PROPOSAL TESIS
Diajukan kepada :
Program Pascasarjana
Program Studi Magister Manajemen
LEMBAR PENGESAHAN
POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
PROPOSAL TESIS
Oleh :
Nama : Ronny Tua Krismanto Matondang
NPM : 1910101002
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Mengetahui :
Dr. Pantas H. Silaban, SE., MBA Prof. Dr. Pasaman Silaban, SE., MSBA
LEMBAR PENGESAHAN
POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
Tim Penguji :
ABSTRAK
POTENSI E DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
Oleh :
Ronny Tua Krismanto Matondang
ABSTRACT
ECOTOURISM POTENTIAL AND DEVELOPMENT STRATEGY
AT TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
by :
Ronny Tua Krismanto Matondang
Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Tahura BB) is a Nature Conservation Area
in Nort Sumatera Province that has natural and non-biological natural resources and
can be developed for ecotourism activities. As an area that has the potential to
develop ecotourism activities, it is necessary to study potentials and development
strategies that are in accordance with the functions of the Tahura Bukit Barisan as a
Conservation Forest.
Research was conducted on June- September 2021, covering 5 nature-based
tourism location on the area of Tahura Bukit Barisan, viz. Tongkoh, Penatapen,
Sikulikap, Merga Silima, and Sibayak Mountain. A modified criteria of the
Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation’s criteria of
assessment of tourism object and attraction operational areas analysis year 2003
(ADO-ODTWA) was used in the research’s analysis. Elements of assessment used in
the analysis were attraction, accessibility, and community’s socialeconomic condition
of the area concerned. Data were collected through literature study, interview,
questionnaire, and field observation. Data collected were attraction, accessibility,
community’s social-economic condition, visitors’ characteristics, visitors’ valuation
of the objects, visitors’ purpose and activities, visitors’ expectations, and
development plant from tourism object management and local government.
The assessment of the existing tourism objects on the area of Tahura Bukit
Barisan resulted in moderate value (1184-1657) and high value (1658-2130)
classifications. Tongkoh (1665) and Sibayak Mountain (1665) were classified into
high value objects, while the other three objects, Penatapen (1516), Sikulikap (1605),
and Merga Silima (1635), fell into the moderate value objects. Therefore, Tongkoh
and Sibayak Mountain became the priority of the development of nature-based
tourism in Tahura Bukit Barisan.
The result of this research based on analysis of IFAS and EFAS, acquired
internal factor score for quadrant of SWOT analysis by 3,64 and external factor score
by 3,50. This condition shows that the development of Tahura Bukit Baraisan
ecotourism located in quadrant I which is Strength-Opportunity (SO) strategy, the
optimum strategy needs to take advantage of te opportunies that exist by mobilizing
all the strength. Recommendation on ecotourism development strategies based on
Strength-Opportunity (SO) strategy are : (1) Arragement and development of tourist
facilities in accordance with environmental conditions, (2) Develop the attraction of
tourist objects to attract tourists by paying attention to the carrying capacity of yhe
area and maintaining the culture, customs and culture of the local community, and
(3) Increasing community participation in ecotourism development.
Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini, dengan judul : “Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Taman
Hutan Raya Bukit Barisan”. Penghargaan dan terima kasih yang tulus penulis
sampaikan kepada :
1. Rektor Universitas HKBP Nomensen, Bapak Dr. Haposan Siallagan, SH., MH.
Prof. Dr. Pasaman Silaban, SE., MSBA yang juga sekaligus sebagai Penguji I .
Bapak Dr. Ferry Panjaitan, SE., M.Si yang juga merupakan anggota Komisi
Pembimbing.
7. Seluruh Ketua Dosen Program Studi MM Pascasarjana UHN beserta seluruh staf
i
8. Bapak Timbul Naibaho, SH (Kepala UPT Pengelolaan Tahura Bukit Barisan)
beserta seluruh staf, dan juga Hafiz’s Tim terima kasih atas bantuannya dalam
kesabaran, doa, dan kasih sayang selama mengikuti pendidikan di PPs MM UHN
serta seluruh keluarga besar Op. Venansia Matondang dan Keluarga besar Op. Ni
serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
kekuarangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan selanjutnya. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………....…………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………… 6
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS..................................................................................... 8
2.1 Pariwisata …………………………………………………… 8
2.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata …………………………….... 9
2.3 Ekowisata dan Wisata Alam ………………………………... 10
2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata …………………...…….. 11
2.5 Pendekatan Pengelolaan Ekowisata ………….....………...… 16
2.6 Strategi Pengembangan Ekowisata ………….....………...… 18
2.7 Persepsi Stakeholders ………………………………………. 22
2.8 Partisipasi Masyarakat ……………………………………… 23
2.9 Motivasi Stakeholders ………………………………………. 25
2.10 Analisis SWOT …………………………………………… 30
2.11 Kerangka Pemikiran ……....………………………………… 33
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. 37
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….. 37
iii
3.2 Objek dan Alat Penelitian ………………..………………… 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ………………………………… 38
3.4 Metode Analisis Data ……………………………………….. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… 49
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ………………………… 49
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Kawasan ……………………… 52
4.1.2 Sejarah Kawasan ………………………………………… 53
4.1.3 Aksebilitas ………………………………………………… 55
4.1.4 Kondisi Fisik …………………………………………… 56
4.1.5 Potensi Hayati ………………..…………………………… 57
4.1.6 Potensi Non Hayati …………..…………………………… 63
4.1.7 Sosial, Ekonomi dan Budaya ..…………………………… 57
4.2 Potensi Ekowisata Tahura Bukit Barisan ..………………… 70
4.3 Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam …………… 77
4.4 Sarana dan Prasarana …………………………..…………… 86
4.5 Analisis Pengunjung …………………………..…………… 76
4.6 Pengembangan Ekowisata di Tahura Bukit Barisan ……… 92
4.7 Analisis SWOT (Faktor Internal dan Eksternal) ….………… 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 105
5.1 Kesimpulan ……………………….………………………… 105
5.2 Saran ……...……………………….………………………… 106
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
4. Tabel III-1 Jenis Data yang diperlukan dalam penelitian Potensi dan Strategi 38
Pengembangan Ekowisata di Kawasan Tahura Bukit Barisan ……………….
5. Tabel III-2 Jumlah sampel pengunjung pada setiap obye wisata di Tahura 41
Bukit Barisan …………………………………………………………………
8. Tabel III-5 Matriks SWOT yang digunakan pada penelitian Potensi dan 47
Strategi Pengembangan Ekowisata di Tahura Bukit Barisan ………………..
10. Tabel IV-2 Jenis Mamalia yang dijumpai di Kawasan Tahura Bukit Barisan 58
11. Tabel IV-3 Jenis Amfibi Reftil di Kawasan Tahura Bukit Barisan ………….. 59
12. Tabel IV-4 Jenis Burung di Kawasan Tahura Bukit Barisan ………………... 60
13. Tabel IV-5 Desa disekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan …………………. 63
14. Tabel IV-6 Jumlah penduduk sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan ………. 65
15. Tabel IV-7 Jumlah Fasilitas Pendidikan disekitar Kawasan Tahura Bukit 66
Barisan ………………………………………………………………………..
16. Tabel IV-8 Fasilitas Kesehatan disekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan …... 68
v
17. Tabel IV-9 Fasilitas Rumah Ibadah disekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan 69
18. Tabel IV-10 Hasil Penilaian ODTW di Kawasan Tahura Bukit Barisan ……. 78
19. Tabel IV-11 Hasil Penilaian Aksebilitas menuju lokasi obyek wisata di 80
Tahura Bukit Barisan………………………………………………………….
20. Tabel IV-12 Hasil Penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar 82
obyek wisata alam di Tahura Bukit Barisan ………………………………….
21. Tabel IV-13 Tabel Rekapitulasi Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata di 85
Tahura Bukit Barisan …………………………………………………………
22. Tabel IV-14 Karakteristik pengunjung obyek wisata di Tahura Bukit Barisan 87
23. Tabel IV-15 Sarana dan prasarana obyek wisata yang sudah di bangun di 97
Tahura Bukit Barisan …………………………………………………………
24. Tabel IV-16 Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Ekowisata Tahura 100
Bukit Barisan …………………………………………………………………
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
5. Gambar IV-4 Potensi Air Terjun Simempar dan Air Terjun Pelangi ………… 74
7. Gambar IV-6 Potensi Air Terjun dan Sungai Dua Rasa ……………………… 76
8. Gambar IV-7 Potensi Wisata Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung ……. 77
10. Gambar IV-9 Diagram Matriks Pengembangan Ekowisata Tahura Bukit 103
Barisan ………………………………………………………………………..
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami dan atau buatan, jenis asli atau bukan
menunjang budidaya, budaya pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 Tahun 1990, Pasal 1
ayat 15). Dalam pasal 7 dinyatakan bahwa perlindungan sistem penyangga kehidupan
ekologi karena vegetasi terpelihara dengan baik, ruang untuk usaha perekonomian
petani berjalan dengan lancar tanpa melakukan eksploitasi sumberdaya alam, sistem
kolektif.
dikembangkan sebagai obyek wisata alam adalah Taman Hutan Raya Bukit Barisan
(Tahura BB). Tahura BB ditetapkan sebagai satu unit pengelolaan yang berintikan
1
kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan Presiden
Nomor 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 dengan luas areal seluruhnya
Tanggal 20 Pebruari 2018 dengan luas kurang lebih 39.678 Ha, yang terletak di
Provinsi Sumatera Utara dan melintasi empat kabupaten yaitu : Deli Serdang, Karo,
Langkat, dan Simalungun. Kawasan Tahura Bukit Barisan tersusun dari sebagian
besar kawasan hutan lindung yang telah ditetapkan sejak zaman Belanda yang
meliputi Hutan Lindung Sibayak I, Hutan Lindung Sibayak II, Hutan Lindung
Pada umumnya keadaan topografi kawasan Tahura Bukit Barisan terjal dan
ketinggian kurang lebih 2.460 m dpl. Udara yang sejuk, vegetasi alam yang masih
utuh dan landsekap yang indah dan menarik, perbukitan yang baik untuk lintas alam
dan berkemah, sumber air yang cukup tersedia, obyek-obyek wisata alam beserta
peristiwa atau atraksi budaya yang sangat memikat menjadi alasan utama daerah ini
kawasan taman hutan raya ini, antara lain : Air Terjun Dua Warna, Air terjun
Sikulikap, Air Terjun Pande Namura, Air Terjun Sirembak Dua, Tongkoh (pusat
informasi dan arboretum Tahura), Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Berastagi dan
sekitarnya, sangat cocok bagi wisatawan domestik maupun luar negeri untuk tempat
2
rekreasi maupun untuk kegiatan cinta alam. Secara garis besar obyek-obyek wisata
menjadi : (1) obyek wisata alam, berupa pegunungan/ perbukitan, lembah panorama,
air terjun dan keindahan alam lainnya yang cukup menarik ; (2) obyek wisata
rekreasi, berupa piknik keluarga, play ground dan camping ground; (3) obyek lokasi
ekowisata untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, (4) obyek wisata sejarah
peningkatan jumlah pengunjung dari tahun 2017 ke tahun 2019 (sebelum pandemi
Covid 19). Lokasi obyek wisata yang paling banyak dikunjungi di Tahura Bukit
Barisan adalah Gunung Sibayak sekitar 85% terutama pada saat hari libur dan akhir
pekan sisanya di lokasi Tongkoh didominasi oleh pengunjung dari Anak sekolah dan
keluarga.
Tabel 1.1
3
Jumlah kunjungan tersebut menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan
meningkat dari tahun 2017 ke tahun 2019. Bahkan pada tahun 2020 sampai dengan
2021 (April) dimana situasi pandemi Covid 19 kunjungan wisatawan masih tetap ada
kebijakan pembatasan jumlah pengunjung maupun penutupan objek wisata yang ada
Sibolangit dan Gunung Sibayak. Selain sebagai tujuan wisata, kawasan Tahura Bukit
Barisan sering juga dijadikan lokasi penelitian dan pendidikan oleh mahasiswa dari
berbagai universitas di kota Medan serta para penggiat lingkungan dari berbagai
lembaga, sehingga kawasan Tahura Bukit Barisan masih menjadi tempat yang
menarik untuk dipelajari dan memiliki banyak potensi yang belum tergali.
Pengelolaan kawasan Tahura Bukit Barisan yang memiliki kawasan hutan yang
masih alami, unik dan khas serta bentukan lanscape yang menarik dan berpotensi
untuk dikembangkan sebagai ekowisata, belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
lokal yang kurang harmonis. Disisi lain, potensi wisata alam yang sudah dikelola oleh
masyarakat memiliki masalah terhadap kebersihan dan sampah yang tidak terkelola
dengan baik sehingga kawasan wisata tersebut terkesan kotor dan kumuh. Sampah
plastik dan sampah sampah yang tak bisa didaur ulang mendominasi kawasan wisata
4
umum menjadi tempat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tinggal didaerah
tersebut. hal yang sama juga terjadi pada puncak gunung sibayak, gunung sinabung,
Barisan, sangat penting untuk mengetahui kehendak bersama (common will) antara
orientasi, kita dapat mengetahui arah dan sikap stakeholders apakah telah mengarah
Barisan
5
3) Bagaimana strategi pengembangan ekowisata di kawasan Tahura Bukit
Barisan
Barisan
Bukit Barisan
Barisan
keberlanjutan.
6
4) Bagi masyarakat sekitar kawasan hutan dapat memberikan informasi
kawasan hutan.
7
BAB II
2.1 Pariwisata
Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya
aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam
waktu sementara, dengan tujuan mengisi waktu luang dan selama perjalanan tidak
melakukan aktivitas yang menghasilkan uang. Gejala yang ditimbulkan terjadi akibat
adanya interaksi dari unsur manusia/pelaku, waktu, dan ruang selama perjalanannya
(Wahab 1989).
Pasal 1, wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
perpindahan yang bersifat sementara ke daerah tujuan wisata di luar tempat tinggal
dan pekerjaan, melakukan aktivitas selama tinggal dan fasilitas yang diciptakan untuk
8
2.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata
Obyek wisata adalah suatu tempat yang menjadi tujuan kunjungan karena
mempunyai sumberdaya yang menarik baik berupa alami, buatan hasil karya manusia
keuntungan baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Sedangkan daya tarik wisata
yaitu segala sesuatu yang dapat menarik pengunjung untuk datang berwisata ke suatu
tempat tertentu. Obyek daya tarik wisata merupakan tempat atau keadaan alam yang
daya tarik dan diusahakan sebagai tempat tujuan kunjungan wisatawan (Marpaung
2002).
Pasal 1 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan.
Obyek wisata tersebut bisa berupa 1) berasal dari alam, misalnya pegunungan, hutan
dan pantai, 2) merupakan hasil budaya, misalnya museum dan candi, 3) hasil dari
kegiatan atau aktivitas manusia seperti tarian dan karnaval. Hal ini sama dengan
Marpaung (2002) yang membagi daya tarik wisata menjadi tiga klasifikasi yaitu daya
tarik alam, budaya dan daya tarik buatan manusia, sedangkan definisi obyek dan daya
9
tarik wisata menurutnya adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang
Kodhyat (2007) obyek dan daya tarik wisata merupakan komponen paling
utama karena merupakan pendorong atau sebagai motivasi wisatawan untuk datang
berkunjung pada daerah wisata tersebut, obyek dan daya tarik wisata menurutnya
dibagi dalam empat jenis yaitu Alam, Budaya, Aktivitas dan Peristiwa.
Ekowisata dapat diartikan secara bebas sebagai suatu jenis pariwisata yang
modern dan peralatan yang mewah dengan bagunan yang megah. Ekowisata ini
bukan termasuk jenis pariwisata yang hanya menghamburkan uang dan hiburan
memperluas wawasan dengan mempelajari sesuatu dari alam, flora dan fauna atau
praktik jelas terlihat bahwa bentuk wisata ini secara aktif menyumbang kegiatan
10
pengembangan, dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif
atau organisasi kelompok kecil (UNEP 2000 dalam Damanik dan Weber 2006).
Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam pada Bab I Pasal 1 menyebutkan bahwa wisata alam merupakan
kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela
serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di
kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata
alam.
tempat alamiah yang biasanya diikuti oleh kegiatan olah fisik wisatawan. Tempat
wisata favorit wisatawan ini biasanya kebanyakan termasuk kawasan lindung, seperti
Taman Nasional, Cagar Alam, Taman Hutan Raya dan Taman Laut.
wisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek
dilaksanakan dengan konsep produk didorong (driven). Meskipun aspek pasar perlu
dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam
dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya (Gunn, 1994).
11
Konsep pengembangan ekowisata harus sejalan dengan misi pengelolaan konservasi
kehidupan;
eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk
lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas
ekowisata.
(Maulana, 2017). Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya
12
wisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi
ekowisata, yaitu :
wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisatawan
lainnya;
masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam
tujuan wisata;
aktraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil
13
Menurut The Ecotourism Society (2015), terdapat delapan prinsip yang bila
dan budaya yang disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya
setempat;
7. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung lebih rendah dengan
berwisata atau mengunjungi kawasan alam dengan niat obyektif untuk melihat,
baik di masa lampau maupun sekarang yang mungkin terdapat di kawasan tersebut.
14
Menurut Buckley (2015), ekowisata telah dipadupadankan dengan beberapa
namun sering terjadi tumpang tindih (overlap) sehingga tidak mudah menentukan
tertentu.
4. Alternative and mass tourism, merupakan model wisata berskala kecil yang
dimaksudkan untuk dapat menyediakan suatu alternatif yang lebih sesuai dengan
wisata massal. Wisata ini didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata yang
Dari keempat wisata ini, bentuk alternatif dan mass tourism merupakan
bentuk yang paling cocok untuk dipadupadankan dengan ekowisata yang memberikan
15
2.5 Pendekatan Pengelolaan Ekowisata
konservasi. Pendekatan ini mengandung makna tidak hanya pengelolaan alam dan
waktu kini dan masa mendatang. Definisi lain menyebutkan bahwa konservasi adalah
memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.
Destinasi yang diminati wisatawan ecotour umumnya merupakan daerah yang relatif
masih alami. Beberapa kawasan yang masih memiliki area alami dapat berupa taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata dan taman buru. Tetapi kawasan lain seperti
hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik dapat
dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.
Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980)
sebagai berikut:
kehidupan;
16
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan
satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk
membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal (Masberg dan
Morales, 1999). Pelaku konservasi alam melihat ekowisata sebagai kegiatan yang
alami pada suatu kawasan konservasi, serta diharapkan dapat menjaga kelestarian
Ekowisata tidak setara dengan wisata alam. Tidak semua wisata alam akan
tertentu untuk menjadi ekowisata dan memiliki pasar khusus. Secara keseluruhan
membuat orang memiliki ketertarikan untuk mempelajari tentang sejarah dan kultur
dari wilayah yang dikunjungi, serta memberikan manfaat ekonomi dan sosial pada
konservasi sumber daya alam melalui interpretasi dan pendidikan lingkungan. Untuk
17
itu, ada beberapa aspek teknis yang perlu diperhitungkan demi keberhasilan
kawasan;
zonasi kawasan sesuai dengan ekosistemnya, jalur-jalur yang dapat dilalui dalam
wisata.
daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan
18
pengembangan ODTWA sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktifitas
sumber daya hutan dalam konteks pembangunan interaksi berbagai kepentingan yang
melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di
dalamnya.
sumber daya alam dan budaya lokal (Situmorang, 2012). Gagasan tentang
bagi masyarakat setempat serta meningkatkan insentif untuk perlindungan alam dan
Perencanaan dan pengelolaan ekowisata yang baik dapat menjadi salah satu
alat yang paling efektif untuk konservasi keanekaragaman hayati dalam jangka
tingkat lokal dan hubungan yang harmonis antara pengembangan ekowisata dengan
19
infrastruktur, pengusahaan pariwisata alam, promosi dan pemasaran, pengelolaan
pendanaan.
kegiatan:
20
setempat, merangsang pasar setempat, memperbaiki sarana angkutan, dan
komunikasi.
dianggap paling penting yaitu pengembangan obyek dan daya tarik wisata dengan
adanya tujuan pendidikan bagi wisatawan tentang apa yang mereka lihat dan mereka
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003) menyebutkan ada
dukung kawasan.
21
tradisional dan kekhasan daerah setempat serta memahami struktur sosial dan
budaya masyarakat.
serapan, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Definisi
persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana
suatu obyek atau kejadian. Seseorang akan melakukan tindakan sesuai persepsinya,
22
sehingga persepsi memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
perilaku seseorang (Fabra, 2012). Persepsi seseorang dipengaruhi antara lain oleh
umpan balik, yaitu reaksi yang diterima seorang individu atas tindakan yang
menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab
23
kondisi hidup masyarakat. Pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mengubah
keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik. Oleh karena
itulah partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan
bagian” yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan
baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi
masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut
bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan suka rela, baik dari alasan dari
dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), dalam keseluruhan proses kegiatan
24
a. Partisipasi buah pikiran
perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan sebagainya.
c. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk
perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain yang biasanya
dalam suatu kegiatan apabila (1) dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal
atau yang sudah ada di tengah masyarakat yang bersangkutan, (2) memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan, (3) manfaat yang diperoleh
tersebut dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat, dan (4) dalam proses
Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti dorongan atau
menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia. Motif dan Motivasi adalah dua hal
yang berbeda. Motif adalah sebuah konstruksi yang mewakili sebuah dorongan
internal yang tak terlihat yang merangsang dan mendorong suatu respon perilaku
25
yang khusus serta menyediakan petunjuk spesifik pada respon tersebut, motivasi
yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan
kekuatan untuk mendorong individu tersebut bertingkah laku dalam mencapai tujuan.
Apabila individu termotivasi, mereka akan membuat pilihan yang positif untuk
melakukan sesuatu, karena pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang
terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental
pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi
26
1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
tujuan.
5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan.
seseorang.
kebutuhan untuk bersosialisasi dan ineraksi dengan individu lain. Kebutuhan ini
terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam
27
diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh
pegawai tercapai.
lain:
a. Kebutuhan pribadi
motivation.
a. Physical motivation
rutinitas sehari-hari membuat fisik menjadi lelah. Oleh karena itu dianggap perlu
b. Cultural motivation
Merupakan kegiatan wisata yang bertujuan untuk mengetahui adat istiadat, budaya,
dan arsitektur yang ada di daerah lain. Arsitektur dapat berupa monumen, tugu,
28
dan bangunan bersejarah. Peninggalan yang berupa arsitektur menarik untuk
dikunjungi karena sebagai pembelajaran dan peringatan masa lampau. Oleh karena
itu arsitektur yang menjadi peninggalan/ciri khas harus terus dijaga dan
diperhatikan oleh pengelola obyek wisata, agar wisatawan tertarik untuk datang
khas tersebut.
c. Interpersonal motivation
keluarga, kawan-kawan, atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin
mencari teman-teman baru dan lain-lain. Secara singkat motivasi ini erat
hubungannya dengan dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin
sehari-hari.
Motivasi ini bertujuan untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukannya; status dalam
masyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat perjalanan disini sangat
terhadap penentuan obyek wisata yang akan dikunjunginya. Oleh karena itu motivasi
wisatawan penting untuk diketahui bagi pengelola obyek wisata dalam rangka
meningkatkan daya tarik agar wisatawan tertarik dan senang serta terpenuhinya
29
kebutuhan wisatawan sehingga menghindari beralihnya wisatawan ke obyek wisata
strategis (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat
ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis
situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2015). Analisis SWOT digunakan untuk
untuk melihat kesempatan dan ancaman dan mengamati lingkungan internal untuk
faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor
internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Untuk mengetahuinya maka harus
30
tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis
2. Memberi bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis
Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang
semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1.
Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya
besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi
31
Tabel II.1 Faktor-faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors
Analysis Summary/EFAS)
Skor
Faktor-faktor Strategis
Bobot Rating Pembobotan
Eksternal
(Bobot X Rating)
Peluang (Opputunities/O)
1. Peluang 1 Bobot Peluang 1 Rating Peluang 1
2. Peluang 2 Bobot Peluang 2 Rating Peluang 2
Jumlah O A B
Ancaman (Threats/T)
1. Ancaman 1 Bobot Ancaman 1 Rating Ancaman 1
2. Ancaman 2 Bobot Ancaman 2 Rating Ancaman 2
Jumlah T C D
Total (A+C)=1 (B+D)
Sumber : Rangkuti (2015)
kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan. Seperti halnya pada
analisis faktor strategis eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun Tabel
32
Data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan
internal, data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data
internal yaitu data yang diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri (Rangkuti, 2015).
diketahui dengan membuat diagram SWOT yang terbagi ke dalam 4 (empat) kuadran
dengan posisi kuadran pertama berada di antara peluang dan kekuatan,kuadran kedua
berada di antara kekuatan dan ancaman, kuadran ketiga berada di antara peluang dan
strategi memerlukan pengesahan dari adanya posisi dalam salib sumbu yaitu antara
kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan ancaman yang semuanya digambarkan
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor dalam pembangunan yang dapat
33
potensi-potensi yang tersedia, seperti potensi alam, potensi sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat.
(ODTWA) dan budaya masyarakat sekitarnya agar dapat disusun suatu rencana
pengembangan yang sesuai dan dengan tetap menjaga status kawasan Tahura Bukit
Barisan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi. Dengan demikian diharapkan
manfaat ekowisata di kawasan dapat diperoleh secara optimal, yaitu secara ekonomis
sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap terjamin kelestariannya.
Potensi wisata alam kawasan tersebut sangat tinggi dengan kekayaan flora dan fauna
dan didukung oleh kekhasan budaya, tetapi jumlah wisatawan yang berkunjung
ekowisata di kawasan Tahura Bukit Barisan sampai saat ini belum optimal.
Tahura Bukit Barisan, Pengelola (UPTD Tahura Bukit Barisan) dan pengunjung di
Tahura Bukit Barisan. Pengambilan data potensi sumber daya ekowisata dilakukan
dengan mengumpulkan data keindahan lanskap, flora dan fauna dan budaya
masyarakat. Data dan informasi potensi akan digali lebih mendalam di lokasi
34
penelitian melalui observasi langsung dan wawancara kepada stakeholders terkait
Butir pertanyaan dan jawaban telah disediakan berdasarkan aspek yang diteliti, hal ini
data.
Data dan informasi yang relevan baik dari lembaga pengelola maupun
literatur jurnal digunakan sebagai pendukung penelitian. Data hasil survei dan
persepsi stakeholders diolah dengan analisis persepsi menggunakan skala likert untuk
mengetahui persepsi stakeholders dan demand wisata terhadap potensi sumber daya
menentukan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan
Strategy factors Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Strategy Factors Analysis
Summary). Hasil perhitungan dari analisa IFAS dan EFAS kemudian di Potensi dan
35
Strategi Pengembangan Ekowisata susun menjadi Matriks SWOT untuk menentukan
berikut :
EKOWISATA TAHURA BUKIT
BARISAN
Wawancara Terbuka
Observasi Lapang dan Wawancara Tertutup
Studi Pustaka (Kuisoner)
Analisa Deskriftif
Analisa Persepsi
Motivasi Stakeholder
Analisa IFAS-EFAS
Analisa SWOT
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Kabupaten Simalungun dengan letak posisi geografis antara 980 12’ 06” s.d 980 41’
40” BT dan 03 0 03’ 25” s.d 03 0 18’ 22” LS mencakup luas areal seluas 39.678
hektar.
Pelaksanaan Penelitian ini direncakan pada bulan Juni 2021 sampai dengan
September 2021.
Objek pada penelitian ini yaitu potensi sumber daya ekowisata di Tahura
Peralatan yang digunakan yaitu: alat tulis, tally sheet, kamera digital, GPS,
laptop, aplikasi Arc Gis 10.5, Microsoft Excell dan kuesioner berdasarkan kelas yang
37
telah ditentukan serta pedoman analisis daerah operasi obyek dan daya tarik wisata
Tabel III.1 Jenis Data yang Diperlukan dalam Penelitian Potensi dan
Strategi Pengembangan Ekowisata di Kawasan Tahura
Bukit Barisan
Metode pengumpulan Informasi yang
No. Jenis data
data dikumpulkan
1. Daya tarik wisata*
a. Keunikan sumberdaya Studi literatur dan Potensi fisik, biotik dan
alam observasi lapang budaya yang dianggap
memiliki ciri khas tertentu
b. Sumberdaya alam yang Studi literatur dan SDA yang menjadi pusat
menonjol observasi lapang perhatian pengunjung untuk
datang ke lokasi wisata
c. Jenis kegiatan yang dapat Studi literatur dan Aktivitas yang dapat dan
dan berpotensi untuk observasi lapang berpotensi untuk dilakukan
dilakukan oleh pengunjung disesuaikan
dengan kondisi dilapangan
d. Kebersihan lokasi Studi literatur dan Faktor-faktor yang dapat
observasi lapang mempengaruhi kebersihan
lokasi obyek wisata
e. Keamanan terhadap Studi literatur dan Aktivitas yang intensitasnya
kawasan observasi lapang dapat menurunkan kualitas
dan keamanan kawasan
f. Kenyamanan Studi literatur dan Kondisi lingkungan obyek
observasi lapang wisata yang mempengaruhi
kenyamanan pengunjung
2. Aksebilitas Observasi lapang dan Kondisi jalan, waktu dan jarak
wawancara pengelola tempuh dari pusat kota, serta
sarana transportasi menuju
lokasi wisata
3. Kondisi sosial, Studi literatur, Tingkat pengangguran, mata
budaya, ekonomi wawancara dan pencaharian, potensi budaya
masyarakat kuisioner masyarakat (atraksi budaya,
38
Metode pengumpulan Informasi yang
No. Jenis data
data dikumpulkan
kesenian, dan kepercayaan),
pendidikan dan tanggapan
pengembangan obyek wisata
(hambatan dan manfaat)
4. Potensi pengunjung
a. Karakteristik pengunjung Kuisioner dan Umur, jenis kelamin, daerah
wawancara asal, pendidikan, pekerjaan
dan tingkat pendapatan
b. Tujuan dan aktivitas Kuisioner dan Obyek daya tarik utama,
wawancara sumber informasi, tujuan
berwisata, aktivitas yang
dilakukan
c. Penilaian terhadap obyek Kuisioner dan Pelayanan, pengelolaan serta
wisata wawancara kondisi kawasan wisata yang
dikunjungi
d. Harapan pengunjung Kuisioner dan Harapan dan saran terhadap
wawancara pengembangan obyek wisata
5. Pengelola obyek wisata Wawancara dan studi Sistem pengelolaan,
Literatur kebijakan–kebijakan yang
berlaku, rencana
pengembangan pariwisata
alam dan hubungan kerjasama
dengan pihak luar
6. Pemerintah daerah Wawancara dan studi Kerjasama dengan Tahura
Literatur dalam pengelolaan pariwisata
alam dan rencana
pengembangan pariwisata
alam
Keterangan : *penjelasan unsur penilaian (Lampiran 1 Tabel kriteria penilaian obyek wisata)
Pengumpulan data melalui studi pustaka dan survei pendahuluan ini dilakukan
Tujuan dari kegiatan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui gambaran umum
penelitian yang akan dilakukan. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan
39
bahan, mempelajari dan menelaah sumber-sumber pustaka dan dokumen pengelola
a. Pengunjung
aktivitas pengunjung, penilaian pengunjung terhadap obyek wisata yang telah ada
wisata.
ketelitian dan jumlah populasi wisatawan dalam waktu tertentu dengan batas
ketelitian yang digunakan untuk populasi besar 0,1 (10%) dan 0,2 (20%) untuk
Rumus Slovin :
N
n=
1+Ne2
40
Keterangan : n = ukuran total sampel atau jumlah responden
Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi obyek wisata di Tahura Bukit Barisan
yang telah beroperasi dan dikelola yaitu Tongkoh, Penatepen, Sikulikap, Merga
wisata. Pengambilan data tersebut melalui pengisian kuisioner di setiap lokasi obyek
Slovin pada penelitian ini yaitu menggunakan populasi dari data banyaknya
pengunjung yang datang selama satu minggu terakhir sebelum pengambilan data.
Oleh karena itu, jumlah sampel pengunjung pada setiap lokasi obyek wisata berbeda
jumlah dan sebaran persentase setiap kelas umurnya seperti yang tersaji pada Tabel
III.2
Tabel III.2 Jumlah sampel pengunjung pada setiap lokasi obyek wisata di
Tahura Bukit Barisan berdasarkan Rumus Slovin
Total Populasi
No. Lokasi Sampel
per minggu
1. Tongkoh 50 24
2. Penatepen 2.500 44
3. Sikulikap 750 42
4. Merga Silima 25 16
5. Gunung Sibayak 500 41
Jumlah 3.825 167
41
b. Pengelola Obyek Wisata
hubungan kerjasama dengan pihak luar dan rencana pengembangan ekowisata yang
c. Masyarakat Sekitar
serta dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata. Pengambilan sampel
dengan jumlah sampel disesuaikan dengan data dan informasi yang dibutuhkan.
d. Pemerintah Daerah
kebijakan pemerintah yang berlaku, hubungan kerjasama dengan pihak luar dan
Metode observasi lapang ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara
42
lapangan bertujuan untuk menggali potensi sumberdaya yang memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai obyek wisata dan mengetahui daya tarik obyek yang telah ada
dan dikembangkan, serta verifikasi data yang diperoleh berdasarkan studi literatur
Data titik-titik koordinat pada lokasi objek ekowisata dalam GPS diolah dengan
menggunakan aplikasi Arc Gis 10.5 untuk mendapatkan peta persebaran potensi
Analisis potensi pada kawasan Tahura Bukit Barisan yang berhubungan dengan
sumberdaya alam hayati (flora dan fauna), keindahan alam, adat istiadat, budaya,
sarana dan prasarana penunjang. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi
43
Analisis data dilakukan dengan metode skoring dan deskriptif. Metode skoring
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA)
Data yang dikumpulkan meliputi keunikan sumber daya alam, kepekaan sumber
daya alam, variasi kegiatan wisata alam, banyaknya sumber daya alam yang
Tahun 2003.
makalah, bukubuku yang berkaitan serta data informasi instansi pemerintah yang
berupa data topografi, data sosial masyarakat, dan kedaaan umum lokasi penelitian.
Setelah data primer dan sekunder terkumpul selanjutnya pengolahan data dan analasis
data data dilakukan dengan metode skoring. Nilai bobot dari masing-masing kriteria
ODTWA PHKA tahun 2003, antara lain kriteria penilaian daya tarik wisata alam
dengan nilai bobot 6, kriteria penilaian aksesibilitas dengan nilai bobot 5, kriteria
akomodasi dengan nilai bobot 3, kriteria penilaian sarana prsarana penunjang dengan
nilai bobot 3, dan kriteria penilaian ketersediaan air bersih dengan nilai bobot 6.
44
Perhitungan untuk masing-masing kriteria tersebut menggunakan tabulasi
dimana angka-angka diperoleh dari hasil penilaian responden dan peneliti yang nilai
bobotnya berpedoman pada pedoman penilaian ODTWA PHKA Tahun 2003, dari
tiap-tiap kriteria penilaian dikalikan dengan nilai bobot dari masing-masing kriteria
S=NxB
keterangan:
Kemudian hasil dari nilai yang telah didapat dibandingkan lagi dengan nilai
bobot/klas yang telah didapat dari tabulasi klasifikasi pengembangan dari masing-
kelas baik, sedang, dan buruk untuk mendapatkan hasil akhir penilaian obyek
ekowisata Tahura Bukit Barisan yang dapat dilihat pada Tabel III.4.
45
3.4.3 Analisis Pengunjung
Data dan informasi yang diperoleh dari kuisioner disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik yang akan menggambarkan hubungan beberapa jawaban dari pertanyaan
gambaran mengenai bentuk kerjasama dan hambatan yang ada dalam pengembangan
pariwisata alam.
46
2013). Menurut Duran (2013), alternatif strategi didapat dari hasil perpaduan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)
sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Matriks SWOT
Tabel III.5. Matriks SWOT yang digunakan pada penelitian Potensi dan
Strategi Pengembangan Ekowisata di Tahura Bukit
Barisan
Faktor Internal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Eksternal
WO
Peluang (O) SO
WT
Ancaman (T) ST
Sumber : Rangkuti (2015).
Dalam matriks analisis SWOT pada Tabel III.3, akan dihasilkan 4 (empat) set
Tahura Bukit Barisan. Menurut Rangkuti (2015), ke empat set kemungkinan alternatif
peluangsebesar-besarnya.
47
4. Strategi WT : strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berkelanjutan. Formulasi strategi ini disusun berdasarkan analisis yang diperoleh dari
penerapan model SWOT dengan tahap-tahap yang dilakukan untuk menyusun strategi
sebagai berikut :
48
BAB IV
berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan
Presiden Nomor 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 dengan luas areal
seluruhnya kurang lebih 51.600 Ha, yang terletak di empat Kabupaten Provinsi
Sumatera Utara, yaitu : Kabupaten Langkat seluas kurang lebih 13.000 Ha,
Kabupaten Deli Serdang seluas kurang lebih 17.150 Ha, Kabupaten Simalungun
seluas kurang lebih kurang lebih 1.645 Ha, Kabupaten Karo seluas kurang lebih
19.805 Ha.
Fungsi Kelompok Hutan Sibolangit Sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan di
Simalungun Provinsi Sumatera Utara dengan luas kurang lebih 39.678 Ha.
Berdasarkan Kajian dan Analisis kriteria Blok Pengelolaan pada Tahura Bukit
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dan secara teknis
49
P.76/Menlhk-Setjen/2015 tentang kriteria zona Pengelolaan Taman Nasional dan
Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Alam, kriteria masing-masing blok pengelolaan pada kawasan Tahura Bukit
Blok Perlindungan
Blok perlindungan adalah bagian dari kawasan taman hutan raya yang ditetapkan
Blok Pemanfaatan
Blok pemanfaatan adalah bagian dari Tahura yang ditetapkan karena letak,
adalah merupakan wilayah yang memiliki objek dan daya tarik wisata;
penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, masa air, energi panas dan energi air;
alam; serta merupakan wilayah yang memiliki nilai sejarah atau wilayah dengan
50
Blok Tradisional
Blok Tradisional adalah bagian dari Kawasan pelestarian alam (KPA) yang
sumber daya alam. Kriteria blok tradisional adalah merupakan wilayah yang
Blok Rehabilitasi
Blok Rehabilitasi adalah bagian dari Tahura yang ditetapkan sebagai areal untuk
Blok Khusus
Blok Khusus adalah bagian dari Tahura yang ditetapkan sebagai areal untuk
transportasi dan lain-lain yang bersifat strategis. Kriteria blok khusus adalah
terdapat bangunan yang bersifat strategis yang tidak dapat dielakan serta
51
Blok Koleksi
Blok koleksi tumbuhan dan atau satwa adalah bagian dari Tahura yang
ditetapkan sebagai areal koleksi tumbuhan dan atau satwa. Kriteria blok koleksi
adalah wilayah yang ditujukan untuk koleksi tumbuhan atau satwa liar; terdapat
tumbuhan dan/atau satwa asli atau unggulan setempat dalam jumlah yang cukup
98012’06” s.d 98041’40” BT dan 03003’25” s.d 03018’22” LS mencakup luas areal
52
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Karo (Sungai Wampu dan Hutan
Lindung)
Kawasan Tahura Bukit Barisan ditetapkan sebagai satu unit pengelolaan yang
berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan
53
Presiden Nomor 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 dengan luas areal
seluruhnya kurang lebih 51.600 Ha, kawasan hutan tersebut sebagian besar
merupakan hutan lindung yang berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak
1. Hutan Lindung Sibayak I Register 1/D seluas kurang lebih 7.030 Ha ditetapkan
2. Hutan Lindung Sibayak II Register 1/K seluas kurang lebih 6.350 Ha ditetapkan
3. Hutan Lindung Simacik I Register 1/Sg seluas kurang lebih 9.800 Ha ditetapkan
4. Hutan Lindung Simacik II Register 6/Sm seluas kurang lebih 1.645 Ha ditetapkan
6. Hutan Lindung Sinabung Register 2/K, seluas kurang lebih 13.448 Ha ditetapkan
Sibolangit seluas 120 Ha yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Sibolangit seluas kurang lebih 200 Ha yang dijadikan lokasi Jambore Nasional
54
Gerakan Pramuka tahun 1977 dan Arboretum Tongkoh yang ditanami dengan
berbagai jenis pohon hutan (kurang lebih 72 jenis) sejak tahun 1916 sampai tahun
1941.
diserahkan kepada Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara untuk dikelola dan telah
selesai ditanami pada tahun 1985 s/d 1986 dengan 32 jenis tanaman dalam bentuk
"arboretum".
4.1.3 Aksebilitas
Tahura Bukit Barisan memiliki aksesibilitas yang relatif mudah serta sarana
jalan yang cukup memadai. Secara umum, kawasan berada di pinggir jalan raya dari
Kota Medan menuju Berastagi dan jalan raya Langkat menuju Karo. Secara rinci,
aksesibilitas Tahura Bukit Barisan dari beberapa Kabupaten dan Kota di Sumatera
Jarak tempuh dari pusat Kota Medan adalah: kurang lebih 60 km.
Jarak tempuh dari Bandar Udara Internasional Kuala Namu : kurang lebih 95
km.
55
4.1.4 Kondisi Fisik
4.1.4.1.Topografi
curam dengan kemiringan lereng bervariasi, mulai dari kategori Landai (8–15%)
sampai dengan sangat curam (>40%). Mayoritas topografi didominasi kelas kelerengan
sangat curam sebesar 68,84 % dan diikuti dengan kelas kelerengan curam sebesar 25,32
formasi geologi. Secara umum Tahura Bukit Barisan termasuk dalam formasi geologi
Satuan Mentar seluas kurang lebih 14,786.76 Ha (37,27%) dan formasi geologi terkecil
adalah formasi Aluvium Muda seluas kurang lebih 31,16 Ha (0,08 %).
Jenis tanah yang terdapat di Kawasan TAHURA Bukit Barisan terdiri dari
berbagai jenis tanah, seperti : Renzina, Grumosol, Podsolik Merah Kuning, Latosol,
4.1.4.3.Iklim
Wilayah Tahura Bukit Barisan adalah daerah beriklim tropis seperti umumnya
daerah–daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, yang memiliki 2 (dua)
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Berdasarkan data dari Stasiun
Klimatologi Kuta Gadug, curah hujan tertinggi pada bulan April dengan rata rata curah
hujan 348,0 mm dan rata – rata hari hujan 20,0 hari. Curah hujan terendah pada bulan
56
Juli dengan rata – rata curah hujan 17,0 dan rata–rata hari hujan 6,0 hari. Berdasarkan
klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Bukit Barisan termasuk ke dalam klasifikasi
type B dengan curah hujan rata-rata pertahun 2.000 s/d 2.500 mm. Suhu udara
minimum 13°C dan maksimum 25°C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 90-
100%.
4.1.4.4.Hidrologi
Aliran Sungai (DAS) meliputi DAS Wampu, Ular, Percut, Deli, Belumai dan Belawan.
Berdasarkan luasnya daerah tangkapan air, DAS Wampu mendominasi wilayah Tahura
Bukit Barisan dengan luas kurang lebih 21.463,80 Ha (54,09%), selanjutnya DAS Ular
seluas kurang lebih 7.517,90 Ha (37,89%), DAS Percut seluas kurang lebih 5.348,50
Ha (13,47%), DAS Belumai seluas kurang lebih 2.555,00 Ha (6,42%), DAS Deli seluas
kurang lebih 2.378,82 Ha (5.99%), dan DAS Belawan seluas kurang lebih 414,00 Ha
(1.04%).
pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar antara lain : Tusam (Pinus
(Alseodaphne sp.) Podocarpus sp, Ingul (Toona sureni), Casuarina sp.; Palaquium
sp.., termasuk jenis-jenis dari Dipterocarpaceae. Sedangkan jenis--jenis dari luar antara
57
lain : Pinus caribeae, Pinus casia, Pinus massoniana, Pinus insularis, Eucalyptus sp.,
Cupresus sp., Agathis sp., dan lain-lain. Selain jenis vegetasi , terdapat juga beberapa
jenis tanaman obat dan tanaman hias seperti : Arbei, Senduduk, Pacar Air, Lengkuas,
Daun Sang, Talas, Cekala, Pakis, Anggrek hutan. Jenis tanaman lain seperti : durian,
4.1.5.2. Fauna
4.1.5.2.1. Mamalia
inventarisasi satwa liar khususnya hewan mamalia, yang dilakukan oleh Sources of
Indonesia (2018), dengan cara eksplorasi sedikitnya dalam kawasan Tahura Bukit
Barisan dapat dijumpai sebanyak 20 jenis hewan mamalia dari 15 familli. Dari data
tersebut dua diantaranya saat ini dalam kondisi terancam punah dan kritis yaitu
keduanya masuk dalam terancam punah. Sedangkan Trenggiling (Manis javanicus) dan
Kukang (Nycticebus coucang) masuk dalam kondisi kritis. Jenis mamalia yang
Tabel IV-2. Jenis Mamalia yang Dijumpai di Kawasan Tahura Bukit Barisan
58
No Nama Lokal Nama Latin Familli IUCN
4.1.5.2.2 Herpetofauna
Untuk jenis Amfibi dan Reptil spesies endemik Sumatera Utara yang
catamitus. Jumlah individu yang paling banyak ditemukan adalah Microhyla sp.,
59
No Klass Suku Nama Indonesia Jumlah Endemik
7. Amphibia Rhacophoridae Katak-pohon bergaris 2
8. Amphibia Rhacophoridae Katak-pohon terbang 4 1
9. Reptilia Agamidae Bunglon berastagi 2 1
10. Reptilia Agamidae Bunglon gunung-api 10 1
11. Reptilia Gekkonidae 1
12. Reptilia Gekkonidae 3
13. Reptilia Pareatidae 1
14. Reptilia Pareatidae 1
15. Reptilia Viperidae Ular punai andalas 1 1
Jumlah Total Individu 78
Jumlah Total Jenis 15
Sumber: Herpetologer Mania dan Yayasan Ekosistem Lestari (2018).
Burung merupakan salah satu hewan indicator dari sebuah habitat. Keberadaan
berbagai jenis burung dalam satu habitat mengindikasikan lokasi tersebut masih dalam
kategori baik. Hasil pengamatan burung di kawasan Tahura Bukit Barisan oleh Sources
of Indonesia yang dilakukan pada tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel IV-4.
60
No Nama Indonesia Suku/familly IUCN UU SEBARAN
21 Bentet loreng LC
Laniidae
22 Bentet coklat LC
23 Kicuit hutan LC Migran
24 Kicuit batu Motacillidae LC Migran
25 Kicuit kerbau LC Migran
26 Kehicap ranting Monarchidae LC
27 Burung-madu polos LC *
28 Pijantung kecil LC *
39 Sepah raja Nectariniidae
30 Pijantung besar LC *
31 Pijantung kampung LC *
32 Burung-gereja erasia Ploceidae LC
33 Merbah cerukcuk LC
34 Merbah mata-merah LC
35 Cucak kuning LC
36 Merbah belukar LC
Pycnonotidae
37 Cucak kutilang LC
38 Merbah corok-corok LC
39 Berinji gunung LC
40 Cucak gunung LC
41 Kreo padi Rallidae LC
42 Kipasan gunung LC *
43 Sikatan belang Rhipiduridae LC *
44 Kipasan mutiara LC *
45 Perling kumbang LC
46 Kerak kerbau Sturnidae LC
47 Kerak ungu LC
48 Cinenen kelabu LC
49 Cinenen gunung Sylviidae LC
50 Cinenen belukar LC
51 Ciung-air pongpong NT
Timaliidae
52 Tepus lurik LC
Sumber : Sources Of Indonesia (2015)
Keterangan : NT=Hampir terancam, LC=Resiko Rendah
Pada umumnya keadaan topografi kawasan Tahura Bukit Barisan terjal dan
sebagian kecil bergelombang dan landai. Dibeberapa tempat terdapat pegunungan dan
puncak tertinggi, yaitu: Gunung Sinabung dengan ketinggian kurang lebih 2.460 m dpl.
Udara yang sejuk, vegetasi alam yang masih utuh dan landsekap yang indah dan
menarik, perbukitan yang baik untuk lintas alam dan berkemah, sumber air yang cukup
61
tersedia, obyek-obyek wisata alam beserta peristiwa atau atraksi budaya yang sangat
memikat menjadi alasan utama daerah ini menjadi daerah tujuan wisata.
Beberapa obyek-obyek wisata yang terdapat di kawasan taman hutan raya ini,
antara lain : Air Terjun Dua Warna, Air terjun Sikulikap, Air Terjun Pande Namura,
Air Terjun Sirembak Dua, Tongkoh (pusat informasi dan arboretum Tahura), Gunung
Sibayak, Gunung Sinabung, Berastagi dan sekitarnya, sangat cocok bagi wisatawan
domestik maupun luar negeri untuk tempat rekreasi maupun untuk kegiatan cinta alam.
Utara.
Sasaran Kegiatan sektor pariwisata antara lain pembinaan keindahan alam, seni
dan lain-lain untuk dimanfaatkan sebagai obyek wisata dan rekreasi yang bermanfaat
Secara garis besar obyek-obyek wisata yang terdapat di daerah kawasan Tahura
Bukit Barisan dapat dikelompokkan menjadi : (1) obyek wisata alam, berupa
pegunungan/perbukitan, lembah panorama, air terjun dan keindahan alam lainnya yang
cukup menarik ; (2) obyek wisata rekreasi, berupa piknik keluarga, play ground dan
camping ground; (3) obyek lokasi ekowisata untuk penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, (4) obyek wisata sejarah dan budaya, meliputi adat-istiadat, bangunan
62
4.1.7.1 Kependudukan
Desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan Tahura Bukit Barisan berjumlah 68
(enam puluh delapan) desa dalam 18 (delapan belas) kecamatan dan dalam 4 (empat)
63
NO KABUPATEN KECAMATAN DESA
2. Cingkes
3. Saran Padang
4 Karo Kutabuluh 1. Jinabun
2. Lau Buluh
3. Kuta Male
4. Ujung Deleng
5. Rih Tengah
6. Amburidi
7. Kutabuluh Gugung
Payung 1. Suka Meriah
2. Guru Kinayan
Tiganderket 1. Mardingding
2. Kuta Mbaru
3. Susuk
4. Kuta Kepar
Naman Teran 1. Kuta Gugung
2. Sigarang Garang
3. Bekerah
4. Simacem
5. Ndeskati
6. Kuta Mbelin
7. Gung Pinto
8. Kebayaken
Merdeka 1. Ujung Teran
2. Cinta Rayat
3. Merdeka
4. Jaranguda
5. Semangat Gunung
Berastagi 1. Sempajaya
2. Daulu
Dolat Rayat 1. Dolat Rayat
Barus Jahe 1. Barusjahe
2. Serdang
3. Penampen
4. Sikap
5. Tanjung Barus
6. Barus julu
Sumber : Tahura Bukit Barisan, 2018
64
Keberadaan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara langsung
mempengaruhi kelestarian sumberdaya hutan yang dapat terdeteksi dari tekanan jumlah
penduduk terhadap kebutuhan lahan dan faktor ketenagakerjaan. Data penduduk pada
kecamatan di sekitar kawasan pengelolaan Tahura Bukit Barisan disajikan pada Tabel
IV-6.
Langkat sebanyak 51.120 jiwa dan Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo sebanyak
49.805 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah pada Kecamatan Gunung Meriah
65
Kabupaten Deli Serdang yaitu 2.949 jiwa dan Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten
Karo sebanyak 9.378 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk sekitar hutan berdasarkan
rasio laki-laki dan perempuan menunjukkan jumlah yang relatif berimbang. Jumlah
penduduk tersebut merupakan potensi Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan hutan.
4.1.7.2 Pendidikan
pendidikan yang ada adalah tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.
Semakin tinggi fasilitas pendidikan yang ada, berpengaruh terhadap semakin tingginya
hutan yang lestari. Data fasilitas pendidikan disajikan pada Tabel IV-7.
66
Fasilitas Pendidikan
NO KABUPATEN KECAMATAN SMP
SD PT
Sederajat SMA Sederajat
Tiganderket 16 2 1 -
Naman Teran 11 2 - -
Merdeka 5 - 1 -
Berastagi 24 9 8 -
Dolat Rayat 6 1 - -
Barus Jahe 21 5 1 -
Jumlah 321 85 59 -
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang ( 2019),BPS Kabupaten Langkat (2019, BPS Kabupaten Simalungun
(2019), BPS Kabupaten Karo (2019)
4.1.7.3 Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat disekitar kawasan hutan Tahura Bukit Barisan
dan Rumah Sakit. Secara umum, fasilitas kesehatan telah merata di setiap kecamatan
masyarakat telah terlindungi dengan fasilitas yang tersedia. Data fasilitas kesehatan
67
Fasilitas Kesehatan
No. Kabupaten Kecamatan Posyan Rumah Puskesmas Rumah
Puskesmas Klinik
du Bersalin Pembantu Sakit
Gn. Meriah 12 - 2 1 - -
Stm Hulu 20 - 3 1 1 -
Biru-Biru 50 - 3 1 6 -
Stm Hilir 49 - 5 1 3 -
2 Langkat Bahorok 84 1 17 2 6 -
Kutambaru 34 - 7 1 1 -
Sei Bingai 74 5 12 2 11 -
3 Simalungun Dolok Silau 23 - 6 1 4 -
4 Karo Kutabuluh 20 1 10 1 2 -
Payung 11 - 14 1 - -
Tiganderket 18 - 22 1 - -
Naman Teran 17 - 19 1 1 -
Merdeka 9 - 13 1 - -
Berastagi 54 4 20 2 8 2
Dolat Rayat 8 - 9 1 - -
Barus Jahe 26 - 30 1 4 -
Sumber : BPS Kabupaten Deliserdang (2019), BPS Kabupaten Langkat (2019), BPS Kabupaten Simalungun
(2019), BPS Kabupaten Karo (2019).
masyarakat beragama Kristen dan Katolik, sebagian beragama Islam, dan sebagian
kecil beragama Budha dan Hindu. Data fasilitas keagamaan disajikan pada Tabel IV-9.
Tabel IV-9. Fasilitas Rumah Ibadah disekitar kawasan Tahura Bukit Barisan
No Kabupaten Kecamatan Fasilitas Keagamaan
68
Mesjid / Musholla Gereja Vihara Kuil
1 Deli Serdang Kutalimbaru 35 70 - -
Sibolangit 13 43 3 1
Gunung Meriah 1 26 - -
Stm Hulu 14 37 - -
Biru-Biru 31 39 3 4
Stm Hilir 58 73 - 1
2 Langkat Bahorok 113 16 1 -
Kutambaru 30 20 - -
Sei Bingai 57 59 - -
3 Simalungun Dolok Silau 6 39 - -
4 Karo Kutabuluh 11 58 - 1
Payung 8 27 - -
Tiganderket 17 43 - 1
Naman Teran 11 31 - -
Merdeka 10 23 - -
Berastagi 10 46 - -
Dolat Rayat 3 24 - -
Barus Jahe 11 74 - -
Jumlah 439 748 7 8
Sumber : Kabupaten Deliserdang dalam Angka 2019, Kabupaten Langkat dalam Angka 2019,
Kabupaten Simalungun dalam Angka 2019, Kabupaten Karo dalam Angka 2019
pegunungan dan berdekatan dengan hutan dan ladang, berakibat pada banyaknya hasil
alam yang dimanfaatkan dari kedua tempat tersebut oleh masyarakat sekitar guna
dan ladang sebagian besar digunakan untuk keperluan sendiri (subsistem). Beberapa
orang juga melakukan jual beli dari sumberdaya alam tersebut kepada masyarakat
69
penanaman padi di ladang (padi huma). Dalam satu tahun masyarakat menanam padi
Selain memanfaatkan sumber daya alam yang ada, sebagian masyarakat sekitar
Tahura Bukit Barisan juga melakukan kegiatan bercocok tanam. Aktivitas tersebut
dilakukan dengan cara memanfaatkan ladang dan kebun untuk menanam buah-buahan
dan sayur-mayur. Di ladang masyarakat biasanya menanam jeruk, kopi, padi, pisang,
pepaya, jagung dan kacang tanah. Sedangkan di kebun banyak ditanam sayur-sayuran
seperti wortel, tomat, kol, kentang, kacang panjang, dan sayur-sayuran lainnya.
juga menanam tanaman jangka panjang seperti kelapa, pinang, mangga, rambutan,
nangka, durian, dan jenis tanaman buah jangka panjang lainnya. Hasil dari ladang
tersebut, selain dikonsumsi sendiri juga dijual. Untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk
dan protein hewani lainnya seperti daging dan telur masyarakat sekitar Tahura Bukit
Barisan pada umumnya mebeli di pasar terdekat dan memelihara binatang ternak
Blok Pemanfaatan dengan luas kurang lebih 4.971 hektar atau 12,53% dari luas Tahura
Bukit Barisan. Sesuai dengan tujuan pembangunan Tahura Bukit Barisan Blok
70
cinta alam Indonesia, adapun potensi ekowisata pada Blok Pemanfaatan tersebar
Potensi ekowisata ini terletak di Desa Sukamakmur, Ujung Deleng, Bandar Baru
Kabupaten Deli Serdang yang terletak pada koordinat 98° 30' 10" BT – 98° 32'
29" BT dan 3° 14' 23" LU - 3° 18' 15" LU, pada lokasi ini terdapat obyek wisata
air terjun dua warna yang sudah ramai dikunjungi oleh wisatawan dan
71
4.2.2 Lokasi Penatapan, Air terjun Sikulikap dan Tongkoh
Potensi ekowisata ini terletak di Desa Merdeka, Desa Doulu, Desa Semangat
Gunung, Desa Jaranguda, Desa Dolat Rakyat, Basam yang terletak pada
koordinat 98° 29' 19" BT – 98° 34' 12" BT dan 3° 11' 15" LU - 3° 14' 36" LU,
pada lokasi ini sudah ada kegiatan pemanfaatan seperti : lokasi Sumber Air
Desa Semangat Gunung, Lokasi Sumber mata air PT. Tirta Sibayakindo, Lokasi
Penatapan dan Air Terjun Sikulikap di Desa Doulu, Obyek wisata alam
(Camping Ground dan Play Ground) Air Terjun Sirembak Dua di sekitar kantor
Tahura di Tongkoh, Gunung Barus di desa Basam sebagai sumber air bagi
kebutuhaan masyarakat.
72
Gambar IV-3 Potensi Ekowisata Penatapan
Potensi ekowisata ini terletak di Desa Tanjung Barus, Kabung, Siberteng, Desa
Kabupaten Simalungun yang terletak pada koordinat 98° 34' 22" BT – 98° 37'
52" BT dan 3° 03' 39" LU - 3° 11' 41" LU, terdapat kegiatan pemanfaatan
sumber air bagi kebutuhan Rumah Tangga masyarakat dengan pemasangan pipa
73
mendorong daerah sekitarnya menjadi suatu kawasan Agrowisata. Beberapa
Bukit Barisan antara lain : Air Terjun Simempar di Desa Simempar Kecamatan
Gunung Meriah, Air Terjun Pelangi di Desa Tanjung Timur, Lau Mentar Canyon
Gambar IV-4 Potensi Air Terjun Simempar dan Air Terjun Pelangi
Lokasi ini terletak di Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran atau lebih sering
disebut daerah Jalan tembus Karo –Langkat terdapat potensi wisata alam berupa
air terjun (Pande Namura) terletak pada koordinat 98° 21' 50" BT – 98° 22' 18"
74
BT dan 3° 14' 51" LU - 3° 15' 08" LU, pada lokasi ini belum ada dilakukan
kegiatan pengelolaan baik oleh masyarakat sekitar maupun UPT. Tahura Bukit
Potensi Ekowisata ini terletak di Desa Sikeben dan Desa Bukum Kecamatan
Sibolangit, terletak pada koordinat 98° 33' 48" BT, 3° 13' 45" LU dan 98° 36' 02"
BT, 3° 13' 14" LU, terdapat potensi wisata alam berupa air terjun dan Sungai,
sungai ini memiliki 2 rasa yaitu hangat dan dingin karena memiliki suhu yang
berbeda. Akses jalan menuju kedua lokasi ini hanya sampai batas perkampungan
75
masyarakat, dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit berjalan kaki untuk
mencapai lokasi ini, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai di objek
wisata ini seperti shelter dan jalan setapak menuju lokasi wisata ini.
Namanteran, terletak pada koordinat 98° 22' 13" BT- 98° 23' 37" BT dan 3° 10'
13" LU dan, 3° 11' 49" LU, pada blok ini memungkinkan untuk dibangun
fasilitas wisata alam karena berdekatan dengan lokasi wisata Danau Lau Kawar
yang di kelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara
(BBKSDASU) melalui Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk, dan lokasi
ini berada persis dibawah kaki Gunung Sinabung. Wisata pendakian Gunung
Sinabung juga selama ini sudah dimanfaatkan oleh para pendaki gunung atau
komunitas pecinta alam, namun sejak erupsi gunung Sinabung kegiatan tersebut
76
berhenti. Kedepannya perlu dilakukan penataan dan perbaikan fasilitas untuk
pendakian gunung Sinabung berupa Pos Retribusi, Shelter, Kamar Mandi dan
Gambar IV-7 Potensi Wisata Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung
4.3 Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Tahura Bukit Barisan
ADO-ODTWA Dirjen PHKA Tahun 2003 yaitu sebuah instrumen untuk menetapkan
prioritas pengembangan suatu obyek wisata alam. Kriteria yang dinilai yaitu daya
tarik, aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata.
A. Daya Tarik
Penilaian kriteria daya tarik terdiri dari 6 unsur penilaian yaitu keunikan
alam yang dapat dan berpotensi untuk dilakukan, kebersihan lokasi, keamanan
77
terhadap kawasan, serta kenyamanan. Setiap unsur penilaian mempunyai nilai
yang berbeda sesuai dengan banyaknya sub unsur penilaian yang terdapat pada
lokasi wisata tersebut. Bobot penilaian kriteria daya tarik yaitu enam. Hal ini
dikarenakan daya tarik obyek wisata merupakan alasan utama seseorang datang
berkunjung. Berdasarkan hasil penilaian dari kelima lokasi obyek wisata berada
pada kisaran nilai 666-840 ini menunjukan bahwa kelima lokasi obyek wisata
memiliki potensi daya tarik yang berbeda. Nilai tertinggi penilaian daya tarik
yaitu Tongkoh dan Gunung Sibayak dengan nilai 840, nilai tersebut
menunjukan obyek wisata ini memiliki keunggulan unsur penilaian yang lebih
banyak daripada lokasi wisata yang lainnya seperti yang disajikan pada Tabel
IV-10. Salah satu contoh unsur penilaian keunikan sumberdaya alam yang
tertinggi nilai 25 menunjukan bahwa pada lokasi wisata ini terdapat 4 sub unsur
penilaian yaitu gunung, air terjun (sirembak dua), flora fauna (pohon pinus dan
Lokasi
No. Unsur Penilaian
1 2 3 4 5
1 Keunikan sumberdaya alam 25 10 15 20 25
2 Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol 25 20 30 20 30
3 Kegiatan wisata yang dapat dan berpotensi 25 16 25 25 25
dilakukan
4 Kebersihan lokasi 30 25 20 20 20
5 Keamanan terhadap kawasan 10 20 15 25 15
6 Kenyamanan 25 20 25 25 25
Nilai (Jumlah x bobot 6) 840 666 780 810 840
Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak
78
B. Aksesibilitas
jalan, jarak dan waktu tempuh, serta adanya fasilitas transportasi menuju lokasi
kondisi jalan, waktu dan jarak tempuh dari pusat kota. Bobot penilaian kriteria
ini yaitu lima, hal ini dikarenakan kemudahan aksesibilitas merupakan salah
satu faktor pendorong pengunjung untuk berwisata pada suatu lokasi obyek
wisata.
obyek wisata alam memiliki nilai 350 dalam klasifikasi penilaian tersebut
berada pada kategori sedang yaitu aksesibilitas menuju lokasi sudah dalam
lokasi obyek wisata.. Hal tersebut dipengaruhi oleh jarak tempuh yang dekat
dengan pusat kota dan kemudahan menuju lokasi obyek wisata letaknya dekat
dengan jalan utama kabupaten. Namun pada umumnya kondisi jalan menuju
umum, sebagian besar lokasi obyek wisata hanya dapat ditempuh dengan
79
Tabel IV-11: Hasil Penilaian Aksesbilitas Menuju Lokasi Obyek Wisata di
Tahura Bukit Barisan
Lokasi
No. Unsur Penilaian
1 2 3 4 5
1 Kondisi jalan 30 30 30 30 30
2 Waktu tempuh dari pusat kota 25 25 25 25 25
3 Jarak tempuh dari pusat kota 15 15 15 15 15
Nilai (Jumlah x bobot 5) 350 350 350 350 350
Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak
80
secara umum mengenai pengembangan obyek wisata alam yang ada di daerah
yang berbeda pada setiap obyek wisata yang ada, sehingga besarnya nilai yang
bagi rencana pengembangan obyek wisata, karena akan semakin banyak tenaga
kerja yang terlibat langsung dalam pengelolaan obyek wisata, semakin besar
pengangguran, data tersebut diperoleh dari data sekunder. Selain itu, tingkat
besarnya nilai yang diberikan 30, karena tingkat pendidikan masyarakat sekitar
lokasi wisata seperti pada Tabel IV-12 nilai total penilaian berada pada kisaran
nilai 475-500. Nilai tersebut pada Tabel III-4 klasifikasi penilaian termasuk
81
sekitar mereka dirasakan memberi keuntungan baik secara langsung maupun
tidak langsung dan mereka dapat pula ikut serta membantu dalam pengelolaan
Lokasi
No. Unsur Penilaian
1 2 3 4 5
1 Tingkat pengangguran 15 15 15 15 15
2 Mata pencaharian penduduk 20 25 20 20 20
3 Tingkat Pendidikan 30 30 30 30 30
4 Tanggapan masyarakat terhadap 30 30 30 30 30
pengembangan obyek wisata
Nilai (Jumlah x bobot 5) 475 500 475 475 475
Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak
sekitar mereka dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada
besarnya dampak yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata di daerah mereka.
Pertama yaitu kelompok masyarakat yang tidak ikut terlibat dalam kegiatan
obyek wisata lebih lanjut. Hal ini dikarenakan mereka tidak merasakan manfaat
dirugikan dengan adanya kegiatan wisata di obyek wisata alam sekitar mereka.
82
perkelahian dan mengkonsumsi minuman keras, serta sampah dari kegiatan
wisata. Adanya perilaku pengunjung yang seperti itu membuat jelek nama baik
daerah mereka. Selain itu, terdapat pula masyarakat yang ikut serta dalam
kegiatan wisata yang merasa dirugikan dengan bentuk pengelolaan saat ini.
dahulunya dapat disebut sebagai pengelola obyek wisata secara tidak resmi.
Selain itu adanya kegiatan wisata alam membuat daerah mereka lebih terkenal,
ramai dan dapat mengenal orang dari daerah luar. Sehingga masyarakat yang
yang dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu adanya perbaikan jalan dan
juga secara tidak langsung memberikan manfaat bagi mereka. Pada beberapa
83
antara pengunjung dan pemandu, tetapi bentuk kerjasama seperti ini sangat
jarang terjadi.
satu obyek daya tarik wisata yang menarik untuk diikuti. Kebudayaan pada
tersebut belum menjadi bagian dari sebuah atraksi wisata di obyek wisata
tersebut.
Penilaian obyek dan daya tarik wisata dilakukan untuk menentukan potensi
obyek wisata alam yang menjadi prioritas pengembangan ekowisata di Tahura Bukit
dalam menyusun program pengembangan wisata alam yang ada. Berdasarkan hasil
dari rekapitulasi penilaian obyek wisata alam pada Tabel IV-13 mempunyai rentang
nilai antara 1516-1665. Nilai tersebut dalam Tabel III-4 klasifikasi penilaian termasuk
pada kategori sedang (1184-1657) yaitu Penatapen, Sikulikap dan Merga Silima.
Obyek wisata tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, namun bukan prioritas
utama pengembangan suatu daerah operasi obyek daya tarik wisata pada 5 lokasi
wisata di Tahura Bukit Barisan. Sedangkan obyek wisata yang termasuk kategori baik
(1658-2130) yaitu Tongkoh dan Gunung Sibayak yaitu obyek wisata yang
mempunyai potensi untuk dilakukan pengembangan wisata alam yang lebih lanjut
84
dan merupakan prioritas utama dalam pengembangan daerah operasi obyek daya tarik
wisata.
Tabel IV-13 : Hasil Rekapitulasi Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata di
Tahura Bukit Barisan
Lokasi
No. Unsur Penilaian Kondisi Sosek
Daya Tarik Aksebilitas Total Nilai
Masyarakat
1 Tongkoh 840 350 475 1665
2 Penatapen 666 350 500 1516
3 Sikulikap 780 350 475 1605
4 Merga Silima 810 350 475 1635
5 Gunung Sibayak 840 350 475 1665
Obyek wisata Tongkoh dan Gunung Sibayak pada penilaian kriteria daya tarik
mendapatkan nilai terbesar, obyek wisata ini mempunyai beberapa keunikan dan
sumberdaya alam yang dapat menjadi daya tarik pengunjung untuk berwisata
dan pegunungan dengan pepohonan pinus serta aneka satwa (kera, kupu-kupu, dan
lain-lain) dan adat istiadat/budaya masyarakat setempat. Demikian juga dengan lokasi
objek wisata Gunung Sibayak yang juga memiliki daya tarik terbesar karena banyak
85
4.4 Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di lokasi obyek wisata dapat
dan prasarana yang tersedia masih membutuhkan penataan serta peningkatan kualitas
dan kuantitasnya. Beberapa sarana dan prasarana yang sudah tersedia di lokasi wisata
yaitu mushola, MCK, shelter, tempat sampah, tempat parkir dan warung. Secara
umum sarana dan prasarana yang diharapkan tersedia oleh pengunjung berdasarkan
kuisioner di sekitar lokasi obyek wisata antara lain pusat informasi, papan
Pembangunan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata ini selain untuk
untuk menjaga image lokasi wisata selain dengan adanya pengawasan dan
pada satu obyek misalnya pada lokasi wisata Tongkoh pengunjung paling
86
banyak berada di sekitar air terjun sirembak dua dan tidak menyebar ke lokasi
4.5 Pengunjung
suatu obyek wisata baik bentuk dan jenis kegiatannya, agar sesuai dengan karakter
pengunjung. Data karaktetistik pengunjung disajikan pada Tabel IV-14 yang terdiri
dari jumlah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, tingkat
87
Jumlah (Orang) Total
No. Komposisi Pengunjung Persentase
1 2 3 4 5
(%)
Pekerjaan
1. Pelajar/mahasiswa 12 3 17 19,16
2. PNS/TNI/POLRI 3 7 2 7,19
3. Pegawai swasta 10 24 24 6 10 44,31
4. Pengusaha/Wiraswasta 14 5 18 10 28,14
5. Lainnya 2 1,20
Tingkat Pendapatan
1. <1.000.000 12 14 15,57
2. 1.000.000-2.000.000 24 15 30 5 7 48,50
3. 2.000.000-3.000.000 25 5 10 23,95
4. >3.000.000 6 6 10 13,17
Asal Pengunjung
1. Kabupaten Karo 4 6 11 6 12 23,35
2. Luar daerah Kabupaten Karo 20 38 31 10 29 76,65
Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak
Berdasarkan data hasil kuesioner tersebut (Tabel IV-14) dapat terlihat bahwa
pengunjung yang datang berwisata ke obyek wisata di Tahura Bukit Barisan cukup
beragam. Sebagian besar pengunjung 54,49% laki-laki, kelas umur terbanyak yang
pengunjung 48,50% berkisar Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 hal ini dikarenakan
tingkat pendidikan tertinggi 74,85% SLTA dan 22,75% perguruan tinggi. Pengunjung
obyek wisata di Tahura Bukit Barisan didominasi pengujung dari luar Kabupaten
Karo sebanyak 76,65% berasal dari Medan, Deli Serdang dan Langkat
88
4.5.2 Tujuan dan Aktivitas Pengunjung
(21,08%) dan datang sendiri (1,62%). Pengunjung yang datang hampir 59,46%
dan umum 21,08% merupakan pengunjung yang rombongan sekolah, organisasi atau
perkumpulan biasa.
alam yang masih alami dengan udara khas pegunungan yang sejuk. Setiap lokasi
wisata alam dianggap mempunyai keindahan alam yang memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan lokasi wisata lainnya. Pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata
alam di Tahura Bukit Barisan selain untuk menikmati pemandangan alam, mereka
juga sering menggunakan lokasi wisata sebagai daerah tujuan study tour 27,57%.
Obyek wisata yang paling banyak digunakan untuk study tour adalah obyek wisata
Tongkoh dan Merga Silima (bumi perkemahan). Bahkan terdapat sekolah tertentu
yang menjadi pengunjung tetap setiap tahun pada lokasi wisata tertentu untuk
Aktivitas yang disukai oleh pengunjung yang datang bersama keluarga antara
lain bermain air dan makan-makan di sekitar obyek wisata. Selain itu juga, aktivitas
89
pengunjung yang banyak disukai yaitu fotografi (7,57%) pengunjung dapat
biasanya aktivitas ini banyak dilakukan oleh pengunjung yang berusia remaja dan
dewasa. Aktivitas tersebut antara lain jalan-jalan berkeliling obyek wisata dan duduk-
duduk santai memandangi suasana alam. Bahkan pada beberapa obyek wisata seperti
Tongkoh dan Merga Silima terdapat pengunjung yang datang untuk melihat
Barisan diperoleh pengunjung dari teman atau keluarga (95,14%), radio (2,16%) dan
1,62% dari majalah, serta televisi dan leaflet (0,54%). Promosi wisata yang telah
dilakukan oleh UPT Pengelola Tahura dan pihak pengelola wisata antara lain
mengunakan fasilitas radio daerah, leaflet, buku informasi wisata, pembuatan website
informasi obyek wisata daerah dan ikut serta dalam kegiatan pameran kepariwisataan
daerah.
obyek wisata, lingkungannya, pelayanan, dan fasilitas yang ada. Panorama keindahan
alam 81,08% dinilai baik, namun dalam pengelolaan flora dan fauna 46,49% menilai
cukup. Hal ini dikarenakan pengunjung belum bisa menikmati keragaman flora dan
fauna yang ada di obyek wisata alam tersebut, pengunjung masih melihat adanya
90
kerusakan pada beberapa jenis pohon seperti luka bekas koakan atau pengambilan
getah pinus dan pengumpulan atau pematahan ranting pohon untuk kayu bakar.
Selain itu, adanya anakan pohon yang mati tidak terawat dan rusak terinjak
pengunjung, namun mereka beranggapan itu adalah kelalaian dari pihak pengelola
Pengunjung menilai kurang adanya atraksi budaya dan seni(78,38%). Hal ini
membuat pengunjung yang suka akan hiburan kesenian merasa jenuh, berbeda
dengan pengunjung yang mencari ketenangan 16,76% menilai cukup dan 4,86% baik.
Namun hal tersebut bukanlah masalah besar bagi pengunjung yang pergi berwisata
Pelayanan dan lingkungan obyek wisata secara umum sudah dapat dinilai baik
menilai cukup dan 34,59% kurang, hal ini dikarenakan pengunjung melihat masih
adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi obyek wisata. Selain itu, masih
batu, pohon bahkan musola sebagai tanda kedatangan mereka hampir di semua lokasi
obyek wisata.
91
4.5.4 Harapan pengunjung
berkunjung kembali. Hal ini disebabkan keindahan alam yang dimiliki oleh obyek
wisata yang ada, namun belum adanya fasilitas yang dibutuhkan sebagai sarana dan
prasarana dalam kegiatan wisata yang dilakukan. Kalaupun ada pengunjung masih
banyak yang mnginginkan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari fasilitas yang
ada. Beberapa fasilitas yang diharapakan oleh pengunjung yaitu peningkatan dan
mereka yang melakukan kegiatan wisata lebih dari satu hari seperti keamanan,
obyek wisata.
memiliki potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang cukup tinggi baik dari aspek
keunikan, keindahan, nilai, potensi pasar dan akses yang tinggi diharapkan mampu
92
kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Inventarisasi dan identifikasi potensi
wisata alam di dalam kawasan Tahura Bukit Barisan perlu dilakukan sebagai langkah
awal untuk pengembangan lebih lanjut. Selanjutnya hal yang perlu dilakukan adalah
kajian sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, kajian pasar untuk mengidentifikasi
yang berkelanjutan, yaitu wisata alam yang berbasiskan masyarakat serta mempunyai
lokal termasuk peningkatan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha
bagi masyarakat lokal. Disamping itu, diupayakan juga pendidikan publik, peningkatan
karakteristik objek dan lokasi wisata alam, kondisi sosial ekonomi dan budaya
masyarakat setempat dan kelompok sasaran yang menjadi target pasar dari usaha
wisata alam itu sendiri. Manajemen pengelolaan wisata alam termasuk pengembangan
Obyek wisata utama kawasan Tahura Bukit Barisan adalah memiliki daya tarik
karena letaknya yang strategis dan memiliki keragaman jenis flora dan fauna yang
cukup tinggi, keadaan alamnya potensial sebagai tempat ekowisata dengan obyek
93
panorama hutan alam. Untuk itu pengelolaan obyek diarahkan kepada pengelolaan
d. Inventarisasi potensi atraksi wisata yang sampai saat ini belum tergali dan
meliputi kegiatan :
pemandu dan program interpretasi. Peraturan dan tata tertib yang dibuat
94
mendapatkan penjelasan tentang obyek-obyek kunjungan, fasilitas
pegawai/staf kantor atau masyarakat sekitar kawasan yang telah dilatih. Untuk
Promosi dan informasi dilakukan antara lain melalui pameran, iklan, penjualan
Pada Era Digitalisasi saat ini, kegiatan publikasi dan promosi untuk menyebar
informasi juga sangat dimudahkan terutama melalui wadah Media Sosial, baik itu
memiliki jumlah viewers, subscriber dan followers yang banyak. Suguhan yang
menarik dan kekinian adalah kunci dari keberhasilan untuk menarik minat pengunjung
dan wisatawan.
Informasi akan sangat diperlukan melalui Media Sosial untuk menarik minat
Wisatawan.
95
Pesatnya penggunaan media sosial menjadikan platform online tersebut
maupun destinasi wisata. Data dari We Are Social dan Hootsuite memperlihatkan
bahwa masyarakat Indonesia sangat gemar bermedia sosial. Hasil survei tahun 2018
menunjukkan 49% penduduk Indonesia (130 juta orang) aktif di berbagai media sosial
mulai dari Facebook, Instagram, Twitter dan lainnya. Dari waktu ke waktu, tren
penggunaan media sosial cenderung dinamis. Hal ini akan menjadi peluang yang
sangat besar bagi Tahura Bukit Barisan sebagai saranan untuk publikasi, promosi dan
mancanegara.
Sosial.
b. Pembuatan dan penyebaran leaflet dan booklet tentang Tahura Bukit Barisan
96
4.6.3 Membangun dan Merehabilitasi Sarana dan Prasarana Obyek Wisata
Sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam
suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu
maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang
hendak dicapai.
Sarana dan prasarana yang akan dibangun mempunyai fungsi untuk menunjang
kawasan.
Sarana dan prasarana pemanfaatan di Tahura Bukit Barisan telah dibangun namun saat
ini sebagian besar kondisinya sudah rusak dan tidak terawat sehingga perlu dilakukan
Tabel IV-15.
Tabel IV-15 Sarana dan prasarana obyek wisata yang sudah dibangun di Tahura
Bukit Barisan
Fasilitas Keterangan
Pintu Gerbang Masuk Bangunan ini berfungsi sebagai pintu keluar masuk dan tempat penjualan tiket
bagi para pengunjung dengan motif berlanggam rumah adat Karo. Luas
bangunan yaitu 50 m2 dengan panjang 10 m dan lebar 5 meter. Kondisi
bangunan rusak akibat tidak dirawat.
Plaza Berfungsi sebagai tempat upacara. Plaza ini berbentuk segi lima dengan luas
97
Fasilitas Keterangan
bangunan 2.000 m . Bangunan ini dilengkapi dengan momumen patung
2
98
Fasilitas Keterangan
Fasilitas ini letaknya berdekatan dengan mushola, dengan luas bangunan 35
Kamar Mandi/MCK
m2. Fasilitas ini terdapat 2 unit, dengan konstruksi bangunan dari beton.
Bangunan ini berkonstruksi beton dengan luas bangunan 36 m. Fasilitas ini
Kios/Toko
terdapat 2 unit. Saat ini tidak difungsikan sebagaimana fungsinya.
Bangunan ini berfungsi untuk karantina hewan yang akan dilepaskan ke
Kawasan Tahura Bukit Barisan. Konstruksi bangunan terbuat dari
Karantina Hewan.
alumunium dengan luas bangunan 250 m 2. Kondisi rusak dan tidak
dimanfaatkan.
Berada di samping depan pintu masuk dengan luas 725 m 2. Kondisi Rusak dan
Kolam Hias.
tidak dimanfaatkan.
Lokasi ini berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak, yang dilengkapi
fasilitas ayunan, fasilitas berseluncur dan tempat duduk. Fasilitas letaknya
Tempat Bermain
dibelakang pintu masuk utama (berdekatan dengan plaza). Sebagian besar
sudah rusak.
Berupa lapangan terbuka yang berfungsi untuk camping bagi para pelajar.
Camping Ground.
Luas areal ini yaitu 1 Ha. Kondisi sangat baik dan dimanfaatkan.
Area pakir kenderaan terletak didepan pintu masuk utama, dengan konstruksi
dari aspal. Luas areal parkir ini 4.500 m 2 dengan kapasitas parkir umum
Area Parkir
menampung kenderaan roda empat 46 buah, bus 5 buah dan roda dua 80
buah.
melalui Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam dengan beberapa persyaratan
yaitu: a) luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana
pariwisata alam maksimum 10% dari luas Ijin Usaha yang diberikan; b) bentuk
bangunan bergaya arsitektur budaya setempat dan; c) tidak mengubah bentang alam.
Untuk memperoleh arahan strategi yang tepat dalam penjabaran dari strategi
utama yang dipilih yakni ekowisata, perlu adanya identifikasi faktor-faktor eksternal
dan internal yang mempengaruhi strategi tersebut. Sehingga ketika suatu kebijakan
99
Apabila perumusan faktor-faktor eksternal dan internal dapat dirumuskan
secara tepat, sudah pasti kebijakan yang digulirkan tersebut dapat berjalan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Sun Tzu (1992)
dalam Rangkuti (2006) bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan
diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan
bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran. Lebih lanjut konsep dasar
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis faktor internal dan eksternal dalam
berikut :
Barisan berupa potensi ekowisata Tahura Bukit Barisan (Blok Pemanfaatan 4.971 Ha)
prasarana dan fasilitas (perkemahan/youth camp, pendakian gunung, air terjun dan
tempat wisata lainnya, dapat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah serta
100
Hal ini sesuai dengan pendapat soekadijo (2000) dalam Anjela (2014) syarat-
syarat atraksi wisata yang baik yang di penuhi harus: (1) Penyajianya (Presentasinya)
harus tepat; atraksi wisata itu boleh di katakan berhasil kalau menimbulkan kesan
kepada wisatawan, sehingga wisatawan merasa puas. Kepuasaan itu tidak hanya
tergantung pada atraksi wisata itu sendiri, akan tetapi kepada caranya penyuguhkan
atau mempresentasikan ke pada wisatawan. Untuk mencapai presentasi yang baik (2)
meninggalkan kesan yang baik; makin lama wisatawan makin menikmati suatu objek
wisata semakin baik. Maka di usahakan agar kesan yang di peroleh wisatawan dari
objek wisata itu agar dapat bertahan selama mungkin. Usaha yang dapat di lakukan
minsalnya, dengan meningkatkan kesan itu kepada objek-objek yang tidak cepat
rusak dan dapat di bawa pulang, sehingga setiap kali dia melihat benda itu, ia akan
terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada, kekuatan yang di
analisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek konsep bisnis
situ sendiri, yaitu kekuatan apa saja yang Tahura Bukit Barisan, dengan mengetahui
bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk perkembangan selanjutnya (Freddy,
2014).
bentang alam yang kritis dengan tingkat kelerengan >45% sehingga dalam
101
pengembangannya tidak mengganggu tatanan ekosistem yang telah terbentuk secara
kawasan yang lebih spesifik yang mempertimbangkan aspek ekologi dan daya
yang ada pada kawasan Tahura Bukit Barisan menjadikan kelemahan dalam
kerjasama dan promosi. Indikator lainnya pada faktor internal adalah kurangnya
aparat yang bertugas dalam menjaga keamanan Tahura Bukit Barisan sehingga
potensi pelanggaran dibidang kehutanan sering terjadi berupa pencurian kayu ( illegal
kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada,
kelemahan yang di analisis, merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri, yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan
masyarakat yang berupa terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat
seperti berjualan berupa makanan ataupun menawarkan jasa untuk lebih mengenal
kawasan objek wisata selain itu juga bisa melakukan aktivitas wiraswasta bagi
102
Lokasi strategis Tahura Bukit Barisan (berada pada jalur destinasi wisata di
dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan minuman dan minuman (food and
dilandasi dengan dasar hukum yang kuat baik aturan (regulasi) maupun kebijakan
peluang berkembang di masa datang yang terjadi, kondisi yang tejadi merupakan
peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis, itu sendiri minsalnya
perambahan hutan, pemukiman liar merupakan ancaman yang sering terjadi pada
103
Daya dukung kawasan merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan sebagai
ancaman dalam faktor eksternal diakibatkan karena peristiwa alam yang menjadi
ancaman bagi kawasan objek yaitu musim hujan yang membuat akses jalan semakin
buruk dan lonsor. Peristiwa yang tidak kita ketahui yang bisa merugikan bagi
masyrakat, pemerintah dan pihak lainya hal ini yang berpengaruh besar yang
diperhitungkannya secara matang daya dukung kawasan untuk suatu obyek wisata
alam. Disamping itu, konflik pemanfaatan antar pengelola dan atau kebiajakan dari
pemerintah setempat mulai dari tingkat desa sampai pusat juga menjadi ancaman
yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat dapat mengganggu organisasi, proyek
pembobotan dan skor berdasarkan pada Tabel IV-16 didapat nilai skor yaitu 3,64 dan
3,50 yang berarti bahwa strategi terlatak pada kuadran I (seperti yang terlihat pada
Gambar IV-8) dan strategi operasional yang sesuai dalam pengelolaan Tahura adalah
104
mendukung strategi Agresifitas, memanfaatkan peluang yang ada dengan
mengerahkan segala kekuatan yang dimiliki oleh kawasan Tahura Bukit Barisan.
PELUANG
O1 Diversifikasi usaha dan peningkatan pendapatan 0,09 4 0,36
masyarakat
O2 Lokasi strategis (berada pada jalur destinasi wisata) 0,09 3 0,27
O3 Tempat diklat dan litbang flora, fauna, ekosistem (minat 0,09 4 0,36
khusus)
O4 Dukungan pemerintah dan masyarakat setempat 0,14 3 0,41
O5 Kepuasan wisatawan 0,14 3 0,41
O6 Dukungan dasar hukum yang kuat baik aturan maupun 0,14 4 0,55
kebijakan Pemerintah
ANCAMAN
T1 Tingginya intesitas penebangan liar 0,05 4 0,18
T2 Perambahan hutan 0,05 4 0,18
105
No. URAIAN Bobot Rating Skor
T3 Pemukiman liar 0,05 4 0,18
T4 Daya dukung kawasan 0,09 3 0,27
T5 Rawan konflik pemanfaatan 0,05 3 0,14
T6 Perilaku negatif pengunjung 0,05 4 0,18
SKOR FAKTOR EKSTERNAL 1,00 3,50
Sumber : Data diolah
IV
Gambar IV-8
Diagram Kuadran Strategi Pengembangan Ekowisata Tahura Bukit Barisan
b. Formulasi Strategi
106
penyusunan alternatif strategi pengelolaan kawasan Tahura Bukit Barisan. Tahap ini
sering disebut sebagai matching stage. Pada tahap ini dilakukan pencocokan terhadap
faktor internal dan eksternal untuk menemukan strategi yang tepat. Matriks SWOT
digunakan pada tahap ini. Perumusan strategi menghasilkan empat alternatif, yaitu
FAKTOR INTERNAL
107
PELUANG (Opportunity) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Diversifikasi usaha dan 1. Penataan dan Pengembangan 1. Memperbaiki kelembagaan dan
peningkatan pendapatan Fasilitas wisata sesuai dengan manajemen pengelolaan ekowisata
masyarakat kondisi lingkungan (seperti : transparansi pengelolaan,
2. Lokasi strategis (berada 2. Mengembangkan objek wisata administrasi dan laporan)
pada jalur destinasi wisata) yang ada untuk menarik minat 2. Mengoptimalkan Pengelolaan
3. Tempat diklat dan litbang wisatawan dengan tetap Ekowisata dengan menyusun
flora, fauna, ekosistem memperhatikan daya dukung konsep wisata secara detail (seperti
(minat khusus) kawasan dan menjaga kultur tiket masuk, brosur, tata tertib,dll
FAKTOR EKSTERNAL
4. Dukungan pemerintah dan adat istiadat serta budaya 3. Mengembangkan objek wisata yang
masyarakat setempat masyarakat setempat ada untuk menarik minat wisatawan
5. Kepuasan wisatawan 3. Mengikutsertakan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya
6. Dukungan dasar hukum dalam usaha pengembangan dukung kawasan dan menjaga
yang kuat baik aturan ekowisata kultur adat istiadat serta budaya
maupun kebijakan masyarakat setempat
Pemerintah
ANCAMAN (Threat) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Tingginya intesitas 1. Melakukan sosialisasi 1. penerapan peraturan dan sanksi
penebangan liar pendidikan konservasi kepada sesuai ketentuan yang berlaku untuk
2. Perambahan hutan masyarakat menjaga kondisi lingkungan tahura
3. Pemukiman liar 2. Melibatkan kelompok peduli Bukit Barisan
4. Daya dukung kawasan lingkungan dalam pengelolaan 2. Memperbaiki kelembagaan dan
5. Rawan konflik ekowisata manajemen pengelolaan ekowisata
pemanfaatan 3. Mengikutsertakan masyarakat (seperti : transparansi pengelolaan,
6. Perilaku negatif dalam usaha pengembangan administrasi dan laporan)
pengunjung ekowisata 3. Melibatkan stakeholder pemerintah
dan dunia usaha dalam
mengembangkan promosi dan
produk usaha
Gambar IV-9
Diagram Matriks Pengembangan Ekowisata Tahura Bukit Barisan
Dari hasil analisis internal dan eksternal SWOT kawasan ekowisata di Tahura
STRATEGI SO
2. Mengembangkan daya tarik objek wisata untuk menarik minat wisatawan dengan
tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta
108
3. Peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam usaha pengembangan
ekowisata
STRATEGI WO
3. Mengembangkan daya tarik objek wisata untuk menarik minat wisatawan dengan
tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta
STRATEGI ST
ekowisata
STRATEGI WT
1. penerapan peraturan dan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku untuk menjaga
109
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal yang
dituangkan dalam gambar IV-8, posisi titik berada pada kuadran I yaitu dengan
mengerahkan segala kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang, maka arahan
2. Mengembangkan daya tarik objek wisata untuk menarik minat wisatawan dengan
tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta
110
111
BAB V
5.1 Kesimpulan
pengembangan ekowisata di kawasan Tahura Bukit Barisan, ada beberapa garis besar
Potensi ekowisata yang telah dimanfaatkan di kawasan Tahura Buit Barisan yaitu
2. Berdasarkan hasil penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) rentang
nilai yang diperoleh dari hasil penilaian daya tarik, aksebilitas, dan sosial
3 (tiga) obyek wisata memperoleh kriteria sedang (rentang nilai 1184-1657) yaitu
memperoleh kriteria baik atau prioritas untuk dikembangkan (rentang nilai 1658-
wisata sesuai dengan kondisi lingkungan; (2) Mengembangkan daya tarik objek
111
wisata untuk menarik minat wisatawan dengan tetap memperhatikan daya
dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta budaya masyarakat
ekowisata.
5.2 Saran
112
DAFTAR PUSTAKA
Anjela Pusfita, Vovi (2014) Pengembangan Objek Wisata Alam Air Terjun Timbulun
di Kanagarian Painan Timur Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir
Selatan
Buckley, R. 2015. Tourism megatrends. Tourism Recreation Research, 40(1), 59- 70.
Damanik, J. dan Weber, H.F. (2006). Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: ANDI.
113
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Kemungkinan Meningkatkan
Ekowisata. Jakarta
[Dirjen PHKA] Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003.
Pedoman Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional di Kawasan
Hutan. Bogor: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Departemen Kahutanan.
Fabra-Crespo, M., Mola-Yudego, B., Gritten, D., dan Rojas-Briales, E. 2012. Public
Perception on Forestry Issues in The Region of Valencia. Forest Systems.
21(1): 99-110.
Freddy, Rangkuti. 2014. Analisis SWOT Teknik Pembeda Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Husein, U. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Thesis Bisnis . Buku. PT.
Rajagrafindo Persada. Depok. 385 hlm.
Gunn CA. 1994. Tourism Planning. Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Taylor &
Francis Publisher.
114
KC, Anup; Rijal, Kedar; Sapkota dan Ramesh Prasad.2015. Role of ecotourism in
environmental conservation and socioeconomic development in Annapurna
conservation area, Nepal. International Journal of Sustainable Development
dan World Ecology, 22.3: 251-258.
Nugroho, S. 2010. Perilaku Konsumen. Kencana Media Group. Jakarta. 264 hlm.
Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif : teori dan aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ramadhani, P. D., Arisanty dan Adyatm, S. 2016. Potensi Ekowisata Hutan Meranti
Kotabaru Desa Sebelimbingan dan Desa Gunung Sari Kecamatan Pulau Laut
Utara Kabupaten Kotabaru. Jurnal Pendidikan Geografi, 3 (6): 47-60.
115
Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Mewmbedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Rangkuti, F. 2013. SWOT balanced scorecard. Gramedia Pustaka Utama. 260 hlm.
Rangkuti, F. 2015. Personal SWOT analysis. Gramedia Pustaka Utama. 334 hlm.
Rosadi, P.2015. Potensi daya tarik riam berawat’n untuk wisata alam di Dusun
Melayang Desa Sahan Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang. Jurnal
Hutan Lestari, 3(3).
Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi (Edisi 12).
Diterjemahkan oleh: Angelica, Diana., Cahyani, Ria., & Rosyid, Abdul.
Jakarta: Salemba Empat.
Situmorang, Dohar, B., Mirzanti dan Isti Raafaldini. 2012. Social entrepreneurship to
develop ecotourism. Procedia Economics and Finance, 4: 398-405.
116
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UNEP. 19930. Monitoring Coral Reefs for Global Change. Regional Seas. Reference
Methods for Marine Pollution Studies No. 61. Australian Institute of Marine
Science. 72pp.
UPTD Tahura Bukit Barisan. 2019. Blok Pengelolaan Bukit Barisan. Sumatera
Utara. Tidak dipublikasikan
UPTD Tahura Bukit Barisan. 2019. Blok Pengelolaan Tahura Bukit Barisan.
Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan
Wildan, W., Sukardi, S., dan Syuaeb, M. Z. 2016. The Feasibility of Development of
Social Capital-Based Ecotourism in West Lombok. MIMBAR, Social and
Development Journal, 32(1), 214-222.
117
Winardi. 2010. Entrepereneur dan Entrepreneurship. Kencana Prenanda Media
Group. 486 hlm.
118
LAMPIRAN
Lampiran 1
TABEL KRITERIA
PENILAIAN OBYEK DAN DAYA TARIK EKOWISATA DI KAWASAN TAHURA BUKIT BARISAN
1. Daya Tarik
a. Obyek wisata berbentuk darat
Bobot = 6
No. Unsur / Sub Unsur Nilai
Keunikan Sumber daya alam : ≥5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Gunung
b. Sumber Air
1. c. Air Terjun 30 25 20 15 10
d. Gua
e. Flora Fauna
f. Adat Istiadat / budaya
Banyaknya Sumber daya alam yang ≥5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
menonjol :
a. Flora
2. b. Fauna 30 25 20 15 10
c. Air
d. Pemandangan Alam
e. Gejala Alam
Jenis Kegiatan wisata alam yang ≥7 Ada 6-7 Ada 4-5 Ada 2-3 Ada 1
dapat dan berpotensi untuk
dilakukan :
a. Berkemah
b. Mendaki
c. Pendidikan
3.
d. Tracking
30 25 20 15 10
e. Religius
f. Memancing
g. Mandi / Berenang
h. Menikmati Keindahan Alam
i. Melihat Flora dan Fauna
Kebersihan lokasi tidak ada Tidak ada Ada 1-2 Ada 3-4 Ada 5 Ada 6
pengartuh dari :
a. Industri
b. Permukiman penduduk
4. c. Sampah 30 25 20 15 10
d. Corat-ceret (Vandalisme)
e. Jalan ramai motor/mobil
f. Pencemaran lain
Keamanan kawasan : Tidak ada Ada 1 Ada 2 Ada 3 ≥4
a. Penebangan liar dan perambahan
b. Kebakaran
5. c. Gangguan terhadap flora/fauna
d. Pencurian 30 25 20 15 10
e. Tanah longsor
Halaman 1
2. Aksesibilitas
Bobot = 5
No. Unsur /Sub Unsur Nilai
Jalan aspal > 3 m Jalan aspal < 3 m Jalan batu Jalan tanah
1. Kondisi jalan
30 25 20 15
1 – 2 jam 2-3 jam 3-4 jam ≥ 5 jam
2. Waktu tempuh dari pusat
30 25 20 15
≤ 5 km 5-10 km 11-15 km > 15 km
3. Jarak tempuh dari pusat
30 25 20 15
Jumlah
Penjelasan pengambilan data unsur /sub unsur kriteria daya tarik wisata yaitu :
3. Kenyamanan
a. Udara bersih dan sejuk : Suhu nyaman manusia berkisara antara 20.5 0C-27.20C. penilaian suhu
berdasarkan data dari studi literatur.
b. Bau yang mengganggu : Bau yang dapat mengganggu indera penciuman pengunjung. Bau tersebut
memberikan nilai negative pada pengunjung yang datang karena selain mengurangi rasa nyaman
untuk berwisata juga dapat mempengaruhi kesehatan. Misalnya bau karena adanya tumpukan
sampah, bau asap kendaraan bermotor.
Halaman 2
c. Kebisingan : Kebisingan yang dapat mengganggu kenyamanan di tempat wisata termasuk pada jenis
kebisingan yaitu bising yang merusak (bunyi yang mempengaruhi fungsi pendengaran) dan bising
yang menutupi (bunyi yang dapat menutupi peringatan adanya tanda bahaya), tetapi untuk bising
yang menutupi perlu diperhatikan sumber bising dan intensitasnya.
Halaman 3
Lampiran 2
A. Karakteristik Responden
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari jawaban yang
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri pilih !
1. Apa pendidikan formil terakhir yang anda peroleh ?
a. SD d. PT (Dipl/S1/S2)
b. SMP e. Lainnya (sebutkan)………………….
c. SMA
a. Wiraswasta d. Pelajar/Mahasiswa
Halaman 1
c. PNS/TNI/POLRI
4. Dari manakah anda mengetahui objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
5. Apa tujuan anda datang berkunjung ke objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan
ini?
a. Rekreasi/liburan d. Ritual/Budaya
c. Olahraga
6. Sifat kunjungan anda ke objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
a. Sebagai tujuan utama
7. Sudah berapa kali berkunjung ke objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan ini?
a. Pertama kali c. 3-5 kali
8. Bila bukan kunjungan pertama, kapan terakhir berkunjung ke objek wisata ini?
a. kurang dari 1 bulan yang lalu c. 3-6 bulan yang lalu
Halaman 2
b. Hari Kerja d.Lainnya : .........................
12. Sarana transportasi yang anda gunakan menuju Kawasan Tahura Bukit Barisan ini :
a. Jalan Kaki d. Angkutan Umum
b. Kendaraan Pribadi : ........ e. Lainnya (sebutkan)………………….
c. Bus
13. Biaya yang dikeluarkan untuk wisata ini (transport, tiket, konsumsi)?
a. Sangat murah d. Mahal
b. Murah e. Sangat mahal
c. Cukup
14. Berapa lama perjalanan yang harus anda tempuh untuk mencapai lokasi ini ?
a. < 30 menit b. 30 menit - <1 jam c. 1- <2 jam
d. 2-5 jam e. Lainnya (sebutkan)………………….
1. Berapa jarak kenyamanan anda agar tidak terganggu dengan keberadaan pengunjung
lain ?
a. < 1 m d. 3 - <4 m
b. 1 - <2 m e. 4 - <5 m
c. 2 -<3 m f.Lainnya (sebutkan ) ...............
Halaman 3
Pemandangan Alam
Tumbuh-tumbuhan
Hewan
Jamur
Sungai
Wahana air/air terjun
Jalan Setapak/Jembatan
Kondisi Aksessibilitas
Infrastruktur/
No Sangat Kurang Tidak
Aksessibilitas Mendukung Cukup
Mendukung Mendukung Mendukung
1. Jalan Masuk
2. Ketersediaan Sarana
Transportasi
3. Rambu-Rambu
Penunjuk Jalan
b. Kondisi Kebersihan
Kebersihan
Sangat
No Sarana Prasarana Baik Cukup Baik
Kurang Tidak
Baik Baik Baik
1. Parkir
2. Warung
3. Pusat Informasi
4. Tempat Sampah
5. Shelter/Pondok
6. Toilet
7. Musholla
8. Jalan Setapak/Jembatan
Halaman 4
c. Kepuasan dalam Penggunaan
Tingkat Kepuasan
No Sarana Prasarana Sangat
Puas Cukup Puas Kurang Tidak
Puas Puas Puas
1. Parkir
2. Warung
3. Pusat Informasi
4. Tempat Sampah
5. Shelter/Pondok
6. Toilet
7. Musholla
8. Jalan Setapak/Jembatan
7. Kenyamanan Aktifitas
Beri tanda (√) yang mewakili pendapat anda tentang kenyamanan dikaitkan dengan
kondisi lingkungan dimana anda beraktifitas di kawasan Tahura Bukit Barisan
Tingkat Kenyamanan
No. Aktifitas Sangat Nyaman Cukup Kurang Tidak
Nyaman Nyaman Nyaman Nyaman
1. Menikmati Pemandangan
2. Mengamati Hewan dan Tumbuhan
3. Menelusuri jalan setapak
4. Menelusuri sungai/Wahana Sepeda Air
Halaman 5
Beri tanda (√) yang mewakili sikap anda tentang adanya tindakan negatif terhadap
lingkungan yang dilakukan oleh wisatawan lain di area wisata kawasan Tahura Bukit
Barisan
Respon Pada Tindakan Negatif
Jenis Tindakan Negatif Terhadap
Sikap Anda Pengaruh Kepada Anda
No. Lingkungan
Setuju Tidak Setuju Terganggu Tidak Terganggu
1. Coret-coret/Vandalisme
2. Membuang sampah sembarangan
3. Menggangu Satwa
4. Merusak Tanaman
10.Bagaimana menurut pendapat anda mengenai fasilitas dan sarana prasarana yang
tersedia di kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
a. Mencukupi
b. Belum mencukupi, (sebutkan jika belum ) .........................................................................................
.................................................................................................................................................................................
11.Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan petugas wisata yang ada di objek wisata ini
?
a. Memuaskan
b. Tidak memuaskan, karena..........................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................
13.Apakah saudara merasakan adanya kepuasan dalam berwisata di kawasan Tahura Bukit
Barisan ini ?
a. Ya
b. Tidak
14.Apakah saudara ingin mengulangi kunjungan Saudara ke kawasan Tahura Bukit Barisan
ini di lain waktu ?
a. Ya, karena ........................................................................................................................................................
b. Tidak, karena .................................................................................................................................................
15.Saran dan kritik pengunjung terhadap pengelolaan wisata kawasan Tahura Bukit Barisan
................................................................................................... ...................................................................................
..................................................................................................................................................................................
Halaman 6
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam meluangkan waktu mengisi kuesioner ini Informasi yang diberikan sangat membantu
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Halaman 7
Lampiran 3
Peneliti,
Ronny Matondang
A. Profil Responden
b. Cukup Terganggu
c. Tidak Terganggu
Halaman 2
a. Menerima
b. Cukup menerima
c. Netral
d. Kurang menerima
e. Tidak menerima
Halaman 3
E. Keterlibatan/Partisipasi Masyarakat
1. Apakah Bapak/Ibu pernah terlibat dalam pengelolaan wisata kawasan Tahura Bukit Barisan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu pernah terlibat dalam kegiatan –kegiatan yang berkaitan dengan upaya
perlindungan lingkungan di objek wisata maupun sekitarnya ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah bapak/Ibu pernah terlibat dalam kelembagaan/manajemen pengelola wisata kawasan
Tahura Bukit Barisan ini. ?
a. Ya
b. Tidak
F. Dukungan Masyarakat
Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan masing-masing !
4. Apa saran dan masukan Bapak/Ibu secara keseluruhan terhadap pengelolaan objek
wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan ?
...............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam meluangkan waktu mengisi kuesioner ini Informasi yang diberikan sangat membantu
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Halaman 4
Lampiran 4
Daftar pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi, dan kebijakan
pengelola mengenai pengembangan objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan.
Identitas Responden :
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Asal Daerah :
1. Bagaimana gambaran wisata kawasan Tahura Bukit Barisan dan faktor apa yang
membuatnya unggul ?
2. Apa yang mendasari pengembangan objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan ini, dan
apa tujuan pengembangannya ?
3. Menurut data base, bagaimana grafik pengunjung yang datang ke objek wisata ini setiap
tahunnya ? Dari mana saja asal wisata tersebut?
4. Dari segi kualitas dan kuantitas, apakah personalia yang ada telah memadai dan memiliki
kompetensi dalam mengupayakan pengembangan objek wisata kawasan Tahura Bukit
Barisan ?
5. Apakah ada program kerja khusus yang mengarah kepada pendidikan dan pelatihan bagi
pegawai sehingga kualitas dan kinerjanya lebih meningkat?
6. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan daya tarik objek wisata kawasan Tahura
Bukit Barisan ini sehingga lebih bernilai dan menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan?
7. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam upaya pengembangan objek wisata
kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
8. Apakah ada kegiatan yang merusak yang dilakukan di kawasan Tahura Bukit Barisan ?
Upaya apa yang dilakukan untuk menanggulanginya ?
9. Apakah ada kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain untuk mempromosikan objek
wisata?
10. Apakah ada bantuan dari pemerintah atau pihak luar (LSM, Perguruan Tinggi dan
Lembaga lainnya) terkait pengembangan wisata kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
11. Upaya-upaya apa yang dilakukan agar lokasi objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan
dengan segala sarana/prasarana yang telah tersedia dapat terpelihara dengan baik?
12. Apakah masyarakat setempat dilibatkan dalam kegiatan pengelolan sarana/prasarana di
Halaman 1
kawasan objek wisata ini? Seperti apa keterlibatan mereka?
13. Bagaimana sistem keamanan di sepanjang kawasan objek wisata ini?
14. Bagaimana kenyamanan dan kebersihan kawasan objek wisata ini?
15. Apa saja program-program pengembangan yang dilakukan untuk membenahi objek
wisata ini dan bagaimana implementasinya di lapangan?
16. Sejak diberlakukannya pengelolaan objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan,
bagaimana kontribusi objek wisata ini dalam meningkatkan pemasukan bagi
desa/daerah?
17. Bagaimana pengelolaan terhadap pemasukan yang diperoleh? Apakah ada tim khusus
yang ditugaskan untuk menanggungjawabi pengelolaan tersebut?
18. Apa yang menjadi harapan Bapak terhadap pengembangan objek wisata ini di masa
mendatang sehingga kawasan wisata ini menjadi salah satu sumber andalan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan?
Kebijakan seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemda lebih lanjut
Halaman 2
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam meluangkan waktu mengisi kuesioner ini Informasi yang diberikan
sangat membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Lampiran 5
Penetapan kawasan Taman Hutan Raya pada November 1988 dengan luas areal
+51.000 Ha. Asal usul pembentukannya tak lepas dari beberapa penilaian yang
dilakukan stakeholder, dimana wilayah tersebut dinilai laik berdasarkan cakupan
ekosistem, fungsi dan keanekaragaman hayati di dalamnya.
Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan THR ketiga di Indonesia yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1988 tanggal 19
Nopember 1988. Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah merupakan kelompok
hutan yang terdiri dari Kawasan Hutan Lindung yang meliputi Sibayak I, Simancik I,
Sibayak II, Simancik II dan Sinabung serta kawasan konservasi terdiri dari CA/TW
Halaman 1
Siboolangit, SM. Langkat Selatan, TWA. Lau Debuk-debuk Bumi Perkemahan
Pramuka Sibolangit.
Namun, jika sejarahnya ditelusuri lebih lanjut, maka ditemukan fakta lain jika
sebetulnya hutan tersebut sudah disahkan oleh Belanda sebagai kawasan lindung.
Potensi sumber daya yang ada di Tahura Bukit Barisan memang sangat besar
terutama bila membahas hewan dan tumbuhan langka yang hidup disana.
Namun alasannya masih berkaitan dengan persentase pengunjung yang kian lama
kian menurun maka aktivitas tersebut sudah lama dihentikan.
Namun beberapa waktu terakhir, tepatnya sejak tahun 2019, Pemprov Sumut sudah
mulai merevitalisasi wisata Tahura Tongkoh dan sampai saat ini masih berlanjut.
Taman rekreasi yang dulunya ditata aestatik dan menyenangkan setidaknya
masihmenyisakan pemandangan pepohonan hijau dan nuansa alam khas hutan
tropis dan dapat dimanfaatkan untuk latar berfoto. Disamping itu juga pengelola
Tahura Tongkoh juga mengijinkan para turis lokal maupun domestik untuk camping
di areal Tongkoh. Beberapa obye wisata yang bisa dinikmati di lokasi Tongkoh
adalah obyek wisata rekreasi, berupa piknik keluarga, play ground dan camping
Halaman 2
ground; serta obyek lokasi ekowisata untuk penelitian, ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
2. PENATAPEN
Penatapan Berastagi ini terletak di sisi pegunungan tepatnya pinggir jalan lintas
Medan-Kabanjahe, Jalan Jamin Ginting, Doulu, Berastagi, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Karo. Penatapan Berastagi ini sudah ada sejak puluhan tahun dan buka
24 jam setiap harinya. lokasinya juga tidak jauh dari Kota Berastagi. Selain
menikmati suguhan pemandangan yang manarik, para wisatawan dapat menikmati
segelas teh hangat, jagung bakar, dan indomie kuah serta sembari diiringi lagu-lagu
melow. Teh dibanderol dengan harga Rp 5 ribu per gelas, jagung bakar Rp 5 ribu
per jagung, dan Indomie kuah Rp 10 ribu per porsi. Di penatapan sendiri, terdapat
lebih kurang 20 cafe yang berdiri di pinggir jalan lintas tersebut. Masing-masing cafe
menyediakan sebuah tempat berswafoto dengan latar pemandangan alam beserta
rumah-rumah yang ada di Kecamatan Sibolangit.
Halaman 3
3. SIKULIKAP
Air Terjun Sikulikap atau Sampuren Sikulikap menurut penduduk sekitar adalah sebuah
air terjun eksotis yang cantik. Tetapi sayangnya air terjun ini sudah mulai ditinggalkan
wisatawan. Air Terjun Sikulikap berada di Jalan Jamin Ginting Km.54, Desa Doulu,
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.Tepatnya berada di bawah
Panatapan, sebuah tempat wisata kuliner bagi anak Medan dan sekitarnya yang ada di
Berastagi. Tempat ini menyediakan tempat nongkrong, ngopi dan makan jagung bakar
serta dapat melihat pemandangan bukit-bukitnya yang indah begitu juga dengan monyet
Gibbon. Air Terjun ini mempunyai ketinggian jatuh 30 m dan jarak dari monumen
Berastagi ke obyek wisata ini lebih kurang 11 Km. Dikelilingi hutan tropis tempat Gibon
bergantungan yang kadangkala berteriak bersahut-sahutan dan di sekitar lokasi ini
terdapat bajing, burung gagak, phyton dan kupu-kupu berwarna-warni. Disepanjang jalan
objek wisata ini dapat dinikmati jagung bakar dan rebus. Untuk sampai ketempat ini
dapat menggunakan bus besar atau kecil menuju Medan atau Berastagi dan menuruni
tangga dari jalan pada perbatasan Karo-Deli Serdang.
Halaman 4
4. MERGA SILIMA
Kawasan wisata alam rimba merga silima ini berada pada desa jaranguda kec. Merdeka
kab karo, untuk menuju kesini akses jalan sangatlah baik dan berada tidak jauh dari
berastagi, berkisar sekitar 10 menit perjalanan, letaknya sebelum gundaling farm . wisata
yang disuguhkan adalah pemandangan alam, jalur tracking, area camping ground, Jalur
track Sepeda Gunung, Strawberry Petik Sendiri, Spot Foto di puncak singenan dan masih
banyak lagi lainnya. Wisata rimba merga silima adalah wisata yang baru buka yang
dikelola oleh kelompok tani hutan (KTH) Mergasilima. Untuk saat ini pengunjung yang
datang belum begitu banyak karena masih proses pengembangan berkelanjutan.
5. GUNUNG SIBAYAK
Halaman 5
terletak di dataran tinggi tanah Karo, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Udaranya
masih segar sebab pepohonan pinus dan rerimbunan hijau yang asri mengelilingi gunung
Sibayak. Inilah yang menjadikan para pendaki gunung Sibayak betah berlama-lama
menghirup oksigen yang masih belum terkontaminasi oleh polusi-polusi ibu kota.
Gunung Sibayak merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Sumatera
Utara. Kawahnya seluas 40.000 meter mengandung solfatara sehingga menghasilkan uap
belerang yang menyemburkan hawa panas. Batuan lava andesit yang mengelilingi kawah
ini juga menambah pesona gunung Sibayak.
Jika beranjak dari kota Medan menuju gunung Sibayak, paling tidak jarak yang ditempuh
sekitar 60 km. Jalan Jamin Ginting menjadi opsi pilihan utama yang dilalui jika berangkat
dari kota Medan. Perjalanan menuju gunung Sibayak kurang lebih selama 3,5 jam.
Halaman 6
Gunung yang terakhir kali erupsi di tahun 1881 ini memang memiliki bentuk bukit yang
unik. Maka tak heran, gunung Sibayak menjadi objek wisata alam yang tak pernah pudar
oleh waktu karena keindahannya yang menarik minat para wisatawan.
Tak jarang juga wisatawan asing dari berbagai negara kerap menjajali gunung Sibayak.
Ini dikarenakan track sekitaran gunung ini sangat menantang dan memacu adrenalin
untuk menaklukkan setiap sudut-sudut bukitnya Ada namanya Takal Kuda sebagai
puncak tertinggi di gunung Sibayak atau sering disebut “Kepala Kuda” karena bentuknya
mirip seperti kepala hewan yang sering dijadikan andong di kota Berastagi tersebut.
Panorama keindahan Sang Kuasa pun terlihat indah dari puncak Takal Kuda ini,
ditambah dari puncak ini gunung Sinabung yang aktif dan masih erupsi terlihat dengan
jelas sekali.
Sunrise juga menjadi perburuan utama tatkala kaki-kaki para pendaki sudah berpijak di
Takal Kuda. Kemilau cahaya matahari dibalik gelombang awan putih yang tebal di pagi
Halaman 7
hari membius para pendaki yang sudah berada di puncak tertinggi gunung Sibayak
tersebut. Apabila matahari mulai menampakkan wujudnya maka para pendaki akan
bergegas mengeluarkan kameranya untuk mengabadikan pemandangan gelombang awan
dengan angle-angle foto yang menakjubkan. Tidak hanya masyarakat lokal yang sering
mendaki gunung Sibayak, sebab menurut penyedia jasa guide gunung Sibayak, turis
asing dari beragam negara suka sekali mendaki gunung Sibayak. Gunung Sibayak
diyakini masyarakat suku Karo sebagai Gunung Raja, ini disebabkan dulunya ada
seorang kakak beradik yang menemukan dua kepal emas murni di dalam peti. Namun
nyawa mereka sama-sama berakhir sebelum menikmati hasil dari penjualan emas tersebut
karena kecerobohan mereka. Ada lagi legenda Suara Neraka, yang kerap muncul seperti
gemuruh saat mendaki gunung Sibayak. Menurut warga yang tinggal di sekitar kaki
gunung Sibayak, suara aneh tersebut dikenal sebagai legenda “Suara Neraka”. Konon
menurut cerita yang berkembang, ada seorang dukun sakti yang tinggal bersama anak
perempuannya. Sang putri pun meninggal karena sakit yang dideritanya tak kunjung
terobati. Lantas suara gemuruh itulah yang dianggap sebagai tangisan keduanya.Terlepas
dari legenda tersebut, beberapa peneliti asal Jepang pernah melakukan observasi. Mereka
pun berkesimpulan bahwa gelombang tersebut adalah suara angin berfrekuensi rendah
yang mengandung elektromagnetik. Gelombang tersebut juga dianggap bisa
menyebabkan stres hingga halusinasi Namun dibalik semua cerita zaman dahulu, suku
Karo yakin gunung Sibayak memiliki jiwa dan perasaan, sehingga masyarakat selalu
menghimbau setiap pengunjung agar selalu menjaga kebersihan, berlaku sopan dan
bertutur kata yang baik.
Halaman 8