Anda di halaman 1dari 159

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA

TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN

PROPOSAL TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat


memperoleh gelar Magister Manajemen (S-2)

Diajukan kepada :
Program Pascasarjana
Program Studi Magister Manajemen

RONNY TUA KRISMANTO MATONDANG


NPM : 1910101002

UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN


PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
MEDAN
2021

LEMBAR PENGESAHAN
POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN

PROPOSAL TESIS

Diajukan kepada Program Pascasarjana


Program Studi Magister Manajemen
Universitas HKBP Nomensen

Oleh :
Nama : Ronny Tua Krismanto Matondang
NPM : 1910101002

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Sofiyan Matondang, SE., M.MA


Pembimbing Utama

Dr. Ferry Panjaitan, SE., M.Si


Pembimbing Pendamping

Mengetahui :

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program studi

Dr. Pantas H. Silaban, SE., MBA Prof. Dr. Pasaman Silaban, SE., MSBA

LEMBAR PENGESAHAN
POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Ronny Tua Krismanto Matondang


NPM : 1910101002

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal ........./...../......


Dan telah dinyatakan “LULUS”

Tim Penguji :

1. Ketua/Pembimbing Utama Dr. Sofiyan Matondang, SE., M.MA 1.n..................


2. Sekretaris/Pembimbing Pendamping Dr. Ferry Panjaitan, SE., M.Si 2.n...................
3. Penguji I Prof. Dr. Pasaman Silaban, SE.,MSBA 3.n...................
4. Penguji II Dr. Hamonangan Siallagan, SE., M.Si 4.n...................

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Pasaman Silaban, SE., MSBA

ABSTRAK
POTENSI E DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
Oleh :
Ronny Tua Krismanto Matondang

Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Tahura BB) merupakan Kawasan


Pelestarian Alam (KPA) di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki kekayaan alam
hayati dan non hayati dan dapat dikembangkan untuk kegiatan ekowisata. Sebagai
salah satu kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan kegiatan ekowisata, maka
perlu dilakukan studi mengenai potensi serta strategi pengembangan yang sesuai
dengan fungsi Tahura Bukit Barisan sebagai Hutan Konservasi.
Penelitian dilaksanakan pada 5 lokasi wisata alam di kawasan Tahura Bukit
Barisan yaitu Tongkoh, Penatapen, Sikulikap, Merga Silima, dan Gunung Sibayak.
Penelitian tersebut dilaksanakan selama bulan Juni-September 2021 dengan
menggunakan kriteria penilaian analisis daerah operasi obyek daya tarik wisata alam
(ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 yang telah dimodifikasi. Unsurunsur
penilaian yang digunakan yaitu daya tarik, aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar lokasi obyek wisata. Metode pengambilan data dilakukan melalui
studi pustaka, wawancara, kuisioner dan pengamatan langsung di lapangan.
Pengambilan data meliputi daya tarik; aksesibilitas; kondisi sosial ekonomi
masyarakat; pengunjung : karakteristik, penilaian terhadap obyek, tujuan dan aktivitas
pengunjung, harapan pengunjung; pengelola obyek wisata dan pemerintah daerah.
Hasil penilaian obyek wisata yang ada di Tahura Bukit Barisan berada pada
klasifikasi penilaian sedang (1184-1657) dan tinggi (1658-2130). Nilai yang termasuk
pada klasifikasi tinggi yaitu Tongkoh (1665) dan Gununhg Sibayak (1665). tiga
obyek wisata lainnya termasuk pada kategori sedang yaitu Penatapen (1516),
Sikulikap (1605), dan Merga Silima (1635). Berdasarkan penilaian tersebut maka
obyek wisata Tongkoh dan Gunung Sibayak merupakan obyek prioritas
pengembangan pariwisata alam Tahura Bukit Barisan.
Hasil penelitian berdasarkan analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai skor
faktor internal untuk kuadran analisa SWOT sebesar 3,64 dan nilai skor faktor
eksternal sebesar 3,50. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengembangan ekowisata
pada posisi kuadran I yaitu strategi Strength-Opportunity (Strategi SO), sehingga
strategi diterapkan yaitu memanfaatkan peluang yang ada dengan mengerahkan
segala kekuatan yang dimiliki oleh kawasan Tahura Bukit Barisan. Rekomendasi
strategi pengembangan ekowisata berdasarkan strategi Strength-Opportunity (Strategi
SO) berupa : (1) Penataan dan pengembangan fasilitas wisata sesuai dengan kondisi
lingkungan; (2) Mengembangkan daya tarik objek wisata untuk menarik minat
wisatawan dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan menjaga kultur
adat istiadat serta budaya masyarakat setempat; dan (3) Peningkatan peran serta dan
partisipasi masyarakat dalam usaha pengembangan ekowisata.

Kata Kunci : Tahura Bukit Barisan, Potensi, Strategi, Ekowisata, Pengembangan

ABSTRACT
ECOTOURISM POTENTIAL AND DEVELOPMENT STRATEGY
AT TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
by :
Ronny Tua Krismanto Matondang

Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Tahura BB) is a Nature Conservation Area
in Nort Sumatera Province that has natural and non-biological natural resources and
can be developed for ecotourism activities. As an area that has the potential to
develop ecotourism activities, it is necessary to study potentials and development
strategies that are in accordance with the functions of the Tahura Bukit Barisan as a
Conservation Forest.
Research was conducted on June- September 2021, covering 5 nature-based
tourism location on the area of Tahura Bukit Barisan, viz. Tongkoh, Penatapen,
Sikulikap, Merga Silima, and Sibayak Mountain. A modified criteria of the
Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation’s criteria of
assessment of tourism object and attraction operational areas analysis year 2003
(ADO-ODTWA) was used in the research’s analysis. Elements of assessment used in
the analysis were attraction, accessibility, and community’s socialeconomic condition
of the area concerned. Data were collected through literature study, interview,
questionnaire, and field observation. Data collected were attraction, accessibility,
community’s social-economic condition, visitors’ characteristics, visitors’ valuation
of the objects, visitors’ purpose and activities, visitors’ expectations, and
development plant from tourism object management and local government.
The assessment of the existing tourism objects on the area of Tahura Bukit
Barisan resulted in moderate value (1184-1657) and high value (1658-2130)
classifications. Tongkoh (1665) and Sibayak Mountain (1665) were classified into
high value objects, while the other three objects, Penatapen (1516), Sikulikap (1605),
and Merga Silima (1635), fell into the moderate value objects. Therefore, Tongkoh
and Sibayak Mountain became the priority of the development of nature-based
tourism in Tahura Bukit Barisan.
The result of this research based on analysis of IFAS and EFAS, acquired
internal factor score for quadrant of SWOT analysis by 3,64 and external factor score
by 3,50. This condition shows that the development of Tahura Bukit Baraisan
ecotourism located in quadrant I which is Strength-Opportunity (SO) strategy, the
optimum strategy needs to take advantage of te opportunies that exist by mobilizing
all the strength. Recommendation on ecotourism development strategies based on
Strength-Opportunity (SO) strategy are : (1) Arragement and development of tourist
facilities in accordance with environmental conditions, (2) Develop the attraction of
tourist objects to attract tourists by paying attention to the carrying capacity of yhe
area and maintaining the culture, customs and culture of the local community, and
(3) Increasing community participation in ecotourism development.

Keyword : Tahura Bukit Barisan, Potention, Strategy, Ecotorism, development


KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini, dengan judul : “Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Taman

Hutan Raya Bukit Barisan”. Penghargaan dan terima kasih yang tulus penulis

sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas HKBP Nomensen, Bapak Dr. Haposan Siallagan, SH., MH.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas HKBP Nomensen, Bapak Dr. Pantas

H. Silaban, SE., MBA.

3. Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas HKBP Nomensen, Bapak

Prof. Dr. Pasaman Silaban, SE., MSBA yang juga sekaligus sebagai Penguji I .

4. Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Universitas HKBP Nomensen,

Bapak Dr. Ferry Panjaitan, SE., M.Si yang juga merupakan anggota Komisi

Pembimbing.

5. Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr. Sofiyan Matondang, SE., M.MA.

6. Penguji II, Bapak Dr. Hamonangan Siallagan, SE., M.Si

7. Seluruh Ketua Dosen Program Studi MM Pascasarjana UHN beserta seluruh staf

Sekretariat atas segala pelayanan akademik selama kami mengikuti perkuliahan di

Program Studi MM Pascasarjana UHN.

i
8. Bapak Timbul Naibaho, SH (Kepala UPT Pengelolaan Tahura Bukit Barisan)

beserta seluruh staf, dan juga Hafiz’s Tim terima kasih atas bantuannya dalam

pengumpulan data penelitian.

9. Istri tercinta Elleonora Sitanggang, atas dukungan moril/materil, pengertian,

kesabaran, doa, dan kasih sayang selama mengikuti pendidikan di PPs MM UHN

serta seluruh keluarga besar Op. Venansia Matondang dan Keluarga besar Op. Ni

Si Dian Sitanggang atas dukungan doa dan perhatiannya.

10. Rekan-rekan Kelas Paralel Angkatan 31 atas segala persaudaraan dan

kebersamaan selama mengikuti pendidikan Program Pascasarjana MM UHN

serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal tesis ini mempunyai

kekuarangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca untuk perbaikan selanjutnya. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

bagi berbagai pihak, khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2021

Ronny Tua Krismanto Matondang

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………....…………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………… 6
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS..................................................................................... 8
2.1 Pariwisata …………………………………………………… 8
2.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata …………………………….... 9
2.3 Ekowisata dan Wisata Alam ………………………………... 10
2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata …………………...…….. 11
2.5 Pendekatan Pengelolaan Ekowisata ………….....………...… 16
2.6 Strategi Pengembangan Ekowisata ………….....………...… 18
2.7 Persepsi Stakeholders ………………………………………. 22
2.8 Partisipasi Masyarakat ……………………………………… 23
2.9 Motivasi Stakeholders ………………………………………. 25
2.10 Analisis SWOT …………………………………………… 30
2.11 Kerangka Pemikiran ……....………………………………… 33
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. 37
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….. 37

iii
3.2 Objek dan Alat Penelitian ………………..………………… 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ………………………………… 38
3.4 Metode Analisis Data ……………………………………….. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… 49
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ………………………… 49
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Kawasan ……………………… 52
4.1.2 Sejarah Kawasan ………………………………………… 53
4.1.3 Aksebilitas ………………………………………………… 55
4.1.4 Kondisi Fisik …………………………………………… 56
4.1.5 Potensi Hayati ………………..…………………………… 57
4.1.6 Potensi Non Hayati …………..…………………………… 63
4.1.7 Sosial, Ekonomi dan Budaya ..…………………………… 57
4.2 Potensi Ekowisata Tahura Bukit Barisan ..………………… 70
4.3 Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam …………… 77
4.4 Sarana dan Prasarana …………………………..…………… 86
4.5 Analisis Pengunjung …………………………..…………… 76
4.6 Pengembangan Ekowisata di Tahura Bukit Barisan ……… 92
4.7 Analisis SWOT (Faktor Internal dan Eksternal) ….………… 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 105
5.1 Kesimpulan ……………………….………………………… 105
5.2 Saran ……...……………………….………………………… 106
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel I-1 Daftar Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Tahura Bukit 3


Barisan……………………………………………………………………...

2. Tabel II-1 Faktor-faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factor 32


Analysis Summary/EFAS) ……………………………………………………

3. Tabel II-2 Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factor Analysis 32


Summary/IFAS) ……………………………………………………

4. Tabel III-1 Jenis Data yang diperlukan dalam penelitian Potensi dan Strategi 38
Pengembangan Ekowisata di Kawasan Tahura Bukit Barisan ……………….

5. Tabel III-2 Jumlah sampel pengunjung pada setiap obye wisata di Tahura 41
Bukit Barisan …………………………………………………………………

6. Tabel III-3 Metode penilaian obyek daya tarik wisata ………………………. 43

7. Tabel III-4 Klasifikasi unsur pengembangan berdasarkan nilai bobot setiap 45


penilaian ………………………………………………………………………

8. Tabel III-5 Matriks SWOT yang digunakan pada penelitian Potensi dan 47
Strategi Pengembangan Ekowisata di Tahura Bukit Barisan ………………..

9. Tabel IV-1 Wilayah Tahura Bukit Barisan menurut administrasi Kabupaten 53

10. Tabel IV-2 Jenis Mamalia yang dijumpai di Kawasan Tahura Bukit Barisan 58

11. Tabel IV-3 Jenis Amfibi Reftil di Kawasan Tahura Bukit Barisan ………….. 59

12. Tabel IV-4 Jenis Burung di Kawasan Tahura Bukit Barisan ………………... 60

13. Tabel IV-5 Desa disekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan …………………. 63

14. Tabel IV-6 Jumlah penduduk sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan ………. 65

15. Tabel IV-7 Jumlah Fasilitas Pendidikan disekitar Kawasan Tahura Bukit 66
Barisan ………………………………………………………………………..

16. Tabel IV-8 Fasilitas Kesehatan disekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan …... 68

v
17. Tabel IV-9 Fasilitas Rumah Ibadah disekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan 69

18. Tabel IV-10 Hasil Penilaian ODTW di Kawasan Tahura Bukit Barisan ……. 78

19. Tabel IV-11 Hasil Penilaian Aksebilitas menuju lokasi obyek wisata di 80
Tahura Bukit Barisan………………………………………………………….

20. Tabel IV-12 Hasil Penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar 82
obyek wisata alam di Tahura Bukit Barisan ………………………………….

21. Tabel IV-13 Tabel Rekapitulasi Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata di 85
Tahura Bukit Barisan …………………………………………………………

22. Tabel IV-14 Karakteristik pengunjung obyek wisata di Tahura Bukit Barisan 87

23. Tabel IV-15 Sarana dan prasarana obyek wisata yang sudah di bangun di 97
Tahura Bukit Barisan …………………………………………………………

24. Tabel IV-16 Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Ekowisata Tahura 100
Bukit Barisan …………………………………………………………………

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar II-1 Alur Kerangka Pemikiran pada Penelitian ….………………… 36

2. Gambar IV-1 Potensi Ekowisata Air Terjun Dua Warna …………………….. 71

3. Gambar IV-2 Potensi Ekowisata Air Terjun Sirembak Sikulikap ……………. 72

4. Gambar IV-3 Potensi Ekowisata Penatapen …………………………………. 73

5. Gambar IV-4 Potensi Air Terjun Simempar dan Air Terjun Pelangi ………… 74

6. Gambar IV-5 Potensi Air Terjun Pande Namura …………………………….. 75

7. Gambar IV-6 Potensi Air Terjun dan Sungai Dua Rasa ……………………… 76

8. Gambar IV-7 Potensi Wisata Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung ……. 77

9. Gambar IV-8 Diagram Kuadran Strategi Pengembangan Ekowisata Tahura 102


Bukit Barisan ………………………………………………………………….

10. Gambar IV-9 Diagram Matriks Pengembangan Ekowisata Tahura Bukit 103
Barisan ………………………………………………………………………..

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan

koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami dan atau buatan, jenis asli atau bukan

asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, budaya pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 Tahun 1990, Pasal 1

ayat 15). Dalam pasal 7 dinyatakan bahwa perlindungan sistem penyangga kehidupan

ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan

kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan

manusia. Hal ini menggambarkan bahwa kebijakan Tahura peruntukkannya dapat

memberikan peningkatan kesejahteraan dalam berbagai hal berupa kenyamanan iklim

ekologi karena vegetasi terpelihara dengan baik, ruang untuk usaha perekonomian

petani berjalan dengan lancar tanpa melakukan eksploitasi sumberdaya alam, sistem

sosial dan budaya masyarakat berinteraksi dengan harmonis dan komitmen

pengelolaan kawasan-kawasan Tahura terbangun dengan selaras, seimbang dan

kolektif.

Salah satu Taman Hutan Raya di Indonesia yang berpotensi untuk

dikembangkan sebagai obyek wisata alam adalah Taman Hutan Raya Bukit Barisan

(Tahura BB). Tahura BB ditetapkan sebagai satu unit pengelolaan yang berintikan

1
kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan Presiden

Nomor 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 dengan luas areal seluruhnya

51.600 Ha, kemudian ditetapkan kembali berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.95/MENLHK/ SETJEN/PLA.2/2/2018

Tanggal 20 Pebruari 2018 dengan luas kurang lebih 39.678 Ha, yang terletak di

Provinsi Sumatera Utara dan melintasi empat kabupaten yaitu : Deli Serdang, Karo,

Langkat, dan Simalungun. Kawasan Tahura Bukit Barisan tersusun dari sebagian

besar kawasan hutan lindung yang telah ditetapkan sejak zaman Belanda yang

meliputi Hutan Lindung Sibayak I, Hutan Lindung Sibayak II, Hutan Lindung

Simacik I, Hutan Lindung Simacik II dan Hutan Lindung Sinabung.

Pada umumnya keadaan topografi kawasan Tahura Bukit Barisan terjal dan

sebagian pegunungan dan puncak tertinggi, yaitu: Gunung Sinabung dengan

ketinggian kurang lebih 2.460 m dpl. Udara yang sejuk, vegetasi alam yang masih

utuh dan landsekap yang indah dan menarik, perbukitan yang baik untuk lintas alam

dan berkemah, sumber air yang cukup tersedia, obyek-obyek wisata alam beserta

peristiwa atau atraksi budaya yang sangat memikat menjadi alasan utama daerah ini

menjadi daerah tujuan wisata. Beberapa obyek-obyek wisata yang terdapat di

kawasan taman hutan raya ini, antara lain : Air Terjun Dua Warna, Air terjun

Sikulikap, Air Terjun Pande Namura, Air Terjun Sirembak Dua, Tongkoh (pusat

informasi dan arboretum Tahura), Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Berastagi dan

sekitarnya, sangat cocok bagi wisatawan domestik maupun luar negeri untuk tempat

2
rekreasi maupun untuk kegiatan cinta alam. Secara garis besar obyek-obyek wisata

yang terdapat di daerah kawasan Tahura Bukit Barisan dapat dikelompokkan

menjadi : (1) obyek wisata alam, berupa pegunungan/ perbukitan, lembah panorama,

air terjun dan keindahan alam lainnya yang cukup menarik ; (2) obyek wisata

rekreasi, berupa piknik keluarga, play ground dan camping ground; (3) obyek lokasi

ekowisata untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, (4) obyek wisata sejarah

dan budaya, meliputi adat-istiadat, bangunan tradisional dan perkampungan asli.

Berdasarkan data kunjungan wisata ke Tahura Bukit Barisan, terjadi

peningkatan jumlah pengunjung dari tahun 2017 ke tahun 2019 (sebelum pandemi

Covid 19). Lokasi obyek wisata yang paling banyak dikunjungi di Tahura Bukit

Barisan adalah Gunung Sibayak sekitar 85% terutama pada saat hari libur dan akhir

pekan sisanya di lokasi Tongkoh didominasi oleh pengunjung dari Anak sekolah dan

keluarga.

Tabel 1.1

Daftar Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Tahura Bukit Barisan

Tahun Jumlah Pengunjung Peningkatan (%)


2017 10.038
2018 11.955 19,09
2019 13.152 10,01
2020 7.798 -40,71
2021 (awal April 2021) 1.342 -82,79
Sumber : UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan, 2021

3
Jumlah kunjungan tersebut menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan

meningkat dari tahun 2017 ke tahun 2019. Bahkan pada tahun 2020 sampai dengan

2021 (April) dimana situasi pandemi Covid 19 kunjungan wisatawan masih tetap ada

walaupun mengalami penurunan yang kemungkinan besar disebabkan adanya

kebijakan pembatasan jumlah pengunjung maupun penutupan objek wisata yang ada

di Tahura Bukit Barisan.

Lokasi wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan adalah Tongkoh,

Sibolangit dan Gunung Sibayak. Selain sebagai tujuan wisata, kawasan Tahura Bukit

Barisan sering juga dijadikan lokasi penelitian dan pendidikan oleh mahasiswa dari

berbagai universitas di kota Medan serta para penggiat lingkungan dari berbagai

lembaga, sehingga kawasan Tahura Bukit Barisan masih menjadi tempat yang

menarik untuk dipelajari dan memiliki banyak potensi yang belum tergali.

Pengelolaan kawasan Tahura Bukit Barisan yang memiliki kawasan hutan yang

masih alami, unik dan khas serta bentukan lanscape yang menarik dan berpotensi

untuk dikembangkan sebagai ekowisata, belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini

ditunjukkan dengan kondisi pemanfaatan ruang wisata yang belum tepat,

pengembangan fasilitas wisata yang belum memadai maupun pelibatan masyarakat

lokal yang kurang harmonis. Disisi lain, potensi wisata alam yang sudah dikelola oleh

masyarakat memiliki masalah terhadap kebersihan dan sampah yang tidak terkelola

dengan baik sehingga kawasan wisata tersebut terkesan kotor dan kumuh. Sampah

plastik dan sampah sampah yang tak bisa didaur ulang mendominasi kawasan wisata

tersebut. begitu juga sungai-sungai yang melintasi pemukiman masyarakat secara

4
umum menjadi tempat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tinggal didaerah

tersebut. hal yang sama juga terjadi pada puncak gunung sibayak, gunung sinabung,

bukit barus, simpulan angin dan tempat-tempat perkemahan (camping) lainnya.

Sebagai langkah awal untuk mengembangkan ekowisata di Tahura Bukit

Barisan, sangat penting untuk mengetahui kehendak bersama (common will) antara

masyarakat dan pengelola untuk mengembangkan ekowisata. Melalui kajian

orientasi, kita dapat mengetahui arah dan sikap stakeholders apakah telah mengarah

pada koridor dan prinsip-prinsip pembangunan ekowisata.

Brahmantyo (2017) menyebutkan bahwa mempelajari persepsi, pemikiran dan

sikap stakeholders dalam pembangunan destinasi pariwisata menjadi penting untuk

dilakukan, karena dapat menggambarkan seberapa besar dukungan yang diberikan

untuk keberhasilan pembangunan pariwisata. Kegiatan pengembangan wisata

diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan menuju objek wisata yang

berada di Tahura Bukit Barisan dan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi

masyarakat sekitar kawasan (Rosadi, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi potensi ekowisata yang berada di kawasan Tahura Bukit

Barisan

2) Bagaimana persepsi stakeholders terkait ekowisata di Tahura Bukit Barisan

5
3) Bagaimana strategi pengembangan ekowisata di kawasan Tahura Bukit

Barisan

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi potensi wisata alam yang berada di kawasan Tahura Bukit

Barisan

2) Mengidentifikasi persepsi stakeholders terkait ekowisata di kawasan Tahura

Bukit Barisan

3) Merumuskan strategi pengembangan ekowisata di kawasan Tahura Bukit

Barisan

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1) Memberikan informasi tentang potensi Ekowisata, persepsi stakeholders

serta strategi pengembangan ekowisata di kawasan Tahura Bukit Barisan

yang mencerminkan aspek keberlanjutan.

2) Bahan masukan bagi Pengelola Tahura Bukit Barisan dalam mengelola

aktivitas ekowisata agar dapat lestari dan berkelanjutan.

3) Bagi pemerintah dan instansi terkait dapat dijadikan acuan dalam

mengeluarkan kebijakan pengelolaan ekowisata yang mendukung aspek

keberlanjutan.

6
4) Bagi masyarakat sekitar kawasan hutan dapat memberikan informasi

pengetahuan tentang pengelolaan ekowisata yang berkelanjutan dan sebagai

pertimbangan dalam menentukan jenis usaha yang dapat dikembangkan.

5) Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi di

kawasan Tahura Bukit Barisan.

6) Memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

pengelolaan ekowisata khususnya pada pengembangan ekowisata pada

kawasan hutan.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pariwisata
Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya

aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam

waktu sementara, dengan tujuan mengisi waktu luang dan selama perjalanan tidak

melakukan aktivitas yang menghasilkan uang. Gejala yang ditimbulkan terjadi akibat

adanya interaksi dari unsur manusia/pelaku, waktu, dan ruang selama perjalanannya

(Wahab 1989).

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I

Pasal 1, wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata merupakan

perpindahan yang bersifat sementara ke daerah tujuan wisata di luar tempat tinggal

dan pekerjaan, melakukan aktivitas selama tinggal dan fasilitas yang diciptakan untuk

melayani kebutuhan wisatawan (Cooper et al. 1996).

8
2.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata

Obyek wisata adalah suatu tempat yang menjadi tujuan kunjungan karena

mempunyai sumberdaya yang menarik baik berupa alami, buatan hasil karya manusia

ataupun budaya masyarakat. Ketersediaan sumberdaya hanya dapat memicu adanya

perjalanan, sumberdaya yang baik adalah sumberdaya yang dapat memberikan

keuntungan baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Sedangkan daya tarik wisata

yaitu segala sesuatu yang dapat menarik pengunjung untuk datang berwisata ke suatu

tempat tertentu. Obyek daya tarik wisata merupakan tempat atau keadaan alam yang

memiliki sumberdaya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai

daya tarik dan diusahakan sebagai tempat tujuan kunjungan wisatawan (Marpaung

2002).

Undang – Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada Bab I

Pasal 1 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Definisi obyek wisata menurut Wardiyanta (2006) adalah sesuatu yang

menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan.

Obyek wisata tersebut bisa berupa 1) berasal dari alam, misalnya pegunungan, hutan

dan pantai, 2) merupakan hasil budaya, misalnya museum dan candi, 3) hasil dari

kegiatan atau aktivitas manusia seperti tarian dan karnaval. Hal ini sama dengan

Marpaung (2002) yang membagi daya tarik wisata menjadi tiga klasifikasi yaitu daya

tarik alam, budaya dan daya tarik buatan manusia, sedangkan definisi obyek dan daya

9
tarik wisata menurutnya adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang

berhubungan, menarik wisatawan untuk datang berkunjung pada suatu daerah.

Kodhyat (2007) obyek dan daya tarik wisata merupakan komponen paling

utama karena merupakan pendorong atau sebagai motivasi wisatawan untuk datang

berkunjung pada daerah wisata tersebut, obyek dan daya tarik wisata menurutnya

dibagi dalam empat jenis yaitu Alam, Budaya, Aktivitas dan Peristiwa.

2.3 Ekowisata dan Wisata Alam

Ekowisata dapat diartikan secara bebas sebagai suatu jenis pariwisata yang

dalam penyelenggaraannya tidak menuntut tersedianya fasilitas akomodasi yang

modern dan peralatan yang mewah dengan bagunan yang megah. Ekowisata ini

dilakukan dengan kesederhanaan, memelihara keaslian alam dan lingkungan, seni

budaya, adat-istiadat kehidupan masyarakat sekitar, menciptakan ketenangan dan

keseimbangan dalam pembangunannya dengan alam sekitarnya. Sehingga ekowisata

bukan termasuk jenis pariwisata yang hanya menghamburkan uang dan hiburan

semata, namun merupakan jenis pariwisata yang dapat meningkatkan pengetahuan,

memperluas wawasan dengan mempelajari sesuatu dari alam, flora dan fauna atau

bahkan dari kehidupan masyarakat etnis setempat.

Deklarasi Quebec secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan

suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, dalam

praktik jelas terlihat bahwa bentuk wisata ini secara aktif menyumbang kegiatan

konservasi alam dan budaya, melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan,

10
pengembangan, dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif

terhadap kesejahteraan masyarakat, dan dilakukan dalam bentuk wisata independen

atau organisasi kelompok kecil (UNEP 2000 dalam Damanik dan Weber 2006).

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan

Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan

Taman Wisata Alam pada Bab I Pasal 1 menyebutkan bahwa wisata alam merupakan

kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela

serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di

kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata

alam.

Hakim (2004) wisata alam merupakan aktivitas wisata menuju tempat-

tempat alamiah yang biasanya diikuti oleh kegiatan olah fisik wisatawan. Tempat

wisata favorit wisatawan ini biasanya kebanyakan termasuk kawasan lindung, seperti

Taman Nasional, Cagar Alam, Taman Hutan Raya dan Taman Laut.

2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata

Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan

wisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek

destinasi, kemudian kedua adalah aspek pasar. Sebenarnya pengembangan ekowisata

dilaksanakan dengan konsep produk didorong (driven). Meskipun aspek pasar perlu

dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam

dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya (Gunn, 1994).

11
Konsep pengembangan ekowisata harus sejalan dengan misi pengelolaan konservasi

yang mempunyai tujuan, yaitu:

1) Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem

kehidupan;

2) Melindungi keanekaragaman hayati;

3) Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya;

4) Memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat. Hakekatnya

ekowisata terdapat upaya pelestarian alam dan budaya masyarakat, jauh

lebih ketat dibanding dengan pembangunan wisata lainnya.

Pembangunan ekowisata jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan

alam dibanding dengan pembangunan lainnya. Sebab ekowisata tidak melakukan

eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan (Dowling, 1997).

Akhirnya sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode

pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan.

Disini kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat

lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas

ekowisata.

Ekowisata merupakan kegiatan yang bertanggung jawab terhadap

kesejahteraan masyarakat lokal dan menekankan terhadap pelestarian lingkungan

(Maulana, 2017). Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya

12
wisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi

wisatawan untuk menunjukkan tanggung jawab tersebut (Damanik, 2015).

Menurut Damanik (2015), terdapat tujuh prinsip dalam pengembangan

ekowisata, yaitu :

1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan

budaya lokal akibat kegiatan ekowisata;

2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi

wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisatawan

lainnya;

3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun

masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam

pemeliharaan atau konservasi Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA);

4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi

melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan;

5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal

dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal;

6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di daerah

tujuan wisata;

7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti

memberikankebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati

aktraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil

dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.

13
Menurut The Ecotourism Society (2015), terdapat delapan prinsip yang bila

dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan ecological friendly dari

pembangunan berbasis kerakyatan, yaitu :

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktifitas wisatawan terhadap alam

dan budaya yang disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya

setempat;

2. Pendidikan konservasi lingkungan, mendidik wisatawan dan masyarakat

setempat akan pentingnya arti konservasi;

3. Pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan

untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima

langsung penghasilan atau pendapatan;

4. Partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pengawasan;

5. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat;

6. Menjaga keharmonisan dengan alam;

7. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung lebih rendah dengan

daya dukung kawasan buatan;

8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara.

Semua pengertian di atas, mengarah kepada pemahaman terhadap aktifitas

berwisata atau mengunjungi kawasan alam dengan niat obyektif untuk melihat,

mempelajari, mengagumi keindahan alam, flora, fauna termasuk aspek-aspek budaya

baik di masa lampau maupun sekarang yang mungkin terdapat di kawasan tersebut.

14
Menurut Buckley (2015), ekowisata telah dipadupadankan dengan beberapa

jenis wisata sejak tahun 1980-an, yaitu sebagai berikut :

1. Nature-based tourism, merupakan wisata yang menitikberatkan pada lingkungan

alami. Ekowisata telah menjadi bagian penting dari nature-base tourism.

2. Cultural tourism, merupakan wisata yang menitikberatkan pada budaya dan

sejarah suatu kawasan. Di dalam cultural tourism, ekowisata menjadi alternatif

namun sering terjadi tumpang tindih (overlap) sehingga tidak mudah menentukan

wisata mana yang menjadi tujuan mana.

3. Adventure tourism, merupakan wisata yang menitikberatkan pada kegiatan yang

berisiko, menantang fisik sehingga wistawan harus memiliki kemampuan

tertentu.

4. Alternative and mass tourism, merupakan model wisata berskala kecil yang

dimaksudkan untuk dapat menyediakan suatu alternatif yang lebih sesuai dengan

wisata massal. Wisata ini didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata yang

menekankan tanggung jawab terhadap kelestarian alam, memberi manfaat secara

ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.

Dari keempat wisata ini, bentuk alternatif dan mass tourism merupakan

bentuk yang paling cocok untuk dipadupadankan dengan ekowisata yang memberikan

efek berkelanjutan (sustainable). Sustainable tourism merupakan wisata yang

memiliki prinsip pengembangan yang berkelanjutan dan untuk menggabungkan

kriteria dari lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi (Weaver, 2011).

15
2.5 Pendekatan Pengelolaan Ekowisata

Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan

konservasi. Pendekatan ini mengandung makna tidak hanya pengelolaan alam dan

budaya masyarakat dengan menjamin kelestarian dan kesejahteraannya, tetapi juga

merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumber daya alam untuk

waktu kini dan masa mendatang. Definisi lain menyebutkan bahwa konservasi adalah

usaha manusia untuk memanfaatkan lingkungan (biosphere) dengan berusaha

memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.

Destinasi yang diminati wisatawan ecotour umumnya merupakan daerah yang relatif

masih alami. Beberapa kawasan yang masih memiliki area alami dapat berupa taman

nasional, taman hutan raya, taman wisata dan taman buru. Tetapi kawasan lain seperti

hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik dapat

dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Pendekatan yang harus

dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.

Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan.

Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980)

sebagai berikut:

1) Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem

kehidupan;

2) Melindungi keanekaragaman hayati;

3) Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya;

16
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan

pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan

menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Kemudian pendekatan lainnya

adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu

mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Salah

satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk

membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal (Masberg dan

Morales, 1999). Pelaku konservasi alam melihat ekowisata sebagai kegiatan yang

dapat meningkatkan kemampuan finansial dalam kegiatan konservasi serta

meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya upaya-upaya konservasi alam,

sementara ilmuwan melihat ekowisata dapat mendukung dan melindungi lingkungan

alami pada suatu kawasan konservasi, serta diharapkan dapat menjaga kelestarian

lingkungan flora dan fauna (Adhikerana, 2001).

Ekowisata tidak setara dengan wisata alam. Tidak semua wisata alam akan

dapat memberikan sumbangan positif kepada upaya pelestarian dan berwawasan

lingkungan, jenis pariwisata tersebut yang memerlukan persyaratan-persyaratan

tertentu untuk menjadi ekowisata dan memiliki pasar khusus. Secara keseluruhan

ekowisata merupakan perjalanan menikmati alam berbasiskan lingkungan sehingga

membuat orang memiliki ketertarikan untuk mempelajari tentang sejarah dan kultur

dari wilayah yang dikunjungi, serta memberikan manfaat ekonomi dan sosial pada

masyarakat setempat sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan mendukung

konservasi sumber daya alam melalui interpretasi dan pendidikan lingkungan. Untuk

17
itu, ada beberapa aspek teknis yang perlu diperhitungkan demi keberhasilan

ekowisata menurut Adhikerana (2001), meliputi :

1) Adanya konservasi sumber daya alam yang sedang berlangsung;

2) Tersedianya semua informasi yang diperoleh dari berbagai kegiatan penelitian di

kawasan, serta penerapan hasil-hasil penelitian dalam pengelolaan kawasan;

3) Tersedianya pemandu wisata yang benar-benar memahami seluk beluk ekosistem

kawasan;

4) Tersedianya panduan yang membatasi penggunaan kawasan sebagai arena

ekowisata, misalnya panduan tentang kegiatan yang dapat dilakukan, tentang

zonasi kawasan sesuai dengan ekosistemnya, jalur-jalur yang dapat dilalui dalam

kawasan, dan daya tampung kawasan;

5) Tersedianya program-program kegiatan ekowisata yang sesuai kondisi sumber

daya alam di dalam kawasan; dan

6) Tersedianya fasilitas pendukung yang memadai, terutama sarana dan prasarana

wisata.

2.6 Strategi Pengembangan Ekowisata

Pengembangan ekowisata di suatu kawasan erat kaitannya dengan

pengembangan obyek dan daya tarik wisata alamnya (ODTWA). Menurut

Departemen Kehutanan (2007) keseluruhan potensi ODTWA merupakan sumber

daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan

pelestarian lingkungan. Lebih rinci Departemen Kehutanan (2007) menjelaskan

18
pengembangan ODTWA sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktifitas

sumber daya hutan dalam konteks pembangunan interaksi berbagai kepentingan yang

melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di

dalamnya.

Fokus utama dalam pengembangan ekowisata adalah sumber daya manusia,

sumber daya alam dan budaya lokal (Situmorang, 2012). Gagasan tentang

pembangunan ekowisata telah mendorong sektor pariwisata menghasilkan manfaat

bagi masyarakat setempat serta meningkatkan insentif untuk perlindungan alam dan

konservasi (Wildan, 2016).

Perencanaan dan pengelolaan ekowisata yang baik dapat menjadi salah satu

alat yang paling efektif untuk konservasi keanekaragaman hayati dalam jangka

panjang dengan keadaan yang mendukung seperti kondisi pasar, manajemen di

tingkat lokal dan hubungan yang harmonis antara pengembangan ekowisata dengan

konservasi (KC Anup, 2015). Dalam prakteknya, ekowisata seringkali gagal

memberikan manfaat yang diharapkan kepada masyarakat karena beberapa seperti

faktor sumberdaya manusia dan kepastian lahan (Chen, 2010).

Menurut Utari (2018), pengembangan pariwisata alam di kawasan

pelestarian alam memiliki strategi pengembangan dan program pengembangan Obyek

Daya Tarik Wisata (ODTW) di kawasan hutan, antara lain :

1. Strategi pengembangan ODTW Pengembangan potensi ODTW untuk

menunjang tujuan pembangunan khususnya pengembangan pariwisata mencakup

aspek-aspek perencanaan pembangunan, kelembagaan, sarana prasarana dan

19
infrastruktur, pengusahaan pariwisata alam, promosi dan pemasaran, pengelolaan

kawasan, sosial budaya dan sosial ekonomi, penelitian pengembangan, dan

pendanaan.

2. Program pengembangan ODTW Pembangunan ODTW khususnya

pengembangan ODTW dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan

kegiatan:

a. Inventarisasi potensi, pengembangan dan pemetaan ODTW,

b. Evaluasi dan penyempurnaan kelembagaan pengelola ODTW,

c. Pengembangan dan pemantapan sistem pengelolaan ODTW,

d. Pengembangan sistem perencanaan,

e. Penelitian dan pengembangan manfaat,

f. Pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur,

g. Perencanaan dan penataan,

h. Pengembangan pengusahaan pariwisata alam dan

i. Pengembangan sumber daya manusia.

Adanya pengembangan wisata di suatu tempat akan memberikan berbagai

keuntungan baik bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dixit (2010)

menyatakan bahwa pengembangan pariwisata di dalam dan disekitar kawasan yang

dilindungi merupakan salah satu cara terbaik untuk mendatangkan keuntungan

ekonomi kawasan terpencil, dengan cara menyediakan kesempatan kerja masyarakat

20
setempat, merangsang pasar setempat, memperbaiki sarana angkutan, dan

komunikasi.

Konsep pengembangan pariwisata alam pada daerah konservasi yang

dianggap paling penting yaitu pengembangan obyek dan daya tarik wisata dengan

adanya tujuan pendidikan bagi wisatawan tentang apa yang mereka lihat dan mereka

rasakan dengan penekanan pendidikan terhadap masalah ekologi dan konservasi.

Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003) menyebutkan ada

lima prinsip pengembangan pariwisata alam yaitu:

1. Konservasi: menghindari dampak negative terhadap lingkungan, sosial, budaya

dan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan beserta keanekaragaman hayati

yang dimilikinya dengan adanya pengaturan pengunjung yang sesuai daya

dukung kawasan.

2. Edukasi: memberikan pendidikan konservasi pada masyarakat setempat dan

pengunjung serta pengelolanya dengan mengembangkan program interpretasi

lingkungan yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran dan kepedulian

terhadap sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

3. Ekonomi: terjaminannya kesinambungan usaha yang dapat memberikan

keuntungan bagi masyarakat sekitar, pengelola dan penyelenggara pariwisata

alam. Sehingga dapat memacu pembangunan wilayah setempat baik lokal,

regional maupun nasional.

4. Peran Masyarakat: masyarakat ikut berperan mulai dari tahap perencanaan

sampai pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, tetap memperhatikan kearifan

21
tradisional dan kekhasan daerah setempat serta memahami struktur sosial dan

budaya masyarakat.

5. Rekreasi: pengunjung memperoleh kepuasan dan kenyamanan dalam perjalanan

wisata di lokasi yang masih alami dan mempunyai fungsi konservasi.

2.7 Persepsi Stakeholder

Untuk mengetahui pengembangan ekowisata yang sesuai dengan keadaan

lingkungan sekitar terutama dengan keadaan masyarakat, maka perlu diketahui

persepsi dari berbagai stakeholders. Robbins (2008), menyatakan bahwa persepsi

(perception) adalah proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan

kesan-kesan sensoris guna memberikan arti bagi lingkungan.

Menurut Saputra (2015), persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu

serapan, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Definisi

persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat

sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana

seseorang memandang dan mengartikan sesuatu.

Hariyana dan Mahagangga (2015), mengartikan persepsi sebagai

pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi (perception) juga diartikan

sebagai penglihatan atau tanggapan daya memahami/menanggapi (Phiri, 2012).

Persepsi merupakan cara bagaimana seseorang melihat dan menaksirkan

suatu obyek atau kejadian. Seseorang akan melakukan tindakan sesuai persepsinya,

22
sehingga persepsi memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi

perilaku seseorang (Fabra, 2012). Persepsi seseorang dipengaruhi antara lain oleh

umpan balik, yaitu reaksi yang diterima seorang individu atas tindakan yang

dilakukannya. Umpan balik dipengaruhi oleh interpretasi pemberi dan penerima.

Terjadinya persepsi keinginan-keinginan, kebutuhan, motif, perasaan, minat dan

nilai-nilai yang dimiliki Hayati (2010).

Menurut Husein (2008), ada 3 (tiga) faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi masyarakat yaitu :

1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba

menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.

2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan

terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi

persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang

berdekatan atau yang mirip.

3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab

unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.

2.8 Partisipasi Masyarakat

Dalam sebuah pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu

aspek yang perlu diperhatikan. Pembangunan masyarakat diarahkan pada perbaikan

23
kondisi hidup masyarakat. Pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mengubah

keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik. Oleh karena

itulah partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan

keberhasilan suatu pembangunan tersebut.

Menurut Theresia (2014), partisipasi sebagai tindakan untuk “mengambil

bagian” yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan

maksud memperoleh manfaat.

Partisipasi seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan

baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi

masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut

memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Sumaryadi,2010).

Mardikanto (2013) mengemukakan bahwa partisipasi merupakan suatu

bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan suka rela, baik dari alasan dari

dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), dalam keseluruhan proses kegiatan

yang bersangkutan, mencangkup pengambilan keputusan dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai.

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,

pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses

mengevaluasi perubahan yang terjadi (Andreeyan, 2014).

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Septyasa (2013) adalah:

24
a. Partisipasi buah pikiran

b. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan sebagainya.

c. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain yang biasanya

berupa uang, makanan dan sebagainya

d. Partisipasi keterampilan dan kemahiran.

e. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban

Menurut Pappila (2012), masyarakat akan tergerak untuk berpartisipasi

dalam suatu kegiatan apabila (1) dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal

atau yang sudah ada di tengah masyarakat yang bersangkutan, (2) memberikan

manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan, (3) manfaat yang diperoleh

tersebut dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat, dan (4) dalam proses

partisipasi terdapat jaminan kontrol oleh masyarakat.

2.9 Motivasi Stakeholder

Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,

menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia. Motif dan Motivasi adalah dua hal

yang berbeda. Motif adalah sebuah konstruksi yang mewakili sebuah dorongan

internal yang tak terlihat yang merangsang dan mendorong suatu respon perilaku

25
yang khusus serta menyediakan petunjuk spesifik pada respon tersebut, motivasi

adalah alasan untuk melakukan sesuatu hal (Nugroho, 2010).

Menurut Veithzal (2010) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai

yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan

individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan

kekuatan untuk mendorong individu tersebut bertingkah laku dalam mencapai tujuan.

Apabila individu termotivasi, mereka akan membuat pilihan yang positif untuk

melakukan sesuatu, karena pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk

bekerja keras sehingga dapat memuaskan keinginan mereka dan meningkatkan

produktivitas kerja mereka serta pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan organisasi.

Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang

menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai

tujuannya. Mangkunegara (2005:61) menyatakan “motivasi terbentuk dari sikap

(attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation).

Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang

terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental

pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi

kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.

McClelland dalam Mangkunegara (2005:68) mengemukakan 6 (enam)

karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :

26
1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2) Berani mengambil dan memikul resiko.

3) Memiliki tujuan realistis.

4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan

tujuan.

5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan.

6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan

Menurut David C.Mc.Celland dalam Hasibuan (1996:111), menyebutkan

bahwa indikator motivasi adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan untuk

berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang.

2) Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation), merupakan keinginan memiliki

kebutuhan untuk bersosialisasi dan ineraksi dengan individu lain. Kebutuhan ini

mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

3) Kebutuhan kekuatan (need for power), merupakan daya penggerak yang

memotivasi semangat kerja pegawai dengan mengarahkan semua kemampuan

demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik didalam organisasi

Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai

terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam

27
diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh

pegawai tercapai.

Menurut Winardi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara

lain:

a. Kebutuhan pribadi

b. Tujuan-tujuan dan persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan

c. Dengan cara apa kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terealisasi

Menurut Yoeti (2008), motivasi yang mendorong seseorang untuk

melakukan kegiatan wisata dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yakni;

physical motivation, cultural motivation, interpersonal motivation, status and prestise

motivation.

a. Physical motivation

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh seseorang dilingkungan kerja ataupun

rutinitas sehari-hari membuat fisik menjadi lelah. Oleh karena itu dianggap perlu

melakukan kegiatan yang sifatnya mengembalikan keadaan fisiologisnya.

Physical motivation adalah motivasi yang erat kaitannya dengan keinginan

seseorang untuk mengembalikan kondisi fisiologisnya dengan cara melakukan

perjalanan wisata, kegiatan yang dilakukan adalah untuk mengembalikan kondisi

fisiknya atau sekedar bersenang-senang

b. Cultural motivation

Merupakan kegiatan wisata yang bertujuan untuk mengetahui adat istiadat, budaya,

dan arsitektur yang ada di daerah lain. Arsitektur dapat berupa monumen, tugu,

28
dan bangunan bersejarah. Peninggalan yang berupa arsitektur menarik untuk

dikunjungi karena sebagai pembelajaran dan peringatan masa lampau. Oleh karena

itu arsitektur yang menjadi peninggalan/ciri khas harus terus dijaga dan

diperhatikan oleh pengelola obyek wisata, agar wisatawan tertarik untuk datang

berkunjung menyaksikan kemegahan bangunan/arsitektur yang mempunyai ciri

khas tersebut.

c. Interpersonal motivation

Motivasi ini didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak

keluarga, kawan-kawan, atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin

mencari teman-teman baru dan lain-lain. Secara singkat motivasi ini erat

hubungannya dengan dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin

sehari-hari.

d. Status and prestise motivation

Motivasi ini bertujuan untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukannya; status dalam

masyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat perjalanan disini sangat

emosional dan ada kalanya dihubungkan dengan perjalanan business, dinas,

pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan faktor pendorong seseorang untuk melakukan perjalanan dan berpengaruh

terhadap penentuan obyek wisata yang akan dikunjunginya. Oleh karena itu motivasi

wisatawan penting untuk diketahui bagi pengelola obyek wisata dalam rangka

meningkatkan daya tarik agar wisatawan tertarik dan senang serta terpenuhinya

29
kebutuhan wisatawan sehingga menghindari beralihnya wisatawan ke obyek wisata

lain yang merupakan pesaing.

2.10 Analisa SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2015). Analisis ini berdasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengh) dan peluang (Opportunity),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman

(Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan (Rangkuti, 2015).

Oleh karena itu perencanaan strategis harus menganalisa faktor-faktor

strategis (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat

ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis

situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2015). Analisis SWOT digunakan untuk

mendapatkan serangkaian keputusan dan untuk manajerial yang menentukan kinerja

perusahaan dalam jangka panjang dengan jalan mengamati lingkungan eksternal

untuk melihat kesempatan dan ancaman dan mengamati lingkungan internal untuk

melihat kekuatan dan kelemahan (Rangkuti, 2013).

Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan

faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor

internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Untuk mengetahuinya maka harus

dilakukan analisis terhadap faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya menyusun

30
tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis

Summary/EFAS) dengan langkah-langkah yang dikutip dari Rangkuti (2015), yaitu :

1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1 (5 sampai dengan 10

peluang dan ancaman).

2. Memberi bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis

yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.

3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat

tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi.

Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang

semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1.

Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya

besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.

4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya

adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi

organisasi pada diagram analisa SWOT.

Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysis

Summary/EFAS) dideskripsikan pada Tabel II.1.

31
Tabel II.1 Faktor-faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors
Analysis Summary/EFAS)
Skor
Faktor-faktor Strategis
Bobot Rating Pembobotan
Eksternal
(Bobot X Rating)
Peluang (Opputunities/O)
1. Peluang 1 Bobot Peluang 1 Rating Peluang 1
2. Peluang 2 Bobot Peluang 2 Rating Peluang 2
Jumlah O A B
Ancaman (Threats/T)
1. Ancaman 1 Bobot Ancaman 1 Rating Ancaman 1
2. Ancaman 2 Bobot Ancaman 2 Rating Ancaman 2
Jumlah T C D
Total (A+C)=1 (B+D)
Sumber : Rangkuti (2015)

Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai faktor

kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan. Seperti halnya pada

analisis faktor strategis eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun Tabel

faktor-faktor strategis internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS).

Faktor Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis

Summary/IFAS) dideskripsikan pada Tabel II.11

Tabel II.11 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors


Analysis Summary/IFAS)
Faktor-faktor Strategis Skor Pembobotan
Bobot Rating
Internal (Bobot X Rating)
Kekuatan (Strenght/S)
1. Kekuatan 1 Bobot Kekuatan 1 Rating Kekuatan 1
2. Kekuatan 2 Bobot Kekuatan 2 Rating Kekuatan 2
Jumlah S A B
Kelemahan
(Weakneses/W)
Rating Kelemahan
1. Kelemahan 1 Bobot Kelemahan 1
1
Rating Kelemahan
2. Kelemahan 2 Bobot Kelemahan 2
2
Jumlah W C D
Total (A+C)=1 (B+D)
Sumber : Rangkuti (2015)

32
Data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan

internal, data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data

internal yaitu data yang diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri (Rangkuti, 2015).

Identifikasi dan klasifikasi data eksternal dan internal harus dilakukan

secara cermat agar menggambarkan situasi sebenarnya. Strategi pengembangan

diketahui dengan membuat diagram SWOT yang terbagi ke dalam 4 (empat) kuadran

dengan posisi kuadran pertama berada di antara peluang dan kekuatan,kuadran kedua

berada di antara kekuatan dan ancaman, kuadran ketiga berada di antara peluang dan

kelemahan serta kuadran keempat berada di antara kelemahan dan ancaman

(Rangkuti, 2015). Menurut Ramadhani dkk (2016) menyatakan bahwa perhitungan

strategi memerlukan pengesahan dari adanya posisi dalam salib sumbu yaitu antara

kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan ancaman yang semuanya digambarkan

dalam garis-garis positif dan negatif.

2.11 Kerangka Berpikir

Sektor pariwisata adalah salah satu sektor dalam pembangunan yang dapat

mengakomodasikan kepentingan perluasan lapangan kerja, Pendapatan Asli Daerah

(PAD), konservasi sumberdaya alam dan ekosistem, serta peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Kenyataannya di lapangan, kawasan wisata Tahura Bukit Barisan belum

dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan tidak dikembangkan sesuai dengan

33
potensi-potensi yang tersedia, seperti potensi alam, potensi sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat.

Dalam upaya pengembangan ekowisata di Tahura Bukit Barisan diperlukan

penelitian terhadap komponen-komponen Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam

(ODTWA) dan budaya masyarakat sekitarnya agar dapat disusun suatu rencana

pengembangan yang sesuai dan dengan tetap menjaga status kawasan Tahura Bukit

Barisan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi. Dengan demikian diharapkan

manfaat ekowisata di kawasan dapat diperoleh secara optimal, yaitu secara ekonomis

memberikan keuntungan peningkatan ekonomi masyarakat sekitar dan secara ekologi,

sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap terjamin kelestariannya.

Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah upaya

pengembangan ekowisata di Tahura Bukit Barisan melalui pengelolaan wisata.

Potensi wisata alam kawasan tersebut sangat tinggi dengan kekayaan flora dan fauna

dan didukung oleh kekhasan budaya, tetapi jumlah wisatawan yang berkunjung

sangat rendah dan terbatas. Hal tersebut membuktikan bahwa pengembangan

ekowisata di kawasan Tahura Bukit Barisan sampai saat ini belum optimal.

Penelitian ini untuk mengetahui potensi sumber daya ekowisata, sumber

daya masyarakat dan persepsi stakeholders, yakni Masyarakat sekitar kawasan

Tahura Bukit Barisan, Pengelola (UPTD Tahura Bukit Barisan) dan pengunjung di

Tahura Bukit Barisan. Pengambilan data potensi sumber daya ekowisata dilakukan

dengan mengumpulkan data keindahan lanskap, flora dan fauna dan budaya

masyarakat. Data dan informasi potensi akan digali lebih mendalam di lokasi

34
penelitian melalui observasi langsung dan wawancara kepada stakeholders terkait

dengan alat kuesioner.

Data sumber daya masyarakat yang dikumpulkan meliputi data sosial

masyarakat. Informasi yang mendalam dari informan kunci dikumpulkan

dengamenggunakan kuesioner terbuka. Data dan informasi masyarakat diolah dan

dianalisis secara deskriptif sebagai pendukung penelitian. Data persepsi stakeholders

dikelompokkan berdasarkan kelas pendidikan, umur dan mata pencaharian.

Pembagian kelas stakeholders digali dengan metode kuesioner tertutup.

Butir pertanyaan dan jawaban telah disediakan berdasarkan aspek yang diteliti, hal ini

supaya memudahkan wisatawan memberikan scoring dan memudahkan pengolahan

data.

Data dan informasi yang relevan baik dari lembaga pengelola maupun

literatur jurnal digunakan sebagai pendukung penelitian. Data hasil survei dan

penjelasan informan kunci dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data

persepsi stakeholders diolah dengan analisis persepsi menggunakan skala likert untuk

mengetahui persepsi stakeholders dan demand wisata terhadap potensi sumber daya

ekowisata. Faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan analisa SWOT untuk

menentukan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan

dan kelemahan). Hasil SWOT kemudian di analisa menggunakan IFAS (Internal

Strategy factors Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Strategy Factors Analysis

Summary). Hasil perhitungan dari analisa IFAS dan EFAS kemudian di Potensi dan

35
Strategi Pengembangan Ekowisata susun menjadi Matriks SWOT untuk menentukan

strategi pengembangan yang sesuai berdasarkan data yang di dapat.

Berdasar dari uraian-uraian diatas, untuk mempermudah didalam

pelaksanaannya maka kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :
EKOWISATA TAHURA BUKIT
BARISAN

Potensi Biofisik Sumber Daya Masyarakat Persepsi Stakeholders

 Flora dan Fauna  Lembaga Masyarakat Desa  Persepsi Masyarakat


 Panorama Alam  Organisasi Kelompok Tani  Persepsi Pengunjung
 Budaya Masyarakat  Persepsi Pengelola
 Aksebilitas Wisata

Wawancara Terbuka
Observasi Lapang dan Wawancara Tertutup
Studi Pustaka (Kuisoner)

Analisa Deskriftif
Analisa Persepsi

Motivasi Stakeholder

Analisa IFAS-EFAS
Analisa SWOT

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA


TAHURA BUKIT BARISAN
Gambar II.1. Alur Kerangka Pemikiran pada penelitian

36
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dalam kawasan Tahura Bukit Barisan Provinsi

Sumatera Utara, yang secara administrasi pemerintahan berada di lintas 4 (empat)

Kabupaten yaitu : Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Deliserdang, dan

Kabupaten Simalungun dengan letak posisi geografis antara 980 12’ 06” s.d 980 41’

40” BT dan 03 0 03’ 25” s.d 03 0 18’ 22” LS mencakup luas areal seluas 39.678

hektar.

Pelaksanaan Penelitian ini direncakan pada bulan Juni 2021 sampai dengan

September 2021.

3.2 Objek dan Alat Penelitian

Objek pada penelitian ini yaitu potensi sumber daya ekowisata di Tahura

Bukit Barisan dan persepsi stakeholders. Sampel responden stakeholders meliputi

Pengelola Tahura Bukit Barisan, Pemerintah, wisatawan, Lembaga Swadaya

Masyarakat dan masyarakat disekitar Tahura Bukit Barisan.

Peralatan yang digunakan yaitu: alat tulis, tally sheet, kamera digital, GPS,

laptop, aplikasi Arc Gis 10.5, Microsoft Excell dan kuesioner berdasarkan kelas yang

37
telah ditentukan serta pedoman analisis daerah operasi obyek dan daya tarik wisata

alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA Tahun 2003 yang telah dimodifikasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan selama kegiatan penelitian

berlangsung seperti yang tersaji pada Tabel III.1

Tabel III.1 Jenis Data yang Diperlukan dalam Penelitian Potensi dan
Strategi Pengembangan Ekowisata di Kawasan Tahura
Bukit Barisan
Metode pengumpulan Informasi yang
No. Jenis data
data dikumpulkan
1. Daya tarik wisata*
a. Keunikan sumberdaya Studi literatur dan Potensi fisik, biotik dan
alam observasi lapang budaya yang dianggap
memiliki ciri khas tertentu
b. Sumberdaya alam yang Studi literatur dan SDA yang menjadi pusat
menonjol observasi lapang perhatian pengunjung untuk
datang ke lokasi wisata
c. Jenis kegiatan yang dapat Studi literatur dan Aktivitas yang dapat dan
dan berpotensi untuk observasi lapang berpotensi untuk dilakukan
dilakukan oleh pengunjung disesuaikan
dengan kondisi dilapangan
d. Kebersihan lokasi Studi literatur dan Faktor-faktor yang dapat
observasi lapang mempengaruhi kebersihan
lokasi obyek wisata
e. Keamanan terhadap Studi literatur dan Aktivitas yang intensitasnya
kawasan observasi lapang dapat menurunkan kualitas
dan keamanan kawasan
f. Kenyamanan Studi literatur dan Kondisi lingkungan obyek
observasi lapang wisata yang mempengaruhi
kenyamanan pengunjung
2. Aksebilitas Observasi lapang dan Kondisi jalan, waktu dan jarak
wawancara pengelola tempuh dari pusat kota, serta
sarana transportasi menuju
lokasi wisata
3. Kondisi sosial, Studi literatur, Tingkat pengangguran, mata
budaya, ekonomi wawancara dan pencaharian, potensi budaya
masyarakat kuisioner masyarakat (atraksi budaya,

38
Metode pengumpulan Informasi yang
No. Jenis data
data dikumpulkan
kesenian, dan kepercayaan),
pendidikan dan tanggapan
pengembangan obyek wisata
(hambatan dan manfaat)
4. Potensi pengunjung
a. Karakteristik pengunjung Kuisioner dan Umur, jenis kelamin, daerah
wawancara asal, pendidikan, pekerjaan
dan tingkat pendapatan
b. Tujuan dan aktivitas Kuisioner dan Obyek daya tarik utama,
wawancara sumber informasi, tujuan
berwisata, aktivitas yang
dilakukan
c. Penilaian terhadap obyek Kuisioner dan Pelayanan, pengelolaan serta
wisata wawancara kondisi kawasan wisata yang
dikunjungi
d. Harapan pengunjung Kuisioner dan Harapan dan saran terhadap
wawancara pengembangan obyek wisata
5. Pengelola obyek wisata Wawancara dan studi Sistem pengelolaan,
Literatur kebijakan–kebijakan yang
berlaku, rencana
pengembangan pariwisata
alam dan hubungan kerjasama
dengan pihak luar
6. Pemerintah daerah Wawancara dan studi Kerjasama dengan Tahura
Literatur dalam pengelolaan pariwisata
alam dan rencana
pengembangan pariwisata
alam
Keterangan : *penjelasan unsur penilaian (Lampiran 1 Tabel kriteria penilaian obyek wisata)

3.3.1 Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan

Pengumpulan data melalui studi pustaka dan survei pendahuluan ini dilakukan

sebagai langkah awal sebelum pelaksanaan penelitian berlangsung dilapangan.

Tujuan dari kegiatan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui gambaran umum

mengenai kondisi lapangan dan pengumpulan informasi terdahulu berkaitan dengan

penelitian yang akan dilakukan. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan

39
bahan, mempelajari dan menelaah sumber-sumber pustaka dan dokumen pengelola

yang berkaitan dengan penelitian.

3.3.2 Wawancara dan Kuisioner

Kegiatan wawancara ini dilakukan secara langsung berinteraksi dan

Berkomunikasi dengan responden melalui pengisian kuisioner dan wawancara

terpandu yang dilakukan kepada :

a. Pengunjung

Kegiatan wawancara kepada pengunjung dilakukan dengan cara pengisian

kuisioner. Jenis data yang dikumpulkan meliputi karakteristik pengunjung (jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan asal pengunjung), tujuan pengunjung,

aktivitas pengunjung, penilaian pengunjung terhadap obyek wisata yang telah ada

dan keinginan atau harapan pengunjung dalam pengembangan potensi obyek

wisata.

Pengumpulan data dan informasi dari pengunjung dilakukan dengan pengambilan

total sampel menggunakan Rumus Slovin yaitu dengan memperhatikan tingkat

ketelitian dan jumlah populasi wisatawan dalam waktu tertentu dengan batas

ketelitian yang digunakan untuk populasi besar 0,1 (10%) dan 0,2 (20%) untuk

populasi kecil (Sevilla 1993 dalam Prasetyo 2005).

Rumus Slovin :

N
n=
1+Ne2

40
Keterangan : n = ukuran total sampel atau jumlah responden

N = ukuran populasi atau jumlah wisatawan dalam waktu tertentu

e = nilai kritis (batas ketelitian), pada penelitian ini digunakan 0,15

Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi obyek wisata di Tahura Bukit Barisan

yang telah beroperasi dan dikelola yaitu Tongkoh, Penatepen, Sikulikap, Merga

Silima dan Gunung Sibayak. Pengambilan data pengunjung meliputi karakteristik

pengunjung, tujuan kunjungan, penilaian dan harapan pengunjung terhadap obyek

wisata. Pengambilan data tersebut melalui pengisian kuisioner di setiap lokasi obyek

wisata. Pengambilan sampel pengunjung dilakukan dengan menggunakan Rumus

Slovin pada penelitian ini yaitu menggunakan populasi dari data banyaknya

pengunjung yang datang selama satu minggu terakhir sebelum pengambilan data.

Oleh karena itu, jumlah sampel pengunjung pada setiap lokasi obyek wisata berbeda

jumlah dan sebaran persentase setiap kelas umurnya seperti yang tersaji pada Tabel

III.2

Tabel III.2 Jumlah sampel pengunjung pada setiap lokasi obyek wisata di
Tahura Bukit Barisan berdasarkan Rumus Slovin
Total Populasi
No. Lokasi Sampel
per minggu
1. Tongkoh 50 24
2. Penatepen 2.500 44
3. Sikulikap 750 42
4. Merga Silima 25 16
5. Gunung Sibayak 500 41
Jumlah 3.825 167

41
b. Pengelola Obyek Wisata

Pengumpulan data meliputi kebijakan pengelola yang berlaku, sistem pengelolaan,

hubungan kerjasama dengan pihak luar dan rencana pengembangan ekowisata yang

dikelola melalui wawancara terpandu.

c. Masyarakat Sekitar

Kegiatan wawancara kepada masyarakat sekitar lokasi obyek wisata dilakukan

dengan wawancara langsung secara terpandu meliputi informasi tingkat

pengetahuan, pemahaman dan dukungan mengenai perkembangan obyek wisata,

serta dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata. Pengambilan sampel

pada masyarakat yaitu dengan menggunakan teknik penarikan sampel purposive

dengan jumlah sampel disesuaikan dengan data dan informasi yang dibutuhkan.

Pengambilan sampel dilakukan pada setiap lokasi obyek wisata meliputi

masyarakat yang ikut berperan aktif maupun tidak.

d. Pemerintah Daerah

Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara terpandu meliputi kebijakan-

kebijakan pemerintah yang berlaku, hubungan kerjasama dengan pihak luar dan

rencana pengembangan obyek wisata yang akan dilakukan.

3.3.3 Observasi Lapang

Metode observasi lapang ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara

pengamatan langsung di lokasi obyek wisata alam. Pengamatan yang dilakukan di

42
lapangan bertujuan untuk menggali potensi sumberdaya yang memungkinkan untuk

dikembangkan sebagai obyek wisata dan mengetahui daya tarik obyek yang telah ada

dan dikembangkan, serta verifikasi data yang diperoleh berdasarkan studi literatur

dengan kondisi lapangan (Tabel III.3).

Tabel III.3 Metode penilaian obyek daya tarik wisata


No Data yang dinilai Metode penilaian

1. Daya tarik Penelitian di lapang dengan menggunakan kriteria


penilaian
2. Aksesibilitas Penelitian di lapang dengan menggunakan kriteria
penilaian
3. Kondisi sosial ekonomi Penelitian di lapang dengan menggunakan kriteria
masyarakat penilaian

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Data Koordinat

Data titik-titik koordinat pada lokasi objek ekowisata dalam GPS diolah dengan

menggunakan aplikasi Arc Gis 10.5 untuk mendapatkan peta persebaran potensi

sumber daya ekowisata. Peta tersebut dianalisis sebagai pendukung pengembangan

ekowisata Tahura Bukit Barisan.

3.4.2 Analisis potensi ODTWA

Analisis potensi pada kawasan Tahura Bukit Barisan yang berhubungan dengan

sumberdaya alam hayati (flora dan fauna), keindahan alam, adat istiadat, budaya,

sarana dan prasarana penunjang. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi

sumberdaya Tahura Bukit Barisan.

43
Analisis data dilakukan dengan metode skoring dan deskriptif. Metode skoring

yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian ODTWA dengan menggunakan Pedoman

Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA)

Dirjen PHKA Tahun 2003.

Data yang dikumpulkan meliputi keunikan sumber daya alam, kepekaan sumber

daya alam, variasi kegiatan wisata alam, banyaknya sumber daya alam yang

menonjol, kebersihan lokasi, keamanan, dan kenyamanan, sedangkan untuk ke lima

kriteria penilaian yang lainnya peneliti melakukan pengambilan datanya dengan

mengamati/ menilai langsung dilapangan dengan berpedoman pada ODTWA PHKA

Tahun 2003.

Data sekundernya didapatkan dari studi literatur yaitu berupa laporan-laporan,

makalah, bukubuku yang berkaitan serta data informasi instansi pemerintah yang

berupa data topografi, data sosial masyarakat, dan kedaaan umum lokasi penelitian.

Setelah data primer dan sekunder terkumpul selanjutnya pengolahan data dan analasis

data data dilakukan dengan metode skoring. Nilai bobot dari masing-masing kriteria

penilaian tersebut berbeda-beda satu sama lain berdasarkan pedoman penilaian

ODTWA PHKA tahun 2003, antara lain kriteria penilaian daya tarik wisata alam

dengan nilai bobot 6, kriteria penilaian aksesibilitas dengan nilai bobot 5, kriteria

penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi dengan nilaibobot 5, kriteria penilaian

akomodasi dengan nilai bobot 3, kriteria penilaian sarana prsarana penunjang dengan

nilai bobot 3, dan kriteria penilaian ketersediaan air bersih dengan nilai bobot 6.

44
Perhitungan untuk masing-masing kriteria tersebut menggunakan tabulasi

dimana angka-angka diperoleh dari hasil penilaian responden dan peneliti yang nilai

bobotnya berpedoman pada pedoman penilaian ODTWA PHKA Tahun 2003, dari

tiap-tiap kriteria penilaian dikalikan dengan nilai bobot dari masing-masing kriteria

penilaian dengan rumus:

S=NxB

keterangan:

S = Skor/Nilai, N = Jumlah nilai unsur pada kriteria, B = Bobot Nilai

Kemudian hasil dari nilai yang telah didapat dibandingkan lagi dengan nilai

klasifikasi pengembangan dari masing-masing kriteria penilaian, setelah itu nilai

bobot/klas yang telah didapat dari tabulasi klasifikasi pengembangan dari masing-

masing kriteria penilaian, nilai dari masing-masing kriteria tersebut dirata-ratakan

kelas baik, sedang, dan buruk untuk mendapatkan hasil akhir penilaian obyek

ekowisata Tahura Bukit Barisan yang dapat dilihat pada Tabel III.4.

Tabel III.4 Klasifikasi Unsur Pengembangan berdasarkan Nilai Bobot


setiap Penilaian
Klasifikasi Penilaian
No. Kriteria Penilaian
Buruk Sedang Baik
1 Daya Tarik 360-600 601-840 841-1080
2 Aksebilitas 225-300 301-375 376-450
3 Kondisi sosial ekonomi 300-400 401-500 501-600
4 Nilai Total Kriteria Penilaian 710-1183 1184-1657 1658-2130
Sumber : Modifikasi Buku Biru (Sasaran Ukuran Pembinaan Pengembangan Objek Wisata
AlamPHKA Tahun 2003

45
3.4.3 Analisis Pengunjung

Data dan informasi yang diperoleh dari kuisioner disajikan dalam bentuk tabel

dan grafik yang akan menggambarkan hubungan beberapa jawaban dari pertanyaan

yang telah disajikan dalam kuisioner. Berdasarkan data tersebut kemudian

dideskripsikan ke dalam beberapa kategori yaitu karakteristik pengunjung, tujuan

pengunjung, penilaian pengunjung dan harapan pengunjung terhadap obyek.

3.4.4 Analisis pengelola

Analisis data pengelolaan dilakukan secara deskriptif meliputi upaya rencana

pengembangan dan bentuk pengelolaan yang ada, sehingga dapat memberikan

gambaran mengenai bentuk kerjasama dan hambatan yang ada dalam pengembangan

pariwisata alam.

3.4.5 Analisis Strategi Pengembangan

Untuk merumuskan arahan strategi pengembangan ekowisata digunakan

pendekatan analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2015), analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

pengembangan ekowisata. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Analisis SWOT merupakan instrumen perencanaan strategis yang klasik

dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan

eksternal dan ancaman untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan (Rangkuti,

46
2013). Menurut Duran (2013), alternatif strategi didapat dari hasil perpaduan faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)

sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Matriks SWOT

yang digunakan untuk analisis ini disajikan pada Tabel III.5.

Tabel III.5. Matriks SWOT yang digunakan pada penelitian Potensi dan
Strategi Pengembangan Ekowisata di Tahura Bukit
Barisan
Faktor Internal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Eksternal
WO
Peluang (O) SO
WT
Ancaman (T) ST
Sumber : Rangkuti (2015).

Dalam matriks analisis SWOT pada Tabel III.3, akan dihasilkan 4 (empat) set

kemungkinan alternatif strategi untuk membuat rencana pengembangan ekowisata di

Tahura Bukit Barisan. Menurut Rangkuti (2015), ke empat set kemungkinan alternatif

dari suatu strategi, adalah:

1. Strategi SO : strategi ini dibuat berdasarkan jalan pemikiran untuk

memanfaatkan seluruh kekuatan guna merebut dan memanfaatkan

peluangsebesar-besarnya.

2. Strategi ST : strategi di dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

mengatasi ancaman yang mungkin timbul.

3. Strategi WO : strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

47
4. Strategi WT : strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Analisis ini merupakan suatu strategi pengembangan ekowisata yang sesuai

dengan harapan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat lokal secara

berkelanjutan. Formulasi strategi ini disusun berdasarkan analisis yang diperoleh dari

penerapan model SWOT dengan tahap-tahap yang dilakukan untuk menyusun strategi

sebagai berikut :

a. Penentuan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) di dalam menyusun

strategi pengembangan ekowisata

b. Penentuan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) didalam menyusun

strategi pengembangan ekowisata

c. Perumusan alternatif strategi pengembangan ekowisata.

48
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian


Kawasan Tahura Bukit Barisan ditetapkan sebagai satu unit pengelolaan yang

berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan

Presiden Nomor 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 dengan luas areal

seluruhnya kurang lebih 51.600 Ha, yang terletak di empat Kabupaten Provinsi

Sumatera Utara, yaitu : Kabupaten Langkat seluas kurang lebih 13.000 Ha,

Kabupaten Deli Serdang seluas kurang lebih 17.150 Ha, Kabupaten Simalungun

seluas kurang lebih kurang lebih 1.645 Ha, Kabupaten Karo seluas kurang lebih

19.805 Ha.

Sesuai keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor

SK.95/Menlhk/Setjen/PLA.2/2/2018 tanggal 20 Pebruari 2018, menetapkan kembali

Fungsi Kelompok Hutan Sibolangit Sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan di

Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun Provinsi Sumatera Utara dengan luas kurang lebih 39.678 Ha.

Berdasarkan Kajian dan Analisis kriteria Blok Pengelolaan pada Tahura Bukit

Barisan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dan secara teknis

mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

49
P.76/Menlhk-Setjen/2015 tentang kriteria zona Pengelolaan Taman Nasional dan

Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman

Wisata Alam, kriteria masing-masing blok pengelolaan pada kawasan Tahura Bukit

Barisan adalah sebagai berikut :

 Blok Perlindungan

Blok perlindungan adalah bagian dari kawasan taman hutan raya yang ditetapkan

sebagai areal untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati dan

ekosistemnya. Kriteria blok perlindungan adalah tempat perlindungan jenis

tumbuhan dan satwa serta tingkat ancaman manusia rendah.

 Blok Pemanfaatan

Blok pemanfaatan adalah bagian dari Tahura yang ditetapkan karena letak,

kondisi dan potensi alaminya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan

pariwisata alam dan kondisi lingkungan lainnya. Kriteria blok pemanfaatan

adalah merupakan wilayah yang memiliki objek dan daya tarik wisata;

merupakan wilayah yang memiliki potensi kondisi lingkungan berupa

penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, masa air, energi panas dan energi air;

merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi

kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan, penelitian dan pendidikan dan wisata

alam; serta merupakan wilayah yang memiliki nilai sejarah atau wilayah dengan

aksesilibilitas yang mampu mendukung aktivitas wisata alam.

50
 Blok Tradisional

Blok Tradisional adalah bagian dari Kawasan pelestarian alam (KPA) yang

ditetapkan sebagai areal untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh

masyarakat yang secara turun temurun mempunyai ketergantungan dengan

sumber daya alam. Kriteria blok tradisional adalah merupakan wilayah yang

memenuhi kriteria sbagai blok perlindungan atau blok pemanfaatan untuk

kepentingan tradisional masyarakat secara turun temurun.

 Blok Rehabilitasi

Blok Rehabilitasi adalah bagian dari Tahura yang ditetapkan sebagai areal untuk

pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan.

Kriteria blok rehabilitasi adalah merupakan wilayah yang telah mengalami

kerusakan sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan ekosistem.

 Blok Khusus

Blok Khusus adalah bagian dari Tahura yang ditetapkan sebagai areal untuk

kepentingan pembangunan sarana telekomunikasi dan listrik, fasilitas

transportasi dan lain-lain yang bersifat strategis. Kriteria blok khusus adalah

terdapat bangunan yang bersifat strategis yang tidak dapat dielakan serta

memenuhi kriteria sebagai wilayah pembangunan strategis yang tidak dapat

dielakan yang keberadaannya tidak mengganggu fungsi utama kawasan.

51
 Blok Koleksi

Blok koleksi tumbuhan dan atau satwa adalah bagian dari Tahura yang

ditetapkan sebagai areal koleksi tumbuhan dan atau satwa. Kriteria blok koleksi

adalah wilayah yang ditujukan untuk koleksi tumbuhan atau satwa liar; terdapat

tumbuhan dan/atau satwa asli atau unggulan setempat dalam jumlah yang cukup

dan/atau lokasi dengan kondisi biofisiknya memenuhi syarat untuk dijadikan

pusat pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa liar.

4.1.1 Letak Geografis dan Batas Kawasan

Kawasan TAHURA Bukit Barisan secara administrasi pemerintahan berada di

lintas 4 (empat) Kabupaten yaitu : Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten

Deliserdang, dan Kabupaten Simalungun dengan letak posisi geografis antara

98012’06” s.d 98041’40” BT dan 03003’25” s.d 03018’22” LS mencakup luas areal

seluas 39.678 hektar.

Adapun Batas – batas TAHURA Bukit Barisan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat (Taman Nasional

Gunung Leuser) dan Kabupaten Deliserdang.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Deliserdang (Hutan Lindung

dan Hutan Produksi)

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten

Simalungun (Hutan Lindung)

52
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Karo (Sungai Wampu dan Hutan

Lindung)

Tabel IV-1. Wilayah Tahura Bukit Barisan Menurut Administrasi Kabupaten


Luas
No. Kabupaten
(Ha) (%)
1 Langkat 393,43 0,99
2 Deli Serdang 16.965,11 42,76
3 Karo 21.438,20 54,03
4 Simalungun 881,26 2,22
Total 39.678,00 100,00
Sumber: Hasil Analisis Peta (Tahura BB, 2018)

Gambar IV-1. Peta Wilayah Tahura Bukit Barisan

4.1.2 Sejarah Kawasan

Kawasan Tahura Bukit Barisan ditetapkan sebagai satu unit pengelolaan yang

berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan

53
Presiden Nomor 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 dengan luas areal

seluruhnya kurang lebih 51.600 Ha, kawasan hutan tersebut sebagian besar

merupakan hutan lindung yang berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak

zaman Belanda, yaitu :

1. Hutan Lindung Sibayak I Register 1/D seluas kurang lebih 7.030 Ha ditetapkan

pada tanggal 5 April 1916.

2. Hutan Lindung Sibayak II Register 1/K seluas kurang lebih 6.350 Ha ditetapkan

pada tanggal 15 Juni 1916.

3. Hutan Lindung Simacik I Register 1/Sg seluas kurang lebih 9.800 Ha ditetapkan

pada tanggal 25 April 1916.

4. Hutan Lindung Simacik II Register 6/Sm seluas kurang lebih 1.645 Ha ditetapkan

pada tanggal 8 Juli 1916.

5. Suaka Margasatwa Langkat Selatan Register 4/L, SK. Penunjukan ZB.No.138

tanggal 8 Agustus 1935 seluas kurang lebih 13.000 Ha.

6. Hutan Lindung Sinabung Register 2/K, seluas kurang lebih 13.448 Ha ditetapkan

pada tanggal 15 Juni 1916.

Bagian lain dari kawasan TAHURA Bukit Barisan terdiri dari : CA

Sibolangit seluas 120 Ha yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian

No. 636/Kpts/Um/9/1980 Tanggal 2 September 1980, Taman Wisata Alam Lau

Debuk-debuk seluas kurang lebih 7 Ha ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 320/Kpts/Um/1980 Tanggal 19 Mei 1980, Bumi Perkemahan Pramuka

Sibolangit seluas kurang lebih 200 Ha yang dijadikan lokasi Jambore Nasional

54
Gerakan Pramuka tahun 1977 dan Arboretum Tongkoh yang ditanami dengan

berbagai jenis pohon hutan (kurang lebih 72 jenis) sejak tahun 1916 sampai tahun

1941.

Khusus Bumi Perkemahan Sibolangit yang sementara ini dibawah tanggung

jawab Kwarda Gerakan Pramuka Propinsi Sumatera Utara, seluas 80 Ha di antaranya

diserahkan kepada Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara untuk dikelola dan telah

selesai ditanami pada tahun 1985 s/d 1986 dengan 32 jenis tanaman dalam bentuk

"arboretum".

4.1.3 Aksebilitas

Tahura Bukit Barisan memiliki aksesibilitas yang relatif mudah serta sarana

jalan yang cukup memadai. Secara umum, kawasan berada di pinggir jalan raya dari

Kota Medan menuju Berastagi dan jalan raya Langkat menuju Karo. Secara rinci,

aksesibilitas Tahura Bukit Barisan dari beberapa Kabupaten dan Kota di Sumatera

Utara sebagai berikut :

 Jarak tempuh dari pusat Kota Medan adalah: kurang lebih 60 km.

 Jarak tempuh dari Kota Berastagi : kurang lebih 5 km.

 Jarak tempuh dari Kota Kabanjahe: kurang lebih 26 km.

 Jarak tempuh dari Kota Binjai : kurang lebih 72 km

 Jarak tempuh dari Bandar Udara Internasional Kuala Namu : kurang lebih 95

km.

55
4.1.4 Kondisi Fisik

4.1.4.1.Topografi

Pada umumnya kondisi topografi kawasan Tahura Bukit Barisan tergolong

curam dengan kemiringan lereng bervariasi, mulai dari kategori Landai (8–15%)

sampai dengan sangat curam (>40%). Mayoritas topografi didominasi kelas kelerengan

sangat curam sebesar 68,84 % dan diikuti dengan kelas kelerengan curam sebesar 25,32

%, Agak Curam sebesar 1,53 % dan Landai sebesar 4,31 %.

4.1.4.2.Geologi dan Tanah

Wilayah Tahura Bukit Barisan berdasarkan Geologi memiliki 15 (lima belas)

formasi geologi. Secara umum Tahura Bukit Barisan termasuk dalam formasi geologi

Satuan Mentar seluas kurang lebih 14,786.76 Ha (37,27%) dan formasi geologi terkecil

adalah formasi Aluvium Muda seluas kurang lebih 31,16 Ha (0,08 %).

Jenis tanah yang terdapat di Kawasan TAHURA Bukit Barisan terdiri dari

berbagai jenis tanah, seperti : Renzina, Grumosol, Podsolik Merah Kuning, Latosol,

Podsolik Coklat. Faktor pembentuk utama yang mempengaruhi perkembangan tanah

ini adalah bahan induk, iklim, vegetasi dan waktu.

4.1.4.3.Iklim

Wilayah Tahura Bukit Barisan adalah daerah beriklim tropis seperti umumnya

daerah–daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, yang memiliki 2 (dua)

musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Berdasarkan data dari Stasiun

Klimatologi Kuta Gadug, curah hujan tertinggi pada bulan April dengan rata rata curah

hujan 348,0 mm dan rata – rata hari hujan 20,0 hari. Curah hujan terendah pada bulan

56
Juli dengan rata – rata curah hujan 17,0 dan rata–rata hari hujan 6,0 hari. Berdasarkan

klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Bukit Barisan termasuk ke dalam klasifikasi

type B dengan curah hujan rata-rata pertahun 2.000 s/d 2.500 mm. Suhu udara

minimum 13°C dan maksimum 25°C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 90-

100%.

4.1.4.4.Hidrologi

Secara hidrologis, kawasan TAHURA Bukit Barisan meliputi 6 (enam) Daerah

Aliran Sungai (DAS) meliputi DAS Wampu, Ular, Percut, Deli, Belumai dan Belawan.

Berdasarkan luasnya daerah tangkapan air, DAS Wampu mendominasi wilayah Tahura

Bukit Barisan dengan luas kurang lebih 21.463,80 Ha (54,09%), selanjutnya DAS Ular

seluas kurang lebih 7.517,90 Ha (37,89%), DAS Percut seluas kurang lebih 5.348,50

Ha (13,47%), DAS Belumai seluas kurang lebih 2.555,00 Ha (6,42%), DAS Deli seluas

kurang lebih 2.378,82 Ha (5.99%), dan DAS Belawan seluas kurang lebih 414,00 Ha

(1.04%).

4.1.5. Fotensi Hayati


4.1.5.1. Flora

Keadaan vegetasi di Tahura Bukit Barisan ditumbuhi berbagai jenis pohon

pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar antara lain : Tusam (Pinus

merkusii), Simartelu (Schima wallichii), Rasamala (Altingia exelsa), Meang

(Alseodaphne sp.) Podocarpus sp, Ingul (Toona sureni), Casuarina sp.; Palaquium

sp.., termasuk jenis-jenis dari Dipterocarpaceae. Sedangkan jenis--jenis dari luar antara

57
lain : Pinus caribeae, Pinus casia, Pinus massoniana, Pinus insularis, Eucalyptus sp.,

Cupresus sp., Agathis sp., dan lain-lain. Selain jenis vegetasi , terdapat juga beberapa

jenis tanaman obat dan tanaman hias seperti : Arbei, Senduduk, Pacar Air, Lengkuas,

Daun Sang, Talas, Cekala, Pakis, Anggrek hutan. Jenis tanaman lain seperti : durian,

dadap, rambutan, petai hutan, aren, rotan, bambu-bambuan, kemenyan, makadamia,

kaliandra, beringin, dan banyak tumbuhan bawah serta perdu-perduan termasuk

berbagai jenis anggrek hutan yang perlu diinventarisasi lebih lanjut.

4.1.5.2. Fauna

4.1.5.2.1. Mamalia

Fauna yang ada di Kawasan Tahura Bukit Barisan berdasarkan Hasil

inventarisasi satwa liar khususnya hewan mamalia, yang dilakukan oleh Sources of

Indonesia (2018), dengan cara eksplorasi sedikitnya dalam kawasan Tahura Bukit

Barisan dapat dijumpai sebanyak 20 jenis hewan mamalia dari 15 familli. Dari data

tersebut dua diantaranya saat ini dalam kondisi terancam punah dan kritis yaitu

Siamang (Symphalangus syndactylus) dan Beidar (Capricornis sumatraensis),

keduanya masuk dalam terancam punah. Sedangkan Trenggiling (Manis javanicus) dan

Kukang (Nycticebus coucang) masuk dalam kondisi kritis. Jenis mamalia yang

dijumpai di kawasan Tahura Bukit Barisan disajikan pada Tabel IV-2.

Tabel IV-2. Jenis Mamalia yang Dijumpai di Kawasan Tahura Bukit Barisan

No Nama Lokal Nama Latin Familli IUCN


1 Imbo Symphalangus syndactylus Hylobatidae EN
2 Monyet Ekor panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae NT
3 Bengkala Macaca nemistrina VU

58
No Nama Lokal Nama Latin Familli IUCN

4 Kulikap Trachypithecus cristatus NT


5 Trenggiling Manis javanicus Manidae CR
6 Landak Hystrix brachyura Hystricidae LC
7 Kijang Muntiacus muntjak LC
Cervidae
8 Rusa Cervus unicolor LC
9 Pelanduk Tragulus sp. Tragulidae LC
10 Kucing Hutan Felis bengalensis Felidae LC
11 Musang Paradoxurus hermaphroditus LC
Viverridae
12 Berang-berang darat Prionodon sp. LC
13 Beidar Capricornis sumatraensis Bovidae EN
14 Kukang Nycticebus coucang Lorisidae CR
15 Tikus Tanah Mus.sp. LC
Muridae
16 Mencit Rattus sp. LC
17 Tikus bulan Echinosorex sp. Erinaceidae LC
18 Bajing Callosciurus sp. Sciuridae LC
19 Babi hutan Sus scrofa Suidae LC
20 Beruang Madu Helarctos malayanus Ursidae VU
Keterangan: CR=Kritis, EN=Terancam, VU=Rentan, NT=Hampir terancam, LC=Resiko Rendah
Sumber: Sources of Indonesia tahun 2018

4.1.5.2.2 Herpetofauna

Untuk jenis Amfibi dan Reptil spesies endemik Sumatera Utara yang

ditemukan di Tahura Bukit Barisan adalah Dendragama boulengeri,

Bronchocelahayeki, Trimeresurus andalasensis, Hylarana kampeni dan Rhacophorus

catamitus. Jumlah individu yang paling banyak ditemukan adalah Microhyla sp.,

Microhyla superciliaris dan Dendragama boulengeri. Jenis Amfibi Reptil yang

terdapat di Tahura Bukit Barisan dsajikan pada Tabel IV-3.

Tabel IV-3. Jenis Amfibi Reptil di kawasanTAHURA Bukit Barisan

No Klass Suku Nama Indonesia Jumlah Endemik


1. Amphibia Bufonidae Kodok-puru raksasa 9
2. Amphibia Dicroglossidae Katak anak-sungai kecil 1
3. Amphibia Microhylidae Percil sisi-gelap 1
4. Amphibia Microhylidae 30
5. Amphibia Microhylidae Percil mata-tebal 11
6. Amphibia Ranidae Kongkang macan 1 1

59
No Klass Suku Nama Indonesia Jumlah Endemik
7. Amphibia Rhacophoridae Katak-pohon bergaris 2
8. Amphibia Rhacophoridae Katak-pohon terbang 4 1
9. Reptilia Agamidae Bunglon berastagi 2 1
10. Reptilia Agamidae Bunglon gunung-api 10 1
11. Reptilia Gekkonidae 1
12. Reptilia Gekkonidae 3
13. Reptilia Pareatidae 1
14. Reptilia Pareatidae 1
15. Reptilia Viperidae Ular punai andalas 1 1
Jumlah Total Individu 78
Jumlah Total Jenis 15
Sumber: Herpetologer Mania dan Yayasan Ekosistem Lestari (2018).

4.1.5.2.3 Burung (Aves)

Burung merupakan salah satu hewan indicator dari sebuah habitat. Keberadaan

berbagai jenis burung dalam satu habitat mengindikasikan lokasi tersebut masih dalam

kategori baik. Hasil pengamatan burung di kawasan Tahura Bukit Barisan oleh Sources

of Indonesia yang dilakukan pada tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel IV-4.

Tabel IV-4. Jenis Burung di kawasan Tahura Bukit Barisan

No Nama Indonesia Suku/familly IUCN UU SEBARAN


1 Elang-ular bido LC *
2 Elang hitam Accipitridae LC *
3 Elang gunung LC *
4 Wiwik lurik LC
5 Kedasi hitam Cuculidae LC
6 Bubut besar LC
7 Perenjak gunung LC
8 Perenjak jawa Cisticolidae LC
9 Perenjak rawa LC
10 Tekukur biasa LC
Columbidae
11 Perkutut jawa LC
12 Cica-daun kecil NT
13 Cica-daun sumatra Chloropseidae NT Endemik
14 Cica-daun besar LC
15 Srigunting hitam Dicruridae LC
16 Cabai perut kuning LC
17 Pentis pelangi LC
18 Cabai polos Dicaeidae LC
19 Cabai bunga-api LC
20 Pemandu-lebah Asia Indicatoridae NT

60
No Nama Indonesia Suku/familly IUCN UU SEBARAN
21 Bentet loreng LC
Laniidae
22 Bentet coklat LC
23 Kicuit hutan LC Migran
24 Kicuit batu Motacillidae LC Migran
25 Kicuit kerbau LC Migran
26 Kehicap ranting Monarchidae LC
27 Burung-madu polos LC *
28 Pijantung kecil LC *
39 Sepah raja Nectariniidae
30 Pijantung besar LC *
31 Pijantung kampung LC *
32 Burung-gereja erasia Ploceidae LC
33 Merbah cerukcuk LC
34 Merbah mata-merah LC
35 Cucak kuning LC
36 Merbah belukar LC
Pycnonotidae
37 Cucak kutilang LC
38 Merbah corok-corok LC
39 Berinji gunung LC
40 Cucak gunung LC
41 Kreo padi Rallidae LC
42 Kipasan gunung LC *
43 Sikatan belang Rhipiduridae LC *
44 Kipasan mutiara LC *
45 Perling kumbang LC
46 Kerak kerbau Sturnidae LC
47 Kerak ungu LC
48 Cinenen kelabu LC
49 Cinenen gunung Sylviidae LC
50 Cinenen belukar LC
51 Ciung-air pongpong NT
Timaliidae
52 Tepus lurik LC
Sumber : Sources Of Indonesia (2015)
Keterangan : NT=Hampir terancam, LC=Resiko Rendah

4.1.6 Potensi Non-Hayati

4.1.6.1 Wisata Alam

Pada umumnya keadaan topografi kawasan Tahura Bukit Barisan terjal dan

sebagian kecil bergelombang dan landai. Dibeberapa tempat terdapat pegunungan dan

puncak tertinggi, yaitu: Gunung Sinabung dengan ketinggian kurang lebih 2.460 m dpl.

Udara yang sejuk, vegetasi alam yang masih utuh dan landsekap yang indah dan

menarik, perbukitan yang baik untuk lintas alam dan berkemah, sumber air yang cukup

61
tersedia, obyek-obyek wisata alam beserta peristiwa atau atraksi budaya yang sangat

memikat menjadi alasan utama daerah ini menjadi daerah tujuan wisata.

Beberapa obyek-obyek wisata yang terdapat di kawasan taman hutan raya ini,

antara lain : Air Terjun Dua Warna, Air terjun Sikulikap, Air Terjun Pande Namura,

Air Terjun Sirembak Dua, Tongkoh (pusat informasi dan arboretum Tahura), Gunung

Sibayak, Gunung Sinabung, Berastagi dan sekitarnya, sangat cocok bagi wisatawan

domestik maupun luar negeri untuk tempat rekreasi maupun untuk kegiatan cinta alam.

Sektor pariwisata merupakan prioritas ketiga dalam pembangunan Provinsi Sumatera

Utara.

Sasaran Kegiatan sektor pariwisata antara lain pembinaan keindahan alam, seni

budaya, benda-benda peninggalan purbakala dan peninggalan sejarah, keindahan alam

dan lain-lain untuk dimanfaatkan sebagai obyek wisata dan rekreasi yang bermanfaat

meningkatkan pendapatan masyarakat .

Secara garis besar obyek-obyek wisata yang terdapat di daerah kawasan Tahura

Bukit Barisan dapat dikelompokkan menjadi : (1) obyek wisata alam, berupa

pegunungan/perbukitan, lembah panorama, air terjun dan keindahan alam lainnya yang

cukup menarik ; (2) obyek wisata rekreasi, berupa piknik keluarga, play ground dan

camping ground; (3) obyek lokasi ekowisata untuk penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, (4) obyek wisata sejarah dan budaya, meliputi adat-istiadat, bangunan

tradisional dan perkampungan asli.

4.1.7 Sosial, Ekonomi dan Budaya

62
4.1.7.1 Kependudukan

Desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan Tahura Bukit Barisan berjumlah 68

(enam puluh delapan) desa dalam 18 (delapan belas) kecamatan dan dalam 4 (empat)

Kabupaten. Desa tersebut disajikan pada Tabel IV-5.

Tabel IV-5. Desa disekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan


NO KABUPATEN KECAMATAN DESA
1 Deli Serdang Kutalimbaru 1. Suka Makmur
Sibolangit 1. Bandar Baru
2. Sikeben
3. Martelu
4. Bukum
5. Negri Gugung
6. Cinta Rakyat
7. Durin Serugun
8. Ujung Deleng
9. Suka Makmur
Gunung Meriah 1. Kuta Bayu
2. Gunung Paribuan
3. Simempar
4. Gunung Seribu
5. Kuta Tengah
6. Gunung Meriah
7. Marjanji Tongah
Stm Hulu 1. Liang Pematang
2. Liang Muda
3. Bah Bah Buntu
4. Kuta Mbelin
Biru-Biru 1. Mardinding Julu
Stm Hilir 1. Rambai
2. Penungkiren
2 Langkat Bahorok 1. Ujung Bandar
Kutambaru 1. Kaperas
2. Sulkam
3. Rampah
Sei Bingai 1. Telagah
2. Belinteng
3 Simalungun Dolok Silau 1. Panribuan

63
NO KABUPATEN KECAMATAN DESA
2. Cingkes
3. Saran Padang
4 Karo Kutabuluh 1. Jinabun
2. Lau Buluh
3. Kuta Male
4. Ujung Deleng
5. Rih Tengah
6. Amburidi
7. Kutabuluh Gugung
Payung 1. Suka Meriah
2. Guru Kinayan
Tiganderket 1. Mardingding
2. Kuta Mbaru
3. Susuk
4. Kuta Kepar
Naman Teran 1. Kuta Gugung
2. Sigarang Garang
3. Bekerah
4. Simacem
5. Ndeskati
6. Kuta Mbelin
7. Gung Pinto
8. Kebayaken
Merdeka 1. Ujung Teran
2. Cinta Rayat
3. Merdeka
4. Jaranguda
5. Semangat Gunung
Berastagi 1. Sempajaya
2. Daulu
Dolat Rayat 1. Dolat Rayat
Barus Jahe 1. Barusjahe
2. Serdang
3. Penampen
4. Sikap
5. Tanjung Barus
6. Barus julu
Sumber : Tahura Bukit Barisan, 2018

64
Keberadaan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara langsung

mempengaruhi kelestarian sumberdaya hutan yang dapat terdeteksi dari tekanan jumlah

penduduk terhadap kebutuhan lahan dan faktor ketenagakerjaan. Data penduduk pada

kecamatan di sekitar kawasan pengelolaan Tahura Bukit Barisan disajikan pada Tabel

IV-6.

Tabel IV-6. Jumlah Penduduk Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan


Penduduk
No Kabupaten Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Deli Serdang Kutalimbaru 20.673 20.876 41.549
Sibolangit 11.469 11.539 23.008
Gn.Meriah 1.477 1.472 2.949
Stm Hulu 7.202 7.125 14.327
Biru-Biru 19.833 19.665 39.498
Stm Hilir 18.055 17.498 35.553
2 Langkat Bahorok 21.065 20.974 42.039
Kutambaru 7.183 6.962 14.145
Sei Bingai 25.558 25.562 51.12
3 Simalungun Dolok Silau 7.277 7.134 14.411
4 Karo Kutabuluh 5.703 5.828 11.531
Payung 5.945 6.079 12.024
Tiganderket 6.954 7.306 14.26
Naman Teran 7.362 7.098 14.46
Merdeka 7.88 7.832 15.712
Berastagi 24.801 25.004 49.805
Dolat Rayat 4.639 4.739 9.378
Barus Jahe 11.755 12.095 23.85
Jumlah 214.831 214.788 429.619
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang( 2019),BPS Kabupaten Langkat ( 2019), BPS Kabupaten Simalungun
(2019), BPS Kabupaten Karo( 2019).

Jumlah penduduk terbanyak adalah pada Kecamatan Sei Bingai Kabupaten

Langkat sebanyak 51.120 jiwa dan Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo sebanyak

49.805 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah pada Kecamatan Gunung Meriah

65
Kabupaten Deli Serdang yaitu 2.949 jiwa dan Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten

Karo sebanyak 9.378 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk sekitar hutan berdasarkan

rasio laki-laki dan perempuan menunjukkan jumlah yang relatif berimbang. Jumlah

penduduk tersebut merupakan potensi Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan hutan.

4.1.7.2 Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang berada pada kecamatan di sekitar kawasan Tahura

Bukit Barisan berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat. Rata–rata fasilitas

pendidikan yang ada adalah tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.

Semakin tinggi fasilitas pendidikan yang ada, berpengaruh terhadap semakin tingginya

tingkat pendidikan masyarakat, sehingga diharapkan semakin tinggi tingkat

pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan hutan untuk mewujudkan

hutan yang lestari. Data fasilitas pendidikan disajikan pada Tabel IV-7.

Tabel IV-7 Jumlah Fasilitas Pendidikan di sekitar kawasan Tahura Bukit


Barisan
Fasilitas Pendidikan
NO KABUPATEN KECAMATAN SMP
SD PT
Sederajat SMA Sederajat
1 Deli Serdang Kutalimbaru 9 10 10 -
Sibolangit 22 6 5 -
Gunung Meriah 6 1 2 -
Stm Hulu 18 4 5 -
Biru-Biru 28 7 9 -
Stm Hilir 29 10 5 -
2 Langkat Bahorok 32 8 4 -
Kutambaru 12 3 - -
Sei Bingai 35 10 5 -
3 Simalungun Dolok Silau 23 2 1 -
4 Karo Kutabuluh 14 3 1 -
Payung 10 2 1 -

66
Fasilitas Pendidikan
NO KABUPATEN KECAMATAN SMP
SD PT
Sederajat SMA Sederajat
Tiganderket 16 2 1 -
Naman Teran 11 2 - -
Merdeka 5 - 1 -
Berastagi 24 9 8 -
Dolat Rayat 6 1 - -
Barus Jahe 21 5 1 -
Jumlah 321 85 59 -
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang ( 2019),BPS Kabupaten Langkat (2019, BPS Kabupaten Simalungun
(2019), BPS Kabupaten Karo (2019)

4.1.7.3 Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdapat disekitar kawasan hutan Tahura Bukit Barisan

adalah Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Rumah Bersalin, Klinik

dan Rumah Sakit. Secara umum, fasilitas kesehatan telah merata di setiap kecamatan

sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan, sehingga secara menyeluruh kesehatan

masyarakat telah terlindungi dengan fasilitas yang tersedia. Data fasilitas kesehatan

disajikan pada Tabel IV-8.

Tabel IV-8. Fasilitas Kesehatan di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan


Fasilitas Kesehatan
No. Kabupaten Kecamatan Posyan Rumah Puskesmas Rumah
Puskesmas Klinik
du Bersalin Pembantu Sakit
1 Deli Serdang Kutalimbaru 52 - 4 1 4 -
Sibolangit 58 - 6 2 1 -

67
Fasilitas Kesehatan
No. Kabupaten Kecamatan Posyan Rumah Puskesmas Rumah
Puskesmas Klinik
du Bersalin Pembantu Sakit
Gn. Meriah 12 - 2 1 - -
Stm Hulu 20 - 3 1 1 -
Biru-Biru 50 - 3 1 6 -
Stm Hilir 49 - 5 1 3 -

2 Langkat Bahorok 84 1 17 2 6 -
Kutambaru 34 - 7 1 1 -
Sei Bingai 74 5 12 2 11 -
3 Simalungun Dolok Silau 23 - 6 1 4 -
4 Karo Kutabuluh 20 1 10 1 2 -
Payung 11 - 14 1 - -
Tiganderket 18 - 22 1 - -
Naman Teran 17 - 19 1 1 -
Merdeka 9 - 13 1 - -
Berastagi 54 4 20 2 8 2
Dolat Rayat 8 - 9 1 - -
Barus Jahe 26 - 30 1 4 -

Jumlah 619 11 202 22 52 2

Sumber : BPS Kabupaten Deliserdang (2019), BPS Kabupaten Langkat (2019), BPS Kabupaten Simalungun
(2019), BPS Kabupaten Karo (2019).

4.1.7.4 Fasilitas Ibadah

Fasilitas Ibadah yang terdapat disekitar kawasan Tahura Bukit Barisan

menunjukkan keragaman agama yang dianut masyarakat setempat. Mayoritas

masyarakat beragama Kristen dan Katolik, sebagian beragama Islam, dan sebagian

kecil beragama Budha dan Hindu. Data fasilitas keagamaan disajikan pada Tabel IV-9.

Tabel IV-9. Fasilitas Rumah Ibadah disekitar kawasan Tahura Bukit Barisan
No Kabupaten Kecamatan Fasilitas Keagamaan

68
Mesjid / Musholla Gereja Vihara Kuil
1 Deli Serdang Kutalimbaru 35 70 - -
Sibolangit 13 43 3 1
Gunung Meriah 1 26 - -
Stm Hulu 14 37 - -
Biru-Biru 31 39 3 4
Stm Hilir 58 73 - 1
2 Langkat Bahorok 113 16 1 -
Kutambaru 30 20 - -
Sei Bingai 57 59 - -
3 Simalungun Dolok Silau 6 39 - -
4 Karo Kutabuluh 11 58 - 1
Payung 8 27 - -
Tiganderket 17 43 - 1
Naman Teran 11 31 - -
Merdeka 10 23 - -
Berastagi 10 46 - -
Dolat Rayat 3 24 - -
Barus Jahe 11 74 - -
Jumlah 439 748 7 8
Sumber : Kabupaten Deliserdang dalam Angka 2019, Kabupaten Langkat dalam Angka 2019,
Kabupaten Simalungun dalam Angka 2019, Kabupaten Karo dalam Angka 2019

4.1.7.5 Mata Pencaharian

Secara mayoritas masyarakat sekitar Tahura Bukit Barisan mempunyai

pekerjaan utama sebagai petani. Keadaan lingkungan yang berada di daerah

pegunungan dan berdekatan dengan hutan dan ladang, berakibat pada banyaknya hasil

alam yang dimanfaatkan dari kedua tempat tersebut oleh masyarakat sekitar guna

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masayarakat memanfaatkan hasil alam dari hutan

dan ladang sebagian besar digunakan untuk keperluan sendiri (subsistem). Beberapa

orang juga melakukan jual beli dari sumberdaya alam tersebut kepada masyarakat

sekitar. Untuk kebutuhan makanan pokok berupa beras masyarakat melakukan

69
penanaman padi di ladang (padi huma). Dalam satu tahun masyarakat menanam padi

sebanyak dua kali.

Selain memanfaatkan sumber daya alam yang ada, sebagian masyarakat sekitar

Tahura Bukit Barisan juga melakukan kegiatan bercocok tanam. Aktivitas tersebut

dilakukan dengan cara memanfaatkan ladang dan kebun untuk menanam buah-buahan

dan sayur-mayur. Di ladang masyarakat biasanya menanam jeruk, kopi, padi, pisang,

pepaya, jagung dan kacang tanah. Sedangkan di kebun banyak ditanam sayur-sayuran

seperti wortel, tomat, kol, kentang, kacang panjang, dan sayur-sayuran lainnya.

Selain menanam tanaman jangka pendek, beberapa warga masyarakat di ladang

juga menanam tanaman jangka panjang seperti kelapa, pinang, mangga, rambutan,

nangka, durian, dan jenis tanaman buah jangka panjang lainnya. Hasil dari ladang

tersebut, selain dikonsumsi sendiri juga dijual. Untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk

dan protein hewani lainnya seperti daging dan telur masyarakat sekitar Tahura Bukit

Barisan pada umumnya mebeli di pasar terdekat dan memelihara binatang ternak

seperti ayam kampung, kerbau, babi, dan kambing.

4.2 Potensi Ekowisata Tahura Bukit Barisan


Secara umum potensi ekowisata pada kawasan Tahura Bukit Barisan terdapat di

Blok Pemanfaatan dengan luas kurang lebih 4.971 hektar atau 12,53% dari luas Tahura

Bukit Barisan. Sesuai dengan tujuan pembangunan Tahura Bukit Barisan Blok

pemanfaatan diarahkan sebagai tempat pembangunan sarana wisata dan pembinaan

70
cinta alam Indonesia, adapun potensi ekowisata pada Blok Pemanfaatan tersebar

dibeberapa lokasi sesuai dengan fungsi pemanfaatannya, antara lain :

4.2.1 Air Terjun Dua Warna

Potensi ekowisata ini terletak di Desa Sukamakmur, Ujung Deleng, Bandar Baru

Kabupaten Deli Serdang yang terletak pada koordinat 98° 30' 10" BT – 98° 32'

29" BT dan 3° 14' 23" LU - 3° 18' 15" LU, pada lokasi ini terdapat obyek wisata

air terjun dua warna yang sudah ramai dikunjungi oleh wisatawan dan

pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat disekitar.

Gambar IV-1 Potensi Ekowisata Air Terjun dua warna

71
4.2.2 Lokasi Penatapan, Air terjun Sikulikap dan Tongkoh

Potensi ekowisata ini terletak di Desa Merdeka, Desa Doulu, Desa Semangat

Gunung, Desa Jaranguda, Desa Dolat Rakyat, Basam yang terletak pada

koordinat 98° 29' 19" BT – 98° 34' 12" BT dan 3° 11' 15" LU - 3° 14' 36" LU,

pada lokasi ini sudah ada kegiatan pemanfaatan seperti : lokasi Sumber Air

PDAM Tirtanadi Berastagi di Desa Merdeka, Pendakian Gunung Sibayak di

Desa Semangat Gunung, Lokasi Sumber mata air PT. Tirta Sibayakindo, Lokasi

Penatapan dan Air Terjun Sikulikap di Desa Doulu, Obyek wisata alam

(Camping Ground dan Play Ground) Air Terjun Sirembak Dua di sekitar kantor

Tahura di Tongkoh, Gunung Barus di desa Basam sebagai sumber air bagi

kebutuhaan masyarakat.

Gambar IV-2 Potensi Ekowisata Air Terjun Sirembak Sikulikap

72
Gambar IV-3 Potensi Ekowisata Penatapan

4.2.3 Potensi Air Terjun Simempar dan Air Terjun Pelangi

Potensi ekowisata ini terletak di Desa Tanjung Barus, Kabung, Siberteng, Desa

Serdang Kabupaten Karo dan Desa Bawang, Kecamatan Ujung Bawang

Kabupaten Simalungun yang terletak pada koordinat 98° 34' 22" BT – 98° 37'

52" BT dan 3° 03' 39" LU - 3° 11' 41" LU, terdapat kegiatan pemanfaatan

sumber air bagi kebutuhan Rumah Tangga masyarakat dengan pemasangan pipa

penyaluran air dari gunung yang dialirkan ke bak penampungan untuk

didistribusikan ke rumah-rumah masyarakat serta terdapat obyek wisata yang

sudah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, sehingga pada blok pemanfaatan

ini memungkinkan untuk dilakukan pengembangan obyek wisata untuk

73
mendorong daerah sekitarnya menjadi suatu kawasan Agrowisata. Beberapa

obyek-obyek wisata yang berbatasan langsung dengan blok pemanfaatan Tahura

Bukit Barisan antara lain : Air Terjun Simempar di Desa Simempar Kecamatan

Gunung Meriah, Air Terjun Pelangi di Desa Tanjung Timur, Lau Mentar Canyon

di Desa Liang Pematang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.

Gambar IV-4 Potensi Air Terjun Simempar dan Air Terjun Pelangi

4.2.4 Potensi Air Terjun Pande Namura

Lokasi ini terletak di Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran atau lebih sering

disebut daerah Jalan tembus Karo –Langkat terdapat potensi wisata alam berupa

air terjun (Pande Namura) terletak pada koordinat 98° 21' 50" BT – 98° 22' 18"

74
BT dan 3° 14' 51" LU - 3° 15' 08" LU, pada lokasi ini belum ada dilakukan

kegiatan pengelolaan baik oleh masyarakat sekitar maupun UPT. Tahura Bukit

Barisan. Direncanakan untuk dikelola dan difasilitasi sarana prasarana

pendukung dilokasi tersebut dan diupayakan dalam pengelolaannya nanti dapat

menjalin kerjasama dengan masyarakat setempat.

Gambar IV-5 Potensi Air Terjun Pande Namura

4.2.5 Potensi Air Terjun dan Sungai Dua Rasa

Potensi Ekowisata ini terletak di Desa Sikeben dan Desa Bukum Kecamatan

Sibolangit, terletak pada koordinat 98° 33' 48" BT, 3° 13' 45" LU dan 98° 36' 02"

BT, 3° 13' 14" LU, terdapat potensi wisata alam berupa air terjun dan Sungai,

sungai ini memiliki 2 rasa yaitu hangat dan dingin karena memiliki suhu yang

berbeda. Akses jalan menuju kedua lokasi ini hanya sampai batas perkampungan

75
masyarakat, dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit berjalan kaki untuk

mencapai lokasi ini, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai di objek

wisata ini seperti shelter dan jalan setapak menuju lokasi wisata ini.

Gambar IV-6 Potensi Air Terjun dan Sungai Dua Rasa

4.2.5 Potensi Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung

Lokasi potensi ekowisata ini terletak di Desa Kutagugung Kecamatan

Namanteran, terletak pada koordinat 98° 22' 13" BT- 98° 23' 37" BT dan 3° 10'

13" LU dan, 3° 11' 49" LU, pada blok ini memungkinkan untuk dibangun

fasilitas wisata alam karena berdekatan dengan lokasi wisata Danau Lau Kawar

yang di kelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara

(BBKSDASU) melalui Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk, dan lokasi

ini berada persis dibawah kaki Gunung Sinabung. Wisata pendakian Gunung

Sinabung juga selama ini sudah dimanfaatkan oleh para pendaki gunung atau

komunitas pecinta alam, namun sejak erupsi gunung Sinabung kegiatan tersebut

76
berhenti. Kedepannya perlu dilakukan penataan dan perbaikan fasilitas untuk

pendakian gunung Sinabung berupa Pos Retribusi, Shelter, Kamar Mandi dan

Pos Pendakian Gunung Sinabung untuk meningkatkan minat para pengunjung.

Gambar IV-7 Potensi Wisata Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung

4.3 Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Tahura Bukit Barisan

Kriteria penilaian obyek daya tarik wisata dilakukan dengan menggunakan

ADO-ODTWA Dirjen PHKA Tahun 2003 yaitu sebuah instrumen untuk menetapkan

prioritas pengembangan suatu obyek wisata alam. Kriteria yang dinilai yaitu daya

tarik, aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata.

4.3.1 Kriteria penilaian

A. Daya Tarik

Penilaian kriteria daya tarik terdiri dari 6 unsur penilaian yaitu keunikan

sumberdaya alam, banyaknya sumberdaya alam yang menonjol, kegiatan wisata

alam yang dapat dan berpotensi untuk dilakukan, kebersihan lokasi, keamanan

77
terhadap kawasan, serta kenyamanan. Setiap unsur penilaian mempunyai nilai

yang berbeda sesuai dengan banyaknya sub unsur penilaian yang terdapat pada

lokasi wisata tersebut. Bobot penilaian kriteria daya tarik yaitu enam. Hal ini

dikarenakan daya tarik obyek wisata merupakan alasan utama seseorang datang

berkunjung. Berdasarkan hasil penilaian dari kelima lokasi obyek wisata berada

pada kisaran nilai 666-840 ini menunjukan bahwa kelima lokasi obyek wisata

memiliki potensi daya tarik yang berbeda. Nilai tertinggi penilaian daya tarik

yaitu Tongkoh dan Gunung Sibayak dengan nilai 840, nilai tersebut

menunjukan obyek wisata ini memiliki keunggulan unsur penilaian yang lebih

banyak daripada lokasi wisata yang lainnya seperti yang disajikan pada Tabel

IV-10. Salah satu contoh unsur penilaian keunikan sumberdaya alam yang

tertinggi nilai 25 menunjukan bahwa pada lokasi wisata ini terdapat 4 sub unsur

penilaian yaitu gunung, air terjun (sirembak dua), flora fauna (pohon pinus dan

kera) dan adat istiadat/budaya.

Tabel IV-10 : Hasil Penilaian ODTW di Tahura Bukit Barisan

Lokasi
No. Unsur Penilaian
1 2 3 4 5
1 Keunikan sumberdaya alam 25 10 15 20 25
2 Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol 25 20 30 20 30
3 Kegiatan wisata yang dapat dan berpotensi 25 16 25 25 25
dilakukan
4 Kebersihan lokasi 30 25 20 20 20
5 Keamanan terhadap kawasan 10 20 15 25 15
6 Kenyamanan 25 20 25 25 25
Nilai (Jumlah x bobot 6) 840 666 780 810 840

Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak

78
B. Aksesibilitas

Kemudahan aksesibilitas suatu obyek wisata dapat terlihat dari kondisi

jalan, jarak dan waktu tempuh, serta adanya fasilitas transportasi menuju lokasi

tersebut. Penilaian kriteria aksesibilitas digunakan tiga unsur penilaian yaitu

kondisi jalan, waktu dan jarak tempuh dari pusat kota. Bobot penilaian kriteria

ini yaitu lima, hal ini dikarenakan kemudahan aksesibilitas merupakan salah

satu faktor pendorong pengunjung untuk berwisata pada suatu lokasi obyek

wisata.

Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel III-4 kriteria aksesibilitas kelima

obyek wisata alam memiliki nilai 350 dalam klasifikasi penilaian tersebut

berada pada kategori sedang yaitu aksesibilitas menuju lokasi sudah dalam

kategori mudah. Nilai ini menunjukan bahwa kemudahan aksesibilitas menuju

lokasi obyek wisata.. Hal tersebut dipengaruhi oleh jarak tempuh yang dekat

dengan pusat kota dan kemudahan menuju lokasi obyek wisata letaknya dekat

dengan jalan utama kabupaten. Namun pada umumnya kondisi jalan menuju

obyek wisata masih membutuhkan penataan dan perbaikan khususnya sampai

menuju gerbang lokasi obyek, serta penambahan sarana transportasi umum

untuk mempermudah pengunjung yang menggunakan sarana transportasi

umum, sebagian besar lokasi obyek wisata hanya dapat ditempuh dengan

transportasi umum berupa ojek.

79
Tabel IV-11: Hasil Penilaian Aksesbilitas Menuju Lokasi Obyek Wisata di
Tahura Bukit Barisan

Lokasi
No. Unsur Penilaian
1 2 3 4 5
1 Kondisi jalan 30 30 30 30 30
2 Waktu tempuh dari pusat kota 25 25 25 25 25
3 Jarak tempuh dari pusat kota 15 15 15 15 15
Nilai (Jumlah x bobot 5) 350 350 350 350 350
Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar memberikan pengaruh pada

keberadaan dan pengembangan obyek wisata. Pengaruh tersebut berupa

interaksi antara masyarakat dengan kegiatan wisata yang dapat memberikan

dampak positif maupun negatif bagi obyek wisata maupun masyarakat.

Penilaian kriteria kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar dalam

pengembangan obyek wisata diberikan bobot nilai lima. Besarnya bobot

tersebut karena masyarakat sekitar merupakan salah satu faktor pendukung

dalam pengembangan dan keberadaan obyek wisata, masyarakat dapat

mempengaruhi persepsi pengunjung terhadap obyek. Selain itu, kenyaman

pengunjung juga dipengaruhi oleh sikap masyarakat sekitar dengan keramahan

perilaku maupun tutur kata mereka.

Unsur penilaian yang digunakan dalam kriteria ini yaitu tingkat

pengangguran, mata pencaharian penduduk, tingkat pendidikan dan tanggapan

80
secara umum mengenai pengembangan obyek wisata alam yang ada di daerah

mereka. Perbedaan unsur penilaian tersebut memberikan intensitas interaksi

yang berbeda pada setiap obyek wisata yang ada, sehingga besarnya nilai yang

diberikan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakatnya.

Misalnya tingginya tingkat penganguran masyarakat menyebabkan semakin

besarnya interaksi antara mereka dengan obyek wisata maupun pengunjung

yang datang. Besarnya tingkat pengangguran dinilai memberikan dampak baik

bagi rencana pengembangan obyek wisata, karena akan semakin banyak tenaga

kerja yang terlibat langsung dalam pengelolaan obyek wisata, semakin besar

pula dukungan terhadap pengembangan kegiatan wisata di daerah mereka. Nilai

tertinggi yang diberikan 15 pada masyarakat yang 10-15% usia produktifnya

pengangguran, data tersebut diperoleh dari data sekunder. Selain itu, tingkat

pendidikan masyarakat juga ikut mempengaruhi pemahaman dan perilaku

mereka terhadap pengunjung dan arah pengembangan obyek wisata alam,

besarnya nilai yang diberikan 30, karena tingkat pendidikan masyarakat sekitar

obyek wisata mayoritas lulusan SLTA. Mata pencaharian masyarakat sekitar

yaitu Pedagang (25) dan petani (20).

Berdasarkan hasil penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar

lokasi wisata seperti pada Tabel IV-12 nilai total penilaian berada pada kisaran

nilai 475-500. Nilai tersebut pada Tabel III-4 klasifikasi penilaian termasuk

pada kategori Sedang (401-500), berdasarkan hasil wawancara masyarakat pada

lokasi wisata ini keterlibatan masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata di

81
sekitar mereka dirasakan memberi keuntungan baik secara langsung maupun

tidak langsung dan mereka dapat pula ikut serta membantu dalam pengelolaan

obyek wisata tersebut.

Tabel IV-12 : Hasil Penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar


obyek wisata alam di Tahura Bukit Barisan

Lokasi
No. Unsur Penilaian
1 2 3 4 5
1 Tingkat pengangguran 15 15 15 15 15
2 Mata pencaharian penduduk 20 25 20 20 20
3 Tingkat Pendidikan 30 30 30 30 30
4 Tanggapan masyarakat terhadap 30 30 30 30 30
pengembangan obyek wisata
Nilai (Jumlah x bobot 5) 475 500 475 475 475
Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak

Tanggapan masyarakat mengenai keberadaan obyek wisata alam di

sekitar mereka dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada

besarnya dampak yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata di daerah mereka.

Pertama yaitu kelompok masyarakat yang tidak ikut terlibat dalam kegiatan

wisata, mereka tidak mempermasalahkan ada atau tidaknya pengembangan

obyek wisata lebih lanjut. Hal ini dikarenakan mereka tidak merasakan manfaat

ataupun kerugian dari adanya kegiatan wisata tersebut.

Kelompok masyarakat kedua yaitu masyarakat yang tidak merasa

dirugikan dengan adanya kegiatan wisata di obyek wisata alam sekitar mereka.

Alasan mereka antara lain banyaknya perilaku pengunjung yang memberikan

dampak negatif pada penduduk sekitar seperti adanya pergaulan bebas,

82
perkelahian dan mengkonsumsi minuman keras, serta sampah dari kegiatan

wisata. Adanya perilaku pengunjung yang seperti itu membuat jelek nama baik

daerah mereka. Selain itu, terdapat pula masyarakat yang ikut serta dalam

kegiatan wisata yang merasa dirugikan dengan bentuk pengelolaan saat ini.

Kerugian tersebut diakibatkan kurangnya pemasukan bagi mereka yang

dahulunya dapat disebut sebagai pengelola obyek wisata secara tidak resmi.

Ketiga adalah kelompok masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan

obyek wisata, mereka merasakan manfaat dalam bentuk peningkatan

perekonomian dengan terbukanya lapangan pekerjaan, seperti pedagang

(menyediakan kebutuhan makanan dan minuman), penyedia jasa transportasi

(menyediakan angkutan umum, dan ojek), penyedia jasa penginapan, dan

pelayan (pegawai di tempat wisata seperti parkir, kebersihan dan kompepar).

Selain itu adanya kegiatan wisata alam membuat daerah mereka lebih terkenal,

ramai dan dapat mengenal orang dari daerah luar. Sehingga masyarakat yang

mempunyai keterampilan khusus seperti makanan khas daerah dan membuat

kerajinan tangan atau souvenir dapat menjualnya ke pengunjung. Manfaat lain

yang dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu adanya perbaikan jalan dan

penambahan fasilitas transportasi karena banyaknya pengunjung yang datang

juga secara tidak langsung memberikan manfaat bagi mereka. Pada beberapa

lokasi obyek wisata pengunjung dapat menggunakan jasa penduduk sekitar

sebagai pemandu wisata yang bayarannya disesuikan dengan kesepakatan

83
antara pengunjung dan pemandu, tetapi bentuk kerjasama seperti ini sangat

jarang terjadi.

Kebudayaan masyarakat sekitar obyek wisata juga dapat menjadi salah

satu obyek daya tarik wisata yang menarik untuk diikuti. Kebudayaan pada

setiap lokasi obyek wisata mempunyai keunikan tersendiri, namun kebudayaan

tersebut belum menjadi bagian dari sebuah atraksi wisata di obyek wisata

tersebut.

5.3.2 Rekapitulasi Penilaian

Penilaian obyek dan daya tarik wisata dilakukan untuk menentukan potensi

obyek wisata alam yang menjadi prioritas pengembangan ekowisata di Tahura Bukit

Barisan. Hasil rekapitulasi penilaian tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan

dalam menyusun program pengembangan wisata alam yang ada. Berdasarkan hasil

dari rekapitulasi penilaian obyek wisata alam pada Tabel IV-13 mempunyai rentang

nilai antara 1516-1665. Nilai tersebut dalam Tabel III-4 klasifikasi penilaian termasuk

pada kategori sedang (1184-1657) yaitu Penatapen, Sikulikap dan Merga Silima.

Obyek wisata tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, namun bukan prioritas

utama pengembangan suatu daerah operasi obyek daya tarik wisata pada 5 lokasi

wisata di Tahura Bukit Barisan. Sedangkan obyek wisata yang termasuk kategori baik

(1658-2130) yaitu Tongkoh dan Gunung Sibayak yaitu obyek wisata yang

mempunyai potensi untuk dilakukan pengembangan wisata alam yang lebih lanjut

84
dan merupakan prioritas utama dalam pengembangan daerah operasi obyek daya tarik

wisata.

Tabel IV-13 : Hasil Rekapitulasi Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata di
Tahura Bukit Barisan
Lokasi
No. Unsur Penilaian Kondisi Sosek
Daya Tarik Aksebilitas Total Nilai
Masyarakat
1 Tongkoh 840 350 475 1665
2 Penatapen 666 350 500 1516
3 Sikulikap 780 350 475 1605
4 Merga Silima 810 350 475 1635
5 Gunung Sibayak 840 350 475 1665

Obyek wisata Tongkoh dan Gunung Sibayak pada penilaian kriteria daya tarik

mendapatkan nilai terbesar, obyek wisata ini mempunyai beberapa keunikan dan

sumberdaya alam yang dapat menjadi daya tarik pengunjung untuk berwisata

diantaranya lokasi Tongkoh yang berada di jalan lintas Medan-Kabanjahe

menjadikannya tempat beristirahat dan berwisata sekaligus menikmati udara sejuk

dan pegunungan dengan pepohonan pinus serta aneka satwa (kera, kupu-kupu, dan

lain-lain) dan adat istiadat/budaya masyarakat setempat. Demikian juga dengan lokasi

objek wisata Gunung Sibayak yang juga memiliki daya tarik terbesar karena banyak

diminati kalangan muda dan kelompok pencinta lingkungan untuk menikmati

lanscape dari puncak Gunung Sibayak.

85
4.4 Sarana dan Prasarana

Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di lokasi obyek wisata dapat

memberikan kenyamanan pada pengunjung dalam kegiatan wisata. Kondisi sarana

dan prasarana yang tersedia masih membutuhkan penataan serta peningkatan kualitas

dan kuantitasnya. Beberapa sarana dan prasarana yang sudah tersedia di lokasi wisata

yaitu mushola, MCK, shelter, tempat sampah, tempat parkir dan warung. Secara

umum sarana dan prasarana yang diharapkan tersedia oleh pengunjung berdasarkan

kuisioner di sekitar lokasi obyek wisata antara lain pusat informasi, papan

interpretasi, penginapan, toko cinderamata, tempat makan dan peningkatan kualitas

sarana dan prasarana.

Pembangunan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata ini selain untuk

penataan lokasi juga bertujuan untuk pengelolaan pengunjung diantaranya:

1. Pembatasan penggunaan lokasi wisata, bertujuan untuk membatasi dampak

negatif dari aktivitas pegunjung terhadap kawasan (misalnya blok rawan

kebakaran, blok habitat jenis satwa atau tumbuhan tertentu), pemusatan

penggunaan area perkemahan dan pembatasan terhadap perilaku pengunjung

yang menyimpang, sehingga perlu adanya pembatasan area gerak pengujung

untuk menjaga image lokasi wisata selain dengan adanya pengawasan dan

patroli dari petugas.

2. Penyebaran pengunjung, bertujuan untuk menghindari pemusatan pengujung

pada satu obyek misalnya pada lokasi wisata Tongkoh pengunjung paling

86
banyak berada di sekitar air terjun sirembak dua dan tidak menyebar ke lokasi

wisata lainnya seperti wahana outbond, gazebo dan wahana lainnya.

3. Pendidikan lingkungan hidup, bertujuan memberikan pemahaman mengenai

pengetahuan alam melalui papan interpretasi.

4.5 Pengunjung

4.5.1 Karakteristik Pengunjung

Pengunjung merupakan konsumen dari kegiatan pariwisata alam. Oleh karena

itu, karakteristik pengunjung perlu diketahui untuk menentukan arah pengembangan

suatu obyek wisata baik bentuk dan jenis kegiatannya, agar sesuai dengan karakter

pengunjung. Data karaktetistik pengunjung disajikan pada Tabel IV-14 yang terdiri

dari jumlah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, tingkat

pendapatan dan asal pengunjung.

Tabel 1V-14 : Karakteristik pengunjung obyek wisata di Tahura Bukit


Barisan
Jumlah (Orang) Total
No. Komposisi Pengunjung Persentase
1 2 3 4 5 (%)
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 10 35 12 5 29 54,49
2. Perempuan 14 9 30 11 12 45,51
Struktur Umur
1. Anak-anak (<12 tahun)
2. Remaja (13-21 tahun) 12 9 30 3 17 42,51
3. Dewasa (22-50 tahun) 12 35 12 13 24 57,49
4. Tua (>51 tahun)
Tingkat Pendidikan
1. SD
2. SLTP 1 2 1,80
3. SLTA 20 33 31 8 33 74,85
4. Perguruan Tinggi 4 11 11 7 5 22,75

87
Jumlah (Orang) Total
No. Komposisi Pengunjung Persentase
1 2 3 4 5
(%)
Pekerjaan
1. Pelajar/mahasiswa 12 3 17 19,16
2. PNS/TNI/POLRI 3 7 2 7,19
3. Pegawai swasta 10 24 24 6 10 44,31
4. Pengusaha/Wiraswasta 14 5 18 10 28,14
5. Lainnya 2 1,20
Tingkat Pendapatan
1. <1.000.000 12 14 15,57
2. 1.000.000-2.000.000 24 15 30 5 7 48,50
3. 2.000.000-3.000.000 25 5 10 23,95
4. >3.000.000 6 6 10 13,17
Asal Pengunjung
1. Kabupaten Karo 4 6 11 6 12 23,35
2. Luar daerah Kabupaten Karo 20 38 31 10 29 76,65
Keterangan :
1. Tongkoh 2. Penatapen 3. Sikulikap 4. Merga Silima 5. Gunung Sibayak

Berdasarkan data hasil kuesioner tersebut (Tabel IV-14) dapat terlihat bahwa

pengunjung yang datang berwisata ke obyek wisata di Tahura Bukit Barisan cukup

beragam. Sebagian besar pengunjung 54,49% laki-laki, kelas umur terbanyak yang

berwisata adalah dewasa 57,49% dan remaja 42,51%. Tingkat pendapatan

pengunjung 48,50% berkisar Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 hal ini dikarenakan

sebagian pengunjung memiliki jenis pekerjaan pegawai swasta (44,31%) dengan

tingkat pendidikan tertinggi 74,85% SLTA dan 22,75% perguruan tinggi. Pengunjung

obyek wisata di Tahura Bukit Barisan didominasi pengujung dari luar Kabupaten

Karo sebanyak 76,65% berasal dari Medan, Deli Serdang dan Langkat

88
4.5.2 Tujuan dan Aktivitas Pengunjung

Berdasarkan hasil kuisioner, pengunjung yang datang ke obyek Tahura Bukit

Barisan umumnya datang bersama rombongan (68,11%), keluarga (9,19%), pasangan

(21,08%) dan datang sendiri (1,62%). Pengunjung yang datang hampir 59,46%

menggunakan kendaraan pribadi berupa motor baik yang berpasangan maupun

rombongan. Sedangkan pengunjung yang menggunakan kendaraan sewaan 19,46%

dan umum 21,08% merupakan pengunjung yang rombongan sekolah, organisasi atau

perkumpulan biasa.

Tujuan pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata di Tahura Bukit

Barisan sebagian besar 62,16% memiliki ketertarikan terhadap suasana pemandangan

alam yang masih alami dengan udara khas pegunungan yang sejuk. Setiap lokasi

wisata alam dianggap mempunyai keindahan alam yang memiliki keunikan tersendiri

dibandingkan lokasi wisata lainnya. Pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata

alam di Tahura Bukit Barisan selain untuk menikmati pemandangan alam, mereka

juga sering menggunakan lokasi wisata sebagai daerah tujuan study tour 27,57%.

Obyek wisata yang paling banyak digunakan untuk study tour adalah obyek wisata

Tongkoh dan Merga Silima (bumi perkemahan). Bahkan terdapat sekolah tertentu

yang menjadi pengunjung tetap setiap tahun pada lokasi wisata tertentu untuk

kegiatan berkemah atau pelantikan ekstrakurikulernya.

Aktivitas yang disukai oleh pengunjung yang datang bersama keluarga antara

lain bermain air dan makan-makan di sekitar obyek wisata. Selain itu juga, aktivitas

89
pengunjung yang banyak disukai yaitu fotografi (7,57%) pengunjung dapat

mendokumentasikan keindahan alam khas pegunungan Bukit Barisan. Namun

sebagian besar pengunjung datang untuk menikmati pemandangan alam (81,08%)

biasanya aktivitas ini banyak dilakukan oleh pengunjung yang berusia remaja dan

dewasa. Aktivitas tersebut antara lain jalan-jalan berkeliling obyek wisata dan duduk-

duduk santai memandangi suasana alam. Bahkan pada beberapa obyek wisata seperti

Tongkoh dan Merga Silima terdapat pengunjung yang datang untuk melihat

tumbuhan (5,95%) dan mengamati satwa (1,08%).

Sumber informasi mengenai keberadaan obyek wisata alam di Tahura Bukit

Barisan diperoleh pengunjung dari teman atau keluarga (95,14%), radio (2,16%) dan

1,62% dari majalah, serta televisi dan leaflet (0,54%). Promosi wisata yang telah

dilakukan oleh UPT Pengelola Tahura dan pihak pengelola wisata antara lain

mengunakan fasilitas radio daerah, leaflet, buku informasi wisata, pembuatan website

informasi obyek wisata daerah dan ikut serta dalam kegiatan pameran kepariwisataan

daerah.

4.5.3 Penilaian terhadap Obyek Wisata

Berdasarkan hasil kuisioner penilaian pengunjung cukup beragam terhadap

obyek wisata, lingkungannya, pelayanan, dan fasilitas yang ada. Panorama keindahan

alam 81,08% dinilai baik, namun dalam pengelolaan flora dan fauna 46,49% menilai

cukup. Hal ini dikarenakan pengunjung belum bisa menikmati keragaman flora dan

fauna yang ada di obyek wisata alam tersebut, pengunjung masih melihat adanya

90
kerusakan pada beberapa jenis pohon seperti luka bekas koakan atau pengambilan

getah pinus dan pengumpulan atau pematahan ranting pohon untuk kayu bakar.

Selain itu, adanya anakan pohon yang mati tidak terawat dan rusak terinjak

pengunjung, namun mereka beranggapan itu adalah kelalaian dari pihak pengelola

yang tidak memasang papan peringatan.

Pengunjung menilai kurang adanya atraksi budaya dan seni(78,38%). Hal ini

membuat pengunjung yang suka akan hiburan kesenian merasa jenuh, berbeda

dengan pengunjung yang mencari ketenangan 16,76% menilai cukup dan 4,86% baik.

Namun hal tersebut bukanlah masalah besar bagi pengunjung yang pergi berwisata

untuk menghindari kebisingan dan kejenuhan aktivitas sehari-hari.

Pelayanan dan lingkungan obyek wisata secara umum sudah dapat dinilai baik

berdasarkan hasil kuisioner pengunjung seperti keramahtamahan pengelola (48,65%),

masyarakat (61,08%), keamanan (32,97%) dan kenyamanan pengunjung selama

berwisata (43,24%). Selain itu, kebersihan lingkungan sekitar obyek (48,11%)

menilai cukup dan 34,59% kurang, hal ini dikarenakan pengunjung melihat masih

adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi obyek wisata. Selain itu, masih

terdapat perilaku pengunjung yang suka meninggalkan tulisan-tulisan di warung,

batu, pohon bahkan musola sebagai tanda kedatangan mereka hampir di semua lokasi

obyek wisata.

91
4.5.4 Harapan pengunjung

Pada umumnya pengunjung yang datang 95,14% mempunyai keinginan untuk

berkunjung kembali. Hal ini disebabkan keindahan alam yang dimiliki oleh obyek

wisata yang ada, namun belum adanya fasilitas yang dibutuhkan sebagai sarana dan

prasarana dalam kegiatan wisata yang dilakukan. Kalaupun ada pengunjung masih

banyak yang mnginginkan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari fasilitas yang

ada. Beberapa fasilitas yang diharapakan oleh pengunjung yaitu peningkatan dan

perbaikan infrastuktur seperti pembangunan mushola, tempat sampah, air bersih,

toilet dan lain-lain.

Peningkatan fasilitas transportasi juga masih perlu dilakukan karena

pengunjung yang menggunakan kendaraan umum masih kesulitan mencapai lokasi

obyek wisata. Selain itu, peningkatan pelayanan terhadap pengunjung terutama

mereka yang melakukan kegiatan wisata lebih dari satu hari seperti keamanan,

penyediaan fasilitas penginapan (biasanya di warung yang ada di lokasi obyek

wisata), penyewaan sarana penerangan/listrik dan pelayanan informasi mengenai

obyek wisata.

4.6 Pengembangan Ekowisata di Tahura Bukit Barisan

Pengembangan wisata alam di Blok Pemanfaatan Tahura Bukit Barisan yang

memiliki potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang cukup tinggi baik dari aspek

keunikan, keindahan, nilai, potensi pasar dan akses yang tinggi diharapkan mampu

memberikan kontribusi yang signifikan pada kelestarian kawasan maupun peningkatan

92
kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Inventarisasi dan identifikasi potensi

wisata alam di dalam kawasan Tahura Bukit Barisan perlu dilakukan sebagai langkah

awal untuk pengembangan lebih lanjut. Selanjutnya hal yang perlu dilakukan adalah

kajian sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, kajian pasar untuk mengidentifikasi

potensi pengunjung, kajian pengembangan kerjasama dengan investor dan masyarakat

lokal, promosi, dan pemasaran usaha wisata alam.

Pengembangan produk wisata alam diarahkan untuk membangun wisata alam

yang berkelanjutan, yaitu wisata alam yang berbasiskan masyarakat serta mempunyai

orientasi pada aspek konservasi lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat

lokal termasuk peningkatan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha

bagi masyarakat lokal. Disamping itu, diupayakan juga pendidikan publik, peningkatan

pendapatan daerah. Pengembangan produk wisata alam perlu disesuaikan dengan

karakteristik objek dan lokasi wisata alam, kondisi sosial ekonomi dan budaya

masyarakat setempat dan kelompok sasaran yang menjadi target pasar dari usaha

wisata alam itu sendiri. Manajemen pengelolaan wisata alam termasuk pengembangan

kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif.

4.6.1 Peningkatan Pengelolaan Obyek Wisata dan Pengunjung (paket wisata,

Pemanduan dan Interpretasi dll.)

Obyek wisata utama kawasan Tahura Bukit Barisan adalah memiliki daya tarik

karena letaknya yang strategis dan memiliki keragaman jenis flora dan fauna yang

cukup tinggi, keadaan alamnya potensial sebagai tempat ekowisata dengan obyek

93
panorama hutan alam. Untuk itu pengelolaan obyek diarahkan kepada pengelolaan

kelestarian obyek dengan melakukan :

a. Penjagaan keunikan dan keindahan alam serta mutu kondisi lingkungan

sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

b. Pengembangan event-event kegiatan sebagai upaya memberikan atraksi yang

menarik dan menjadikannya sebagai media promosi yang efektif.

c. Membentuk paket wisata yang saling melengkapi di antara obyek wisata di

Tahura Bukit Barisan dengan obyek wisata daerah.

d. Inventarisasi potensi atraksi wisata yang sampai saat ini belum tergali dan

melaksanakan program pengembangannya.

Pengelolaan pengunjung Tahura Bukit Barisan di maksudkan untuk

mengendalikan dampak negatif terhadap kualitas sumberdaya yang ada dan

mengoptimalkan interpretasi pengunjung. Dengan demikian, pengelolaan pengunjung

meliputi kegiatan :

a. Pengaturan pengunjung; dimaksudkan untuk mengatur kegiatan- kegiatan

pengunjung selama di dalam kawasan yang dilakukan dengan cara membuat

peraturan dan tata tertib memasuki kawasan serta dengan menyediakan

pemandu dan program interpretasi. Peraturan dan tata tertib yang dibuat

bertujuan agar pengunjung dapat melaksanakan kegiatan yang harmonis dengan

sumberdaya alam dalam melakukan kegiatan wisatanya.

b. Pelayanan pusat informasi; sebelum melaksanakan kegiatan wiasata/rekreasi,

pengunjung terlebih dahulu diarahkan ke Pusat Informasi untuk

94
mendapatkan penjelasan tentang obyek-obyek kunjungan, fasilitas

pelayanan/rekreasi yang tersedia, dan tata tertib kunjungan.

c. Pemanduan dan Interpretasi; pemanduan dapat dilakukan oleh

pegawai/staf kantor atau masyarakat sekitar kawasan yang telah dilatih. Untuk

pengembangan standar pelayanan, para pemandu/guide akan diberikan

pendidikan/pelatihan dan secara berkala akan dilakukan program penyegaran.

4.6.2 Publikasi, Promosi dan pengembangan Informasi

Promosi dan informasi dilakukan antara lain melalui pameran, iklan, penjualan

paket wisata, pencetakan brosur, dan pencetakan leaflet/booklet. Dalam

pelaksanaannya dilakukan kerjasama dengan instansi/pihak terkait, seperti Dinas

Pariwisata, Biro Perjalanan, dan Asosiasi Wisata.

Pada Era Digitalisasi saat ini, kegiatan publikasi dan promosi untuk menyebar

informasi juga sangat dimudahkan terutama melalui wadah Media Sosial, baik itu

Facebook, Youtube, Instagram maupun Twitter. Indikator keberhasilan adalah

memiliki jumlah viewers, subscriber dan followers yang banyak. Suguhan yang

menarik dan kekinian adalah kunci dari keberhasilan untuk menarik minat pengunjung

dan wisatawan.

Dalam pengembangan pengelolaan Tahura Bukit Barisan yang akan terfokus

pada pemanfaatan Jasa Lingkungan maka Publikasi, Promosi dan Pengembangan

Informasi akan sangat diperlukan melalui Media Sosial untuk menarik minat

Wisatawan.

95
Pesatnya penggunaan media sosial menjadikan platform online tersebut

semakin diperhitungkan dalam menyebarluaskan konten promosi terkait program

maupun destinasi wisata. Data dari We Are Social dan Hootsuite memperlihatkan

bahwa masyarakat Indonesia sangat gemar bermedia sosial. Hasil survei tahun 2018

menunjukkan 49% penduduk Indonesia (130 juta orang) aktif di berbagai media sosial

mulai dari Facebook, Instagram, Twitter dan lainnya. Dari waktu ke waktu, tren

penggunaan media sosial cenderung dinamis. Hal ini akan menjadi peluang yang

sangat besar bagi Tahura Bukit Barisan sebagai saranan untuk publikasi, promosi dan

pengembangan informasi guna menarik minat wisatawan baik lokal maupun

mancanegara.

Untuk menarik minat pengunjung datang ke lokasi obyek wisata kawasan

Tahura, maka direncanakan beberapa kegiatan promosi sebagai berikut :

a. Penyebaran Informasi tentang Tahura Bukit barisan melalui platform Media

Sosial.

b. Pembuatan dan penyebaran leaflet dan booklet tentang Tahura Bukit Barisan

c. Pembuatan Website Tahura Bukit Barisan

d. Pengembangan kerjasama dengan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi

e. Pengembangan kerjasama dengan dinas pariwisata Provinsi Sumatera Utara

dan kabupaten/kota serta operator-operator wisata

96
4.6.3 Membangun dan Merehabilitasi Sarana dan Prasarana Obyek Wisata

Sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam

suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu

maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang

hendak dicapai.

Sarana dan prasarana yang akan dibangun mempunyai fungsi untuk menunjang

kelancaran pelaksanaan berbagai kegiatan yang dilakukan pengelola dan kegiatan

yang dilakukan pengunjung selama di dalam kawasan. Sebagai upaya optimalisasi

sarana dan prasarana, maka pembangunannya disesuaikan dengan jenis dan

volume kegiatan yang dilakukan dan menghindari dampak negatif terhadap

kawasan.

Pembangunan sarana dan prasarana pemanfaatan diarahkan untuk dapat

mengembangkan kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam di dalam kawasan.

Sarana dan prasarana pemanfaatan di Tahura Bukit Barisan telah dibangun namun saat

ini sebagian besar kondisinya sudah rusak dan tidak terawat sehingga perlu dilakukan

rehabilitasi agar dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya, berikut disajikan pada

Tabel IV-15.

Tabel IV-15 Sarana dan prasarana obyek wisata yang sudah dibangun di Tahura
Bukit Barisan
Fasilitas Keterangan
Pintu Gerbang Masuk Bangunan ini berfungsi sebagai pintu keluar masuk dan tempat penjualan tiket
bagi para pengunjung dengan motif berlanggam rumah adat Karo. Luas
bangunan yaitu 50 m2 dengan panjang 10 m dan lebar 5 meter. Kondisi
bangunan rusak akibat tidak dirawat.
Plaza Berfungsi sebagai tempat upacara. Plaza ini berbentuk segi lima dengan luas

97
Fasilitas Keterangan
bangunan 2.000 m . Bangunan ini dilengkapi dengan momumen patung
2

harimau. Kondisi saat ini rusak ringan


Kantor, Gedung Pusat Bangunan ini bertingkat 2 (dua) dengan luas bangunan 335 m 2. Pada lantai
Informasi. dasar dimanfaatkan sebagai pusat informasi untuk seluruh kawasan taman
hutan raya serta memberikan pelayanan informasi bagi para pengunjung
sebelum masuk ke dalam kawasan taman hutan raya. Sedang pada lantai atas
dimanfaatkan bagi perkantoran untuk para pengelola taman hutan raya.
Kondisi bangunan ini sudah rusak terutama pada bagian atap dan lantai atas,
saat ini dipakai sebagai Kantor Pengelolaan Tahura Bukit Barisan.
Pondok Wisata Pada kawasan tahura terdapat 4 unit bangunan yaitu 1 unit VIP dan 3 unit non
VIP, yang juga berfungsi sebagai tempat menginap. Masing-masing pondok
terdiri dari 2 buah kamar. Pondok wisata terbuat dari bahan papan. Untuk
pondok wisata VIP memiliki bentuk dengan motif rumah adat Melayu, luas
bangunan yaitu 70 m2 dengan panjang 10 m dan lebar 7 m. Sedangkan untuk
3 pondok wisata lainnya memiliki luas bangunan 45 m2 dengan panjang 9 m
dan lebar 5 meter, dengan motif bangunan rumah adat Jawa, Dairi, dan
Simalungun. Kondisi bangunan dari pondok wisata ini kurang baik, dimana
beberapa bagian bangunan telah mengalami pelapukan.
Museum Bangunan ini dimanfaatkan untuk penyimpanan peralatan-peralatan
pembangunan kehutanan selama ini, peralatan konservasi sumber daya alam.
Luas bangunan ini 100 m2 dengan bahan dari papan dengan motif bangunan
bergaya rumah adat Mandaiiling. Kondisi bangunan ini sudah tidak dipakai
karena rusak berat.
Perpustakaan Bangunan ini mmemiliki luas 100 m2 dengan bahan bangunan dari papan dan
motif bangunan bergaya rumah adat Mandailing. Kondisi saat ini sudah rusak
berat akibat tidak terawat.
Pondok Kerja Bangunan ini berfungsi sebagai tempat para petugas yang menangani
pelayanan lapangan. Luas bangunan ini 70 m2 dengan bahan bangunan dari
kayu dengan motif bangunan bergaya rumah adat Nias kondisi Rusak
Herbarium dan Bangunan ini berfungsi untuk tempat koleksi bagian flora dan fauna yang ada
Zoologicum di Sumatera Utara untuk tujuan pendidikan dan penelitian. Bangunan ini
bermotifkan rumah adat Batak Toba dengan bahan bangunan terbuat dari
papan dan luas bangunan 95 m2. Kondisi Rusak Berat.

Bangunan dari bahan kayu dengan ukuran 3 m x 3 m, yang berfungsi sebagai


tempat berteduh dan beristirahat. Fasilitas ini terdapat 7 unit yang terdapat
Shelter dipinggir jalan setapak. Motif dari bangunan shelter ini bergaya rumah adat
Karo. Kondisi bangunan shelter ini sebagian sudah mengalami pelapukan dan
rusak.
Bangunan dari bahan papan dengan luas 40 m 2. Kondisi bangunan sangat
Rumah ibadah
baik.
Fasilitas ini sudah tidak dimanfaatkan lagi akibat tidak terpelihara. Bangunan
Restoran di terletak dekat fasilitas penginapan dengan kontruksi bangunan beton. Luas
bangunan 210 m2.

98
Fasilitas Keterangan
Fasilitas ini letaknya berdekatan dengan mushola, dengan luas bangunan 35
Kamar Mandi/MCK
m2. Fasilitas ini terdapat 2 unit, dengan konstruksi bangunan dari beton.
Bangunan ini berkonstruksi beton dengan luas bangunan 36 m. Fasilitas ini
Kios/Toko
terdapat 2 unit. Saat ini tidak difungsikan sebagaimana fungsinya.
Bangunan ini berfungsi untuk karantina hewan yang akan dilepaskan ke
Kawasan Tahura Bukit Barisan. Konstruksi bangunan terbuat dari
Karantina Hewan.
alumunium dengan luas bangunan 250 m 2. Kondisi rusak dan tidak
dimanfaatkan.
Berada di samping depan pintu masuk dengan luas 725 m 2. Kondisi Rusak dan
Kolam Hias.
tidak dimanfaatkan.
Lokasi ini berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak, yang dilengkapi
fasilitas ayunan, fasilitas berseluncur dan tempat duduk. Fasilitas letaknya
Tempat Bermain
dibelakang pintu masuk utama (berdekatan dengan plaza). Sebagian besar
sudah rusak.
Berupa lapangan terbuka yang berfungsi untuk camping bagi para pelajar.
Camping Ground.
Luas areal ini yaitu 1 Ha. Kondisi sangat baik dan dimanfaatkan.
Area pakir kenderaan terletak didepan pintu masuk utama, dengan konstruksi
dari aspal. Luas areal parkir ini 4.500 m 2 dengan kapasitas parkir umum
Area Parkir
menampung kenderaan roda empat 46 buah, bus 5 buah dan roda dua 80
buah.

Pembangunan sarana dan prasarana pemanfaatan lainnya dapat diberikan

melalui Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam dengan beberapa persyaratan

yaitu: a) luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana

pariwisata alam maksimum 10% dari luas Ijin Usaha yang diberikan; b) bentuk

bangunan bergaya arsitektur budaya setempat dan; c) tidak mengubah bentang alam.

4.7 Analisis SWOT (Faktor Internal dan Eksternal)

Untuk memperoleh arahan strategi yang tepat dalam penjabaran dari strategi

utama yang dipilih yakni ekowisata, perlu adanya identifikasi faktor-faktor eksternal

dan internal yang mempengaruhi strategi tersebut. Sehingga ketika suatu kebijakan

digulirkan tidak menyebabkan blunder bagi pencipta kebijakan itu sendiri.

99
Apabila perumusan faktor-faktor eksternal dan internal dapat dirumuskan

secara tepat, sudah pasti kebijakan yang digulirkan tersebut dapat berjalan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Sun Tzu (1992)

dalam Rangkuti (2006) bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan

diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan

bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran. Lebih lanjut konsep dasar

pendekatan ini dinamakan konsep dasar pendekatan SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, dan Threath).

a. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis faktor internal dan eksternal dalam

pengembangan ekowisata di Tahura Bukit Barisan, maka dapat diuraikan sebai

berikut :

Pertama, kekuatan (Strengths) yang dimiliki kawasan wisata Tahura Bukit

Barisan berupa potensi ekowisata Tahura Bukit Barisan (Blok Pemanfaatan 4.971 Ha)

yang merupakan kawasan konservasi memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,

posisi strategis dekat dengan Ibukota Medan/Aksebilitas, Tersedianan sarana,

prasarana dan fasilitas (perkemahan/youth camp, pendakian gunung, air terjun dan

tempat wisata lainnya, dapat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah serta

keberadaan masyarakat dan adat budaya setempat/lokal.

100
Hal ini sesuai dengan pendapat soekadijo (2000) dalam Anjela (2014) syarat-

syarat atraksi wisata yang baik yang di penuhi harus: (1) Penyajianya (Presentasinya)

harus tepat; atraksi wisata itu boleh di katakan berhasil kalau menimbulkan kesan

kepada wisatawan, sehingga wisatawan merasa puas. Kepuasaan itu tidak hanya

tergantung pada atraksi wisata itu sendiri, akan tetapi kepada caranya penyuguhkan

atau mempresentasikan ke pada wisatawan. Untuk mencapai presentasi yang baik (2)

meninggalkan kesan yang baik; makin lama wisatawan makin menikmati suatu objek

wisata semakin baik. Maka di usahakan agar kesan yang di peroleh wisatawan dari

objek wisata itu agar dapat bertahan selama mungkin. Usaha yang dapat di lakukan

minsalnya, dengan meningkatkan kesan itu kepada objek-objek yang tidak cepat

rusak dan dapat di bawa pulang, sehingga setiap kali dia melihat benda itu, ia akan

teringat kembali kepada apa yang pernah di saksikanya.

Pada hakekatnya kekuatan (Strengths) merupakan kondisi kekuatan yang

terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada, kekuatan yang di

analisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek konsep bisnis

situ sendiri, yaitu kekuatan apa saja yang Tahura Bukit Barisan, dengan mengetahui

kekuatan, ekowisata dapat di kembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu

bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk perkembangan selanjutnya (Freddy,

2014).

Kedua, Kelemahan (Weakness) dari kawasan Tahura Bukit Barisan adalah

bentang alam yang kritis dengan tingkat kelerengan >45% sehingga dalam

pengembangannya memerlukan investasi yang besar serta sedapat mungkin dalam

101
pengembangannya tidak mengganggu tatanan ekosistem yang telah terbentuk secara

alami. Kelemahan selanjutnya adalah belum adanya aturan (regulasi) pengelolaan

kawasan yang lebih spesifik yang mempertimbangkan aspek ekologi dan daya

dukung kawasan untuk kegiatan ekowisata serta kurangnya pelibatan segenap

stakeholders dalam pengelolaan kawasan. Tidak terkoneksinya antar objek wisata

yang ada pada kawasan Tahura Bukit Barisan menjadikan kelemahan dalam

kerjasama dan promosi. Indikator lainnya pada faktor internal adalah kurangnya

aparat yang bertugas dalam menjaga keamanan Tahura Bukit Barisan sehingga

potensi pelanggaran dibidang kehutanan sering terjadi berupa pencurian kayu ( illegal

logging), perambahan, pencurian satwa dan lain sebagainya.

Berdasarkan analisis tersebut, kelemahan (Weakness) merupakan kondisi

kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada,

kelemahan yang di analisis, merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi,

proyek atau konsep bisnis itu sendiri, yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan

atau merugikan bagi pengembangan objek (Freddy, 2014).

Ketiga, Peluang (Opportunities) keberadaan ekowisata di Tahura Bukit

Barisan dapat menciptkanan diversifikasi usaha dan peningkatan pendapatan

masyarakat yang berupa terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat

seperti berjualan berupa makanan ataupun menawarkan jasa untuk lebih mengenal

kawasan objek wisata selain itu juga bisa melakukan aktivitas wiraswasta bagi

masyarakat yang berminat di kawasan objek wisata.

102
Lokasi strategis Tahura Bukit Barisan (berada pada jalur destinasi wisata di

Kabupaten Karo) mendorong untuk pembangunan sarana dan prasarana dalam

penyediaan tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan yang berhubungan

dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan minuman dan minuman (food and

beverage), sekaligus menjadi tujuan wisata dan tempat transit.

Potensi keanekaragaman hayati Tahura Bukit Barisan juga membuka peluang

untuk penyediaan tempat pendidikan dan pelatihan (diklat), penelitian dan

pengembangan (litbang) serta penyediaan minat khusus lainnya seperti penyediaan

lokasi pemantauan burung, reptil, pembuatan jalur/trek sepeda gunung/lintas alam

dan lain sebagainya. Aspek dukungan pemerintah dan masyarakat setempat

merupakan peluang pengembangan ekowisata di kawasan Tahura Bukit Barisan yang

dilandasi dengan dasar hukum yang kuat baik aturan (regulasi) maupun kebijakan

dalam pengelolaan kawasan wisata alam di Tahura Bukit Barisan.

Dari keseluruhan peluang (Opportunities) tersebut diatas merupakan kondisi

peluang berkembang di masa datang yang terjadi, kondisi yang tejadi merupakan

peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis, itu sendiri minsalnya

kompetitor, kebijakan (Freddy, 2014).

Keempat, Ancaman (Threats) tingginya intesitas penebangan liar,

perambahan hutan, pemukiman liar merupakan ancaman yang sering terjadi pada

kawasan hutan. Ancaman ini timbul di akibatkan kebutuhan ekonomi maupun

kurangnya pemahaman masyarakat akan bahaya yang dapat ditimbulkan sebagai

akibat kegiatan penebangan liar, perambahan hutan dan pemukiman liar.

103
Daya dukung kawasan merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan sebagai

ancaman dalam faktor eksternal diakibatkan karena peristiwa alam yang menjadi

ancaman bagi kawasan objek yaitu musim hujan yang membuat akses jalan semakin

buruk dan lonsor. Peristiwa yang tidak kita ketahui yang bisa merugikan bagi

masyrakat, pemerintah dan pihak lainya hal ini yang berpengaruh besar yang

membuat kekwatiran pengunjung ataupun masyarakat setempat sebagai akibat tidak

diperhitungkannya secara matang daya dukung kawasan untuk suatu obyek wisata

alam. Disamping itu, konflik pemanfaatan antar pengelola dan atau kebiajakan dari

pemerintah setempat mulai dari tingkat desa sampai pusat juga menjadi ancaman

dalam pengembangan suatu obyek wisata. Ancaman berikutnya dalam pengembangan

ekowisata di Tahura Bukit Barisan adalah perilaku negatif pengunjung (vandalisme)

berupa pembuangan sampah sembarangan, merokok, dan juga coret-mencoret pada

pohon atau bangunan fasilitas wisata.

Dari uraian faktor eksternal ancaman (Threats) tersebut merupakan kondisi

yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat dapat mengganggu organisasi, proyek

atau konsep bisnis itu sendiri (Freddy, 2014)

Adapun hasil identifikasi dari faktor eksternal dan internal beserta

pembobotan dan skor berdasarkan pada Tabel IV-16 didapat nilai skor yaitu 3,64 dan

3,50 yang berarti bahwa strategi terlatak pada kuadran I (seperti yang terlihat pada

Gambar IV-8) dan strategi operasional yang sesuai dalam pengelolaan Tahura adalah

104
mendukung strategi Agresifitas, memanfaatkan peluang yang ada dengan

mengerahkan segala kekuatan yang dimiliki oleh kawasan Tahura Bukit Barisan.

Tabel IV-16 Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Ekowisata Tahura


Bukit Barisan
No. URAIAN Bobot Rating Skor
KEKUATAN
S1 Potensi Ekowisata Tahura Bukit Barisan (Blok Pemanfaatan 0,14 4 0,55
4.971 Ha)
S2 Merupakan kawasan konservasi 0,05 4 0,18
S3 Dekat dengan Ibukota Medan/Aksebilitas 0,09 4 0,36
S4 Ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas 0,14 4 0,55
(perkemahan/youth camp, pendakian gunung, air terjun
dan tempat wisata lainnya
S5 Keanekaragaman hayati yang tinggi 0,14 4 0,55
S6 Sumbangan terhadap pendapatan asli daerah 0,05 3 0,14
S7 Keberadaan masyarakat dan adat budaya setempat/lokal 0,09 3 0,27
KELEMAHAN
W1 Bentang alam yang kritis dengan tingkat kelerengan >45% 0,09 2 0,18
W2 Pengelolaan kawasan yang belum spesifik 0,09 4 0,36
W3 Kurangnya pelibatan segenap stakeholders dalam 0,05 4 0,18
pengelolaan kawasan
W4 Kerjasama dan promosi 0,05 4 0,18
W5 Terbatasnya jumlah aparat yang menjaga keamanan Tahura 0,05 3 0,14
Bukit Barisan
SKOR FAKTOR INTERNAL 1,00 3,64

PELUANG
O1 Diversifikasi usaha dan peningkatan pendapatan 0,09 4 0,36
masyarakat
O2 Lokasi strategis (berada pada jalur destinasi wisata) 0,09 3 0,27
O3 Tempat diklat dan litbang flora, fauna, ekosistem (minat 0,09 4 0,36
khusus)
O4 Dukungan pemerintah dan masyarakat setempat 0,14 3 0,41
O5 Kepuasan wisatawan 0,14 3 0,41
O6 Dukungan dasar hukum yang kuat baik aturan maupun 0,14 4 0,55
kebijakan Pemerintah
ANCAMAN
T1 Tingginya intesitas penebangan liar 0,05 4 0,18
T2 Perambahan hutan 0,05 4 0,18

105
No. URAIAN Bobot Rating Skor
T3 Pemukiman liar 0,05 4 0,18
T4 Daya dukung kawasan 0,09 3 0,27
T5 Rawan konflik pemanfaatan 0,05 3 0,14
T6 Perilaku negatif pengunjung 0,05 4 0,18
 SKOR FAKTOR EKSTERNAL 1,00 3,50
Sumber : Data diolah

IV
Gambar IV-8
Diagram Kuadran Strategi Pengembangan Ekowisata Tahura Bukit Barisan

b. Formulasi Strategi

Formulasi strategi pengembangan ekowisata kawasan Tahura Bukit Barisan

dilakukan menggunakan matriks SWOT. Formulasi strategi adalah langkah

106
penyusunan alternatif strategi pengelolaan kawasan Tahura Bukit Barisan. Tahap ini

sering disebut sebagai matching stage. Pada tahap ini dilakukan pencocokan terhadap

faktor internal dan eksternal untuk menemukan strategi yang tepat. Matriks SWOT

digunakan pada tahap ini. Perumusan strategi menghasilkan empat alternatif, yaitu

Strategi Strength-Opportunity (Strategi SO), Strategi Strength-Treath (Strategi ST),

Strategi Weakness-Opportunity (Strategi WO), dan Strategi Weakness-Treath

(Strategi WT). Hasil perumusan strategi dengan menggunakan Matriks SWOT

ditunjukkan pada Gambar IV-9

FAKTOR INTERNAL

KEKUATAN (Strength) KELEMAHAN (Weakness)


1. Potensi Ekowisata Tahura 1. Bentang alam yang kritis dengan
Bukit Barisan (Blok tingkat kelerengan >45%
Pemanfaatan 4.971 Ha) 2. Pengelolaan kawasan yang belum
2. Merupakan kawasan spesifik
konservasi 3. Kurangnya pelibatan segenap
3. Dekat dengan Ibukota Medan/ stakeholders dalam pengelolaan
Aksebilitas kawasan
4. Ketersediaan sarana, prasarana 4. Kerjasama dan promosi.
dan fasilitas (perkemahan/ 5. Terbatasnya aparat yang menjaga
youth camp, pendakian gunung, keamanan Tahura Bukit Barisan
air terjun dan tempat wisata
lainnya
5. Keanekaragaman hayati yang
tinggi
6. Sumbangan terhadap
pendapatan asli daerah
7. Keberadaan masyarakat dan
adat budaya setempat/lokal

107
PELUANG (Opportunity) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Diversifikasi usaha dan 1. Penataan dan Pengembangan 1. Memperbaiki kelembagaan dan
peningkatan pendapatan Fasilitas wisata sesuai dengan manajemen pengelolaan ekowisata
masyarakat kondisi lingkungan (seperti : transparansi pengelolaan,
2. Lokasi strategis (berada 2. Mengembangkan objek wisata administrasi dan laporan)
pada jalur destinasi wisata) yang ada untuk menarik minat 2. Mengoptimalkan Pengelolaan
3. Tempat diklat dan litbang wisatawan dengan tetap Ekowisata dengan menyusun
flora, fauna, ekosistem memperhatikan daya dukung konsep wisata secara detail (seperti
(minat khusus) kawasan dan menjaga kultur tiket masuk, brosur, tata tertib,dll
FAKTOR EKSTERNAL
4. Dukungan pemerintah dan adat istiadat serta budaya 3. Mengembangkan objek wisata yang
masyarakat setempat masyarakat setempat ada untuk menarik minat wisatawan
5. Kepuasan wisatawan 3. Mengikutsertakan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya
6. Dukungan dasar hukum dalam usaha pengembangan dukung kawasan dan menjaga
yang kuat baik aturan ekowisata kultur adat istiadat serta budaya
maupun kebijakan masyarakat setempat
Pemerintah
ANCAMAN (Threat) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Tingginya intesitas 1. Melakukan sosialisasi 1. penerapan peraturan dan sanksi
penebangan liar pendidikan konservasi kepada sesuai ketentuan yang berlaku untuk
2. Perambahan hutan masyarakat menjaga kondisi lingkungan tahura
3. Pemukiman liar 2. Melibatkan kelompok peduli Bukit Barisan
4. Daya dukung kawasan lingkungan dalam pengelolaan 2. Memperbaiki kelembagaan dan
5. Rawan konflik ekowisata manajemen pengelolaan ekowisata
pemanfaatan 3. Mengikutsertakan masyarakat (seperti : transparansi pengelolaan,
6. Perilaku negatif dalam usaha pengembangan administrasi dan laporan)
pengunjung ekowisata 3. Melibatkan stakeholder pemerintah
dan dunia usaha dalam
mengembangkan promosi dan
produk usaha

Gambar IV-9
Diagram Matriks Pengembangan Ekowisata Tahura Bukit Barisan

Dari hasil analisis internal dan eksternal SWOT kawasan ekowisata di Tahura

Bukit Barisan untuk memperoleh strategi kompetitif sebagai berikut:

STRATEGI SO

1. Penataan dan Pengembangan Fasilitas wisata sesuai dengan kondisi lingkungan

2. Mengembangkan daya tarik objek wisata untuk menarik minat wisatawan dengan

tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta

budaya masyarakat setempat

108
3. Peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam usaha pengembangan

ekowisata

STRATEGI WO

1. Memperbaiki kelembagaan dan manajemen pengelolaan ekowisata (seperti :

transparansi pengelolaan, administrasi dan laporan)

2. Mengoptimalkan Pengelolaan Ekowisata dengan menyusun konsep wisata secara

detail (seperti tiket masuk, brosur, tata tertib,dan lin-lain).

3. Mengembangkan daya tarik objek wisata untuk menarik minat wisatawan dengan

tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta

budaya masyarakat setempat

STRATEGI ST

1. Melakukan sosialisasi pendidikan konservasi kepada masyarakat

2. Melibatkan kelompok peduli lingkungan dalam pengelolaan ekowisata

3. Peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam usaha pengembangan

ekowisata

STRATEGI WT

1. penerapan peraturan dan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku untuk menjaga

kondisi lingkungan tahura Bukit Barisan

2. Memperbaiki kelembagaan dan manajemen pengelolaan ekowisata (seperti :

transparansi pengelolaan, administrasi dan laporan)

3. Melibatkan stakeholder pemerintah dan dunia usaha dalam mengembangkan

promosi dan produk usaha

109
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal yang

dituangkan dalam gambar IV-8, posisi titik berada pada kuadran I yaitu dengan

mengerahkan segala kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang, maka arahan

strategi Pengembangan ekowisata Tahura Bukit Barisan adalah Strategi Strength-

Opportunity (Strategi SO) berupa :

1. Penataan dan Pengembangan Fasilitas wisata sesuai dengan kondisi lingkungan

2. Mengembangkan daya tarik objek wisata untuk menarik minat wisatawan dengan

tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta

budaya masyarakat setempat

3. Mengikutsertakan masyarakat dalam usaha pengembangan ekowisata

110
111
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai Potensi dan strategi

pengembangan ekowisata di kawasan Tahura Bukit Barisan, ada beberapa garis besar

yang dapat disimpulkan, yaitu :

1. Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki potensi ekowisata untuk dikembangkan.

Potensi ekowisata yang telah dimanfaatkan di kawasan Tahura Buit Barisan yaitu

Tongkoh, Penatapen, Sikulikap, Merga Silima dan Gunung Sibayak.

2. Berdasarkan hasil penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) rentang

nilai yang diperoleh dari hasil penilaian daya tarik, aksebilitas, dan sosial

ekonomi masyarakat berkisar antara 1516-1665. Hal ini menggambarkan bahwa

3 (tiga) obyek wisata memperoleh kriteria sedang (rentang nilai 1184-1657) yaitu

Penatapen, Sikulikap dan Merga Silima. Sedangkan 2 (dua) obyek wisata

memperoleh kriteria baik atau prioritas untuk dikembangkan (rentang nilai 1658-

2130) yaitu Tongkoh dan Gunung Sibayak.

3. Berdasarkan hasil analisis SWOT, didapat strategi operasional dalam

pengelolaan ekowisata di Tahura Bukit Barisan adalah Strategi Strength-

Opportunity (Strategi SO) berupa : (1) Penataan dan Pengembangan Fasilitas

wisata sesuai dengan kondisi lingkungan; (2) Mengembangkan daya tarik objek

111
wisata untuk menarik minat wisatawan dengan tetap memperhatikan daya

dukung kawasan dan menjaga kultur adat istiadat serta budaya masyarakat

setempat; dan (3) Mengikutsertakan masyarakat dalam usaha pengembangan

ekowisata.

5.2 Saran

1. Strategi Pengelolaan Ekowisata di Kawasan Tahura Bukit Barisan diharapkan

mengandung unsur-unsur pembelajaran, pendidikan, dan memiliki kontribusi

terhadap masyarakat sekitar.

2. Perlu dilakukan penyusunan program wisata dengan mempertimbangkan

koneksivitas antar obyek wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan dengan

melibatkan stakeholders dan masyarakat sekitar.

112
DAFTAR PUSTAKA

Adhikerana AS. 2001. Ekowisata di Indonesia: Antara Angan-angan dan Kenyataan.


Makalah Seminar Pengembangan Industri Pariwisata di Indonesia. ITB.
Bandung.

Andreeyan, R. 2014. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan Di


Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda. Jurnal Administrasi Negara. 2(4):
1938-1951.

Anjela Pusfita, Vovi (2014) Pengembangan Objek Wisata Alam Air Terjun Timbulun
di Kanagarian Painan Timur Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir
Selatan

Brahmantyo. 2017. Persepsi masyarakat setempat dan pegawai pemerintah daerah


terhadap dampak pembangunan pariwisata : studi kasus di kawasan Kota
Tua. Jurnal Khasanah Ilmu. 8(1):10-19.

Buckley, R. 2015. Tourism megatrends. Tourism Recreation Research, 40(1), 59- 70.

Cooper C, Gilbert D, Fletcher J, Wanhill S. 1996. Tourism : Principles and Practice.


England: Longman Group Limite.

Chen, Wendy Y., dan C. Y. Jim. 2010. Contingent valuation of ecotourism


development in country parks in the urban shadow. International Journal of
Sustainable Development and World Ecology.19.1 44-53.

Damanik, S.E. 2015. Perencanaan Pengembangan Wisata Alam dan Pendidikan


Lingkungan di Kawasan Hutan Aek Nauli Kecamatan Lumban Julu.
Habonaron Do Bona. 1(1):1-8.

Damanik, J. dan Weber, H.F. (2006). Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: ANDI.

113
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Kemungkinan Meningkatkan
Ekowisata. Jakarta

[Dirjen PHKA] Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003.
Pedoman Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional di Kawasan
Hutan. Bogor: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Departemen Kahutanan.

Dixit, S. K. 2010. Ecotourism in Madhav National Park: Visitors perspectives on


environmental impacts. South Asian Journal of Tourism and Heritage, 3(2),
109-115.

Dowling RK. 1997. Ecotourism in Southeast Asia. Tourism Management Journal.


Vol. 18 No. 1 pp 51-57.

Duran, E. 2013. A SWOT analysis on sustainability of festivals: the case of


International tropia festival. The Journal of Int Social Research. 6(28):72-
81.

Fabra-Crespo, M., Mola-Yudego, B., Gritten, D., dan Rojas-Briales, E. 2012. Public
Perception on Forestry Issues in The Region of Valencia. Forest Systems.
21(1): 99-110.

Freddy, Rangkuti. 2014. Analisis SWOT Teknik Pembeda Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Husein, U. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Thesis Bisnis . Buku. PT.
Rajagrafindo Persada. Depok. 385 hlm.

Gunn CA. 1994. Tourism Planning. Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Taylor &
Francis Publisher.

Hakim L. 2004. Dasar – Dasar Ekowisata. Malang: Bayumedia Publishing.

Hasibuan, Malayu. (1996). Organisasi dan Motivasi & Dasar-Dasar Peningkatan


Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.

114
KC, Anup; Rijal, Kedar; Sapkota dan Ramesh Prasad.2015. Role of ecotourism in
environmental conservation and socioeconomic development in Annapurna
conservation area, Nepal. International Journal of Sustainable Development
dan World Ecology, 22.3: 251-258.

Mahagangga, A. 2015. Persepsi masyarakat terhadap pengembangan kawasan goa


peteng sebagai daya tarik wisata di Desa Jimbaran Kuta Selatan Kabupaten
Badung. J. Destinasi Pariwisata. 3 (1):112-123.

Mardikanto, T dan Soebiato, P. 2013. Pemberdayaan Masyarakat. Bandung. Alfabeta.


hlm 44-51.

Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: ALFABETA.

Masberg BA, Morales N. 1999. A Case Analysis of Stategies in Ecotourism


Development. Aquatic Ecosystem Helth and Management Journal. Vol
2:289-300.

Maulana, Y. 2017. Usulan Pengembangan Ekowisata Jayagiri Berbasis Masyarakat


Lokal. Jurnal Hospitality dan Pariwisata, 2(2).

Nugroho, S. 2010. Perilaku Konsumen. Kencana Media Group. Jakarta. 264 hlm.

Forest Planning System. Scandinavian journal of forest research. 27(2): 177-185.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 Tentang


Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Jakarta: Departemen
Kehutanan Republik Indonesia.

Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif : teori dan aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ramadhani, P. D., Arisanty dan Adyatm, S. 2016. Potensi Ekowisata Hutan Meranti
Kotabaru Desa Sebelimbingan dan Desa Gunung Sari Kecamatan Pulau Laut
Utara Kabupaten Kotabaru. Jurnal Pendidikan Geografi, 3 (6): 47-60.

115
Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Mewmbedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Rangkuti, F. 2013. SWOT balanced scorecard. Gramedia Pustaka Utama. 260 hlm.

Rangkuti, F. 2015. Personal SWOT analysis. Gramedia Pustaka Utama. 334 hlm.

Rosadi, P.2015. Potensi daya tarik riam berawat’n untuk wisata alam di Dusun
Melayang Desa Sahan Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang. Jurnal
Hutan Lestari, 3(3).

Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi (Edisi 12).
Diterjemahkan oleh: Angelica, Diana., Cahyani, Ria., & Rosyid, Abdul.
Jakarta: Salemba Empat.

Saputra, M. E. 2015. Persepsi masyarakat terhadap manfaat lingkungan obyek wisata


sungai korumba Di Kawasan Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Alolama
Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Skripsi. Universitas Halu Oleo.
Kendari. 70 hlm.

Septyasa, L. 2013. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program Desa


Siaga di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik, Vol.1 No.1.

Situmorang, Dohar, B., Mirzanti dan Isti Raafaldini. 2012. Social entrepreneurship to
develop ecotourism. Procedia Economics and Finance, 4: 398-405.

Sumaryadi, dan Nyoman, I. 2010. Sosiologi Pemerintahan. Dari Perspektif


Pelayanan, Pemberdayaan, Interaksi, dan Sistem Kepemimpinan
Pemerintahan Indonesia. Buku. Ghalia Indonesia. Jakarta. 270 hlm.

TIES (The International Ecotourism Society), 2015. About sheet: What is


Ecotourism. Update edition.

Theresia, A. 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung: Alfabeta. 336 hlm.

116
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.


Jakarta: Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Republik
Indonesia.

UNEP. 19930. Monitoring Coral Reefs for Global Change. Regional Seas. Reference
Methods for Marine Pollution Studies No. 61. Australian Institute of Marine
Science. 72pp.

UPTD Tahura Bukit Barisan. 2019. Blok Pengelolaan Bukit Barisan. Sumatera
Utara. Tidak dipublikasikan

UPTD Tahura Bukit Barisan. 2019. Blok Pengelolaan Tahura Bukit Barisan.
Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan

Utari, R. 2018. Land Direction of Ecotourism Object Development in Panusupan


Village, Rembang District, Purbalingga District. Geo Edukasi, 6(1), 12-18.

Veithzal, R dan E. J. Sagala. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk


Perusahaan. Rajawali Pers. Jakarta. 1138 hlm.

Wahab S. 1989. Manajemen Kepariwisataan. Frans G, Penerjemah. Jakarta: PT


Pradnya Paramita. Terjemahan dari : Tourism management.

Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Penerbit ANDI: Yogyakarta.

Wearing, S. dan Neil, J. (2009). Ecotourism: Impacts, Potentials and Possibilities


(Second ed.). Hungary: Routledge

Weaver, D. 2011. Celestial ecotourism: New horizons in nature-based tourism.


Journal of Ecotourism, 10(1), 38-45.

Wildan, W., Sukardi, S., dan Syuaeb, M. Z. 2016. The Feasibility of Development of
Social Capital-Based Ecotourism in West Lombok. MIMBAR, Social and
Development Journal, 32(1), 214-222.

117
Winardi. 2010. Entrepereneur dan Entrepreneurship. Kencana Prenanda Media
Group. 486 hlm.

Yoeti O. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.


Jakarta. Kompas. 292 hlm

Yuwono, Sony, dkk., 2002, PetunjukPraktisPenyusunan Balanced Scorecard :


MenujuOrganisasi yang BerfokuspadaStrategi, CetakanKeempat, PT
GramediaPustakaUtama : Jakarta.

118
LAMPIRAN
Lampiran 1

TABEL KRITERIA
PENILAIAN OBYEK DAN DAYA TARIK EKOWISATA DI KAWASAN TAHURA BUKIT BARISAN

1. Daya Tarik
a. Obyek wisata berbentuk darat
Bobot = 6
No. Unsur / Sub Unsur Nilai
Keunikan Sumber daya alam : ≥5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Gunung
b. Sumber Air
1. c. Air Terjun 30 25 20 15 10
d. Gua
e. Flora Fauna
f. Adat Istiadat / budaya
Banyaknya Sumber daya alam yang ≥5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
menonjol :
a. Flora
2. b. Fauna 30 25 20 15 10
c. Air
d. Pemandangan Alam
e. Gejala Alam
Jenis Kegiatan wisata alam yang ≥7 Ada 6-7 Ada 4-5 Ada 2-3 Ada 1
dapat dan berpotensi untuk
dilakukan :
a. Berkemah
b. Mendaki
c. Pendidikan
3.
d. Tracking
30 25 20 15 10
e. Religius
f. Memancing
g. Mandi / Berenang
h. Menikmati Keindahan Alam
i. Melihat Flora dan Fauna
Kebersihan lokasi tidak ada Tidak ada Ada 1-2 Ada 3-4 Ada 5 Ada 6
pengartuh dari :
a. Industri
b. Permukiman penduduk
4. c. Sampah 30 25 20 15 10
d. Corat-ceret (Vandalisme)
e. Jalan ramai motor/mobil
f. Pencemaran lain
Keamanan kawasan : Tidak ada Ada 1 Ada 2 Ada 3 ≥4
a. Penebangan liar dan perambahan
b. Kebakaran
5. c. Gangguan terhadap flora/fauna
d. Pencurian 30 25 20 15 10
e. Tanah longsor

Kenyamanan : Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1


- Udara bersih dan sejuk
- Bebas dari bau mengganggu
6. - Bebas dari kebisingan 30 25 20 15 10
- Pelayanan terhadap pengunjung
baik
Jumlah

Halaman 1
2. Aksesibilitas
Bobot = 5
No. Unsur /Sub Unsur Nilai
Jalan aspal > 3 m Jalan aspal < 3 m Jalan batu Jalan tanah
1. Kondisi jalan
30 25 20 15
1 – 2 jam 2-3 jam 3-4 jam ≥ 5 jam
2. Waktu tempuh dari pusat
30 25 20 15
≤ 5 km 5-10 km 11-15 km > 15 km
3. Jarak tempuh dari pusat
30 25 20 15
Jumlah

3. Kondisi sosail ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata (radius 5 km )


Bobot = 5
No. Unsur / sub unsur Nilai
≥15 % 10 - 15 % 5- 9 % <5%
1. Tingkat pengangguran 30 25 20 15
Pegawai Pedagang Petani Buruh
2. Mata pencaharian penduduk
30 25 20 15
Lulusan SLTA Lulusan SLTP Lulusan SD Tidak lulus
3. Pendidikan
30 25 20 15
Tanggapajn masyarakat terhadap Sangat Mendukung Cukup Kurang
4. pengembangan obyek wisata mendukung Mendukung Mendukung
alam 30 25 20 15
Jumlah
Keterangan : (*) Modifikasi Pedoman Analis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Tahun 2003.

Penjelasan pengambilan data unsur /sub unsur kriteria daya tarik wisata yaitu :

1. Keunikan sumberdaya alam


Adanya jenis flora, fauna, gunung, sumber air, air terjun, gua, adat-istiadat/kebudayaan dan lain – lain
pada lokasi obyek wisata yang dianggap unik atau memiliki ciri khas tertentu, yang belum tentu dimiliki
oleh lokasi obyek wisata lain (jika unsur tersebut terdapat dilokasi lain secara regional maka dilihat
ukuran dan sifatnya/sifat permanennya). Pada saat penilaian dilapangan keunikan masing–masing
sumberdaya di deskripsikan. Nilai yang akan diberikan disesuaikan dengan keunikan yang ada di lokasi
tersebut.

2. Sumberdaya alam yang menonjol


Sumberdaya alam yang lebih menarik dari pada sumberdaya alam lainnya yang ada dilokasi tersebut.
Sumberdaya alam tersebut menjadi pusat perhatian atau dapat enjadi icon bagi pengunjung untuk
datang pada lokasi wisata tersebut. Nilai yang akan diberikan sesuai dengan banyaknya sumberdaya
alam yang menonjol.

3. Kenyamanan
a. Udara bersih dan sejuk : Suhu nyaman manusia berkisara antara 20.5 0C-27.20C. penilaian suhu
berdasarkan data dari studi literatur.
b. Bau yang mengganggu : Bau yang dapat mengganggu indera penciuman pengunjung. Bau tersebut
memberikan nilai negative pada pengunjung yang datang karena selain mengurangi rasa nyaman
untuk berwisata juga dapat mempengaruhi kesehatan. Misalnya bau karena adanya tumpukan
sampah, bau asap kendaraan bermotor.
Halaman 2
c. Kebisingan : Kebisingan yang dapat mengganggu kenyamanan di tempat wisata termasuk pada jenis
kebisingan yaitu bising yang merusak (bunyi yang mempengaruhi fungsi pendengaran) dan bising
yang menutupi (bunyi yang dapat menutupi peringatan adanya tanda bahaya), tetapi untuk bising
yang menutupi perlu diperhatikan sumber bising dan intensitasnya.

Halaman 3
Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN (WISATAWAN)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA

TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN

Salam Sejahtera dan salam sehat,


Saya Ronny Matondang, mahasiswa Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas HKBP Nomensen, Medan. Saat ini sedang mengadakan penelitian
untuk studi saya dan sangat membutuhkan partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri
sebagai pengunjung Kawasan Ekowisata Tahura Bukit Barisan ini, yaitu dengan
membantu memberikan alternatif jawaban yang tersedia dalam kuisioner ini
untuk melengkapi data-data penelitian saya.
Semua jawaban dalam kuisioner ini adalah semata-mata untuk mendukung data
penelitian. Jawaban dipilih sesuai dengan keinginan Bapak/Ibi/Sdra/Sdri
sendiri dan sangat membantu apabila seluruh pertanyaan diisi dengan lengkap
dan jujur. Atas kesediaan dan waktu yang diluangkan, saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti,
Ronny Matondang

Tanggal Survey :…………………………2021


No Responden :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : L/P *)
Alamat/Asal :……………………………………………………………………………………………

A. Karakteristik Responden
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari jawaban yang
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri pilih !
1. Apa pendidikan formil terakhir yang anda peroleh ?
a. SD d. PT (Dipl/S1/S2)
b. SMP e. Lainnya (sebutkan)………………….
c. SMA

2. Apa pekerjaan anda pada saat ini?

a. Wiraswasta d. Pelajar/Mahasiswa

b. Swasta e. Lainnya (sebutkan)………………….

Halaman 1
c. PNS/TNI/POLRI

3. Berapakah pendapatan anda dalam 1 bulan?


a. Rp 0 - Rp. 1.000.000 c. Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000

b. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 d. Lebih dari Rp. 3.000.000

4. Dari manakah anda mengetahui objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?

a. Dari media cetak ( koran, majalah, brosur, leaflet, poster )

b. Dari media elektronik ( televisi, radio dan internet )

c. Dari informasi lisan ( keluarga, saudara, teman, sekolah, relasi )

d. Dari biro perjalanan wisata

e. Lainnya ( sebutkan ) ..............................................

5. Apa tujuan anda datang berkunjung ke objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan
ini?
a. Rekreasi/liburan d. Ritual/Budaya

b. Penelitian/Pendidikan e. Lainnya (sebutkan)………………….

c. Olahraga

6. Sifat kunjungan anda ke objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
a. Sebagai tujuan utama

b. Tujuan berikutnya setelah berkunjung ke objek wisata lainnya.

c. Hanya untuk persinggahan (transit )

d. lainnya (sebutkan) ...................................

7. Sudah berapa kali berkunjung ke objek wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan ini?
a. Pertama kali c. 3-5 kali

b. 2 kali d. Lebih dari 5 kali

8. Bila bukan kunjungan pertama, kapan terakhir berkunjung ke objek wisata ini?
a. kurang dari 1 bulan yang lalu c. 3-6 bulan yang lalu

b. 1-3 bulan yang lalu d. Lebih dari 6 bulan yang lalu

9. Pada waktu kapan biasanya anda mengunjungi objek wisata ini ?


a. Akhir Pekan c. Hari Libur

Halaman 2
b. Hari Kerja d.Lainnya : .........................

10.Waktu kunjungan yang sering anda lakukan ?


a. Pagi hari c. Sore hari

b. Siang hari d. Lainnya ....................

11.Bersama siapa saja biasanya anda berkunjung ke objek wisata ini?


a. Sendiri e. Keluarga........................orang

b. Teman dekat f. Kelompok wisata..............orang

c. Teman-Teman............orang g. Lainnya (sebutkan ) ..................

12. Sarana transportasi yang anda gunakan menuju Kawasan Tahura Bukit Barisan ini :
a. Jalan Kaki d. Angkutan Umum
b. Kendaraan Pribadi : ........ e. Lainnya (sebutkan)………………….
c. Bus
13. Biaya yang dikeluarkan untuk wisata ini (transport, tiket, konsumsi)?
a. Sangat murah d. Mahal
b. Murah e. Sangat mahal
c. Cukup
14. Berapa lama perjalanan yang harus anda tempuh untuk mencapai lokasi ini ?
a. < 30 menit b. 30 menit - <1 jam c. 1- <2 jam
d. 2-5 jam e. Lainnya (sebutkan)………………….

B. Daya Dukung Lingkungan Sosial

1. Berapa jarak kenyamanan anda agar tidak terganggu dengan keberadaan pengunjung
lain ?
a. < 1 m d. 3 - <4 m
b. 1 - <2 m e. 4 - <5 m
c. 2 -<3 m f.Lainnya (sebutkan ) ...............

2. Berapa lama waktu rata-rata anda habiskan di objek wisata ini?


a. < 1 jam d. 3 - <4 jam
b. 1 - <2 jam e. 4 - <5 jam
c. 2 - <3 jam f. Lainnya (sebutkan )...........
3. Persepsi daya tarik lingkungan wisata
Beri tanda [√ ] yang mewakili pendapat anda tentang daya tarik objek lingkungan
wisata di Kawasan Tahura Bukit Barisan ini

Sangat Cukup Kurang Tidak


Daya Tarik Wisata Menarik
Menarik Menarik Menarik Menarik

Halaman 3
Pemandangan Alam
Tumbuh-tumbuhan
Hewan
Jamur
Sungai
Wahana air/air terjun
Jalan Setapak/Jembatan

4. Persepsi terhadap akses wisata


Beri tanda [√ ] yang mewakili pendapat anda tentang akses menuju objek wisata di
Kawasan Tahura Bukit Barisan ini.

Kondisi Aksessibilitas
Infrastruktur/
No Sangat Kurang Tidak
Aksessibilitas Mendukung Cukup
Mendukung Mendukung Mendukung
1. Jalan Masuk
2. Ketersediaan Sarana
Transportasi
3. Rambu-Rambu
Penunjuk Jalan

5. Persepsi terhadap fasilitas/sarana prasarana wisata


Beri tanda [√] yang mewakili pendapat anda tentang fasilitas/sarana prasarana
lingkungan wisata di Kawasan Tahura Bukit Barisan ini.
a. Kondisi Fisik
Kondisi Fisik
No Sarana Prasarana Sangat Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Baik
1. Parkir
2. Warung
3. Pusat Informasi
4. Tempat Sampah
5. Shelter/Pondok
6. Toilet
7. Musholla
8. Jalan Setapak/Jembatan

b. Kondisi Kebersihan
Kebersihan
Sangat
No Sarana Prasarana Baik Cukup Baik
Kurang Tidak
Baik Baik Baik
1. Parkir
2. Warung
3. Pusat Informasi
4. Tempat Sampah
5. Shelter/Pondok
6. Toilet
7. Musholla
8. Jalan Setapak/Jembatan

Halaman 4
c. Kepuasan dalam Penggunaan
Tingkat Kepuasan
No Sarana Prasarana Sangat
Puas Cukup Puas Kurang Tidak
Puas Puas Puas
1. Parkir
2. Warung
3. Pusat Informasi
4. Tempat Sampah
5. Shelter/Pondok
6. Toilet
7. Musholla
8. Jalan Setapak/Jembatan

6. Persepsi terhadap infrasturktur wisata


Beri tanda [√] yang mewakili pendapat anda tentang infrastruktur yang ada pada objek
wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan ini.
Kondisi Infrastruktur
No Infrastruktur Sangat Kurang Tidak
Mendukung Cukup
Mendukung Mendukung Mendukung
1. Jaringan Komunikasi
2. Jaringan Listrik
3. Instalasi Air Bersih
4. Sistem Pembuangan Limbah

7. Kenyamanan Aktifitas
Beri tanda (√) yang mewakili pendapat anda tentang kenyamanan dikaitkan dengan
kondisi lingkungan dimana anda beraktifitas di kawasan Tahura Bukit Barisan
Tingkat Kenyamanan
No. Aktifitas Sangat Nyaman Cukup Kurang Tidak
Nyaman Nyaman Nyaman Nyaman
1. Menikmati Pemandangan
2. Mengamati Hewan dan Tumbuhan
3. Menelusuri jalan setapak
4. Menelusuri sungai/Wahana Sepeda Air

8. Kepuasan Aktifitas Wisata


Beri tanda (√) yang mewakili pendapat anda tentang kepuasan selama beraktifitas di
kawasan Tahura Bukit Barisan
Tingkat Kepuasan
No. Aktifitas Cukup Kurang Tidak
Sangat Puas
Puas Puas Puas Puas
1. Menikmati pemandangan
2. Mengamati Hewan dan Tumbuhan
3. Menelusuri jalan setapak
4. Menelusuri sungai/ Air terjun

9. Respon pada tindakan negatif terhadap lingkungan

Halaman 5
Beri tanda (√) yang mewakili sikap anda tentang adanya tindakan negatif terhadap
lingkungan yang dilakukan oleh wisatawan lain di area wisata kawasan Tahura Bukit
Barisan
Respon Pada Tindakan Negatif
Jenis Tindakan Negatif Terhadap
Sikap Anda Pengaruh Kepada Anda
No. Lingkungan
Setuju Tidak Setuju Terganggu Tidak Terganggu
1. Coret-coret/Vandalisme
2. Membuang sampah sembarangan
3. Menggangu Satwa
4. Merusak Tanaman

10.Bagaimana menurut pendapat anda mengenai fasilitas dan sarana prasarana yang
tersedia di kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
a. Mencukupi
b. Belum mencukupi, (sebutkan jika belum ) .........................................................................................
.................................................................................................................................................................................

11.Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan petugas wisata yang ada di objek wisata ini
?
a. Memuaskan
b. Tidak memuaskan, karena..........................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................

12.Bagaimana sikap anda mengenai keberadaan dan keberlanjutan pengelolaan objek


wisata Kawasan Tahura Bukit Barisan ini baik sekarang maupun yang akan datang....
a. Mendukung
b. Tidak mendukung

13.Apakah saudara merasakan adanya kepuasan dalam berwisata di kawasan Tahura Bukit
Barisan ini ?
a. Ya
b. Tidak

14.Apakah saudara ingin mengulangi kunjungan Saudara ke kawasan Tahura Bukit Barisan
ini di lain waktu ?
a. Ya, karena ........................................................................................................................................................
b. Tidak, karena .................................................................................................................................................

15.Saran dan kritik pengunjung terhadap pengelolaan wisata kawasan Tahura Bukit Barisan
................................................................................................... ...................................................................................
..................................................................................................................................................................................

Halaman 6
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam meluangkan waktu mengisi kuesioner ini Informasi yang diberikan sangat membantu
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Halaman 7
Lampiran 3

KUISIONER PENELITIAN (MASYARAKAT)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA

TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN

Salam Sejahtera dan salam sehat,


Saya Ronny Matondang, mahasiswa Pascasarjana Magister Manajemen Universitas
HKBP Nomensen, Medan. Saat ini sedang mengadakan penelitian untuk studi saya dan
sangat membutuhkan partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sebagai pengunjung Kawasan
Ekowisata Tahura Bukit Barisan ini, yaitu dengan membantu memberikan alternatif
jawaban yang tersedia dalam kuisioner ini untuk melengkapi data-data penelitian saya.
Semua jawaban dalam kuisioner ini adalah semata-mata untuk mendukung data
penelitian. Jawaban dipilih sesuai dengan keinginan Bapak/Ibi/Sdra/Sdri sendiri dan
sangat membantu apabila seluruh pertanyaan diisi dengan lengkap dan jujur. Atas
kesediaan dan waktu yang diluangkan, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,
Ronny Matondang

A. Profil Responden

Tanggal Survey :…………………………2021


No Responden :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : L/P *)
Alamat/Asal :……………………………………………………………………………………………
Pendidikan : a. Tidak Sekolah d. Tamat SMP
b. Tidak Tamat SD e. Tamat SLTA
c. Tamat SD f. Perguruan Tinggi

B. Karakteristik Ekonomi Penduduk


1. Apa pekerjaan utama Bapak/Ibu/Sdr?
a. Petani d. Swasta
b. Buruh e. Lainnya (sebutkan)………………….
c. Pedagang

2. Berapakah pendapatan Bapak/Ibu/Sdr dalam 1 bulan?


Halaman 1
a. Rp 0 - Rp.1.500.000,- c. Rp. 3.000.0000 - Rp. 5.000.000,-
b. Rp. 1.500.000 - Rp. 3.000.000,- d. Lebih dari Rp.5.000.000,-

C. Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pengunjung


1. Apakah ada pengaruh keberadaan pengunjung terhadap pola/gaya hidup
Bapak/Ibu/Sdr ?
(Pilih dengan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban bapak/ibu
Jenis Pengaruh Ada Pengaruh Tidak ada pengaruh
1 2 3
Cara Berpakaian
Cara Berbicara
Tingkah Laku
Pola hidup
Budaya lokal
Adat istiadat

2. Seberapa seringkah berinteraksi dengan pengunjung objek ekowisata yang terkait


kegiatan sehari-hari Bapak/Ibu/Sdr?
a. Setiap hari c. Sebulan sekali

b. 1 minggu sekali d. Lainnya (sebutkan)………………….

3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Sdr tentang gangguan atas kedatangan kunjungan di


objek ekowisata kawasan Tahura Bukit Barisan terhadap kehidupan masyarakat?
a. Terganggu

b. Cukup Terganggu

c. Tidak Terganggu

4. Bagaimana Pendapat Bapak/Ibu/sdr tentang jumlah pengunjung wisata yang


diinginkan?
a. Jumlah pengunjung meningkat

b. Jumlah pengunjung tetap

c. Jumlah pengunjung menurun

5. Apakah Bapak/Ibu/Sdr pernah terlibat konflik dengan pengunjung yang datang ke


objek wisata ini?
a. Iya
b. Tidak

D. Tingkat Penerimaan Masyarakat Terhadap Pengunjung

1. Bagaimanakah sikap Bapak/Ibu/Sdr terhadap kedatangan pengunjung yang datang ke


kawasan Tahura Bukit Barisan untuk mengunjungi objek ekowisata kawasan Tahura
Bukit Barisan?

Halaman 2
a. Menerima

b. Cukup menerima

c. Netral

d. Kurang menerima

e. Tidak menerima

Halaman 3
E. Keterlibatan/Partisipasi Masyarakat
1. Apakah Bapak/Ibu pernah terlibat dalam pengelolaan wisata kawasan Tahura Bukit Barisan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu pernah terlibat dalam kegiatan –kegiatan yang berkaitan dengan upaya
perlindungan lingkungan di objek wisata maupun sekitarnya ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah bapak/Ibu pernah terlibat dalam kelembagaan/manajemen pengelola wisata kawasan
Tahura Bukit Barisan ini. ?
a. Ya
b. Tidak

F. Dukungan Masyarakat
Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan masing-masing !

Sangat Kurang Tidak


No. Pertanyaan Setuju Ragu
Setuju Setuju Setuju
1. Masyarakat perlu mendukung
inisiatif pengelolaan pariwisata
berkelanjutan ?
2. Masyarakat perlu berpartisipasi
dalam perencanaan terkait
pembangunan pariwisata
berkelanjutan
3. Masyarakat perlu bekerja sama dan
terlibat dengan pihak-pihak terkait
dalam pengembangan dan
pengelolaan wisata kawasan
Tahura Bukit Barisan
4. Masyarakat perlu terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan upaya konservasi
lingkungan objek wisata maupun
sekitarnya.

G. Penyediaan Usaha Ekonomi Lokal pada Sektor Wisata


Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu
pada masing-masing pertanyaan.
 Jumlah
No Pertanyaan Ada Tidak Ada
1. Keberadaan Objek Wisata ini telah
meningkatkan kesempatan kerja
2. Keberadaan Objek Wisata kawasan
Tahura Bukit Barisan meningkatkan
peluang usaha untuk penduduk
setempat maupun pengusaha kecil
3. Keberadaan Objek Wisata kawasan
Tahura Bukit Barisan telah meningkatkan
kepemilikan modal usaha
Halaman 3
No Pertanyaan Ada Tidak Ada
4. Ada peningkatan ketrampilan
masyarakat lokal terkait aktifitas wisata

H. Perolehan Manfaat/Pengaruh Ekonomi pada Kegiatan Pariwisata


Berilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia dengan pilihan Bapak/Ibu pada
masing-masing pertanyaan

No Pertanyaan Ada Tidak Ada


1. Kegiatan wisata kawasan Tahura Bukit
Barisan telah meningkatkan nilai jual
barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat ?
Apakah ada peningkatan kehidupan
2. perekonomian dalam rumah tangga
Bapak/Ibu dengan adanya kawasan Tahura
Bukit Barisan ini ?
Apakah keberadaan pengunjung
3. memberikan keuntungan ekonomi

4. Apa saran dan masukan Bapak/Ibu secara keseluruhan terhadap pengelolaan objek
wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan ?
...............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

5. Bagaimana harapan Bapak/Ibu ke depan mengenai keberadaan kawasan Tahura Bukit


Barisan ini ?
...............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam meluangkan waktu mengisi kuesioner ini Informasi yang diberikan sangat membantu
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Halaman 4
Lampiran 4

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN (PENGELOLA)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA

TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN

Daftar pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi, dan kebijakan
pengelola mengenai pengembangan objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan.

Identitas Responden :
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Asal Daerah :

1. Bagaimana gambaran wisata kawasan Tahura Bukit Barisan dan faktor apa yang
membuatnya unggul ?
2. Apa yang mendasari pengembangan objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan ini, dan
apa tujuan pengembangannya ?
3. Menurut data base, bagaimana grafik pengunjung yang datang ke objek wisata ini setiap
tahunnya ? Dari mana saja asal wisata tersebut?
4. Dari segi kualitas dan kuantitas, apakah personalia yang ada telah memadai dan memiliki
kompetensi dalam mengupayakan pengembangan objek wisata kawasan Tahura Bukit
Barisan ?
5. Apakah ada program kerja khusus yang mengarah kepada pendidikan dan pelatihan bagi
pegawai sehingga kualitas dan kinerjanya lebih meningkat?
6. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan daya tarik objek wisata kawasan Tahura
Bukit Barisan ini sehingga lebih bernilai dan menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan?
7. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam upaya pengembangan objek wisata
kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
8. Apakah ada kegiatan yang merusak yang dilakukan di kawasan Tahura Bukit Barisan ?
Upaya apa yang dilakukan untuk menanggulanginya ?
9. Apakah ada kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain untuk mempromosikan objek
wisata?
10. Apakah ada bantuan dari pemerintah atau pihak luar (LSM, Perguruan Tinggi dan
Lembaga lainnya) terkait pengembangan wisata kawasan Tahura Bukit Barisan ini ?
11. Upaya-upaya apa yang dilakukan agar lokasi objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan
dengan segala sarana/prasarana yang telah tersedia dapat terpelihara dengan baik?
12. Apakah masyarakat setempat dilibatkan dalam kegiatan pengelolan sarana/prasarana di
Halaman 1
kawasan objek wisata ini? Seperti apa keterlibatan mereka?
13. Bagaimana sistem keamanan di sepanjang kawasan objek wisata ini?
14. Bagaimana kenyamanan dan kebersihan kawasan objek wisata ini?
15. Apa saja program-program pengembangan yang dilakukan untuk membenahi objek
wisata ini dan bagaimana implementasinya di lapangan?
16. Sejak diberlakukannya pengelolaan objek wisata kawasan Tahura Bukit Barisan,
bagaimana kontribusi objek wisata ini dalam meningkatkan pemasukan bagi
desa/daerah?
17. Bagaimana pengelolaan terhadap pemasukan yang diperoleh? Apakah ada tim khusus
yang ditugaskan untuk menanggungjawabi pengelolaan tersebut?
18. Apa yang menjadi harapan Bapak terhadap pengembangan objek wisata ini di masa
mendatang sehingga kawasan wisata ini menjadi salah satu sumber andalan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan?
Kebijakan seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemda lebih lanjut

Halaman 2
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam meluangkan waktu mengisi kuesioner ini Informasi yang diberikan
sangat membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Lampiran 5

PROFIL LOKASI PENILAIAN OBYEK DAERAH TUJUAN WISATA ALAM (ODTWA)


DI KAWASAN TAHURA BUKIT BARISAN

1. TAHURA BUKIT BARISAN TONGKOH

Penetapan kawasan Taman Hutan Raya pada November 1988 dengan luas areal
+51.000 Ha. Asal usul pembentukannya tak lepas dari beberapa penilaian yang
dilakukan stakeholder, dimana wilayah tersebut dinilai laik berdasarkan cakupan
ekosistem, fungsi dan keanekaragaman hayati di dalamnya.

Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan THR ketiga di Indonesia yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1988 tanggal 19
Nopember 1988. Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah merupakan kelompok
hutan yang terdiri dari Kawasan Hutan Lindung yang meliputi Sibayak I, Simancik I,
Sibayak II, Simancik II dan Sinabung serta kawasan konservasi terdiri dari CA/TW

Halaman 1
Siboolangit, SM. Langkat Selatan, TWA. Lau Debuk-debuk Bumi Perkemahan
Pramuka Sibolangit.

Namun, jika sejarahnya ditelusuri lebih lanjut, maka ditemukan fakta lain jika
sebetulnya hutan tersebut sudah disahkan oleh Belanda sebagai kawasan lindung.
Potensi sumber daya yang ada di Tahura Bukit Barisan memang sangat besar
terutama bila membahas hewan dan tumbuhan langka yang hidup disana.

Berlokasi kira-kira 6 km sebelum kota Brastagi dan menghabiskan waktu sekitar 90


menit dari kota medan sehingga tidak terlalau jauh untuk melakukan perjalanan
wisata, didapati sebuah desa yang bernama Tongkoh. Di desa ini didapatkan
kawasan hutan yang diberi nama Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Taman
itu yang dulunya mempunyai koleksi binatang, jalan setapak menuju hutan juga
tersedia untuk pengunjung yang ingin meneliti ataupun sekedar melihat tumbuhan
hutan, anggrek-anggrek liar, pakis-pakis besar, berbagai tumbuhan kayu liar
berselimut lumut dan jamur, beragam jenis kupu-kupu, burung-burung, kera, dan
lainnya.

Pada awalnya kegiatan turisme di Tongkoh tidak hanya mengandalkan keindahan


alam dan wahana bermain saja. Akan tetapi Pemkab Karo sempat rutin menyajikan
atraksi budaya berupa pagelaran musik dan tari tradisional Karo sebagai daya tarik.

Namun alasannya masih berkaitan dengan persentase pengunjung yang kian lama
kian menurun maka aktivitas tersebut sudah lama dihentikan.

Namun beberapa waktu terakhir, tepatnya sejak tahun 2019, Pemprov Sumut sudah
mulai merevitalisasi wisata Tahura Tongkoh dan sampai saat ini masih berlanjut.
Taman rekreasi yang dulunya ditata aestatik dan menyenangkan setidaknya
masihmenyisakan pemandangan pepohonan hijau dan nuansa alam khas hutan
tropis dan dapat dimanfaatkan untuk latar berfoto. Disamping itu juga pengelola
Tahura Tongkoh juga mengijinkan para turis lokal maupun domestik untuk camping
di areal Tongkoh. Beberapa obye wisata yang bisa dinikmati di lokasi Tongkoh
adalah obyek wisata rekreasi, berupa piknik keluarga, play ground dan camping

Halaman 2
ground; serta obyek lokasi ekowisata untuk penelitian, ilmu pengetahuan dan
pendidikan.

2. PENATAPEN

Penatapan Berastagi ini terletak di sisi pegunungan tepatnya pinggir jalan lintas
Medan-Kabanjahe, Jalan Jamin Ginting, Doulu, Berastagi, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Karo. Penatapan Berastagi ini sudah ada sejak puluhan tahun dan buka
24 jam setiap harinya. lokasinya juga tidak jauh dari Kota Berastagi. Selain
menikmati suguhan pemandangan yang manarik, para wisatawan dapat menikmati
segelas teh hangat, jagung bakar, dan indomie kuah serta sembari diiringi lagu-lagu
melow. Teh dibanderol dengan harga Rp 5 ribu per gelas, jagung bakar Rp 5 ribu
per jagung, dan Indomie kuah Rp 10 ribu per porsi. Di penatapan sendiri, terdapat
lebih kurang 20 cafe yang berdiri di pinggir jalan lintas tersebut. Masing-masing cafe
menyediakan sebuah tempat berswafoto dengan latar pemandangan alam beserta
rumah-rumah yang ada di Kecamatan Sibolangit.

Halaman 3
3. SIKULIKAP

Air Terjun Sikulikap atau Sampuren Sikulikap menurut penduduk sekitar adalah sebuah
air terjun eksotis yang cantik. Tetapi sayangnya air terjun ini sudah mulai ditinggalkan
wisatawan. Air Terjun Sikulikap berada di Jalan Jamin Ginting Km.54, Desa Doulu,
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.Tepatnya berada di bawah
Panatapan, sebuah tempat wisata kuliner bagi anak Medan dan sekitarnya yang ada di
Berastagi. Tempat ini menyediakan tempat nongkrong, ngopi dan makan jagung bakar
serta dapat melihat pemandangan bukit-bukitnya yang indah begitu juga dengan monyet
Gibbon. Air Terjun ini mempunyai ketinggian jatuh 30 m dan jarak dari monumen
Berastagi ke obyek wisata ini lebih kurang 11 Km. Dikelilingi hutan tropis tempat Gibon
bergantungan yang kadangkala berteriak bersahut-sahutan dan di sekitar lokasi ini
terdapat bajing, burung gagak, phyton dan kupu-kupu berwarna-warni. Disepanjang jalan
objek wisata ini dapat dinikmati jagung bakar dan rebus. Untuk sampai ketempat ini
dapat menggunakan bus besar atau kecil menuju Medan atau Berastagi dan menuruni
tangga dari jalan pada perbatasan Karo-Deli Serdang.

Halaman 4
4. MERGA SILIMA

Kawasan wisata alam rimba merga silima ini berada pada desa jaranguda kec. Merdeka
kab karo, untuk menuju kesini akses jalan sangatlah baik dan berada tidak jauh dari
berastagi, berkisar sekitar 10 menit perjalanan, letaknya sebelum gundaling farm . wisata
yang disuguhkan adalah pemandangan alam, jalur tracking, area camping ground, Jalur
track Sepeda Gunung, Strawberry Petik Sendiri, Spot Foto di puncak singenan dan masih
banyak lagi lainnya. Wisata rimba merga silima adalah wisata yang baru buka yang
dikelola oleh kelompok tani hutan (KTH) Mergasilima. Untuk saat ini pengunjung yang
datang belum begitu banyak karena masih proses pengembangan berkelanjutan.

5. GUNUNG SIBAYAK

Gunung Sibayak memiliki pemandangan alam menakjubkan yang dianugerahkan Sang


Pencipta khususnya untuk masyarakat Sumatera Utara terutama bagi mereka para
pendaki gunung. Gunung ini memiliki ketinggian 2.212 meter di atas permukaan laut dan

Halaman 5
terletak di dataran tinggi tanah Karo, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Udaranya
masih segar sebab pepohonan pinus dan rerimbunan hijau yang asri mengelilingi gunung
Sibayak. Inilah yang menjadikan para pendaki gunung Sibayak betah berlama-lama
menghirup oksigen yang masih belum terkontaminasi oleh polusi-polusi ibu kota.

Gunung Sibayak merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Sumatera
Utara. Kawahnya seluas 40.000 meter mengandung solfatara sehingga menghasilkan uap
belerang yang menyemburkan hawa panas. Batuan lava andesit yang mengelilingi kawah
ini juga menambah pesona gunung Sibayak.

Jika beranjak dari kota Medan menuju gunung Sibayak, paling tidak jarak yang ditempuh
sekitar 60 km. Jalan Jamin Ginting menjadi opsi pilihan utama yang dilalui jika berangkat
dari kota Medan. Perjalanan menuju gunung Sibayak kurang lebih selama 3,5 jam.

Halaman 6
Gunung yang terakhir kali erupsi di tahun 1881 ini memang memiliki bentuk bukit yang
unik. Maka tak heran, gunung Sibayak menjadi objek wisata alam yang tak pernah pudar
oleh waktu karena keindahannya yang menarik minat para wisatawan.

Tak jarang juga wisatawan asing dari berbagai negara kerap menjajali gunung Sibayak.
Ini dikarenakan track sekitaran gunung ini sangat menantang dan memacu adrenalin
untuk menaklukkan setiap sudut-sudut bukitnya Ada namanya Takal Kuda sebagai
puncak tertinggi di gunung Sibayak atau sering disebut “Kepala Kuda” karena bentuknya
mirip seperti kepala hewan yang sering dijadikan andong di kota Berastagi tersebut.
Panorama keindahan Sang Kuasa pun terlihat indah dari puncak Takal Kuda ini,
ditambah dari puncak ini gunung Sinabung yang aktif dan masih erupsi terlihat dengan
jelas sekali.

Sunrise juga menjadi perburuan utama tatkala kaki-kaki para pendaki sudah berpijak di
Takal Kuda. Kemilau cahaya matahari dibalik gelombang awan putih yang tebal di pagi

Halaman 7
hari membius para pendaki yang sudah berada di puncak tertinggi gunung Sibayak
tersebut. Apabila matahari mulai menampakkan wujudnya maka para pendaki akan
bergegas mengeluarkan kameranya untuk mengabadikan pemandangan gelombang awan
dengan angle-angle foto yang menakjubkan. Tidak hanya masyarakat lokal yang sering
mendaki gunung Sibayak, sebab menurut penyedia jasa guide gunung Sibayak, turis
asing dari beragam negara suka sekali mendaki gunung Sibayak. Gunung Sibayak
diyakini masyarakat suku Karo sebagai Gunung Raja, ini disebabkan dulunya ada
seorang kakak beradik yang menemukan dua kepal emas murni di dalam peti. Namun
nyawa mereka sama-sama berakhir sebelum menikmati hasil dari penjualan emas tersebut
karena kecerobohan mereka. Ada lagi legenda Suara Neraka, yang kerap muncul seperti
gemuruh saat mendaki gunung Sibayak. Menurut warga yang tinggal di sekitar kaki
gunung Sibayak, suara aneh tersebut dikenal sebagai legenda “Suara Neraka”. Konon
menurut cerita yang berkembang, ada seorang dukun sakti yang tinggal bersama anak
perempuannya. Sang putri pun meninggal karena sakit yang dideritanya tak kunjung
terobati. Lantas suara gemuruh itulah yang dianggap sebagai tangisan keduanya.Terlepas
dari legenda tersebut, beberapa peneliti asal Jepang pernah melakukan observasi. Mereka
pun berkesimpulan bahwa gelombang tersebut adalah suara angin berfrekuensi rendah
yang mengandung elektromagnetik. Gelombang tersebut juga dianggap bisa
menyebabkan stres hingga halusinasi Namun dibalik semua cerita zaman dahulu, suku
Karo yakin gunung Sibayak memiliki jiwa dan perasaan, sehingga masyarakat selalu
menghimbau setiap pengunjung agar selalu menjaga kebersihan, berlaku sopan dan
bertutur kata yang baik.

Halaman 8

Anda mungkin juga menyukai