Anda di halaman 1dari 5

"Cara kerja bioremediasi yaitu mikroba yang hidup di tanah dan air tanah

memakan senyawa minyak. Setelah senyawa minyak dimakan, proses


pencernaan pada hama tersebut secara alami mengubah senyawa minyak
menjadi air dan gas yang tidak berbahaya," katanya. 

Proses bioremediasi mengembalikan tanah ke bentuk asalnya, sehingga aman


untuk digunakan di berbagai jenis lingkungan.

Bioremediasi merupakan cara yang aman karena bioremediasi sepenuhnya


menggunakan mikroba yang secara alami dapat hidup di tanah dan mikroba
tersebut tidak membahayakan lingkungan. 

"Mikroba diberi nutrisi berupa pupuk yang lazim digunakan di taman dan lahan
kebun agar tumbuh sehingga bisa mempercepat proses remediasi. Tidak ada
tambahan bahan kimia berbahaya selama proses bioremediasi," katanya.

Fasilitas pengolahan bioremediasi terdiri atas beberapa sel pengolahan yang


secara berkala dilakukan proses penyiraman air dengan jumlah besar untuk
keperluan irigasi dan aerasi. Pembajakan tanah secara rutin dilakukan untuk
memastikan penetrasi mikroba secara maksimal. 

Di antara aktivitas irigasi dan aerasi, lokasi didiamkan agar mikroba dapat
bekerja untuk mengkonsumsi senyawa minyak yang terkandung pada tanah.

Jenis dan jumlah tanah terkontaminasi yang akan dibersihkan, konsentrasi


paparan rata-rata, kondisi cuaca selama pengolahan dan pilihan tempat
pengolahan menentukan waktu dan keberhasilan bioremediasi. 

"Oleh karena itu lamanya proses bioremediasi dan hasilnya bervariasi antara
satu lokasi dan lokasi lainnya dan dapat berbeda antara satu waktu dengan
lainnya," katanya.

Di Indonesia, sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 128/2003,


bioremediasi dianggap sebagai proses yang efektif untuk mengolah tanah
terpapar minyak dengan TPH maksimal 15 persen dan tanah yang telah
dibersihkan dan dinyatakan aman bagi lingkungan adalah yang memiliki TPH
maksimum 1 persen,"
Jenis-Jenis Bioremediasi
Jenis jenis Bioremediasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu ada yang berdasarkan pada
jenis mikroorganisme yang digunakan dan ada yang dilihat berdasarkan lokasinya Bioremediasi
yang mengunakan mokroba dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Biostimulasi, Bioaugmentasi, dan
Bioremediasi Instrinsik. Sedangkan berdasarkan lokasi nya bioremediasi dibedakan menjadi dua
bagian yaitu : Bioremediasi Ex-sit, dan Bioremediasi In-situ (K. Iranto. 2013).

1. Berdasarkan Mikrobanya

 Biostimulasi

Merupakan suatu proses bioremediasi yang dilakukan dengan cara penambahan zat gizi atau
semberenergi yang dioperlukan oleh mikroorganisme, atau juga dengan cara menstimulasi
mikroorganisme dengan membuat suatu liungkuangan yang sesuai bagi mikroorganisme
sehingga organisme yang telah berada diarir atau tanah akan berkembang, dan diberikannya
nutrient juga akan membantu percepatannya organisme dalam melakukan remediasi (Broker. R,
et all. 2008).

 Bioaugmentasi

Terjadi dengan penambahan mikroorganisme tetrtentu namun membiarkan terjadinya


bioremediasi dengan semdirinya. Atau mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan
suatu kontaminan tertentu yang kemudian  ditambahkan ke dalam suatu tempat yang tercemar.
Cara ini merupakan cara yang peling sering digunakan dalam proses remediasiuntuk menghilang
suatu kontaminan akantetapi dengan mengunakan cara ini akan sangat sulit untuk mengkontrol
organisme yang digunakan atau tempat yang tercemar agar ditumbuhi atau perkembangan
mikrorganisme terjadi secara oplimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti/ memahami
bagaimana proses seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme
yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi (Cookson. J. T.,
1995).

 Biremediasi Instrinsik

Merupakan poroses bioremediasi yangterjadi dengan sendirinya tanpa ada bantuan dari manusia,
yang dibantu langsung oleh alam (Broker. R, et all. 2008).

1. Berdasarkan Lokasinya

 Bioremediasi Ex-Situ

Proses bioremediasi ini mengandalkan pada mikroorganisme yang ada ditempat aslinya untuk
meng remediasi lingkungan tersebut (Gibson, D.T. 1984).

 Bioremediasi Ex-Situ
Merupakan proses bioremediasi yang dilakukan diluar tempat asli mikroba (terjadinya peng
isolasian mikroba) yang dilakukan dengan mengambil limbah di suatu lokasi kemudian
dilakukan treatment di tempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Atau diberi
perlakuan khusus dengan memakai organisme yang mana bila organisme sudah terbukti dapat
mendegradasi limbah tersebut kemudian di sebar ditempat yang tercemar. Bioremediasi ini bisa
lebih cepat prosesnya dan mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis
kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam (Gibson, D.T. 1984).
DAFTAR  PUSTAKA
Broker. R., Widmajer. Eric., Linda, Peter. 2008. Biology. New York USA: McGraw-Hill.
Cookson. J. T., 1995. Bioremediation Engineering. McGraw Hill Book Company, New York,
USA.
Gibson, D.T. 1984. Microbial Degradation of Organik Compound. New York : Marcel Dekker
Inc.
Iranto. 2013. Bakteriologi, mikologi, dan virology panduan medis fdan klinis. Bandung:
Alfabeta.

"Limbah minyak mentah milik PT Chevron di Blok Rokan dan Minas


berdasarkan laporan warga, telah mencemari perkebunan sawit milik warga
dan pencemaran tanah ini membuat ratusan hektare kebun sawit warga
terkena dampak limbah hingga tak berhasil berbuah meski usianya sudah
mencapai 3 hingga 6 tahun lebih," tegasnya waktu itu. 

I Kadek Arimbawa juga mengatakan, PT CPI harus bertanggung jawab


penuh atas kerugian masyarakat, bukan hanya mengatasi masalah gagal
panen, tapi juga memulihkan kondisi tanah yang telah tercemar. 

Senada dengan Kadek, Senator Riau Maimanah Umar meminta PT CPI


melakukan pembersihan lahan dengan cara bioremediasi sesuai ketentuan
yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. 

"Pencemaran ini dapat diatasi dengan upaya bioremediasi yang


berkelanjutan, yakni pengolahan tanah untuk mengurangi polutan beracun
yang ada dalam tanah. Sesuai dengan ketentuan undang-undang, proses
bioremediasi dilakukan sehingga konsentrasi polutan tanah di bawah 1
persen," jelasnya. 
PT CPI pun harus segera menyelesaikan persoalan ini, mengingat
kontraknya akan berakhir pada 2021. 

"Permasalahan pencemaran tanah ini harus selesai dengan segera, agar


tidak menjadi tugas bagi negara dan pengelola selanjutnya," tegasnya. 

Senator Jambi, M. Syukur bahkan mempertanyakan kendala yang membuat


persoalan ini belum selesai meski sudah terjadi sejak tahun 2001 silam. 

"Permasalahan pencemaran tanah ini sudah sejak 2001 tapi sampai 2017
dan menjelang kontrak Chevron habis, pencemaran tanah ini belum teratasi,
apa masalahnya? Kami di Komite II DPD RI akan menyoroti permasalahan
ini sampai tuntas," ujarnya. ***(ary)

Untuk membuktikan setelah dilakukan bioremediasi dan fitoremediasi pada lahan yang
tercemar minyak, dilakukan uji lab untuk mengukur Total Petro Hydrocarbon (TPH)
pada tanah yang yang sudah di-treatment, yang sebelumnya mencapai 50% atau lebih,
menjadi hanya 1%. Kemudian, di lahan itu ditanami beberapa jenis tanaman yang
sangat rentan terhadap penurunan tingkat kesuburan tanah. Hasilnya tanaman-
tanaman itu bisa tumbuh dengan baik. Artinya, tingkat kesuburan tanah yang
sebelumnya tercemar minyak, sudah pulih.

Minyak bumi hidrokarbon yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon


dan hidrogen dengan rumus kimia C H . Senyawa ini bersifat harmful terhadap
n 2n+2

mahluk hidup. Karenanya, Tumpahan minyak, baik yang terjadi di laut maupun di
darat akan mengancam kelangsung mahluk hidup yang ada di sekitarnya. 

Bagaimanapun, tumpahan minyak di laut maupun di darat akan menimbulkan


kerusakan ekologis. Karena berat jenis minyak lebih ringan ketimbang air, maka minyak
akan selalu berada di atas, apalagi yang berbentuk produk olahan seperti BBM, akan
selalu berada di permukaan air. Ketika air laut surut minyak akan menempel di terumbu
karang, mangrove, dan padang lamun.

“Nah, kalau makhluk hidup terkena minyak, kalau ikan ya insangnya tertutup minyak
dan mati. Begitu juga kerang di dasar laut, dia akan tertutup dan mati. Tapi dampak
yang tidak terasa, yaitu minyak akan menutupi masuknya sinar matahari ke dalam laut.
Sinar matahari yang biasanya masuk ke kolom air, akan terhalang oleh lapisan minyak.
Sementara sinar matahari diperlukan oleh mahluk hidup yang ada di air
tumpahan minyak di laut bisa memutus rantai makanan, bahkan pada akhirnya
mencemari yang dimakan manusia juga. Karena minyak itu walaupun sifatnya organik,
bisa mengandung muatan logam, apalagi produk minyak olahan.

“Tapi kalau minyak mentah saja, ikatan C-H-nya saja akan mengganggu rantai
makanan juga. Secara kimia, dia kan organik C-H, kalau tidak berikatan dengan kotoran
dia akan mengapung, tapi kalau berikatan dengan material lain dia tenggelam. Jadi,
berapapun jumlah tumpahan minyak yang tidak terangkat, pasti berikatan dengan
molekul lain dan tenggelam. Di bawah akan berdampak terus.”

Tridoyo menerangkan, untuk bisa mengurai molekul minyak, diperlukan waktu yang
sangat lama, tergantung panjang ikatan Carbon-nya. Semakin C-nya panjang, semakin
lama. Mungkin hitungannya puluhan tahun.
Minyak mentah memiliki ikatan Carbon yang panjang, yang bisa menutupi biota. Tapi
yang perlu diingat, alam sendiri mempunyai kemampuan rehabilitasi, adaptasi, dan
seterusnya. “Cuma tetap harus ada yang bertanggung jawab dari pemangku
kepentingan atas minyak, atas lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai