ERWIN ZULKARNAIN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul Analisis
Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat dan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat
Di Kabupaten Purwakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sember informasi yang berasal atau dikutif dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
ERWIN ZULKARNAIN
NIM. A 153044105
ABSTRAK
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT
DAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT
DI KABUPATEN PURWAKARTA
ERWIN ZULKARNAIN
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional
pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Tugas Akhir : Analisis Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat Dan
Strategi Pembangunan Hutan Rakyat Di Kabupaten
Purwakarta
NIM : A 153044105
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Diketahui,
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………………... 6
1.3. Tujuan dan Manfaat …………………………………………... 8
III. METODOLOGI
3.1. Kerangka Pemikiran .................................................................. 28
3.2. Lokasi dan Waktu ...................................................................... 31
3.3. Metode Pengambilan Data ........................................................ 31
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 34
3.5. Metode Perumusan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di
Kabupaten Purwakarta ............................................................... 37
3.6. Metode Perancangan Program Pembangunan Hutan Rakyat di
Kabupaten Purwakarta ............................................................... 43
LAMPIRAN ....................................................................................... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Sebaran Jumlah Petani Hutan Rakyat Tahun 2004/2005 Kabupaten
Purwakarta Berdasarkan Tingkat Keberhasilan …....................................... 46
Halaman
1. Bagan Kerangka Analisis Tingkat Keberhasilan Pembangunan Hutan
Rakyat di Kabupaten Purwakarta 30
………………….......................................
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Administrasi Kabupaten Purwakarta 93
..…………………….………….
kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undang-
undang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan bahwa hutan mempunyai tiga fungsi
yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Sebagai salah satu
sifat yang khas dan kritis. Hal ini disebabkan untuk memulihkan kembali kondisi
membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu upaya konservasi dan rehabilitasi
hutan menjadi semacam paradigma baru yang kini menjadi landasan dalam
tahun terakhir ini dapat bersifat degradasi (berkurangnya kualitas fungsi hutan)
hukum.
e. Pencurian kayu
f. Kebakaran hutan
a. Aspek lingkungan ; terjadinya tanah longsor, erosi dan polusi udara dari
kebakaran hutan.
Menurut Handoyo dan Lukas (2003) dalam Rumboko dan Hakim (2006)
pada periode tahun 1997-2003 terjadi tingkat kerusakan hutan yang paling parah
di Provinsi Jawa Barat. Tahun 1990 luas hutan di Jawa Barat masih 790.000
hektar, tahun 1997 luasnya menurun menjadi sekitar 600.000 hektar, tahun 2000
(setelah reformasi berjalan 3 tahun) luas hutan menjadi kurang dari 350.000
hektar, kemudian memasuki tahun 2003 luas hutan di Jawa Barat hanya kurang
Menurut Effendi dan Sylviani (2006) lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang
mengalami proses kerusakan fisik, kimia dan biologi karena tidak sesuai
memerlukan perencanaan yang matang dari aspek teknologi spesifik lokasi yang
akan digunakan, jenis tanaman pilihan, pola budidaya yang akan digunakan, pola
membuat gerakan rehabilitasi lahan kritis lebih terarah serta mencegah meluasnya
Purwakarta pada tahun 2003 tercatat luas lahan kritis yang berada pada tanah
milik masyarakat seluas 10.987 Ha atau 11,30 persen dari luas wilayah Kabupaten
kecamatan yang luas lahan kritisnya lebih dari 1.000 Ha yaitu Kecamatan
Tegalwaru 1.265 Ha atau 17,27 persen dari luas kecamatan, luas Kecamatan
Tegalwaru 7.323 Ha. Di Kecamatan Wanayasa terdapat lahan kritis seluas 1.113
Ha atau 19,68 persen dari luas kecamatan, luas Kecamatan Wanayasa 5.655 Ha.
Luas lahan kritis di Kecamatan Darangdan adalah 1.018 Ha atau 15,10 persen dari
luas kecamatan, luas Kecamatan Darangdan 6.739 Ha. Luas lahan kritis di
Kecamatan Bojong adalah 1.006 Ha atau 14,65 persen dari luas kecamatan, luas
Kecamatan Bojong 6.869 Ha. Luas lahan kritis terkecil terdapat di Kecamatan
Purwakarta seluas 100 Ha atau sebesar 4,03 persen dari luas wilayah kecamatan,
Kabupaten Purwakarta dalam rangka menangani masalah lahan kritis yang sejalan
ekonomi bagi taraf hidup masyarakat, serta manfaat ekologi bagi perbaikan
kondisi lingkungan. Menurut Hayati (2006) hutan rakyat mempunyai peran positif
baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Secara ekonomi hutan rakyat dapat
daerah. Sedangkan dari aspek ekologi, hutan rakyat mampu berperan positif
dalam Syahadat (2006) secara umum menyebutkan luas hutan rakyat di Indonesia
42.965.519 pohon. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat luas hutan rakyat adalah
79.056,06 hektar atau 6,22 persen dari total luas hutan rakyat nasional, dengan
tanaman rakyat sebagai suatu sektor usaha kehutanan yang utuh mencakup sub
sektor hulu, tengah, hilir dan jasa penunjang guna menghasilkan nilai tambah
maupun seluruh unit aktivitas yang ikut berusaha dan memperoleh dampak
konservasi lingkungan.
hutan rakyat yang produktif dan pemulihan lahan untuk usahatani konservasi,
yang akan berfungsi untuk mengurangi resiko terjadinya banjir dan kekeringan.
pohon yang cepat tumbuh dari jenis kayu unggulan yang bernilai ekonomi tinggi.
Untuk mencegah penebangan kayu secara intensif namun diperlukan kayu untuk
(GNRHL) yang dananya berasal dari APBN, dan Kegiatan Gerakan Rehabilitasi
Lahan Kritis (GRLK) yang dananya berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat.
2.250 Ha atau 20,48 persen dari luas total lahan kritis, yang terdiri dari Kegiatan
GNRHL seluas 2.000 Ha atau sebesar 18,21 persen dari luas lahan kritis, dan
Kegiatan GRLK seluas 250 Ha atau 2,27 persen dari luas lahan kritis. Kegiatan
lokasi hutan rakyat memiliki nilai persentase tumbuh tanaman yang baik dengan
nilai mencapai 70 persen sampai dengan 90 persen, tetapi terdapat pula lokasi-
lokasi hutan rakyat yang dinilai tidak berhasil dengan nilai persentase tumbuh
teknis maupun faktor sosial ekonomi. Sehingga perlu dilakukan penelitian atau
kajian bagaimana atau sejauh mana faktor-faktor teknis dan sosial ekonomi
Purwakarta?
dengan baik.
dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor sosial ekonomi. Faktor teknis
hutan rakyat. Beberapa faktor teknis antara lain adalah pemupukan, pembersihan
lahan, pola tanam dan gangguan penggembalaan hewan ternak. Faktor sosial
ekonomi petani hutan rakyat. Beberapa faktor sosial ekonomi tersebut antara lain
adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, pendapatan petani dan status lahan.
hutan rakyat tidak sama. Ada petani yang melaksanakan pemupukan dan
pembersihan lahan lebih intensif sebanyak tiga sampai empat kali dalam jangka
waktu satu tahun, dan ada pula petani yang melaksanakan pemupukan dan
Sistem pola tanam hutan rakyat yang dilakukan petani juga berbeda, dibagi
menjadi 2 (dua) jenis yaitu pola tanam dengan sistem tumpang sari dan tidak
dengan tumpang sari. Hutan rakyat dengan pola tumpang sari biasanya
sampai dengan 70 tahun, dan sebagian besar berumur 50 tahun atau lebih. Tingkat
pendidikan petani antara Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA), dan sebagian besar petani hutan rakyat berpendidikan formal
Sekolah Dasar. Sedangkan pendapatan per bulan petani hutan rakyat berkisar
yang berstatus tanah guntai yaitu tanah yang dimiliki oleh penduduk di luar
perlu dirumuskan strategi yang baik dan tepat. Strategi pembangunan hutan rakyat
secara khusus atau tersendiri belum dirumuskan pada tingkat daerah. Padahal
Purwakarta?
dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut
optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan
peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya hutan seiring dengan upaya
nasional maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur
(tangible) berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu,
damar dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur (intangible) berupa manfaat
berdasarkan cara penilaian atau penentuan besar nilai dilakukan, terdiri dari : (a)
nilai pasar, yaitu nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar, (b) nilai kegunaan,
yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya tersebut oleh individu
tertentu, dan (c) nilai sosial, yaitu nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum,
1999 terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah hutan yang
berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, sedangkan yang dimaksud
hutan hak yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
Menurut Zain (1998) hutan milik ialah hutan yang tumbuh atau ditanam di
atas tanah milik, yang lazimnya disebut hutan rakyat dan dapat dimiliki oleh orang
baik sendiri maupun secara bersama atau badan hukum. Unsur-unsur hutan rakyat
1. Hutan yang diusahakan sendiri, bersama orang lain atau badan hukum.
2. Berada di atas tanah milik atau tanah hak lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Bagi perorangan atau kelompok (non badan hukum) dalam kegiatan pengusahaan
5. Jangka waktu untuk memperoleh hasil hutan rakyat cukup lama. Antara
produk tanaman kehutanan (kayu) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya
rumah tangga yang mengusahakan tanaman kehutanan (hutan rakyat) cukup besar
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Pasal 45 ayat (4) menyebutkan kawasan
apabila digunakan untuk kegiatan hutan rakyat secara ruang dapat memberikan
manfaat :
g. Meningkatkan ekspor
daerah setempat.
hutan rakyat adalah penentuan jenis pohon. Kegagalan penentuan jenis pohon
faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jenis pohon adalah kesesuaian
lahan dan iklim, keinginan masyarakat, manfaat yang tinggi dan serbaguna bagi
masyarakat, nilai ekonomi, akses pasar, daur pendek sehingga cepat tumbuh dan
cepat manghasilkan, fungsi perlidungan tanah dan air, daya permudaan yang
dikemukakan bahwa pola pembangunan hutan rakyat terdiri dari dua bentuk yaitu
: hutan rakyat tradisional dan hutan rakyat inpres. Hutan rakyat tradisional
merupakan cara penanaman hutan pada tanah milik yang diusahakan oleh
masyarakat itu sendiri tanpa adanya campur tangan pemerintah. Sedangkan hutan
rakyat inpres adalah hutan rakyat yang penanamannya murni dilakukan di tanah
pemerintah.
hutan rakyat murni (monoculture), yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu
jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen atau monokultur; 2)
hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai
jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran; dan 3) hutan rakyat wana
tani (agroforestry), yaitu hutan rakyat yang mempunyai bentuk usaha kombinasi
secara terpadu.
Keputusan Bupati Purwakarta Nomor 8 Tahun 2005 merupakan dasar hukum bagi
Purwakarta, dan pelaksanann tugas pokok dan fungsi dinas. Tugas pokok Dinas
alam yang ditugaskan kepada pemerintah daerah. Sedangkan fungsi dinas adalah
sebagai berikut :
hasil hutan;
p. Pelaksanaan pembinaan cabang dinas dan unit pelaksana teknis daerah pada
dinas;
pohon-pohonan jenis kayu-kayuan dan buah-buahan pada lahan atau tanah milik
dengan berbagai tanaman berupa kayu dan non kayu, memberikan peluang
Salah satu fungsi Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) dan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis
pembangunan hutan rakyat berasal dari bantuan pemerintah baik pemerintah pusat
(polyculture). Jenis-jenis pohon yang ditanam di hutan rakyat terdiri dari jenis
macrophylla), suren (Toona sureni) dan albazia (Albizia falcataria), serta jenis
speciosa).
rehabilitasi hutan dan lahan pada DAS prioritas. Adapun tujuan penyelenggaraan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan
untuk merehabilitasi lebih kurang seluas tiga juta hektar hutan dan lahan kritis
rakyat terdiri dari dua bagian yaitu penyusunan rancangan dan pelaksanaan
meliputi penetapan calon lokasi, pengumpulan data dan informasi, penataan areal,
rancangan kegiatan, pemilihan jenis tanaman dan rencana anggaran biaya. Kedua
pemeliharaan tanaman.
1. Penyusunan Rancangan
sebagai berikut :
- Tanah milik rakyat yang terlantar dan berada di bagian hulu sungai.
- Tanah desa, tanah marga/adat, tanah negara bebas serta tanah lainnya
tanaman, pola kerja, tata waktu dan tata norma kehidupan masyarakat
- Biofisik, yaitu situasi lokasi lahan sasaran, jenis tanah, curah hujan, tipe
penyuluhan.
c. Penataan Areal
Penataan areal dimaksudkan untuk menentukan batas areal, luas dan petak,
- Penataan pola tanam, tata letak dan jarak tanam dalam kaitannya dengan
d. Rancangan Kegiatan
lapangan, baik luas, pola tanam, tata letak, kebutuhan bibit menurut jenis
konservasi tanah.
maksimal 40 persen.
a. Persiapan Lapangan
Kegiatan persiapan lapangan meliputi pembersihan lapangan dan
b. Teknik Penanaman
(counter planting).
- Sistem Tugal, yang dilaksanakan dengan tanpa olah tanah (zero tillage).
terutama pada areal dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi, namun
satu jenis tanaman. Pola tanaman tunggal biasa digunakan pada hutan
rakyat yang mengutamakan produk tertentu baik kayu maupun non kayu.
c. Pemeliharaan Tanaman
hutan.
tanaman dan sarana produksi berupa pupuk dan obat-obatan pembasmi hama
penyakit tanaman. Sumberdaya lahan meliputi hutan negara dan lahan milik
cukup besar yang mencakup berbagai pihak yaitu aparat pemerintah daerah, petani
dan pendamping. Untuk tercapainya tujuan rehabilitasi hutan dan lahan yang
lapisan masyarakat Jawa Barat, yang dalam pelaksanaannya ditunjang antara lain
dari sumber dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Provinsi
Jawa Barat, dana APBD Kabupaten dan Kota seluruh Jawa Barat dan sumber dana
lainnya yang sah dan tidak mengikat. Sedangkan yang dimaksud dengan lahan
kritis adalah lahan yang secara fisik, kimia maupun biologi mengalami kerusakan
sehingga menurun fungsinya sebagai unsur produksi dan atau pengatur tata air dan
tata udara tanah dan atau pengatur daur karbon dan dapat menimbulkan bencana.
kegiatan GRLK adalah lahan-lahan kritis di daerah resapan air, daerah tangkapan
Strategi adalah sejumlah sarana atau jalur tindakan (means) yang perlu
ditemukan oleh suatu organisasi secara aktif guna mewujudkan sasaran organisasi,
rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh, serta
Suatu rencana dapat dikatakan baik apabila di dalamnya telah mencakup upaya
strategi adalah program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi, berarti
bagaimana cara melaksanakan misinya. Ada tiga hal penting yang secara khusus
3. Inovasi (upaya pembaharuan) atas strategi yang ada, agar organisasi tetap
pada implikasi stratejik dari suatu program tertentu. Apa kiranya dampaknya
stratejik.
oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
organisasi, filosofi yang digunakan, dan sasaran yang ingin dicapai organisasi.
situasi yang membawa suasana persaingan yang mau tidak mau harus dihadapi
4. Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang
7. Suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai paling sedikit empat
ciri yang menonjol, yaitu : sifatnya yang idealistik, jangkauan waktunya jauh
ke masa depan, hanya bisa dinyatakan secara kualitatif, dan masih abstrak.
manusia yang berfokus pada pengakuan dan penghargaan harkat dan manusia
dalam organisasi.
11. Bentuk, tipe dan struktur organisasi yang akan digunakan sudah harus turut
12. Menciptakan suatu sistem pengawasan sedemikian rupa sehingga daya inovasi
obyektif.
14. Menciptakan suatu sistem umpan balik sebagai instrumen yang ampuh bagi
semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan
pada aspek operasional dalam manajemen kinerja, tetapi juga ditingkat konseptual
visi, misi dan nilai-nilai. Kedua perumusan dan analisa lingkungan strategis.
mencapai tujuannya. Tahapan dalam manajemen strategis terdiri dari tiga tahap
yaitu :
3. Evaluasi strategi, terdapat tiga macam aktivitas yang mendasar yakni terdiri
dari (a) meninjau faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi
yang sekarang, (b) mengukur prestasi, dan (c) mengambil tindakan korektif.
merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah untuk lima
Panjang (RPJP) daerah, dengan memperhatikan RPJM nasional. RPJM daerah itu
kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Adapun untuk lebih jelas
hal tersebut tersirat dalam Pasal 151 Bab VII Undang-undang Nomor 32 Tahun
bentuk rencana kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan,
masyarakat.
III. METODOLOGI
melalui pembangunan hutan rakyat, yang tercakup antara lain dalam kegiatan :
Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan dananya berasal dari APBD Propinsi
Jawa Barat.
Dampak dan manfaat pembangunan hutan rakyat baru dapat dirasakan jika
hutan rakyat dapat berhasil dengan baik, serta untuk memperoleh dampak dan
manfaat ini memerlukan waktu yang lama yaitu apabila pohon yang ditanam telah
cukup dewasa dan siap diambil hasilnya. Secara ekonomi hutan rakyat merupakan
bentuk tabungan petani yang dapat diambil pada waktu pohon diambil kayunya.
hutan rakyat, yang dapat dinilai dengan indikator persentase tumbuh tanaman.
Tingkat keberhasilan hutan rakyat ini diduga dipengaruhi oleh faktor teknis dan
faktor sosial ekonomi. Faktor teknis antara lain pemupukan, pembersihan lahan,
hewan ternak secara liar. Faktor teknis ini berpengaruh secara langsung terhadap
adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, pendapatan petani, dan status
kepemilikan lahan. Faktor sosial ekonomi petani memiliki pengaruh yang cukup
makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat interaksi yang terjadi dalam
itu ialah proses pengambilan keputusan yang semakin sulit dan rumit. Untuk
keberhasilan hutan rakyat, serta faktor lingkungan internal dan eksternal yang
Strategi Pembangunan
Hutan Rakyat
yang cukup representatif sesuai dengan topik penelitian. Peneliti pada saat ini
Purwakarta.
Data yang digunakan untuk menganalisis faktor teknis dan sosial ekonomi
terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat terdiri dari data sekunder dan data
jumlah contoh sebanyak 106 responden. Petani yang dijadikan responden adalah
petani peserta kegiatan hutan rakyat tahun 2004/2005, yang terdiri hutan rakyat
a. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai persentase
Nilai persentase tumbuh tanaman hutan rakyat diperoleh dari hasil penilaian
yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam
b. Data Primer
1. Umur petani
Yaitu berapa umur petani hutan rakyat yang menjadi responden. Umur petani
diberi satuan tahun. Data umur petani diperoleh dengan melalui wawancara
Yaitu apakah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh petani hutan
3. Pendapatan petani
Data tingkat pendapatan petani adalah berapa rupiah rata-rata pandapatan
petani per bulan. Data tingkat pendapatan petani diperoleh dengan melalui
4. Pemupukan
Data pemupukan diperoleh dari hasil wawancara dengan petani hutan rakyat
di lapangan. Yang dimaksud data pemupukan disini adalah berapa kali petani
bibit tanaman.
5. Pembersihan lahan
langsung.
6. Status lahan
Data status lahan dibagi menjadi dua yaitu lahan milik sendiri dan tanah
guntai. Lahan milik sendiri artinya lahan lokasi hutan rakyat merupakan tanah
milik petani. Tanah guntai adalah lahan yang dimiliki oleh orang lain biasanya
sebagai penggarap lahan. Data status lahan ini diperoleh melalui wawancara
Sistem pola tanam dibagi menjadi dua yaitu pola tanam dengan tumpang sari
dan pola tanam tanpa tumpang sari. Hutan rakyat dengan pola tanam tumpang
sari dicirikan dengan adanya tanaman semusim seperti jagung, mentimun dan
kacang panjang yang ditanam di sela-sela tanaman hutan rakyat. Data pola
Data ini diambil untuk mengetahui apakah lokasi hutan rakyat bebas dari
penggembalaan liar. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan petani dan
Data yang diperoleh diolah secara kualitatif untuk mengetahui gambaran kondisi
faktor-faktor teknis dan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat
faktor-faktor teknis dan sosial ekonomi terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat
di Kabupaten Purwakarta.
βo = Intersep
dugaan pengaruh faktor teknis dan sosial ekonomi terhadap tingkat keberhasilan
1. Umur petani (X1) diduga berpengaruh negatif (β1 < 0). Umur petani hutan
bertambah umur atau semakin tua petani maka tingkat keberhasilan hutan
2. Tingkat pendidikan petani (X2) diduga berpengaruh positif (β2 > 0). Tingkat
formal yang ditempuh oleh petani. Untuk petani lulusan SD lamanya 6 tahun,
petani per bulan dalam satuan rupiah diduga berpengaruh positif terhadap
petani per bulan akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan hutan rakyat.
4. Pemupukan (X4) diduga berpengaruh positif (β4 > 0). Pemupukan diduga
5. Pembersihan lahan (X5) diduga berpengaruh positif (β5 > 0). Pembersihan
lahan adalah frekuensi atau berapa kali petani melakukan pembersihan lahan
6. Status lahan (D1) diduga berpengaruh positif (α1 > 0). Status lahan merupakan
variabel dummy, dengan asumsi jika lahan milik petani sendiri nilainya 1 dan
jika lahan bukan milik petani sendiri nilainya 0. Status lahan diduga
lahan lokasi hutan rakyat milik petani sendiri maka tingkat keberhasilan hutan
rakyat lebih tinggi dibandingkan jika lahan lokasi hutan rakyat bukan
tanam di lokasi hutan rakyat juga merupakan variabel dummy, dengan asumsi
jika sistem pola tanam dengan tumpangsari nilainya 1 dan jika tanpa
rakyat akan semakin tinggi jika dengan menggunakan sistem pola tanam
tumpangsari.
8. Bebas gangguan penggembalaan liar (D3) diduga berpengaruh positif (α3 > 0).
Faktor ini juga merupakan variabel dummy dengan asumsi jika lokasi hutan
rakyat bebas dari gangguan penggembalaan hewan liar nilainya 1 dan jika ada
positif, artinya pada lokasi hutan rakyat yang bebas dari gangguan
kritis yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam
adanya perumusan strategi yang tepat sehingga program dan kegiatan hutan rakyat
dan EFE (External Factor Evaluation). Analisis IFE dan EFE digunakan
untuk menganalisis dan mengetahui bobot faktor internal yang terdiri kekuatan
dan kelemahan, serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman.
Untuk menentukan penilaian atau skor dalam analisis faktor internal dan
faktor eksternal (IFE dan EFE) serta analisis QSPM dilakukan dengan cara
responden. Responden ini dipilih dari pejabat dan pelaksana pada Dinas
Kabupaten Purwakarta.
dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut : 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor
c. Memberi skala peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor kekuatan dan
hutan rakyat.
kondisi internal yang sangat baik, rata-rata nilai yang dibobotkan adalah 2,5.
Nilai lebih kecil daripada 2,5 menunjukkan bahwa kondisi internal selama ini
masih lemah. Sedangkan nilai lebih besar daripada 2,5 menunjukkan kondisi
internal kuat.
yang menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Hasil
analisis faktor eksternal digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang
adalah sebagai berikut : 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor
horizontal, 1 jika faktor vertikal sama penting dari faktor horizontal, dan 0 jika
jawaban rata-rata dari responden sangat baik dan 1 jika jawaban menyatakan
buruk.
menunjukkan bahwa respon terhadap faktor eksternal sangat buruk, dan nilai 4
menunjukkan sangat baik, rata-rata nilai bobot adalah 2,5. Nilai lebih kecil
dari pada 2,5 menunjukkan respon terhadap faktor eksternal masih lemah.
Sedangkan nilai lebih besar dari pada 2,5 menunjukkan respon yang baik.
internal dan lingkungan eksternal yang telah dikenal luas. Hasil analisis SWOT
kemampuan inti, bila resultansi kekuatan dan kelemahan positif – yang kemudian
organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT
adalah berupa sebuah matriks yang terdiri atas empat kuadran. Masing-masing
a. Mendaftar kekuatan dan kelemahan kunci internal, serta peluang dan ancaman
kunci eksternal dalam kolom kiri dari QSPM, informasi ini diambil dari
b. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis internal dan eksternal.
Bobot ini identik dengan yang digunakan dalam matriks IFE dan matriks EFE.
Bobot dituliskan dalam kolom disebelah kanan faktor sukses kritis internal
dan eksternal.
menunjukkan daya tarik relatif dari setiap alternatif strategi. Nilai daya tarik
ditetapkan dengan memeriksa setiap faktor sukses kritis internal dan eksternal
mempengaruhi strategi pilihan yang dibuat? Bila jawaban atas pertanyaan ini
ya, maka strategi ini harus dibandingkan relatif pada faktor kunci. Secara
spesifik, nilai daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk
menunjukkan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lain,
atas pertanyaan di atas tidak, menunjukkan bahwa faktor sukses kritis yag
akan dibuat, kita tidak perlu memberikan nilai daya tarik pada strategi
tersebut.
e. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score = TAS). Total
nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot dengan nilai daya
tarik dalam setiap baris. Total nilai daya tarik menunjukkan daya tarik relatif
sukses kritis internal dan eksternal di baris tertentu. Semakin tinggi total nilai
f. Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Menjumlahkan total nilai daya tarik
dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik
mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi.
jumlah total nilai daya tarik dalam satu set strategi alternatif tertentu
kegiatan yang sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
adalah suatu tindakan nyata yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu oleh
instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan
operasional yang telah dibuat oleh organisasi sebagai bahan untuk mengevaluasi
dari pencapaian visi dan misi organisasi. Aktivitas merupakan cerminan dari
rangka pencapaian tujuan dan sasaran. Rencana kegiatan terdiri dari pilihan-
Kabupaten Purwakarta mengacu pada strategi yang terpilih, dan dikaitkan dengan
visi dan misi Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam. Visi Dinas
misi Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta
3. Melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi tanah dan air.
FGD adalah wawancara secara berkelompok dari sejumlah individu dengan status
sosial yang relatif sama. Dalam FGD ini pengkaji berperan sebagai moderator
secara selektif dengan status sosial sama dan memahami topik diskusi.
yang terdiri dari pejabat dan pelaksana di Dinas Kehutanan dan Konservasi
Sumber Daya Alam serta Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) yang memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang pembangunan hutan rakyat di
Purwakarta.
berikut :
3. Pada saat pelaksanaan FGD, pengkaji berperan sebagai moderator dan asisten
bertanggung jawab mencatat seluruh alur dan materi diskusi dan mensuplai
atau adu pendapat antara peserta diskusi tentang topik yang dibahas.
pertanyaan yang lebih tajam dari pertanyaan umum yang telah dirumuskan
sebelumnya.
IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT
DI KABUPATEN PURWAKARTA
tanaman yang terendah 30,00 persen dan tertinggi 93,75 persen, dengan nilai rata-
Dengan mengacu pada kriteria tersebut dapat diketahui banyaknya petani hutan
rakyat yang termasuk kriteria berhasil dengan sangat baik, baik, dan agak baik,
serta petani yang termasuk kriteria tidak berhasil atau tidak baik, sebagai berikut :
hanya 3,77 persen. Sedangkan yang termasuk kriteria berhasil dengan baik, agak
baik, dan yang tidak berhasil (tidak baik) banyaknya relatif sama yaitu berkisar
antara 30 persen sampai 34 persen. Jika dipisahkan menjadi dua, antara petani
yang berhasil dan tidak berhasil, maka petani yang termasuk kriteria berhasil
(sangat baik + baik + agak baik) sebanyak 69,81 persen, sedang petani yang
menyebabkan 30,19 persen petani hutan rakyat tidak berhasil adalah faktor teknis
semuanya (100 persen) hanya melakukan pemupukan sebanyak satu kali selama
satu tahun, dan waktu pelaksanaan pemupukan tersebut berdekatan dengan waktu
sebanyak 25 orang petani (78,13 persen) yang termasuk kriteria tidak berhasil
hanya melakukan pembersihan lahan sebanyak satu kali selama satu tahun.
dalam memperebutkan unsur hara tanah, ruang tumbuh, air dan penyerapan sinar
matahari.
sebanyak 27 orang petani yang termasuk kriteria tidak berhasil (84,37 persen)
memiliki lokasi hutan rakyat yang terganggu oleh adanya penggembalaan hewan
ternak secara liar, sedangkan hanya 5 orang petani saja (15,63 persen) yang
lokasinya bebas dari gangguan penggembalaan hewan ternak secara liar. Adanya
gangguan penggembalaan hewan ternak secara liar pada lokasi hutan rakyat dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan tanaman akibat dimakan atau diinjak oleh
hutan rakyat.
persamaan tersebut adalah 88,56 persen (0,8856). Hal ini berarti 88,56 persen
lahan, sistem pola tanam dan bebas gangguan penggembalaan liar. Pengaruh
lainnya sebesar 11,44 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan
ke dalam persamaan.
lahan, bebas gangguan penggembalaan liar, pendapatan petani, status lahan dan
sistem pola tanam. Sedangkan variabel/faktor yang tidak sesuai dengan dugaan
tingkat keberhasilan hutan rakyat dengan nilai koefisien regresi sebesar 4,46508.
Hal ini berarti semakin sering atau semakin intensif perlakuan pemupukan
pemupukan yang lebih intensif akan mendapatkan tambahan unsur hara yang
terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat dengan nilai koefisien regresi sebesar
dilakukan oleh petani akan menghambat pertumbuhan gulma dan tanaman lain
yang tidak diinginkan, sehingga tanaman hutan rakyat dapat menyerap unsur hara
berpengaruh positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,90996. Hal ini berarti
bahwa pada lokasi hutan rakyat yang bebas dari gangguan penggembalaan liar
maka tingkat keberhasilan hutan rakyat akan lebih tinggi dibandingkan lokasi
nilai koefisien regresi sebesar 0,00001. Semakin tinggi pendapatan petani maka
akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan hutan rakyat. Petani dengan tingkat
sebesar 4,80748 sesuai dengan dugaan. Faktor status lahan yang dimaksud adalah
apakah lahan itu milik petani sendiri atau bukan milik petani (tanah guntai).
milik petani sendiri lebih tinggi dari pada di lahan bukan milik petani. Petani akan
memiliki kepastian kepemilikan hasil panen jika lahan hutan rakyat milik sendiri,
Faktor sistem pola tanam juga sesuai dengan dugaan, berpengaruh positif
dengan nilai koefisien regresi sebesar 2,41460. Faktor pola tanam dibedakan
menjadi pola tanam dengan tumpangsari dan tanpa tumpangsari. Hal ini berarti
yang sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter kedua jenis meranti tersebut.
terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat, dengan nilai koefisien regresi sebesar
0,00573. Hal ini disebabkan karena petani dengan umur yang lebih tua ternyata
memiliki pengalaman yang lebih baik dalam pengelolaan hutan rakyat dan lebih
Faktor tingkat pendidikan petani juga tidak sesuai dengan dugaan, ternyata
koefisien regresi - 0,13313. Hal ini dikarenakan pengetahuan cara dan teknik
budidaya tanaman termasuk budidaya tanaman hutan rakyat yang diperoleh oleh
petani bukan berasal dari pendidikan formal yang ditempuh petani. Pengetahuan
cara dan teknik pengelolaan hutan rakyat diperoleh oleh petani secara turun-
temurun, pengalaman petani sendiri atau dari penyuluhan yang dilakukan oleh
ekonomi) terhadap variabel tak bebas (persentase tumbuh tanaman hutan rakyat)
dapat ditunjukkan oleh nilai P-Value. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 2 nilai
bebas yang mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat
petani dan status lahan. Sedangkan variabel bebas yang pengaruhnya tidak nyata
adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, sistem pola tanam dan bebas
faktor teknis yang berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat
pembersihan lahan sebesar 0,00169 dan 0,00011, lebih kecil dari nilai α = 0,05
sebesar 4,46508 persen. Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menyatakan bahwa aplikasi pupuk organik (kompos dan pupuk kandang) mampu
memperbaiki sifat kimia tanah sehingga menghasilkan kesuburan tanah yang lebih
pembersihan lahan. Pupuk yang digunakan oleh petani antara lain adalah pupuk
kandang, kompos, urea dan PMLT (Pupuk Majemuk Lengkap Terpadu). Adapun
hubungan yang positif dan berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan hutan
kali maka tingkat keberhasilan hutan rakyat akan meningkat sebesar 4,22216
seperti semak, rumput dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
hutan rakyat.
persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain yaitu kebutuhan akan cahaya,
nutrisi, air dan ruang untuk tempat tumbuh. Persyaratan tumbuh yang sama atau
hampir sama bagi gulma dan tanaman pokok dapat mengakibatkan terjadinya
asosiasi gulma yang akibatnya terjadinya persaingan antara gulma dan tanaman
budidaya.
lahan yang dilakukan oleh petani masih bersifat tradisional dan dilakukan secara
manual dengan menggunakan alat seperti parang, arit, golok dan cangkul.
Sedangkan menurut Nazif dan Wibowo (2005) salah satu metode alternatif yang
dapat digunakan untuk mengendalikan gulma secara cepat adalah secara kimiawi
persamaan adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, pendapatan petani dan
status lahan. Adapun faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh nyata
kepercayaan 95 persen adalah faktor pendapatan petani dan status lahan. Kedua
faktor tersebut mempunyai nilai P-Value yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 (taraf
nyata 5 persen), nilai P-Value pendapatan petani sebesar 0,01204 dan P-Value
Purwakarta dengan koefisien regresi sebesar 0,00001. Hal ini berarti bahwa
peningkatan pendapatan per bulan petani sebesar satu rupiah dapat meningkatkan
keberhasilan hutan rakyat. Petani dengan pendapatan per bulan lebih besar
memiliki kemampuan dana yang lebih besar pula untuk mengelola hutan rakyat,
bahkan mereka memiliki kemampuan untuk menggaji atau memberi upah kepada
ini berpengaruh nyata dan positif terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat di
kepemilikan lahan yang menjadi lokasi hutan rakyat, apakah lahan itu milik petani
sendiri atau lahan milik orang lain yang digarap oleh petani atau biasa disebut
tanah guntai. Koefisien regresi faktor status lahan bernilai 4,80748 yang berarti
bahwa tingkat keberhasilan hutan rakyat di lahan milik petani sendiri lebih tinggi
sebesar 4,80748 persen dibandingkan dengan di lahan yang bukan milik petani
sendiri. Petani yang mengelola atau menggarap hutan rakyat di lahan milik sendiri
memiliki perhatian yang lebih besar untuk memelihara tanaman secara lebih
intensif, sehingga tingkat pertumbuhan tanaman juga lebih besar. Petani yang
mengelola hutan rakyat di lahan orang lain (tanah guntai) kurang memiliki
jaminan dan kepastian hukum terhadap hak kepemilikan tanaman dan adanya
baik secara ekonomi maupun ekologi, tidak terlepas dari faktor lingkungan
Dalam penelitian ini, faktor internal dan eksternal dilihat dari sisi Dinas
meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki atau ada pada Dinas Kehutanan
meliputi peluang dan ancaman yang berada di luar dinas yang berpengaruh dalam
strategis tersebut dapat menghasilkan strategi yang paling sesuai untuk mencapai
faktor lingkungan strategis tersebut lebih tepat dan sesuai dengan keadaan nyata.
Faktor internal dan eksternal juga dapat diambil dari beberapa faktor teknis dan
sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat di
Kehutanan Lapangan (PKL), dan 3) adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat, 2) data lahan kritis/lahan potensi
A. Kekuatan
hutan rakyat dapat dilihat dari arah dan kebijakan pembangunan daerah.
pembangunan disesuaikan dengan visi, misi dan kebijakan yang telah ditetapkan.
Dalam arah dan kebijakan umum APBD Kabupaten Purwakarta Tahun 2006,
dan kebijakan umum tersebut memuat sasaran serta arah kebijakan dan program
banjir dan erosi hutan, eksploitasi lahan hasil hutan serta ekstensifikasi dan
pengembangan tanaman ekonomis yang mempunyai daya dukung untuk
diversifikasi usaha.
Program ini bertujuan untuk lebih memanfaatkan potensi sumber daya hutan
faktor internal kekuatan yang sangat menentukan, terlebih pada era otonomi
daerah seperti saat ini. Ada atau tidaknya program dan kegiatan pembangunan
kehutanan, yang salah satunya adalah pembangunan hutan rakyat, tergantung dari
saat ini, tidak lagi sebatas proses alih teknologi dan informasi pembangunan
kehutanan tetapi lebih kepada proses pemberdayaan masyarakat dalam hal ini
diharapkan masyarakat akan lebih mampu dan siap untuk berperan aktif dalam
rakyat, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan hutan
rakyat, serta menampung permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh petani
untuk disampaikan kepada dinas terkait. Jumlah tenaga PKL yang dimiliki oleh
sebanyak 56 orang terdiri dari 48 pria dan 8 wanita, yang wilayah kerjanya
Purwakarta.
2) UPTD Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati dan Nabati. Kedua
Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pembentukan Dinas Daerah, dan Peraturan Daerah
sebagai berikut :
pembibitan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan ketentuan
Hayati dan Nabati yang diatur dalam Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 44
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan ketentuan
Purwakarta, kedua UPTD Penelitian dan Pengembangan ini dapat menjadi faktor
B. Kelemahan
tata usaha kayu hutan rakyat dan masalah alih fungsi lahan dapat diatur dalam
Pada saat ini di Kabupaten Purwakarta belum ada peraturan daerah yang
tersebut yang muncul belum dapat diatasi secara tuntas karena belum ada aturan
Data lahan atau tanah yang baik, lengkap dan akurat sangat diperlukan untuk
perencanaan program pembangunan hutan rakyat. Data lahan kritis atau lahan
potensi hutan rakyat yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber
Daya Alam Kabupaten Purwakarta belum lengkap dan akurat, hal ini disebabkan
dan faktor sumber daya manusia yang kurang memadai. Selain itu data lahan kritis
juga tidak memuat keadaan tanah secara lengap seperti jenis tanah, kedalaman
(lima belas) unit atau sekitar 27 persen dari jumlah PKL yang ada. Alat teknis
seperti alat untuk mengukur luas lahan kritis/potensi hutan rakyat dan alat untuk
peluang meliputi : 1) adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi, 2)
adanya penangkar bibit daerah, dan 3) prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik.
rakyat.
A. Peluang
dari dua sumber. Pertama, Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN)
Jawa Barat dalam bentuk Kegiatan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK).
2.607.015.000,- dan untuk kegiatan GRLK sebesar Rp 800.000,-. Pada tahun 2006
sebesar Rp 1.400.000.000,-
penangkar bibit.
Sukasari, Maniis dan Tegalwaru. Jenis bibit tanaman yang dibudidayakan terdiri
hutan rakyat. Bibit yang berasal dari dalam daerah lebih terjamin kualitasnya,
penanaman.
juta meter kubik per tahun, dimana sekitar 25 juta meter kubik untuk keperluan
industri pulp dan kertas. Sebagian besar pasokan kayu tersebut sampai saat ini
masih bergantung pada hutan alam, padahal kemampuan penyediaan kayu bulat
dari hutan alam untuk tahun 2006 hanya sekitar 8,2 juta meter kubik. Oleh karena
itu, pembangunan hutan tanaman harus ditingkatkan dan dipercepat untuk dapat
hutan tanaman oleh rakyat mempunyai arti penting karena dapat mengurangi
dekade kini karena adanya pasar : untuk peralatan rumah tangga, peti kemas, pulp,
dan lain-lain penggunaan. Hal ini sangat mudah ditemukan mulai dari Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kayu sengon banyak digunakan untuk peti
kemas, pulp, perabot rumah tangga, bahan bangunan. Kayu jati, mahoni dan kayu
keras lainnya lebih digunakan untuk perabot rumah tangga dan bahan bangunan
rumah yang tergolong mewah. Hasil penting lain dari hutan rakyat adalah kayu
bakar yang banyak dikonsumsi oleh industri-industri kecil seperti industri genteng
dan bata, industri makanan. Disamping itu, rumah tangga di pedesaan Jawa
1983, sekitar 93 persen rumah tangga petani menggunakan kayu bakar dengan
rata-rata konsumsi setiap rumah tangga 6,69 kg per hari. Sebagian besar (61,4
hasilnya sebagai kayu bakar, diikuti oleh buah-buahan (43,6 persen) dan kayu
permintaan kayu akan terus meningkat baik permintaan pasar dalam negeri
maupun luar.
B. Ancaman
hanya satu kali setelah waktu penanaman. Secara teknis, pemeliharaan yang
kurang baik. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa faktor pemupukan dan
pembersihan lahan merupakan faktor teknis yang berpengaruh nyata terhadap
berbagai faktor, antara lain kualitas bibit yang rendah, pemeliharaan kurang
memposisikan pohon yang ada di lokasi hutan rakyat sebagai “tabungan” dan
tidak sebagai sumber pendapatan utama, dimana pada saat dibutuhkan dapat
ditebang dan dijual, atau yang lebih dikenal dengan “daur butuh”. Cara pandang
ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan hutan rakyat itu sendiri, dimana jika
lebih intensif.
Yang dimaksud dengan tanah guntai adalah tanah yang letaknya berada di
penduduk luar daerah seperti Bandung, Jakarta, Bekasi dan Subang. Tanah
potensial sebagai lokasi hutan rakyat, tetapi petani penggarap sebagian besar tidak
tertarik untuk menanam tanaman hutan rakyat, hal ini disebabkan petani
penggarap khawatir tanaman kayu akan diakui oleh pemilik lahan atau jika secara
Berdasarkan hasil analisis regresi, faktor tanah guntai atau status lahan juga
merupakan salah satu faktor sosial ekonomi yang bepengaruh nyata terhadap
Usaha hutan rakyat seperti usaha pertanian pada umumnya, kurang menarik
bagi kalangan generasi muda di desa. Generasi muda di desa banyak yang
membantu atau meneruskan usaha tani hutan rakyat orang tua mereka.
rakyat yang menjadi responden berumur 50 tahun atau lebih. Dari 106 petani
berumur 40 tahun sampai 49 tahun (26,41 persen) dan hanya 14 orang yang
regenerasi petani hutan rakyat merupakan ancaman yang cukup serius, karena
dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu dengan memberikan nilai bobot dan
adalah faktor internal dan eksternal yang mempunyai derajat kepentingan relatif
Evaluasi faktor internal adalah pemberian nilai bobot dan peringkat yang
Hasil evaluasi faktor internal secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah
ini.
B. Kelemahan
1. Belum adanya Peraturan Daerah 0,107 1 0,107
tentang hutan rakyat
2. Data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat 0,079 2 0,158
Belum akurat
3. Kurangnya sarana prasarana penunjang 0,163 1 0,163
Jumlah : 2,853
rata 0,210. Sedangkan faktor adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
belum adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat memiliki bobot rata-rata
lebih rendah yaitu sebesar 0,107. Sedangkan faktor data lahan kritis/lahan potensi
hutan rakyat yang belum akurat memiliki nilai bobot rata-rata terendah yaitu
sebesar 0,079.
belum adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat dan faktor kurangnya sarana
rakyat yang belum akurat mendapatkan nilai peringkat 2, artinya faktor ini
Evaluasi faktor eksternal adalah pemberian nilai bobot dan peringkat yang
dilakukan oleh responden pada masing-masing faktor peluang dan ancaman. Hasil
B. Ancaman
1. Pemeliharaan hutan rakyat kurang intensif 0,242 1 0,242
2. Masih adanya tanah guntai 0,159 1 0,159
3. Kurangnya regenerasi petani hutan rakyat 0,075 2 0,150
Jumlah 2,385
menunjukan bahwa faktor eksternal peluang adanya sumber dana dari pemerintah
pusat dan provinsi mempunyai derajat kepentingan relatif lebih tinggi dari pada
faktor adanya penangkar bibit daerah dan faktor prospek ekonomi hutan rakyat.
relatif lebih tinggi dari pada faktor prospek ekonomi hutan rakyat. Faktor adanya
sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi memiliki nilai bobot 0,262.
Faktor adanya penangkar bibit daerah memiliki nilai bobot 0,139. Faktor prospek
yang lainnya. Faktor pemeliharaan hutan rakyat kurang intensif memiliki nilai
bobot 0,242. Faktor masih adanya tanah guntai memiliki nilai bobot 0,159. Faktor
bahwa faktor yang memiliki peluang sangat besar dalam pembangunan hutan
pemerintah pusat dan provinsi dengan nilai peringkat 4. Sedangkan faktor adanya
penangkar bibit daerah dan faktor prospek ekonomi hutan rakyat memiliki
menunjukan bahwa faktor pemeliharaan hutan rakyat yang kurang intensif dan
faktor masih adanya tanah guntai memiliki nilai peringkat yang sama yaitu 1,
yang berari kedua faktor ancaman tersebut pengaruhnya sangat kuat dalam
Total skor faktor eksternal sebesar 2,385 (di atas nilai rata-rata 2,5). Hal
ini berarti kondisi faktor ekternal peluang dan ancaman dalam pembangunan
hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta pada saat ini mendapat respon cukup baik.
Nilai bobot masing-masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang
ancaman/threats (W-T).
berikut :
sumber dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Barat yang
kabupaten.
rakyat.
rakyat yang belum akurat, yang akan diatasi dengan menangkap peluang
adanya sumber dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Barat.
dapat menjadi perantara atau mediator antara pemilik lahan dengan petani
penggunaan lahan untuk hutan rakyat. Isi kesepakatan itu berasal dari
kedua belah pihak pemilik dan penggarap, yang dapat berisi mengenai
jaminan alih fungsi lahan dan bagi hasil tanaman hutan rakyat.
pemeliharaan hutan rakyat yang murah dan dapat diterima oleh petani.
ada saat ini, seperti kendaraan operasional PKL, harus lebih dioptimalkan
strategi dengan analisis SWOT. Strategi yang mempunyai total nilai kemenarikan
berikut :
hutan rakyat.
adalah :
1. Membangun kemitraan antara UPTD Penelitian dan Pengembangan dengan
tanah guntai.
Strategi yang memiliki nilai TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar
pusat dan provinsi untuk pengembangan hutan rakyat. Perumusan strategi ini
Purwakarta sangat tepat. Hal ini mengingat komitmen pemerintah daerah sangat
pembangunan hutan rakyat memerlukan biaya atau anggaran yang sangat besar,
arah diversifikasi usaha tani hutan rakyat untuk meningkatkan pendapatan dan
merata. Peran PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) sangat penting dalam strategi
petani. Sampai dengan saat ini masih ada petani hutan rakyat yang beranggapan
petani sehingga petani secara sadar dan atas keinginan sendiri melakukan
dan pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat. Hampir sama
pemeliharaan hutan rakyat guna mencapai hasil yang lebih baik. Secara teknis
pemeliharaan dan teknik budidaya usaha tani hutan rakyat yang sesuai dengan
keadaan daerah, keadaan dan perilaku petani, dan faktor sosial ekonomi petani
program dan kegiatan harus mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan
sehingga program dan kegiatan yang akan dilaksanakan searah dan mendukung
menetapkan visi dan misi. Visi dinas yaitu “ Terwujudnya Sistem Pengelolaan
terjaga kelestariannya.
Makna dari misi pertama adalah dinas perlu memantau luasan hutan dan
penjaga tata air. Dengan sebaran hutan yang proporsional di wilayah Kabupaten
Purwakarta diharapkan dapat menjamin ketersediaan air yang sangat penting bagi
usaha pertanian dan bidang usaha lainnya. Untuk mempertahankan luasan hutan
masyarakat.
Makna dari misi kedua adalah dinas berperan untuk memberi motivasi dan
pembinaan kepada petani hutan rakyat dan pengusaha di bidang kehutanan untuk
dapat meningkatkan pengelolaan hutan dan meningkatkan nilai jual hasil hutan.
Pembentukan pola pikir petani dan masyarakat yang berwawasan hutan lestari
akan merubah perilaku petani dan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Fungsi
produk kehutanan, dan berupaya bersama masyarakat untuk terus menggali dan
masyarakat untuk melakukan rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi tanah
dan air pada lahan kritis. Kesadaran masyarakat untuk melakukan rehabilitasi dan
konservasi tanah pada lahan kritis secara swadaya masih perlu untuk ditingkatkan,
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan kehutanan. Dinas juga
bidang kehutanan. Dinas juga menjalin kerja sama dan koordinasi dengan BUMN
investor.
metode Focus Group Discussion (FGD) melibatkan pejabat dan pelaksana dinas
tujuan untuk menghasilkan program yang tepat dan terarah. Penjabaran suatu
daerah untuk menyerap dana pusat dan provinsi untuk pengembangan hutan
kegiatan :
pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat) ada dua yaitu
hutan rakyat.
tanaman.
pemeliharaan hutan rakyat oleh petani akan lebih intensif. Program ini juga
bertujuan agar petani tidak hanya mengandalkan hasil panen dari tanaman hutan
rakyat yang relatif lama, tetapi dapat menambah penghasilan dari hasil panen
tanaman musiman dan hasil ternak. Untuk mendukung pelaksanaan program ini
melalui dua kegiatan yaitu : 1) Kegiatan bantuan bergulir hewan ternak kepada
petani hutan rakyat dengan pertimbangan pada saat ini petani tidak memiliki
kemampuan modal atau dana untuk membeli hewan ternak, dengan bantuan
bergulir ini diharapkan kegiatan dapat berjalan secara berkelanjutan. Kegiatan ini
dilaksanakan selama tiga tahun di Kecamatan Wanayasa, Bojong, Pondok Salam
terpadu dengan pertimbangan untuk membuat suatu unit percontohan hutan rakyat
dan Maniis. Untuk tahun pertama dan tahun kedua tanaman kehutanan dapat
matahari seperti kacang panjang, mentimun dan jagung. Pada tahun ketiga sampai
tahun kelima tanaman kehutanan yang sudah cukup tinggi dapat dikombinasikan
dengan tanaman yang tidak memerlukan sinar matahari cukup banyak seperti
menggali potensi-potensi sumber pendapatan lain dari suatu lahan hutan rakyat
yaitu nilai estetika atau lingkungan yang dapat dikemas menjadi suatu lokasi
alam dan lingkungan yang berkembang pada beberapa tahun terakhir di berbagai
daerah di Indonesia. Hutan rakyat wisata dinilai merupakan suatu potensi wisata
dengan nilai spesifik tertentu yang dapat menarik minat wisatawan. Program
dapat berpotensi sebagai obyek wisata alam. Program ini dilaksanakan selama dua
tahun dan meliputi empat kegiatan. Kegiatan penataan areal hutan rakyat wisata
dilaksanakan pada tahun pertama. Kegiatan penanaman jenis tanaman asli daerah
dan tanaman langka dan Kegiatan pelatihan petani hutan rakyat pemandu wisata,
dinas untuk membangun pola pikir masyarakat. Program ini juga sejalan dengan
pemeliharaan dan pengelolaan hutan rakyat memerlukan waktu yang cukup lama,
untuk membentuk suatu wadah bagi para petani hutan rakyat yang tersebar di
saling tukar pengalaman sesama petani, pemecahan masalah secara bersama, dan
penghargaan kepada petani hutan rakyat yang terbaik, sehingga petani terangsang
dan termotivasi untuk bersaing menghasilkan hutan rakyat yang terbaik Kegiatan
Peran dan tugas penyuluh kehutanan pada saat ini dihadapkan pada tantangan
dua kegiatan yaitu Kegiatan pendidikan dan pelatihan hutan rakyat bagi penyuluh
berprestasi. Kedua kegiatan ini dilaksanakan selama tiga tahun dan diperuntukan
Dengan teknik pemeliharaan yang murah dan mudah dinilai sangat sesuai dengan
keadaan sosial ekonomi petani pada saat ini, sehingga petani merasa tertarik untuk
jenis tanaman sebagai pestisida alami merupakan salah satu bagian dari program
ini. Kegiatan ini dilaksanakan di UPTD Penelitian dan Pengembangan selama tiga
bokhasi dan pupuk kandang pada hutan rakyat dan Kegiatan pengembangan
pemanfaatan batang pohon pisang sebagai sumber air tanaman hutan rakyat.
Kedua kegiatan ini dilaksanakan selama lima tahun di seluruh lokasi hutan rakyat
yang berhubungan dengan hutan rakyat. Dalam rangka pencapaian program ini
Kegiatan ini dapat dilaksanakan selama satu tahun dan berlokasi di Kecamatan
penelitian sebagai upaya untuk menghasilkan aparatur penelitian yang handal dan
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga tahun, dan diperuntukan bagi aparat atau
7.1. Kesimpulan
dimana sekitar 30,19 persen petani hutan rakyat masih termasuk dalam kriteria
tidak berhasil, sedangkan petani hutan rakyat yang termasuk dalam kriteria
berhasil sangat baik hanya 3,77 persen. Hutan rakyat yang termasuk dalam kriteria
tidak berhasil dapat disebabkan oleh faktor kurang intensifnya pemupukan dan
lokasi hutan rakyat. Ketiga faktor tersebut secara langsung dapat menghambat
Tingkat keberhasilan hutan rakyat dapat dipengaruhi oleh faktor teknis dan
sosial ekonomi. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa faktor teknis yang
intensif pemupukan dan pembersihan lahan hutan rakyat ternyata semakin tinggi
berpengaruh positif secara nyata adalah pendapatan petani dan status lahan.
Tingkat keberhasilan hutan rakyat menjadi lebih tinggi jika petani memiliki
faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal
yang terdiri dari peluang dan ancaman. Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal
mempunyai bobot tertinggi adalah adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan
7.2. Saran
masa yang akan datang perlu adanya strategi pembangunan hutan rakyat yang
kelemahan yang ada, serta faktor eksternal peluang dan ancaman. Berdasarkan
hasil analisis IFE-EFE, analisis SWOT dan analisis QSPM telah dirumuskan
berikut :
Hasil dari penelitian atau kajian ini dapat menjadi masukan dan bahan
pendapatan petani.
2. Pada lokasi hutan rakyat dengan lahan status tanah guntai harus dibangun pola
kemitraan antara pemilik lahan dan petani penggarap dalam bentuk sebuah
memiliki kepastian dan jaminan untuk menggarap lahan hutan rakyat dan
alami yang bahan-bahannya mudah didapat di sekitar lokasi hutan rakyat atau
tempat tinggal petani untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis sehubungan dengan topik
diperoleh petani, jumlah dan keadaan tenaga penyuluh kehutanan, serta faktor
yang lainnya.
2. Perumusan strategi pembangunan hutan rakyat dalam penelitian ini dilihat dari
hutan rakyat dilihat dari sisi petani yang ditempatkan sebagai subyek dalam