Anda di halaman 1dari 4

Nama : Eko Binti Lestari

Nirem : 03.01.21.0145

Kelas : 3.PPB.A

REVIEW JURNAL

Judul Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai Fasilitator dalam


Penggunaan Metode Belajar Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi)
(Kasus di Gapoktan Madani, Desa Sampalan Klod, Kecamatan Dawan,
Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali)
Penulis Hadi Suryo Wibowo, Nyoman Sutjipta, I Wayan Windia
Penerbit E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 7, No. 1,
Januari 2018
Pendahuluan Penyuluh merupakan agen perubahan yang diharapkan mampu mendorong
petani untuk mengubah persepsi dan perilaku petani menjadi lebih baik
sehingga akan mampu mengambil keputusan sendiri dan kehidupan petani
akan menjadi lebih baik. Sebagai fasilitator, penyuluh berperan dalam
proses pendampingan alih teknologi suatu inovasi terhadap suatu kelompok
tani. Mengingat hal tersebut maka penyuluh perlu memiliki konsep
pembelajaran andragogi.
Tujuan Mengetahui bagaimana peranan penyuluh pertanian lapangan dalam
menjalankan perannya sebagai fasilitator dalam menggunakan metode
belajar pendidikan orang dewasa (andragogi) di Gabungan Kelompok Tani
Madani, Desa Sampalan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung,
Provinsi Bali.
Variabel Penyediaan infrastruktur penunjang kegatan belajar, penyediaan sumber
dan media belajar, penggunaan metode belajar, memotivasi peserta belajar
dan keahlian PPL.
Hasil Penyediaan Infrastruktur Penunjang Kegiatan 4,20 Baik
Penyediaan Sumber Dan Media Belajar 3,95 Baik
Penggunaan Metode Belajar 4,13 Baik
Memotivasi Peserta Didik 3,98 Baik
Kahlian PPL 4,30 Sangat Baik
Peranan PPL sebagai fasilitator 4,11 Baik
Kesimpulan Peran penyuluh pertanian lapangan sebagai fasilitator dalam penggunaan
metode pembelajaran orang dewasa (andragogi) termasuk dalam kategori
baik dengan skor 4,11 yang berarti penyuluh di gapoktan Madani sudah
mampu menjalankan metode pembelajaran POD dengan baik.

Pembahasan:

Peran penyuluh sebagai penyedia infrastruktur kegiatan memiliki skor baik. Skor ini
diperoleh berdasarkan hasil rata-rata penilaian petani terhadap beberapa aspek antara lain :
Penyuluh sebagai penyedia alat bantu visual (proyektor/papan tulis), penyediaan alat bantu
pendengaran (pengeras suara), penyediaan tempat belajar yang lapang, penyedia tempat belajar
yang bersih, penyediaan lahan praktik lapangan/demplot mudah di akses, penyediaan
snack/kudapan/jajan serta penyediaan air mineral. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa
penyuluh telah mengkondisikan tempat belajar sedemikian rupa sehingga petani mampu
mendengar informasi yang disapaikan dengan lebih mudah.

Media penyuluhan dapat digunakan untuk mengemas informasi dan teknologi yang akan
disampaikan kepada sasaran sebagai pengguna informasi ataupun teknologi, seperti media cetak
(buku edukasi, pamflet, brosur, tutorial), media audio visual (film, ilustrasi, gambar), media berupa
obyek fisik atau benda nyata yang berkaitan dengan materi belajar dalam menunjang proses
pembelajaran. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dalam penyediaan fasilitas sumber dan
media belajar penyuluh memiliki skor baik, sehingga sangat membantu mempercepat peserta
belajar untuk dapat mengerti materi yang diberikan dalam kegiatan belajar.

Peranan penyuluh sebagai fasilitator dalam penggunaan metode belajar diukur dengan
melihat bagaimana metode pembelajaran yang dilakukan oleh penyuluh, antara lain pelibatan
anggota kelompok dalam penyusunan program balajar, pelibatan anggota kelompok dalam
penyelesaian masalah bersama, pelibatan anggota kelompok dalam melakukan evaluasi belajar,
penggunaan metode ceramah, penggunaan metode kursus/demonstrasi, penggunaan metode
aplikasi/plot di lapangan, penggunaan metode curah pendapat serta enggunakan metode tanya
jawab. Pencapaian skor tertinggi terdapat pada pelibatan anggota kelompok dalam penyusunan
program belajar dengan pencapaian skor 4,38, dari hasil wawancara dinyatakan bahwa PPL selalu
melibatkan anggota kelompok untuk turut berperan aktif dalam penyusunan program belajar. Hal
ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Sudjana, 1989 dan Knowles, 1975, (dalam Jarvis 1992)
bahwa peserta didik menyusun program atas dasar aktivitas dan kemampuan mereka sendiri
dengan modal pengetahuan, keterampilan, serta sumber yang ada dan dapat mereka gunakan.

Hasil penelitian peranan PPL sebagai fasilitator pendidikan orang dewasa dalam variabel
memotivasi peserta didik didapatkan pencpaian skor komulatif sebesar 3,98 dengan kategori baik
Dimana penyuluh dinilai mampu meningkatkan kehadiran anggota kelompok, mampu
meningkatkan kemauan untuk mengikuti kegiatan penyuluhan, mampu meningkatkan kemauan
mencoba hal baru, serta mampu meningkatkan keberanian dan kemauan untuk melakukan diskusi.
Penyuluh diharuskan memiliki kemampuan untuk memberikan dorongan ataupun motivasi dalam
upaya peningkatan partisipasi dari peserta didik baik dalam kegiatan belajar maupun dalam
kegiatan pelaksanaanya.

Keahlian penyuluh dalam melakukan proses belajar dinilai dari variabel keahlian PPL
dalam melakukan proses belajar diukur dengan indikator penggunaan bahasa yang mudah
dimengerti, cara berkomunikasi yang lugas saat berdiskusi, cara penyampaian informasi/inovasi
mudah dipahami, keterampilan menciptakan suasana belajar dan diskusi secara aktif yang,
menciptakan suasana belajar yang bersahabat (informal dan santai), kompetensi PPL dalam
menyusun program belajar, pemahaman PPL dengan materi yang diberikan, dan kesesuaian materi
dengan permasalahan yang ada. Berikut dapat disajikan hasil penelitian keahlian PPL dalam
melakukan proses belajar. Hasil penelitian menunjukan penyuluh memiliki skor sangat baik hal
ini karena penyuluh dalam melakukan penyuluhan lebih dominan menggunakan bahasan daerah
setempat sehingga bahasa yang digunakan oleh PPL bisa dengan mudah dimengerti oleh peserta
belajar yaitu anggota gapoktan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penyuluh sebagai fasilitator perlu memahami konsep
pembelajaran orang dewasa (andragogi) dengan baik, sehingga penyuluh memperoleh berbagai
strategi pembelajaran sehingga petani petani lebih mudah menyerap informasi yang disampaikan
dan pada akhirnya petani mendapatkan perubahan perserpsi terhadap suatu teknologi menjadi lebih
baik. Pada akhirnya petani dihadarpakan memperoleh tingkat kehidupan yang lebih baik. Adapun
strategi yang dapat diterapkan oleh penyuluh dalam kegiatan penyuluhan antara lain:

1. Penyuluh perlu menyiapakan infrastrruktur kegiatan seperti alat bantu visual


(proyektor/papan tulis), alat bantu pendengaran (pengeras suara), tempat belajar yang
lapang, tempat belajar yang bersih, lahan praktik lapangan/demplot mudah di akses, serta
snack/kudapan/jajan dan air mineral.
2. Penyuluh perlu menyiapkan media penyuluhan yang menarik dengan mempertimbangkan
kondisi dari petani. Media penyuluhan yang disiapkan dapat berupa media cetak (buku
edukasi, pamflet, brosur, tutorial), media audio visual (film, ilustrasi, gambar), media
berupa obyek fisik atau benda nyata yang berkaitan dengan materi belajar dalam
menunjang proses pembelajaran.
3. Penyuluh perlu memiliki metode penyampaian pembelajaran yang mudah diterima dan
dimengerti oleh petani. Antara lain pelibatan anggota kelompok dalam penyusunan
program balajar, pelibatan anggota kelompok dalam penyelesaian masalah bersama,
pelibatan anggota kelompok dalam melakukan evaluasi belajar, penggunaan metode
ceramah, penggunaan metode kursus/demonstrasi, penggunaan metode aplikasi/plot di
lapangan, penggunaan metode curah pendapat serta menggunakan metode tanya jawab.
4. Penyuluh perlu memiliki kemampuan untuk memotivasi atau mendorong petani sehingga
pelaksaan kegiatan penyuluhan dapat berjalan lebih efektif.
5. Penyuluh perlu memiliki keahlian dalam melakukan proses belajar seperti dengan
menggunakan bahasa daerah dari petani sehingga petani akan lebih mudah menyerap dan
memahami berbagai informasi yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai