Anda di halaman 1dari 14

Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

Peran Guru sebagai Konselor dalam Kegiatan Belajar Siswa


Sirojuddin1*,Moh. Holis2, Fathullah
1Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah, IAI Miftahul Ulum Pamekasan
2Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah, IAI Miftahul Ulum Pamekasan.
3Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah, IAI Miftahul Ulum Pamekasan

*Penulis koresponden, e-mail: siroj67@gmail com

Abstrak: Kegiatan belajar siswa di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang Penang Sampang
masih tergolong rendah. Hal itu ditunjukkan dengan rendahnya semangat siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) peran guru sebagai
konselor dalam kegiatan belajar siswa di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang Penang
Sampang, (2) faktor pendukung dan penghambat peran guru sebagai konselor dalam kegiatan
belajar siswa di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang Penang Sampang, (3) hasil kegiatan
belajar siswa melalui peran guru sebagai konselor di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang
Penang Sampang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian
ini adalah deskripstif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran guru sebagai konselor
dalam kegiatan belajar siswa di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang Penang Sampang, di
antaranya adalah memberikan bimbingan belajar secara intensif (2) faktor pendukung peran
guru sebagai konselor di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang Penang Sampang, di antaranya
adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai, rendahnya minat belajar siswa, dan adanya
kemauan guru, sedangkan faktor penghambatnya adalah perbedaan kemampuan siswa,
perbedaan status sosial dan budaya siswa, serta siswa enggan mengemukakan pendapatnya, dan
(3) hasil kegiatan belajar siswa melalui peran guru sebagai konselor di SMP Negeri 1 Karang
Penang Sampang, tergolong baik dari segi proses dan hasil belajar.

Kata kunci: Peran Guru; Kegiatan Belajar

PENDAHULUAN
Guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah dituntut memiliki sejumlah kompetensi, seperti
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
agar dapat melaksanakan tugasnya secara baik dan efektif. Sejumlah kompetensi tersebut perlu
dimiliki dan dilaksanakan dengan baik, karena guru merupakan salah satu unsur utama dalam
keseluruhan proses pendidikan, khususnya di tingkat institusional dan instruksional yang sangat
menentukan terhadap berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran.

Pada setiap guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswa pada suatu kedewasaan atau taraf
kematangan, baik fisik maupun mentalnya. Dengan demikian, guru dituntut mampu mewujudkan
kegiatan pembelajaran secara tepat agar terjadi perilaku belajar yang efektif pada siswa. Menurut
Muhammad Surya, “guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

(siswa) dalam bentuk kegiatan belajar yang sedemikian rupa sehingga menghasilkan pribadi yang
mandiri, pelajar yang efektif, pekerja yang produktif, dan anggota masyarakat yang baik”. 1

Sebagai pengelola dan pelaksana kegiatan pembelajaran, guru memegang peran yang amat penting
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang sebaik-baiknya. Guru tidak terbatas hanya sebagai
pengajar dalam arti penyampai pengetahuan kepada siswa, tetapi menurut Muhammad Surya lebih
meningkat lagi, yaitu sebagai “perancang pembelajaran, manajer pembelajaran, pengevaluasi hasil
belajar, dan sebagai direktur belajar”.2

Sebagai perancang pembelajaran, guru diharapkan mampu merancang kegiatan pembelajaran


secara efektif dengan suasana yang kondusif bagi siswa. Dengan demikian, guru perlu memiliki
pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip pembelajaran sebagai dasar dalam merancang
kegiatan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan pembelajaran, menguasai bahan pembelajaran
yang akan disampaikan, memilih dan menggunakan metode pembelajaran secara tepat,
memafaatkan media dan sumber pembelajaran, menilai hasil belajar siswa untuk kepentingan
pembelajarani, dan sebagainya. Melalui cara ini diharapkan dapat mendorong aktivitas dan
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga mereka memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Sebagai pengelola atau manajer pembelajaran, berarti guru berperan mengelola seluruh kegiatan
pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar yang kondusif, sehingga setiap siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien. Kegiatan belajar hendaknya dikelola secara baik, sehingga
memberikan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas
yang lebih baik.

Sebagai penilai hasil belajar siswa, berarti guru dituntut untuk berperan secara terus-menerus dan
mengikuti hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh
melalui kegiatan evaluasi akan menjadi umpan balik yang berharga terhadap kegiatan
pembelajaran, yang selanjutnya dijadikan sebagai tolok ukur untuk memperbaiki dan
meningkatkan kegiatan pembelajaran pada tahap berikutnya. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran harus senantiasa ditingkatkan secara terus-menerus agar siswa dapat memperoleh
prestasi belajar yang optimal.

Sebagai direktur atau pengarah belajar, guru berperan untuk menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai motivator
bagi keseluruhan kegiatan belajar siswa. Sebagai motivator, guru “harus mampu membangkitkan
dorongan siswa untuk belajar, menjelaskan secara kongkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan
pada akhir pelajaran, memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai di kemudian hari, dan

1Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), 200.
2 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan …, 200.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah 3

membuat regulasi (aturan) perilaku siswa”. 3 Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan baik
dan memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Sebagai pengarah belajar, pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran tidak
hanya melalui pendekatan instruksional, tetapi disertai dengan pendekatan pribadi. Melalui
pendekatan pribadi, diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam,
sehingga dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kedudukannya sebagai pengarah
belajar siswa, berarti guru juga harus memberikan bimbingan secara intensif terhadap kegiatan
belajar siswa. Dengan pemberian bimbingan ini diharapkan guru mampu:

1. Mengenal dan memahami setiap siswa, baik secara individual maupun kelompok.
2. Memberikan informas-informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
3. Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
karakteristik pribadinya.
4. Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya. 4

Di samping itu, peran guru yang perlu dioptimalkan dalam membina kegiatan belajar siswa agar
terlaksana dengan baik dan memperoleh prestasi belajar yang optiml adalah perannya sebagai
konselor. Peran guru sebagai koselor sangat dibutuhkan dalam rangka membantu segala keperluan
siswa dan permasalahan yang dihadapinya, sehingga kegiatan belajarnya berjalan secara lancar
dan memperoleh prestasi belajar yang optimal.
Peran guru sebagai konselor pada hakikatnya adalah memberikan layanan bantuan berupa
bimbingan kepada siswa, yaitu membantu siswa dengan memahami dirinya sendiri dan dunianya.
Pemberian bimbingan oleh guru amat penting artinya dalam belajar siswa, terutama siswa yang
menghadapi kesulitan. Melalui bimbingan tersebut, maka siswa akan terbebas dari segala
permasalahan yang dihadapi, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar secara baik dan disiplin,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula terhadap tumbuh dan berkembangnya motivasi
belajar siswa.
Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan terhadap keberhasilan
belajar siswa. Motivasi merupakan “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. 5 Dengan motivasi belajar yang
baik akan menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bagi siswa. Artinya,

3Helen A., Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Yudhistira, 2011), 201.
4Helen A., Bimbingan dan Konseling …, 202.
5Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 75.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

melalui motivasi belajar yang baik, akan menjadikan siswa giat dan tekun belajar. Kegiatan belajar
yang dilakukan secara giat dan tekun, akan dapat mewujudkan pencapaian prestasi belajar yang
optimal bagi siswa.
Oleh karena itu, peran guru sebagai konselor perlu difungsikan secara optimal dalam kegiatan
belajar siswa, karena hal itu sangat membantu terhadap kegiatan belajar siswa. Melalui peran guru
sebagai konselor akan dapat membantu memecahkan kesulitan-kesulitan belajar, dapat mendorong
semangat belajar, dan dapat membina ketekunan dan kedisiplinan belajar siswa. Melalui peran
guru sebagai konselor ini pula akan dapat mengantarkan pada pencapaian prestasi belajar yang
optimal pada siswa.

Mengingat pentingnya peran guru sebagai konselor dalam kegiatan belajar siswa, maka guru di
SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang Penang Sampang mengoptimalkan perannya sebagai
konselor. Guru memberikan perhatian dan penanganan secara intensif terhadap kegiatan belajar
siswa, seperti membantu kesulitan-kesulitan belajarnya, mendorong untuk belajar giat dan teratur,
dan mendorong untuk tekun mengerjakan tugas-tugas, baik yang diberikan guru maupun tugas-
tugas yang ada pada buku pelajaran.

Optimalisasi peran guru sebagai konselor dalam kegiatan belajar siswa diharapkan dapat membina
kegiatan belajarnya, seperti aktif dan bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran, aktif bertanya
apabila ada materi pelajaran yang kurang atau tidak dipahami, aktif mengerjakan tugas-tugas
secara perseorangan dan kelompok, dan aktif mendiskusikan pelajaran bersama teman. Dengan
kegiatan belajar yang baik tersebut diharapkan siswa memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang
Penang Sampang menunjukkan bahwa kegiatan belajar siswa masih tergolong rendah dan tidak
sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Hal itu ditunjukkan dengan rendahnya semangat siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran, kurang adanya kemauan bertanya pada guru atau siswa lain
yang lebih mampu meskipun kurang atau tidak memahami terhadap materi pelajaran, dan kurang
ada kemauan mengerjakan tugas-tugas. Dari kondisi ini menyebabkan pula terhadap rendahnya
prestasi belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, siswa perlu diarahkan dan dibimbing secara
baik oleh guru agar dapat memahami dirinya sendiri dan bebas dari segala permasalahan yang
dihadapi, sehingga siswa dapat memiliki motivasi belajar tinggi dalam setiap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dan memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Dari uraian permasalahan di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di SMA
Mambaur Rahmah TlambahKarang Penang, sehingga judul yang diangkat adalah: “Peran Guru
sebagai Konselor dalam Kegiatan Belajar Siswa di SMA Mambaur Rahmah Tlambah Karang
Penang Sampang”.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah 5

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memaparkan data secara deskriptif.
Pendekatan kualitatif ialah suatu pendekatan dalam penelitian yang pengumpulan datanya di
deskripsikan dalam bentuk kata-kata atau gambar.6 Penelitian ini juga menggunakan analisis non-
statistik yang sesuai untuk data deskripstif atau data tekstual. Data deskriptif sering hanya
dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini disebut juga disebut analisis isi
(context analysis).7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tugas guru sebagai konselor tidaklah mudah dan ringan, sebab yang dihadapi dan ditangani
setiap harinya adalah para siswa yang memiliki latar belakang kemampuan, tingkat sosial
ekonomi, dan permasalahan-permasalah lain yang berbeda-beda. Masing-masing siswa
mempunyai keunikan dalam aspek tingkah laku, kepribadian, dan sikap.

Seorang guru sebagai kenselor dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki kemampuan
untuk selalu bisa berperan dalam memberikan layanan bimbingan kepada siswa.
Kemampuan yang harus dimiliki guru sebagai konselor adalah “kemampuan untuk
memprakarsai penyuluhan, kemampuan untuk mengolah data individual, kemampuan untuk
melakukan wawancara, dan kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber yang terdapat
di sekolah dan masyarakat”.8

Agar peran guru sebagai konselor dapat terlaksana dengan baik dalam upaya membantu
konselor sekolah melaksanakan layanan bimbingan, maka perlu adanya syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh guru. Syarat-syarat tersebut adalah “pendidikan formal, kepribadian,
latihan atau pengalaman-pengalaman khusus”.9

Syarat pendidikan formal yang harus dimiliki guru sebagai konselor adalah “serendah-
rendahnya memiliki ijzah sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah dan memenuhi
syarat untuk menjadi guru dalam jenjang pendidikan di mana ia ditugaskan”.10 Dengan
syarat pendidikan formal ini diharapkan guru sebagai konselor dapat memberikan layanan
dan bimbingan secara efektif kepada siswa dalam rangka membantu memecahkan segala

6 Emzir, Metodologi Penelitian Analisis Data (Jakarta: Rajawali, 2012), 3.


7 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rawajali Pers, 2013), 40.
8Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 2005), 139-142.
9Prayitno, Bimbingan dan Konselitng di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 56.
10Prayitno, Bimbingan dan Konseling …, 57.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

permasalahan atau kesulitan yang dihadapinya, sehingga mereka dapat belajar dengan baik
dan memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Dari segi kepribadian, seorang guru sebagai konselor harus memiliki sifat-sifat kepribadian
sebagai berikut:

a. Memiliki pemahaman terhadap orang lain secara obyektif dan simpatik.


b. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik dan lancar.
c. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
d. Memiliki minat yang mendalam mengenai siswa-siswadan berkeinginan sungguh-
sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka.
e. Memiliki kedewasaan pribadi, sepritual mental, sosial, dan fisik.11

Menurut Helen, syarat-syarat kepribadian yang harus dimiliki oleh guru sebagai konselor
adalah (a) berwawasan luas, (b) menyayangi siswa, (c) sabar dan bijaksana, (d) lemah
lembut dan baik hati, (e) tekun dan teliti, (f) menjadi contoh, (g) tanggap dan mampu
mengambil tindakan, (h) memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan. 12

a. Berwawasan luas
Guru sebagai konselor harus memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama
tentang perkembangan siswa pada usia sekolahnya, karena masing-masing siswa memiliki
perbedaan-perbedaan yang sangat beraneka ragam, seperti kemampuan, perilaku, karakter,
dan kepribadiannya, yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang sosial ekonomi, budaya,
dan status orang tua. Selain itu, guru sebagai konselor harus memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan pembelajaran, serta
pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap siswa. Dengan memiliki wawasan luas
tersebut akan menjadikan guru sebagai konselor lebih mengetahui tentang segala sesuatu
yang berkenaan dengan layanan dan bimbingan dibandingkan dengan orang yang tidak
memiliki pengetahuan. Allah Swt berfirman dalam surat az-Zumar ayat 9:

ُِ ‫واُاال ْلبَا‬
.‫ب‬ َ ْ ‫ُوالَّ ِذيْنَ ُالَيَ ْعلَم ْونَ ُاِنَّ َمايَتَذَ َّكرُاول‬
َ َ‫ قُ ْلُه َْلُيَ ْست َ ِوىُالَّ ِذيْنَ ُيَ ْعلَم ْون‬...

11Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 61.
12Helen A., Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Yudhistira, 2011), 94.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah 7

Artinya: “… Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-


orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran” (QS. az-Zumar: 9).13

Wawasan luas tentang pengetahuan, terutama berkaitan dengan layanan dan bimbingan
yang akan dilakukan kepada siswa sangat diperlukan bagi guru sebagai konselor. Dengan
wawasan luas ttersebut akan memberikan hasil optimal terhadap layanan dan bimbingan
yang dilaksanakan oleh guru konselor.

b. Menyayangi siswa
Guru konselor merupakan penerima sebagian tanggung jawab pendidikan yang diserahkan
oleh para orang tua siswa. Dengan demikian, sebagian tanggung jawab pendidikan tersebut
harus dilaksanakan secara baik oleh guru konselor melalui kegiatan layanan dan bimbingan
kepada siswa. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat belajar dengan baik dan memperoleh
prestasi belajar yang optimal.

Di samping itu, guru konselor merupakan figur teladan bagi siswa, yang perbuatan, tingkah
laku, dan ucapannya menjadi panutan siswa. Oleh karena itu, guru konselor harus bersikap
kasih sayang yang mendalam tanpa pilih kasih terhadap semua siswa, sehingga mereka
secara langsung merasakan kasih sayang itu. Sehubungan dengan sikap menyayangi siswa
oleh guru konselor, Allah Swt berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 36:

ُ‫ارذ ِْالق ْربى‬ ُْ ‫ُوال َمس ِكي ِْن‬


ِ ‫ُوال َج‬ ْ ‫ُوال َيتمى‬
ْ ‫ُالق ْربى‬
ْ ‫ُو ِبذِى‬ َ ْ‫ُو ِب ْال َوا ُ ِلدَي ِْن ُاِح‬
َّ ‫سانًا‬ َّ ‫ش ْيئًا‬
َ ُ ‫ُو َالت ْش ِرك ْوا ُ ِبه‬
َ ‫هللا‬
َ ُ ‫َواعْبدوا‬
.‫تُا َ ْي َمانك ْمُا َِّنُهللاَ َُالي ِحبُّ ُ َم ْنُ َكانَُُم ْخت َاالًفَخ ْو ًرا‬
ْ ‫ُو َما َملَ َك‬
َ ‫سبِ ْي ِل‬
َّ ‫ُواب ِْنُال‬
َ ‫ب‬ِ ‫بُبِ ْال َج ْن‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َّ ‫ُوال‬
َ ‫ب‬ِ ‫ار ْالجن‬
ِ ‫َو ْال َج‬

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.


Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan
membangga-banggakan diri (QS. an-Nisa’: 36).14

c. Sabar dan bijaksana


Sikap sabar dan bijaksana harus selalu dipertunjukkan oleh guru konselor kepada siswa.
Tidak mudah marah atau mengambil tindakan keras dan emosional yang merugikan siswa

13Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mahkota, 1989), 747.
14Departemen Agama RI, al-Qur’an …, 123-124.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka. Adanya sikap sabar dan
bijaksana dari guru konselor penting artinya bagi siswa, karena guru konselor merupakan
figur teladan yang menjadi panutan bagi siswa. Guru konselor merupakan sosok terbaik
menurut pandangan siswa.

Dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa, sikap sabar dan bijaksana ini perlu
dimiliki dan dipertunjukkan secara baik oleh guru konselor kepada siswa. Pada diri guru
konselor tidak ada perasaan mengeluh, karena dia bertindak sebagai pengganti orang tua
dari siswa ketika berada di sekolah. Dengan sikap sabar dan bijaksana dari guru konselor,
akan menjadikan siswa merasa senang dan terbuka kepadanya. Allah Swt berfirman dalam
surat Luqman ayat 17:

ْ ‫ع ْز ِم‬
.‫ُاالم ْو ُِر‬ ِ َ‫صابَكَ ُا َ َّنُذلِك‬
َ ُ‫ُم ْن‬ َ َ ‫علىُ َماا‬
َ ُ‫ص ِب ْر‬
ْ ‫ُوا‬ ْ ‫ع ِن‬
َ ‫ُالم ْن َك ِر‬ َ َُ‫ُوا ْنه‬
َ ‫ف‬ِ ‫صلوة ََُوأْم ْرُبِ ْال َم ْعر ْو‬
َّ ‫يُاَقِ ِمُال‬
َّ َ‫ياُبن‬
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman: 17).15

d. Lemah lembut dan baik hati


Di sekolah berkumpul siswa yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda antara
satu dengan lainnya, baik status, sosial ekonomi, sosial budaya, maupun tingkat pendidikan
para orang tua siswa. Dengan perbedaan-perbedaan latar belakang siswa tersebut akan
mewarnai pula terhadap perbedaan-perbedaan perilaku dan kemampuan masing-masing
siswa. Ada siswa yang berperilaku baik dan ada pula siswa yang berperilaku jelek. Demikian
pula menyangkut perbedaan kemampuan siswa, ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
menengah, dan rendah.

Terhadap adanya perbedaan-perbedaan dari siswa tersebut harus menjadi masukan yang
berharga bagi guru konselor Misalnya, ketika guru konselor menjumpai siswanya berbuat
kesalahan, maka guru konselor harus bisa mencarikan jalan keluarnya dengan cara
mengetahui faktor penyebab siswa melakukan kesalahan yang diperbuatnya terlebih dahulu.
Jadi dalam menyikapi kondisi seperti itu tidak boleh guru konselor mengambil tindakan
secara kasar tanpa mengetahui terlebih dahulu akar permasalahan yang dihadapi siswa.

15Departemen Agama RI, al-Qur’an …, 655.


Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah 9

Sebagai figur teladan bagi siswa, guru konselor harus selalu bersikap lemah-lembut dan baik
hati kepada semua siswa tanpa pilih kasih. Berkaitan dengan sikap lemah-lembut dan baik
hati tersebut, Allah Swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 159:

ُ‫ُوا ْست َ ْغ ِف ْرلَه ْم‬


َ ‫ع ْنه ْم‬ ِ ‫ُالقَ ْل‬
ِ ‫ب َُال ْنفَض ُّْوا‬
َ ُ ‫ُم ْن ُ َح ْو ِل ْك ُفَاعْف‬ ْ َ‫غ ِل ْيظ‬ ًّ َُ‫ُولَ ْوك ْنتَ ُف‬
َ ُ ‫ظا‬ َ ‫هللا ُ ِل ْنتَ ُلَه ْم‬ َ ‫فَ ِب َما‬
ِ ُ َ‫ُرحْ َم ٍة ُمِن‬
ْ ُّ‫علَىُهللاُِا َِّنُهللاَُي ِحب‬
.َُ‫ُالمت ََو ِك ِليْن‬ َ ُ‫عزَ مْتَ ُفَت ََو َّك ْل‬ ْ ِ‫َوشَا ِو ْره ْمُف‬
َ ُ‫ىُاالَ ْم ِرُفَ ِاذَا‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS. Ali Imran: 159).16

e. Tekun dan teliti


Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kepada siswa di sekolah, guru konselot harus
bersikap tekun dan teliti. Melalui sikap tekun dan teliti tersebut, akan mengantarkan pada
keberhasilan yang optimal terhadap bimbingan yang dilaksanakan, sehingga siswa dapat
belajar dengan tekun dan disiplin serta memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Sikap tekun dan teliti ini perlu dimiliki dan kemudian dipertunjukkan oleh guru konselor
dalam melaksanakan bimbingan dan dalam membantu memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian, siswa merasa senang dan dapat
belajar secara baik dan disiplin. Berkaitan dengan sikap tekun ini, Allah Swt berfirman dalam
surat Fusshilat ayat 30:

ْ ِ‫اُوا َ ْبشِر ْواُ ِب ْال َجنَّ ِة ُالَّت‬


ُ‫ي ُك ْنت ْم‬ ْ ‫علَ ْي ِهم‬
َ ‫ُال َملئِ َكة ُاَالَّتَخَاف ْو‬
َُ ‫اُو َالت َحْزَُن ْو‬ َ ‫ا َِّن ُالَّ ِذيْنَ ُقَال ْو‬
َ ُ ‫اُربُّنَاُهللا ُث َّم ُا ْستَقَام ْواُتَتَن ََّزل‬
.َُ‫عد ْون‬
َ ‫ت ْو‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”
(QS. Fusshilat: 30).17

Berkaitan dengan sikap teliti, Allah Swt berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 6:

16Departemen Agama RI, al-Qur’an …, 103.


17Departemen Agama RI, al-Qur’an …, 777.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

.َُ‫علىُ َمافَ َع ْلت ُْمُند ِِميْن‬ ِ ‫ياَيُّ َهاُالَّ ِذيْنَُُا َمن ْواُا ِْنُ َجا َءك ْمُفَا ِس ٌقُ ِبنًبَاٍُفَتَبَيَّن ْواُا َ ْنُت‬
ْ ‫صيْب ْواُقَ ْو ًماُ ِب َج َهالَةٍُقَت‬
َ ُ‫ص ِبح ْوا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu” (QS. al-Hujurat: 6).18

f. Menjadi contoh
Guru konselor merupakan figur teladan bagi siswa. Guru konselor adalah orang yang digugu
tentang ucapannya dan ditiru tentang perbuatannya. Oleh karena itu, guru konselor harus
menjadi teladan yang baik pada siswa. Tidak mungkin guru konselor dapat diikuti oleh siswa
apabila tingkah laku, perbuatan, dan ucapannya tidak baik.

Dengan demikian, tingkah laku, pemikiran, pendapat, dan ucapan-ucapan baik dan mampu
menarik siswa untuk mengikutinya dengan senang hati dan suka rela, harus menjadi bagian
dari kepribadian seorang guru konselor di sekolah, dan kemudian ditunjukkan kepada siswa.
Jadi, seorang guru konselor harus benar-benar menjadi teladan yang baik bagi siswa, agar
terwujud siswa yang baik sesuai yang diinginkan oleh guru konselor. Oleh karena guru
konselor figur teladan bagi semua siswanya, maka dia harus selalu berperilaku baik sesuai
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-
Ahzab ayat 21:

.‫ُوذَ َك َرُهللاَُ َُكثِي ًْرا‬ ْ ‫ُو ْاليَ ْو َم‬


َ ‫ُاال ِخ َر‬ َ َ‫سنَةٌ ُِل َم ْنُ َكانَ ُيَ ْرجواُهللا‬
َ ‫ُرس ْو ِلُهللاُِاس َْوةٌُ َح‬
َ ‫ي‬ْ ِ‫لَقَدُْ َكانَ ُلَك ْمُف‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah (QS. al-Ahzab: 21).19

g. Tanggap dan mampu mengambil tindakan


Guru konselor harus cepat memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi dan atau
mungkin terjadi pada diri siswa, serta mengambil tindakan secara tepat untuk mengatasi
dan atau mengantisipasi apa yang terjadi dan atau mungkin terjadi. Setiap masalah yang
muncul tidak diboleh diabaikan dan menunggu waktu yang lebih tepat, tetapi masalah-
masalah itu secara cepat ditangani, agar tidak bertambah parah dan dapat merambat pada
munculnya masalah yang lain. Dengan demikian, masalah-masalah yang terjadi pada siswa

18Departemen Agama RI, al-Qur’an …, 846.


19Departemen Agama RI, al-Qur’an …, 670.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah 11

segera dapat terpecahkan. Sikap tanggap dan mampu mengambil tindakan ini harus dimiliki
oleh guru konselor di sekolah.

Sikap tanggap dan mampu mengambil tindakan yang diwujudkan dalam bentuk kerja keras
merupakan sikap yang harus dimiliki guru konselor dalam memecahkan setiap
permasalahan yang dihadapi siswa. Dalam surat at-Taubah ayat 105 Allah Swt berfirman:

ُ‫ش َهادَةُِ ُفَينَبِئك ْم ُبِ َماك ْنت ْم‬


َّ ‫ب ُوال‬ ْ ‫ست َرد ُّْونَ ُاِلىُع ِل ِم‬
ِ ‫ُالغَ ْي‬ َ َ‫هُو ْالمؤْ ِمن ْون‬
َ ‫ُو‬ َ ‫ع َملَك ْم‬
َ ‫ُو َرس ْول‬ َ َ‫َوق ِل ُا ْع َمل ْواُف‬
َ ُ ‫سيَ َرىُهللا‬
.َُ‫ُت َ ْع َمل ْون‬

Artinya: Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan (Qs. at-Taubah: 105).20

h. Memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan


Salah satu sikap yang harus dimiliki guru konselor adalah harus memahami fungsi dan
tujuan serta seluk beluk pelayanan bimbingan, dan dengan bersenang hati berusaha sekuat
tenaga melaksanakannya secara profesional sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Hal itu
dimaksudkan untuk kepentingan dan perkembangan siswa menuju kedewasaannya yang
terlepas dari berbagai masalah yang dihadapi.

Syarat latihan atau pengalaman-pengalaman yang harus dimiliki guru sebagai konselor adalah
“pengalaman mengajar atau melaksanakan praktek konseling”. 21 Pengalaman ini merupakan suatu
syarat penting dalam upaya memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Melalui
pengalaman atau praktek konseling yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai konselor akan
memperlancar tugas-tugas layanan dan bimbingan yang dilakukan kepada siswa. Begitu juga
hasilnya yang berupaya mengarahkan, membimbing, dan memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh siswa akan berhasil sesuai yang diharapkan. Kondisi ini
berdampak pada terbebasnya siswa dari segala masalah, sehingga memungkinkan mereka dapat
belajar dengan baik.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa peran guru sebagai konselor dalam kegiatan belajar di
SMP Negeri 1 Karang Penang Sampang, di antaranya adalah memberikan bimbingan belajar
secara intensif kepada para siswa, seperi cara belajar yang baik secara individu dan berkelompok,

20Departemen Agama RI, al-Qur’an …, 298.


21Dewa Ketut Sukardi, Seri Bimbingan …, 76.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

cara mempelajari buku-buku pelajaran, cara membuat tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri
untuk ulangan atau ujian, menghadapi kesulitan-kesulitan belajar, dan bimbingan cara menentukan
pembagian waktu belajar.

Untuk memberikan hasil belajar yang optimal pada siswa, guru tidak hanya berperan sebagai
pengajar dan pendidik saja, tetapi juga harus harus berperan sebagai konselor. Guru bersama-sama
guru BK di sekolah memberikan bimbingan terhadap kegiatan belajar dan kesulitan-kesulitan
belajar yang dihadapi siswa.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung yang mendorong guru berperan sebagai
konselor dalam kegiatan belajar siswa adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai,
rendahnya minat belajar siswa, dan adanya kemauan guru. Sedangkan yang menjadi faktor
penghambat adalah adanya perbedaan kemampuan siswa, adanya perbedaan status sosial budaya
siswa, dan ada sebagian siswa yang enggan mengemukakan pendapatnya.
Semua faktor tpendukung perlu mendapatkan perhatian dari guru sebagai konselor dalam kegiatan
belajar siswa. Hal itu dimaksudkan agar peran guru sebagai konselor efektif dan memperoleh hasil
yang optimal. Selain itu, faktor sarana dan prasarana sebagai salah satu faktor yang turut
menentukan terhadap peran guru sebagai konselor dalam kegiatan belajar siswa perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu oleh guru. Sarana yang memadai sangat penting dilibatkan oleh
guru dalam kegiatan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Enco Mulyasa, yang
menyatakan bahwa “faktor sarana, seperti laboratorium, perpustakaan, media pembelajaran, dan
ruang kelas yang kondusif berpengaruh besar terhadap terlaksananya belajar siswa”. 22
Adapun faktor-faktor penghambat peran guru sebagai konselor dalam kegiatan belajar siswa juga
perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara intensif dari guru. Artinya, guru perlu
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi adanya perbedaan-perbedaan kemampuan di antara
siswa sebelum berperan sebagai konselor dalam kegiatan belajar siswa agar memberikan hasil
optimal terhadap kegiatan belajar siswa.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa hasil kegiatan belajar siswa melalui peran guru sebagai
konselor tergolong baik dari segi proses dan hasil. Dari segi proses ditunjukkan dengan
kedisiplinan dan semangat tinggi dari siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
mendengarkan penjelasan guru, dan mengerjakan tugas-tugas. Dari segi hasil ditunjukkan dengan
dipahaminya materi pelajaran yang disampaikan guru melalui kegiatan pembelajaran dan
tercapainya nilai yang memuaskan oleh siswa, yaitu di atas nilai ketuntasan belajar sebesar 7.
Hasil kegiatan belajar siswa, baik pada aspek proses maupun pada aspek hasil harus sama-sama
dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajarnya.

22Enco Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 – Panduan Pembelajaran dalam KBK (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 27.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah 13

SIMPULAN
Peran guru sebagai konselor tersebut perlu dilaksanakan dengan baik, sehingga guru dapat
mengetahui dari dekat tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dan kemudian
berusaha memecahkannya. Dengan demikian, siswa terhindar dari berbagai masalah yang
dihadapi, sehingga kegiatan belajar siswa dapat berlangsung dengan baik dan memperoleh
prestasi belajar yang optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Imron. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang:
Kalimasahada Press, 200.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

---------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Bogdan, Robert dan Taylor, Steven J. Kualitatif: Dasar-dasar Penelitian, Ed. A. Khozin Afandi.
Surabaya: Usaha Nasional, 2003.ُ

Daradjat, Zakiah. et al. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Djumhur dan Surya, Moh. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu, 1997.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

---------. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Mulyasa, Enco. Implementasi Kurikulum 2004 – Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.

Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang, 2003.

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

---------. M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Rahadi, Aristo. Media Pembelajaran. Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktur Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2004.

Rahardjo, M. Dawam. Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional. Jakarta: Intermasa, 1997.

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Sudirman N., et al. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya, 2002.


Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.
Al-Miftah: Jurnal Sosial dan Dakwah

Sukardi, Dewa Ketut. Seri Bimbingan: Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional, 2003.

Surya, Muhammad. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu, 2003.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Tim Dosen IKIP Malang. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1998.

Tim Nasional Penataran P-4. Bahan Penataran P-4 Bagi Siswa Baru. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru yang Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Winataputra, Udin S. et al. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.

Winkel, W.S. dan Hasturi, M.M. Sri. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi, 2007.

Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Anda mungkin juga menyukai