Anda di halaman 1dari 5

Nurul Aini : Hubungan Pelatihan Terhadap Ketrampilan Kader Dalam Memberikan Penyuluhan

Tentang Status Gizi Balita Di Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk

Hubungan Pelatihan Terhadap Ketrampilan Kader Dalam Memberikan Penyuluhan Gizi


Balita Di Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk

Nurul Aini1
1. Akademi Kebidanan Jember

Abstrak
Peran kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam Pelaksanaan program-
program posyandu. Pendidikan promosi kesehatan oleh kader di meja empat posyandu yang belum
optimal merupakan masalah yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan
pelatihan dengan ketrampilan kader dalam memberikan penyuluhan gizi balita di Desa Sukojember,
Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain
observasional menggunakan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kader di Desa Sukojember yaitu 35 kader. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan Simple
Random Sampling. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Slovin yaitu sebanyak 33 kader.
Tehnik analisis data dengan menggunakan analisis korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan
jumlah pelatihan yang diterima kader signifikan berhubungan secara positif dengan ketrampilan kader
dalam memberikan penyuluhan tentang status gizi balita (α=5%,p=0,000). Puskesmas hendaknya
dapat berupaya untuk melanjutkan program pelatihan berkelanjutan bagi kader posyandu. Dengan
harapan jika ketrampilan kader posyandu dalam memberikan penyuluhan status gizi semakin baik,
maka kader dapat melaksanakan penyuluhan dengan efektif sehingga akan berdampak pada
peningkatan pengetahuan masyarakat serta merubah perilaku masyarakan dalam upaya pencegahan
gangguan status gizi.

.Kata kunci : Kader, Pelatihan, Ketrampilan

Relationship of training with cadre skills in providing toddlers nutrition counseling in


Sukojember Village, Jelbuk Subdistrict, Jember Regency

Abstract
The role of cadres is very important because cadres are responsible for implementing posyandu
programs. Education of health promotion by cadres at the table of four posyandu that has not been
optimal, it is become a serious problem. This study aims to analyze the relationship of training with
cadre skills in providing toddlers nutrition counseling in Sukojember Village, Jelbuk Subdistrict,
Jember Regency. This study was an analytical with observational design using a crossectional
approach. The population in this study were all cadres in Sukojember Village, which were 35 cadres.
Sampling techniques using Simple Random Sampling. The sample size was determined based on
Slovin formula, which is 33 cadres. Data analysis techniques using spearman’s correlation analysis.
The results showed that the number of training received by cadres was significantly related positively
to the skills of cadres in providing counseling about the nutritional status of children (α = 5%, p =
0,000). The Public Health Care of Jelbuk should try to continue the on going training program for
Posyandu cadres. With the hope that the skills of the Posyandu cadres in providing information on
nutritional status are getting better, then cadres can carry out counseling effectively so that it will have
an impact on increasing community knowledge and changing community behavior in an effort to
prevent nutritional status disorders

Keywords : cadre, training, skill

JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 1


Nurul Aini : Hubungan Pelatihan Terhadap Ketrampilan Kader Dalam Memberikan Penyuluhan
Tentang Status Gizi Balita Di Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk

Pendahuluan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih


Double Burden of Malnutrition cepat12. Hasil Penelitian sebelumnya
merupakan masalah nutrisi yang sedang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
dihadapi Indonesia saat ini. Data signifikan antara pengetahuan, sikap, tingkat
WHO/UNICEF/World Bank tahun 2016 dan pelatihan kader dengan praktik kader dalam
menunjukkan bahwa 13,5 % balita mengalami penyuluhan di meja 4 posyandu13,14.
wasting (berdasarkan WHO cut-offs termasuk Pada masa-masa sulit krisis ekonomi
tingkat keparahan yang tinggi), 36,4% dari jumlah Posyandu dan kinerja kadernya sempat
balita mengalami stunting (berdasarkan WHO menurun. Namun dengan upaya-upaya yang
cut-offs termasuk prevalensi sangat tinggi), dan telah dilakukan oleh Pemerintah,
± 10% balita mengalami overweight Kementerian/Instasi terkait, TP PKK, LSM,
(berdasarkan WHO cut-offs termasuk Tokoh-tokoh masyarakat serta Dunia Usaha,
prevalensi rendah)1,2,3. Posyandu kini telah bangkit kembali. Melalui
Berdasarkan “conseptual framework of Revitalisasi Posyandu dengan kegiatan
malnutrition WHO” di ketahui bahwa perilaku, pemberdayaan masyarakat, pelatihan bagi kader
gaya hidup, akses terhadap makanan sehat, dan petugas, peningkatan ekonomi kader,
praktek dan perilaku pola asuh yang tidak pengembangan kegiatan sesuai dengan
adekuat, kualitas air, sanitasi keamanan kebutuhan masyarakat, Posyandu beserta kader-
makanan dan pelayanan kesehatan yang tidak kader PKK kini tampil kembali dengan
adekuat merupakan penyebab terjadinya semangat untuk tetap memberikan pelayanan
malnutrisi pada tingkat keluarga4. Kekurangan bagi masyarakat13.
gizi membuat anak-anak berisiko terkena Berdasarkan latar belakang tersebut
infeksi, meningkatnya frekuensi infeksi dan peneliti ingin mengetahui hubungan pelatihan
melambatnya pemulihan hingga dapat dengan ketrampilan kader gizi di Desa Suko
menyebabkan kematian1. Jaringan posyandu Jember Kecamatan Jelbuk. Tujuan dari
yang luas di Indonesia merupakan satu-satunya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
struktur yang memberikan kemungkinan untuk gambaran tentang pelatihan yang pernah diikuti
konseling gizi sampai ke tingkat masyarakat5,6. oleh kader, gambaran tentang ketrampilan
Kader adalah anggota masyarakat yang kader dalam memberikan penyuluhan serta
bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menganalisis hubungan pelatihan dengan
menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara ketrampilan kader dalam memberikan
sukarela7. Peran kader sangat penting karena penyuluhan tentang status gizi.
kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan
program-program posyandu8. Namun belum Metode
optimalnya pelayan promosi kesehatan oleh Penelitian ini merupakan penelitian
kader di meja empat posyandu menjadi masalah analitik dengan desain observasional
yang serius9. Hasil dari wawancara dengan menggunakan pendekatan crossectional.
bidan Wilayah Sukojember, Kecamat Jelbuk, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Kabupaten Jember menunjukkan bahwa hanya kader di Desa Sukojember yaitu 35 kader.
3 dari 6 posyandu yang sudah dapat melakukan Tehnik pengambilan sampel dengan
penyuluhan mandiri, dan hanya 50% kader menggunakan Simple Random Sampling. Besar
yang mampu melakukan penyuluhan mandiri. sampel ditentukan berdasarkan rumus Slovin
Kader sebagai penyuluh kesehatan yaitu sebanyak 33 kader yang tersebar di 7
bertugas mengelola promosi kesehatan secara posyandu yang berada di Desa Sukojember.
profesional. Berdasarkan penelitian Gamrin, Pengumpulan data dilakukan dengan
Thaha dan Naiem Tahun 2012 kemampuan menggunakan kuisioner yang digunakan untuk
penyuluh kesehatan dipengaruhi oleh mengukur jumlah pelatihan yang pernah di
pengetahuan, pengalaman dan terima dan cheklist yang digunakan untuk
ketrampilannya10. Faktor-faktor yang dapat mengukur ketrampilan penyuluhan mengenai
mempengaruhi keterampilan secara langsung status gizi. Tehnik analisis data dengan
adalah motivasi, pengalaman, dan keahlian11. menggunakan analisis korelasi pearson.
Keterampilan membutuhkan pelatihan dan
kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang,
sehingga dapat lebih membantu menghasikan

JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 2


Nurul Aini : Hubungan Pelatihan Terhadap Ketrampilan Kader Dalam Memberikan Penyuluhan
Tentang Status Gizi Balita Di Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk

Diskusi faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluhan


a. Gambaran jumlah pelatihan yang pernah kader yaitu faktor internal dan eksternal, faktor
diterima kader internal seperti usia, lama dedikasi,
Tabel 1. Jumlah pelatihan pengalaman, status sosial, keadaan eknonomi
No Jumlah pelatihan F % dan dukungan keluarga sedangkan faktor
1. Tidak pernah (0 x) 8 24,2 eksternal yaitu kondisi masyarakat dan instansi
2. Jarang (1-3x) 12 36,4 kesehatan juga mempengaruhi motivasi dan
3. Sering (> 3x ) 13 39,4 retensi kader17.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa Kader memegang peranan yang penting
sebagian besar (39,4%) kader sering dalam pelaksanaan kegiatan dan program-
mendapatkan pelatihan (> 3 x) selama menjadi program posyandu baik sebagai motivator,
kader. Jenis pelatihan yang pernah diterima administrator sekaligus sebagai edukator18.
merupakan pelatihan mengenai status gizi baik Peran kader sebagai edukator diantaranya dapat
yang dislenggarakan oleh Puskesmas maupun dilakukan di meja 4 posyandu, ketika kader
Dinas Kesehatan. berinteraksi dengan orang tua balita, dimana
Menurut Kamil dalam Mulyawan kader dapat menjelaskan tentang perubahan
(2013), pelatihan didefinisikan sebagai usaha grafik KMS, status gizi balita dan konseling
yang sistematis untuk menguasai keterampilan, tentang perbaikan status gizi balita. Sehingga
peraturan, konsep atau cara berperilaku yang peran kader dapat mempengaruhi terhadap
berdampak pada peningkatan kinerja. status gizi balita,, semakin tinggi peran kader
Pengalaman dalam pelatihan merupakan suatu maka semakin tinggi pula penurunan angka
bagian yang tidak terpisahkan dari seorang gizi buruk pada balita19.
individu dan merupakan investasi yang terpadu Jadi dapat disimpulkan bahwa
pada diri seseorang dalam interaksinya secara ketrampilan kader dalam memberika
efektif dengan lingkungan sosial dan penyuluhan tentang status gizi memiliki peran
masyarakat sekitar15. Pelatihan bagi kader penting terhadap status gizi balita, karena peran
Posyandu merupakan salah satu upaya dalam kader sebagai edukator dapat berkontribusi
rangka meningkatkan kapasitas dan dalam peningkatan pengetahuan, pemahaman
kemampuan kader Posyandu16. Berdasarkan dan kesadaran orang tua terhadap status gizi
hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa bahwa sehingga orang tua dapat menggunakan
semakin sering seorang kader mendapatkan informasi-informasi yang diperoleh dari kader
pelatihan tentang status gizi, maka diharapkan untuk meningkatkan status gizi balitanya.
kapasitas dan kemampuan kader Posyandu
dalam menganalisa, maupun meberikan c. hubungan pelatihan dengan ketrampilan
konseling tentang status gizi kepada masyarakat kader dalam memberikan penyuluhan
akan meningkat. tentang status gizi balita
Tabel 3. Tabel tabulasi silang antara
b. Gambaran ketrampilan kader dalam pelatihan dengan ketrampilan kader
memberikan penyuluhan tentang status gizi Ketrampilan
balita Pelatihan Kurang Cukup Baik
Sangat
N %
Tabel 2. Ketrampilan kader Baik
No Ketrampilan Kader F % F % F % F % F %
Tidak 2 6,1 6 18,2 0 0 0 0 8 24,2
1. Kurang 2 6,1
pernah
2. Cukup 20 60,6 Jarang 0 0 9 27,3 2 6,1 1 3 12 36,4
3. Baik 8 24,2 (1-3x)
4. Sangat Baik 3 9,1 Sering 0 0 5 15,2 6 18,2 2 6,1 13 39,4
Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa (> 3x )
sebagian besar (60,6%) kader memiliki Tabel 3. menunjukkan bahwa mayoritas
ketrampilan yang cukup tentang penyuluhan (27,3%) kader yang pernah menerima pelatihan
tentang status gizi. Ketrampilan (skill) adalah dalam kategori jarang (1-3x), kader tersebut
kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran memiliki kategori ketrampilan yang cukup dan
dan ide kreatifitas dalam mengerjakan, 18,2% kader yang sering (> 3x) menerima
mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih pelatihan, kader tersebut memiliki ketrampilan
bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai yang baik.
dari hasil pekerjaan tersebut26. Terdapat dua

JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 3


Nurul Aini : Hubungan Pelatihan Terhadap Ketrampilan Kader Dalam Memberikan Penyuluhan
Tentang Status Gizi Balita Di Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk

Berdasarkan hasil uji statistik hubungan yang dilakukan seseorang atau kelompok
antara pelatihan dengan ketrampilan kader dengan menggunakan pendekatan berbagai
digambarkan dalam tabel berikut : pembelajaran dan bertujuan meningkatkan
Tabel 4. Hasil uji statitistik kemampuan dalam satu atau beberapa jenis
No Kriteria Hasil analisis ketrampilan23.
1. Uji asumsi Tidak berdistribusi Berdasarkan uraian tersebut, dapat
normal disimpulkan bahwa semakin seseorang sering
2. Nilai signifikansi 0,000 menerima pelatihan kemampuan kader
Korelasi spearman’s Posyandu dalam menganalisa meberikan
rho
konseling tentang status gizi kepada masyarakat
3. Nilai koefisien 0,666
semakin meningkat.
korelasi (r)
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat
Simpulan
diinterpretasikan bahwa uji hipotesis
a) Gambaran jumlah pelatihan yang pernah
menghasilkan nilai signifikansi (0,00) < 0,05
diterima kader menunjukkan bahwa 24,2%
yang memiliki arti bahwa ada hubungan yang
kader tidak pernah menerima pelatihan,
signifikan antara pelatihan dengan ketrampilan
36,4% kader menerima pelatihan dalam
kader dalam memberikan penyuluhan tentang
kategori jarang (1-3x) dan 39,4% kader
status gizi balita. Hasil penilitian ini
menerima pelatihan dalam kategori sering
menunjukkan hasil yang sama dengan beberapa
sering (> 3x ).
penelitian, diantaranya adalah penelitian Vita
b) Gambaran ketrampilan kader menunjukkan
et.al (2013) yang menunjukkan bahwa pelatihan
bahwa 6,1% kader memiliki ketrampilan
secara signifikan meningkatkan ketrampilan
dengan kategori kurang, sedangkan kader
kader Puskesmas dalam penerapan standar
yang memiliki ketrampilan dalam kategori
pemantauan pertumbuhan balita, dan penelitian
cukup sebesar 60,6% dan kader yang
Sandi et al.(2012) yang menunjukkan bahwa
memiliki ketrampilan dalam kategori baik
terdapat pengaruh yang signifikan antara
sebesar 24,2 % serta kader yang memiliki
pelatihan terhadap ketrampilan kader dalam
ketrampilan dalam kategori sangat baik
pembuatan pmt modisco20,21.
sebesar 9,1%.
Nilai koefisien korelasi (r)
c) Terdapat hubungan yang kuat dan positif
menghasilkan nilai korelasi antara pelatihan
antara jumlah pelatihan yang diterima kader
dengan ketrampilan kader dalam memberikan
dengan ketrampilan kader dalam
penyuluhan tentang status gizi balita sebesar
memberikan penyuluhan tentang status gizi.
sebesar 0,666 (r > 0). Nilai r > 0
Daftar Pustaka
mengindikasikan hubungan positif. Nilai
absolut dari r 0,60-0,79 memiliki arti hubungan 1. UNICEF Data. (2017, December).
yang “kuat”. Berdasarkan nilai koefisien UNICEF.org. Retrieved December 2,
korelasi, menunjukkan bahwa pelatihan 2017, from data.unicef.urg:
memiliki hubungan yang kuat dan positif https://data.unicef.org/topic/nutrition/maln
terhadap ketrampilan kader dalam memberikan utrition/#
penyuluhan tentang status gizi balita. 2. UNICEF. (2012). Gizi Ibu & Anak.
.Ketrampilan (skill) adalah kemampuan Jakarta: Jakarta@unicef.org.
untuk menggunakan akal, fikiran dan ide 3. UNICEF. (2012, October). Maternal and
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah atau child nutrition. IssueBriefs, pp. 1-6.
membuat sesuatu menjadi lebih bermakna 4. WHO. (2016, August 23). Strategic Action
sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil Plan to Reduce the Double Burden of
pekerjaan tersebut22. Faktor-faktor yang dapat Malnutrition in the South-East Asia Region
mempengaruhi keterampilan secara langsung 2016-2025, pp. 1-48.
adalah motivasi, pengalaman, dan keahlian27. 5. Isaura, V. (2011). Faktor – Faktor Yang
Keterampilan membutuhkan pelatihan dan Berhubungan Dengan Kinerja Kader
kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang, Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
sehingga dapat lebih membantu menghasikan Tarusan Kecamatan Koto XITarusan
sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih Kabupaten Pesisir Selatan. Padang:
cepat12. Pelatihan adalah proses pembelajaran Universitas Andalas.
yang lebih menekankan praktek dari pada teori

JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 4


Nurul Aini : Hubungan Pelatihan Terhadap Ketrampilan Kader Dalam Memberikan Penyuluhan
Tentang Status Gizi Balita Di Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk

6. Iswarawanti, D. N. (2010). Kader Manajemen Pelayanan Kesehatan, 169-


Posyandu:Peranan dan Tantangan 173.
Pemberdayaannya Dalam Usaha 18. Hardiyanti, P. (2017). Peran Kader
Peningkatan Gizi Anak Indonesia. Jurnal Terhadap Peningkatan Gizi Balita di Desa
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 169- Banyuraden Sleman Yogyakarta.
173. Surakarta: Program S1 Keperawatan,
7. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Muhammadiyah Surakarta.
Cipta: 66-67
8. Azria dan Husnah. (2016). Pengaruh 19. Purwanti,D.,Pajeriaty.,&Rasyid,A. (2014).
Penyuluhan Gizi Terhadap Pengetahuan Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
dan Perilaku Ibu Tentang Gizi Seimbang Gizi balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Balita Kota Banda Aceh. Madello Kabupaten Barru. Jurnal Ilmiah
www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/dow Kesehatan.
nload/5055/4345, 87-92. 20. Vita, Mursyid dan Siswati. (2013).
9. Feinstein, Sabates, Anderson, Sorhaindo Pelatihan Meningkatkan Pengetahuan Dan
dan Hammond. (2006). What are the Keterampilan Kader Puskesmas Dalam
effects of education on health? Measuring Penerapan Standar Pemantauan
The Effects Of Education On Health And Pertumbuhan Balita Di Kota Bitung.
Civic Engagement: Proceedings Of The Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia , 15-21.
Copenhagen Symposium (pp. 171-333). 21. Sandi, Aritonang, dan Jumirah . (2012).
London: OECD’s Centre for Educational Pengaruh Pelatihan Terhadap
Research and Innovation Keterampilan Kader Dalam Pembuatan
10. Heru, A. (1995). Kader Kesehatan Pmt Modisco Di Wilayah Kerja Puskesmas
Masyarakat. Jakarta: EGC. Pematang Panjang Kecamatan Air Putih
11. Widayatun. (2005). Ilmu Perilaku, Cetakan Kabupaten Batubara Tahun 2012. Jurnal
Pertama, Jakarta: Rineka Cipta. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan
12. Iverson. (2001). Keterampilan Dasar. PT. Epidemiologi.
Grapindo Persada. Jakarta 22. Suprapto, T. (2009). Pengantar Teori dan
13. Kusuma, Kusumawati, dan Astuti. (2015). Manajemen Komunikasi. Yogyakarta:
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Kader MedPress.
Terhadap Perilaku Kader Dalam 23. Ratnawati, Widajanti dan Nugrahaeni.
Penyuluhan Gizi Balita di Posyandu (2014). Pengaruh Pelatihan dengan Metode
Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simulasi Terhadap Keberhasilan
Kabupaten Boyolali. Universitas Penerapan Makan Beraneka Ragam oleh
Muhammadiyah Surakarta, 1-7. Kader Pendamping (Studi di Kecamatan
14. Pangestuti,Syamsulhuda, dan Kusumawati. Trawas Kabupaten Mojokerto). Jurnal
(2016). Beberapa Faktor Yang Manajemen Kesehatan Indonesia, 212-220
Berhubungan Dengan Praktik Kader
Dalam Penyuluhan Di Meja 4 Pada
Posyandu di Kelurahan Ngaliyan, Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 349-353
15. Mulyawan. (2013). Pengaruh Pengalaman
dalam Pelatihan terhadap Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru
16. Kemenkes RI. (2012). Kurikulum dan
Modul Pelatihan Posyandu. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
17. Iswarawanti, D. N. (2010). Kader
Posyandu:Peranan dan Tantangan
Pemberdayaannya Dalam Usaha
Peningkatan Gizi Anak Indonesia. Jurnal

JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 5

Anda mungkin juga menyukai