Anda di halaman 1dari 6

Unang Yunasaf, dkk.

, Proses Pembelajaran Peternak

Peran Penyuluh dalam Proses Pembelajaran Peternak Sapi


Perah di KSU Tandangsari Sumedang
(The Role of Extension Agent in Learning Process Dairy
Farmer in KSU Tandangsari Sumedang)
Unang Yunasaf dan Didin S. Tasripin
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
E-mail: unang.yunasaf@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peran penyuluh baik sebagai pendidik
maupun sebagai fasilitator di dalam proses pembelajaran peternak sapi perah anggota KSU
Tandangsari Kabupaten Sumedang. Penelitian dirancang sebagai penelitian survei, dengan
responden sebanyak 30 peternak. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penyuluh dinilai
peternak telah tergolong cukup perannya, baik dalam perannya sebagai pendidik maupun
sebagai fasilitator, (2) Hal-hal yang relatif sudah baik dari penyuluh dalam perannya sebagai
pendidik adalah: dalam cara penyampaian materi, materi yang diberikan sudah berhubungan
dengan pengetahuan peternak, dan tingkat kemampuan dalam menjelaskan materi, (3) Hal-
hal yang dianggap masih belum dilakukan dengan baik oleh penyuluh dalam perannya
sebagai pendidik adalah dalam: kelengkapan materi aspek manajemen usaha, perhatiannya
terhadap kesiapan mental peternak, dan pengulangan aktivitas demonstrasi, dan (4) Hal yang
dianggap sudah baik dilakukan penyuluh dalam perannya sebagai fasilitator adalah dalam hal
pengenalan sumber-sumber informasi. Hal yang kurang adalah dalam hal penyediaan sarana
belajar.
Kata kunci: Peran penyuluh, proses pembelajaran

Abstract
This research aims to study the role of extension agents as well as educators and
facilitators in the learning process dairy farmers members of the KSU Tandangsari
Sumedang District. The study was designed as a research survey, with respondents as many
as 30 farmers. The results showed: (1) Extension assessed farmers have enough role, both in
its role as an educator and as a facilitator, (2) Things are relatively good of the extension in
his role as educators is: in the way of delivery of material, the material provided was
associated with farmer knowledge, and level of ability in explaining the material, (3) things
that are considered still has not done well by educators in their role as educators is in: the
completeness of the material aspects of business management, attention to the mental
preparedness of farmers, and the repetition of the demonstration activity, and (4) it is
considered to have performed well in his role as the facilitator instructor is in terms of the
introduction of sources of information. Thing lacking is in providing a learning tool.
Key words: The role of extension agent, learning process

Pendahuluan penyuluhan. Penyuluhan sebagai bagian dari sistem


Keberhasilan pembangunan peternakan akan pendidikan yang sifatnya non formal akan
sangat ditentukan oleh sumberdaya manusia memberikan penguatan kepada para peternak,
peternak sebagai pelaku utama dari kegiatan karena peternak akan memungkinkan untuk berubah
peternakan itu sendiri. Saat ini kegiatan peternakan perilakunya ke arah yang diharapkan, sehingga
di Indonesia sebagian besar masih merupakan usaha pengetahuannya akan lebih meningkat, sikapnya
peternakan berskala kecil atau usaha ternak rakyat. akan lebih positif terhadap perubahan dan
Oleh karenanya tantangan terbesar untuk mencapai penerimaan inovasi, dan akan lebih terampil di
keberhasilan pembangunan peternakan tersebut dalam melaksanakan usaha ternaknya.
adalah bagaimana mendorong dan Kegiatan penyuluhan, adalah merupakan
menumbuhkembangkan agar peternak menjadi lebih aktivitas dari suatu kegiatan proses pembelajaran,
berkualitas atau berdaya. maka keberhasilannya akan sangat bergantung pula
Salah satu pilar utama di dalam mempercepat kepada sejauh mana proses pembelajaran tersebut
tumbuhnya peternak yang berkualitas adalah dengan dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya. Di
melaksanakan kegiatan pendidikan non formal atau sinilah peran penyuluh sebagai seorang yang diberi

41
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2012, VOL. 12, NO. 1.

tanggungjawab di dalam melaksanakan kegiatan pintu masuk untuk perbaikan peran penyuluh yang
pembelajaran bagi peternak berperan penting. Hal semestinya.
ini dikarenakan penyuluh harus dapat
menumbuhkan motivasi pada peternak untuk mau Metode Penelitian
dan terlibat di dalam kegiatan pembelajaran Penelitian ini menggunakan metode survei,
tersebut. dimana informasi dikumpulkan dari sampel atas
Sesuai dengan Undang-undang Republik populasi untuk mewakili seluruh populasi. Informasi
Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem yang diperlukan dikumpulkan dari responden
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan dengan menggunakan kuesioner.
disebutkan bahwa salah satu fungsi utama dari Penentuan responden dilakukan dengan cara
sistem penyuluhan adalah memfasilitasi proses Multistage Sampling, yaitu pengambilan sample
pembelajaran dari pelaku utama usaha pertanian secara bertahap dua atau lebih dari gugus atau
atau peternakan. kelompok populasi (Singarimbun, 1995).
Dalam bidang peternakan sapi perah, tantangan Tahap pertama, sampel diambil secara acak
yang dihadapi, khususnya dari segi peternaknya sebanyak 10% dari 48 kelompok peternak sapi perah
adalah masih sangat sedikitnya peternak sapi perah KSU Tandangsari, dan diperoleh 5 kelompok,
yang bertindak sebagai peternak yang dengan jumlah peternak anggota populasinya
“professional”, yaitu peternak yang melaksanakan sebanyak 138 orang. Tahap kedua memilih sampel
kegiatannya sudah berorientasi untuk mencapai peternak sebanyak 30 orang.
kelayakan usaha, sehingga usaha ternaknya dapat Variabel dalam penelitian ini adalah peran
menguntungkan dan produktivitas sapi perah yang penyuluh, yaitu peran sebagai pendidik dan sebagai
dipeliharanya tergolong tinggi. Tipologi peternak fasilitator dalam memfasilitasi tingkat keberhasilan
yang demikian biasanya tidak terlepas dari belajar peternak, yang menjadi sub variabelnya
dimilikinya kebutuhan akan pencapaian prestasi adalah:
(n/Ach) yang tinggi, dan adanya kepercayaan 1. Peran sebagai pendidik, yaitu peran penyuluh
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dalam memberikan pengetahuan, keterampilan
secara internal akan berhubungan dengan dan cara-cara beternak yang lebih baik kepada
tumbuhnya motivasi dan keinginan dari peternak peternak, yang menjadi indikatornya adalah:
untuk selalu belajar atau adanya keinginan di dalam kemampuan penguasaan materi, cara
meningkatkan kapasitas dirinya sebagai manusia penyampaian materi, penguasaan prinsip-prinsip
pembelajar. Sedangkan secara eksternal akan belajar, dan pemberian motivasi.
berhubungan dengan adanya dorongan dari luar, 2. Peran sebagai fasilitator, yaitu peran penyuluh
khususnya dari penyuluh di dalam memfasilitasi dalam menciptakan suasana belajar yang
peternak sehingga dapat mencapai kegiatan kondusif bagi peternak, yang menjadi
pembelajaran yang sebaik-baiknya. indikatornya adalah: upaya mendekatkan
Dalam rangka mendorong tumbuhnya peternak peternak kepada sumber-sumber informasi,
yang berdaya, khususnya pada peternak sapi perah, penyediaan sarana belajar, interaksi frekuensi,
sehingga akan lebih banyak peternak yang dan metode yang digunakan.
mengarah sebagai peternak sapi perah yang Cara pengukuran untuk masing-masing
professional, maka dibutuhkan penyuluh yang dapat indikator variabel dilakukan dengan skala
menfasilitasi kegiatan pembelajaran yang optimal. ordinal. Tiap pertanyaan dari indikator variabel
Hasil belajar peternak dapat terlihat dari tingkat terdiri atas 3 pilihan berskala ordinal, yaitu 1, 2, dan
penguasaan aspek zooteknik dan aspek manajemen 3, yang menunjukkan nilai kualitatif rendah, cukup,
usaha. Peran penyuluh dalam memfasilitasi dan tinggi. Cara pengukuran dari variabel peran
kegiatan pembelajaran peternak dapat dilihat dalam penyuluh menggunakan skala ordinal dalam bentuk
perannya sebagai pendidik dan fasilitator. indeks (Effendi, 1995).
Sampai sejauh ini penelaahan peran penyuluh
dalam memfasilitasi proses pembelajaran peternak Keadaan Peternakan Sapi Perah
sapi perah, khususnya pada peternak sapi perah Tatalaksana pemeliharaan sapi perah di KSU
anggota KSU Tandangsari, Kabupaten Sumedang Tandangsari dapat dikategorikan cukup baik,
belum banyak dilakukan. Dengan penelitian ini meliputi tatalaksana perkawinan, pemberian pakan,
diharapkan dapat membantu mengungkap sisi-sisi pemeliharaan sehari-hari, perkandangan, dan
kekurangan dari penyuluh sehingga dapat menjadi kesehatan sapi perah. Tatalaksana perkawinan sapi
perah telah menggunakan Inseminasi Buatan (IB).

42
Unang Yunasaf, dkk., Proses Pembelajaran Peternak

Bibit sapi perah awalnya diperoleh dari Balai aktif di dalam melaksanakan usaha ternaknya. Pada
Inseminasi Buatan (BIB) Lembang. Kemudian sejak usia produktif, peluang untuk diterimanya inovasi
awal bulan Maret 2002 KSU Tandangsari telah oleh para responden tergolong tinggi. Menurut
mengusahakan sendiri bibit sapi perah guna Rogers dan Shoemakers (1986), semakin muda
melayani kebutuhan peternak. Bibit yang digunakan seseorang, dan ada dalam usia yang produktif akan
berasal dari bangsa FH asal Kanada. Koperasi juga lebih responsif dalam menerima inovasi
menyediakan tenaga dokter hewan/inseminator dibandingkan dengan orang yang telah lanjut.
beserta fasilitas pendukungnya. Dengan adanya Responden dilihat dari kepemilikan ternak sapi
program inseminasi buatan ini, maka diharapkan produktif menunjukkan sebanyak 70,00 persen
koperasi dapat meningkatkan kualitas sapi perah memiliki ternak sapi produktifnya 1-3 ekor, 23,33
peternak guna menghasilkan produksi susu yang persen memiliki ternak sapi produktifnya antara 4-7
tinggi dan berkualitas baik. ekor, dan 6,67 persen memiliki sapi produktifnya >
Pemberian pakan sapi terdiri dari dua jenis, 7 ekor. Dengan mengacu kepada pendapat Dasuki
yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan diperoleh dari dan Rahayu (1985), maka sebagian besar skala
rumput-rumput alam di pinggiran desa tempat kepemilikan ternak perah responden berada pada
peternak tinggal dan daerah di luar desa mereka, skala usaha keci, yaitu hanya berkisar 1-3 ekor.
maupun dari limbah pertanian berupa jerami juga Rendahnya kepemilikan ternak ini berhubungan
mereka gunakan. Konsentrat diperoleh dari koperasi dengan tingkat kemampuan peternak di dalam
dalam bentuk campuran bahan pakan. Campuran menyediakan hijauan rumputnya, dan rendahnya
tersebut terdiri dari pollard, dedak, ampas kecap, motivasi peternak di dalam mengembangkan
dan bungkil kelapa. Biasanya pengiriman konsentrat usahanya sebagai usaha yang lebih menguntungkan.
dilakukan setiap 10 hari sekali. Peternak juga ada Menurut Sjahir (2003) sebaiknya agar usaha sapi
yang menambah sendiri sumber konsentrat untuk perah dapat dikelola secara menguntungkan, maka
pakan sapi mereka, seperti onggok (ampas seorang peternak sekurang-kurangnya harus
singkong) dan dage (ampas tahu). memiliki sekitar 7-9 ekor sapi produktif, dengan
Umumnya peternak membersihkan sapi perah rata-rata tingkat produksi susu minimal 14 liter per
dan kandang sebelum pelaksanaan pemerahan setiap ekor per hari.
harinya. Kotoran sapi biasanya ditempatkan pada
kebun rumput atau dibuang ke selokan atau saluran Peran Penyuluh dalam Memfasilitasi Proses
air. Pemerahan sapi dilakukan dua kali sehari, yakni Belajar Peternak Sapi Perah
pada pagi hari dan sore hari. Penyuluh yang dimaksudkan dalam penelitian
Sistem perkandangan sapi perah di daerah ini adalah mereka yang membantu terjadinya proses
penelitian dapat dikatakan masih sederhana. perubahan perilaku peternak sapi perah, sehingga
Kandang dibuat dari kayu atau bambo dengan peternak sapi perah meningkat pengetahuan, sikap
berlantaikan tembok dan beratapkan genting. dan keterampilannya dalam beternak sapi perah.
Kandang dibuat sejajar dengan ukuran rata-rata 3 m2 Dari pihak KSU Tandangsari yang bertindak
/ekor. sebagai penyuluh adalah Pengurus, Pengawas
Sebagian besar peternak belum mempunyai maupun petugas lapangan, sedang dari pihak lainnya
pengetahuan yang cukup memadai mengenai dapat berasal dari Dinas Peternakan seperti
penyakit pada sapi perah dan penanganannya. Untuk Penyuluh Peternakan Lapangan, dan pihak
itu, koperasi menyediakan dokter hewan guna Perguruan Tinggi, terutama dari Fakultas
menangani penyakit yang menyerang sapi. Peternakan Universitas Padjadjaran.
Umumnya penyakit yang sering dijumpai adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran
mastitis yang ditandai dengan ambing yang penyuluh dalam memfasilitasi proses belajar
bengkak, bila diraba terasa hangat, air susu jadi peternak sapi perah di KSU Tandangsari sebagian
encer atau bergumpal, kadang-kadang bercampur besar, yaitu sebanyak 56,67 persen tergolong cukup,
darah atau nanah, nafsu makan menurun, bulu sedangkan sisanya sebanyak 20,00 persen tinggi,
kusam dan kasar, produksi susu turun atau terhenti. dan 23,33 persen tergolong rendah. Penyuluh dinilai
peternak telah tergolong cukup perannya baik dalam
Karakteristik Responden perannya sebagai pendidik maupun sebagai
Umur responden berkisar antara 24-60 tahun. fasilitator.
Umur responden sebagian besar, yaitu sebanyak Secara lengkap gambaran kinerja peran
93,16 persen ada dalam umur yang produktif. Pada penyuluh dalam memfasilitasi proses belajar
umur produktif ini umumnya peternak akan cukup peternak sapi perah ditampilkan pada Tabel 1.

43
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2012, VOL. 12, NO. 1.

sedangkan untuk kelengkapan mengenai aspek


Tabel 1. Peran penyuluh dalam Memfasilitasi Proses manajemen usaha yang terdiri dari kemampuan
Belajar Peternak Sapi Perah peternak dalam merinci tujuan usaha, penyusunan
prioritas pengembangan usaha, pengembangan
No. Uraian Kelas kategori belajar dan, aspek produktivitas, sebagian responden
menilai rendah. Hal ini dikarenakan pemberian
Tinggi Sedang Rendah materi yang dilakukan oleh penyuluh umumnya
lebih banyak mengenai aspek zooteknis.
..................%....................... Cara penyampaian materi yang dilakukan oleh
1. Sebagai Pendidik 23,33 56,67 20,00 penyuluh dinilai oleh sebagian besar responden,
2. Sebagai Fasilitator 16,67 50,00 33,33 yaitu 73,33 persen tergolong tinggi. Hal ini berarti
3. Peran Penyuluh 20,00 56,67 23,33 penyuluh mempunyai kemampuan berkomunikasi
yang baik terhadap responden. Sebaliknya sebagian
besar peternak yaitu sebanyak 90,00 persen menilai
Peran Penyuluh sebagai Pendidik penyuluh belum memperhatikan kesiapan mental
Sebagai pendidik penyuluh harus mampu peternak untuk belajar. Hal ini dikarenakan
meningkatkan pengetahuan dan wawasan para penyuluh di dalam melakukan kegiatan
peternak sehingga mereka bisa mendapatkan penyuluhannya kurang memperhatikan waktu yang
informasi yang yang berguna dan mutakhir efektif untuk belajar dengan baik dari peternak.
mengenai perkembangan dan teknik-teknik Kegiatan penyuluhan seringkali dilakukan di siang
peternakan. Sebagian besar responden menilai hari ketika peternak seharusnya bekerja mencari
cukup terhadap peran penyuluh sebagai pendidik rumput atau mengelola sapinya di kandang,
yaitu 56,67 persen. Hal tersebut dapat dilihat dari sehingga peternak tidak sepenuhnya bisa mengikuti
kelengkapan materi yang diberikan oleh penyuluh kegiatan penyuluhan.
terutama kelengkapan materi mengenai aspek Materi penyuluhan yang diberikan oleh
zooteknis dan pemberian motivasi yang dilakukan penyuluh sudah dinilai oleh sebagian besar (80,00
oleh penyuluh. %) peternak berhubungan dengan pengetahuan
Hal-hal yang relatif sudah baik peran penyuluh peternak. Peternak merasa bahwa materi
sebagai pendidik adalah dalam cara penyampaian penyuluhan yang diberikan sudah bukan dianggap
materi yang dilakukan, hubungan materi dengan hal yang baru, karena penyuluhan lebih banyak
pengetahuan peternak, dan kemampuan penyuluh ditekankan di dalam meningkatkan kualitas produksi
dalam menjelaskan materi. Sebaliknya hal-hal yang susu, seperti penekanan jumlah bakteri dan tetap
dianggap masih belum dilakukan dengan baik terjaganya kandungan lemak dalam susu serta
adalah dari kelengkapan materi aspek manajemen jumlah total solidnya.
usaha, perhatian terhadap kesiapan mental peternak, Kegiatan penyuluh dalam melakukan
dan pengulangan aktivitas demonstrasi. demonstrasi dari materi yang disuluhkannya dinilai
Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang peternak masih belum baik (60,00 persen).
disampaikan dalam proses komunikasi, yang Demonstrasi ini khususnya yang mencakup
menyangkut dalam setiap kegiatan penyuluhan demonstrasi plot belum banyak dilakukan. Hal ini
(Samsudin, 1987). Hasil penelitian mengungkapkan terjadi karena kurangnya sarana atau alat bantu yang
bahwa sebanyak 10 persen responden menilai tinggi disediakan oleh penyelenggara penyuluhan.
terhadap kelengkapan materi yang diberikan oleh Penggunaan teknik demonstrasi sebenarnya akan
penyuluh, 63,33 persen menilai cukup, dan 26,67 banyak membantu peternak di dalam meningkatkan
menilai rendah. Kelengkapan materi di sini pemaknaan terhadap kegiatan belajarnya.
khususnya yang mencakup materi aspek zooteknis. Kemampuan penyuluh dalam menjelaskan hasil
Hal tersebut berarti sebagian besar responden belajar dinilai responden sebanyak 53,33 persen
merasa penyuluh sudah cukup memberikan tergolong tinggi, dan 46,67 persen cukup. Dari hal
pengetahuan khususnya mengenai aspek zooteknis tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden
beternak sapi perah. menilai tinggi terhadap kemampuan penyuluh dalam
Untuk kelengkapan mengenai aspek zooteknis menjelaskan materi yang diberikannnya.
sendiri yang terdiri dari tatalaksana reproduksi, Kemampuan penyuluh dalam menjelaskan materi
tatalaksana makanan ternak, tatalaksana ini, umumnya adalah karena penyuluh dipandang
pemeliharaan, dan tatalaksana kandang dan telah menguasai materi yang berhubungan dengan
peralatan, kebanyakan responden menilai cukup,

44
Unang Yunasaf, dkk., Proses Pembelajaran Peternak

aspek-aspek umum dalam pemeliharaan ternak sapi media dan sumber belajar. Oleh karena itu sebagai
perah. fasilitator penyuluh perlu menyediakan sumber dan
Pemberian motivasi belajar sangat penting untuk media belajar yang cocok dan beragam kepada
dilakukan demi keberhasilan belajar, dengan adanya peternak dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-
motivasi maka kegiatan belajar akan lebih terarah satunya sumber belajar bagi para peternak.
dan kesungguhan dalam belajar pun terpelihara. Penyediaan sarana belajar yang dilakukan oleh
Menurut Ban dan Hawkins (1999) salah satu tugas penyuluh dinilai oleh responden masih tergolong
utama penyuluh adalah mendorong agar petani rendah (80,00 persen). Keterbatasan sarana ini
memiliki motivasi untuk mau belajar. Motivasi terutama yang berhubungan dengan alat bantu
adalah proses penumbuhan motif atau dorongan, penyuluhan dan dalam bentuk penyediaan sarana
sehingga seseorang mau untuk secara sadar belajar untuk kegiatan demonstrasi cara maupun hasil.
atau berubah perilakunya. Sebagian besar Pertemuan antara penyuluh dan peternak dinilai oleh
responden, yaitu sebanyak 66,67 persen menilai responden adalah sebanyak 13,33 persen responden
cukup terhadap terhadap tingkat pemberian motivasi menilai tinggi, 46,67 persen menilai sedang, dan 40
yang dilakukan oleh penyuluh. Penyuluh dipandang persen menilai rendah. Berdasarkan hal tersebut
peternak telah dapat memberi dorongan agar kebanyakan dari responden merasa cukup
peternak dapat meningkatkan keinginan dan pertemuan dengan penyuluh, tetapi tidak sedikit dari
kebutuhan belajarnya. Dalam hal ini yang telah responden yang merasa kurang terhadap tingkat
dilakukan penyuluh diantaranya adalah memberikan pertemuan tersebut. Hal ini dikarenakan frekuensi
contoh mengenai manfaat dari materi yang pertemuan yang berkisar dua sampai tiga kali dalam
dipelajari atau yang diberikan, memperlihatkan setahun.
keuntungan dari keberhasilan bila inovasi dapat Metode penyuluhan yang dipakai dinilai oleh
diterapkan dengan baik. responden adalah sebanyak 26,67 persen responden
menilai tinggi, 60,00 persen responden menilai
Peran Penyuluh Sebagai Fasilitator sedang, dan 13,33 persen responden menilai rendah.
Peranan penyuluh sebagai fasilitator adalah Sebagian besar peternak menilai sedang terhadap
peran penyuluh dalam mendukung terselenggaranya metode penyuluhan yang dipakai, hal tersebut
proses pembelajaran peternak dengan baik. berarti penggunaan metode penyuluhan yang
Tjitropranoto (2003) mengemukakan bahwa dilakukan oleh penyuluh dapat diterima oleh
penyuluh yang diharapkan saat ini tidak cukup responden. Metode penyuluhan yang dipakai
hanya sebagai penyedia atau penyampai informasi biasanya menggunakan metode pendekatan
semata, tetapi lebih diperlukan sebagai motivator, kelompok dengan menggunakan teknik ceramah dan
dinamisator dan fasilitator. diskusi. Menurut Samsudin (1987), bahwa
Hal yang dianggap sudah baik dilakukan keuntungan penyuluhan secara kelompok relatif
penyuluh dalam perannya sebagai fasilitator adalah lebih efisien. Keuntungan lain yang bisa diperoleh
dalam hal pengenalan sumber-sumber informasi. dengan menggunakan metode penyuluhan secara
Sebaliknya yang kurang adalah dalam hal berkelompok adalah pelaksanaannya dilakukan
penyediaan sarana belajar. Peran penyuluh sebagai secara berdiskusi, sehingga peternak bisa saling
fasilitator dinilai oleh responden adalah sebanyak bertukar pendapat dan pengalaman.
16,67 persen tergolong tinggi, 50,00 persen
tergolong cukup, dan 33,33 persen menilai rendah. Kesimpulan
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa (1) Penyuluh dinilai peternak telah tergolong
kebanyakan responden menilai cukup peran cukup perannya, baik dalam perannya sebagai
penyuluh sebagai fasilitator terutama dalam hal pendidik maupun sebagai fasilitator.
tingkat pertemuan dan metode penyuluhan yang (2) Hal yang sudah baik dari penyuluh dalam
dipakai. perannya sebagai pendidik adalah: dalam cara
Penyuluh dipandang peternak telah mengenal penyampaian materi, materi yang diberikan
sumber-sumber informasi. Penyuluh baik yang sudah berhubungan dengan pengetahuan
berasal dari KSU Tandangsari maupun dari luar peternak, dan tingkat kemampuan dalam
koperasi adalah mereka yang sudah mengenal menjelaskan materi.
sumber-sumber informasi. Penyuluh sebagai (3) Hal yang belum dilakukan dengan baik oleh
pengajar agar dapat mengoptimalkan perannya penyuluh dalam perannya sebagai pendidik
sebagai fasilitator, maka perlu memperhatikan hal- adalah dalam: kelengkapan materi aspek
hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai manajemen usaha, perhatiannya terhadap

45
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2012, VOL. 12, NO. 1.

kesiapan mental peternak, dan pengulangan Effendi, S. 1995. “Prinsip-prinsip Pengukuran dan
aktivitas demonstrasi. Penyusunan Skala”. Dalam: Metode
(4) Hal yang sudah baik dilakukan penyuluh dalam Penelitian Survai. Diedit M. Singarimbun
perannya sebagai fasilitator adalah dalam hal dan S. Effendi. Jakarta: LP3ES.
pengenalan sumber-sumber informasi. Yang Ensminger, ME. 1969. Dairy Cattle Science. 3’ed.
kurang adalah dalam hal penyediaan sarana Interstate Publisher. Inc Deville. Illinois.
belajar. Samsudin, U.S. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan
Modernisasi Pertanian. Bina Cipta. Bandung.
Saran Singarimbun, M., dan Sofian E. 1995. Metode
(1) Penyuluh sebagai pendidik agar lebih Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
meningkatkan perhatiannya dalam: melengkapi Sjahir, A. 2003. Bisakah Usaha Sapi Perah
materi khususnya materi aspek manajemen Menjadi Usaha Pokok? Fakultas Kedokteran
usaha, kesiapan mental peternak dalam Hewan. Institut Pertanian Bogor.
menerima penyuluhan, dan pengulangan Sudono, A. 1983. Pemeliharaan Sapi Perah.
kegiatan demonstrasi. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Jakarta:
(2) Penyuluh sebagai fasilitator agar lebih Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
meningkatkan perhatiannya dalam penyediaan Pertanian.
sarana belajar bagi peternak, sehingga akan Tjitropranoto, P. 2003. ”Penyuluhan Pertanian
meningkatkan keberhasilan kegiatan Masa Kini dan Masa Depan”. Dalam
pembelajaran peternak. Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan, Disunting Ida Yustiana dan
Daftar Pustaka Adjat Sudrajat. IPB Press
Ban, A.W. van den., dan H.S. Hawkins. 1999.
Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius.
Dasuki, A. dan Rahayu S. 1985. Perbandingan
Biaya Usaha Pokok Usaha Ternak Sapi Perah
Pada Berbagai Skala Usaha. Laporan Hasil
Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Bandung.

46

Anda mungkin juga menyukai