 1 4 1 2.25 2 2 1 1 1.5 2 2 2 2 2
Peluang
Trend konsumsi wisata "back to nature" yang meningkat 3 3 4 4 3.5 4 2 1 4 2.75 4 2 2 4 3 4 2 3 4 3.25
Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi 4 3 1 4 3 4 3 2 4 3.25 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3.75
Bertambahnya jumlah penduduk 4 2 4 2 3 2 2 2 3 2.25 2 3 1 3 2.25 2 3 3 3 2.75
Brand image ODTWA yang sangat kuat 4 4 1 4 3.25 4 4 2 4 3.5 3 3 3 4 3.25 3 3 4 4 3.5
Dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA 3 4 3 3 3.25 4 3 4 4 3.75 4 2 1 3 2.5 3 4 2 4 3.25
Ancaman
Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat 1 3 1 3 2 2 3 2 3 2.5 2 4 3 2 2.75 2 3 4 2 2.75
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia 3 1 4 3 2.75 4 2 3 2 2.75 4 2 1 2 2.25 4 2 2 2 2.5
Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas
daerah ODTWA 4 2 4 4 3.5 2 1 3 2 2 2 2 1 2 1.75 2 2 2 3 2.25
Tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan dan Kabupaten
Kuningan yang relatif rendah 3 2 4 2 2.75 3 1 3 2 2.25 3 2 1 1 1.75 3 4 2 3 3
Obyek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2.25 3 2 4 3 3
Lampiran 7 Peta ODTWA Kabupaten Kuningan

Anda mungkin juga menyukai