Fokus penelitian ini adalah pengembangan media flipchart bertemakan kelestarian alam yang
dilakukan untuk mengoptimalkan kecerdasan naturalistik anak. Penelitian ini merupakan
penelitian and pengembangan (R&D) dengan menggunakan model Borg and Gall. Prosedur
pelaksanaannya menggunakan enam langkah. Hasil pengembangan media flipchart
bertemakan kelestarian alam secara umum dinyatakan layak digunakan. Hal itu
berdasarkan dari hasil validasi ahli materi diperoleh nilai 92%, ahli media yaitu 78%, dan
praktisi pembelajaran (guru kelas) 86%. Sementara itu, hasil uji efektifitas yang didapat dari
hasil uji coba lapangan diperoleh rata-rata skor pretest 56,53 dan rata-rata skor posttest 87,73.
Berdasarkan hasil analisis uji t diperoleh t observasi sebesar 16,965 dan t tabel sebesar 1,761 (t
observasi>t tabel). Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkat optimalisasi perkembangan kecerdasan naturalistik anak kelompok B di TK IT Zia
Salsabila Medan sebelum dan sesudah menggunakan media flipchart. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa media flipchart bertemakan kelestarian alam layak dan efektif
menjadi media pembelajaran untuk mengoptimalkan kecerdasan naturalistik anak usia
dini di TK IT Zia Salsabila Medan.
Menciptakan konsep desa wisata bukanlah perkara yang mudah karena memerlukan
kerjasama banyak pihak. Kolaborasi antar sektor (pemerintah, akademisi, bisnis,
masyarakat) menjadi kunci dalam menggerakkan kreatifitas dan inovasi agar produk yang
dihasilkan menjadi unggul dan berdaya saing ditengah industri wisata yang semakin beragam.
Kolaborasi yang ideal menghasilkan interaksi yang setara dan saling berbagi pengetahuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif.
Metode ini diharapkan dapat menghasilkan uraian secara jelas dan mendalam perihal ucapan,
perilaku dan tulisan yang dapat diamati dari individu, kelompok masyarakat ataupun organisasi
tertentu. Penelitian ini menjelaskan bentuk kerjasama kolaboratif antar elemen Quadruple
Helix di desa Palaan. Model empat helix ini dinilai efektif karena memberi ruang yang
seimbang kepada seluruh stakeholder yang ada, terutama masyarakat yang seringkali
hanya diposisikan sebagai obyek suatu kebijakan. Melalui model ini, selain menciptakan
inovasi konsep wisata edukasi, diharapkan juga dapat memaksimalkan potensi desa yang
berdampak pada kesejahteraan dan kemandirian desa.