Anda di halaman 1dari 5

KESIMPULAN DARI TIGA JURNAL

1. Kajian Kinerja Penyuluh Pertanian Di Wilayah Kerja Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Amurang Timur.
Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan
sampel meliputi seluruh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Kantor BP3K Kecamatan
Amurang Timur dan kelompok tani/petani. Responden dari Kantor BP3K berjumlah 1
(satu) orang atasan PPL dan 4 (empat) orang PPL. Responden petani, dipilih 2 (dua)
petani dari 8 (delapan) wilayah binaan, jadi jumlah responden petani yang diambil
adalah 16 responden. Dengan demikian responden keseluruhan yang dipilih pada
penelitian ini adalah berjumlah 21 responden. Responden Penyuluh Pertanian
diperlukan untuk melihat faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung kinerja
Penyuluh Pertanian, sedangkan responden petani dan atasan PPL diperlukan untuk
menilai kinerja Penyuluh Pertanian. Beberapa faktor yang diperkirakan berpengaruh
terhadap kinerja dari seorang penyuluh. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor
internal dan eksternal, dimana faktor-faktor tersebut turut membentuk kualitas dari
seorang penyuluh pertanian. Faktor Internal Faktor internal penyuluh pertanian pada
penelitian ini terdiri dari usia, pendidikan formal, masa kerja dan jumlah tanggungan.
Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa usia penyuluh pertanian di wilayah kerja
BP3K Kecamatan Amurang Timur, berkisar antara 28 – 50 tahun. Sebagian besar
penyuluh berusia dibawah 30 tahun yakni sebanyak 60 persen, dan sisanya berusia
antara 30 -50 tahun yakni sebanyak 40 persen. Ini menunjukkan bahwa usia penyuluh
pertanian di BP3K Amurang Timur berada pada usia produktif, yang berarti penyuluh
masih kuat dan mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang
penyuluh pertanian. Jenjang Pendidikan penyuluh pertanian berkisar SPMA dan S1.
Sebagian besar penyuluh (60 persen) termasuk jenjang pendidikan S1/sarjana, sisanya
berpendidikan dari SMA/SPMA yaitu sebanyak 40 persen. Ini menunjukkan SDM
penyuluh cukup baik, namun walaupun demikian untuk lebih meningkatkan kualitas
atau keahlian sebagai penyuluh disarankan lebih mengikuti pelatihan-pelatihan atau
sejenisnya dengan disiplin ilmu sesuai bidang kerja yang saat ini di tekuni terutama
kepada penyuluh yang masih berpendidikan SMA/SPMA.
Masa kerja seorang penyuluh menentukan pengalaman penyuluh dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Semakin lama masa kerja, pengalaman
semakin banyak dan semakin menguasai pekerjaannya sehingga kinerja penyuluh
semakin optimal. Masa kerja penyuluh pertanian di BP3K Amurang Timur berada pada
kisaran 0,5 – 27 tahun. Sebagian besar penyuluh berpengalaman kerja selama kurang
dari 10 tahun, yakni sebesar 60 persen dan hanya 2 (dua) orang penyuluh atau 40
persen yang mempunyai masa kerja lebih dari 15 tahun. Menyikapi kondisi tersebut,
penyuluh yang memiliki masa kerja kurang dari 10 tahun untuk lebih mengupayakan
peningkatan kualitas dengan cara lebih menambah intensitas penyuluhan atau
pertemuan dengan petani. Jika sebelumnya hanya 2 kali perminggu ditingkatkan
menjadi 4 kali. Faktor internal yang diidentifikasikan mendukung kinerja Penyuluh
Pertanian di BP3K Amurang Timur adalah faktor usia penyuluh dan tingkat pendidikan
formal . Sebagian besar Penyuluh Pertanian di BP3K Amurang Timur berusia kurang dari
30 tahun, usia yang sangat produktif untuk mendukung kinerja. Tingkat pendidikan
formal Penyuluh Pertanian di BP3K Amurang Timur, sebagian besar berpendidikan S1,
Ini menunjukkan sumberdaya manusia penyuluh cukup baik. Faktor eksternal yang
mendukung Penyuluh Pertanian di BP3K Amurang Timur adalah Ketersediaan sarana,
prasarana, informasi dan Intensitas Penyuluhan. Ketersediaan sarana, prasarana dan
informasi yang cukup berpengaruhi terhadap kinerja penyuluh dalam hal kemudahan
penyampaian teknologi dan
inovasi. Sedangkan pertemuan dengan para petani yang intens akan berpengaruh
terhadap hubungan kerjasama, sehingga terbangun kepercayaan. Kinerja Penyuluh
Pertanian di BP3K Amurang Timur menunjukkan hasil yang sangat baik. Beberapa
indikator yang menghasilkan kinerja yang sangat baik antara lain ialah tersusunnya
program penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan petani, tersusunnya rencana
kerja penyuluhan pertanian di wilayah kerja masing-masing, tersedianya data peta
wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pengwilayahan
komoditas unggulan, dan terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata
dan sesuai dengan kebutuhan petani. Kinerja penyuluh pertanian yang harus
ditingkatkan ialah mewujudkan kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang
saling menguntungkan.

2. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANI DALAM


MEMBERDAYAKAN PETANI
Penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu
menjelaskan hubungan kausalitas antara peubah-peubah melalui pengujian hipotesis.
Model teoritis yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi beberapa bentuk hubungan
antar peubah, yaitu hubungan peubah bebas karakteristik petani X, (umur; pendidikan
formal; pendidikan non formal dan pengalaman petani berusahatani), karakteristik
sistem sosial X (nilai-nilai sosial budaya; sistem kelembagaan petani; dukungan tenaga
ahli dan kelembagaan penelitian dan penyuluhan; fasilitasi oleh lembaga pemerintah
terkait; dukungan kelembagaan agribisnis dan kepemimpinan lokal) dan kompetensi
penyuluh pertanian (kompetensi managerial. kompetensi komunikasi, kompetensi
mengorganisasikan kegiatan belajar petani dan kompetensi interaksi sosial) dengan
peubah terikat yaitu kinerja penyuluh pertanian Y. Peubah dan sub peubah dalam
penelitian ini diukur berdasarkan persepsi petani. Penelitian dilakukan di Kabupaten
Kampar Provinsi Riau. Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten memiliki
potensi pengembangan agribisnis di provinsi Riau. Penelitian dilakukan dari bulan Juni
2007 sampai dengan Oktober 2007. Pengambilan sampel petani (responden penelitian)
dilakukan dengan metode pengambilan sampel gugus bertahap (multistage cluster
sampling). Melalui metode pengambilan sampel ini, terpilih jumlah responden
penelitian 180 orang petani (yang terdiri masing-masing 60 orang petani tanaman
pangan, kelapa sawit dan karet).
Petani berada pada usia produktif (rataan 41 tahun) dan belum didukung oleh
tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal yang memadai. Rataan pendidikan
formal 9 tahun (setingkat tamat SLTP) dan rataan mengikuti pendidikan non formal 7
hari. Dilihat dari modus, petani dominan (yaitu 48,2 persen) belum pernah mengikuti
pendidikan non formal (kursus atau pelatihan). Pengalaman petani beragribisnis yaitu
rataan 13,69 tahun diharapkan menunjang keberhasilan agribisnis petani. namun belum
didukung oleh luas penguasaan lahan pertanian yang memadai, rataan hanya 1.61
hektar (karena 66,.67 persen petani memiliki kebun sawit dan karet). Petani berada
pada usia produktif dan pengalaman beragribisnis cukup lama, namun belum ditunjang
oleh pendidikan formal dan non formal yang tinggi serta belum didukung oleh luas
penguasaan lahan pertanian yang memadai. Tingkat kinerja penyuluh pertanian dalam
memberdayakan petani relatif belum baik (kategori "cukup"), hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor yang berpengaruh nyata t erhadap kinerja.

3. PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI PETANI


DALAM AKTIVITAS KELOMPOK TANI DI DESA REA KECAMATAN BINUANG KABUPATEN
POLEWALI MANDAR
Penelitian ini menggunakan metode desriptif kualitatif dengan jenis survei.
Dalam penelitian ini, keterikatan antara variabel bebas maupun antar variabel terikat
sudah terjadi secara alami, dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali
jika dimungkinkan apa yang menjadi faktor penyebabnya, sedangkan metode survei
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian yang
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari dalam
penelitian ini adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel, sosiologis maupun
psikologis.
Prosedur untuk memperoleh pendapat dari para ahli (judgement expert) yaitu
dengan meminta ahli bidang untuk menilai instrumen yang diajukan. Sebuah instrumen
dikatakan mempunyai validitas konstruksi apabila butir-butir instrumen tersebut
mengukur setiap aspek berpikir yang telah disebutkan dalam tujuan instruksional
khusus. Uji validitas isi dan konstruksi pada penelitian ini dilakukan oleh para ahli
(expert judgment) yaitu dua dosen ahli evaluasi pendidikan Universitas Negeri Makassar
yang ditunjuk dan mempunyai wewenang untuk menilai. Secara serempak peran
penyuluh pertanian di Kelompok Tani Desa Rea sebagai fasilitator, motivator, edukator
dan komunikator berpengaruh terhadap keterampilan petani di Kelompok Tani Desa
Rea. Secara parsial peran penyuluh pertanian di Kelompok Tani Desa Rea sebagai
fasilitator, motivator, edukator dan komunikator berpengaruh terhadap keterampilan
petani di Kelompok Tani Desa Rea

Anda mungkin juga menyukai